PEMBINAAN PEMAIN USIA MUDA LANDASAN MEMBANGUN INDUSTRI SEPAKBOLA DAN PRESTASI TIM NASIONAL INDONESIA
Oleh Sulistiyono
Abstrak
Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia adalah tujuan utama pembinaan cabang olahraga sepakbola yang menjadi tanggung jawab Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kenangan manis saat menjadi juara Sea Games 1991 dan 1987 seakan semakin sulit untuk diulang apalagi untuk meraih gelar di event Piala Asia atau Piala Dunia.
Industrialisasi sepakbola yang terjadi dinegara-negara Eropa maupun Amerika berimbas pula pada persepakbolaan di Indonesia. PSSI mencanangkan pengelolaan sepakbola dengan konsep bisnis dan industri serta manajemen yang modern adalah salah satu usaha mencapai prestasi tim nasional. Kompetisi yang kompetitif yang dikelola dengan konsep industrialisasi tidak bisa dipungkiri mampu membuat kualitas penampilan pemain meningkat, yang pada akhirnya mengangkat prestasi tim nasional negara asal pemain tersebut.
Pembinaan pemain usia muda adalah solusi yang harus mendapat perhatian seluruh pihak yang terlibat dalam pembinaan sepakbola di Indonesia baik PSSI, pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta. Prestasi puncak dan penampilan seorang olahragawan akan dicapai dengan melakukan latihan jangka panjang dengan waktu kurang lebih berkisar antara 8 hingga 10 tahun secara bertahap, kontinyu, meningkat dan berkesinambungan. Prestasi tidak bisa diraih dengan cara instan seperti yang terjadi saat ini. Dengan pembinaan pemain usia muda yang berkualitas dan profesional mungkin Indonesia tidak hanya memiliki Kurniawan Dwi Yulianto satu-satunya pemain sepakbola asal Indonesia yang pernah bermain di liga Swiss. Industri sepakbola yang diciptakan PSSI dengan menggelar liga super dan liga divisi utama dibawah koordinasi Badan Liga Indonesia akan mubadir tanpa pembinaan usia muda yang lebih sistematis dan berkesinambungan.
Kata Kunci : Prestasi, Industrialisasi, Pembinaan Usia Muda
Sepakbola tetap olahraga yang paling digemari di Indonesia walaupun
prestasi tim nasional sebagai kebanggaan dan kesuksesan pembinaan prestasi
menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Pengertian prestasi bagi sebuah
individu, organisasi atau olahragawan sebenarnya tidak selalu dinilai dengan
perolehan medali emas, urutan peringkat seperti yang dipahami oleh masyarakat
1
2
pada umumnya. Gelar juara dalam sebuah pertandingan atau kompetisi adalah
salah satu indikator tercapainya prestasi. Prestasi tim nasional sepakbola senior
atau junior Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sejak tahun 2000
hingga tahun 2010 praktis tidak ada yang membanggakan, kalaupun ada hanya
penampilan mengesankan tim nasional sepakbola senior Indonesia saat mendapat
kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Asia pada tahun 2007.
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sebagai organisasi yang
bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembinaan cabang olahraga sepakbola
harus terus melakukan evaluasi sebenarnya apa yang mesti dilakukan agar prestasi
tim nasional senior Indonesia bisa sejajar dengan Korea Selatan dan Jepang
sebagai wakil negara Asia yang sering tampil di Piala Dunia. Piala Dunia
merupakan kompetisi tertinggi kejuaraan sepakbola antar negara di dunia bisa jadi
hanya sebuah mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan bagi tim nasional
Indonesia bila evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pembinaan sepakbola
nasional tidak dilakukan terhadap seluruh komponen pendukung prestasi. Prestasi
optimal akan tercapai bila seluruh komponen pendukung tersedia dengan standar
yang telah ditetapkan dan proses latihan yang dijalankan secara terprogram,
berkesinambungan dan berkualitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
latihan antara lain sebagai berikut : 1) pelatih yang berilmu dan berkepribadian, 2)
kompetisi yang berkualitas, 3) sarana prasarana, 4) ilmu penunjang dan penelitian
ilmiah 5) bakat olahragawan, 6) motivasi olahragawan, (Bompa, 1983:13).
