Transcript
Page 1: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2 September 2015 hal 73 –85 74ISSN:2460-1497

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI TTW DALAM PEMBELAJARANMATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Patmawati1, Abdul Rahman2, dan Asdar3

1Guru SMPS PPM Rahmatul Asri,Program Studi S2 Pendidikan Matematika PPs UNM

e-mail: [email protected]

ABSTRACTThe research aims at discovering the effectiveness level of the Think Talk Write (TTW)Strategy in mathematics learning based on the students’ learning styles at SMPS PPMRahmatul Asri Enrekang. This researchis pre-experimental design with one grouppretest-posttest design. The population in this research was all female students of classVIII at SMPS PPM Rahmatul Asri Enrekang which consisted of 3 classes and the samplesof this research were class VIIIE with 20 persons and class VIIIF with 24 persons whichhad the same treatment, so the sample in this research counted as one group. Thesampling technique was conducted by employing stratified cluster random sampling. Thedata collected consisted of the students’ learning outcomes, the students’ response data,and the learning implementation data. The results of the research reveal that (1)teacher’s activities in presenting the learning process with the implementation of TTWstrategy is in good category, (2) the studens’ learning outcomes after the implementationof TTW strategy is better then the student’s learning outcomes before TTW strategy isimplemented, (3) the students’ response whether visual, auditorial, and kinestetic styletoward the lesson plan is in positive category, (4) students’ activities in learning processwith TTW strategy implementation is in good category. The result of inferential analysisby using One Way Anova test shows that the TTW strategy implementation is effective inMathematics learning, especially in cube and rectangle material.

Keywords: TTW Strategy, Mathematics learning, Students’ learning style

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektivan penerapan strategi ThinkTalk Write (TTW) dalam pembelajaran matematika ditinjau dari gaya belajar siswaKelas VIII Putri SMPS PPM Rahmatul Asri Enrekang. Jenis penelitian ini adalah pre-experimental design dengan one group pretest-posttes design. Populasi dalam penelitianini adalah seluruh siswa kelas VIII Putri SMPS PPM Rahmatul Asri Enrekang yangterdiri atas tiga kelas, dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIIE sebanyak 20orang dan kelas VIIIF sebanyak 24 orang dengan perlakuan yang sama, sehingga sampeldalam penelitian ini terhitung one group. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukandengan cara stratified cluster random sampling. Data yang dikumpulkan terdiri daridata hasil belajar siswa, data respon siswa terhadap perangkat pembelajaran, dataaktivitas siswa dalam pembelajaran, dan data keterlaksanaan pembelajaran. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas guru dalam mengelola pembelajarandengan penerapan strategi TTW berada pada kategori baik, (2) Hasil belajar siswasetelah penerapan strategi TTW lebih baik daripada hasil belajar siswa sebelumpenerapan strategi TTW, dari ketiga kelompok gaya belajar siswa SMPS PPM RahmatulAsri, diperoleh hasil belajar siswa auditorial lebih baik daripada siswa visual dankinestetik, (3) Respon siswa baik siswa visual, auditorial, dan kinestetik terhadapperangkat pembelajaran berada pada kategori sangat positif, (4) Aktivitas siswa selamapembelajaran dengan penerapan strategi TTW berada pada kategori baik. Hasil analisisinferensial dengan menggunakan uji One Way Anova menunjukkan bahwa penerapan

74

Page 2: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 75

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

strategi TTW efektif dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi kubus danbalok.

Kata Kunci : Strategi TTW, Pembelajaran Matematika, Gaya Belajar Siswa

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satuinstrumen utama dalam pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Selain peserta didik yangmenjadi subjek utama dalam pendidikan, tenagakependidikan dalam hal ini guru juga merupakansalah satu unsur yang berperan pentingdidalamnya, guru memiliki tanggung jawabuntuk mengembangkan tugas dan mengatasisegala permasalahan yang muncul. Dalammengatasi permasalahan yang sering dijumpaidalam kehidupan kita sehari-hari tidak lepas darikata perhitungan, yang mana ini merupakansalah satu topik utama yang diajarkan dalampembelajaran matematika.

Matematika yang diajarkan di sekolahmemiliki peranan yang sangat penting dalammeningkatkan kualitas SDM, karena matematikamerupakan salah satu sarana untuk berfikir logis,analitis, kreatif dan sistematis yang memudahkandalam membuat inovasi baru dalam kehidupansehari-hari terutama dalam memahami danmemecahkan suatu masalah matematika denganbaik. Selain itu, sebagai salah satu disiplin ilmu,matematika juga menjadi pendukung bagikeberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu,siswa diharapkan dapat menguasai matematikapada tingkat tertentu, sehingga berguna sebagaibekal siswa dalam berkompetensi pada masayang akan datang.

Opini pada sebagian besar siswaSMPS Pondok Pesantren Rahmatul AsriEnrekang, matematika adalah pelajaran yangsulit dan abstrak, karena yang mereka perolehdan ketahui selama ini bahwa matematika selaluberhubungan dengan angka-angka, simbol-simbol, dan rumus-rumus yang sulit untukdipahami. Berdasarkan pada perolehan rata-ratahasil belajar siswa kelas VIII Putri pada tigasemester terakhir berturut-turut, yaitu kelas VIIIE

(72, 70, 73), kelas VIIIF (69, 71, 66), dan kelasVIIIG (67.53, 64, 65). Dari nilai rata-rata hasilbelajar siswa, terlihat bahwa hasil belajar siswabelum memenuhi kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah

tersebut. Selain itu peneliti jega memperolehinformasi bahwa sebagian besar siswa masihkurang memahami konsep-konsep yang terdapatdalam matematika dan sulitnya siswaberkomunikasi secara matematik yang mana iniditandai dengan kurangnya keaktifan siswadalam pembelajaran matematika, kurangnya rasapercaya diri siswa dalam mengemukakanpendapat, proses berfikir siswa masih berpusatpada penjelasan guru, dan sulitnya siswamenganalisa materi yang sedang diajarkan.Selain itu, sebagian besar siswa merespon negatifpembelajaran matematika, sehinggamengakibatkan siswa malas bahkan tidakberminat untuk belajar matematika. Hal inidikarenakan pada waktu mengajar, guru belummenggunakan metode atau strategi pembelajaranyang dapat mendorong siswa untuk belajar,berpikir dan melibatkan siswa secara aktif dalampembelajaran matematika.

