Pendahuluan
Pantai muara binuangeun merupakan pantai yang berada di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam,
Kabupaten Lebak, Banten dengan luas areal Kabupaten Lebak kurang lebih 731,32 km dan
panjang pantai sekitar 91,42 km. pantai ini mengandung kekayaan alam flora dan fauna yang
beranekaragam, salah satu diantaranya adalah hewan dari Filum Mollusca.
Muara Binuangeun sebagai salah satu ekosistem pantai mempunyai substrat bervariasi seperti
pasir dan hamparan terumbu karang. Terdapat juga vegetasi seperti lamun dan rumput laut.
Umumnya wilayah perairan pesisir pantai amat kaya keanekaragaman jenis biotanya termasuk
Molluska.
Molluska dalam dunia hewan merupakan filum terbesar kedua setelah Arthropoda. Jumlah
spesiesnya sekitar 50.00 – 110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (Pechenik
2000). Filum Mollusca terdiri atas delapan Kelas yaitu Caudofoveata, Aplacophora,
Monoplacophora, Polyplacophora, Cephalopoda, Scaphopoda, Gastropoda dan Bivalvia (Brusca
& Brusca 1990). Dua Kelas terbesar di dalam Filum Molluska adalah Gastropoda dan Bivalvia
(Dharma 1992).
Molluska adalah biota yang hidupnya membenamkan diri di dasar perairan, menempel pada daun
lamun, karang mati maupun pada batang pohon Mangrove. Peranan komunitas Molluska dalam
suatu ekosistem adalah sebagai bagian dari siklus rantai makanan pada suatu perairan serta
memiliki sebaran yang merata di seluruh dunia. Salvat 1967 menyebutkan bahwa Indonesia
memiliki kekayaan jenis Molluska tertinggi di wilayah Indo – Pasifik. Namun demikian status
penelitian Molluska di Indonesia masih sedikit sekali dibandingkan dengan luas perairannya.
Informasi yang terbatas dan belum dilakukannya penelitian mengenai keanekaragaman hewan
Molluska terutama Kelas terbesar yaitu Gastropoda dan Bivalvia mendorong untuk dilakukannya
penelitian tentang keanekaragaman jenis Molluska Kelas Gastropoda dan Bivalvia di Muara
Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mngetahui keanekaragaman jenis Molluska Kelas Gastropoda dan
Bivalvia di Muara Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten.
Permasalahan
Indonesia memiliki kekayaan jenis Molluska tertinggi di wilayah Indo – Pasifik. Namun
demikian status penelitian Molluska di Indonesia masih sedikit sekali dibandingkan dengan luas
perairannya. Penelitian mengenai keanekaragaman jenis Molluska Kelas Gastropoda dan
Bivalvia di Muara Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten
belum pernah dilakukan, oleh karena itu dilakukan penelitian tersebut.
Metodologi penelitian
Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Muara Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten
Lebak, Banten (Gambar 1). Penentuan lokasi pengamatan sebagai stasiun pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan hasil survey lapangan. Sampel diambil dari tiga substasiun pada tiga
stasiun. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun, stasiun 1 berada pada koordinat
33’’S : 06° 50’ 18.90’’ dan E : 105° 53’ 58.2, stasiun 2 berada pada koordinat S : 06° 50’
24.08’’ dan E : 105° 55’ 48.26’’, dan stasiun 3 berada pada koordinat S : 06° 50’ 34,81’’ dan E
: 106° 53’ 33. 8’’. setiap stasiun terdiri dari tiga transek berjarak 20 meter.
Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 2014. Pengambilan sampel dilakukan
saat surut sekitar pukul 06.00—11.00 dan 17.00—18.00. Identifikasi dilakukan di Laboratorium
Biologi Laut Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Alat dan bahan
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan pengambilan data di lapangan maupun peralatan
untuk identifikasi di laboratorium. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi untuk
pengambilan data parameter lingkungan dan sampel penelitian di lapangan, antara lain antara
lain GPS [Garmin], refraktometer [Atago], indikator pH [Merck], termometer, tali transek 50
meter, kuadran ukuran 1 m x 1 m, dan zip lock. Alat yang digunakan untuk identifikasi adalah
kamera digital.
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah sampel Molluska, air laut, dan formalin 4%.
Cara kerja
Lapangan
Pengambilan contoh moluska dilakukan pada tiga stasiun yang berbeda dengan masing-masing
terdapat 3 substasiun dengan jarak tiap substasiun yaitu 20 meter. Metode yang digunakan adalah
metode transek kuadrat yaitu dibuat garis transek dari pinggir (batas tepi air laut) tegak lurus
menuju laut dengan ukuran panjang 50 meter, dengan jarak antar kuadrat 10 meter. Semua
sampel moluska yang berada di dalam kuadrat diambil dan dimasukan ke dalam plastic sampel
zip lock untuk kemudian diawetkan menggunakan formalin 4%.
Recommended