PERAN PENGAWAS MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN 5
CILINCING JAKARTA UTARA
Disusun Oleh :
LATIF RUSDI
103018227321
PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari 2009
FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Latif Rusdi
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 26 Maret 1985
NIM : 103018227321
Jurusan/Prodi : Kependidikan Islam/ Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi : Peran Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di MAN 5 Cilincing.
Dosen Pembimbing : Drs. Syafril, M.Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 31 Agustus 2010
Mahasiswa Ybs
Latif Rusdi
NIM. 103018227321
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 8
C. Perumusan Masalah ........................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Mutu Pendidikan ..................................................................................... 10
1. Pengertian Mutu Pendidikan ............................................................... 10
2. Indikator Mutu Pendidikan ................................................................. 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan ......................... 13
4. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan ........................................................ 14
B. Kepengawasan Pendidikan ...................................................................... 16
1. Pengertian Kepengawasan Pendidikan ............................................... 16
2. Tujuan Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 17
3. Fungsi Kepengawasan Pendidikan...................................................... 19
4. Prinsip Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 22
5. Teknik Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 35
B. Populasi dan Sampel................................................................................ 35
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35
D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 36
E. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen ......................................... 37
1. Definisi Operasional ........................................................................... 37
2. Kisi-kisi Instrumen .............................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 41
1. Sejarah Berdirinya MAN 5 Cilincing ................................................. 41
2. Keadaan Sekolah ................................................................................. 41
3. Gambaran Umum Responden ............................................................. 45
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 60
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengajuan Proposal skripsi..63
2. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi................................................64
3. Surat Izin melakukan Riset/wawancara..............................................65
4. Pedoman wawancara dan catatan hasil wawncara dengan ...........66
Pengawas Sekolah MAN 5 Cilincing Jakarta Utara...........................67
5. Surat Permohonan Pengisian Angket dan Angket Untuk Guru.......68
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.................................69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dari yang
diharapakan, hal ini terlihat dari rendahnya serapan dunia kerja terhadap
lulusan dari lembaga pendidikan kita. Setiap tahun dunia pendidikan
melahirkan lulusan yang secara kuantitatif sangat banyak, namun dalam
hal kualitas mereka sangat jauh dari yang dibutuhkan. Problema seperti ini
merupakan tanggung jawab bagi kita semua, bagaimana sebuah lembaga
pendidikan dapat menyelenggarakan proses pendidikan dengan sebaik-
baiknya, bagaimana menciptakan guru yang profesional, menciptakan
pendidikan yang kompeten, mengaloaksikan dana yang memadai bagi
dunia pendidikan, hingga mengoptimalkan kinerja para guru, kepala
sekolah, dan pengawas, yang nantinya tentu semua akan menjadikan
lembaga pendidikan benar-benar merupakan tempat yang tepat bagi
seseorang untuk mengembangkan potensinya. Seperti apa yang
diamanahkan oleh konstitusi kita, yang tetuang dalam Undang-Undang
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, ...serta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1
1 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 5.
2
Madrasah dalam dekade akhir abad 20 ini merupakan lembaga
pendidikan bagi para orang tua untuk menjadi sarana penyelenggaraan
pendidikan bagi anak-anaknya. Bahkan pada beberapa daerah tertentu
jumlah madrasah meningkat tajam dari tahun ke tahun. Pertumbuhan suatu
lembaga pendidikan tidaklah terjadi dengan sendirinya tetapi melalui
proses yang panjang, demikian halnya dengan madrasah. Bila dilihat pada
awal pertumbuhannya sebuah madrasah diprakarsai oleh individu atau
lembaga swasta tertentu dan kemudian pada perkembangan selanjutnya
dibina oleh pemerintah. Ini terlihat sejak diberlakukannya UU No. 02
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini telah
diperbaharui dengan undang-undang No. 20 tahun 2003 beserta peraturan
lainnya, maka penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan
madrasah bernaung di bawah satu sistem pendidikan nasional.2
Dengan SKB Tiga Menteri, Kementerian Agama melakukan usaha
pemantapan struktur madrasah secara lebih menyeluruh. Sejumlah
keputusan dikeluarkan untuk mengatur organisasi dan tata kerja madrasah
pada semua tingkatan3. Posisi madrasah pada saat sekarang sejajar dengan
sekolah umum dan tidak lagi dipandang sebelah mata oleh pemerintah,
sehingga penyelenggaraan pendidikan madrasah sangat didukung penuh
oleh pemerintah. Salah satu kegiatan yang paling penting,
penyelenggaraan pendidikan baik di madrasah maupun di sekolah umum
untuk meningkatkan dan menjaga mutu pendidikan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari input, proses, dan output. Hal ini berarti bahwa sebagus
apapun input yang dimiliki oleh suatu sistem pendidikan, sarana,
prasarana, dan dana yang berlimpah, akan tetapi jika tidak menghasilkan
lulusan dengan tingkatan mutu yang diharapkan, disebut sistem
pendidikan yang bermutu rendah.
2 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 1.
3 Maksum, Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), Cet. 1, h. 152.
3
Untuk mencapai mutu pendidikan yang maksimal, perlu
diperhatikan, semua komponen yang ada di dalamnya, dan perlu upaya
perbaikan-perbaikan atau pembaharuan perkembangannya. Salah satu
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh komponen pengawasan. Untuk
itu pemerintah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan.
Hal ini tertuang dalam Undang-undang RI No. 20 tentang SISDIKNAS
bab X pasal 38 ayat 2:
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah.4
Ketentuan yang ada pada undang-undang SISDIKNAS
menunjukkan bahwa supervisi dari pengawas akademik memiliki peranan
penting untuk mencapai tujuan pendidikan, karena jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan para pendidik, pengawas akan meluruskan
agar mereka melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian
tujuan yang ditetapkan. Pengawas pendidikan diharapkan mengetahui
dengan tepat masalah-masalah yang ada di sekolah sebab pengawas
bertanggung jawab untuk mengontrol berhasil atau tidaknya pendidikan.
Dapat diketahui bahwa tugas utama pengawas sekolah yaitu mewujudkan
usaha perbaikan pendidikan terhadap komponen atau unsur-unsur itu
sendiri.
Menyerahkan sesuatu kepada yang profesional di bidangnya yaitu
seorang pengawas pendidikan, diharapkan dapat mengetahui masalah-
masalah yang ada di sekolah dan solusinya, karena pengawas bertanggung
jawab dalam mengontrol, mengendalikan dan memberikan bantuan untuk
keberhasilan pendidikan.
4 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 26-27.
4
Suatu sistem pendidikan yang berhasil dan berdaya-guna bila ia
berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup suatu
bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni berlangsung
begitu cepat dan tidak dapat lagi diikuti dengan kasat mata, sehingga
menimbulkan berbagai permasalahan yang sangat rumit dan kompleks,
serta memerlukan pemecahan secara proporsional.
Proses seperti ini kinerja pengawas sekolah (supervisor) sebagai
lembaga yang dapat menilai baik-buruknya sebuah lembaga harus
ditingkatkan, agar tujuan pendidikan tercapai, terutama pembentukan insan
kamil.
Pendidikan agama pada dasarnya adalah inheren dengan
pembentukan perilaku. Tidak ada pendidikan agama tanpa pembentukan
perilaku dan pembentukan budi pekerti luhur.5
Pendidikan berupa usaha sadar dirancang untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Piet Sahertian mengtakan dalam bukunya Prinsip dan Teknik
Supervisi Pendidikan:
Kebudayaan kita saat ini sedang mengalami suatu perubahan dan percampuran antara faktor-faktor interen dan eksteren. Perubahan
ini disebabkan oleh hasil budi manusia yang semakin maju. Hasil
bahan-bahan budaya yang makin kompleks, sangat mempengaruhi
sikap dan tindakan manusia. Sekolah sebagai satu pusat
kebudayaan. Bertugas dan bertanggung jawab menyeleksi unsur-
unsur negatif dari pengaruh kebudayaan modern dan mengambil
sari pati, untuk pada masa kini. Lebih penting lagi setelah harus
dilihat sebagai pusat pengembangan kebudayaan, yang
mengembangkan kreativitas dan kemampuan nalar para siswa.
