PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI
AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT,
STUDI KASUS AUDITOR KAP DI SUMATERA BARAT
Yossi Septriani Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang
ABSTRACT
This research aimed to investigate the effect of auditor’s independency and
competency on audit quality conducted by independent auditors who work in
accounting firms in West Sumatera. The research sample were determined using
cencus method and data were collected using adopted and modified questionnaire
from several previous researches. Population of this research is auditors who work in
7 listed public accounting firms in West Sumatera. The respondent’s profile were
dominated by junior auditors age 20-30 years old with working experience between 0-
5 years. Only few of senior auditors and managers/supervisors with working
experience 6 to 15 years were able to fill the questionnaires. From 50 distributed
questionnaires, only 40 sets of them were eligible to be tested and analyzed using
SPSS ver. 16. for windows. The result showed that auditor’s independency had a
significant effect on audit quality conducted by auditors who work in public accounting
firms. This can be defined as the more independent the auditor is the higher audit
quality would be performed. The same result also goes for auditor’s competency. It
was proved that auditor’s competency also had significant effect on audit quality.
Simultaneously both of independency and competency of auditor had significant effect
on audit quality conducted by auditors who work in public accounting firms in West
Sumatera.
Keywords: audit quality, independency, competency
PENDAHULUAN
Standar Audit - Standar Umum
mengharuskan auditor untuk memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melakukan audit. Selain
standar audit auditor juga diharuskan
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi
kode etik profesi selama menjalankan
tugas profesionalnya. Kode etik
mengatur tentang tanggung jawab
profesi dimana seorang auditor dituntut
untuk memiliki kompetensi yang cukup,
mempertahankan independensi,
menjaga integritas yang tinggi dan
bersikap objektif selama melaksanakan
audit. Semua aturan dan standar
tersebut diberlakukan untuk menjaga
kepercayaan para pemakai laporan
keuangan terhadap kualitas audit yang
dihasilkan oleh Akuntan Publik.
Kualitas audit didefenisikan
sebagai kemungkinan (joint probability)
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 79
bahwa auditor akan menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem
akuntasi klien dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan (De
Angelo (1981) dalam Baotham et.al
(2009). Sementara kualitas audit sendiri,
menurut AAA Financial Committee
(2000) (dalam Christiawan; 2002)
ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi auditor.
Kualitas audit yang baik dapat
dihasilkan jika auditor memiliki
kompetensi yang memadai untuk
melakukan audit yang disertai dengan
sikap bebas tidak memihak
(independen). Beberapa penelitian
terdahulu menemukan bahwa kualitas
audit dapat dipengaruhi oleh
independensi dan kompetensi auditor
seperti yang dilakukan oleh Mayangsari
(2003), Suraida (2005), Harhinto (2004)
dan Elfarini (2007) yang menemukan
bahwa kompetensi dan independensi
auditor yang berpengaruh secara
signifikan baik parsial ataupun simultan
terhadap kualitas audit. Hal ini diperkuat
oleh Alim.,dkk (2007), Huntoyungo
(2009) yang menyimpulkan bahwa
keahlian auditor dan independensi
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Sukriah.dkk (2009)
menemukan bahwa independensi tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kode Etik Profesi dan Pernyataan Standar Audit menekankan sekali pentingnya independensi karena independensi merupakan dasar dari prinsip objektifitas dan integritas. Arens, et.al, (2011;74) menyatakan bahwa independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit. Independensi ini sangat penting karena alasan banyaknya pengguna laporan keuangan bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan eksternal adalah karena ekspektasi mereka atas
sudut pandang yang tidak bias dari auditor. Penelitian yang dilakukan oleh
Supriyono (1988) mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi penampilan akuntan
publik menemukan bahwa kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan
klien, jasa non audit, lamanya hubungan
auditor dengan klien, persaingan antar
KAP, ukuran KAP serta audit fee secara
signifikan mempengaruhi independensi
penampilan akuntan publik.
Meskipun independensi sangat
penting auditor juga harus memiliki
kompetensi yang memadai dalam
melakukan audit dalam artian memiliki
pengetahuan/ keahlian dan pengalaman
memadai dalam bidang auditing dan
akuntansi seperti yang diatur dalam
Standar Auditing Standar Umum.
Pengalaman auditor dalam melakukan
audit atas laporan keuangan dapat
dilihat dari segi lamanya waktu maupun
banyaknya penugasan yang pernah
ditangani. Semakin banyak
pengalaman, auditor semakin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan
dalam menjelaskan temuan audit,
sehingga turut mempengaruhi kualitas
audit (Suraida; 2005). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit seperti yang
dilakukan oleh Nurchasanah dan
Rahmanti (2003), Harhinto (2004),
Elfarini (2007), Purnomo (2007), Alim
dkk (2007), dan Sukriah (2009).
Para pemakai laporan
keuangan mendasarkan keputusan
mereka pada laporan keuangan hasil
audit, sehingga informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan hendaknya
bebas dari salah saji material dan tidak
menyesatkan. Beberapa kasus
kegagalan audit/ skandal keuangan baik
di luar ataupun di dalam negeri masih
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
80 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
menjadi sorotan masyarakat luas mulai
dari Kasus Enron, WorldCom, Tyco, dll
di Amerika Serikat, hingga beberapa
kasus di dalam negeri seperti indikasi
pelanggaran berat oleh 10 KAP saat
mengaudit bank-bank yang dilikuidasi
pada tahun 1998 yang berujung pada
diambilnya tindakan oleh Majelis
Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) dan kasus-kasus lain yang
kemudian menimbulkan banyak
pertanyaan seputar independensi,
kompetensi dan kualitas audit oleh
akuntan publik. Hal tersebut menarik
penulis untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh independensi dan
kompetensi terhadap kualitas audit yang
dilakukan oleh akuntan publik dengan
mengambil studi kasus auditor KAP di
Sumatera Barat.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, permasalahan yang
dapat dijadikan objek penelitian adalah
apakah independensi dan kompetensi
auditor berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap kualitas audit
dengan studi kasus pada auditor KAP di
Sumatera Barat?
Kajian Teori dan Penelitian Terdahulu
Kualitas Audit
Kualitas audit didefenisikan
sebagai kemungkinan (joint probability)
bahwa auditor akan menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem
akuntasi klien dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan (De
Angelo, 1981 dalam Alim,. dkk (2007).
Selain itu, beberapa peneliti
memberikan defenisi tentang kualitas
audit, meliputi 1) probabilitas bahwa
auditor dengan baik dan benar akan
menemukan kesalahan material,
kekeliruan ataupun kelalaian dalam
laporan keuangan, 2)probabilitas bahwa
auditor tidak akan mengeluarkan
laporan wajar tanpa pengecualian untuk
laporan yang mengandung kesalahan
material (Lee at.al 1999 dalam Baotham
et.al., 2009), 3) ketepatan pelaporan
informasi auditor (Davidson dan Neu
1993) dan 4) mengukur kemampuan
audit untuk mengurangi kebisingan dan
bias dan meningkatkan ketelitian dalam
data akuntansi (Wallace,1980 dalam
Baotham et al., 2009, dalam Sari, 2011).
Kane dan Velury (2005) dalam Sari
(2011), mendefenisikan kualitas audit
sebagai kapasitas auditor eksternal
untuk mendeteksi terjadinya kesalahan
material dan bentuk penyimpangan
lainnya. Sedangkan Russel (2000)
dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa
kualitas audit merupakan fungsi jaminan
dimana kualitas tersebut akan
digunakan untuk membandingkan
kondisi yang sebenarnya dengan
kondisi yang seharusnya.
