BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem tanpa saluran atau buntu sering disebut sistem endokrin. (Pearce,
2008) Kelenjar kelenjar ini letaknya menyebar di seluruh tubuh tanpa
penghubung. Satu dengan yang lain memiliki keterkaitan dan saling
mempengaruhi. Kelenjar ini menghasilkan sekret yang disebut hormon dari
kata yunani yang berarti merangsang. (Pearce, 2008) Lalu bagaimana hormon
ini bisa tersalurkan dan antar kelenjar memiliki hubungan satu dengan yang
lain?
Sistem endokrin memiliki fungsi yang sama dengan sistem saraf yaitu
sebagai sistem pengontrol tubuh manusia untuk mencapai homeostasis.
Pada laporan turorial blok III skenario 2 ini akan diulas tentang defini,
dan bagaimana hormon itu bisa tersalurkan ke seluruh tubuh dan
hubungannya dengan homeostasis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sistem endokrin? Apa saja organ yang terlibat di
dalamnya?
2. Bagaimana struktur makroskopis dan mikroskopis sistem endokrin?
3. Apa saja hormon yang dihasilkan organ endokrin beserta fungsinya?
4. Apa kaitan sistem endokrin dengan homeostasis?
5. Bagaimana mekanisme kerja hormon?
6. Bagaimana hubungan antara hipotalamus dengan hipofisis posterior dan
dengan kelenjar lainnya?
C. Tujuan
Laporan ini ditulis sebagai hasil turorial kedua blok III “Uh Gambar Apa
Ini??”, agar tercapai pemahaman mahasiswa secara teori, diantaranya:
1. Mampu memahami yang dimaksud dengan sistem endokrin dan organ
yang terlibat.
2. Mampu memahami struktur makroskopis dan mikroskopis sistem
endokrin.
1
3. Mampu memahami hormon yang dihasilkan organ endokrin beserta
fungsinya.
4. Mampu memahami kaitan sistem endokrin dengan homeostasis.
5. Mampu memahami mekanisme kerja hormon.
6. Mampu memahami hubungan antara hipotalamus dengan hipofisis
posterior dan dengan kelenjar lainnya.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan tutorial kedua pada blok III ini
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami yang dimaksud dengan sistem endokrin
dan organ yang terlibat.
2. Mahasiswa mampu memahami struktur makroskopis dan mikroskopis
sistem endokrin.
3. Mahasiswa mampu memahami hormon yang dihasilkan organ endokrin
beserta fungsinya.
4. Mahasiswa mampu memahami kaitan sistem endokrin dengan
homeostasis.
5. Mahasiswa mampu memahami mekanisme kerja hormon.
6. Mahasiswa mampu memahami hubungan antara hipotalamus dengan
hipofisis posterior dan dengan kelenjar lainnya.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Sistem Endokrin
Salah satu kontrol utama tubuh selain sistem saraf adalah sistem endokrin.
Organnya tersebar di seluruh tubuh tanpa adanya hubungan langsung atau
sering disebut tanpa kabel. Organ yang terlibat dalam sistem ini bermacam-
macam jenisnya.
Organ yang memiliki fungsi ganda baik sebagai organ atau kelenjar yang
menghasilkan secret berupa hormon. (Hipotalamus, pancreas, testis,
ovarium)
Organ yang hanya mengeluarkan hormon atau disebut kelenjar. (glandula
pituitary, glandula pineal, glandula tiroid, glandula paratiroid, glandula
suprarenalis, thymus) (Sherwood, 2001)
1. Struktur Makroskopik Organ Endokrin
3
Hipotalamus bagian dari dienchephalon.
Hipofisis anterior/posterior terletak pada os sphenoidale pada fossa
hipofisa. Terdiri dari pars anterior et posterior.
Glandula pineal terletak pada epithalamus.
Glandula thyroidea terletak pada cartilage thyroidea, terdiri dari lobus
dexter et sinister dihubungkan oleh isthmus thyroidea..
Glandula parathyroidea terletak pada glandula thyroidea sebelah dorsal.
Thymus berada pada mediastinum anterior. Tumbuh pada anak kecil
hingga masa pubertas.
4
Pancreas berfungsi sebagai organ ganda yaitu eksokrin dan endokrin.
Eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan melaui ductus pancreaticus
wirisungi dan ductus pancreaticus asesorius santorini, sedangkan
endokrinnya pulau langerhans yang terdiri dari sel alfa, beta, dan delta.