Hal ini dapat mengakibatkanpencapaian tujuan pembelajaran tidak optimal.Untuk mewujudkan tujuan pembelajarantersebut, guru hendaknya memilih danmenggunakan metode atau strategi pembelajaranyang melibatkan siswa secara aktif dalampelaksanaan kegiatan belajar mengajar, baiksecara mental, fisik maupun sosial. Untukmengatasi permasalahan di atas guru perlumerancang suatu pembelajaran yangmembiasakan siswa untuk aktif dalammengkonstruksi pengetahuannya dan melakukananalisis dengan harapan dapat meningkatkanhasil belajar siswa di bidang matematika. Salahsatu alternatif strategi pembelajaran yang dapatdigunakan untuk meningkatkan proses berpikirdan pemahaman siswa akan pelajaranmatematika adalah strategi TTW (Think-Talk-Write).

Menurut hasil penelitian yangdilakukan oleh Amran Hapsan (2014) yangmenyatakan bahwa pembelajaran denganmenggunakan strategi ini dapat meningkatkankualitas pembelajaran SPLDV melalui penerapanstrategi Think Talk Write (TTW) pada siswa kelasVIIIC SMP negeri 4 Sungguminasa. Dari

Page 3: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 76

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

penelitian tersebut strategi pembelajaran TTW dinilai tepat untuk mengatasi masalah siswa dalambelajar matematika, yang mana hal ini ditandaidengan adanya peningkatan aktivitas siswaantara lain siswa menjadi lebih aktif bertanya,menanggapi pertanyaan dan membuatkesimpulan, serta siswa terlihat memperhatikanpelajaran dengan tenang dan fokus sehinggamereka bisa menjawab pertanyaan mengenaimateri pelajaran dengan baik dan benar.

Strategi TTW diperkenalkan olehHuinker dan Laughlin (Jumanta, 2014: 217) inipada dasarnya dibangun melalui berpikir,berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategiTTW dimulai dari keterlibatan siswa dalamberfikir atau berdialog dengan dirinya sendirisetelah proses membaca selanjutnya berbicaradan membagi ide dengan temannya sebelummenulis. Suasana seperti ini lebih efektif jikadilakukan dalam kelompok kecil yang heterogendengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswadiminta membaca, membuat catatan kecil,menjelaskan, mendengar, dan membagi idebersama teman kemudian mengungkapkannyamelalui tulisan.

Adapun esensial dari strategipembelajaran ini melibatkan tiga aspek pentingyang harus dikembangkan dan dilakukan dalampembelajaran matematika yaitu :

Think diartikan sebagai berpikir.Solso (Wahidah, 2010:19) mengemukakanbahwa berpikir adalah sebuah proses dimanarepresentasi mental baru dibentuk melaluitransformasi informasi dengan interaksi yangkompleks atribut-atribut mental seperti penilaian,abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahanmasalah. Berdasarkan pengertian tersebuttampak bahwa tiga pandangan dasar tentangberpikir, yaitu: (1) berpikir adalah kognitif, yaitutimbul secara internal dalam pikiran tetapi dapatdipikirkan dari perilaku, (2) berpikir merupakanproses yang melibatkan beberapa manipulasipengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3)berpikir diarahkan dan menghasilkan perilakuuntuk memecahkan masalah atau diarahkan padasolusi.

Setelah tahap “think” selesai, aspekberikutnya yang harus dilakukan adalah tahap“talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakankata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Faseberkomunukasi (talk) pada strategi inimemungkinkan siswa untuk terampil berbicara.

pada umunya berkomunikasi dapat berlangsungalami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasidipelajari siswa melalui kehidupannya sebagaiindividu yang berinteraksi dengan lingkungansosialnya. Secara alami dan mudah proseskomunikasi dapat dibangun di kelas dandimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.Pemahaman dibangun melalui interaksinyadalam diskusi. Diskusi diharapkan dapatmenghasilkan solusi atas masalah yangdiberikan. Diskusi pada fase talk ini merupakansarana untuk mengungkapkan dan merefleksikanpikiran siswa.

Selanjutnya fase ”write” yaitumenuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yangdisediakan (LKS). Aktivitas menulis berartimengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusiantar teman, siswa kemudianmengungkapkannya melalui tulisan. Menulisdalam matematika membantu merealisasikansalah satu tujuan pembelajaran, yaitupemahaman siswa tentang materi yang dipelajari(Martinis Yamin, 2008:87). Aktivitas siswaselama tahap (write) ini adalah (1) menulis solusiterhadap masalah/pertanyaan yang diberikantermasuk perhitungan, (2) mengorganisasikansemua pekerjaan langkah demi langkah, baikpenyelesaiannya ada yang menggunakandiagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibacadan ditindaklanjuti, (3) mengoreksi semuapekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaanataupun perhitungan yang ketinggalan, (4)meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitulegkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya(Martinis Yamin, 2008: 87-88 (Jumanta, 2014:217)).

Tahap terakhir dari strategi TTWadalah presentasi. Hal ini dimaksudkan agarsiswa dapat berbagi pendapat dalam ruanglingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satukelas. Presentasi ini disampaikan oleh salahseorang perwakilan kelompok yang dilakukan didepan kelas, setelah sebelumnya siswa yangbersangkutan menuliskan jawaban kelompoknyadi papan tulis. Setelah selesai presentasi,kemudian dibuka forum tanya jawab dimanasemua siswa berhak mengajukan pertanyaan ataupendapat yang sifatnya mendukung jawabanataupun menyanggah jawaban temannya yangpresentasi. Setelah tanya jawab selesai,dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentangmateri yang dipelajari.