Secara ringkas dapat
disimpulkan bahwa kualitas audit
merupakan segala kemungkinan (joint
probability) bahwa auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien akan
menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien dan
melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan, dimana dalam
melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar
auditing dan kode etik akuntan publik
yang relevan. Probabilitas auditor untuk
menemukan pelanggaran tergantung
pada kemampuan teknis auditor
sedangkan probabilitas kemauan untuk
melaporkan pelanggaran tergantung
pada independensi auditor, (De Angelo
(1981), Deis and Groux ((1992), dalam
Alim. dkk (2007). Senada dengan hal
tersebut, AAA Financial Committee
(2000) (dalam Christiawan; 2002)
menyatakan bahwa kualitas audit
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 81
ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi auditor.
Berbagai penelitian tentang
kualitas audit pernah dilakukan. Hasil
penelitian oleh De Angelo (1981)
menunjukkan bahwa KAP yang besar
akan berusaha untuk menyajikan
kualitas audit yang lebih besar
dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Deis dan Giroux (1992) meneliti 4 hal
yang dianggap mempunyai hubungan
dengan kualitas audit dengan
menganalisis temuan-temuan Quality
Control Review. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa lama hubungan
dengan klien (audit tenure), jumlah
klien, telaah dari rekan auditor (peer
review), ukuran dan kesehatan
keuangan klien serta jam kerja audit
secara signifikan berhubungan dengan
kualitas audit. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas audit adalah
pendidikan, struktur audit, kemampuan
pengawasan (supervisor),
profesionalisme dan beban kerja.
Semakin lama audit tenure, kualitas
audit akan semakin menurun.
Sedangkan kualitas audit akan
meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah klien, reputasi auditor,
kemampuan teknis dan keahlian yang
meningkat.
Independensi Independensi dalam audit
berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit (Arens et.al,: 2011:74). Kode Etik Profesi menjelaskan dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan publik (SPAP) yang diterbitkan oleh IAPI . Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance)(Agoes: 2012:45). Independensi dalam fakta muncul ketika secara nyata auditor menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Sedangkan independen dalam penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.
Independensi secara umum
dapat diartikan sebagai sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan dan tidak tergantung pada
pihak lain. Independensi juga dapat
diartikan adanya kejujuran dalam diri
auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Persyaratan umum bagi
independensi auditor melarang auditor
untuk terlibat dalam berbagai aktivitas
audit di suatu entitas bilamana terdapat
konflik kepentingan yang belum
terselesaikan terkait dengan entitas
tersebut. Hal itu dikarenakan nilai audit
sangat tergantung pada persepsi publik
tentang independensi auditor (Arens;
2011: 75). Penelitian tentang
independensi oleh Lavin (1976) dalam
Alim dkk (2007) meneliti 3 faktor yang
mempengaruhi independensi auditor
yaitu : 1) ikatan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, 2)
pemberian jasa lain selain jasa audit
kepada klien, 3) Lamanya hubungan
antara akuntan publik dengan klien.
Temuan penelitiannya adalah bahwa
jasa non audit seperti jasa kompilasi
(penyusunan laporan keuangan) tidak
mempengaruhi teknik audit yang
dilakukan auditor. Shockley (1981)
meneliti 4 faktor yang mempengaruhi
independensi yaitu 1) persaingan antar
akuntan publik, 2) pemberian jasa
konsultasi manajemen kepada klien, 3)
ukuran KAP dan 4) lamanya hubungan
audit. Sedangkan Supriyono (1988)
meneliti 6 faktor yang mempengaruhi
independensi yaitu 1) ikatan
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
82 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
kepentingan keuangan dan hubungan
usaha dengan klien 2) jasa non audit 3)
lamanya hubungan audit antara akuntan
publik klien, 4) persaingan antar KAP, 5)
ukuran KAP, 6) audit fee. Arens et.al
(2011) mengidentifikasi 5 ancaman
terhadap independensi yaitu : 1)
kepemilikan finansial yang signifikan, 2)
pemberian jasa non-audit kepada klien ,
3) imbalan jasa audit 4) tindakan hukum
antara KAP dan klien 5) pergantian
auditor. Selanjutnya Kasidi (2007)
meneliti faktor yang mempengaruhi
independensi auditor dengan
menggunakan variable bebas yaitu: 1)
ukuran kantor akuntan publik (KAP), 2)
lamanya hubungan audit, 3) audit fee, 4)
pelayanan konsultasi manajemen dan 4)
keberadaan komite audit.
Lamanya hubungan audit dengan
klien (audit tenure)
Di Indonesia masalah audit
tenure diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 423/KMK.06/2002
tentang jasa akuntan publik. Keputusan
tersebut membatasi masa kerja auditor
paling lama 3 tahun untuk klien yang
sama, sementara untuk KAP boleh
sampai 5 tahun. Peraturan ini kemudian
direvisi oleh Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) no.17/2008 yang
mengharuskan partner audit untuk
merotasi tim audit setelah 3 tahun di
klien yang sama dan melakukan rotasi
KAP setelah 6 tahun (Arens, 2011;85).
Pembatasan ini dilakukan dengan
tujuan agar auditor tidak terlalu dekat
dengan klien sehingga menimbulkan
rasa ’kekeluargaan’ atau familiaritas
yang dapat mendorong pada timbulnya
skandal keuangan.
Menurut Bamber dan Iyer (2005) dalam Ibrani, dkk (2007), terdapat asumsi yang belum diuji apakah kedekatan antara auditor
dengan klien menjadi tidak layak karena dapat merusak obyektivitas auditor dalam melakukan pekerjaan audit yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap terjadinya kegagalan audit. Bazerman dkk, (2002) dalam Ibrani.dkk (2007) mengkritik bahwa tidaklah mungkin untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif dan tidak bias karena kemungkinan ada konflik yang terjadi antara: (1) kebutuhan auditor untuk menjadi lebih familiar dengan klien guna melakukan proses audit yang tepat, dan (2) ancaman terhadap obyektivitas auditor karena familiaritasnya terhadap klien. Logisnya ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP. Imhof (2003) menyatakan satu penyelesaian pada masalah independensi KAP adalah dengan rotasi KAP yang bersifat mandatory.
Di Indonesia, rotasi KAP
bersifat mandatory dengan
ditetapkannya Keputusan Menteri
Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002
tentang jasa akuntan publik dan direvisi
dengan keputusan menteri keuangan
nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21
Agustus 2003 yang mewajibkan
perusahaan untuk membatasi masa
penugasan KAP selama lima tahun dan
akuntan publik selama tiga tahun.
Selanjutnya direvisi lagi dengan
diterbitkannya PMK 17/2008 yang
kemudian disesuaikan lagi oleh
Bapepam LK dengan aturan
independensinya yang mensyaratkan
partner audit untuk merotasi tim audit
setelah 3 tahun dan KAP setelah 6
tahun. Bapepam LK mensyaratkan 3
tahun ‘rehat’ setelah rotasi sebelum
mereka bisa kembali bekerja untuk klien
yang yang sama.
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 83
Persaingan antar KAP dan Ukuran
KAP
Persaingan antar KAP juga
menjadi faktor yang menekan auditor.
Dengan jumlah KAP yang semakin
banyak, persaingan dalam
memperebutkan klien akan semakin
ketat. Selain itu ukuran KAP juga turut
menentukan. KAP besar dapat
menghasilkan audit dengan kualitas
yang lebih baik, dimana dapat
mengurangi terjadinya underpricing
pada saat melakukan Initial Public
Offering (IPO). Kantor auditor yang
besar menunjukkan kredibilitas auditor
yang semakin baik, yang berarti kualitas
audit yang dihasilkan semakin baik pula
(Teoh dan Wong (1993) dalam Alim dkk,
2007), sehingga tidak heran jika klien
KAP besar mayoritas adalah
perusahaan besar juga. Melihat
persaingan antar KAP yang semakin
ketat, tentu akan semakin sulit bagi KAP
untuk memperoleh klien baru sehingga
mereka akan lebih memilih untuk
mempertahankan klien yang sudah ada.
