KERANGKA ACUAN KEGIATAN
(Term of Reference)
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan
UNIT ORGANISAS : Direktorat Jenderal Perkeretaapian
PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi
Kelembagaan Perkeretaapian
SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana
Perkeretaapian
USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan/Detail Kegiatan
KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master Plan
/ DED / SID
SUB KEGIATAN : Penyusunan Detail Desain
DETAIL KEGIATAN : Detail Engineering Design Jembatan KA BH 06 di
Kuta Blang Bentang > 150 Meter
1. PEDAHULUAN
a. Latar Belakang
1.) Dasar Hukum
a.) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemeritah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian;
c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang lalulintas dan Angkutan Kereta Api;
d.) Peraturan-peraturan lain yang terkait.
2.) Gambaran Umum
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................
b. Maksud Dan Tujuan
1
1.) Maksud Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan gambar detail desain, rencana
kerja & syarat – spesifikasi teknis termaksud BOQ dan RAB untu pembangunan jembatan
kereta api.
2.) Tujuan Kegiatan
a.) Tersedianya dokumen perencanaan (detailed design) yang berkualitas, yang dapat
dijadikan panduan secara teknis dalam proses pembanguan jembatan kereta api pada
jalur ini
b.) Dapat segera terlaksanakannya pekerjaan jembatan kereta api jalur ganda secara fisik
pada lintas ini.
2. LOKASI KEGIATAN
a. Peta Lokasi Kegiatan
b. Daftar Lokasi Jembatan
2
3. RUANG LINGKUP KEGIATAN
a. Pengumpulan Data Sekunder
1.) Instansional
a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah pengumpulan data-data yang relevan berbagi
pihak/instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.
b.) Ketentuan kegiatan
Dalam pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau
memiliki data-data sebagai berikut :
(1) Peta rupa bumi BIG ( Badan Informasi Geospasial) atau peta topografi Jantop
dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar;
(2) Peta Geologi skala 1 : 250.000 atau 1 : 100.000
(3) Data-data hidrologi seperti data curah hujan stasiun sekitar dan dan data banjir;
(4) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah;
(5) Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
(6) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah
dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini;
(7) Data gambar desain jembatan eksisting, baik struktur banguan atas maupun
struktur bangunan bawah jembatan (pangkal/pilar, daftar letak jembatan dan
sejarah RM pada saat awal pembangunan lintas yang bersangkutan);
(8) Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025;
3
(9) Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
(10) Data lain yang bekaitan dan relevan serta diperlukan untuk menunjang
kebehasilan pelaksanaan kegiatan ini.
2.) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)
a.) Lingkup kegiatan
Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan awal pendahuluan
ke lapangan untuk mengadakan evatuasi secara visual pada lokasi kegiatan.
b.) Ketentuan kegiatan
Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal pendahuluan, minimal
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
(1) Survei Geodesi/Topografi
(a) Penentuan lokasi jembatan yang diperoleh dari data-data hasil pradesain
sebetumnya, baik posisi jembatan, jarak antar jembatan, posisi pangkal pilar
dan bentang jembatan termasuk memperhatikan batas-batas lahan yang ada;
(b) Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu
dilakukan pengukuran khusus atau lebih mendetail (bila diperlukan);
(c) Mencari titik tetap (BM = Bench Mark) hasil pradesain jembatan sebelumnya
atau yang terdekat dengan lokasi rencana jembatan;
(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;
(e) Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi sampai
penggambaran.
(2.) Survei Geoteknik/Penyelidikan Tanah
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaian dengan
karakteristik tanah di lokasi rencana jembatan yang mungkin/diperkirakan
akan berpengaruh terhadap konstruksi;
(b) Mengamati area-area khusus seperti lokasi yang diperkirakan rawan longsor
dan lain-lain;
(c) Memperkirakan posisi dan lokasi pelaksanaan pekerjaan bor mesin dan sondir
dengan memperhatikan hal-hal teknis termasuk akses kerja dan kernudahan
pelaksanaannya;
(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;
(e) Membuat rencana kerja untuk survey detail geoteknik.
