PENGARUH KEMISKINAN, PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai salah satu syarat untuk Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Arya Darmawan
NIM 1113084000070
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
. LEMBAR PENGESAIIAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini hai,tanggal bulan tahun telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
Arya Darmawan
1 1 13084000070
Ekonomi Pembangunan
Pengaruh kemiskinan, pendidikan dan kesehatan terhadap
perfumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Setelah menoermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/I tersebut di atas dinyatakan
LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
Jakalta, 10 Maret 2020
1. Deny Pandu Nugraha, M.Sc
NrDN. 2012108503
I 2. Dr. M. ITartanal Putra, M.Si
NIP. 1 968060520080 1 1023
3. Fahfni Wibawa, SE.,MBA
NrDN.031t077202
4. Dr. Sofyan Rizal, M.Si
NrP. 1 976043020110 1 1 002
WPenguji Ahli
I
(__ )
Ketua
(___________-_J
Pembimbing II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Arya Darmawan
2. Tempat Lahir/Tgl.Lahir : Jakarta, 15 September 1994
3. Agama : Islam
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status : Belum Menikah
6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Golongan Darah : -
9. Tinggi & Berat Badan : 160cm & 47kg
10. Alamat Rumah : Jl. Raya Pondok Ranggon RT.001/003 No.
56C Pondok Ranggon-Cipayung Jakarta
Timur 13860
11. No. HP : 089501357689
12. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Menteng Atas 11 Pagi Jakarta Tahun 2006
2. MTs Negeri 7 Jakarta Tahun 2009
3. MAN 15 Jakarta Tahun 2012
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Ketua OSIS MAN 15 Jakarta Masa Khidmat 2011-2012
2. Anggota Biro Kemahasiswaan HMJ IESP Masa Khidmat 2014-2015
3. Sekretaris Jendral DPD IESP Masa Khidmat 2015-2016
4. Ketua LSO Kewirausahaan PMII KOMFEIS Masa Khidmat 2015-
2016
5. Ketua Komisariat PMII KOMFEIS (Komisariat Fakultas Ekonomi &
Bisnis) Masa Khidmat 2016-2017
6. Sekretaris Wilayah JAPRI (Jaringan Pemantau & Riset Indonesia)
Provinsi Banten Masa Khidmat 2019-2024
7. Wakil Sekretaris 1 PW IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) DKI
Jakarta Masa Khidmat 2019-2021
8. Ketua DKW GEMASABA (Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa) DKI
Jakarta Masa Khidmat 2019-2021
9. Wakil Bendahara LTN PCNU Jakarta Timur Masa Khidmat 2019-
2024
10. Anggota DPD II KNPI Jakarta Timur 2020-2022
vii
IV. PENGALAMAN PEKERJAAN
1. Voulenteer LPP DPP PKB
2. Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin
3. BOH Ismaya Catering
4. Waiters Keibar (Kedai Roti Bakar)
5. Marketing Universitas Az-Zahra
6. Pemantau Pilkada DKI Jakarta
7. Trainer Mesin EDC Bank Mandiri
8. Operator Pondok Pesantren Manaratul Islam
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suhaeri
2. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 1 September 1968
3. Ibu : Jumaenah
4. Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 5 Mei 1965
5. Alamat : Jl. Raya Pondok Ranggon RT.001/003 No.
56C Pondok Ranggon-Cipayung Jakarta
Timur 13860
6. Anak ke dari : 1 dari 1 bersaudara
viii
PENGARUH KEMISKINAN, PENDIDIKAN, KESEHATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR
ABSTRACT
This study aims to analyze the Effect of Poverty, Education and Health on
Economic Growth in East Java with Poverty, Education and Health as an
independent variable and Economic Growth as the dependent variable. This type
of research is a quantitative type. Sequencing data used in this study is in the form
of a periodic series from the Central Statistics Agency. The sampling technique is
done by using purposive sampling. Three Hypotheses were developed to
determine the Effect of Human Resources on Economic Growth in East Java.
Hypothesis Testing used in this study is the Panel Data Regression Analysis
method. The results of the study indicate that 1) The variable of poverty rate
significantly influences, 2) The Education variable significantly and positively
influences, 3) The Health variable significantly and positively influences, 4) The
Poverty, Education, and Health Variables significantly influence the Economic
Growth in East Java Province simultaneously. 5) The dependent variable
(Economic Growth) can simultaneously be explained by the independent variables
(Poverty, Education, and Health) of 71.94%.