Di samping itu ada beragam alasan
yang dapat digunakan manajemen
ketika memilih auditor atau mengganti
auditor terdahulunya, diantaranya
adalah mencari pelayanan dengan
kualitas yang lebih baik, opinion
shopping dan mengurangi biaya. Pada
satu kondisi dimana suatu KAP
pengganti mendapatkan kontrak audit
karena pernah diberikannya saran-
saran pembukuan kepada klien akan
sangat sulit untuk tetap independen.
Demikian pula ketika suatu KAP diminta
oleh klien yang diaudit oleh KAP lain
untuk memberikan opini atas penerapan
prinsip akuntansi atau opini atas praktik
akuntansi lainnya. Hal tersebut dapat
mengganggu independensi keduanya.
Alasannya direksi dapat menggunakan
kekuasaannya untuk mempengaruhi
auditor yang saat ini bertugas, atau
bahkan menggantinya dengan auditor
baru yang dapat memberikan opini yang
lebih menguntungkan klien. Tidak ada
yang salah ketika manajemen mencoba
mendapatkan jasa audit yang lebih
murah atau KAP menawarkan biaya
yang lebih murah dibanding KAP lain
selama kompetisi tersebut tidak memicu
dilakukannya audit dengan kualitas
yang rendah atau membatasi
independensi auditor. (Arens
et.al,2011:83).
Imbalan Jasa Audit (Audit fee)
Imbalan jasa audit dapat
diproksikan dari 1) ketergantungan pada
imbalan jasa audit, 2) Imbalan jasa audit
yang belum dibayar dan 3) Penetapan
imbalan jasa audit (Arens et.al,
2011:80). Independensi auditor akan
diragukan jika imbalan jasa dari satu
klien merupakan bagian yang signifikan
dari total pendapatan KAP tersebut.
Ketika biaya total dari seorang klien
audit melebihi 15% dari biaya kotor
seluruhnya yang diterima KAP,
pekerjaan audit sebaiknya diperiksa
oleh akuntan professional yang bukan
anggota tim audit dan dokumentasi
audit sebaiknya diserahkan kepada
IAPI. Ketika bagian besar dari
pendapatan masing-masing partner
bergantung pada klien tertentu, KAP
harus memastikan bahwa pengendalian
mutu telah dilakukan (Arens
et.al,2011:80).
Terkait imbalan jasa audit yang
signifikan jumlahnya namun belum
dibayar oleh klien untuk audit yang
sudah selesai dilakukan sebelumnya
oleh auditor, auditor dibolehkan untuk
menganggapnya seperti pinjaman
setelah jatuh tempo dalam periode
piutang normal. Namun auditor harus
mempertimbangkan apakah
independensi audit mereka dapat
menurun, dan jika iya, auditor harus
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
84 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
menarik diri dari penugasan audit.
Selanjutnya auditor harus
mengkomunikasikan hal tersebut
dengan komite audit klien.
Penetapan imbalan jasa audit
dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal yaitu: a) pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan, b) tingkat pendidikan dan
pengalaman personel yang melakukan
pekerjaan c) tingkat tanggung jawab
yang terkandung dalam pekerjaan
tersebut, dan 4) waktu yang dibutuhkan
semua personel untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. (Arens
et.al,2011:81). Hal ini menandakan
bahwa jasa audit tidak boleh dilakukan
jika imbalan jasa yang disepakati belum
mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut. Dasar penetapan imbalan jasa
audit harus didokumentasikan dan
menggambarkan kontrak kerja serta
konsisten dengan praktik industri. Lebih
lanjut Kode Etik Profesi melarang
penetapan biaya kontinjen didasarkan
pada hasil akhir kontrak kerja. Hal ini
dimaklumi karena bisa mengarah pada
praktik lowballing dalam audit. Praktik
lowballing muncul ketika auditor
menetapkan imbalan jasa audit yang
murah dengan tujuan untuk
memenangkan kontrak, dan berharap
untuk menutup imbalan jasa audit awal
dengan memberikan jasa lainnya
kepada klien atau dengan cara
menaikkan imbalan jasa auditnya di
periode mendatang.
Jasa Non Audit
Jasa yang diberikan oleh KAP
bukan hanya jasa atestasi melainkan
juga jasa non atestasi yang berupa jasa
konsultasi manajemen dan perpajakan
serta jasa akuntansi seperti jasa
penyusunan laporan keuangan
(Kusharyanti, 2002:29) dalam Elfarini
(2007). Pemberian jasa selain audit ini
merupakan ancaman potensial bagi
independensi auditor, karena
manajemen dapat meningkatkan
tekanan pada auditor agar bersedia
untuk mengeluarkan laporan yang
dikehendaki oleh manajemen, yaitu
wajar tanpa pengecualian (Barkes dan
Simnet (1994), Knapp (1985) dalam
Harhinto (2004:45)).
Pemberian jasa selain jasa
audit berarti auditor telah terlibat dalam
aktivitas manajemen klien. Jika pada
saat dilakukan pengujian laporan
keuangan klien ditemukan kesalahan
yang terkait dengan jasa yang diberikan
auditor tersebut, kemudian auditor tidak
mau reputasinya buruk karena dianggap
memberikan alternatif yang tidak baik
bagi kliennya. maka hal ini dapat
mempengaruhi kualitas audit dari
auditor tersebut (Standards and Poor)
dalam Mayangsari (2003).
Aturan-aturan Bapepam LK
lebih jauh lagi membatasi, tetapi tidak
sepenuhnya menghapuskan, jenis-jenis
jasa non audit yang bisa diberikan
kepada klien audit yang merupakan
perusahaan publik. Banyak dari jasa-
jasa ini dilarang berdasarkan aturan
Bapepam LK terkait dengan
independensi. Sejumlah aturan baru
menjelaskan larangan yang ada dan
memperluas kondisi dimana jasa-jasa
tersebut dilarang. Jasa-jasa yang
dilarang adalah: 1) jasa pembukuan dan
jasa akuntansi lainnya 2) Desain sistem
informasi keuangan dan
implementasinya 3) Penaksiran atau
jasa penilaian 4) jasa aktuaria 5) jasa
audit internal 6) Fungsi manajemen dan
sumber daya manusia 7) jasa pialang
atau dealer atau penasihat investasi
atau jasa bankir investasi 8) jasa
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 85
hukum dan pakar yang tidak terkait
denga audit 9) jasa-jasa lain yang tidak
diizinkan (Arens et.al, 2011; 84). KAP
tidak dilarang untuk memberikan jasa-
jasa tersebut kepada perusahaan publik
yang bukan merupakan klien auditnya.
Selain itu KAP masih dapat memberikan
jasa-jasa lain yang tidak dilarang untuk
klien audit yang merupakan perusahaan
publik.
Review sejawat (Peer review)
KAP harus mendaftarkan diri
dalam program pemantauan praktik IAPI
(Institut Akuntan Publik Indonesia) agar
para anggota KAP memenuhi syarat
keanggotaan Dewan Review Mutu.
Peer review adalah review yang
dilakukan akuntan publik terhadap
ketaatan KAP pada sistem
pengendalian mutu. Tujuannya peer
review adalah untuk menentukan dan
melaporkan apakah KAP yang ditelaah
telah mengembangkan prosedur dan
kebijakan yang cukup atas kelima
elemen pengendalian mutu dan
menerapkannya dalam praktik
(Arens.et.al, 2011;17). Review sejawat
ini menguntungkan KAP karena
membantu memenuhi standar
pengendalian mutu, yang selanjutnya
menguntungkan profesi melalui
peningkatan kinerja praktisi dan
peningkatan kualitas audit. KAP yang
menjalani review sejawat dapat
memperoleh manfaat lebih jauh jika
review itu meningkatkan praktik KAP
sehingga akan memperbaiki reputasi
dan efektifitasnya dan memperkecil
kemungkinan timbulnya tuntutan hukum
atau litigasi (Arens et.al, 2011:47).