Wakil Benua Afrika di Piala Dunia 2010 menunjukkan bahwa memiliki
banyak pemain yang bermain dalam kompetisi yang kompetitif dengan
3
pengelolaan yang profesional mampu mengangkat prestasi timnas sepakbola
negara masing-masing untuk berprestasi di tingkat dunia. Tempaan latihan dan
pengalaman pemain bermain di klub-klub dengan suasana yang kompetitif mampu
membuat pemain bermain dalam level tinggi. Ghana negara dari benua Afrika
yang secara prestasi paling baik di ajang Piala Dunia 2010 dengan lolos hingga
babak 8 besar memiliki 18 pemain yang bermain di kompetisi negara-negara
Eropa, Nigeria dengan dua puluh pemain dan Pantai Gading wakil benua Afrika
yang lain di Piala Dunia 2010 memiliki 13 pemain, (www. media Indonesia.com).
Kompetisi yang berkualitas dan kompetitif adalah pekerjaan berat bagi
PSSI baik untuk tingkat senior dan junior. Kompetisi yang berkualitas dan
kompetitif ditingkat junior hingga senior secara tidak langsung akan menempa
pemain agar bermain pada tingkat yang lebih baik dan munculnya pemain
berkualitas tinggal menunggu waktu. Kompetisi yang berkualitas dan pengelolaan
klub-klub sepakbola dengan visi bisnis mampu memberikan penghargaan yang
lebih baik pada seluruh komponen yang telibat terutama pemain. Pemain sepakbola
akhirnya berani memutuskan menjadi pemain sepakbola sebagai sebuah pekerjaan.
Kondisi ekonomi atau penghargaan pada pemain sepakbola tidak bisa dipungkiri
adalah daya tarik utama seseorang memutuskan memilih menjadi pemain
sepakbola sebagai profesi. Seorang calon pemain sepakbola yang memutuskan
memilih pemain sepakbola sebagai profesi tentu akan membuat pemain tampil
optimal karena motivasi pemain saat berlatih atau bertanding menjadi sangat
tinggi.
Negara-negara yang menjadi langganan lolos Piala Dunia seperti Italia,
Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol selain memiliki banyak pemain yang
4
bemain dalam kompetisi yang kompetitif di dalam negeri dan di luar negeri teryata
negara-negara tersebut adalah negara yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap
pembinaan pemain usia muda. Kompetisi Primavera dan Bareti yang tertata dengan
teratur serta berkesinambungan di Italia telah memberi bukti dengan memiliki
pengalaman bertanding yang lebih banyak, dengan rata-rata bertanding antara 20-
40 kali per tahun selama usia junior timnas Italia telah 4 kali Juara Dunia.
Pembinaan pemain usia muda yang terjadi di Indonesia saat ini masih
kurang mendapat perhatian dari PSSI. Sekolah sepakbola sebagai salah satu wadah
untuk membina pemain usia dini usia antara 7-15 tahun yang saat ini banyak
berdiri dari inisiatif masyarakat masih berjalan jauh dari harapan. Kategori pemain
junior dengan usia 16-18 tahun sementara ini hanya bertumpu pada kompetisi
piala soeratin atau liga remaja. Standarisasi pelatih, sarana prasarana latihan, model
kompetisi, sistem manajemen pengeloalaan belum banyak mendapat sentuhan dari
PSSI. Pembinaan yang kurang bagus dengan iklim kompetisi yang kurang
kompetitif saat usia muda adalah salah satu penyebab gagalnya pemain sepakbola
Indonesia berprestasi di tingkat senior. Demikian gambaran dari pembinaan
pemain usia muda sepakbola di Indonesia. Pembinaan usia muda mulai umur 7-18
tahun yang diibaratkan sebagai mesin penghasil pemain berkualitas dalam
kenyataanya memang sedang rusak. Apa yang mau diharapkan dari sebuah mesin
yang rusak?
Sepakbola industri dan prestasi timnas sepakbola Indonesia adalah
tantangan yang harus dihadapi oleh PSSI. Pengelolaan kegiatan sepakbola sebagai
sebuah industri adalah sebuah model pengelolaan yang saling menguntungkan
seluruh komponen yang berinteraksi dalam sepakbola. Kompetisi Liga Indonesia
yang dikelola BLI (Badan Liga Indonesia) yang merupakan badan di bawah PSSI
5
diharapkan mampu menjadi ajang kompetisi yang kompetitif dan pendorong
terciptanya industri sepakbola di Indonesia. Liga Indonesia yang dikelola dengan
visi bisnis dan industri diharapkan menjadi ajang lahirnya klub profesional, pemain
berkualitas dan tentu saja tujuan akhirnya adalah mampu mengangkat prestasi tim
nasional Indonesia ke level yang lebih tinggi.