(3.) Survei Hidrologi - Hidrolika
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
4
karakteristik sungai dan atau DAS setempat termasuk bangunan air yang ada,
yang mungkin/diperkirakan akan berpengaruh terhadap desain konstruksi,
baik pada jembatan eksisting maupun pada rencana jembatan baru;
(b) Melakukan wawancara dengan warga sekitar, terkait histori banjir yang
pemah terjadi;
(e) Membuat ringkasan/summery dan dokumentasi hasil peninjauan awal;
(d) Membuat rencana kerja untuk survey detail hidrologi.
(4.) Survei Geometrik/Alinyemen
(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan alinyemen
horisontal dan vertikal jalan rel kereta api baik pada jembatan eksisting
maupun pada rencana jembatan baru, yang dapat menjadi pertimbangan
dalam pelaksanaan detail desain;
(b) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal
(5.) Survei Jembatan
(a) Memperkirakan tipe konstruksi, kelas pembebanan, total panjang dan lebar
jembatan dengan rnemperhatikan segi estetika;
(b) Memperkirakan ukuran dan tipe abutmen, pilar, pandasi serta bangunan
perkuatan/pengaman (bila diperIukan) dengan mempertimbangkan lebar
sungai, kedalaman sungai sifat tebing, sifat aliran termasuk penggerusan
(scouring), sedimentasi/ endapan pada sungai yang pemah terjadi;
(e) Membuat ringkasan/summary dan dokurnentasi hasil peninjauan awal;
(d) Membuat rencana kerja untuk detail desain jembatan.
(6.) Survei Lingkungan
(a) Mengamati kondisi aktual pada lokasi jembatan eksisting maupun pada
lokasi rencana jembatan baru, khususnya bila terjadi perubahan kondisi
lingkungan dilapangan yang cukup signifikan;
(b) Mengamati kondisi aktual pada wilayah sekitar jembatan termasuk
bangunan-bangunan yang mungkin ada serta tata guna lahan lainnya
dengan memperhatikan dengan rencana tata ruang wilayah pada lokasi
tersebut;
(e) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal.
b. Pengumpulan Data Primer
1.) Survei Geodesi /Topografi
Kegiatan ini meliputi pengukuran topografi secara mendetail pada lokasi kegiatan, yang
5
mana kegiatan topografi ini dlakukan dengan metode digital, baik dalam pelaksanaan
pengukuran di lapangan, pengolahan data sampai dengan proses penggambaran. Secara
umum ketentuan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a.) Pengukuran di lapangan
(1) Pengukuran Situasi
Dengan batasan yang dilakukan terhadap daerah rencana jembatan :
(a) Pengukuran minimal harus mencakup 500 meter ke arah belakang masing-
masing pangkal jembatan (500 m + panjang bentang jembatan + 500 m).
(b) Pengukuran mininal harus mencakup 200 meter arah hilir sungai dan 300
meter arah hulu sungai.
(e) Bila dalam radius minimum 300 meter arah hulu hilir ada belokan sungai
atau bangunan air/sungai (misalnya ambang bendung dan sebagainya) atau
daerah longsor/gerusan, rnaka pengukuran harus mencakup lokasi-lokasi
tersebut,
(2) Pengukuran potongan memanjang
(a) Pada as sungai, dilakukan pada titik terdalam sepanjang sungai, termasuk
segala perubahan detail yang mencolok pada jalur pengukuran tersebut,
dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.
(b) Pada as jalan rel, dilakukan sepanjang jalur kereta api di area jembatan, baik
pada as jaIur kereta eksisting maupun pada as jalur kereta api rencana,
dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.