Selain itu, peer review juga memberikan
manfaat bagi klien , KAP maupun
akuntan yang terlibat dalam peer
review, diantaranya mengurangi resiko
litigasi, memberikan pengalaman
positif,mempertinggi moral, memberikan
competitive edge dan lebih meyakinkan
klien atas kualitas jasa yang diberikan
(Harjanti, (2002) dalam Irawati (2011).
Komite Audit
Komite audit adalah komite di
bawah dewan komisaris yang terdiri dari
sekurangnya seorang komisaris
independen dan para professional
independen di luar perusahaan, yang
tanggung jawabnya termasuk
membantu para auditor tetap
independen dari manajemen.
Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga
sampai tujuh anggota yang bukan
bagian dari manajemen perusahaan.
Bapepam-LK meminta agar para
anggota komite audit bersikap
independen, dan perusahaan harus
mengungkapkan disertakan atau
tidaknya, satu anggota yang merupakan
pakar keuangan. Para auditor
bertanggungjawab untuk
mengkomunikasikan semua hal penting
yang teridentifikasi selama audit kepada
komite audit. Hal ini meningkatkan
independensi dan peran komite audit
yang juga akan menguatkan
independensi auditor dengan secara
efektif membuat komite audit menjadi
klien bagi publik daripada manajemen.
Kompetensi
Standar umum pertama (SA
seksi 210 dalam SPAP 2011)
menyebutkan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA
seksi 230 dalam SPAP,2011),
menyebutkan bahwa dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalitasnya dengan
cermat dan seksama (due professional
care). Menurut Suraida (2005)
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
86 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
kompetensi adalah keahlian profesional
yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil
dari pendidikan formal, ujian profesional
maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar dan simposium. Kompetensi
auditor diukur melalui banyaknya ijazah/
atau sertifikat yang dimiliki, serta jumlah
atau banyaknya keikutsertaan yang
bersangkutan dalam pelatihan, seminar
dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat
yang dimiliki dan semakin sering
mengikuti pelatihan atau seminar dan
simposium diharapkan auditor yang
bersangkutan akan semakin cakap
dalam melaksanakan tugasnya.
Wesbster Ninth New Collegiate
Dictionary (1983) dalam Lastanti (2005)
mendefenisikan kompetensi sebagai
keterampilan dari seorang ahli, dimana
ahli didefenisikan sebagai seoarang
yang memiliki tingkat keterampilan
tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam subjek tertentu yang diperoleh
dari pelatihan dan pengalaman.
Selanjutnya Bedard (1986) dalam
Lastanti (2005) mengartikan kompetensi
sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan
prosedural yang luas yang ditunjukkan
dengan pengalaman audit. Sementara
itu dalam artikel yang sama, Shanteau
(1987) mendefinisikan keahlian sebagai
orang yang memiliki keterampilan dan
kemampuan pada derajat yang tinggi.
Sedangkan Trotter (1986) dalam
Saifuddin (2004:23) mendefenisikan
bahwa orang yang kompeten adalah
orang yang dengan keterampilannya
mengerjakan pekerjaan dengan mudah,
cepat, intuitif dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan. Lee
dan Stone (1995), mendefinisikan
kompetensi sebagai keahlian yang
cukup yang secara eksplisit dapat
digunakan untuk melakukan audit
secara objektif.
Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dari
seberapa tinggi pendidikan seorang
auditor karena dengan demikian auditor
akan mempunyai semakin banyak
pengetahuan (pandangan) mengenai
bidang yang digelutinya sehingga dapat
mengetahui berbagai masalah secara
lebih mendalam. Selain itu auditor akan
lebih mudah dalam mengikuti
perkembangan yang semakin kompleks
(Meinhard et.al,1987 dalam Harhinto,
2004:35). Harhinto (2004) menemukan
bahwa pengetahuan akan
mempengaruhi keahlian audit yang
pada gilirannya akan menentukan
kualitas audit.
Adapun secara umum ada 5
pengetahuan yang harus dimiliki oleh
seorang auditor (Kusharyanti, 2003),
yaitu: (1.) Pengetahuan pengauditan
umum, (2.) Pengetahuan area
fungsional, (3.) Pengetahuan mengenai
isu-isu akuntansi yang paling baru, (4.)
Pengetahuan mengenai industri khusus,
(5.) Pengetahuan mengenai bisnis
umum serta penyelesaian masalah.
Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan
profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
pendidikan formal tetapi banyak faktor
lain yang mempengaruhi antara lain
adalah pengalaman. Pengalaman audit
adalah pengalaman auditor dalam
melakukan audit laporan keuangan baik
dari segi lamanya waktu maupun
banyaknya penugasan yang yang
pernah ditangani (Suraida, 2005). Libby
dan Frederick (1990) dalam Suraida
(2005) menemukan bahwa semakin
banyak pengalamannya, auditor
semakin dapat menghasilkan berbagai
macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit. Dalam hal pengalaman
penelitian- penelitian dibidang psikologi
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 87
yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996)
memperlihatkan bahwa seseorang yang
lebih banyak pengalaman dalam suatu
bidang substantif memiliki lebih banyak
hal yang tersimpan dalam ingatannya
dan dapat mengembangkan suatu
pemahaman yang baik mengenai
peristiwa-peristiwa. Butt (1988)
mengungkapkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman akan
membuat judgment yang relatif lebih
baik dalam tugas-tugas profesional
ketimbang akuntan pemeriksa yang
belum berpengalaman, Marchant G.A.
(1989) menemukan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman mampu
mengidentifikasi secara lebih baik
mengenai kesalahan-kesalahan dalam
telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang
berpengalaman juga memperlihatkan
tingkat perhatian selektif yang lebih
tinggi terhadap informasi yang relevan
(Davis 1996) dalam Suraida (2005).
Sedangkan Tubbs (1992) dalam
Mayangsari (2003) menyimpulkan
bahwa auditor yang berpengalaman
memiliki keunggulan dalam mendeteksi
kesalahan, lebih mampu memahami
salah saji secara akurat,serta mencari
penyebab kesalahan.
Review Penelitian terdahulu
Penelitian tentang pengaruh
kompetensi dan independensi terhadap
kualitas audit telah banyak dilakukan.
Harhinto (2004) meneliti pengaruh
keahlian dan independensi terhadap
kualitas audit dengan populasi auditor
Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur.
Keahlian diproksikan melalui sub
variable pengalaman dan pengetahuan.
Sedangkan independensi diproksikan
melalui tekanan dari klien, lama
hubungan dengan klien dan telaah
rekan auditor. Hasil penelitiannya
menunjukkan keahlian dan indepedensi
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh
Elfarini (2007) pada Kantor Akuntan
Publik di Jawa Tengah, menemukan
bahwa kompetensi dan independensi
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas audit. Pengaruh yang
ditimbulkan adalah positif dalam artian
semakin tinggi kompetensi dan
independensi auditor, maka akan
semakin tinggi pula tingkat kualitas audit
yang dihasiilkan auditor tersebut.
Keahlian diproksikan dalam 2
subvariabel yaitu pengalaman dan
pengetahuan. Sedangkan independensi
diproksikan dalam lama hubungan
dengan klien, tekanan dari klien, telaah
rekan auditor dan jasa non audit..
Purnomo (2007) melakukan
penelitian tentang persepsi auditor
tentang pengaruh faktor-faktor keahlian
dan independensi terhadap kualitas
audit. Keahlian diproksikan dalam sub
variable pengalaman dan pengetahuan.