Page 4: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 77

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

Dalam kegiatan pembelajaranterdapat beberapa komponen yang salingmempengaruhi satu sama lain dalam upayapencapaian tujuan pembelajaran, baik itu dariguru sebagai pengajar dan pendidik maupunsiswa sebagai peserta didik. Selain penggunaanmetode atau strategi yang tepat, guru jugahendaknya memperhatikan beberapa aspekpendukung, salah satunya adalah gaya belajaryang dominan dimiliki siswa, karena setiap siswamempunyai gaya atau cara belajar yang berbeda-beda dalam menyerap informasi yang diberikanoleh guru.

Gaya belajar merupakan carakonsisten yang ditunjukkan individu untukmenyerap, mengatur, mengelola informasidengan mudah dalam proses belajar agar tercapaihasil yang diinginkan. Gaya belajar adalah gayayang dipilih seseorang dalam menerimainformasi atau pengetahuan dalam suatu prosespembelajaran. Deporter dan Hernacki (2003:110) mengemukakan bahwa gaya belajarmerupakan kunci untuk mengembangkan kinerjadalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Santrock (2011: 155) jugamengemukakan definisi gaya belajar merupakanpreferensi individual dalam menggunakankemampuannya. Sedangkan gaya belajarmenurut Keefe (Ghufron dan Risnawati, 2012:43) adalah suatu karakteristik kognitif, afektif,dan perilaku psikomorik, sebagai indikator yangbertindak relatif stabil untuk siswa merasa salingberhubungan dan bereaksi terhadap lingkunganbelajar. Selain itu Keef juga mengatakan bahwagaya belajar merupakan metode yang dimilikisiswa untuk mendapatkan informasi, sehinggapada prinsipnya gaya belajar merupakan bagianintegral dalam siklus belajar aktif. Secara umumGhufron dan Risnawita (2012 :42) menyim-pulkan bahwa gaya belajar diasumsikan mengacupada kepribadian-kepribadian, pilihan-pilihan,dan perilaku-perilaku yang digunakan olehindividu untuk membantu dalam belajar padasituasi yang telah dikondisikan.

Dari definisi gaya belajar diatas makadapat disimpulkan bahwa gaya belajar seseorangadalah kombinasi dari bagaiman seseorangmenyerap, lalu mengatur dan mengolahinformasi atau pelajaran yang diperoleh dalamproses pembelajaran.

Santrock (2012:156) mengungkapkanbahwa tak satu pun dari kita yang memiliki satu

gaya belajar. Akan tetapi setiap individumemiliki ratusan gaya belajar yang dikemukakanoleh para pendidik dan psikolog. Oleh karena itugaya belajar peserta didik merupakan salah satukomponen yang penting untuk diketahui gurusebagai keunikan yang dimiliki oleh siswa dalamproses belajar mengajar, karena gaya belajaryang dimiliki siswa mempengaruhi aktivitassiswa dalam KBM didalam kelas. Secara umumtipe gaya belajar seseorang dikelompokkanmenjad tiga tipe yaitu (1) gaya belajar visual:belajar dengan mengandalkan penglihatan; (2)gaya belajar auditorial: belajar denganmengandalkan pendengaran; (3) gaya belajarkinestetik: belajar dengan mengandalkangerakan/sentuhan

Berdasarkan hasil penelitian terkaitdengan gaya belajar yang telah dilakukan olehFaridha (2012) dengan judul “Pengaruh ModelPembelajaran Kooperatif Dan Gaya BelajarTerhadap Hasil Belajar Kimia Peserta DidikKelas X SMK Negeri 2 Bantaeng“ menunjukkanbahwa terdapat perbedaan antara hasil belajarkimia peserta didik yang memiliki gaya belajarvisual, auditorial dan kinestetik, yaitu rata-ratahasil belajar peserta didik yang bergaya belajarkinestetik lebih tinggi daripada peserta didikyang bergaya belajar visual dan auditorial.Menurut peneliti, hal ini terjadi karena padaproses pembelajaran siswa lebih banyak belajardengan praktek atau berhadapan langsungdengan benda atau cairan yang dimaksud,sehingga mengakibatkan siswa visual danauditorial kurang fokus dalam belajar, yangmana hal ini mengakibatkan kurangnyapemahaman siswa terhadap konsep yang ditandaidengan rendahnya hasil belajar yang diperolehsiswa visual dan auditorial dibandingkan denganhasil belajar yang diperoleh siswa kinestetik.

Sehubungan dengan penelitian iniakan dilaksanakan di SMPS Pondok PesantrenModern (PPM) Rahmatul Asri Enrekang, yangmana proses pembelajaran pada sekolah tersebutberlangsung dengan terpisahnya antara kelasputra dan putri. Maka peneliti memilihmelakukan penelitian tersebut pada kelas putrikhususnya kelas VIII, dengan tujuan penerapanstrategi TTW akan memberikan dampak positifterhadap keaktifan serta respon siswa dalammemahami materi yang sedang diajarkan,sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa baiksiswa yang bergaya belajar visual, auditorial

Page 5: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 78

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

O1 X O2

maupun kinestetik menjadi lebih baik. Selain itu,karena keterbatasan ruang dan waktu dalampenelitian ini, maka penelitian ini dilakukandengan tidak mengelompokkan siswaberdasarkan gaya belajar yang dimilikinya.Untuk mengetahui peningkatan hasil belajarmatematika siswa (V-A-K) setelah penerapanstrategi TTW dalam pembelajaran matematika,dilihat dari nilai gain ternormalisasi, ketuntasanindividu, dan ketuntasan klasikal siswa.