(3) Pengukuran potongan melintang
(a) Pengukuran potongan melintang sungai, dilakukan sepanjang 100 meter
arah hulu dan 100 meter arah hilir sungai, kecuali bila belokan sungai atau
bangunan air lainnya, maka pengukuran harus mencakup lokasi tersebut;
(b) Pengukuran potongan meIintang sungai, dilakukan selebar sungai, di
tambah 50 meter dari masing-masing tepi sungai;
(c) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan sepanjang as
jalur kereta api pada area jembatan, di tambah 100 meter ke arah belakang
masing-masing pangkal/tepi sungai;
(d) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan selebar 50
meter ke kiri dan kanan dari as jalur kereta api.
(e) Interval pengukuran potongan melintang adalah setiap 25 m.
b.) Referensi Pengukuran
6
(1) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan pada
titik GPS (orde 2 atau 3 dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik referensi (BM) hasil
pekerjaan desain sebeIumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan;
(2) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik
Tinggi (TTG) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atau titik referensi hasil
pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan.
c.) Monumentasi Benchmark (BM)
(1) Pemasangan permanen Benchmark (BM) pada setiap rencana jembatan
sebanyak 2 (dua) buah BM yang saling terlihat diternpatkan dimasing-masing
pangkal jembatan yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan konstruksi;
(2) Benchmark (BM) terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran 20 x 20 x 125
cm dan tertera logo Ditjen Perkeretaapian/Kementerian Perhubungan
menggunakan bahan marmer putih ukuran 12 x 15 cm, dilengkapi dengan
nornor urut serta kode/informasi lain yang diperlukan;
(3) Daftar/diskripsi Benchmark (BM) termasuk niIai koordinat (x,y,z), sketsa lokasi
dan photo/dokumentasi dibuat secara lengkap dalam satu buku tersendiri.
(4) Semua Benchmark (BM) dan atau titik-titik tetap lainnya harus dipasang terlebih
dahulu sebelum pengukuran dimulai.
d.) Penggambaran Hasil Pengukuran Topografi
(1) Skala gambar dan ukuran kertas
(a) Peta situasi dengan skala 1:1000 dan interval garis kontur 0,5m
(b) Profil memanjang dengan skala Horizontal 1:1000 dan skala Vertikal 1:100
(c) Profil melintang dengan skala 1: 100
(d) Gambar di cetak daIam kertas ukuran A3
(e) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar.
(2) Format gambar
(a) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan
Ditjen Perkeretaapian;
(b) Grid beserta harganya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100 m
untuk skala 1:1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m
untuk skala 1: 5000;
(c) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survei, skala garis,
arah utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;
(d) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat sernua titik triangulasi
7
75cm(Dibawah Tanah)
20cm20cm
125cm
50cm(Diatas Tanah)DITJEN
PERKERETAAPIAN
dan atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut.
(e) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka
ketinggian yang bulat.
Contoh Konstruksi Benchmark (BM)
2.) Survei Geoteknik / Penyelidikan Tanah
Kegiatan ini meliputi pelaksanaan penyelidikan tanah secara mendetail pada lokasi-
lokasi yang telah ditentukan sebelurnnya. Secara umum ketentuan dalam kegiatan ini
adalah sebagai berikut :
a.) Bor Mesin
1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan,
masing-masing minimal 1 titik;
2.) Dilakukan sampai kedalaman maksimum 30 m atau sampai didapat SPT nilai >
60 dengan kedalaman/ketebalan lapisan minimal 5 m;
3.) Pengujian Standart Penetration Test (SPT) setiap interval kedalaman 5 m
atau sampai ada perubahan lapisan tanah;
4.) Dilakukan diskripsi jenis tanah untuk setiap lokasi bor yang dibuat dalam suatu
8
borlog, memuat antara lain, jenis dan sifat tanah, kedalaman, muka air tanah,
dan nilai SPT;
5.) Pengambilan contoh asli minimal 6 (enam) sanple tiap titik lubang bor atau
sesuai perubahan jenis tanah.