PSSI memikul beban yang begitu berat bila seluruh masalah pembinaan
sepakbola menjadi seluruh tanggungjawabnya. Pembinaan sepakbola Indonesia
sebaiknya tidak dibebankan seluruhnya pada PSSI. PSSI bersama pemerintah,
masyarakat, perusahaan, parlemen harus bersinkronisasi untuk mengambil
kebijakan yang paling tepat dan sesuai dengan situasi serta kondisi persepakbolaan
di Indonesia. Perhatian terhadap pembinaan pemain usia muda menurut penulis
adalah solusi pertama untuk segera mendapat penanganan, selain secara simultan
menciptakan industrialisasi sepakbola nasional menuju prestasi timnas di tingkat
dunia.
PRESTASI TIM NASIONAL SEPAKBOLA INDONESIA
Istilah prestasi dalam bidang olahraga saat ini masih terjadi persepsi yang
berbeda diantara para pembina olahraga dengan masyarakat umum. Pada suatu saat
tujuan yang ingin dicapai bersifat umum, seperti pengumpulan medali, peringkat
resmi atau yang bersifat khusus seperti pemecahan rekor dan peraihan gelar juara.
Perbedaan kriteria yang digunakan untuk mencapai keberhasilan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda. Seorang olahragawan mampu memecahkan rekor
nasional renang atau atletik dalam event internasional, misalnya di Sea Games,
namun karena kalah bersaing dengan olahragawan dari negara lainnya,
olahragawan tersebut tidak berhasil memperoleh medali.
6
Tabel 1. Prestasi Tim Nasional Sepakbola PSSI Tahun 1954 -1991
No Event 1954 1956 1958 19
60 1961 1962 1969 1970 1971 1972 1984 1986 1987 1991
1 Olimpiade Melbourne
2 Asian GamesPering-kat
III Pering-
kat II Pering-kat IV
3 Sea Games Juara Juara
4Piala Kemerdekaan Indonesia
Juara
5Merdeka Games Malaysia
Juara Juara Juara Ju
ara Juara
6Grand Royal Chalenge Myanmar
7 Junior Asia Juara Juara Juara
8 Agakhan Cup Juara
9 Queen Cup Juara
10 King Cup Juara II
11 Annversary Juara
12 Pelajar Asia Lolos
Penyisih-an
13 Piala Tiger
7
Tabe 2 . Prestasi Tim Nasional Senior Sepakbola PSSI Tahun 1999 - 2010
No Event 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20101 SEA Games Perung-
gu Posisi
ke-4 Penyisi
han Grup
Posisi ke-4
Penyisihan grup
Penyisihan grup
2 Piala Kemerdeka-an Indonesia
Juara Juara
3 Merdeka Games Malaysia
Runner-up
4 Grand Royall Challenge Myanmar
Run-ner up
5 Piala Tiger/AFF Suzuki Cup
Run up Runner-up
Runner-up
Penyisihan Grup
Semi Final
6 Pra Piala Asia Lolos (Juara Grup)
Lolos (Run-ner up grup)
Lolos (Tuan rumah)
Tidak Lolos
7 Piala Asia Penyisihan
Grup
Penyisihan
Grup
Penyisihan Grup
8 Pra Piala Dunia
Tidak lolos
(Runner-up
grup 9)
Tidak lolos
(peringkat 3 grup)
Tidak lolos (Kalah dari
Syria)
(Sumber : Subardi, Seminar Nasional Olahraga : 5 Juni 2010, Yogyakarta)
8
Pencapaian prestasi olahragawan tersebut memperoleh penilaian yang berbeda.
Masyarakat awam mudah menilai bahwa pembinaan gagal, sementara pembina
termasuk pengurus olahraga merasa pembinaan telah berhasil, (Rusli Lutan:
1998:8).
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 halaman 6 dan 7 menunjukkan prestasi tim
nasional (timnas) Indonesia dari tahun 1954 hingga tahun 2010. Prestasi timnas
sepakbola Indonesia sangat disegani dikawasan Asia pada tahun 1954-1970,
mulai menurun tahun 1980-1990 dan mencapai titik terbawah pada tahun
2000-2010 atau sepuluh tahun terakhir. Timnas sepakbola senior Indonesia dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir ditinjau dari pencapaian prestasi berdasarkan
kriteria juara atau medali disebuah event dibandingkan waktu yang lalu memang
memprihatinkan.
Timnas di tingkat Asia Tenggara mengalami situasi yang sulit untuk
memperoleh gelar, tercatat hanya dua kali medali emas Sea Games direbut timnas
PSSI yaitu tahun 1987 dan 1991. Piala Asia sebuah event bergengsi ditingkat
Asia sejak tahun 2000 Indonesia selalu lolos dari babak kualifikasi walaupun
gagal di fase grup, tetapi pada tahun 2010 timnas gagal lolos dari babak
penyisihan. Piala Dunia event empat tahunan paling bergengsi pada cabang
olahraga sepakbola, timnas Indonesia belum pernah lolos babak kualifikasi Pra
Piala Dunia zona Asia. Harapan masyarakat menyaksikan tim nasional Indonesia
tampil di Piala Dunia semakin jauh dari kenyataan bila memperhatikan deretan
prestasi timnas sepakbola Indonesia yang semakin menurun.