Berdasarkan latar belakang dan kajianpustaka di atas maka rumusan masalah dalampenelitian ini adalah “Bagaimana keefektifanpenerapan strategi TTW dalam pembelajaranmatematika ditinjau dari gaya belajar siswa”.Untuk menjawab rumusan masalah tersebut,maka muncullah beberapa pertanyaan penelitianyaitu: (1) Bagaimanakah deskripsi hasil belajarmatematika siswa visual, auditorial dankinestetik sebelum dan setelah penerapan strategipembelajaran TTW; (2) Bagaimanakah deskripsirespon siswa yang bergaya visual, auditorial, dankinestetik terhadap pembelajaran matematikadengan penerapan strategi pembelajaran TTW;(3) Bagaimanakah deskripsi aktivitas siswadalam pembelajaran matematika denganpenerapan strategi pembelajaran TTW; (4)Bagaimanakah deskripsi kemampuan guru dalammengelola pembelajaran matematika denganpenerapan strategi TTW.

Adapun tujuan umum dari penelitianini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifanpenerapan strategi TTW dalam pembelajaranmatematika ditinjau dari gaya belajar siswa.Sedangkan tujuan khusus dari penelitian iniadalah sebagai berikut: (1) Untukmendeskripsikan hasil belajar matematika siswavisual, auditorial dan kinestetik sebelum dansetelah penerapan strategi pembelajaran TTW;(2) Untuk mendeskripsikan respon siswa yangbergaya visual, auditorial, dan kinestetikterhadap pembelajaran matematika denganpenerapan strategi pembelajaran TTW; (3) Untukmendeskripsikan aktivitas siswa dalampembelajaran matematika dengan penerapanstrategi pembelajaran TTW; (4) Untukmendeskripsikan kemampuan guru dalammengelola pembelajaran matematika denganpenerapan strategi TTW.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakanpenelitian pre-experimental dengan desain one-group pretest-posttest design. Dalam penelitianini terdiri dari dua kelas dengan perlakuan yangsama yakni dengan penerapan strategi Think TalkWrite (TTW). Adapun bentuk desain penelitianyang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)X = Perlakuan menggunakan strategi Think,Talk, Write (TTW).

Variabel dalam penelitian inidikelompokkan menjadi tiga variabel yaitu: (1)Variabel bebas (independent variable) yaitupembelajaran dengan strategi Think Talk Write(TTW). Strategi TTW adalah strategi yang terdiridari tiga kata yang merupakan tahapan saatstrategi tersebut diterapkan dalam pembelajaran.(2) Variabel terikat (dependent variable) dalampenelitian ini adalah keefektifan dari perlakuanyang diberikan. Variabel keefektifan diuraimenjadi sub variabel sebagai berikut: (a) Hasilbelajar matematika adalah kemampuan kognitifdalam pembelajaran matematika yang diperolehsiswa pada aspek kognitif dalam ranah Bloomterhadap materi matematika setelah mengikutiproses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.Ranah kognitif meliputi pengetahuan,pemahaman, analisis, aplikasi dan evaluasi. (b)Aktivitas siswa adalah seluruh rangkaiankegiatan siswa selama berlangsungnya prosespembelajaran. (c) Respon siswa adalahtanggapan atau pendapat siswa mengenaipenerapan strategi TTW dalam pembelajaranmatematika. (d) Keterlaksanaan pembelajaranmerupakan usaha yang dilakukan guru dalammengoptimalkan proses pembelajaran demitercapainya tujuan pembelajaran. (3) Variabelkontrol dalam penelitian ini adalah gaya belajaryang dominan dimiliki siswa yaitu gaya belajarvisual, gaya belajar auditorial dan gaya belajarkinestetik.

Populasi dari penelitian ini adalahseluruh siswa kelas VIII Putri SMPS PPM

Page 6: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 79

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

Rahmatul Asri Enrekang yang terdiri dari 3kelas. Pemilihan sampel dalam penelitian inidipilih secara acak. Oleh karena itu teknikpengambilan sampel yang digunakan adalahteknik cluster random sampling yaitu denganmengambil dua kelas sebagai sampel dari tigakelas yang menjadi populasi dalam penelitian ini.

Tekhnik pengumpulan data dalampenelitian ini dilakukan dengan cara sebagaiberikut: (1) Data hasil belajar terdiri dari duajenis yaitu data hasil pre test dan post test. (2)Data gaya belajar dikelompokkan denganmenggunakan lembar observasi gaya belajar(LOGB). (3) Data angket respon siswa diperolehdengan menggunakan lembar angketrespon/tanggapan siswa terhadap penerapanstrategi think talk write dalam pembelajaranmatematika. (4) Data aktivitas siswa dalampembelajaran diperoleh dengan menggunakanlembar observasi aktivitas siswa. (5) Dataketerlaksanaan pembelajaran dikelompokkandengan menggunakan lembar observasiketerlaksanaan pembelajaran (LOKP). Dalampenelitian ini digunakan perangkat dan instrumenyang telah divalidasi oleh ahli pakar sehinggaperangkat dan instrumen tersebut layakdigunakan dalam pengumpulan data yakni hasil

validasi berada pada kategori valid (2,5 ≤ ≤3,4).

Teknil analisis data dalam penelitian initerdiri dari teknik analisis deskriptif yaknianalisis yang digunakan untuk mendeskripsikanhasil belajar, respon siswa, aktivitas siswa, danketerlaksanaan pembelajaran. dan Analisisinferensial yang digunakan untuk mengujihipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Hasil Analisis Deskriptifa. Analisis deskriptif Hasil Belajar Siswa

Sebelum dan Setelah Penerapan StrategiTTW setting kooperatif tipe STAD

1) Hasil belajar siswa yang bergaya belajarvisualHasil belajar siswa dideskripsikanberdasarkan analisis data tes awal (pre-test) dan data akhir (post-test). Adapunklasifikasi peningkatan hasil belajar siswadisajikan pada table 1 berikut.

Tabel 1: Klasifikasi Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Visual

KooefisienNormalisasi Gain

JumlahSiswa Presentase(%) Klasifikasi

g ≥ 0.7 3 21,43 Tinggi0.3 ≤ g ˂ 0.7 11 78,57 Sedang

g ˂ 0.3 0 0 RendahRata-rata 0,66 Sedang

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihatbahwa peningkatan hasil belajar siswa setelahdiajar dengan strategi TTW setting kooperatiftipe STAD berada pada kategori sedang dengannilai rata-rata nilai gain hasil belajar siswa visual0,66.