Unsur-unsur kebudayaan yang berbeda-beda sangat mempengaruhi
lapangan gerak pendidikan dan pengajaran. Sekolah bertugas
mengkoordinir semua usaha dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang dicita-citakan. Disinilah letak perlunya supervisi
pendidikan.6
5 Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Asmissco,
1996), h. 74.
6 Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), h. 4.
5
Ibrahim Bafadal mengatakan bahwa seseorang akan bekerja secara
profesional apabila seseorang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan
motivasi. Artinya, seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional
apabila ia hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan.
Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-
mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan
inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan
kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang
tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk
menemukan kesalahan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat
ilmiah ialah7:
1. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan
kontinyu.
2. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi
nyata, bukan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberi informasi
sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap
proses belajar-mengajar.
Supervisi berfungsi membantu (assisting) memberi support
(supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing).8 Dilihat dari
fungsinya, tampak jelas peranan supervisi itu. Mengenai peranan supervisi
dapat dikemukakan berbagai pendapat para ahli. Seorang supervisor dapat
berperan sebagai: koordinator; mengkoordinir bawahannya, konsultan;
sebagai penampung aspirasi bawahannya, pemimpin kelompok;
diharapkan bisa memimpin bawahannya, evaluator; mengevaluasi semua
kegiatan yang telah dilaksanakan.
7 Piet A. Sahertian, Prinsip ..., h. 30.
8 Piet A. Sahertian, Prinsip..., h. 31.
6
Kegiatan supervisi idealnya bukan sekedar untuk mengawasi dan
menilai kemampuan guru, melainkan untuk mengembangkan
kemampuannya. Hal ini biasa terjadi di sekolah-sekolah. Supervisi
dilaksanakan hanya sekedarnya sebagai formalitas saja. Para supervisor
hanya datang sesuai jadwal yang ditentukan dengan membawa instrumen
pengukuran dan kemudian setelah dilaksanakan berarti tugasnya telah
selesai.
Jika demikian, maka peningkatan mutu dan profesionalitas guru
menjadi lambat sehingga proses belajar mengajar dan hasil belajar yang
diperoleh juga kurang maksimal.
Ada lima kekuatan kepemimpinan yang merupakan hal-hal yang
sangat mempengaruhi kegiatan persekolahan. Adapun lima kekuatan
tersebut; (1) kekuatan teknikal, (2) kekuatan manusia, (3) kekuatan
pendidikan, (4) kekuatan simbolik, dan (5) kekuatan budaya.9
Tujuan kepemimpinan simbolik ialah efektivitas kepemimpinan
seorang pemimpin terletak pada kemampuannya untuk memberi arti pada
setiap kegiatan yang dilakukan tidak dengan jalan mengikuti tingkah laku
orang lain melainkan dengan cara memberikan perasaan tentang
pentingnya kegiatan yang mereka lakukan, terutama tentang bagaimana
mereka menyatakan dan mengkomunikasikan kepentingan kegiatan
tersebut.
Sekolah yang dikelola secara cepat dan cermat akan mampu
menerapkan pemecahan masalah-masalah kompleks dengan cara yang
sederhana (solving complicated problems), atau dengan cara
menyederhanakannya. Tanpa kemampuan kepala sekolah dan guru
bertindak semacam itu, akan muncul pengelolaan sekolah yang dilakukan
secara salah (school mismanagement), untuk selanjutnya tidak akan
mampu melahirkan proses dan hasil-hasil yang terukur. Prakarsa
9 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan,
(Jakarta: Rajawali, 1990), Cet. 1, h. 197.
7
peningkatan mutu pendidikan untuk sebagian besar menempatkan
transformasi pembelajaran sebagai intinya. Sedangkan upaya ke arah
perbaikan mutu pembelajaran itu terus dilakukan, antara lain dengan
mentransfer pengalaman di sektor proses fabrikasi ke dalam perilaku
pengajaran dan pembelajaran.
Kadar yang beragam, gerakan reformasi sekolah telah dilakukan
pada sekolah mana pun, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat. Abu Ahmadi Mengatakan:
Bahwa pendidikan itu dimungkinkan adanya perbahan-perubahan, abik mengenai stabilitas atau riilnya, maupun fluiditas atau
idealnya. Keadaan apa saja yang kurang baik harus kita rubah. Jadi
fungsi pendidikan ialah mengkeseimbangkan antara stabilitas dan
fluiditas. Biasanya system pendidikan itu dipengaruhi juga oleh
perubahan penduduk dan perkembangan ekonomi dalam
masyarakat. Penduduk mempengaruhi sistem pendidikan, tapi
sistem pendidikan yang mempengaruhi perubahan penduduk.
Makin banyak penduduk makin banyak gedung-gedung sekolah
yang dibutuhkan untuk melayani anak-anak.10
Kaitannya dengan prakarsa mutu, seperti telah diuraikan di atas,
maka reformasi pendidikan menghubungkan unsur-unsur di luar institusi,
seperti dimensi sosial, ekonomi, politik, dan kultural. Kretovics, Farber,
dan Armaline (1991) mengemukakan bahwa upaya reformasi sekolah
menyangkut aspek-aspek auditif, seperti perbaikan sistem ujian, pekerjaan
rumah yang lebih banyak bagi para siswa, memberi kesempatan bagi siswa
untuk belajar lebih lama di bangku pendidikan, waktu anak di sekolah
lebih lama, dan internalisasi fakta-fakta kultural.
Berdasarkan latar belakang dan deskripsi di atas maka penulis
mengajukan penulisan karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul:
Peran Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
MAN 5 Cilincing Jakarta Utara.
10 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1982) cet. Ke-4 h. 109-
110
8
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Kinerja pengawas pada sekolah bimbingannya.
2. Peningkatan kualitas mutu pendidikan.
3. Tingkat efektifitas pengawasan yang ada pada sekolah tersebut.
C. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan alur pembahasan sekaligus mempermudah
dalam memahami skripsi ini, perlu dikemukakan beberapa permasalahan
serta ruang lingkup yang menjadi titik tolak penulisan, diantaranya adalah:
1. Apa tugas-tugas pengawas dalam dalam kepengawasan Pendidikan di
MAN 5 Cilincing?
2. Bagaimana teknik yang digunakan pengawas dalam kepengawasan
Pendidikan di MAN 5 Cilincing?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sebagaimana perumusan permasalahan diatas, penelitian ini
dimaksudkan untuk:
a. Mengetahui kinerja pengawas sekolah MAN 5 Cilincing.
b. Mengetahui peranan pengawas sekolah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di MAN 5 Cilincing.
2. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini ialah:
a. Memberikan kontribusi kognitif bagi perkembangan wacana
mengenai supervisi pendidikan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pengawas sekolah pada umumnya demi
terselenggaranya pendidikan yang lebih bermutu.
b. Secara khusus diharapkan penelitian ini dapat memberikan catatan
yang berharga bagi sekolah lain terhadap mutu pengawas sekolah
9
(supervisor), khususnya bagi perkembangan pendidikan di MAN 5
Cilincing.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Mutu adalah ukuran baik
buruk suatu benda; kadar; atau derajat (kepandaian, kecerdasan dsb);
kualitas.1 Secara substantif, istilah Mutu itu sendiri mengandung dua hal.
Pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan
keadaan benda sedang taraf menunjukkan kedudukan dalam suatu skala.2
Uwes Sanusi Mengemukakan Pengertian mutu pendidikan yang
diambil dari buku berjudul Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (buku I konsep dan pelaksanaan) terbitan Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2001 disebutkan bahwa secara umum, mutu adalah
Gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang
menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.3
Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan
secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang.
1 Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Phoenix),
cet. 1 h. 593 2 Sanusi Uwes, Manajemen Penegembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), Cet ke-1, h. 27 3 Maseko, Seminar Dan Musyawarah Nasional FOSSEI ke-VIII (Online), Jurnal Tersedia:
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/655, (26 Maret 2010)
11
Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian
dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar,
efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan.4
Menurut Oemar Hamalik Pendidikan mutu berarti pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada
hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan
oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media yang
bermutu.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk
menyatakan esensi suatu benda atau hal berupa standar ideal yang ingin
dicapai suatu proses.
Dalam undang-undang Pendidikan Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.6
Menurut Plato (seorang filosof Yunani), pendidikan adalah
mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai pada keindahan dan
kesempurnaan yang mungkin dicapai. Sedangkan menurut John Milton
(seorang ahli didik dan ahli syair berkebangsaan Inggris) memberikan
pengertian pendidikan bahwa pendidikan yang sempurna ialah mendidik
anak-anak supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan khusus atau
umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau
peperangan.7
4 Yusuf Hadi,Kajian Elaborasi Indikator Mutu Proses Pendidikan (Online), Makalah
Tersedia: http://yusufhadi.net/indikator-mutu-proses-pendidikan, (26 Maret 2010) 5 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 9,
h. 32. 6 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2009). Cet. 9 h. 5 7 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya Agung,
1978), Cet. 2. h. 5.
12
Demikian beberapa pengertian pendidikan menurut pandangan
beberapa tokoh, yang pada dasarnya mereka menjelaskan bahwa
pendidikan itu merupakan pemberian bimbingan atau bantuan kepada
mereka yang memerlukan (anak didik) dalam pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani untuk menuju kesempurnaan,
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masa kini dan masa yang akan
datang
Dari itu, maka mutu pendidikan dapat disimpulkan sebagai ukuran
standar ideal yang ingin dicapai proses pendidikan melalui kegiatan
bimbingan atau bantuan kepada anak didik untuk mencapai tujuan hidup
yang diinginkan.
1. Indikator Mutu Pendidikan
Tinjauan mengenai indikator mutu pendidikan tidak terlepas dari
pandangan yang mengatakan bahwa lembaga pendidikan merupakan suatu
sistem dari sistem kemasyarakatan. Karena lembaga pendidikan merupakan
suatu sistem maka akan diperoleh beberapa komponen sistem yang saling
berinteraksi dalam suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa indikator yang dijadikan tolok ukur pendidikan yaitu:8
a. Hasil akhir pendidikan (ultimate goal)
b. Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai
titik tolak pengukuan mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan.
Misalnya tes tertulis dan praktek, daftar observasi, daftar cek, anekdot,
skala rating dan skala sikap.
c. Proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input seperti bahan
ajar kognitif, efektif, psikomotorik.
d. Instrument input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa)
e. Raw input dan lingkungan.
8 Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum untuk Abad ke-21, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1994), h. 392.
13
Mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil akhir pendidikan (ultimate
goal) yang menjadi ukuran biasanya tingkah laku para lulusan suatu
lembaga pendidikan setelah mereka terjun ke masyarakat atau melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat dari hasil langsung
pendidikan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilannya, setelah mereka
menyelesaikan suatu pendidikan. Dari proses pendidikan sangat menentukan
hasul langsung maupun hasil akhir pendidikan. Sedangkan dilihat dari
unsur-unsur instrumen input baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Oleh karena instrumen input merupakan syarat utama terjadinya proses
pendidikan.
Indikator mutu pendidikan dalam menyatakan bahwa suatu proses
belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil berdasarkan ketentuan kurikulum
yang disempurnakan yang saat ini di gunakan adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional
khusu (TIK) telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh keterangan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar, antara lain:
a. Latar belakang sosial-ekonomi yang meliputi orang tua, radio, televisi,
kendaraan, kamar tidur dan segala milik yang diperkirakan
mempengaruhi iklim pendidikan.
b. Lingkungan belajar di rumah yang meliputi antara lain lama waktu
belajar di rumah setiap harinya, lama waktu membaca di luar sekolah
perharinya, jenis barang yang dibaca di rumah.
c. Latar belakang kemampuan kognitif dan kemampuan kuantitatif.
d. Sikap belajar terhadap pendidikan meliputi sikap terhadap guru, sikap
terhadap bidang pelajaran dan terhadap pendidikan sekolah
e. Tingkat partisipasi siswa dalam belajar.
14
f. Bentuk tes yang digunakan (frekuensi tes objektif, tes terurai dan
campuran)
g. Frekuensi tes (frekuensi tes setiap bulan)
h. Cara guru berperan dalam proses belajar mengajar
4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan
Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam peningkatan
program mutu pendidian di antaranya yang di sebutkan oleh Nana Syaodih
dkk sebagai berikut:9
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional
dalam bidang pendidikan.
b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kegagalan sistem yang
mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses
baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.
Norma dan kepercayaan lama harus diubah.
d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu.
e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada
perubahan.
f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki
pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki
pasar yang bersifat global.
g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai
secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian dan
penyempurnaan.
h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem
pengukuran.
9 Nana Syaodih sukmadinata, Ayi Novi Jamiat, Ahman, Pengendalian Mutu Pendidikan
Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. Ke-1 h. 9-11.
15
i. Masyarakat dan manjemen pendidikan harus menjauhkan diri dari
kebiasaan menggunakan program singkat, peningkatan mutu dapat
dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-
program singkat.
Mutu pendidikan akan meningkat bila ditunjang dari kualitas
komponen-komponen pendidikan tersebut, mulai dari pimpinan yang
berkualitas, sarana prasarananya sampai siswa-siswinya serta lingkungan
masyarakatnya. Keseluruhan komponen tersebut harus mampu
dipertanggung jawabkan, haruslah memiliki standar kualitas yang cukup
baik.
Pendidikan yang bermutu rendah merupakan pemborosan dari
pembangunan. Tidak ada yang diharapkan darinya selain pengorbanan sia-
sia. Investasi yang ditanamkan menjadi tidak berarti. Untuk itu perlu
dilakukan usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan
agar dana pembangunan yang ditananmkan terhindar dari pemborosan.
U saha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang memerlukan
titik berangkat dari pola pemikiran yang memandang sekolah sebagai suatu
sistem. Sekolah terdiri dari berbagai komponen yang saling membutuhkan
dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Apabila usaha peningkatan
mutu pendidikan hanya menggarap satu atau sebagian komponen saja, maka
tidak akan pernah membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu usaha
mutu harus menggarap seluruh komponen sekolah, karena dengan setiap
pendidikan yang bermutu tinggi dapat membawa setiap anak didik ke arah
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
16
B. Pengawas Sekolah
1. Pengertian Kepengawasan Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super
dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan.
Jadi secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas.
Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu
posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat.10
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada
umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada
khususnya.11
Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru
dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana
belajar mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor. Semua guru
tetap pada statusnya sebagai guru, tetapi bila suatu saat ia berfungsi
membantu guru memecahkan persoalan belajar dan mengajar dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan, maka pada saat itu ia berfungsi
sebagai Supervisor.
Dalam bukunya Dictionary of Education, Good Carter
memberi pengertian bahwa supervisi adalah:
Usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan
jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode
mengajar dan evaluasi pengajaran.12
Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah
suatu teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki
10
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 1. 11
Khoirul Huda: Supervisi Pendidikan Dan Hukum adat (online), Makalah Tersedia:
http://constitutionlaw.blogspot.com/, (23 Juni 2010). 12
Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), Cet. 1, h.18.