INDUSTRI OLAHRAGA
Industri dapat diartikan menjual barang-barang yang sejenis, barang
yang saling berhubungan, produk atau jasa yang ditawarkan pada konsumen,
9
(Smith 2008 : 14). Industri biasanya dikategorikan berdasarkan pada jenis produk
atau jasa yang ditawarkan pada konsumen. Industri dalam pandangan pemasaran
olahraga adalah sebuah produk atau jasa yang saling berhubungan dan berusaha
memuaskan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Industri
olahraga dapat diartikan penyaluran produk atau jasa untuk memuaskan
kebutuhan para konsumen dibidang olahraga.
Industri olahraga sering dipandang secara sempit, kesan pertama industri
olahraga hanya sesuatu yang nampak : misalnya gedung, gymnasium, klub dan
team olahraga, liga, pakaian dan sepatu olahraga, merchandise, persatuan
olahraga, olimpiade, dan departemen olahraga pemerintah. Industri olahraga
sebenarnya masih membutuhkan banyak hal lain yang juga berperan, beberapa
diantaranya adalah :
1. Lembaga pemerintah bidang olahraga rekreasi, di tingkat daerah,
propinsi atau nasional.
2. Media, media cetak, televisi, TV kabel, dan internet.
3. Pendidikan, seperti di Universitas dimana mengajar mata kuliah
manajemen olahraga.
4. Peneliti atau seseorang yang mempelajari pemasaran olahraga atau
pelaku olahraga, misalnya fisiologi latihan dan kedokteran olahraga.
5. Bidang transportasi dan pembangunan yang berperan dalam pem-
bangunan gedung olahraga.
10
6. Perusahaan dan Organisasi bisnis pribadi yang berkontribusi pada
olahraga melalui sponsorship.
7. Relawan olahraga seseorang yang mendukung klub olahraga dan
persatuan olahraga.
Berpikir menyeluruh tentang komposisi industri olahraga adalah seperti
membayangkan urutan langkah produksi dari bahan mentah, penyaluran hingga
menjadi produk dan jasa olahraga, melalui jasa perantara dan pemasaran. Tabel 3
halaman 11 menunjukkan bahwa pemerintah memilki peran yang menyeluruh
terhadap terciptanya industri olahraga. Pemerintah tidak hanya menyediakan uang
untuk mendukung organisasi olahraga, tapi juga menciptakan beberapa fasilitas
fisik dan gedung untuk kegiatan olahraga dilakukan. Pemerintah juga membuat
kebijakan yang mempengaruhi tingkah laku olahraga, misalnya, menyusun
perundangan bagaimana dan kapan media dapat meliput kejuaraan atau per-
tandingan olahraga. Semakin ke samping kanan tabel 3 menunjukkan tujuh
kategori perbedaan produsen, penyalur, konsumen, dan orang-orang yang terlibat
dalam industri olahraga.
Bagian tabel 3 yang diarsir menunjukkan asosiasi atau organisasi yang
beraktifitas dalam industri olahraga. Kegiatan bisa berupa produksi barang atau
jasa dalam bidang olahraga. Kegiatan dalam industri olahraga jumlahnya banyak
tidak hanya yang utama saja, misalnya semakin ke kiri tabel menunjukkan
kegiatan utama yang berpengaruh pada perkembangan produk barang dan jasa inti
dalam industri olahraga. Semakin ke kanan tabel 3 menunjukkan kegiatan yang
ber-hubungan dengan distribusi dan pemasaran dari produk barang dan jasa
olahraga.