Glandula suprarenal/adrenal berada pada kutub anterior ren. Terdiri dari
korteks dan medulla. Bagian korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasiculata, dan retikularis.
Gonad
a. Ovarium organa viscera pelvis merupakan tempat terjadinya ovulasi.
Ovarium merupakan organa genitalia feminine.
b. Testis terletak pada viscera pelvis dilindungi oleh skrotum. Berfungsi
menghasilkan sperma untuk reproduksi. Termasuk organa genitalia
masculine.
(Hanif, 2003)
5
2. Struktur Mikroskopik Organ Endokrin
a. Suprarenalis (Adrenal)
Korteks :
Zona fasikulata→sel-selnya tersusun berupa deretan lurus, setebal
satu/dua sel yang berjalan tegak lurus terhadap permukaan organ ini
dan memiliki kapiler-kapiler diantaranya.
Zona retikularis→sel-sel terbentuk tidak teratur membentuk anyaman
beranastomosis. Granula pigmen besar-besar dan banyak
Zona glomerulosa→berada di bawah jaringan ikat, sel-sel silindris,
pyramidal berhimpitan, membentuk deretan bundar dikelilingi kapiler.
Medula: mengandung, glukortikoid, mineralkortikoid, dan androgen
b. Pulau Langerhands
Terdiri atas: sel α, β, dan delta
Sel A (penghasil glucagon)→bersifat polipeptida, granul teratur
dengan pusat padat yang dikelilingi daerah bening berbatas membrane
Sel B (penghasil insulin)→granul tidak teratur dengan pusat terdiri
atas Kristal insulin tak beraturan yang tergabung dengan seng
6
c. Thiroid
Jaringan thyroid terdiri atas ribuan folikel yang mengandung bilatan
berepitel selapis dengan lumen berisikan suatu substansi gelatinosa
yang disebut koloid.
Sel parafolikuler→agak lebih besar, mengandung sedikit RE kasar,
mitokondria panjang dan kompleks Gaolgi besar. Banyank granula
kecil berisi hormon.
d. Parathiroid
Terdapat 2 jenis sel: sel prinsipal→sel pologonal kecil, inti vesicular
dan sitoplasma pucat agak asidofilik. Granula tidak teratur (d=200-
400nm) dalam sitoplasma. Sekresi hormon parathyroid. Sel oksifil atau
chief sel→berbentuk polygonal, >sel principal, sitoplasma banyak
mengandung banyak mitokondria asidofilik, Krista berlimpah.
e. Hipofisis
Pars distalis deretan sel epitel yang saling beselingan dengan kapiler.
Terdapat sel kromofob dan 2 jenis kromofil.
Pars nervosa/ Tuberalis, daerah berbentuk corong yang mengelilingi
infundibulum neurohipofisis.kebanyakan menyekresikan
gonadotropin(FSH dan LH) tersusun berderet disepanjang
pemb.darah
Pars intermedia, Terdiri atas deretan dan folikel sel-sel basofilik lemah
yan mengandung granula-granula sekretoris kecil.
3. Mekanisme Kerja Hormon
Kerja hormon pada tingakat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan
reseptor spesifiknya. Sel target ditentukan berdasarkan kemampuannya
untuk mengikat secara selektif hormon tertentu. (Murray, 2003)
B. Hormon dan Fungsinya
1. Pengertian Hormon
7
Hormon adalah sekret yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang
dibawa ke organ lainnya/ organ target baik berupa kelenjar(tropik) atau
bukan (biasa) melalui aliran darah dan sifatnya merangsang aktivitas
metabolisme. (Agung, 2009)
2. Perbedaan Hormon dan Enzim
Ditinjau dari segi substansi pembentuknya, enzim hanya tersusun atas
protein. Sementara hormon bisa dibentuk oleh protein, asam amino, dan
lipid. Kemudian, dari segi kerjanya, hormon bekerja di organ lain, tdak pada
kelenjar pembentuknya sehingga ia harus melewati darah untuk mencapai
sel target. Sementara, enzim bekerja di sel pembentuknya. Tidak ditemukan
dalam darah. Sebab, jika demikian berarti patologis yang menunjukkan
adanya kelainan pada sel sehingga menyebabkan enzim keluar dari sel
masuk ke serum darah yang bukan tempatnya. (Agung, 2009)
3. Persamaan Hormon dan Enzim
Hormon dan enzim, keduanya bekerja secara spesifik seperti halnya
kunci dan gembok. (Agung, 2009)
4. Klasifikasi Hormon
Susunan kimia hormon dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Hormon peptida : hormon protein, hormon glikoprotein atau peptida
rantai pendek yang mengikat reseptor khusus pada permukaan sel target.