Independensi diproksikan dalam lama
ikatan dengan klien, tekanan dari klien,
dan pemberian jasa lain dengan klien.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
menurut persepsi auditor faktor-faktor
keahlian yaitu pengalaman dan
pengetahuan berpengaruh terhadap
kualitas audit. Sedangkan faktor
independensi menurut persepsi auditor
hanya tekanan klien yang berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Huntoyungo (2009) dalam
penelitian yang ditujukan untuk menguji
pengaruh keahlian auditor (kompetensi),
independensi, kecermatan dan
keseksamaan terhadap kualitas audit,
menyimpulkan bahwa keahlian auditor
dan independensi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit,
sedangkan kecermatan dan
keseksamaan tidak mempunyai
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
88 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit. Populasi yang diuji
adalah auditor Inspektorat Daerah se-
Provinsi Gorontalo.
Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Sukriah.,dkk (2009)
untuk menguji pengaruh pengalaman
kerja, independensi, objektifitas,
integritas dan kompetensi terhadap
kualitas hasil pemeriksaan
menyimpulkan bahwa pengalaman
kerja, objektifitas dan kompetensi
berpengaruh positif terhadap kualitas
hasil pemeriksaan.
Effendi (2010) melakukan
penelitian pada Inspektorat Pemerintah
Kota Gorontalo dan menemukan bahwa
kompetensi, independensi dan motivasi
secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas audit yang dilaksanakan oleh
aparat Inspektorat Kota Gorontalo.
Kompetensi secara parsial berpengaruh
positif terhadap kualitas audit, sehingga
semakin baik tingkat kompetensi
semakin baik kualitas audit yang
dilakukan. Sedangkan independensi
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit, sehingga
independensi yang dimiliki aparat
inspektorat tidak menjamin apakah yang
bersangkutan akan melakukan audit
secara berkualitas. Motivasi
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit, sehingga semakin baik tingkat
motivasi semakain baik kualitas audit
yang dihasilkannya.
Selanjutnya, penelitian oleh
Tarigan (2011) untuk mencari bukti
empiris apakah ada pengaruh
pengalaman kerja, independensi,
objektivitas, integritas dan kompetensi
terhadap kualitas hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa secara simultan
pengalaman kerja, independensi,
objektivitas, integritas dan kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas hasil
pemeriksaan. Sedangkan secara parsial
pengalaman kerja tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja
manajerial SKPD.
Penelitian oleh Indah (2010)
yang membahas tentang pengaruh
pengalaman, pengetahuan, lama
berhubungan dengan klien, tekanan dari
klien, telaah dari rekan auditor (peer
review), dan jasa non-audit yang
diberikan oleh KAP terhadap kualitas
audit, menyimpulkan bahwa
pengalaman dalam melaksanakan audit,
pengetahuan seorang auditor serta
telaah dari rekan auditor (peer review)
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Selanjutnya penelitian oleh Sari
(2011) yang menguji pengaruh
pengalaman kerja, independensi,
objektifitas, integritas, kompetensi dan
etika terhadap kualitas audit pada
Kantor Akuntan Publik di Kota
Semarang, menemukan bahwa
pengalaman kerja, independensi,
objektifitas dan integritas, kompetensi
dan etika berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit.
Secara simultan seluruh variable
independen tersebut berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian oleh Irawati (2011) mengenai
pengaruh kompetensi dan independensi
auditor terhadap kualitas audit pada
KAP di Makassar menyimpulkan bahwa
secara parsial hanya independensi yang
berpengaruh terhadap kualitas audit
sedangkan secara simultan kompetensi
dan independensi auditor keduanya
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Dalam penelitian ini variabel kompetensi
diproksikan dalam subvariabel
pengatahuan dan pengalaman auditor
sedangkan independensi diproksikan
dalam subvariabel lama hubungan
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 89
dengan klien, tekanan dari klien, telaah
dari rekan auditor, dan jasa non audit.
.
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
H1: Independensi berpengaruh
terhadap kualitas audit oleh
auditor KAP.
H2: Kompetensi berpengaruh terhadap
kualitas audit oleh auditor KAP.
H3: Independensi dan kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas
audit oleh auditor KAP
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik di
Sumatera Barat yang terdaftar di IAPI.
Metode pemilihan sampel yang
digunakan adalah metode sensus, yaitu
penyebaran kuesioner dilakukan pada
semua populasi.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer
yang dikumpulkan dengan
menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) yang telah terstruktur
sebagai berikut: Bagian pertama
berisikan sejumlah pertanyaan yang
berhubungan dengan independensi
auditor. Untuk kuesioner menguji
independensi ini peneliti mengadopsi
kuesioner yang digunakan oleh Elfarini
(2007) dan Irawati (2011) yang
dimodifikasi sesuai kebutuhan
penelitian. Bagian kedua merupakan
kuesioner tentang kompetensi auditor
yang dibagi dalam dua subvariabel yaitu
pengetahuan dan pengalaman auditor.
Untuk kuesioner kompetensi ini peneliti
mengadopsi kuesioner yang digunakan
oleh Suraida (2005) dan Elfarini (2007)
yang dimodifikasi sesuai kebutuhan
penelitian. Bagian ketiga merupakan
kuesioner tentang kualitas audit. Peneliti
mengadopsi dan memodifikasi
kuesioner yang digunakan oleh Harhinto
(2004) yang juga diadopsi oleh Elfarini
(2007).
Defenisi Operasional dan Metode
Pengukuran Variabel
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, data yang diperoleh didefinisikan sebagai berikut:
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Data Responden. a). Data Nominal, dimana dalam hal ini
peneliti menggunakannya untuk membedakan jenis kelamin responden sebagai berikut: Jika responden laki-laki, dinyatakan dalam angka 1, dan untuk responden
Independensi (X1)
1. Lama hubungan audit
dengan klien (audit
tenure)
2. Persaingan dan ukuran
KAP
3. Imbalan jasa audit (fee
audit)
4. Jasa non audit
5. Peer review
Kompetensi (X2)
1. Pengetahuan auditor
Kualitas
Audit (Y)
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
90 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
perempuan, dinyatakan dalam angka 2.
b). Data Ordinal, dimana peneliti
mengelompokkan responden menurut :
b.1) Umur, yaitu kelompok umur 20–30 tahun, kelompok umur 31–40 tahun, kelompok umur 41–50 tahun, dan kelompok umur diatas 50 tahun.
b.2) Masa Kerja, yaitu < 5 tahun; 6–10 tahun; 11–15 tahun; 16–20 tahun; dan lebih dari 20 tahun.
b.3) Jabatan, sesuai dengan struktur/hirarki organisasi yang lazim di KAP yaitu partner, manager/supervisor, senior auditor dan junior auditor
b.4) Tingkat/Jenjang Pendidikan, yaitu Diploma (D3), Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), dan Strata Tiga (S3).
b.5) Bidang Studi, yaitu akuntansi, keuangan, perbankan, manajemen, ekonomi dan lainnya.
b.6) Gelar profesi yang pernah diperoleh. Responden akan dibagi berdasarkan gelar profesi yang pernah diperoleh yaitu: Bersertifikat Akuntan Publik (BAP), Certified Public Accountant (CPA), dan Non Gelar.
b.7) Banyaknya/Jumlah audit yang telah dilakukan yaitu : jumlah audit yang dilakukan kurang dari 10 kali penugasan; 10–20 kali; 20–30 kali; 30-40 kali; dan lebih dari 40 kali.
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel dengan Mengunakan Skala Interval.
Dalam penelitian ini, variabel
dependen (Y) yang digunakan adalah
kualitas audit oleh auditor KAP,
sedangkan variabel independennya
terdiri atas independensi auditor (X1)
dan kompetensi auditor (X2).