17
secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak.13 Sedangkan menurut Kimball Wiles,
mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari
belajar mengajar yang baik.14
Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.15
Jadi, supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan dan bantuan
berupa bimbingan dari atasan (pengawas/kepala sekolah) kepada
personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya.
Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai
stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan
pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain
itu juga supervisi diharapkan mampu membawa dampak
perkembangan yang baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui
peningkatan kurikulum yang ada disekolah sebagai salah satu sarana
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
2. Tujuan Kepengawasan Pendidikan
Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat
dalam pekerjaan itu harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan
pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai. Dibidang pendidikan
dan pengajaran seorang pengawas pendidikan harus mempunyai
pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu.
Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki
situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi
mengajar guru.16
13
Piet, Prinsip..., h. 20. 14
Piet, Prinsip..., h. 21. 15
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosda
Karya, 2000), h. 76.
18
Secara umum, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan
adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan
proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas.17
Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan
supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi
belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar rinciannya sebagai berikut:18
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar.
b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif
disekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan
yang telah ditetapkan.
c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan
memperoleh hasil optimal.
d. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki
kesalahan, kekurangan, dan kehilafan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga
dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan
perkembangan proses belajar mengajar secara total.19 Dalam hal
ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu
mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi
guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang
kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan
16
Imam Soepardi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
(Jakarta: 1988), h. 651. 17
Depag RI, Peningkatan Supervisi Dan Evaluasi Pada Madrasah Ibtidaiyah (Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Umum, 2005) cet. Ke-1 h. 10-11. 18
Yushak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998)
cet. Ke-1, h. 100. 19
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007) cet ke-17 h. 77.
19
keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan dalam
pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode
mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.
3. Fungsi Kepengawasan Pendidikan
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses
kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu
diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga
seorang pengawas dalam merealisasikan program supervisinya
memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan
secara sistematis.
Secara umum, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan
adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan
proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas. Secara
rinci, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan ini adalah sebagai
berikut:20
a. Memberikan bantuan kepada guru dalam memodifikasi
pola-pola pembelajaran yang kurang efektif.
b. Meningkatkan kinerja guru pendidik dan tenaga
kependidikan.
c. Membantu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
pengelolaan madrasah agar proses dan hasil belajar dapat
tercapai dengan optimal
d. Menciptakan kualitas pengalaman pembelajaran dengan
mengefektifkan seluruh komponen pendidikan secara
stimulant.
e. Memberikan semangat, agar seluruh tenaga pengelola
pendidikan di madrasah mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya secara efektif dan efesien.
20
Depag RI, Peningkatan Supervisi Dan Evaluasi Pada Madrasah Ibtidaiyah (Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Umum, 2005), Cet. 1, h. 10.
20
f. Mengaitkan peran penghubung (linking role) yang amat
vital, antara manajemen dan jenjang operasional sehingga
supervise mampu mewakili dalam penyampaian kebijakan
manajemen (pusat/kanwil) kepada aparat lapangan
(pengelola madrasah) sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
(juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang telah ditetapkan.
g. Melaksanakan fungsi sebagai pengendali mutu pendidikan,
sehingga kegiatan pembelajaran di madrasah dapat berjalan
sesuai aturan dan mampu mencapai target maksimal yang
diinginkan.
Selain 7 (tujuh) fungsi pelaksanaan supervise pendidikan di
atas, Sahertian (1981) juga merinci beberapa tujuan pelaksanaan
supervisi pendidikan, yaitu sebagai berikut:21
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar
siswa.
c. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber
pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menggunakan metode dan alat
pembelajaran.
e. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa.
f. Mebantu guru dalam menilai kemajuan siswa dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
g. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral
kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan
mereka.
h. Membantu guru sehingga mereka merasa gembira dengan
tugas yang diperolehnya.
21
Depag RI, Peningkatan, h.11.
21
i. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara
menggunakan sumber-sumber belajar di masyarakat dan
seterusnya.
j. Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan
sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya (madrasah).
Berdasarkan pada tujuan-tujuan tersebut, maka pelaksanaan
supervisi pendidikan hendaknya dapat dipahami sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh supervisor (pengawas) dalam
membimbing dan membantu guru di madrasah dalam upaya
pencapaian proses pendidikan yang baik, berkualitas, bermakna,
efektif, dan efesien.
Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa
mengkoordinasikan semua usaha-usaha yang ada dilingkungan
sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam
mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan
sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah
agar benar-benar mendukung kelancaran program secara
keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi
maupun edukatif, membutuhkan keterampilan pengawas untuk
mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang ingin
dicapai.
Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi :
a. Sebagai penggerak perubahan
b. Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran
c. Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia
d. Sebagai kepemimpinan kooperatif.22
22
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa 1993), Cet. 10, h. 277-284.
22
Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk
menghasilkan perubahan manusia kearah yang dikehendaki,
kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program
yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan
ditujukan kepada perbaikan pembelajaran.
Terkait dengan itu, proses bimbingan dan pengendali maka
supervisi pendidikan menghendaki agar proses pendidikan dapat
berjalan lebih baik efektif dan optimal.
Menurut Zakiah Darajat ada tiga fungsi supervisor
(pengawas) yaitu fungsi kepemimpinan, fungsi pembinaan dan
fungsi pengawasan.23
Fungsi kepemimpinan pengawas sekolah bertindak sebagai
pencipta hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru,
pendorong bagi kepribadian guru sebagai pelaksana kegiatan
belajar, pelaksana dalam pengawasan, dan pelaksana dalam
penempatan atau pemberian tugas dan tanggung jawab terhadap
guru.
Fungsi pembinaan berarti pengawas sekolah meningkatkan
kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan
penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas.
Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai membina
pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja.
Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan adalah
ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran.
4. Prinsip Kepengawasan Pendidikan
23
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara 1996) cet. Ke-3, h.
147.
23
Seorang Pengawas dalam melaksanakan supervisi
hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut:
a. Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan
kontinyu.
2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada
observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.
3) Menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan
informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian
terhadap proses belajar mengajar.
b. Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa
kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat
orang lain.
c. Kooperatif
Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan
usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar
yang lebih baik.
d. Konstuktif dan kreatif
Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif
menciptakan suasana dimana orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.24
Disamping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan
prinsip negatif.
a. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti:
1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan
kooperatif.
2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
24
Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), h. 30-31.
24
3) Supervisi harus scientific dan efektif.
4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-
guru.
5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru
mengadakan Self Evolution.25
b. Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut di ikuti:
1) Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.
2) Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan guru-
guru.
3) Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan
memeriksa, apakah peraturan dan instruksi yang telah
diberikan dilaksanakan atau tidak.
4) Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih
tinggi daripara guru.
5) Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak
memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar.
6) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika
mengalami kegagalan.26
Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap
pengwas sekolah yang hanya memaksa, menakut-nakuti dan
melumpuhkan kreatifitas dari guru. Sikap korektif harus diganti
dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan
relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk
mengembangkan kreatifitasnya.
25
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. 2, h. 42-43. 26
Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993) , h. 75-76.
25
5. Teknik Kepengawasan Pendidikan
Dalam usaha meningkatkan program sekolah, pengawas
dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi
pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai.
Hendiyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat
bagian yaitu: Teknik Kelompok, Teknik Perseorangan, Teknik
langsung, dan Teknik Tidak Langsung.27
Kemudian Baharuddin
Harahap mengemukakan teknik supervisi meliputi: Teknik
Individual dan Kelompok, Teknik Lisan dan Tulisan, Teknik
langsung dan Teknik Tak Langsung.28
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah
supervisi yang dilakukan secara individual. Teknik perseorangan
dipergunakan bila masalah khusus yang dihadapi oleh seorang guru
tertentu meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Berikut ini
teknik yang dapat digunakan:
1) Orientasi bagi guru-guru baru
2) Kunjungan kelas atau classroom observation.