b. Hormon steroid : hormon yang larut dalam lipid dan mudah menembus
plasma sel target dan langsung mempengaruhi fungsi sel.
c. Hormon amina, hormon sederhana yang merupakan susunan dari asam
amino tiroksin. Amina langsung bekerja pada nukleus. (Scanlon, 2006)
Ciri-ciri dari masing-masing tipe, yaitu :
Tipe Steroid Polipeptida
Kelarutan Lipofilik Hidrofilik
Protein pengangkut Ya Tidak
Waktu Lama Singkat
Reseptor Intrasel Membran plasma
8
Mediator Kompleks hormon-reseptor cAMP, cGMP
(Murray, 2003)
Klasifikasi hormon berdasarkan mekanisme kerja ada dua, yaitu :
a. Reseptor intrasel (steroid) Contohnya : androgen, estrogen, kalsitriol,
glukokortikoid.
b. Reseptor di permukaan sel (polipeptida)
- Second massenger berupa cAMP
Contohnya : Kalsitonin, somatotropin.
- Second messenger berupa cGMP
Contohnya : Nitrogen oksida
- Second messenger berupa kalsium
Contohnya : Asetilkolin, angiostensin II.
- Second messenger berupa fosfatase
Contohnya : Insulin, prolaktin.
(Murray, 2003)
5. Hormon dan Fungsinya
Kelenjar Hormon Fungsi Struktur
kimia
Hipotalamus TRH Menstimulasi sekresi hormon TSH
dan prolaktin
Peptida
CRH Pelepasan ACTH Peptida
Somastotasti
n
Menghambat pelepasan hormon
pertumbuhan
Peptida
GnRH Menimbulkan pelepasan LH dan
FSH
Peptida
PIF Menghambat pelepasan prolaktin Amin
GHRH Melepaskan hormon pertumbuhan Peptida
Hipophisis
anterior
Hormon
pertumbuhan
Menstimulasi proteindan
pertumbuhan sel
Peptida
9
TSH Menstimulasi sekesi hormon tiroid Peptida
Prolaktin Meningkatkan pembentukan
payudara
Peptida
FSH Menimbulkan pertumbuhan folikel di
ovarium
Peptida
LH Merangsang ovulasi, pembentukan
karpus luteum dan sintesis estrogen
dan progesteron di ovarium
Peptida
Hipophisis
posterior
ADH Meningkatkan tekanan darah Peptida
Oksitosin Merangsang ejeksi air susu dan
kontraksi rahim
Peptida
Kelenjar
tiroid
Tiroksin dan
triodotironin
Meningkatkan kecepatan reaksi
kimia
Amin
Kalsitonin Menambah kadar kalsium pada darah Peptida
Adrenal Kortisol Mengatur metabolisme protein Steroid
Aldosteron Mengurangi kadar kalsium dalam
darah
Steroid
Pancreas Insulin Meningkatkan glukosa Peptida
Glukagon Meningkatkan pelepasan glukosa Peptida
Kelenjar
paratiroid
Paratormon Melepas kalsium dari tulang Steroid
Testis Testosteron Memacu perkembangan sistem
reproduksi pria
Steroid
Ovarium Estrogen Memcu pertumbuhan sistem
reproduksi wanita
Steroid
Progesteron Menstimulasi sekresi getah uterus Steroid
(Sherwood, 2001)
C. Hubungan antar kelenjar
10
Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem
neurosekretorik yang mengeluarkan hormon ADH dan oksitosin oleh hipofisis
anterior. (Sherwood, 2001)
Melalui umpan balik negative, hormon akan melakukan control produksi
hormon.Umpan balik negative ini dikirimkan menuju hipotalamus kemudian
hipotalamus akan mengirimkan pesan terhadap kelenjar untuk berhenti
memproduksi hormon. (Sherwood, 2001)
D. Fungsi Sistem Digestivus dan Kaitannya dengan Homeostasis
Sejumlah kelenjar endokrin yang terletak di perifer berperan penting
dalam mempertahankan homeostasis, terutama melalui pengaruh regulatorik
mereka pada kecepatan berbagai reaksi metabolic dan pada keseimbangan
elektrolit.