6.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus dilampirkan pada laporan.
b.) Sondir
1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan,
masing-masing minimal 1 titik;
2.) Dilakukan menggunakan dutch cone penetration test type 2 ton sampai
kedalaman maksimum 30 meter atau sampai kedalaman lapisan tanah dengan
tekanan konus 200 kg/cm2 dengan pembacaan tekanan konus dan hambatan
lekat dilakukan setiap interval 20 cm;
3.) Dibuat photo dokumentasi dan sketsa setiap lokasi titik pekerjaan;
4.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus diampirkan pada laporan.
c.) Pengujian Tanah
Dilaksanakan pada masing-masing sample dengan ketentuan/ kesetaraan standar
pengujian sebagai berikut :
Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus dilampirkan pada laporan.
9
3.) Survei Hidrologi-Hidrolika
Survey ini dilakukan untuk melengkapi parameter-parameter dalam detail desain.
Adapun hal-hal yang perIu diperhatikan antara lain adalah:
(a) Karakteristik daerah aliran sungai
(1) Melakukan identifikasi/anaisa terhadap kondisi/situasi daerah aliran sungai,
dilokasi kegiatan, baik dari peta topografi maupun dari hasil pemeriksaan
langsung;
(2) Survei wawancara dengan warga sekitar terkait histori banjir yang pernah terjadi
pada lokasi kegiatan;
(3) Proses analisa juga harus memperhatikan data curah hujan dari BMKG,
intensitas curah hujan, kemiringan lahan, tata guna lahan, limpasan/runoff dan
hal-hal lain sebagai pertirnbangan dalam perencanaan desain.
(b) Analisa Data Curah Hujan
(1) Data curah hujan di peroIeh dari beberapa stasiun (pengamat) hujan yang
lokasinya paling mendekati dengan lokasi kegiatan.
(2) Data curah hujan yang diperoleh minimal data 10 tahun terakhir secara berturut-
turut, sebagai dasar perhitungan debit.
(3) Analisa hujan rata-rata dapat dilakukan dengan metode yang umum seperti
metode rata-rata hitung (aljabar), metode thiessen atau metode isohyet. Metode-
metode yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lapangan
(4) Apabila terdapat kekosongan data pada salah satu stasiun hujan, maka
diperlukan suatu metode pendekatan untuk memperkirakan data hujan yang
kosong tersebut, dengan membandingkan dengan minimal dua stasiun hujan
terdekat pada tahun yang sarna, metode yang sering menggunakan antara lain
metode aljabar dan atau metode perbandingan normal.
(5) Data-data hujan dari stasiun hujan agar dilakukan pengujian konsistensi
(lengkung massa ganda), untuk mengetahui apakah terjadi perubahan
lingkungan atau perubahan cara menakar. Apabila terjadi ketidakkonsistenan,
maka data-data hujan tersebut harus dilakukan koreksi.
(c) AnaIisa Frekuensi Data Hidrologi
(1) Periode ulang yang digunakan adalah 50 tahun
(2) Distribusi frekuensi hujan diakukan dengan beberapa metode seperti metode
distribusi gumbel, metode distribusi log normal dan metode distribusi log
pearson tipe III;
10
(3) Uji kesesuaian distribusi dilakukan dengan cara uji smimov kolmogorof atau
cara uji chisquate.
(d) Analisa Debit Banjir Rencana
(1) Analisa debit banjir rencana dilakukan berdasarkan data curah hujan dan/atau
berdasarkan data debit aliran sungai;
(2) Metode yang digunakan daIam anaIisa debit banjir menggunakan metode yang
sudah umum seperti menggunakan metode empiris dan/atau metode hidrograf
satuan. Perhitungan agar dlakukan dengan beberapa metode dan diambil hasil
perhitungan debit banjir yang terbesar.