3) Individual converence, atau pertemuan individu antar
supervisor dengan guru yang bersangkutan.
4) Kunjungan rumah.
5) Intervisitation, atau saling mengunjungi.29
Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.
27
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta : Bina Aksara, 1998), Cet ke-2, h. 44-45. 28
Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik, Dan Pengawas Sekolah (Jakarta : PT Ciawi Jaya, 1983), h. 11. 29
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. 2, h. 45.
26
Bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang
paling pokok adalah:30
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
c. Mengadakan penataran-penataran (intservice-training).
Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal
adalah:31
a. Pertemuan orientasi bagi guru baru.
b. Panitia penyelenggara
c. Rapat guru
d. Studi kelompok antar guru
e. Dikusi sebagai proses kelompok
f. Tukar menukar pengalaman (sharing of experience).
g. Lokakarya (workshop)
h. Diskusi Panel
i. Seminar
j. Simposium.
Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara
langsung seperti penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan
kelas, mengadakan konferensi. Sedangkan teknik tidak langsung
adalah teknik yang dilakukan secara tidak langsung misalnya
melalui bulletin board, questioner.
Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap
muka misalnya, pengawas mendiskusikan hasil observasi yang
dilakukan, rapat dengan guru membicarakan hasil evaluasi belajar.
Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan dengan
menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk
30
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet ke-17, h. 122. 31
Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), h. 84-117.
27
memperoleh data yang objektif tentang situasi belajar mengajar,
supervisi menggunakan alat-alat observasi berbentuk chek-list atau
daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-list) supervisor
(Pengawas) Pendidikan
Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23
telah ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan
pengawas sekolah, pegawai negeri sipil harus memenuhi angka
kredit yang ditentukan pasal 22 dan pasal 23.32
Beberapa ahli pendidikan juga memberikan definisi tentang
pengawas pendidikan, antara lain :
a. Baharuddin Harahap, supervisor/Pengawas ialah orang yang menjalankan fungsi supervisi, ia bertindak sebagai supervisor,
walaupun jabatannya bukan supervisor. Fungsi supervisi itu
tampak pada seseorang apabila ia memberi bantuan kepada
orang lain atau kelompok mengenai bidang yang dikuasainya
dan ia membuka kemungkinan bertukar pikiran.33
b. Ary H. Gunawan, supervisor ialah orang yang melaksanakan
pekerjaan supervisi.34
c. Piet. A. Sahertian, supervisor adalah orang yang berfungsi
memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-
guru ke arah usaha mempertahankan suasana belajar dan
mengajar yang lebih baik.35
d. Soewadji Lazaruth, supervisor adalah setiap orang yang
membantu atau menolong guru agar situasi belajar mengajar
berkembang lebih efektif.36
32 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 64. 33
Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, (PT. Ciawi Jaya, 1983), h. 6.
34
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, h.
193.
35
Piet. A. Sahertian, Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), h. 17.
36
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: PT
Kanisius, 1994), Cet. 6, h. 35.
28
Dari defenisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian pengawas atau supervisor pendidikan adalah
orang yang membantu sekolah, guru dan siswa agar dapat belajar
dengan lebih baik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23
telah ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan
pengawas sekolah, seorang pegawai negeri sipil harus memenuhi
angka kredit yang ditentukan (pasal 22). Sedangkan pasal 23 ayat
(1) dan (2) dapat dijabarkan sebagai berikut:37
a. Syarat Umum:
1) Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan
bidang pengawasan yang akan dilakukan;
2) Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru
sekurangkurangnya selama 6 (enam) tahun secara berturut-
turut;
3) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan
dibidang pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan (STTPL);
4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar
penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam dua tahun terakhir;
5) Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai
batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah.
b. Syarat khusus :
Bagi pengawas mata pelajaran rumpun mata pelajaran
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah
(MTs) atau Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan
(SMA/SMK) atau Madrasah Aliyah (MA);
37
Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Dam Supervisi
Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 64-66.
29
1) Pendidikan serendah-rendahnya sarjana (S1) atau yang
sederajat;
2) Berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa;
3) Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran / rumpun
mata pelajaran yang sesuai.
Seorang pengawas (supervisor), harus melaksanakan tugas
tanggung jawabnya hendaknya juga mempunyai persyaratan-
persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya (personality)
syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:38
a. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi,
dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya
serta dapat bergaul dengan baik.
b. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-
sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang
yang berhubungan dengannya.
c. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik,
mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.
d. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat
dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.
e. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak memihak),
sehingga guru-guru yang lemah dalam stafnya tidak "hilang
dalam bayangan" orang-orang yang kuat pribadinya.
f. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah
dapat memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi
yang baik.
g. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka
terhadap seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu
kesalahan saja.
38
H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Cet. 1, h.
183-184.
30
h. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung
jawab.
i. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung
perasaan orang.
j. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan
menimbulkan depresi dan putus asa pada anggota-anggota
stafnya.
k. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga
guruguru dan siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-
ragu untuk menemuinya.
l. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti,
sehingga merupakan contoh bagi anggota stafnya.
m. Personal appearance terpelihara dengan baik, sehingga dapat
menimbulkan respect dari orang lain.
n. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai perasaan cinta
sedemikian rupa, sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai
perhatian terhadap mereka.
Kompetensi pengawas sekolah/madrasah yang tersirat dan
tersurat dalam Permendiknas No 12 tahun 2007, terdiri atas enam
(6) dimensi kompetensi yang dikembangkan menjadi 3 kompetensi
inti, yang terdiri dari:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian pengawas sekolah/madrasah
adalah kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan
dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang:
1) Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokoknya.
2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah.
3) Ingin tahu hal-hal baru tentang ilmu pengetahuan, teknologi
dan Seni.
31
4) Memiliki motivasi kerja dan bisa memotivasi orang lain
dalam bekerja.
b. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah
kemampuan pengawas sekolah dalam membina hubungan
dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi
profesi pengawas.
c. Kompetensi Supervisi Manajerial
Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan
pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial
yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi
kualitas pengelolaan dan administasi sekolah.39
Dapat disimpulkan bahwa seorang pengawas atau
supervisor yang baik selain mempunyai persyaratan yang ideal dari
segi kepribadiannya (personality), seperti berwibawa, jujur, tegas,
konsekuen, ramah dan rendah hati juga harus mempunyai
keterampilan-keterampilan yang mampu membantunya
memperbaiki situasi belajar-mengajar agar lebih baik.
Ngalim Purwanto mengemukakan macam-macam tugas
supervisi pendidikan yang riel dan lebih terinci sebagai berikut:40
a. Menghadiri rapat/pertemuan organisasi-organisasi profesional.
b. Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-
guru.
c. Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah-
masalah umum (common problems).
d. Melakukan classroom visitation atau class visit.
39
Blog Pengawas Sekolah, 36 Kompetensi Inti Yang Harus Dikuasai Pengawas Agar
Menjadi Pengawas Sekolah Yang Profesional.(online), Artikel Tersedia:
http://pengawas20.wordpress.com, (27 Mei 2010). 40
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosda
Karya, 2000), h. 88-89.
32
e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-
guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.
f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-
murid.
h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan
sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.
i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana
melaksanakan suatu unit pengajaran.
j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru
dalam program revisi kurikulum.
k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu
mereka bagaimana menggunakannya bagi perbaikan
pengajaran.
l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-
guru.
m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat / pertemuan-
pertemuan kelompok lokal.
n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam
menganalisis dan mengembangkan program kurikulum.
o. Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal
yang mengenai pendidikan.
p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.
q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan
pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu
catatan kumulatif, dan sebagainya.
s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk
mengetahui bagaimana pandangan atau harapan-harapan
mereka.
t. Membimbing pelaksanaan program-program testing.