Keywords: Human Resources, Poverty, Education, Health, Economic Growth,
Regression Panel Data Analysis
ix
PENGARUH KEMISKINAN, PENDIDIKAN, KESEHATAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Pengaruh Kemiskinan,
Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur dengan
Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan sebagai variabel independen dan
Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel dependen. Jenis penelitian ini adalah jenis
kuantitatif. Data sekuender digunakan dalam penelitian ini berupa deret berkala
yang berasal dari Badan Pusat Statistik. Teknik sampling dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling. Tiga Hipotesis dikembangkan untuk
mengetahui Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Jawa Timur. Pengujian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode Analisis Regresi Data Panel. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 1)
Variabel tingkat kemiskinan berpengaruh secara signifikan, 2) Variabel
Pendidikan berpengaruh secara signifikan dan positif, 3) Variabel Kesehatan
berpengaruh secara signifikan dan positif, 4) Variabel Kemiskinan, Pendidikan,
dan Kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jawa Timur secara simultan. 5) Variabel dependen (Pertumbuhan
Ekonomi) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen
(Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan) sebesar 71.94%.
.
Kata kunci: Sumber Daya Manusia, Kemiskinan, Pendidikan, Kesehatan,
Pertumbuhan Ekonomi, Analisis Regresi Data Panel
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya kepada seluruh alam semesta dan telah memberikan
kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntuk kita dari zaman kebodohan hingga zaman
terang benderang sampai saat ini.
Perjalan yang cukup panjang penulis bisa menyelesaikan pendidikan
jenjang strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya banyak sekali
hambatan dan rintangan dalam menyelesaikan skripsi ini,namun dengan adanya
semangat dan kerja keras semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Jawa Timur”. Penulisan skripsi syarat untuk menyelesaikan strata satu (S1) guna
mendapatkan gelas Sarjana Ekonomi (S.E) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penelitian ini penulis menyadari banyak sekali orang-orang di
sekitar penulis yang memberikan semangat baik secara materil maupun moril agar
peniliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai bentuk apresiasi dan
penghormatan penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan saya nikmat
Iman,sehat dan rezeki untuk dapat menyelesaikan pendidikan strata satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, berkat rahmat
serta hidayah-Mu saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada kata
lain selain bersyukur atas segala nikmat yang telah Kau berikan kepadaku.
2. Terima kasih kepada Ibunda tercinta yang telah membesarkan,mendidik,
dan menyayangi anaknya hingga sampai saat ini yaitu mamah Jumaenah.
Beliau adalah sosok wanita yang kuat,tegar dan bijaksana dalam mendidik
xi
anak satu-satunya yang tercinta ini. Mah, tanpa belaian kasih sayangmu
anakmu tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Atas berkat
motivasimu yang selalu membuat saya semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini, teringat pesan darimu yang terucap untuk ku “mamah ingin
melihat anaknya pake toga”. Gelar Sarjana ini ade persembahkan untuk
mamah yang paling saya sayangi,ini langkah awal saya untuk
membahagiakan beliau yang sudah merawat dan mengurus dalam letihnya
perjalan yang panjang ini.
3. Terima kasih juga kepada Sahabat Ilhamsyah,S.E ,M.Si yang juga
merupaka abang ideologis saya, berkat dorongan dan motivasinya saya
mampu bangkit dalam keterpurukan hati untuk kembali mengerjakan
skripsi. Dongeng-dongen yang kau ceritakan kepada saya membuat saya
terlarut dalam hal itu,teringat pesan yang kau berikan kepada saya “Jadilah
pohon yang berbuah” banyak makna tersirat yang harus saya realisasikan
dari kata-kata tersebut. Terima kasih juga yang sudah mau meminjamkan
laptop,teatringan,makan dan ngopi gratis dirumahnya. Semoga Allah SWT
membalas segala kebaikan bang Ilhamsyah.
4. Kepada sepasang kekasih yang berhati mulia bang Muhammad Hasan
(Jambul) dan Aghita (Jamblang) selalu memberikan pesan positif kepada
saya. Terimakasih saya ucapkan karena telah banyak membantu dari segi
materil,ketika dompet saya menipis kalian berdua selalu paham untuk
mengisi cacing-cacing dalam perut saya. Selain materil bentuk dukungan
moril yang selalu kalian berikan ke saya itu tidak bisa saya
lupakan,semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian berdua.
5. Terima Kasih Kepada Sahabati Siti Khumairoh (Iir), Fiqi Syafa’ati, Ulfa
Nurul Amalia yang telah membantu membimbing sehingga dapat
terselesaikan Skripsi ini.
6. Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar PMII KOMFEIS
(Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, baik kader jelita maupun jelata
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa
cinta saya kepada kalian semua yang telah memberikan saya semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
xii
7. Pengurus Komisariat PMII KOMFEIS masa khidmat 2016-2017. sahabati
Hilyatun Nafisah, sahabat Rachman Deniansyah, sahabat Erixa Nur
Mawardani, Sahabati Puspa Cahya Insani, Sahabat Reza Adriansyah,
sahabat Moamar Khadaffi, sahabat Ian Sunandar, sahabat Yoga
Ferdiansyah, sahabat Zeka Nanda, sahabat Abdul Karim Muzakki, sahabat
Ramadhan Ali, sahabat Tias Abdurrahman yang telah menemani saya
selama satu tahun kepengurusan. Berkat kalian semua saya bisa melalui
semua ini dan pada akhirnya saya mampu menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1) ini.
8. Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,semoga di
tangan bapak Fakultas Ekonomi dan Bisni semakin baik dan maju
kedepannya.
9. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si. selaku Kepala Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisni UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Semoga dibawah naungan bapak Jurusan Ekonomi Pembangunan
semakin progresif.
10. Bapak Fahmi Wibawa M.Si dan Sofyan Rizal selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk saya di tengah
kesibukannya untuk memberikan arahan serta masukan agar dapat bisa
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
kalian berdua dan semoga setiap langkah kalian bernilai ibadah.
11. Terima kasih kepada seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan dan Staf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima
kasih telah memberikan materi semenjak saya duduk di bangku kuliah dan
juga telah memberikan fasilitas administrasi yang baik di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
kalian semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta,11 Februari 2020
Arya Darmawan
NIM.1113084000070
xiii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 18
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 18
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 20
A. Landasan Teori .......................................................................... 20
1. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 20
2. Kemiskinan ............................................................................... 26
3. Pendidikan ................................................................................ 35
4. Kesehatan ................................................................................. 39
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 49
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 58
D. Hipotesis .................................................................................... 60
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. lxi
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... lxi
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... lxi
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... lxii
1. Sumber Data............................................................................ lxii
2. Metode Pengumpulan Data ................................................... lxiii
3. Metode Analisis Data ............................................................. lxiii
xiv
4. Operasional Variabel Penelitian .......................................... lxxvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 78
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 78
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 78
2. Perkembangan Kemiskinan ..................................................... 79
3. Perkembangan Pendidikan ...................................................... 83
4. Angka Partisipasi Sekolah ....................................................... 83
5. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang di tamatkan ................... 83
6. Angka Melek Huruf ................................................................. 84
7. Rata-rata Lama Sekolah .......................................................... 84
8. Perkembangan Kesehatan ....................................................... 87
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................... 92
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel ...................................... 92
2. Uji Asumsi Klasik..................................................................... 99
3. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel .... 100
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)..................................... 104
C. Model Regresi Data Panel ........................................................ 106
D. Interpretasi Hasil Penelitian...................................................... 107
1. Pengaruh Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 107
2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi ..... 108
3. Pengaruh Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi....... 109
4. Pengaruh kemiskinan, pendidikan dan kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 109
Berdasarkan hasil uji F dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-
statistic sebesar 0.000000, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel independen (Kemiskinan, Pendidikan, dan
Kesehatan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. ............................................ 109
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 110
A. Kesimpulan .............................................................................. 110
B. Rekomendasi............................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... cxii
LAMPIRAN ................................................................................................... cxv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Laju PDRB Per Kapita atas Dasar Harag Konstan (persen)
Provinsi di Indonesia Tahun 2012-2016 ............................................................ 2
Tabel 1. 2 Laju Pertumbuhan Distribusi PDRB Jawa Timur Menurut atas
dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (persen) . 4
Tabel 1. 3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2017 (persen) ........................................... 9
Tabel 1. 4 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016
(persen) ............................................................................................................. 12
Tabel 1. 5 Angka Harap Hidup saat lahir Provinsi Jawa Timur tahun 2012-
2016 (persen) .................................................................................................... 15
Tabel 3. 1 Perbedaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model ........ lxvii
Tabel 4. 1 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016 .......................................................... 80
Tabel 4. 2 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016
(persen) ............................................................................................................. 84
Tabel 4. 3 Angka Harapan Hidup saat lahir di Provinsi Jawa Timur ........... 89
Tabel 4. 4 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model .......................... 93
Tabel 4. 5 Hasil Regresi data Panel Fixed Effect Model ................................ 94
Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow ................................................................................ 95
Tabel 4. 7 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model ........................... 97
Tabel 4. 8 Hasil Uji Hausman .......................................................................... 98
Tabel 4. 10 Uji Multikolinieritas ................................................................... 100
Tabel 4. 11 Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 100
Tabel 4. 12 Uji t .............................................................................................. 102
Tabel 4. 13 Uji F ............................................................................................. 104
Tabel 4. 14 Hasil Uji Adjusted R-Square....................................................... 105
Tabel 4. 15 Hasil Regresi Data Panel ............................................................ 106
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 59
Gambar 4. 1 Peta Provinsi Jawa Timur .......................................................... 78
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah permasalahan jangka panjang yang
dihadapi oleh suatu negara dalam upaya meningkatkan pendapatan nasional
rill. Pertumbuhan ekonomi mengukur seberapa besar keberhasilan suatu negara
dalam memproduksi barang dan jasa yang dipengaruhi oleh faktor- faktor yang
mengalami pertambahan jumlah dan kualitas sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sukirno (2000) dalam analisis makro menyatakan
bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur
dari perkembangan pendapatan nasional rill yang dicapai oleh suatu Negara
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, maka dari itu dibutuhkan pertumbuhan ekonomi
serta distribusi pendapatan yang merata. Pertumbuhan ekonomi adalah
perubahan tingkat kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun, oleh karena itu untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus menghitung laju pertumbuhan
ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati
oleh banyaknya penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum
tentu dapat dinikmati penduduk jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi
(Widodo, 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam
masyarakat bertambah sehingga meningkatkan kemakmuran masyarakat
(Sukirno,2004). Masalah pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tergantung dari
banyak faktor,salah satu di antaranya adalah kebijakan dari pemerintah karena
pada suatu daerah harus mengenali dan mengidentifikasi secara tepat agar
dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat di ukur dengan melihat Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan atas dasar harga konstan.
Sehingga laju pertumbuhan tiap sektor dapat di gambarkan pada masing-
2
masing sektor atau dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemerintah
untuk meningkatkan pembangunan. Kriteria utama keberhasilan pembangunan
daerah adalah dalam bentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara
sektoral maupun perkapita.
Tabel 1. 1 Laju PDRB Per Kapita atas Dasar Harag Konstan (persen)
Provinsi di Indonesia Tahun 2012-2016
Provinsi Laju Pertumbuhan PDRP Per Kapita Atas Dasar
Harga Konstan 2010 (Persen)
2012 2013 2014 2015 2016
ACEH 1.74 0.56 -0.43 -2.61 1.39
SUMATERA
UTARA 4.96 4.65 3.88 3.81 3.94
SUMATERA
BARAT 4.88 4.69 4.53 4.23 4.00
RIAU 1.06 -0.14 0.13 -2.24 -0.23
JAMBI 5.06 4.92 5.49 2.44 2.65
SUMATERA
SELATAN 5.23 3.78 3.30 2.98 3.64
BENGKULU 4.98 4.28 3.74 3.44 3.64
LAMPUNG 5.09 4.48 3.85 3.95 4.02
KEP.BANGKA
BELITUNG 3.18 2.92 2.43 1.89 1.95
KEP. RIAU 4.27 3.97 3.49 3.03 2.17
DKI JAKARTA 5.34 4.92 4.81 4.84 4.85
JAWA BARAT 4.82 4.70 3.52 3.52 4.16
JAWA
TENGAH 4.47 4.27 4.46 4.68 4.52
DI
YOGYAKARTA 4.11 4.23 3.95 3.75 3.87
JAWA TIMUR 5.90 5.37 5.18 4.80 4.96
BANTEN 4.40 4.31 3.24 3.24 3.14
BALI 5.63 5.40 5.47 4.80 5.12
NUSA
TENGGARA
BARAT
-2.92 3.73 3.78 20.20 4.51
NUSA
TENGGARA
TIMUR
3.67 3.65 3.32 3.22 3.48
KALIMANTAN 4.13 4.32 3.37 3.28 3.64
3
Provinsi Laju Pertumbuhan PDRP Per Kapita Atas Dasar
Harga Konstan 2010 (Persen)
2012 2013 2014 2015 2016
BARAT
KALIMANTAN
TENGAH 4.36 4.89 3.81 4.64 4.06
KALIMANTAN
SELATAN 3.99 3.43 3.01 2.08 2.71
KALIMANTAN
TIMUR 2.73 0.15 -0.58 -3.37 -2.48
KALIMANTAN
UTARA - - 4.11 -0.43 -0.05
SULAWESI
UTARA 5.60 5.17 5.14 5.00 5.09
SULAWESI
TENGAH 7.67 7.77 3.37 13.68 8.29
SULAWESI
SELATAN 7.63 6.43 6.39 6.08 6.35
SULAWESI
TENGGARA 9.22 5.20 4.03 4.68 4.36
GORONTALO 6.14 5.94 5.57 4.57 4.90
SULAWESI
BARAT 7.15 4.89 6.79 5.30 4.04
MALUKU 5.22 3.37 4.77 3.66 3.94
MALUKU
UTARA 4.64 4.09 3.29 3.94 3.67
PAPUA BARAT 0.93 4.60 2.71 1.56 1.96
PAPUA -0.28 6.45 1.68 5.36 7.16
Sumber: BPS Indonesia 2017
Tabel 1.1 menjelaskan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto per kapita atas dasar Harga konstan provinsi-provinsi di Indonesia.