Variabel independensi (X1)
diproksikan melalui: 1) Lama hubungan
audit dengan klien (audit tenure),
2)Persaingan dan ukuran KAP,
3)Imbalan jasa audit (fee audit), 4) Jasa
non audit, 5) Peer review 6) Komite
audit.
Defenisi operasional : Sikap yang
diharapkan dari seorang auditor untuk
bebas dari pengaruh, tidak memihak,
tidak dikendalikan, tidak tergantung
pada pihak lain, tidak bias dalam
melakukan audit, menghindari konflik
kepentingan, jujur dalam
mempertimbangkan fakta, merumuskan
dan menyatakan pendapatnya.
Indikator : 1) Memiliki sikap
independen walaupun familiar dengan
klien audit, 2)Memiliki kejujuran,
3)Kesediaan menerima tuntutan dari
klien, 4)Tidak terpengaruh tekanan dari
klien terkait salah saji, 5)Tidak
terpengaruh oleh audit fee atau fasilitas
dari klien, 6) Pemberian jasa non audit
pada klien yang sama tidak
mempengaruhi independensi, 7)
Kebutuhan akan peer review, 8)Manfaat
peer review, 9) Merespon hasil peer
review, 10) Berkomunikasi dengan
komite audit klien
Variabel kompetensi (X2) diproksikan
melalui: 1) Pengetahuan 2)Pengalaman
Defenisi operasional :
Auditor memiliki pengetahuan dan
pelatihan teknis yang cukup, memiliki
pengalaman yang luas dalam
melaksanakan audit dan menggunakan
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 91
kemahiran dan kecermatan
professional.
Indikator :
1) Memiliki pemahaman atas standar yang relevan (SAK dan SPAP), 2) Memiliki pemahaman atas industri klien, 3) Memiliki pemahaman atas kondisi perusahaan klien, 4) Pendidikan formal Keikutsertaan dalam program peningkatan keahlian (pelatihan) 6) Dukungan keahlian terhadap kualitas proses audit, 7) Waktu dan jumlah penugasan yang pernah ditangani 8)Dukungan pengalaman terhadap kualitas audit
Variabel kualitas audit (Y)
Defenisi operasional :
Segala kemungkinan (probability),
bahwa auditor akan menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan,
dimana dalam melaksanakan tugasnya
tersebut auditor berpedoman pada
standar auditing dan kode etik akuntan
publik yang relevan.
Indikator :
1) Melaporkan semua kesalahan klien,
2) Memiliki pemahaman atas sistem
informasi klien, 3)Komitmen yang kuat
dalam melaksanakan audi,t
4)Berpedoman pada SAK dan SPAP
dalam melakukan pekerjaan lapangan
audit, 5)Tidak percaya begitu saja pada
pernyataan klien, 6)Sikap hati-hati
dalam pengambilan keputusan.
Skala pengukuran kuesioner
adalah skala interval. Setiap pertanyaan
dari variabel yang diteliti diukur dengan
menggunakan skala likert. Masing-
masing jawaban dari responden diberi
skor 1 sampai 5 dengan urutan sbb:
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1,
Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Ragu-
Ragu (R) diberi skor 3, Setuju (S) diberi
skor 4 dan Sangat Setuju (SS) diberi
skor 5.
Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah
seluruh auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di
Sumatera Barat. Kuesioner
didistribusikan mulai awal September
2012 dan dikumpulkan kembali paling
lambat pertengahan Oktober 2012.
Kuesioner yang disebarkan adalah
sebanyak 50 eksemplar dengan target 7
KAP di Sumatera Barat sebagaimana
yang terdaftar di situs IAPI. Dari 7 KAP
yang dijadikan populasi, hanya 6 KAP
yang berhasil disebarkan kuesioner,
satu KAP pindah alamat dan sedang
dalam proses merger dengan KAP lain,
sehingga sulit untuk diminta jadi
responden penelitian. Dari total
kuesioner yang disebar, kuesioner yang
kembali berjumlah 42 eksemplar.
Sebanyak 40 kuesioner dapat diolah
datanya sedangkan 2 kuesioner lagi
dikeluarkan dari sampel karena tidak
diisi lengkap sehingga datanya tidak
dapat diolah. 8 set kueisioner tidak
kembali karena adanya auditor yang
sedang dinas luar kota atau karena
jumlah kuesioner yang diberikan
ternyata melebihi jumlah auditor aktif
yang bekerja di KAP tersebut. Dengan
demikian total responden pada
penelitian ini adalah sebanyak 40 orang
auditor.
Gambaran Umum Responden Data demografi responden dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, masa kerja, jabatan di KAP, tingkat pendidikan, dan bidang studi
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
92 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
pendidikan terakhir. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, (57,5%) dengan rentang usia antara 20-30 tahun (87,5%) dan masa kerja di KAP adalah 0-5 tahun (70%). Pada umumnya responden adalah junior auditor yang mayoritas adalah tamatan S-1 akuntansi. Sebanyak 17,5% dari responden adalah senior auditor dengan masa kerja 6-10 tahun. Hanya 12,50% dari responden yang sudah bekerja l1-15 tahun dan pada umumnya adalah para manager/supervisor.
Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai correlated item-total correlation pada setiap butir pertanyaan dengan nilai r tabel Product Momen. Jika nilai Correlated Item-Total Correlation (r hitung) lebih besar dari nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid. Untuk memudahkan pengujian validitas data, peneliti menggunakan software SPSS versi 16 for windows. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 40 responden, maka derajat bebas atau db = n-2 = 40 – 2 = 38, sedangkan taraf signifikan yang digunakan peneliti adalah 5%. Maka berdasarkan daftar nilai kritik r tabel untuk product moment, nilai kritik yang digunakan adalah 0,320. Hasil uji validasi atas setiap item indikator menunjukkan bahwa untuk instrumen independensi 2 dari 10 item dinyatakan tidak valid. Uji validasi untuk instrumen kompetensi terdapat 2 item pertanyaan yang tidak valid. Sedangkan untuk kualitas audit 1 dari 6 item dinyatakan tidak valid.Peneliti hanya memasukkan item indikator instrument yang valid dalam pengolahan data selanjutnya, yaitu item yang memiliki nilai nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Uji Realibilitas
Pengukuran reabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reabilitasnya digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2007). Hasil uji realibilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha untuk masing-masing variabel adalah > 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item instrument untuk masing-masing variabel adalah reliable. Berikut adalah hasil uji reliabilitas secara rinci:
Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Data No.
Instrumen Cronbach's Alpha
N of items
Keterangan
1. Independensi
0.839 18 Reliable
2. Kompetensi 0.668 7 Reliable
3. Kualitas Audit
0.746 5 Reliable
Sumber : Hasil pengolahan data, November 2012
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik telah dilakukan dan semua uji terpenuhi dan data berdistribusi normal seperti yang terlihat dari gambar grafik histogram dan grafik normal berikut:
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Gambar 4.2 Grafik Normal
Dari grafik histogram maupun
grafik normal P-plot di atas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 93
grafik normal P-plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas yaitu jika data menyebar sekitar garis pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2007).
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen yang dipakai dalam penelitian. Multikolinearitas ditentukan dengan melakukan analisis matrik korelasi variabel-variabel independen dan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Apabila nilai tolerance >0.1 dan VIF < 10, maka dinyatakan tidak ada korelasi sempurna antar variabel independen dan sebaliknya (Gozali, 2007)
Tabel 4.5. Correlations
Kuali
tas
Kompet
ensi
Independ
ensi
Pearso
n
Correla
tion
Kualitas 1,00
0 ,446 ,328
Kompete
nsi ,446 1,000 -,116
Independ
ensi ,328 -,116 1,000
Sig. (1-
tailed)
Kualitas . ,002 ,019
Kompete
nsi ,002 . ,237
Independ
ensi ,019 ,237 .