Kelenjar endokrin mengeluarkan hormon sebagai respon terhadap
rangsangan spesifik. Hormon ini nantinya akan menimbulkan efek umpan balik
negative untuk menolak perubahan yang memicu sekresi mereka, sehingga
timbul kestabilan dalam lingkungan internal. (Sherwood, 2001)
E. Gangguan Hormon
Pada prinsipnya gangguan hormon terjadi akibat produksi hormon yang
sedikit (hiposekresi) atau berlebih (hipersekresi).
1. Hiposekresi. Apabila organ endokrin menegeluarkan terlalau sedikit hormon
akibat kelainan di dalam organ tersebut, hal ini disebut hiposekresi primer.
Apabila organ endokrinnya normal tetapi mengeluarkan sedikit hormon
karena defisiensi hormon tropiknya disebut hiposekresi sekunder. Faktor
penyebab defisiensi hormon: Genetik, Makanan, Kimia, Imunologis, Proses
penyakit lain, Pengangkatan tumor, Idiopatik (penyebab tidak diketahui)
Contoh Hiposekresi
a. Hiposekresi hormon pertumbuhan pada anak-anak (cebol), pada orang
dewasa (hanya sedikit gejala seperti mengalami penurunan kekuatan
otot)
b. Hiposekresi ADH menyebabkan diabetes insipidus.
c. Hiposekresi insulin menyebabkan diabetes mellitus
11
d. Hiposekresi kortisol dan aldosteron menyebabkan penyakit addison
2. Hipersekresi. Sama halnya seperti hiposekresi. Akibat organ itu sendiri
disebut hipersekresi primer, dan akibat factor dari luar disebut hipersekresi
sekunder.
Faktor penyebab hipersekresi dapat berupa tumor atau imunologik
Contohnya, hipersekresi
a. Hipersekresi hormon pertumbuhan pada anak-anak (gigantisme
pertumbuhan yang mencolok). Pada oraang dewasa (akromegali
pertumbuhan yang tidak seimbang, penebalan tulang)
b. Hiperthyroidisme:
i. Jika terjadi pada usia pertumbuhan, maka akan menyebabkan
penyakit morbus basedowi dengan cirri-ciri : meningkatnya
metabolisme tubuh, meningkatnya denyut jantung, gugup, mudah
berkeringat, sulit meningkatkan berat badan, emosional, mata
melebar, lidah terjulur keluar, frekuensi BAB cenderung
meningkat.
ii. Jika terjadi pada usia dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
gigantisme.
c. Hipersekresi insulin menyebabkan hipoglikemia
d. Hipersekresi aldosteron menyebabkan sindrom conn
e. Hipersekresi kortisol menyebabkan sindrom cushing
f. Hipersekresi androgen menyebabkan sindrom adrenogenital
(Sherwood, 2001)
BAB III
12
PEMBAHASAN
Berikut merupakan skenario II “Uhhh gambar apa ini?” dan pembahasannya.
Apa yang dimaksud dengan
a. Hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengeluarkan
hormon release dan inhibiting dan bekerja sama dengan hipofisis posterior
untuk mempengaruhi kinerja hipofisis anterior.
b. Glandula pineal. Kelenjar yang menghasilkan melatonin diyakini untuk
menghambat gonadotropin.
c. Glandula pituitary. Sering disebut pula sebagai hipofisis. Yang terletak
pada os sphenoidale pada fossa hipofisa. Terdiri dari pars anterior et
posterior. Menghasilkan hormon pertumbuhan dan reproduksi dan
pengaturan reabsorbsi air.
d. Glandula thyroidea. Terletak pada cartilage thyroidea, terdiri dari lobus
dexter et sinister. Menghasilkan hormon tiroksin dan kalsitonin untuk
menurunkan kadar kalsium dalam darah.
e. Glandula parathyroidea. Terletak pada glandula thyroidea sebelah
dorsal. Menghasilkan hormon parathormon untuk meningkatkan kadar
kalsium dalam darah.
f. Thymus. Berada pada mediastinum anterior. Tumbuh pada anak kecil
hingga masa pubertas. Pada orang dewasa digantikan oleh jaringan lemak.
