I. Judul Praktikum : Spektroskopi UV-VIS
II. Tanggal Praktikum : Senin, 7 Desember 2015 pukul 10.00 WIB
III. Tanggal Selesai Praktikum : Senin, 7 Desember 2015 pukul 13.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Menentukan konsentrasi suatu larutan
V. Dasar Teori :
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan
spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 1990: 325).
Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dan sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, glatung, ataupun celah optis. Pada spektrofotometri
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahay seperti prisma suatu spektrofotometer tersususn dari sumber
spektrum tampak yang kontinu. Monokromator sel pengabsorbsian untuk
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding
(Khopkar, 1990: 225 – 226).
Spektrofotometri ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan
struktur molekul organik dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu
molekul adalah hasil transmisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul
tersebut (Creswell, 2005: 26).
Spektroskopi UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan
mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak
untuk ultraviolet dengan suatu molekul yang daat menyebabkan eksitasi
molekul dan tingkat dasar ke tingkat energi yang paling tinggi (Sumar, 1994:
135).
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan
untuk menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -
7 cm). Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah)
sedangkan spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002:
788).
Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi
dripada radiai inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dan orbital keadaan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan terdesitasi berenergi lebih tinggi
transisi ini memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya
isomerisasi atau reaksi – reaksi radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya
promo elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit
akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang
menyerap cahaya pada daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day
and Underwood, 2002: 180).
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena
mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat
dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana
absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam
molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat
dan diperlukan iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek
untuk sksitasinya (Day and Underwood, 2002: 388).
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang kadang
menunjukkan struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati.
Namun dalam fase-fase merapat tingkat energi molekul demikian terganggu
oleh tetangga-tetangga dekatnya, sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar
(Day dan Underwood, 2002: 389).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan
dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut
harus diubah menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang
dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252).
Spektrofotometri yang sesuai denga pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sianr monokromtis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800
nm. Dengan komponen-komponen meliputi sumber-sumber sinar,
monokromator dan sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012: 261).
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (visible)
yaitu dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10-7 m (400 nm) berupa cahaya
violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800 nm) atau merah. Panjang
gelombang juga lazim disajikan dalam satuan nm dimana 1 m = 10-9 nm. Bila
cahaya UV-tampak (UV-Vis) dikenakan pada senyawa maka sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi
yang spesifik. Setiap molekul mempunyai tingkat energi dasar (ground state =
GS) yang spesik. Sinar yang diserap adalah untuk menaikkan elektron ikatan ke
tingkat energy eksitasi (excited state = ES). Karena level energy GS ke ES tiap
molekul spesifik maka E (sinar) yang diserap juga spesifik merupakan dasar
analisa kualitatif (Sitorus, 2009).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada
fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna
yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang harus diperhatikan.
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih
panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan
antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini
berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau
0,5% (kesalahan fotometrik).
(Gandjar & Rohman, 2007).
Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis dijelaskan
secara garis besar sebagai berikut.
1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau lampu
Deutirium (D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga menghasilkan
sinar Infra Merah (IR) dekat menggunakan lampu filament tungsten yang dapat
menghasilkan tenaga radiasi 350-3500 nm.
2. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar
polikromatis (banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk
mengurai sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan.
Monokromator terbuat dari bahan optic yang berbentuk prisma.
3. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal dengan
istilah kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada juga yang
berbentuk kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak
menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi
dengan sampel dan pelarut.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik
atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat (printer).
Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara
kuantitatif tenaga cahaya tersebut.