11
Tabel 3. Rantai Nilai dalam Industri Olahraga
PemerintahKementerian Olahraga
Kebijakan Pemerintah DaerahUndang-Undang
Infrastruktur Fisik
Pencetak Produksi Organisasi Jasa Pelayanan
Media dan publikasi
Pemasaran dan
Infrastruktur dan Olahraga dan
dan partisipasi
setelah Penjualan
jasa pendukung kegiatanya olaharagaFasilitas dan
Gedung
KontruksiPusat kebugaran,
Organisasi Olahraga
Keanggotaan Klub Cetak
Periklanan dan Humas
Manufakturkesehatan dan medis Nasional olahragawan
Peralatan TV
Jasa Pendukung Kejuaraan
Pakaian Agen RekresasiOrganisasi Olahraga
Makanan, minuman Daerah TV Bayar
Manajemen Olahragawan
dan suplemen
Pelatihan Pelatih dan
trainerAgen dan organisasi Internet
Hukum Olahraga
Jasa Pelayanan Olahraga
sponsorNon-Pemerintah
Permainan dan Judi Rumah sakit
Jasa PendidikanKejuaran dan Pemilik
Fasilitas Umum dan
Kejuaraan Khusus Jasa Penelitian
Liga dan Kompetisi
Pusat area masyarakat
Penegembangan
Institusi Olahraga
Festival Olahraga
Taman dan halaman
Properti Intelektual
Lembaga Pendidikan
Informasi Tehnologi
(Sumber : Smith 2008:15)
12
Industri sepakbola disejumlah negara-negara Eropa sudah tercipta. Dan
seluruh komponen yang terlibat dengan urusan sepakbola memperoleh
keuntungan mulai dari pemain, atau pelatih, klub, sponsor, perusahaan televisi,
bahkan penonton. Dana melimpah dari sponsorship akan diberikan bila klub
memiliki citra yang baik, jumlah penggemar yang besar, serta biasanya klub
tersebut memiliki prestasi dan dihuni oleh pemain-pemain yang terkenal atau
memiliki nilai jual yang tinggi. Stasiun TV mau membeli hak siar pertandingan
sepakbola jika pertandingan lewat stasiun TV laku dijual ke penikmat sepakbola
yang tidak bisa datang langsung ke stadion karena terbatasnya jarak. Penonton
mau membeli tiket, melihat pertandingan jika permainan sepakbola yang
disuguhkan memberi kepuasan. Kualitas pemain dengan segala faktor
pendukungnya tentu adalah kunci dari permainan yang menarik sebagai
sebuah produk industri.
INDUSTRI SEPAKBOLA DI INDONESIA
Kompetisi yang kompetitif dan berkualitas seperti layaknya Liga Inggris
atau Liga Italia dengan konsep bisnis dan industri sepakbola bukan tidak mungkin
bisa tercipta di Liga Indonesia. Kompetisi terbaik dan terbesar di kawasan Asia
berlabel Liga Indonesia akan tercipta bila usaha dan kerja keras terus dilakukan
dengan perasaan optimis. Pemain Indonesia tidak perlu harus bermain di Liga
Inggris atau negara-negara Eropa bila kompetisi dalam negeri sendiri sudah
sekelas Liga Inggris. Pemain dari negara-negara Eropa, Amerika Latin, atau
Afrika bila perlu berkeinginan bermain di Liga Indonesia.
13
Penduduk dan penggemar sepakbola dengan jumlah besar adalah peluang
yang harus dimanfaatkan oleh seluruh komponen yang terlibat dalam pembinaan
sepakbola di Indonesia. PSSI selaku pemegang kebijakan diharapkan selalu
berkoordinasi dengan pemerintah dalam menata pembinaan sepakbola, karena
apa yang dicita-citakan PSSI tidak akan tercapai tanpa dukungan dari kebijakan
pemerintah. Pemerintah seharusnya mendukung kebijakan PSSI terutama bila
konsep industri dan bisnis olahraga dengan manajemen modern dan visi dan misi
yang jelas dilaksanakan dalam persepakbolaan Indonesia. Perputaran uang yang
terjadi dalam bisnis dan industri sepakbola selain bermanfaat bagi seluruh
komponen yang terlibat langsung dalam kegiatan sepakbola juga sangat
membantu program pemerintah untuk meningkatkan roda perekonomian bangsa.
Tanda-tanda atau indikator industrialisasi sepakbola yang diimpikan di
Indonesia mulai terlihat. Kompetisi ISL (Indonesia Super Liga) pada musim
kompetisi 2009-2010 dikuiti 18 tim. Pertandingan Indonesia Super League
berjumlah 306 selama satu musim, live TV : 113 pertandingan, melibatkan jumlah
penonton sebanyak : 2.067.500 orang, rata-rata penonton tiap pertandingan :
10.712 orang dengan durasi selama 8 bulan, (Subardi, Seminar Nasional Olahraga
: 5 Juni 2010). Kehadiran penonton di stadion pada setiap pertandingan kompetisi
ISL rata-rata 10.000 per pertandingan menunjukan bahwa sepakbola Indonesia
sudah memiiki nilai jual. Penonton yang hadir di stadion jika diasumsikan
mengeluarkan minimal Rp. 15.000 rupiah untuk membeli tiket maka sebuah
sumber pendapatan yang besar buat klub. Pertandingan kompetisi Liga Super
Indonesia juga memicu kegiatan industri pendukung yang lain bergerak seperti
14
industri pembuatan pernak-pernik atau aksesori klub, permintaan sepatu
sepakbola, seragam bertanding, dan dibangunnya stadion-stadion baru atau proyek
renovasi karena harus memenuhi standar kelayakan pertandingan ISL.