N Kualitas 40 40 40
Kompete
nsi 40 40 40
Independ
ensi 40 40 40
Sumber: Hasil pengolahan data, November
2012
Matriks korelasi tidak memuat
nilai yang melebihi 0,5. Koefisien
korelasi berada di kisaran 0,3 sampai
dengan 0,45. Meskipun korelasi antara
variabel independen dengan variabel
dependen lemah, tetapi pengaruhnya
signifikan karena berada di bawah taraf
signifikansi 0,05.
Tabel 4.6. Hasil uji multikolinearitas Cofficients
a
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Kompetensi ,986 1,014
Independensi ,986 1,014
a. Dependent Variable : Kualitas Audit Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Hasil uji nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF), juga
diperoleh nilai VIF yang tidak lebih
besar dari 2 dan tidak lebih kecil dari 1,
dan nilai tolerance yang tidak kurang
dari 0.90. Angka tolerance dari variabel
independen yaitu independensi dan
kompetensi auditor mempunyai nilai
tolerance yang lebih besar dari 0,986
yang berarti bahwa tidak ada korelasi
antar variabel independen (otokorelasi)
Nilai VIF juga menunjukkan hal yang
sama. Tidak satupun variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih
besar dari 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa antara variabel
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
94 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
independen tidak terjadi
multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas.Heteroskedastisitas ditandai dengan adanya pola tertentu pada grafik scatter plot. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu heteroskedasitas dapat diketahui melalui uji Glesjer. Jika probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen> 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi (Ghozali, 2007).
Dilihat dari grafik scatter plot tampak bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Tabel 4.7 Hasil Uji Glesjer
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -,037 4,527 -,008 ,994
Independensi ,119 ,041 ,385 2,877 ,007
Kompetensi ,398 ,109 ,491 3,663 ,001
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Hasil uji dengan uji Glesjer menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi semua variabel independen di atas tingkat kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
3.6.3 Pengujian Hipotesa
1). Uji Koefisien Determinasi
Untuk mengukur kemampuan
model dalam menerangkan variasi
variabel independen digunakan
koefisien determinasi (R2). Peneliti
menggunakan nilai adjusted R2 pada
saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik, karena tidak seperti R2, nilai
adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model. Hasil uji
memberikan hasil dimana diperoleh
adjusted R2 (koefisien determinasi yang
telah disesuaikan) adalah 0,310. Nilai ini
menunjukkan bahwa 31% variasi
kualitas audit dapat dijelaskan oleh
variasi dari kedua variabel independen
yaitu kompetensi dan independensi,
sedangkan sisanya 69% dijelaskan oleh
sebab lain di luar model.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi ( X1
dan X2)
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 95
Model Summary
Mod
el
Squ
are
Adjust
ed R
Squar
e
Std.
Error
of the
Estim
ate
Change
Statistics
Durbi
n-
Wats
on
Squ
are
Cha
nge
Cha
nge f1 f2
Sig.
F
Cha
nge
58
8a 345 310
.6205
9 345 .752 7 000 .809
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Seberapa besar prosentase
sumbangan dari variabel independen
yaitu independensi (X1) dan kompetensi
(X2) secara parsial terhadap kualitas
audit (Y) sebagai variabel dependen,
dapat dilihat dari koefisien determinasi
R2 masing- masing variabel tersebut.
Untuk variabel independensi, diperoleh
nilai adjusted R2 sebesar 0,084 dengan
arah positif. Ini berarti bahwa kualitas
audit dapat dijelaskan oleh variabel
independensi auditor sebesar 8.4%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Sedangkan untuk
variabel kompetensi auditor diperoleh
nilai adjusted R2 sebesar 0,178. Artinya
kualitas audit dapat dijelaskan oleh
variabel kompetensi auditor sebesar
17,8% dan sebanyak 82,2 % dijelaskan
oleh variabel lain di luar model
penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (variabel X1: Independensi)
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
(variabel X2: Kompetensi)
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
4.2.2.2. Uji Simultan (Uji F)
Hasil Uji simultan ANOVA atau F test memberikan hasil: nilai F hitung
sebesar 9,752 dengan probabilitas
0,000. Nilai probabilitas ini jauh lebih
kecil dari nilai signifikan 0,05 yang
digunakan, sehingga model regresi
dapat digunakan untuk memprediksikan
kualitas audit. Pada taraf signifikansi =
0,05 dengan derajat kebebasan
pembilang/df1(k) = 2 dan derajat
kebebasan penyebut/df2 (n-k-1) = 37
diperoleh nilai F tabel yaitu 3.252. Jika
dibandingkan nilai F hitung dengan F
tabel terlihat bahwa nilai F hitung
(9.752) lebih besar dari F tabel (3.252),
sehingga dapat dikatakan bahwa kedua
variabel independen yaitu independensi
dan kompetensi secara bersama-sama
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .328a .108 .084 1.86670 .108 4.588 1 38 .039 1.560
a. Predictors: (Constant),Independensi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .446a
.199 .178 1.76894 .199 9.425 1 38 .004 1.379
a. Predictors: (Constant), Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
96 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit seperti yang diduga dalam
hipotesa 3 (H3) penelitian ini. Dengan
demikian H3 dapat diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa independensi
dan kompetensi auditor secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit oleh auditor KAP.
Tabel 4.11
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Uji Parsial (Uji t)
Pengujian Hipotesis 1: Independensi
auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit
Pengujian hipotesis 1
memberikan hasil seperti terlihat pada
tabel 4.12, dimana nilai koefisien regresi
variabel independensi auditor (X1)
adalah 0,101 dengan nilai t hitung
2.142. Nilai koefisien regresi ini
signifikan pada α =0,05 dengan p value
sebesar 0,039. Perbandingan nilai t
tabel dengan t hitung juga mendukung
hasil tersebut. Nilai t tabel pada α =0,05
dan df(derajat kebebasan) n-k-1 = 37
adalah 2,026, sedangkan nilai t hitung
adalah sebesar 2,877. Dengan demikian
t hitung 2,887 > dari t tabel 2,026. Dari
hasil pengujian tersebut dapat diartikan
bahwa H1 dapat diterima sehingga
dapat dikatakan independensi auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit oleh auditor KAP.
Tabel 4.12
Hasil Uji parsial (Uji t)
Sumber: Hasil pengolahan data, November 2012
Sedangkan hasil pengujian
ANOVA (F test) pada tabel 4.11,
diperoleh nilai F untuk variabel
independensi adalah 4,588 dengan
tingkat signifikansi 0.039. Dengan
demikian model regresi untuk pengujian
hipotesis 1 dapat digunakan untuk
memprediksikan kualitas auditor dengan
model persamaan sbb: kualitas audit =
12,585 + 0.101X1. Ini artinya, bahwa
kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor KAP adalah minimal 12,585 dan
kualitas ini akan terus meningkat
sebesar 0,101 jika auditor memiliki dan
mempertahankan sikap independen
selama melaksanakan tugasnya. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
independensi berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit, atau
hipotesis 1 diterima.
Pengujian Hipotesis 2: Kompetensi
auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit
Pengujian hipotesis ke 2 seperti yang
terlihat dalam tabel 4.12 di atas,
memberikan hasil t hitung 3,663 > dari t
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F
1 Regression 51.226 2 25.613 9.752
Residual 97.174 37 2.626
Total 148.400 39
a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -.037 4.527 -.008 .994
Independensi .119 .041 .385 2.877 .007 .986 1.014
Kompetensi .398 .109 .491 3.663 .001 .986 1.014
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 97
tabel 2,026 dengan nilai koefisien
regresi variabel kompetensi adalah
0,398 yang signifikan pada α =0,05
dengan p value 0,001. Hasil pengujian
dengan ANOVA (tabel 4.11 di atas)
diperoleh nilai F untuk independensi
sebesar 9,425 dengan tingkat
signifikansi 0,004. Dengan demikian
model regresi untuk pengujian hipotesis
2 adalah: kualitas audit = 9,472 +0,361
X2, yang dapat dibahasakan bahwa
kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor KAP minimal sebesar 9,472 dan
kualitas audit tersebut akan terus
meningkat sebesar 0,361 jika auditor
meningkatkan kompetensinya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
kompetensi auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit oleh
auditor KAP atau dengan kata lain H2
diterima.