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang berlaku di SMPS PPM RahmatulAsri Enrekang yakni diatas 74,9, maka tingkatpencapaian ketuntasan hasil belajar matematikasiswa secara klasikal dapat dilihat pada table 2berikut.

Tabel 2: Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Visual

KKMPersentase Ketuntasan Klasikal (%)

Tuntas Tidak TuntasPree-test 74,9

7,15 92,85Post-test 100 0

Page 7: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 80

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwapresentase siswa yang tuntas secara klasikalsetelah penerapan strategi TTW settingkooperatif tipe STAD sebesar 100% > 84,9%.

2) Hasil belajar siswa yang bergaya belajarauditorialHasil belajar siswa dideskripsikanberdasarkan analisis data tes awal (pre-test)dan data akhir (post-test). Adapun klasifikasipeningkatan hasil belajar siswa disajikan padatabel 3 berikut.

Tabel 3: Klasifikasi Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Auditorial

KooefisienNormalisasi Gain

JumlahSiswa Presentase(%) Klasifikasi

g ≥ 0.7 5 33,33 Tinggi0.3 ≤ g ˂ 0.7 10 66,67 Sedang

g ˂ 0.3 0 0 RendahRata-rata 0,67 Sedang

Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihatbahwa peningkatan hasil belajar siswa setelahdiajar dengan strategi TTW setting kooperatiftipe STAD berada pada kategori sedang dengannilai rata-rata nilai gain hasil belajar siswaauditorial diperoleh 0,67.

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang berlaku di SMPS PPM RahmatulAsri Enrekang yakni diatas 74,9, maka tingkatpencapaian ketuntasan hasil belajar matematikasiswa secara klasikal dapat dilihat pada table 4berikut.

Tabel 4: Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Auditorial

KKMPersentase Ketuntasan Klasikal (%)

Tuntas Tidak TuntasPree-test

74,913,33 86,67

Post-test 100 0

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwapresentase siswa yang bergaya belajarauditorial yang tuntas secara klasikal setelahpenerapan strategi TTW setting kooperatiftipe STAD sebesar 100% > 84,9%.

3) Hasil belajar siswa yang bergaya belajarkinestetikHasil belajar siswa dideskripsikanberdasarkan analisis data tes awal (pre-test)dan data akhir (post-test). Adapun klasifikasipeningkatan hasil belajar siswa disajikan padatabel berikut.

Tabel 5: Klasifikasi Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Kinestetik

KooefisienNormalisasi Gain

JumlahSiswa Presentase(%) Klasifikasi

g ≥ 0.7 3 20 Tinggi

0.3 ≤ g ˂ 0.7 12 80 Sedang

g ˂ 0.3 0 0 RendahRata-rata 0,64 Sedang

Page 8: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 81

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihatbahwa peningkatan hasil belajar siswa setelahdiajar dengan strategi TTW setting kooperatiftipe STAD berada pada kategori sedang dengannilai rata-rata nilai gain hasil belajar siswakinestetik diperoleh 0,64.

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal(KKM) yang berlaku di SMPS PPM RahmatulAsri Enrekang yakni diatas 74,9, maka tingkatpencapaian ketuntasan hasil belajar matematikasiswa secara klasikal dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 6 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kinestetik

KKMPersentase Ketuntasan Klasikal (%)

Tuntas Tidak TuntasPree-test 74,9

0 100Post-test 93,33 6,67

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwapresentase siswa yang tuntas secara klasikalsetelah penerapan strategi TTW settingkooperatif tipe STAD sebesar 93,33% > 84,9%.

Setelah penerapan strategi TTW settingkooperatif tipe STAD, dapat dikatakan bahwastrategi TTW setting kooperatif tipe STADefektif terhadap ketiga kelompok gaya belajaryaitu visual, auditorial dan kinestetik, akan tetapidari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwapenerapan strategi TTW lebih efektif terhadapsiswa yang bergaya belajar auditorial. Hal initerlihat pada presentase ketuntasan hasil belajarsiswa, dimana 100% siswa auditorial tuntassecara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajarsiswa setelah penerapan strategi TTW adalah83,67 lebih besar dari nilai rata-rata siswa visualdan kinestetik. Begitupun dengan rata-rata nilai

gain ternormalisasi siswa baik siswa visual,auditorial dan kinestetik masing-masing beradapada kategori sedang, namun rata-rata gain siswaauditorial lebih tinggi.

b. Analisis Deskriptif Respon SiswaTerhadap Penerapan Strategi TTW settingkooperatif tipe STAD.

Berdasarkan jawaban siswa yangtertuang dalam angket respon siswa terhadapkegiatan pembelajaran dengan peneran strategiTTW setting kooperatif tipe STAD yang meliputipendapat dan perasaan siswa mengenaiperangkat dan instrumen yang digunakan.Adapun analsis angket respon siswa terhadappenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD adalah sebagai berikut:

Tabel 7 hasil analisis respon siswa visual, auditorial dan kinestetik

No. Gaya belajar Rata-rata (%) Kategori

1 Visual 97,42 Sangat positif2 Auditorial 96,36 Sangat positif3 Kinestetik 96,23 Sangat positif

c. Analisis Deskriptif Aktivitas Siswa dan Keterlaksanaan Pembelajaran.

Tabel 8 hasil analisis aktivitas dan keterlaksanaan pembelajaran

Aspek Rata-Rata KategoriAktivitas Siswa 3,85 BaikKeterlaksanaan Pembelajaran 3,84 Terlaksana dengan baik

Page 9: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 82

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

2. Hasil Analisis InferensialPengujian hipotesis dari hasil belajar

matematika siswa dijabarkan secara umumdan berdasarkan gaya belajar yang dimilikisiswa, yang diuji dengan menggunakan SPSS17 dengan taraf signifikan 5%. Adapunpengujian hipotesis dalam penelitian inidiuraikan sebagai berikut.a) Skor rata-rata posttes siswa setelah

penerapan strategi TTW setting kooperatiftipe STAD memenuhi KKM yang telah

ditentukan, yakni dengan nilai lebih besar74,9 dengan menggunakan uji one sampleT test. Adapun hipotesis statistiknya yaitusebagai berikut:

H0 : lawan H1

:Adapun rekapitulasi hasil analisis SPSSdata tersebut dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 9: Hasil Analsisis SPSS Rata-rata Post test Siswa

No.