VI. Alat dan Bahan
Alat:
1. Labu ukur 10 mL (1)
2. Pipet tetes (secukupnya)
3. Spektroskopi UV-VIS (1set)
4. Tabung reaksi (8)
5. Rak tabung reaksi (1)
6. Tissu (secukupnya)
Bahan:
1. Metil merah
2. NaOH
3. HCl
4. Aquades
Larutan baku metal merah konsentrasi 40 ppm
-dibuat larutan standart 1,3,5,7,10
Larutan standart
-diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 420nm-dibuat kurva
Absorbansi larutan :1ppm : 0,0363ppm : 0,0935ppm : 0,1677ppm : 0,25510ppm : 0,361
Larutan dengan konsentrasi terendah
-diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 300-600nm-dibuat kurva serapan masing-masing larutan (AVs λ ) -ditentukan λ optimum larutan
λ optimum : 0,361
VII. Alur Kerja
a) Penyiapan larutan baku
b. penentuan panjang gelombang optimum
Sederetan larutan standart
-diukur absorbansi -dibuat kurva kalibrasi (AVs C) pada panjang gelombang optimum -ditentukan persamaan kurvanya (pengukuran dimulai dari larutan dengan konsentrasi terendah)
Y=0,0364x-0,0055 dengan R = 0,9968
Larutan metal merah dengan konsentrasi tertentu
-dibuat spectrum sampel-diamati dan dicatat absorbansinya
Absorbansi
-dihitung konsentrasinya menggunakan persamaan kurva kalibrasi yang telah diperoleh
Konsentrasi larutan : 7,6899
c. pembuatan kurva kalibrasi
d) penentuan konsentrasi suatu larutan
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi :Aquades : 0,33NaOH : 0,654HCl : 1,577
1)
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-ditambahkan 2mL HCl 0,4M-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi :HCl : 1,577
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-ditambahkan 2mL NaOH 0,4M-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi :NaOH : 0,654
2) dalam suasana Asam
3) dalam suasana Basa
Larutan baku metal merah konsentrasi 40 ppm
-dibuat larutan standart 1,3,5,7,10
Larutan standart
-diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 420nm-dibuat kurva
Absorbansi larutan :1ppm : 0,0363ppm : 0,0935ppm : 0,1677ppm : 0,25510ppm : 0,361
VIII. Hasil Pengamatan
No Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan/Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
a) Penyiapan larutan baku -metil merah : larutan berwarna kuning (++++)
-metil merah setrelah pengenceran : larutan berwarna -1 : kuning muda-3 : kuning-5: kuning (+)-7 :kuning (++)-10 : kuning (+++)
Semakin tinggi konsentrasi,semakin besar nilai absorbansinya.
Dari hasil analis uv-vis dan perhitungan didapatkan linier y= 0,0364-0,0055 dengan R2 =0,9968Konsentrasi sampel larutan metal merah yang didapatkan adalah 7,6899ppm
Larutan dengan konsentrasi terendah
-diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 300-600nm-dibuat kurva serapan masing-masing larutan (AVs λ ) -ditentukan λ optimum larutan
λ optimum
Sederetan larutan standart
-diukur absorbansi -dibuat kurva kalibrasi (AVs C) pada panjang gelombang optimum -ditentukan persamaan kurvanya (pengukuran dimulai dari larutan dengan konsentrasi terendah)
Persamaan kurva
b) -absorbansi larutan -1ppm : 0,036-3ppm : 0,093-5ppm : 0,167-7ppm : 0,255-10ppm : 0,361
c) pembuatan kurva kalibrasi Diperoleh persamaan kurva kalibrasi linier y= 0,0364-0,0055 dengan R2
=0,9968
Larutan metal merah dengan konsentrasi
tertentu
-dibuat spectrum sampel-diamati dan dicatat absorbansinya
Absorbansi
-dihitung konsentrasinya menggunakan persamaan kurva kalibrasi yang telah diperoleh
Konsentrasi larutan
d) penentuan konsentrasi suatu larutan Konsentrasi sampel larutan metal merah : 7,7060 ppm
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-ditambahkan 2mL HCl 0,4M-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi
1) -larutan metil merah 40ppm : berwarna kuning (++++)-aquades : tidak berwarna
-1mL metil 40 ppm + aquades : larutan berwarna kuning (+++) -absorbansi Aquades : 0,33-NaOH : 0,654-HCl : 1,577
Dari hasi;l analisis menggunakan uv-vis didapatkan nilai absorbansi maksimum dan λ optimum sebagai berikut :-metil merah absorbansi max 0,33 pada λ max 433nm-metil merah + HCl absorbansi max 1,577 dan λ max 518 nm-metil merah + NaOH
absorbansi max 0,654 dan 426nm Absorbansi metal merah + HCl >meti merah +NaOH >metal merah
2) Dalam suasana asam -larutan metil -1mL metil 40
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-ditambahkan 2mL HCl 0,4M-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi
merah 40ppm : berwarna kuning (++++)-HCl 0,4 larutan tidak berwarna-aquades : tidak berwarna
ppm + HCl : larutan berwarna merah muda (++) -setelah + aquades : larutan berwarna merah muda (++)-absorbansi : 1,577- λ optimum metal merah pada suasana asam : 518nm
3) Dalam suasana basa -larutan metil -1mL metil 40
1mL larutan metal merah 40 ppm
-dimasukkan kedalam labu takar 10mL-ditambahkan 2mL NaOH 0,4M-diencerkan dengan akuades sampai tanda batas-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300-600nm dengan blanko aquades
Absorbansi
merah 40ppm : berwarna kuning (++++)-NaOH 0,4 :larutan tidak berwarna-aquades : tidak berwarna
ppm + NaOH : larutan berwarna kuning (++) - + aquades : larutan berwarna kuning (+)-absorbansi : 0,654- λ optimum metal merah pada suasana basa : 462 nm
IX. Analisis dan Pembahasan
Percobaan 1. Penentuan Konsentrasi Suatu Larutan
a. Penyiapan larutan baku
Larutan baku metil merah yang berwarna merah (+++) dibuat
sebagai larutan baku dilakukan pengenceran dengan aquades hingga
40 ppm menghasilkan larutan berwarna kuning (++++). Hal ini
dikarenakan semakin besar pengenceran (penambahan aquades) maka
akan mengubah warna asli dari metil merah tersebut menjadi warna
pada spektrum cahaya tampak. Dibawah ini adalah tabel pengenceran
metil merah berbagai knsentrasi.