Pembahasan Hasil
Hasil pengujian hipotesis yang
dibangun dalam penelitian ini
mendukung hasil beberapa penelitian
terdahulu. Hipotesis 1 bahwa terdapat
pengaruh independensi terhadap
kualitas audit telah pernah diuji dalam
beberapa penelitian terdahulu
diantaranya Christiawan (2002),
Alim.dkk (2007). Hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Penelitian ini juga
menemukan bahwa kompetensi auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor KAP. Hasil ini senada dengan
De Angelo yang menemukan bahwa
kemungkinan (probability) auditor
menemukan salah saji dalam audit
ditentukan oleh kualitas pemahaman
auditor sendiri (kompetensi) yang
diproksikannya dengan kemampuan
teknis auditor. Lebih lanjut hasil
penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian Mayangsari (2003), Alim dkk
(2007), Huntoyungo (2009), dan Irawati
(2011) yang menyimpulkan bahwa
kompetensi auditor yang diproksikan
dengan pengetahuan dan pengalaman
memiliki pengaruh terhadap kualitas
audit.
Kesimpulan
1. Independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit oleh auditor KAP sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya akan semakin baik pula kualitas auditnya.
2. Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit oleh auditor KAP sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik kompetensi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya akan semakin baik pula kualitas auditnya.
3. Independensi dan kompetensi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor KAP.
Saran
1. Penelitian ini menggunakan kuesioner, dan hanya difokuskan pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di propinsi Sumatera Barat. Unsur bias dapat saja terjadi akibat salah persepsi responden dalam menginterpretasikan pernyataan dalam kuesioner.
2. Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya pengumpulan data dilakukan melalui interview langsung sehingga beberapa kelemahan
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
98 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
yang terkait dengan validitas kuesioner dapat dikurangi, misalnya terkait item pertanyaan yang bersifat ambigu.
3. Variabel independen yaitu independensi yang digunakan dalam penelitian hanya mampu menjelaskan variabel dependen (kualitas audit) sebesar 8,4%, sedangkan variabel kompetensi hanya mampu menjelaskan kualitas audit sebesar 17,8 % yang berarti masih banyak sekali variabel-variabel lain di luar model regresi ini yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. Penggunaan variabel intervening atau moderating juga sangat disarankan agar temuan penelitian lebih bermanfaat.
DAFTAR REFERENSI
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik
Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi
Dan Independensi Terhadap Kualitas
Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. SNA X. Makassar.
Arens, Alvin A.,Mark S.B, Randal J.E, A.Abadi
Jusuf , 2011. Jasa Audit dan
Assurance, Pendekatan Terpadu. Buku
1.Salemba Empat. Jakarta.
Agoes, Sukrisno,(2012) Auditing, Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Akuntan Publik, Buku 1, Edisi 4,
Salemba Empat , Jakarta.
Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan
Independensi Akuntan Publik: Refleksi
Hasil Penelitian Empiris. Akuntansi dan
Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-
92.
De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127.
Deis, D.R. dan G.A. Groux. 1992. Determinants
of Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review. Juli. p. 462-479.
Effendy, Muh.Taufiq, Pengaruh Kompetensi,
Independensi Dan Motivasi Terhadap
Kuliatas Audit Aparat Inspektorat
Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah, Tesis, Porgram Studi Magister
Sains Akuntansi, Pasca Sarjana,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh
Kompetensi Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa
Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Ghozali, Imam, Prof, DR. H., M.Com, Ak, Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS, Cetakan IV, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2007.
Harhinto, Teguh . 2004. ”Pengaruh Keahlian dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris Pada KAP di Jawa
Timur”. Semarang. Tesis Pasca
Sarjana, Magister Akuntansi,
Universitas Diponegoro.
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100 99
Huntoyungo, Siti Badriah (2009) Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas
Audit :Studi Pada Auditor Inspektorat
Daerah Di Gorontalo, Thesis, Pasca
Sarjana, Magister Akuntansi,
Universitas Diponegoro, Semarang,
Ibrani, YI, Rohman H.A, Handayani Sri (2007),
Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien
Terhadap Objektivitas Auditor dengan
Auditor Tenure, Client Importance dan
Client Image sebagai Variabel
anteseden (Studi terhadap Auditor
Kantor Akuntan Publik yang Listed di
BEJ) SNA X Makassar.
Indah, Siti Nurmawar (2010) Pengaruh
Kompetensi Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris
Pada Auditor Kap Di Semarang),
Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang,
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar
Profesional Akuntan Publik Per 1 Maret
2011,Salemba Empat, Jakarta.
Irawati, Nur ST, (2011). Pengaruh Kompetensi
Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan
Publik Di Makassar, Skripsi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Kasidi, (2007) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Independensi Auditor
Persepsi Manajer Keuangan
Perusahaan Manufaktur Di Jawa
Tengah. Tesis, Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai
Kualitas Audit Dan Kemungkinan Topik
Penelitian Di Masa Datang. Akuntansi
dan Manajemen (Desember). Hal.25-
60
Lavin, D. 1976. Perception of The Independence of The Auditor. The Accounting Review. Januari. p. 41-50.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian
dan Independensi terhadap Pendapat
Audit: Sebuah kuasieksperimen. Riset
Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1
(Januari).
Murtanto dan Gudono, 1999. Identifikasi
Karakteristik-Karakteristik Audit Profesi
Akuntan Publik di Indonesia. Riset
Akuntansi dan Auditing 2 (1) Januari.
Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti.
2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu
Kualitas Audit . Akuntansi dan
Manajemen (Agustus). Hal.47-60.
Peraturan Menteri Keuangan No 17/2008 tentang
Jasa Akuntan Publik.
Purnomo, Adi, 2007. Persepsi Auditor Tentang
Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian Dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit.
Tersedia:
http://[email protected].
Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Opini Audit
Going Concern ( Studi
Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Auditor Kap Di Sumatera Barat
100 Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.2 Desember 2012 ISSN 1858-3687 hal 78-100
Kuasieksperimen pada Auditor dan
Mahasiswa ). Semarang. Tesis Undip.
Sari, Nurmalita N (2011) Pengaruh Pengalaman
Kerja, Independensi, Objektifitas,
Integritas, Kompetensi Dan Etika
Terhadap Kuliatas Audit, Skripsi,
Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang,
Sukriyah Ika, Akram dan Biana Adha Inapty.
Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Objektivitas dan
Integritas terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. SNA XII. Palembang.
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi,
Pengalaman Audit dan Risiko Audit
terhadap Skeptisme Profesional
Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora,
Vol. 7, No. 3, November. 186 - 202.
Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi
(Auditing) :Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik.
Yogyakarta. Salemba Empat.
Sri Lastanti, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap
Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik : Refleksi Atas Skandal
Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April
2005. Hal 85-97.
Tarigan Sabri (2011), Pengaruh Pengalaman
Kerja, Independensi,Objektivitas,
Integritas Dan Kompetensi Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan, Thesis,
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
Sumatera Utara,Medan
Widiastuti, Harjanti . 2002 . Peer Review : Upaya
Meningkatkan Kualitas Jasa Firma
Akuntan Publik. Akuntansi dan
Investasi Vol. 3(Januari) Hal. 51-60.
www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Pada
ng.pdf. Daftar KAP di Padang