(e) AnaIisa Hidrolika
(1) AnaIisa hidrolika menggunakan program (software) dengan metode, parameter
serta asumsi berdasarkan data dan teori yang benar;
(2) Apabila sungai berada di dekat muara (laut), agar memperhitungkan back water
effect, yang mungkin terjadi;
(3) Hasil keluaran dari program (software), minimal memuat muka air normal.
muka air banjir dan limpasan/run off (baik pada kondisi eksisting dan pada
kondisi setelah normalisasi).
(f) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang
dibuat harus dilampirkan pada laporan.
c. Kegiatan Desain
1.) Peraturan dan standar
Dalam kegiatan detail desain ini konsultan melakukan perhitungan-perhitungan teknis
yang mengacu dari refefensi dan peraturan yang ber1aku antara lain:
a.) Undang-Undang No. 23 tahun 2007, tentang Perkeretaapian;
b.) Peraturan Pemeritah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian;
c.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012, tentang persyaratan teknis jalur kereta api;
d.) Peraturan Menteri No. 36 tahun 2011, tentang perpotongan dan atau persinggungan
antar jalur kereta api dengan bangunan lain;
e.) Peraturan Menteri No. 10 tahun 2011, tentang persyaratan teknis peralatan
persinyalan perkeretaapian;
f.) Peraturan Dinas No.10 C, tentang Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI);
f.) Rencana Pembebanan 100 % RM. 1921;
g.) AVBP 1932;
11
h.) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
i.) BMS 6 - M.21, Panduan Perencanaan Teknik Jembatan -26 Nov 1992;
j.) Peraturan dan standar lain yang terkait.
2.) Lingkup Rancangan Teknis
Berdasarkan hasil pekerjaan survey sekunder dan primer, selanjutnya penyedia jasa
mengevaluasi dan membuat desain awal mencakup beberapa alternatif lengkap dengan
perkiraan biaya secara kasar, kemudian didiskusikan dengan pemberi tugas. Setelah
disepakati alternatif yang paling rnenguntungkan, penyedia jasa melakukan perhitungan-
perhitungan teknis termasuk pembuatan gambar rancangan. Kegiatan rancangan teknis
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.) Analisa/Perhitungan struktur bangunan atas dan bangunan bawah jembatan kereta
api;
b.) Analisa/perhitungan struktur pendukung/ternbok penahan/perkuatan tanah (bilamana
diperlukan);
c.) Gambar detail desain/perencanaan.
3.) Ketentuan umum desain
a.) Kriteria Desain
(1) Desain jembatan direncanakan untuk lebar jalan rel 1435 mm , menggunakan
tipe rel R.60 dan beban gandar minimal 22,5 ton;
(2) Jenis Pembebanan meliputi beban mati, beban hidup (horisontal & vertikal)
termasuk beban sementara.
(3) Faktor Beban dan Kombinasi Pernbebanan untuk perhitungan desain struktur
menggunakan kombinasi pembebanan Allowable Strength Design dan/atau
Ultimate Strength Design.
(4) Penentuan dimensi dan elevasi dilakukan berdasarkan kajian dan perhitungan
hidrologi dan hidrolika.
(5) Struktur bangunan atas jembatan sedapat mungkin dipilih tipe yang
memerlukan pekerjaan pemeliharaan seminimal mungkin (misalnya struktur
beton).
(6) Bila terpaksa bangunan atas jembatan menggunakan struktur baja, pemilihan
tipe sedapat mungkin berdasarkan tipikal yang teIah digunakan di jaringan
jalan Kereta Api yang ada sekarang.