Kompetisi ISL atau Djarum Liga Super Indonesia sebagai sebuah
produk dalam industri sepakbola yang diluncurkan PSSI adalah salah satu
langkah yang sudah terrealisasi selain kompetisi Liga Joss Divisi Utama.
Kompetisi Liga Super dan Divisi Utama yang dikemas secara profesional dengan
visi bisnis dan industri diharapkan menjadi kereta pendorong dan penarik
terciptanya industri dengan nilai ekonomi tinggi. Klub peserta ISL jika selama 1
musim mengeluarkan rata-rata 20 milyar rupiah maka uang 360 milyar rupiah
telah beredar untuk kegiatan sepakbola. Uang milyaran rupiah yang dikeluarkan
oleh manajemen klub sepakbola secara tidak langsung juga menghidupkan bisnis
hotel, transportasi, dan pelayanan rumah sakit. Pelan tapi pasti industri sepakbola
akan tercipta.
Bisnis dan industri sebagai sebuah konsep dalam kegiatan sepakbola
adalah kegiatan yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.
Benarkah klub-klub di ISL telah memperoleh keuntungan? Perhatian tentu masih
harus selalu diarahkan pada kondisi keuangan klub-klub peserta ISL dan Divisi
Utama yang dianggap klub profesioanal. Klub-klub liga Indonesia teryata belum
bisa dikatakan untung, jangankan untung, seimbang atau balance dalam keuangan
saja belum mampu dilakukan. Klub-klub anggota Liga Super dan Divisi Utama
PSSI yang dianggap klub profesional teryata masih banyak yang mengandalkan
bantuan dari Pemerintah Daerah (Pemda) melalui APBD (Anggaran Pendapatan
15
Belanja Daerah) untuk mampu mengikuti kompetisi. Keuangan klub yang
tergantung pada bantuan APBD adalah situasi yang harus segera dicarikan solusi
jika PSSI dan Pemerintah ingin melihat Industri sepakbola yang sebenarnya.
PEMBINAAN PEMAIN USIA MUDA
Globalisasi dunia dalam bisnis dan industri sepakbola menjadikan pemain
adalah komoditas yang perlu mendapat perhatian serius. Prestasi dan nilai jual
klub terhadap sponsor akan meningkat bila klub memiliki pemain dengan
kualitas yang baik. Pemain yang berkualitas tidak lahir atau muncul dengan
sendirinya, pembinaan terhadap pemain usia muda yang tertata dengan
profesional, bertahap dan berkesinambungan adalah salah satu jawaban dari
pertanyaan bagaimana menciptakan industri dan bisnis sepakbola dan prestasi
tim nasional Indonesia. Semakin banyak pemain Indonesia yang tampil dalam
kompetisi yang kompetitif dengan konsep bisnis dan industri baik di dalam
negeri atau di luar negeri maka peluang mengangkat prestasi tim nasional
Indonesia juga semakin besar. Pemain sepakbola Indonesia yang mampu
menembus ketatnya kompetisi di Eropa menurut catatan penulis hanya satu nama
yaitu Kurniawan Dwi Julianto saat bermain di Lucern FC negara Swis pada tahun
1994-1995, (www.bolanews.com). Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan
dengan beberapa negara yang tampil di Piala Dunia seperti Kamerun atau Pantai
Gading.
Bisnis dan industri sepakbola menganggap pemain adalah komoditas
berharga bagi klub. Real Madrid adalah salah satu contoh klub dunia yang secara
nyata mengumpulkan pemain-pemain terbaik di dunia diposisinya masing-
16
masing. Pemain berkualitas semacam Cristiano Ronaldo asal Portugal, Kaka
(Brasil), Sergio Ramos (Spanyol) dibeli agar klub dapat mematok target tinggi di
kompetisi domestik dan Liga Champions. Keberadaan pemain yang berkualitas
tinggi menjamin klub mendapatkan keuntungan spektakuler dari prestasi klub dan
pendapatan komersial. Keuntungan dengan memiliki pemain dengan keterampilan
tinggi tidak hanya prestasi klub melalui jumlah hadiah yang diterima saat
pertandingan kompetisi, pemain pemain dengan skill tinggi biasanya juga
memiliki nilai jual dibidang lain yang merupakan pemasukan buat klub misalnya
dengan memiliki pemain sekelas David Beckham keuntungan dari penjualan kaos
tim Real Madrid meningkat sangat besar.