33
u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi
keperluan guru-guru.
v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual.
w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas
(class visit) bagi para kepala sekolah.
x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-
kegiatan sekolah / guru-guru dalam surat kabar-surat kabar.
y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-
guru.
z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh
guru yang ahli, supervisor sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka
memperkenalkan metode baru dan alat-alat baru.
Sedangkan Craig (1987) mengemukakan beberapa
komponen tugas pengawas, sebagai berikut:41
a Membuat perencanaan kerja.
b Mengendalikan pekerjaan.
c Memecahkan masalah.
d Mengumpulkan dan memanfaatkan umpan balik (performance
feedback).
e Melatih dan membimbing.
f Memotivasi.
g Mengatur waktu.
h Komunikasi lisan maupun tertulis.
i Mengembangkan kemampuan diri.
j Mewakili lembaga.
k Menghandiri dan menyelenggarakan rapat-rapat.
41
Yusuf A. Hasan, Pedoman Pengawasan, (Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002), h. 9.
34
Dapat disimpulkan bahwa tugas utama seorang pengawas
pendidikan adalah menolong guru agar mampu melihat dan dapat
memecahkan problema yang mereka hadapi.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 5 Cilincing mulai bulan Desember
2009 sampai bulan Maret 2010.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi.1
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di
MAN 5 Marunda yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 19 orang
perempuan dan 26 orang laki-laki.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.2 Penelitian ini mengambil populasi kepada seluruh guru di MAN 5
Marunda sebanyak 45 orang.
C. Teknik Pemngumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi ini penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), cet. 12 h. 108. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 109.
36
1. Observasi; observasi yang dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah,
sarana dan prasarana serta data yang mendukung lainnya di MAN 5
Cilincing.
2. Angket; yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan
disertai pilihan jawaban yang sudah disediakan. Bentuk angket yang
digunakan adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan bentuk
pilihan ganda, dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban
yang telah tersedia. Yang menjadi responden adalah guru di MAN 5
marunda berjumlah 45 orang.
3. Wawancara; yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan Tanya
jawab antar peneliti dengan pengawas pendidikan MAN 5 yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas dan diteliti.
D. Teknik Analisis data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan saja orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh
orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.
Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui pelaksanaan tugas
pengawas pendidikan sebagai supervisor dan perannya mengembangkan mutu
pendidikan di MAN 5 Cilincing, maka data yang penulis peroleh dari angket
yang disebarkan, diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut
1. Pengeditan
Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah
editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan
penulisannya, dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap
kelengkapan dan kebenarang pengisian dan kejelasan penulisannya.
2. Pentabulasian
37
Tabulasi ini bertujuan mendapatkan frekuensi dalam tahap item
yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu table yang mempunyai
kolom pada setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden
yang satu dengan yang lain.
3. Presentase
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat
keberhasilan yang diperoleh pengawas pendidikan MAN 5 Cilincing
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Angka presentase ini diperoleh
dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100%
dengan rumus statistik presentase sebagai berikut:
P = x 100
N
Keterangan: P = Presentase
= Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah data responden
Data yang di dapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu table
yang didalam langsung dibuat frekuensi dan prosentase
E. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen
1. Definisi Operasional
Pengawas dimaksudakan dalam penelitian ini adalah pengawas
pendidikan dari departemen agama dalam menjalankan tugas-tugas
kesupervisisan yaitu memberikan batuan dan bimbingan kepada guru-guru
untuk meningkatkan profesinya.
Peningkatan mutu pendidikan maksudnya ialah upaya dan inisiatif
pengawas pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki guru
38
serta membimbingnya dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran
yang berdampak positif terhadap lulusan siswa.
2. Kisi-kisi Instrumen
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang
bertujuan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan kepengawasan
pendidikan yang dilakukan pengawas pendidikan dari Departemen Agama
dalam peningkatan mutu pendidikan. Angket ini terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan yang memiliki empat pilihan alternatif jawaban yaitu selalu
(SL), sering (SR), kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP).
Responden hanya memilih satu dari empat alternatif jawaban
tersebut sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang
digunakan terdiri dari 20 butir soal yang disebarkan kepada 45 orang guru.
39
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Dimensi Indikator No Item
Supervisi oleh
pengawas
Perencanaan
Pelaksanaan
- Pengawas sekolah mengadakan rapat dengan bapak/ibu guru
untuk kegiatan supervisi yang
akan dilaksanakan
- Pengawas memeriksa daftar hadir guru dan menanyakan
alas an apabila bapak/ibu tidak
hadir
- Pengawas membuat jadwal pelaksanaan supervisi dalam
tiap semester
- Pengawas menginformasikan terlebih dahulu Sebelum
berkunjung ke sekolah.
- Pengawas memberikan bantuan kepada guru jika mengalami
kesulitan dalam proses belajar
mengajar
- Pengawas memberikan pembinaan dan pengawasan
dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan sekolah
- Pengawas mengadakan kunjungan kelas (supervisi
kelas) pada saat berlangsungnya
proses belajar mengajar
- Pengawas mendiskusikan metode-metode mengajar
kepada guru
- Pengawas menggunakan instrumen supervisi dalam
melaksanakan tugas
supervisinya
- Pengawas memberikan bimbingan dan penilaian dalam
penyusunan satuan
pembelajaran (RPP)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
40
Variabel Dimensi Indikator No Item
Peningkatan
Mutu
Sosialisasi
Peningkatan
- Pengawas senantiasa memberikan
bimbingan/informasi baru
kepada guru mengenai masalah
mutu pendidikan
- Pengawas memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada guru
- Pengawas menjalin hubungan yang baik dengan guru dalam
melaksanakan program
supervisi
- Pengawas membantu guru agar dapat memberi informasi yang
seluas-luasnya kepada
masyarakat tentang kemajuan
sekolah
- Pengawas menciptakan hubungan yang harmonis
dengan pihak sekolah
- Pengawas memberikan kesempatan kepada guru untuk
mempraktekkan gagasan baru
bagi kegiatan belajar mengajar
- Pengawas menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit
pengajaran bagi keperluan
guru-guru
- Pengawas membantu mengembangkan dan
memperbaiki teknik pengajaran,
baik secara individual, maupun
secara bersama bersama para
guru
- Pengawas mengorganisasi dan bekerja dengan guru dalam
program revisi kurikulum
- Pengawas memberikan motivasi pada guru untuk
meningkatkan cara mengajar
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MAN 5 Cilincing Jakarta Utara
Madrasah yang menjadi objek penelitian ini adalah Madrasah
Aliyah Negeri 5. Madrasah ini merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah
Negeri di wilayah Jakarta Utara. MAN 5 Didirikan pada tahun 1991 sesuai
dengan SK Menteri Agama nomor 137 tahun 1991 tentang pembukaan dan
penegerian madrasah. Lokasinya terletak di Jalan Marunda Baru no. 30
Cilincing Jakarta Utara. Madrasah ini bertype B dengan nomor statistik
131.13.17.54.005. Bangunannya cukup megah, dengan warna hijau pada
dindingnya dan terdiri dari 3 lantai. Luas bangunannya 2400 m dan
berdiri di atas tanah negara yang luasnya 3000 m. Kepala Madrasahnya
adalah Drs. Hasyim. Jumlah pengajar di madrasah ini ada 45 orang yang
terdiri dari 31 guru PNS dan 14 guru honorer.