Konsentrasi Warna
1 ppm Kuning muda
3 ppm Kuning
5 ppm Kuning (+)
7 ppm Kuning (++)
10 ppm Kuning (+++)
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan metil merah
dapat diketahui dengan mengukur absorbansi larutan metil merah
dengan konsentrasi terendah pada panjang gelombang tertentu,
apabila panjang gelombang tersebut menghasilkan absorbansi terbesar
maka merupakan panjang gelombang maksimum. Pada larutan metil
merah dengan konsentrasi 1 ppm (kuning muda) didapatkan 0,036
dan pada larutan metil merah dengan konsentrasi 3 ppm (kuning+)
diperoleh nilai absorbansi 0,093. Pada pengukuran larutan metil
dengan konsentrasi 5 ppm (kuning ++) didapatkan nilai absorbansi
0,167. Sedangkan pada konsentrasi 7 ppm (kuning ++) diperoleh nilai
absorbansi 0,255 . Pada larutan metil merah dengan konsentrasi 10
ppm (kuning +++) diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,361.
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi setiap
larutan standar metil merah ( 0, 1, 3, 5, dan 10 ppm), kenmudian
membuat kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi larutan
standar. Penentuan konsentrasi sampel dapat diketahui dengan cara
memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan garis linier
yang diperoleh dari kurva kalibrasi.
No. Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
1 0 ppm 0
2 1 ppm 0,036
3 3 ppm 0.093
4 5 ppm 0.167
5 10 ppm 0.255
Kurva Kalibrasi yang diperoleh yaitu
0 2 4 6 8 10 120
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.350.4
f(x) = 0.0363504672897196 x − 0.00551869158878499R² = 0.996835332313582
Grafik Larutan Standar Metil Merah
konsentrasi
abso
rban
si
d. Penentuan konsentrasi suatu larutan
Pada pembuatan kurva kalibrasi dari larutan merah diperoleh
persamaan regresinya yaitu :
y = 0.0364x - 0.0055 dan R2 = 0.9968
Dari persamaan tersebut dapat dihitung konsentrasi sampel yaitu :
Larutan Absorbansi
Sampel 0,275
Menurut hukum Lambert – Beer :
Y = 0.0364x - 0.0055
Kemudian disubstitusi nilai absorbansi Sampel dari persamaan
tersebut:
y = 0.0364x - 0.0055
0,275 = 0.0364x - 0.0055
x = 0,28050,0364
= 7,7060 ppm
Jadi konsentrasi sampel adalah 7,7060 ppm
Percobaan 3. Pergeseran panjang gelombang
Pada percobaan 3 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut
dan pH pada panjang gelombang optimum.
Langkah awal yang dilakukan adalah memasukan 1 ml larutan
metil merah 40 ppm kedalam labu ukur 10 ml, lalu diencerkan hingga
tanda batas.