Pemain yang memiliki bekal teknik, fisik, taktik dan mental bermain bola
yang baik tidak lahir dengan sendirinya. Italia dengan kompetisi Primavera dan
Bareti adalah contoh bagaimana kompetisi sejak usia muda memberikan
sumbangan pemain untuk klub-klub Italia dan tim nasional Italia. Ajax
Amsterdam adalah klub asal Belanda dengan pembinaan pemain muda yang baik,
pemain hasil pembinaan Akademi Sepakbola Ajax berhasil menunjukan
penampilan bermain sepakbola yang baik terbukti dengan banyaknya pemain
lulusan Akademi Sepakbola Ajax membela klub-klub besar Eropa. Generasi
pemain tim Nasional Belanda seperti Patrik Kluvert, Edgar Davids, F. De Boer,
Ronald De Boer, C. Seedorf, Edvin Van De Sar adalah bukti nyata keberhasilan
pembinaan pemain muda di Belanda. Spanyol peraih dua gelar paling bergengsi
yaitu Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2008 memiliki Akademi sepakbola
Barcelona yang dikelola klub professional FC. Barcelona.
17
Pondasi atau landasan yang kokoh harus disiapkan sebelum puncak
sebuah bangunan bisa dikerjakan. Ilustrasi di atas tepat jika digunakan untuk
menggambarkan kondisi pembinaan persepakbolaan di Indonesia. Lakukan
perbaikan dan bangun terlebih dahulu pembinaan pemain usia muda yang
berkualitas sebelum berharap industri dan prestasi tim nasional. Prestasi tim
nasional adalah puncak dari bangunan pembinaan prestasi sepakbola di Indonesia.
Industri sepakbola berperan sebagai sarana untuk mencapai prestasi tim nasional
dengan kekuatan utamanya adalah iklim kompetisi dan pertandingan yang
kompetitif.
Gambar.1 Piramida Pembinaan Prestasi Olahraga (Bompa 1990, Buku Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Usia Dini, Kantor MENPORA 1995).
Prestasi puncak dan penampilan seorang olahragawan akan dicapai
dengan melakukan latihan jangka panjang dengan waktu kurang lebih berkisar
antara 8 hingga 10 tahun secara bertahap, kontinyu, meningkat dan
18
berkesinambungan. Puncak prestasi olahragawan umumnya dicapai sekitar umur
20 tahun, dengan lama tahapan pembinaan 8 s.d. 10 tahun maka seseorang pemain
sepakbola harus sudah mulai dibina dan dilatih pada usia 7-18 tahun yang dapat
namakan pembinaan pemain usia muda. Pembinaan olahragawan usia muda
dilakukan secara bertahap agar dapat mencapai prestasi puncak atau disebut
Golden Age (Usia Emas). Setiap tahapan ini didukung oleh program latihan yang
baik, dimana perkembangannya dievaluasi secara periodik. Pembinaan usia muda
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu usia dini dengan pembagian usia dari
7-9 dan 10-12 tahun, usia remaja dengan pembagian usia dari 13-15 tahun dan
16 -18 tahun, di atas 18 tahun dianggap sudah dewasa.
Pembinaan pemain pada usia muda dari umur 9-18 tahun dengan memutar
kompetisi yang teratur dan sistematis adalah landasan yang kuat yang harus di
kerjakan dan ditata oleh PSSI selaku penanggung jawab pembinaan prestasi
sepakbola di Indonesia. Prestasi yang menjadi tujuan pembinaan sampai kapanpun
tidak akan tercapai sesuai harapan bila pemain usia muda yang dibina melalui
Sekolah Sepakbola dan klub sepakbola kelompok umur remaja atau junior masih
belum diperhatikan lebih serius. Sekolah sepakbola (SSB) dan klub sepakbola
(Persatuan Sepakbola) yang dikelola dengan swadaya masyarakat dengan
membina pemain usia 7-18 tahun adalah potensi yang harus dikembangkan,
dibina dengan profesional hingga menjadi modal yang kuat menuju prestasi tim
nasioanal Indonesia.