Menghasilkan hormon tymosin.
13
g. Glandula suprarenal/adrenal. Berada pada kutub anterior ren. Terdiri
dari korteks dan medulla. Bagian korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasiculata, dan retikularis. Berturut-turut menghasilkan hormon aldosteron,
kortisol, dan androgen. Bagian medullanya menghasilkan adrenalin dan
noradrenalin yang berfungsi simpathis pada mekanisme stress.
h. Pancreas. berfungsi sebagai organ ganda yaitu eksokrin dan endokrin.
Eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan, sedangkan endokrinnya pulau
langerhans yang terdiri dari sel alfa, beta, dan delta. Sel alfa menghasilkan
hormon glucagon, dan sel beta menghasilkan hormon insulin. Unutk sel
delta ada beberapa sumber mengatakan penghasil hormon somatostanin.
Namun ada pula yang tidak mencantumkan fungsi sel delta.
i. Ovarium. Selain sebagai organ reproduksi, ovarium juga mengeluarkan
hormon estrogen dan progesterone yang fungsinya juga berhubungan
dengan reproduksi.
j. Testis. Sama halnya dengan ovarium testis juga mengeluarkan hormon
testosterone untuk pembentukan sperma. Selain itu juga mengeluarkan
cairan semen untuk reproduksi.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di atas dialirkan melalui darah,
sehingga walau letak antar kelenjar ini berjauhan tetap bisa mempengaruhi satu
sama lain melalui negative mechanism feedback.
Kerja hormon pada tingakat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan
reseptor spesifiknya. Sel target ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk
mengikat secara selektif hormon tertentu. (Murray, 2003)
Pada penyampaian hormon pada sel target bisa digolongkan menjadi tiga yaitu
hormon steroid, polipeptida dan amina. Yang secara keseluruhan bertujuan untuk
transkipsi gen. Pada steroid reseptornya ada di sitoplasma yang bekerja ke nukleus
dan langsung di olah oleh retikulum endoplasma dan menuju ke aparatus golgi
kemudian keluar sebagai cairan ekstra sel. Pada mekanisme yang sama terjadi
pada hormon polipeptida yang reseptornya ada di membran sel dan amina ada di
nukleus. Semua hormon bekerja pada target yang spesifik seperti hubungan kunci
dan gembok. Dan pada polipeptida bereaksi pada daerah sitoplasma yang di
14
daerah tersebut terdapat second messanger yang akan mengolah untuk di bawa ke
nukleus. (Murray, 2003)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
15
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah diuraikan pada Studi Pustaka dan dalam
kaitannya dengan kasus skenario, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Sistem endokrin mengeluarkan sekret berupa hormon yang fungsinya
mengatur keseimbangan agar tercipta homeostasis dalam pertumbuhan,
reproduksi, dan metabolisme.
2. Setiap hormon memiliki fungsi dan reseptornya masing-masing dan
bekerja seperti kunci dan gemboknya.
3. Walaupun tanpa kabel hormon tetap bisa tersalurkan melalui darah dengan
mekanisme umpan balik negatif atau positif.
4. Hipotalamus adalah kelenjar yang mempengaruhi kelenjar lain dengan
mengeluarkan hormon yang menstimulus (releasing hormon) atau yang
menghambat (inhibiting hormon).
B. Saran
Berdasarkan pembahasan ada beberpa hal penting yang perlu
diperhatikan:
1. Kekurangan hormon insulin dapat menyebabkan diabetes melitus. Hal ini
dapat ditangani dengan terapi hormon insulin.
2. Ada 2 tipe diabetes melitus, faktor keturunan dan pola makan. Untuk
faktor pola makan kurangi konsumsi gula secara berlebihan.
3. Olahraga teratur agar metabolisme tubuh lancar.
DAFTAR PUSTAKA
16
Agung, Sekilas Tentang Hormon, pada website:
http://kreatifberpikir.blogspot.com, diakses pada 25 November 2009.
Hanif. 2003. Guidance to Anatomy II. Surakarta: UNS Press
Murray, R. K.; Granner, D. K.; Mayes, P. A.; Rodwell, V. W., 2003. Alih Bahasa
Hartono, A.; Biokimia Harper, edisi ke-25, Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia
Scanlon, V. C. & Tina, S., 2006. Buku Ajar Anatoni dan Fisiologi Edisi 3.
Jakarta : EGC
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
17
Recommended