Selanjutnya yaitu sampel pada suasana asam. 1 ml larutan metil
merah 40 ppm dimasukan kedalam labu ukur 10 ml lalu ditambahkan
dengan 2 ml HCl 0,4 M dan diencerkan hingga tanda batas. Penambahan
tersebut menghasilkan perubahan warna pada larutan yaitu dari berwarna
kuning menjadi merah muda (++). Terakhir yaitu sampel pada suasana
basa. 1 ml larutan metil merah 40 ppm dimasukan kedalam labu ukur 10
ml, kemudian ditambahkan dengan 2 ml NaOH 0,4 M dan diencerkan
hingga tanda batas. Langkah terakhir yaitu mengukur absorbansi ketiga
sampel metil merah tersebut pada panjang gelombang 300-600nm. Dari
pengukuran diperoleh data berikut :
Sampel Metil Merah Panjang Gelombang
(nm)
Absorbansi
Netral 433 0,33
Asam 518 1,577
Basa 462 0,654
Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya perbedaan pergeseran panjang
Gelombang dari masing – masing sampel. Pada suasana basa pergeseran
panjang gelombangnya lebih kecil yaitu 462 nm sedangkan pada suasana
asam pergeseran panjang gelombangnya lebih besar yaitu 518 nm. metil
oranye berwarna kuning dalam larutan basa dan berwarna merah dalam
larutan asam. Dalam larutan asam, ion hidrogen (barangkali tidak
diharapkan) menempel pada salah satu nitrogen pada ikatan rangkap dua
nitrogen-nitrogen. Muatan positif pada nitrogen terdelokalisasi (menyebar
ke seluruh struktur) – khususnya ke bagian molekul sebelah kiri.
Metil merah yang berwarna kuning mempunyai serapan sekitar 440
nm, berada di daerah biru dari spektrum, dan warna komplementer biru
adalah kuning. Ini seperti yang anda harapkan. Sedangkan yang berwarna
merah mempunyai puncak serapan sekitar 520 nm, yaitu terdapat pada
ujung daerah sian dari spektrum, dan warna komplementer sian adalah
merah. perubahan dari bentuk kuning ke merah menghasilkan peningkatan
panjang gelombang serapan. Peningkatan panjang gelombang menunjukan
kenaikan delokalisasi. Kenaikan delokalisasi menyebabkan pergeseran
puncak serapan ke panjang gelombang yang lebih tinggi. Delokalisasi
yang lebih besar ini menurunkan beda energi antara orbital molekul
berpasangan yang tertinggi dan orbital pi anti-ikatan tak berpasangan yang
paling rendah. Energi yang dibutuhkan untuk melompat lebih rendah dan
panjang gelombang sinar yang diserap lebih panjang.
X. Kesimpulan
1. Dari hasil analis uv-vis dan perhitungan didapatkan linier y = 0,0364x
- 0,0055 dengan R2 =0,9968
2. Konsentrasi sampel yang diperoleh yaitu 7,6899 ppm
3. absorbansi maksimum dan λ optimum sebagai berikut :
-metil merah absorbansi max 0,33 pada λ max 433nm
-metil merah + HCl absorbansi max 1,577 dan λ max 518 nm
-metil merah + NaOH absorbansi max 0,654 dan 426nm
XI. Daftar Pustaka
Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung: ITB
Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta: Depkes RI
Gandjar, I.G. & A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
R.A.Day, Dr Jan Dan Al - Underwood. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Setiarso, Pirim dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik III. Surabaya:
Unesa Press
Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press
Lampiran
Dokumentasi
Uji Kualitatif
Foto Keterangan
Diambil 3 mL metil merah 40 ppm menggunakan gelas ukur
Diambil 1 mL metil merah, dimasukkan dalam labu ukur 10
mL
Ditambahkan aquades pada labu ukur sampai batas miniskus
Dimasukkan dalam tabung reaksi 1
Diambil 1 mL metil merah, dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL
Ditambahkan 2 mL HCl 0.4 M
Ditambahkan aquades sampai batas miniskus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2
Diambil 1 mL metil merah, dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL. kemudian ditambahkan 2 mL
NaOH 0.4 M
Dimasukkan dalam tabung reaksi 3
Larutan pada tabung reaksi 1, 2 dan 3 diukur absorbansi nya dengan panjang gelombang 300-600 nm
dengan blanko aquades
Uji Kuantitatif
Foto Keterangan
Dimasukkan 5 tetes metil merah kedalam labu ukur, ditambah
aquades hingga batas miniskus (larutan 1 ppm)
Dibuat larutan 3, 5, 10 dan 15 ppm dengan cara yang sama yaitu
melarutkan beberapa tetes metil merah dan menambahkan aquades hingga batas miniskus. Kemudian,
kelima larutan ini diuji absorbansinya pada panjang
gelombang 300-600 nm