Provinsi Jawa Timur memiliki laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto per kapita paling tinggi di Indonesia. Jawa Timur memiliki PDRB per
kapita atas dasar Harga Konstan sebesar 5,90% pada tahun 2012,pada tahun
2013 memiliki PBRD 5,37%. Laju PDRB di Jawa Timur menurun 0,19%
pada tahun 2014 menjadi 5,18%. DKI Jakarta yang merupakan Ibu kota
Indonesia memiliki laju pertumbuhan Priduk Domestik Regional Bruto per
4
kapita atas dasar Harga Konstan masih di bawah Provinsi Jawa Timur. Hal
tersebut dapat di jelaskan oleh tabel 1.1,pada tahun 2013 DKI Jakarta
memiliki PDRB atas dasar Harga Konstan sebesar 5,34% menurun pada tahun
2014 menjadi 4,92%. Pada tahun 2013 memiliki PDRB sebesar 4,81%
meningkat 0,03% menjadi 4,84%. Pada tahun berikutnya kembali mengalami
peningkatan laju pertumbuhan PDRB atas dasar Harga Konstan sebesar
0,01% yaitu menjadi 4,85% di tahun 2015. Pemaparan tersebut dapat terlihat
bahwa Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga
Konstan Provinsi DKI Jakarta yang sebagai pusat Ibu kota Indonesia masih di
bawah Provinsi Jawa Timur.
Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator terciptanya
pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk
mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program
(UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human
Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingkat
pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk
dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik
kaitannya dengan teknologi maupun terhadap kelembagaan sebagai sarana
penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Dewi dan I Ketut, 2014).
Tabel 1. 2 Laju Pertumbuhan Distribusi PDRB Jawa Timur Menurut atas
dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (persen)
Kategori PDRB Distribusi PDRB atas dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 13.47 13.46 13.56 13.72 13.31
Pertambangan dan
Penggalian 5.30 5.34 5.11 3.93 3.77
Industri Pengolahant 29.28 28.79 28.95 29.28 28.92
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.48 0.37 0.36 0.35 0.33
5
Kategori PDRB Distribusi PDRB atas dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
0.10 0.10 0.09 0.09 0.09
Konstruksi 9.18 9.22 9.49 9.48 9.69
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
17.67 17.70 17.34 17.58 18
Transportasi dan
Pergudangan 2.88 3.07 3.25 3.35 3.41
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 4.82 4.91 5.20 5.40 5.66
Informasi dan
Komunikasi 4.73 4.78 4.54 4.55 4.59
Jasa Keuangan dan
Asuransi 2.44 2.64 2.68 2.74 2.78
Real Estate 1.61 1.63 1.57 1.63 1.61
Jasa Perusahaan 0.77 0.79 0.79 0.80 0.80
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
2.65 2.51 2.32 2.31 2.33
Jasa Pendidikan 2.63 2.73 2.73 2.72 2.67
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0.60 0.61 0.63 0.63 0.62
Jasa lainnya 1.39 1.36 1.38 1.43 1.39
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Jawa Timur 2017
Melalui sumber daya yang dimiliki, provinsi Jawa Timur memiliki
trend pertumbuhan ekonomi yang cenderung positif. Laju pertumbuhan
ekonomi yang dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
6
(PDRB) menurut lapangan usaha mengalami fluktuatif dari tahun 2012 sampai
tahun 2016.