2. Keadaan Sekolah
a. Sarana dan Prasarana
Tabel .4.1
No Jenis Ruang Jumlah Luas
(M2)
Kondisi
Baik Rusak
1 Kepala Sekolah 1 37
2 Rapat 1 19
42
3 Tata Usaha 1 56
4 Guru 1 56
5 OSIS / UKS 1 19
6 BK / BP 1 19
7 Koperasi 1 19
8 Kelas 10 56
2 37
9 Laboratorium IPA 1. Peralatan 1 19
2. Praktikum 1 56
10 Laboratorium Komputer 1 56
11 Laboratorium Bahasa 1 56
12 Perpustakaan 1 56
13 Ketrampilan - -
14 Kesenian - -
15 Lapangan Olah Raga 1 240
16 Ibadah / AULA 1 56
17 Kantin 1 30
18 Eksul Pramuka 1 21
19 Toilet / WC / Tempat Wudhu 3 75
20 Gudang 3 28
21 Rumah Penjaga Sekolah 3 28
22 Pos Satpam 3 6
23 Tempat Parkir 1 120
Jumlah Ruang 14 168
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
Sarana dan prasarana di MAN 5 Cilincing termasuk yang sangat
lengkap, hal ini sangat membantu para guru dan siswa untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien sehingga cita-
cita menjadikan pendidikan bermutu dapat terlaksana dengan baik.
43
b. Personil Sekolah Dilihat dari Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2
Ijazah
Tertinggi Kasek
Guru Tata Usaha Pustakawan Jumlah
PNS NON PNS PNS NON PNS PNS NON PNS
S3 / S2 1 2 3
S1 1 20 13 1 1 1 37
D3 2 2
SLTA 3 - 3
SLTP 1 1
Jumlah 1 21 17 4 2 1 0 46
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan para pengajar sangat baik,
hal ini dilihat sudah banyaknya guru dari sarjana S1.
c. Data Tenaga Kependidikan
Tabel 4.3
No Jabatan PNS Honorer Jumlah
1 Kepala Tata Usaha 1 - 1
2 Bendahara 1 - 1
3 Karyawan 2 2 4
4 Satpam - 3 3
5 Kebersihan - 4 4
6 Pustakawan 1 1
Jumlah 5 9 14
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah petugas administrasi dan
karyawan sekolah sudah sesuai dengan porsinya.
44
d. Jenjang Kepangkatan Personil
Tabel 4.4
No Golongan Kasek Guru Tata Usaha Pustakawan Jumlah
1 IV / b - - - - 0
2 IV / a 1 11 - - 12
3 III / d - 1 - - 1
4 III / c - 2 - - 2
5 III / b - 3 1 1 5
6 III / a - 4 - - 4
7 II / d - - - - 0
8 II / c - - - - 0
9 II / b - - 2 - 2
10 II / a - - 1 - 1
Jumlah 1 21 4 1 27
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
e. Kegiatan Extra Kulikuler
Tabel 4.5
No Jenis Ekstra Kurikuler Keterangan
1 Pramuka Ada
2 Paskibra Ada
3 Palang Merah Remaja (PMR) Ada
4 Karya Ilmiyah Remaja (KIR) Ada
5 Kesenian / Marawis Ada
6 English Club Ada
7 Rohis Ada
8 Computer Club Ada
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
Dari tabel diatas dapat dilahat bahwas ada banyak kegiatan
extakulikuler yang dapat diikuti oleh siswa, hal ini sangat membantu
sisiwa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam
berorganisasi maupun mengisi waktu mereka dengan kegitan yang positif.
45
f. Prestasi Akademik
Tabel 4.6
No Jenis Lomba Prestasi Tingkat
1 MTQ Juara I SLTA Se-Jakarta Utara
2 Azan Juara I SLTA Se-Jakarta Utara
3 Cerdas Cermat Matematika Juara I SLTA Se-Jakarta Utara
4 Karya Tulis Ilmiah Harapan I Se-DKI Jakarta DISORDA
5 Karya Tulis Ilmiah Harapan I Se-DKI Jakarta DISORDA
6 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN
7 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN
8 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN
9 Cerdas Cermat Matematika Juara I Se-DKI Jakarta UIN
10 Cerdas Cermat Matematika Juara I Se-DKI Jakarta UIN
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa para siswa MAN 5 adalah para siswa
yang sangat berprestasi di dalam dan luar sekolah.
3. Gambaran Umum Responden
Responden guru dalam penelitian ini berjumlah 20 orang guru dari
45 guru secara keseluruhan yang mengajar pada tahun 2009-2010. Jumlah
tersebut didapat oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Mereka
merupakan para guru yang sampai saat ini masih aktif mengajar, karena
banyak diantaranya yang sudah tidak aktif disebabkan mutasi, berhenti,
dan lain sebagainya.