(7) Konstruksi penyanggaan sementara untuk pelaksanaan pekerjaan yang nantinya
dilaksanakan meIiputi pekerjaan analisis/perhitungan struktur konstruksi
12
penyangga sementara dan tata cara (contruction method) pelaksanaannya.
b.) Usulan alternatif desain:
(1) Usulan alternatif desain dibuat berdasarkan beberapa aspek teknis disertai
penjelasannya;
(2) UsuIan alternatif desain dibuat dalam bentuk matrik kelebihan/kekurangan
masing-masing usulan.
c.) Rekomendasi Desain
(1) Menentukan parameter penilaian;
(2) Membuat matrik penilaian;
(3) Menyampaikan rekomendasi mengenai;
(a) Bentang jembatan
(b) Jarak antar jembatan (Desain Double Track)
(c) Tipe bangunan atas jembatan
d.) Hasil Perencanaan Desain;
(1) Gambar Desain
(a) Peta situasi dengan skala 1: 1000 dan interval garis kontur 0,5m;
(b) ProfiI memanjang dengan skala Horizontal 1: 100 dan skala Vertikal 1: 50;
(c) Profil meIintang dengan skala 1: 100;
(d) Gambar detail struktur = 1: 20 dan 1 : 50;
(e) Gambar di cetak dalam kertas ukuran A3;
(f) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar;
(g) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan
Ditjen Perkeretaapian;
(h) Grid beserta nilainya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100 m
untuk skala 1: 1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m
untuk skala 1: 5000;
(i) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survey skala garis,
arah utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;
(j) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi
dan atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut;
(k) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka
ketinggian yang bulat.
(2) RKS dan Spesifikasi Teknis
(3) Perhitungan biaya pelaksanaan
13
(a) Volume Pekerjaan (BOQ)
(b) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
(c) Analisa harga satuan upah dan bahan
4. TENAGA AHLI
Pelaksanan kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman dibidangnya dengan
minimum kualifikasi pendidikan, pengalaman dan jumlah sebagai berikut:
5.
T
14
NO JABATANJUMLAH
ORANG
KUALIFIKASI
PENDIDIKAN
PENGALAMAN
(Tahun)
1 Team Leader 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 13
2 Ahli Perkeretaapian 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9
3 Ahli Jembatan KA 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9
4 Ahli Geoteknik 1S1 – T. Geologi/T.
Sipil≥ 9
5 Ahli Teknik Sipil/Struktur 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9
6 Ahli Teknik Hidrologi/Hidrolika 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 7
7 Ahli Cost Estimator 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 7
8 Ahli Muda Teknik Jembatan KA 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 5
9 Ahli Muda Teknik Sipil 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 5
ENAGA PENDUKUNG
Pelaksanan kegiatan ini dibantu beberapa tenaga pendukung, antara lain :
6. KEBUTUHAN PERALATAN
Dalam pelaksanan kegiatan ini konsultan wajib menggunakan peralatan minimal sebagai
berikut:
7.
JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan
15
NO JABATANJUMLAH
ORANG
KUALIFIKASI
PENDIDIKAN
PENGALAMAN
(Tahun)
1 Operator Komputer 2 D3 - Komputer ≥ 2
2 Sekretaris 1 D3 - Sekretaris ≥ 2
3 Juru Gambar/CAD Operator 2 D3 – Teknik Sipil ≥ 4
NO PERALATAN JUMLAH
1 Alat Sondir 1 Unit
2 Alat Ukur 1 Unit
3 Bor Mesin 1 Unit
4 Rol Meter 5 Buah
5 Komputer 4 Unit
6 Printer 3 Unit
7 Projector 1 Unit
8 Kamera/Handycam 1 Unit
9 Kendaraan Roda 4 1 Unit
10 Kendaraan Roda 2 1 Unit
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 4 bulan
kalender, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaaa.
b. Matrik Pelaksanaan
8. LAPORAN
a. Laporan Pendahuluan
Memuat hal-hal sebagai berikut :
1.) Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, waktu
pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;
2.) Struktur organisasi tim pelaksana;
3.) Hasil analisa terhadap studi yang pernah di laksanakan dan dari data sekunder;
4.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan perencanaan antara lain Ditjen
Perkeretaapian, PT KAI (Persero), PSDA, Bappeda, Dinas Tata Ruang, dan lain-lain;
5.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi;
6.) Pendekatan teknis terhadap hasil survey sekunder, metodologi pelaksanaan pekerjaan
termasuk identifikasi kendala yang mungkin dapat terjadi;
7.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve.