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa adanya peningkatan laju pertumbuhan
pada sektor pendidikan pada tahun 2013 sebesar 0,10%, Pada tahun 2012
sektor jasa pendidikan hanya memiliki PDRB menurut Lapangan Usaha
sebesar 2,63% meningkat 0,10% menjadi 2,73%. Di tahun berikutnya
mengalami kestabilan dengan laju pertumbuhan yang sama pada tahun
sebelumnya yaitu 2,73%. Sayangnya pada tahun 2015 PDRB menurut
Lapangan Usaha sektor Jasa pendidikan mengalami penurunan sebesar 0,01%
menjadi 2,72%.
Hal serupa juga di alami pada tahun 2016 yang memiliki penurunan
hingga 0,05% sehingga PDRB menurut lapangan usaha sektor jasa pendidikan
di Jawa Timur hanya memiliki PDRB sebesar 2,67%. Sedangkan sektor jasa
kesehatan di Jawa Timur cenderung mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Hal tersebut di jelaskan pada tabel 1.3,pada tahun 2012 PDRB
menurut Lapangan Usaha sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,60%.
Meningkat pada tahun 2013 sebesar 0,01% menjadi 0,61%. Pada tahun 2014
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami peningkatan sebesar
0,02% menjadi 0,63%,hal tersebut mengalami persamaan pada tahun 2015
yang sama memiliki 0,63%. Namun pada tahun 2016 sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial mengalami penurunan 0,01% menjadi 0,62%.
Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan
dalam masyarakat. Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia terkait erat
dengan usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati
permasalahan sumberdaya manusia dengan menekankan segi peningkatan
keahlian dan keterampilannya untuk melakukan pekerjaan tertentu. Masalah
taraf hidup sering dianggap akan mengikuti peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu
investasi di bidang sumberdaya manusia, dimana diperlukan adanya suatu
korbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan selama proses
7
investasi untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Seperti dikatakan
Simanjuntak (1985) bahwa pengembangan sumberdaya manusia merupakan
human capital (modal manusia).
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilannya melalui pengembangan sumberdaya manusia.
Penerapan human capital ini dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan,
pelatihan dan kesehatan. Melalui pendidikan dan pelatihan tidak hanya
menambah pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Demikian pula kesehatan
adalah suatu kondisi fisik dan mental seseorang yang siap untuk bekerja.
Kondisi kesehatan ini bisa diperoleh dengan menjaga kondisi fisik dan kondisi
lingkungan dengan bermacam-macam kegiatan.
Diantaranya adalah mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi,
olah raga, rekreasi, periksa kesehatan rutin serta menjaga kondisi lingkungan
agar selalu bersih. Pada akhirnya pendidikan, pelatihan dan kesehatan
dipandang sebagai suatu investasi yang imbalannya dapat diperoleh kemudian
dalam bentuk pertambahan hasil kerja.
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (2012),
kemiskinan adalah jumlah keluarga miskin prasejahtera yang tidak dapat
melaksanakan ibadah menurut agamanya; tidak mampu makan 2 kali sehari;
tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan bepergian; bagian
tertentu dari rumah berlantai tanah; dan tidak mampu membawa anggota
keluarga ke sarana kesehatan.
Menurut Badan Perancanaan Pembangunan Nasional (2016),
mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok
orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
8
ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, Bappenas
menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain ; pendekatan kebutuhan
dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach),
pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan
objektif dan subjektif.
Menurut Badan Pusat Statistik (2014) penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100
kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili
oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan
susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Dalam mengukur kemiskinan ini, BPS menggunakan pendekatan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan
ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran.