Rata-rata

Post testp-value

uji tthitung > ttabel Keputusan Uji

1 keseluruhan 0,00 < 0,05 71,86 > 1,68 H0 Ditolak2 Visual 0,00 < 0,05 40,33 > 1,77 H0 Ditolak3 Auditorial 0,00 < 0,05 47,52 > 1,76 H0 Ditolak4 Kinestetik 0,00 < 0,05 40,99 > 1,76 H0 Ditolak

Berdasarkan hasil SPSS pada tabel di atas,diperoleh nilai thitung > ttabel yang menunjukkanbahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berartibahwa rata-rata hasil belajar siswa setelahpenerapan strategi TTW melebihi kriteriaketuntasan minimal yang telah ditentukan( ).

b) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaituskor rata-rata posttest lebih tinggi dari padaskor rata-rata pretest (rata-rata gain

ternormalisasi > 0,29). Adapun hipotesisstatistiknya yaitu sebagai berikut:

lawan

Pengujian rata-rata hasil gain ternormalisasidalam penelitian ini dilakukan dengan uji onesample T test. Adapun rekapitulasi hasil analisisSPSS data tersebut dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 10: Hasil Analsisis SPSS Rata-rata Gain Ternormalisasi

No.

Rata-rata

Gain p-valueuji t

thitung > ttabel Keputusan Uji

1 keseluruhan 0,00 < 0,05 40,78 > 1,68 H0 Ditolak

2 Visual 0,00 < 0,05 22,22 > 1,77 H0 Ditolak

3 Auditorial 0,00 < 0,05 24,38 > 1,76 H0 Ditolak

4 Kinestetik 0,00 < 0,05 22,85 > 1,76 H0 Ditolak

Berdasarkan hasil SPSS pada tabel di atas,diperoleh nilai thitung > ttabel yang menunjukkanbahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berartibahwa rata-rata rata-rata gain ternormalisasi hasilbelajar siswa setelah penerapan strategi TTW

minimal berada pada kategori sedang dengannilai lebih besar dari 0,29.

c) Ketuntasan hasil belajar siswa dengan penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD

Page 10: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 83

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

secara klasikal lebih besar dari 84,9%. Adapunhipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:

lawan

Pengujian ketuntasan klasikal siswa dilakukandengan menggunakan uji proporsi denganmenggunakan taraf signifikansi 5%.

Untuk hasil uji proporsi secara manualdengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai Zhitung

= 2,37 > Ztabel = 1,65 yang berarti bahwa H0

ditolak atau H1 diterima, yang berarti bahwalebih dari 84,9% dari keseluruhan siswa yangmengikuti tes hasil belajar siswa setelahpenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD dapat dinyatakan tuntas secara klasikal.

Pembahasan

1. Hasil Belajar SiswaHipotesis pertama dalam penelitian ini

adalah hasil belajar siswa setelah penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan hasil analisis deskriptifhasil belajar siswa, diperoleh bahwa hasil belajarmatematika siswa setelah penerapan strategiTTW setting kooperatif tipe STAD lebih baikdaripada hasil belajar siswa sebelum penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD.Sedangkan hasil analisis inferensial baik darisegi ketuntasan hasil belajar siswa maupun rata-rata nilai gain ternormalisasi diperoleh nilai thitung

> ttabel, yakni Ho ditolak atau H1 diterima, yangberarti bahwa penerapan strategi TTW settingKooperatif tipe STAD efektif terhadap hasilbelajar siswa baik siswa visual, auditorialmaupun kinestetik.

Hasil penelitian di atas didukung olehbeberapa teori yang dikemukakan berikut.Menurut Sudjana (2006:22) hasil belajar adalahkemampuan-kemampuan yang dimiliki siswasetelah ia menerima pengalaman belajarnya.Pengalaman belajar yang dimaksud adalahpengetahuan yang diperoleh siswa setelahmengikuti proses pembelajaran. HorwardKingsley (Sudjana, 2006:22) menguraikan tigamacam hasil belajar, yaitu (1) keterampilan dankebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3)sikap dan cita-cita. Untuk menilai hasil belajardigunakan tes hasil belajar yang mengandungaspek kognitif yang diarahkan pada beberapaunsur yaitu unsur pengetahuan dan ingatan,

unsur pemahaman, dan unsur aplikasi ataupenerapan.

Dari Ketiga kelompok gaya belajartersebut masing-masing memiliki cara belajartersendiri. Sebagaimana yang dikemukakan olehDePorter dan Hernacki (2003:118) mengenaicara belajar siswa berdasarkan gaya belajarnyayaitu (1) siswa visual lebih suka belajar denganmemperhatikan ilustrai yang disampaikan olehguru. (2) siswa auditorial dapat mencerna maknayang disampaikan melalui tone suara, kecepatanberbicara dan hal-hal auditorial lainnya. (3)Siswa kinestetik senang dengan segala sesuatuyang berhubungan dengan gerakan tubuh sepertipraktek dalam pembelajaran.