Sekolah sepakbola (SSB) organisasi yang berada di bawah koordinasi
Pengurus cabang (Pengcab) PSSI Kota atau Kabupaten setempat adalah wadah
19
pembinaan pemain sepakbola usia 7-15 tahun. Kondisi yang terjadi saat ini SSB
dengan mudah berdiri melakukan proses pembinaan tanpa kendali dari pengurus
PSSI pusat atau BPUM (Badan Pembina Usia Muda). SSB sebagai tempat
pembinaan pemain usia muda hingga hari ini belum mampu menghasilkan pemain
berkualitas yang mampu menopang tim nasional Indonesia. Pengurus Cabang
PSSI selaku organisasi pembina SSB di tingkat kota atau kabupaten di seluruh
Indonesia belum menerapkan standarisasi syarat berdirinya SSB. Fungsi
pengelolaan, koordinasi, pengawasan dan kontrol oleh PSSI terhadap SSB seperti
standarisasi kurikulum latihan, sarana prasarana, kualitas pelatih, model
kompetisi, pe-manfaatan teknologi informasi atau ilmu olahraga belum berjalan
dengan baik.
Kompetisi sebagai wahana untuk mengukur kemajuan proses pembinaan
dan latihan bagi pemain usia muda juga masih sangat minim diselenggrakan,
belum lagi bila berbicara tentang kualitasnya. Kompetisi yang diselenggarakan
untuk level pemain muda hanya Piala Danone, Piala Medco dan Liga Remaja
Piala soeratin, tiga buah kompetisi usia muda yang masih sangat jauh dari sebuah
sistem kompetisi untuk pembinaan yang ideal. Piala soeratin adalah kompetisi
untuk pemain usia 18 tahun ke bawah sedangkan Piala medco adalah kompetisi
untuk pemain usia dibawah 15 tahun dan Piala Danone untuk pemain usia 10-12
tahun.
Liga Remaja Piala Soeratin satu-satunya kompetisi yang diselenggarakan
PSSI untuk tingkat junior itupun masih jauh dari nuansa kompetitif dan
profesional. Kompetisi berjalan masih bersifat umum untuk semua klub sepakbola
20
anggota PSSI tanpa mengatur strata tingkat kualitas antar tim dan jumlah minimal
pertandingan setiap tim. Pembinaan pemain kelompok umur 16-18 tahun adalah
waktu dimana pemain sepakbola mulai mendapat latihan spesialisasi dengan
posisi yang akan ditekuni. Pemain junior dengan usia 16-18 tahun semestinya
memperoleh pengalaman bertanding yang cukup dengan model kompetisi yang
menggunakan sistem kompetisi penuh. PSSI seharusnya berani mengambil
kebijakan seluruh klub profesional anggota Badan Liga Indonesia wajib memiliki
tim junior dan mengikuti kompetisi level tertinggi di tingkat junior maka lahirnya
pemain dengan kualitas bukan hanya impian.
KESIMPULAN
Industri sepakbola dan prestasi tim nasional adalah sebuah impian seluruh
masyarakat dan pembina sepakbola di Indonesia. PSSI selaku organisasi yang
bertanggung jawab terhadap cita-cita mulia tersebut sudah selayaknya melakukan
berbagai langkah melalui program-program kegiatan baik program internal atau
eksternal organisasi. Pemerintah dan PSSI semestinya saling bekerjasama selaku
pemegang kebijakan publik untuk memperhatikan pembinaan pemain usia muda
termasuk di dalamnya pembinaan terhadap sekolah sepakbola dan klub sepakbola
dari tingkat anak-anak hingga junior. Kebijakan yang tepat tersebut bila
diterapkan kebutuhan akan pemain berkualitas di tingkat senior tidak akan
kekurangan dan prestasi tim nasional Indonesia akan meningkat, mimpi melihat
tim nasional Indonesia tampil di Piala Dunia bisa menjadi kenyataan.
21
Daftar Pustaka
Aaron C.T. Smith.2008. Introduction to Sport Marketing. Hungary : Elsevier.
Aribikuno Tjiptoadhidjojo.2000. Pemanduan dan Pembinaan bakat Usia Dini. Jakarta : KONI Pusat.
Bompa, Tudor, O, 1983. Theory and Methodologi of Training, United Stateda of American : Kendall/Hunt Pubhlishing Company.
Marco Tampubolon. 2010. Kurniawan Ingin Pensiun Usia 35 tahun. On Line 22 Juli 2010. http:// www.bolanews.com.
Peter Dejong. 2010. Data dan Fakta tim Ghana. On Line 23 Juli 2010. http://www.media Indonesia.com.
Rusli, Lutan, dkk. 1998. Sistem Monitoring Evaluasi Dan pelaporan. Jakarta : KONI Pusat.
Subardi. 2010. Sejarah Dan Prestasi Sepakbola Indonesia, Organisasi PSSI, Serta Pembinaan Sepakbola Indonesia. Yogyakarta. Seminar Nasional Olahraga : 5 Juni 2010.