Laporan diserahkan sebanyak 2 (dua) rangkap Asli dan 8 (delapan) rangkap copy, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Sebelum laporan
diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja dari laporan ini,
untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat Jenderal
Perkeretaapian.
b. Laporan Antara
16
NO KEGIATANBULAN KE -
I II III IV
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Konsep Laporan Akhir
4 Laporan Akhir
Memuat hal-hal sebagai berikut: s
1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk hasil survey primer seperti, survey topografi,
survey hidrologi/hidrolika dan penyelidikan tanah;
2.) Hasil analisa survey sekunder maupun primer dan menentukan kriteria desain;
3.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain Ditjen Perkeretaapian dan
instansi lain yang berkaitan;
4.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi.
5.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve.
Laporan diserahkan sebanyak 2 (dua) rangkap Asli dan 8 (delapan) rangkap copy, selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Sebelum laporan
diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja dari laporan ini,
untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat Jenderal
Perkeretaapian.
c. Konsep Laporan Akhir
Memuat hal-hal sebagai berikut:
1.) Hasil detail desain;
2.) Hasil perhitungan volume dan biaya;
3.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve,
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil
pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku-buku lampiran terkait pekerjaan ini.
Secara keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain:
1.) Buku 1 Laporan Akhir;
2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif;
3.) Buku 3 Laporan Teknik Desain;
4.) Buku 4 Album Gamber Perencanaan;
5.) Buku 5 Spesifikasi Teknis dan RKS;
6.) Buku 6 BOQ, RAB dan AHS;
7.) Buku 7 Laporan Survei Hidrologi dan Hidrolika;
8.) Buku 8 Laporan Survei Topografi;
9.) Buku 9 Album Gambar Topografi;
10.) Buku 10 Laporan Survei Penyelidikan Tanah dan Laboratorium Test
17
Laporan diserahkan sebanyak @ 2 (dua) rangkap Asli dan @ 8 (delapan) rangkap copy,
selambat-lambatnya 4 (Empat) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk
softcopy keseluruhan laporan, yang disimpan/direkam didalam flashdisk sebanyak 2 (dua)
buah/rangkap.
Sebelum laporan diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja
dari laporan ini, untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat
Jenderal Perkeretaapian.
9. ALIH PENGETAHUAN
Penyedia Jasa berkewajiban melakukan pembahasan, diskusi dan atau pelatihan (kursus singkat)
terkait dengan substansi pelaksanaan kegiatan termasuk peninjauan ke lapangan dalarn rangka
alih pengetahuan kepada Pemberi Tugas.
10. BIAYA
Kegiatan ini dibiayai dari dana APBN DIPA Tahun Anggaran 2015, Satuan Kerja
Pengembangan dan Peningkatan Prasarana Perkeretaapian.
11. LAIN-LAIN
a. Penjabaran lebih lanjut temadap pemahaman lingkup pekerjaan oleh Penyedia Jasa, harus
disampaikan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas pada saat pembahasan
Laporan Pendahuluan.
b. Pada tiap-tiap laporan dan program yang disampaikan, dan setelah diperiksa oleh Pemberi
Tugas temyata rnasih terdapat kekurangan atau diperlukan perbaikan/revisi, maka pada
setiap penambahan kekekurangan dimaksud ataupun perbaikan/revisi yang harus dilakukan,
masih merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pekerjaan/kegiatan ini, yang belurn tercantum di dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan dibahas dalam rapat koordinasi secara terjadwal, antara
Pemberi Tugas dan Penyedia Jasa.
18