Dari ketiga kelompok gaya belajartersebut penerapan strategi TTW settingkooperatif tipe STAD, diperoleh rata-rata nilaihasil belajar siswa auditorial lebih baik daripadasiswa visual dan kinestetik. Hal ini disebabkan,karena dalam proses pembelajaran denganpenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD suasana pembelajaran lebih kepada tahaptalk (berdiskusi), dimana pada tahap ini siswasaling berdiskusi satu sama lain untukmenemukan solusi dari permasalahan yangdihadapi. Selain itu, proses pembelajaran denganpenerapan strategi TTW juga merupakan prosespembelajaran yang mengarahkan siswa untukberperan aktif dalam menemukan suatu solusi,sehingga saat siswa mengalami kesulitan, baikguru ataupun teman kelompoknya, siswa lebihcenderung memberikan penjelasan secaralangsung sekaligus mengaitkan permasalahantersebut kedalam kehidupan sehari-hari siswa.Sehingga hal ini menyebabkan siswa auditoriallebih cepat memahami materi daripada siswavisual dan kinestetik, yang pada akhirnyaberdampak pada hasil belajar siswa. Oleh karenaitu, hasil analisis baik secara deskriptif maupuninferensial menunjukkan bahwa penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD lebihefektif terhadap siswa auditorial daripada siswavisual dan kinestetik. Yang mana ini ditandaidengan nilai rata-rata gain ternomalisasi siswaauditorial lebih tinggi daripada siswa visual dankinestetik.

Hasil penelitian ini juga sejalan denganpenelitian yang telah dilakukan oleh Satya SriHandayani yakni hasil belajar matematika siswaauditorial lebih baik daripada hasil belajar siswavisual, dan hasil belajar siswa visual lebih baik

Page 11: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 84

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

daripada hasil belajar siswa kinestetik melaluipenerapan model Think Pair Share.

2. Respon SiswaHipotesis kedua dalam penelitian ini

adalah respon siswa terhadap penerapan strategiTTW setting kooperatif tipe STAD dalampembelajaran.

Adapun hasil analisis respon siswaterhadap penerapan strategi TTW settingkooperatif tipe STAD dalam pembelajarandiperoleh nilai rata-rata presentase tiap kelompok(V-A-K) berada pada kategori sangat positif (RS≥ 85%). Artinya, sebagian besar siswa meresponpositif terhadap komponen pembelajaran denganpenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD pada pokok bahasan kubus dan balok.

Hasil penelitian di atas didukung olehteori yang dikemukakan Herman (2011:7)(Hamalik) respon merupakan gerakan-gerakanyang terkoordinasi oleh persepsi seseorangterhadap peristiwa-peristiwa luar dalamlingkungan sekitar. Untuk memperoleh responpositif dari siswa, langkah awal adalahmengubah persepsi siswa tentang matematikamenjadi positif. Sebagaimana yang diungkapkanAlex Sobur (2009:446) persepsi disebut sebagaiinti komunikasi, karena jika persepsi manusiatidak akurat, manusia akan sulit berkomunikasidengan efektif. Semakin tinggi derajat kesamaanpersepsi antar individu akan semakin mudah dansemakin sering pula seseorang berkomunikasi.Dengan demikian, dapat dikatakan denganpersepsi posistif akan menghasilkan responpositif dari siswa. Dengan respon positif darisiswa akan menjadikan pembelajaran lebihbermakna bagi siswa yang mengakibatkan prosespembelajaran dapat berjalan semaksimalmungkin.

Respon siswa baik dalam hal penyajianmateri pelajaran, perangkat dan instrumen yangdigunakan, suasan belajar di kelas, tahapanpenerapan strategi TTW setting kooperatifhingga diakhir pembelajaran memiliki hubunganyang signifikan dengan sikap siswa terhadapmatematika. Sehingga dapat dikatakan bahwajika respon siswa terhadap penerapan strategiTTW setting kooperatif tipe STAD negatif makaakan menyebabkan aktivitas siswa tidak optimal,begitupun sebaliknya.

3. Aktivitas SiswaHipotesis ketiga dalam penelitian ini

adalah aktivitas siswa dalam prosespembelajaran dengan penerapan strategi TTWsetting kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif,untuk aspek aktivitas siswa selama penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD,diperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa darikedua kelas (one group) yang menjadi sampeldalam penelitian ini adalah 3,85, yakni beradapada kategori baik.

Hasil penelitian di atas didukung olehteori yang dikemukakan Dewi (2005: 15) bahwaketerlibatan siswa dalam pembelajaran tidaksebatas sebagai pendengar, pencatat, danpenampung ide-ide guru, tetapi lebih dari itu,siswa terlibat aktif selama berlangsungnya prosespembelajaran. Keaktivan siswa dapat dilihat darikegiatan siswa dalam menyelesaikan latihan soalbaik secara individu maupun berkelompok,seperti bertanya kepada guru, menjawabpertanyaan guru, dan berpendapat ketikaberdiskusi.

Aktivitas siswa selama penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STADberlangsung secara optimal. Pada umumnyasebagian besar siswa cenderung antusias dalamproses pembelajaran. Hal ini disebabkan olehtahapan dari strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD, yang menemukan solusi dari masalahmatematika dengan membawa permasalahantersebut kedalam dunia nyata siswa. sehinggapembelajaran matematika menjadi lebihbermakna bagi siswa. Selain itu penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STAD jugamemberi kesempatan kepada siswa untuk salingbertukar pikiran yakni dengan mendiskusikanmasalah hingga menemukan solusi yang tepat.

4. Keterlaksanaan PembelajaranHipotesis keempat dalam penelitian

ini adalah keterlaksanaan pembelajaran denganpenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD.

Berdasarkan hasil penelitian padaaspek keterlaksanaan pembelajaran denganpenerapan strategi TTW setting kooperatif tipeSTAD, diperoleh rata-rata secara keseluruhanadalah 3,84, yang berarti bahwa keterlaksanaanpembelajaran berada pada kategori baik.Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk kategori

Page 12: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Journal of EST, Volume 1, Nomor 2,. September 2015 hal 74 –86 85

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

keterlaksanaan pembelajaran memenuhi kriteriakeefektivan.