Tabel 4.7
Data Guru MAN Cilincing 5 Jakarta Utara
No Nama Guru/Karyawan L/P N I P Pega-
wai
Pangkat Pendidikan Mata
Gol. TMT Ijazah Th Pelajaran
1 Drs.Akhmad Jalalul Hadi L 150 214 174 Depag IV/a 10/1/2000 SL. IAIN 79 BP/BK
2 Drs. Achmad L 150 260 163 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 90 Matematika
3 Dra. Erdawati P 150 282 996 Depag III/d 4/1/2000 SL.STKIP 92 Biologi
4 Drs. Hamami L 150 275 449 Depag III/d 4/1/1999 SL.IAIN 91 Matematika
5 Drs. Muhammad L 150 229 714 Depag IV/a 4/1/2000 SL.IAIN 83 Bhs. Arab
46
6 Dra. Nina Sahrina P 150 246 267 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 90 Sejarah Nas
7 Dra. Andi Siti Laila P 150 256 486 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 91 Ekonomi
8 Dra. Zubaidah P 150 262 904 Depag IV/a 4/1/1999 SL.IAIN 91 Qurdis
9 Drs. Supardji L 150 271 226 Depag IV/a 4/1/1999 SL.IKIP 88 Geografi
10 Ria Hasfita. S.Pd P 150 275 157 Depag III/d 4/1/1999 SL.UNSY 94 Kimia
11 Dra. Sri Mulyani P 150 282 662 Depag III/d 4/1/2000 SL.IAIN 93 Bhs. Inggris
12 Drs. Abidin L 150 314 892 Depag III/b 4/1/2004 SL.IAIN 92 Fisika
13 Rahmat. S.Pd L 150 320 383 Depag III/a 12/1/2002 SL.IKIP 94 Kimia
14 Hartini. S.Pd P 150 320 198 Depag III/a 12/1/2002 SL.UMS 96 Biologi
15 Mimi Rosmiyati. S.Pd P 150 319 916 Depag III/a 12/1/2002 SL.IKIP 94 Bhs. Ind.
16 Drs. Lantini L 150 321 158 Depag III/a 12/1/2002 SL.UNHAS 91 Bhs. Inggris
17 Nurul Hikmah. S.Ag P 150 319 673 Depag III/a 12/1/2002 SL.IAIN 01 Qurdis,Fiqh
18 Seftia Fajri. S. Pd P 150 328 470 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 01 Sejarah Nas
19 Deni Sutedi. S.Pd L 150 329 691 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 98 Sosiologi
20 Abdul Choir. S.Pd L 150 324 632 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 97 Bhs. Arab
21 Anhar, S.Si L 150 340 555 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 97 Fisika
22 Sri Suripti. S.Pd P 150 340 513 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 00 Biologi
23 Ratna Indartiy. S.Pd P 150 340 397 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 95 Geografi
24 Supadi. S.Pd L 150 340 394 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 95 PPKn
25 Dasuki. S.Pd L 150 340 516 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 99 Ekonomi
26 Drs. Abd. Rahman L 150 340 597 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 94 Aqidah Akh.
27 Nasrulloh, S.Ag L 150 340 596 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 03 Aqidah Akh.
28 Drs. H. Machsus Machful L 150 209 957 Depag IV/a 4/1/1998 SL. IAIN 80 Qur'an Hadits
29 Aftrisna Yesi, S. Pd P 150 293 283 Depag III/b Ekonomi
30 Drs.H.Ahmad Fakaubun,MM L 150 204 249 Depag IV/a STIM 02 BK
31 Dra. Hj. Andi Rosnani P 131 880 706 DPK IV/a 4/1/2000 SL.IKIP 88 PPKn
32 H. Moh Nasa'i. BA L - Honor - - SL.IAIN 72 Fiqih
33 Iwan Nurfalah. BA L - Honor - - SM.IKIP - Seni/TN/BK
34 Rohimin. S.Ag L - Honor - - SL.IAIN 97 Bhs. Arab
35 Amanah. S.Ag P - Honor - - SL.IAIN 98 Sosiologi
36 Luqman. S.Ag L - Honor - - SL.UII 98 Bhs. Arab
37 Ibtakha Padlan. SE L - Honor - - SL.UBH 97 Ekonomi
38 Fahrudin Parluhutan, S.Pd.I L - Honor - - SL.UIN 03 TIK/B.Arab
39 Peni Murniasih, S. Pd P - Honor - - SL. IKIP 01 B. Indo
40 Wardah, S. Pd P - Honor - - SL.IAIN 93 Aqidah Akh
41 Yeyet Sopiah, S. Pd P - Honor - - UHAMKA 98 Bhs. Ind.
42 Asep Gunawan L - Honor - - ISKI 00 TIK
43 Nurjaya, S. Pd L - Honor - - FKIP 07 Penjas
44 Wahyu Tri Susanto, S. Pd L - Honor - - UMP 05 B. Inggris
45 Nurmala, S. Pd P - Honor - - UIN 05 Matematika
Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing
47
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, sebagaimana telah disampaikan pada bab-bab
sebelumnya, fokus pada hubungan antara pengawas sekolah MAN 5 dengan
para guru. Untuk mengetahui, sejauh mana kinerja pengawas terhadap
peningkatan kinerja para guru, yang bermuara pada peningkatan mutu sekolah.
Berdasarkan fokus penelitian, maka penulis membuat daftar
pertanyaan yang diajukan kepada para responden, dengan perincian quisioner
sebagaimana berikut:
Tabel 4.8
Rapat Dengan Guru Untuk Kegiatan Supervisi Yang Akan Dilaksanakan.
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 12 26.66
2 SERING 15 33.33
3 KADANG-KADANG 15 33.33
4 TIDAK PERNAH 3 6.66
JUMLAH 45 100
Dari tabel 9 item 1 responden yang menjawab selalu 26.66 %, yang
menjawab sering 33.33 %, yang menjawab kadang-kadang 33.33 %, dan
yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis mengambil
kesimpulan pengawas sering dan kadang-kadang mengadakan rapat
dengan bapak ibu guru untuk kegiatan supervisi.
Tabel 4.9
Pemeriksaan Daftar Hadir Guru
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 13 28.88
2 SERING 21 46.66
3 KADANG-KADANG 8 17.77
4 TIDAK PERNAH 3 6.66
JUMLAH 45 100
48
Dari tabel 10 item 2 responden yang menjawab selalu 28.88 %,
yang menjawab sering 46.66 %, yang menjawab kadang-kadang 17.77 %,
dan yang menjawab tidak pernah 3 %. Dari data diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa pengawas sering memeriksa daftar hadir guru dan
menanyakan alas an apabila bapak/ibu guru tidak hadir ini, hal ini terlihat
dari 46.66 % responden menjawab sering.
Tabel 4.10
Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Supervisi Dalam Tiap Semester
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 22 48.88
2 SERING 13 28.88
3 KADANG-KADANG 5 11.11
4 TIDAK PERNAH 5 11.11
JUMLAH 45 100
Dari tabel 11 item 3 responden yang menjawab selalu 48.88 %,
yang menjawab sering 28.88 %, yang menjawab kadang-kadang 11.11 %,
dan yang menjawab tidak pernah 11.11 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan pengawas selalu membuat jadwal pelaksanaan
supervisi dalam tiap semester. Ini terlihat dari presentase 48.00 %
responden yang menjawab selalu.
Tabel 4.11
Informasi Sebelum Berkunjung Ke Sekolah
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 4 8.88
2 SERING 7 15.55
3 KADANG-KADANG 27 60
4 TIDAK PERNAH 16 35.55
49
JUMLAH 45 100
Dari tabel 12 item 4 responden yang menjawab selalu 8.88 %, yang
menjawab sering 15.55 %, yang menjawab kadang-kadang 60 %, dan yang
menjawab tidak pernah 35 %. Dari data diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa pengawas kadang-kadang menginformasikan terlebih
dahulu sebelum berkunjung ke sekolah. hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden yang mencapai 60 % yang menjawab kadang-kadang.
Tabel 4.12
Bantuan Kepada Guru Jika Mengalami Kesulitan Dalam Proses Belajar Mengajar
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 32 71.11
2 SERING 8 17.77
3 KADANG-KADANG 4 8.88
4 TIDAK PERNAH 1 2.22
JUMLAH 45 100
Dari tabel 13 item 5, responden yang menjawab selalu sebanyak
71.11 %, yang menjawab sering 17.77 %, yang menjawab kadang-kadang
8.88 %, dan yang menjawab tidak pernah 2.22 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan bahwa pengawas selalu Memberikan Bantuan
Kepada Guru Jika Mengalami Kesulitan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Tabel 4.13
Pembinaan Dan Pengawasan Dalam Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 9 20
2 SERING 25 55.55
3 KADANG-KADANG 8 17.77
4 TIDAK PERNAH 3 6.66
50
JUMLAH 45 100
Dari tabel 14 item 6, responen yang menjawab selalu sebanyak 20
%, yang menjawab sering 55.55 %, yang menjawab kadang-kadang 17.77
%, dan yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan pengawas sering memberikan pembinaan dan
pengawasan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Tabel 4.14
Kunjungan Kelas Pada Saat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 13 28.88
2 SERING 8 17.77
3 KADANG-KADANG 18 40
4 TIDAK PERNAH 6 13.33
JUMLAH 45 100
Dari tabel 15 item 7, responden yang menjawab selalu sebanyak
28.88 %, yang menjawab sering 17.77 %, yang menjawab kadang-kadang
40 %, dan yang menjawab tidak pernah 13.33 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan pengawas kadang-kadang mengadakan kunjungan
kelas (supervisi kelas) pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Tabel 4.15
Diskusi Metode-Metode Mengajar Kepada Guru
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 14 31.11
2 SERING 15 33.33
3 KADANG-KADANG 12 26.66
4 TIDAK PERNAH 4 8.88
51
JUMLAH 45 100
Dari tabel 16 item 8, responden yang menjawab selalu 31.11 %,
yang menjawab sering 33.33 %, yang menjawab kadang-kadang 26.66 %,
dan yang menjawb tidak pernah 8.88 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan pengawas sering mendiskusikan metode-metode
mengajar kepada guru.
Tabel 4.16
Penggunaan Instrumen Supervisi
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 29 64.44
2 SERING 7 15.55
3 KADANG-KADANG 6 13.33
4 TIDAK PERNAH 3 6.66
JUMLAH 45 100
Dari tabel 17 item 9, responden yang menjawab selalu 64.44 %,
yang menjawab sering 15.55 %, yang menjawab kadang-kadang 13.33 %,
dan yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis
mengambil kesimpulan pengawas selalu menggunakan instrument
supervisi dalam melaksanakan tugas supervisinya.
Tabel 4.17
Bimbingan Dan Penilaian Dalam Penyusunan Satuan Pembelajaran (RPP)
NO Jawaban Alternatif F %
1 SELALU 7 15.55
2 SERING 13 28.88
3 KADANG-KADANG 16 35.55
4 TIDAK PERNAH 9 20
52
JUMLAH 45 100
Dari tabel 18 item 10, responden yang menjawab selalu sebnayak
15.55 %,