Untuk kategori keterlaksanaanpembelajaran dengan penerapan strategi TTWsetting kooperatif tipe STAD pada penelitian inisudah bearada pada kategori baik, meskipundalam penerapan strategi tersebut masih terdapatbanyak kekurangan baik dari faktor pengetahuanguru mengenai strategi TTW setting kooperatiftipe STAD itu sendiri maupun karena faktorinternal dari peneliti. Hal ini dipengaruhi olehmasih kurangnya pengalaman peneliti dalammemberikan pembelajaran sehingga terkadangdalam penelitian peneliti masih sedikit kakusehingga mudah terpengaruh oleh suasana dankondisi pembelajaran, yang mana ini akanberdampak pada keterlaksanaan pembelajaran.

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriyang dikemukakan Jones & Thornton (Yohanes,1993:7) bahwa dalam pembelajaran matematikadi kelas, guru disarankan untuk : (1) Pekaterhadap pengetahuan yang mungkin diberikansiswa dalam situasi belajar, (2) Mengusahakanpemecahan masalah interaktif sebagai panduanbagi belajar siswa, (3) Menyajikan beberapamasalah yang menantang, (4) Mendorong,menggali, dan menerima penyelesaian danstrategi yang berbeda, (5) Mengusahakan agarsiswa menerangkan dan memberikan alasan bagipendapat mereka.

SIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambildari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Hasil belajar siswa setelah penerapan strategi

TTW setting kooperatif tipe STAD lebih baikdaripada sebelum penerapan strategi TTWsetting kooperatif tipe STAD, baik itu siswavisual, auditorial, maupun kinestetik, yangditandai dengan hasil belajar siswa lebih besardari KKM yang telah ditentukan yaknidengan nilai diatas 74.9.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswasetelah penerapan strategi TTW settingkooperatif pada materi kubus dan balok. Halini terbukti dari nilai rata-rata gainternormalisasi hasil belajar siswa, baik siswavisual, auditorial maupun kinestetik setelahpenerapan strategi TTW (posttes) berada padakategori sedang yakni dengan nilai rata-ratalebih besar dari 0,29.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yangbergaya belajar visual, auditorial, dankinestetik. Hal ini didasarkan pada hasilanalisis deskriptif yang menunjukkan bahwarata-rata hasil belajar dan rata-rata gainternormalisasi siswa auditorial lebih baikdaripada siswa visual dan kinestetik. Hasilanalisis inferensial juga menunjukkan bahwahasil belajar siswa auditorial lebih baikdaripada siswa visual dan kinestetik.Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STADlebih efektif terhadap siswa auditorial.

4. Untuk aspek respon siswa, baik siswa visual,auditorial, dan kinestetik secara deskriptifberada pada kategori positif. Sehingga dapatdikatakan bahwa dari segi respon siswaterhadap penerapan strategi TTW settingkooperatif memenuhi kriteria keefektifan.

5. Aktivitas siswa selama penerapan strategiTTW setting kooperatif tipe STAD, secaradeskriptif berada pada kategori baik dengannilai rata-rata 3,85.

6. Aktivitas guru selama menerapkan strategiTTW setting kooperatif tipe STAD dalampembelajaran matematika khususnya padamateri kubus dan balok, secara deskriptifberada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 3,84.

7. Dari uraian di atas, terlihat bahwa penerapanstrategi TTW setting kooperatif tipe STADmemenuhi kriteria keefektivan yang telahditetapkan pada bab tiga. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa penerapan strategi TTWdalam pembelajaran matematika khususnyamateri kubus dan balok pada siswa kelas VIIIPutri SMPS PPM Rahmatul Asri dapatdikatakan efektif.

Adapun saran dari peneliti sehubungandengan penelitian yang telah dilakukan adalahsebagai berikut:1. Dalam pembelajaran matematika sedapat

mungkin agar pengajar menggunakan strategiTTW, sehingga siswa akan lebih aktif danproses pembelajaran menjadi lebihmenyenangkan bagi siswa. Selain itu, gurujuga sebaiknya mulai memperhatikan gayabelajar yang dimiliki siswa, sehingga siswadapat aktif dan lebih mudah dalam memahamimateri yang sedang diajarkan sehingga

Page 13: efektivitas penerapan strategi ttw dalam pembelajaran matematika

Patmawati, Efektifitas Penerapan Strategi… 86

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2015 – JEST

pembelajaran matematika menjadi bermaknabagi siswa.

2. Harus selalu kreatif dalam menyusun rencanapembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran,dan menyelenggarakan evaluasi yang tepatsehingga siswa tertarik dan akhirnyaberpengaruh terhadap peningkatan hasilbelajar matematika siswa.

3. Hasil penelitian dengan strategi TTW sertingkooperatif tipe STAD bisa menjadi salah satualternatif bagi mahasiswa khusunyapendidikan matematika untuk melakukanpenelitian lebih lanjut.

DAFTAR RUJUKAN

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2003.Quantum Learning. Bandung: KaifaMizan Pustaka.

Farida, Akhriani. 2012. Pengaruh ModelPembelajaran Kooperatif Dan GayaBelajar Terhadap Hasil BelajarKimia Peserta Didik Kelas X SMKNegeri 2 Bantaeng. Tesis. Tidakditerbitkan. Makassar: PPs UNM.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan metodePembelajaran Kreatif danBerkarakter. Bogor: GhaliaIndonesia.

Hapsan, Amran. 2014. Peningkatan KualitasPembelajaran Matematika MelaluiPenerapan Strategi Think Talk WriteSetting Kooperatif Tipe STAD padaSiswa Kelas VIIIC SMPN 4Sungguminasa. Tesis. Tidakditerbitkan.

Jihad Asep., Haris Abdul. 2008. PengembanganKurikulum Matematika Teoritis danHistoris. Jakarta: Multi Presindo.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi PembelajaranBerorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana.

Santrock, John W. 2012. Psikologi Pendidikan.Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Suherman, Eman dkk,. 2003. StrategiPembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia

Wahidah, Nur. 2010. Keefetifan PenerepanStrategi Berpikir, Berbicara, danMenulis (BBM) Setting Kooperatifdalam pembelajaran MatematikaPada Siswa Kelas VII SMP Negeri 13Makassar. Tesis. Tidak diterbitkan.Makassar: Pps UNM.


Recommended