9
Tabel 1. 3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2017 (persen)
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kab. Pacitan 17.29 16.73 16.18 16.68 15.49
Kab. Ponorogo 11.76 11.92 11.53 11.91 11.75
Kab. Trenggalek 14.21 13.56 13.10 13.39 13.24
Kab. Tulungagung 9.40 9.07 8.75 8.57 8.23
Kab. Blitar 10.74 10.57 10.22 9.97 9.88
Kab. Kediri 13.71 13.23 12.77 12.91 12.72
Kab. Malang 11.04 11.48 11.07 11.53 11.49
Kab. Lumajang 12.40 12.14 11.75 11.52 11.22
Kab. Jember 11.81 11.68 11.28 11.22 10.97
Kab. Banyuwangi 9.97 9.61 9.29 9.17 8.79
Kab. Bondowoso 15.81 15.29 14.76 14.96 15.00
Kab. Situbondo 14.34 13.65 13.15 13.63 13.34
Kab. Probolinggo 22.22 21.21 20.44 20.82 20.98
Kab. Pasuruan 11.58 11.26 10.86 10.72 10.57
Kab. Sidoarjo 6.44 6.72 6.40 6.44 6.39
Kab. Mojokerto 10.71 10.99 10.56 10.57 10.61
Kab. Jombang 12.23 11.17 10.80 10.79 10.70
Kab. Nganjuk 13.22 13.60 13.14 12.69 12.25
Kab. Madiun 13.70 12.45 12.04 12.54 12.69
Kab. Magetan 11.50 12.19 11.80 11.35 11.03
Kab. Ngawi 15.99 15.45 14.88 15.61 15.27
Kab. Bojonegoro 16.66 16.02 15.48 15.71 14.60
Kab. Tuban 17.84 17.23 16.64 17.08 17.14
Kab. Lamongan 16.70 16.18 15.68 15.38 14.89
10
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kab. Gresik 14.35 13.94 13.41 13.63 13.19
Kab. Bangkalan 24.70 23.23 22.38 22.57 21.41
Kab. Sampang 27.97 27.08 25.80 25.69 24.11
Kab. Pamekasan 19.61 18.53 17.74 17.41 16.70
Kab. Sumenep 21.96 21.22 20.49 20.20 20.09
Kota Kediri 8.14 8.23 7.95 8.51 8.40
Kota Blitar 6.75 7.42 7.15 7.29 7.18
Kota Malang 5.21 4.87 4.80 4.60 4.33
Kota Probolinggo 10.92 8.55 8.37 8.17 7.97
Kota Pasuruan 7.90 7.60 7.34 7.47 7.62
Kota Mojokerto 6.48 6.65 6.42 6.16 5.73
Kota Madiun 5.37 5.02 4.86 4.89 5.16
Kota Surabaya 6.25 6.00 5.79 5.82 5.63
Kota Batu 4.47 4.77 4.59 4.71 4.48
JAWA TIMUR 13.08 12.73 12.28 12.34 12.05
Sumber : BPS Jawa Timur 2017
Tabel 1.3 menjelaskan tentang presemtasi penduduk miskin tahun 2012
sampai 2016 menurut kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada tabel tersebut
menjelaskan bahwa adanya penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa
Timur pada setiap tahunnya. Kita bisa lihat pada tahun 2013 tingkat
kemiskinan menurun sebesar 0,35%, pada tahun 2012 tingkat kemiskinan
Provinsi Jawa Timur sebesar 13,08% mengalami penurunan di tahun 2013
menjadi 12,73%. Pada tahun 2014 mengalami penurunan yang lebih pada
tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,45%, pada tahun 2013 data penduduk
miskin di Jawa Timur sebesar 12,73% menjadi 12,28%. Namun patut menjadi
sorotan di tahun berikutnya yang tidak dapat menurunkan tingkat kemiskinan,
justru meningkat di tahun 2015 sebesar 0,06%.
11
Pada tahun 2015 memiliki presentase tingkat kemiskinan sebesar
12,34%. Hal tersebut dapat di antisipasi kembali oleh pemerintah Jawa Timur
yang dapat menurunkan kembali tingkat kemiskinan di Jawa Timur sebesar
0,29% pada tahun 2016 yang memiliki presentase tingkat kemiskinan sebesar
12,05%. Tabel tersebut juga menjelaskan bahwa Kabupaten Sampang
merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki presentase
tingkat kemiskinan paling tinggi di Jawa Timur, kabupaten Sampang memiliki
presentasi sebesar 27,97% pada tahun 2012. Namun hal tersebut terus di
antisipasi oleh pemerintah setempat yang mana setiap tahunnya presentase
kemiskinan di Kabupaten Sampang menurun, kita dapat melihat pada tabel di
atas. Sebaliknya Kota Batu merupakan Kota di Provinsi Jawa Timur yang
memiliki presentasi kemiskinan paling kecil di Jawa Timur, pada tahun 2012
memiliki presentase tingkat kemiskinan sebesar 4,47%. Kota Batu memiliki
tingkat presentase kemiskinan yang cenderung fluktuatif di setiap tahunnya.
Pendidikan sebagai unsur utama dalam pengembangan sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan,
kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
berbagai bidang. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan
perubahan pada diri manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diikuti
dengan kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Tinggi
rendahnya kualitas sumberdaya manusia ditandai dengan adanya unsur
kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan kinerja yang baik
secara individu atau kelompok. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi,
peningkatan kualitas sumberdaya manusia lebih ditekankan pada
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan teknologi yang dibutuhkan oleh
dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi.
Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas
pertumbuhan ekonomi. Pendidikan juga dapat meningkatkan produktivitas
kerja seseorang, yang akan meningkatkan pendapatannya. Peningkatan
pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang
bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones (dalam
12
Hidayat, 2008:1) melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga
kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu
kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial,
dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat
produktivitas tenaga kerja, yang secara tidak langsung akan meningkatkan
pendapatan nasional.
Untuk tingkat pendidikan dengan kemungkinan kesempatan kerja
diperoleh seseorang, Takii (1997) mengemukakan bahwa :
“A lower level of education brings about a smaller number of firm’s
entry because ofthe lower productivity of workers. However, a smaller
number of firm’s entry brings about a lower level of education because
education is less profitable for a worker due to lower employment
probability.”
Tabel 1. 4 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016
(persen)
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 6.85 6.90 7.05 7.14 7.23
Kabupaten Pacitan 6.21 6.32 6.43 6.88 6.89
Kabupaten Ponorogo 6.57 6.86 6.91 6.96 6.97
Kabupaten Trenggalek 6.55 6.74 6.87 7.18 7.19
Kabupaten
Tulungagung 7.41 7.44 7.45 7.72 7.73
Kabupaten Blitar 6.59 6.67 6.82 7.24 7.25
Kabupaten Kediri 7.08 7.24 7.41 7.41 7.58
Kabupaten Malang 6.51 6.59 6.66 6.73 6.98
Kabupaten Lumajang 5.78 5.88 6.03 6.04 6.05
Kabupaten Jember 5.58 5.62 5.63 5.76 6.05
13
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Banyuwangi 6.68 6.84 6.87 6.88 6.93
Kabupaten
Bondowoso 5.31 5.48 5.52 5.53 5.54
Kabupaten Situbondo 5.16 5.28 5.54 5.67 5.68
Kabupaten
Probolinggo 5.16 5.61 5.64 5.66 5.67
Kabupaten Pasuruan 5.96 6.08 6.36 6.50 6.58
Kabupaten Sidoarjo 9.70 10.03 10.09 10.10 10.22
Kabupaten Mojokerto 7.30 7.57 7.74 7.75 7.76
Kabupaten Jombang 7.37 7.40 7.52 7.59 7.68
Kabupaten Nganjuk 7 7.15 7.31 7.33 7.34
Kabupaten Madiun 6.74 6.74 6.89 6.99 7
Kabupaten Magetan 7.33 7.43 7.55 7.65 7.66
Kabupaten Ngawi 6.23 6.27 6.52 6.53 6.54
Kabupaten
Bojonegoro 5.80 5.90 6.14 6.64 6.65
Kabupaten Tuban 5.82 6.14 6.18 6.20 6.25
Kabupaten Lamongan 6.84 7.06 7.27 7.28 7.29
Kabupaten Gresik 8.41 8.41 8.42 8.93 8.94
Kabupaten Bangkalan 4.89 4.90 5.07 5.08 5.13
Kabupaten Sampang 3.27 3.34 3.49 3.65 3.79
Kabupaten Pamekasan 5.36 5.68 5.72 5.73 6.08
Kabupaten Sumenep 4.48 4.58 4.77 4.89 5.08
Kota Kediri 9.49 9.57 9.70 9.88 9.89
Kota Blitar 9.52 9.53 9.81 9.87 9.88
Kota Malang 9.67 9.82 9.97 10.13 10.14
14
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Kota Probolinggo 8.17 8.42 8.44 8.46 8.47
Kota Pasuruan 8.88 9.03 9.06 9.07 9.08
Kota Mojokerto 9.87 9.91 9.91 9.92 9.93
Kota Madiun 10.68 10.86 10.90 11.08 11.09
Kota Surabaya 9.95 10.05 10.07 10.24 10.44
Kota Batu 7.75 8.34 8.41 8.44 8.45
Sumber: BPS Jawa Timur 2017
Tabel 1.4 menjelaskan rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Timur
tahun 2012 sampai 2016. Tabel tersebut mengjelaskan Kota Madiun memiliki
rata-rata lama sekolah tertinggi di Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2012
memiliki rata-rata lama sekolah sebesar 10,68% mengalami peningkatan pada
tahun 2013 sebesar 0,18% menjadi 10,86%. Pada tahun 2014 rata-rata lama
sekolah kota Madiun kembali mengalami peningkatan sebesar 0,04% menjadi
10,90%. Kota Madiun kembali mengalami peningkatan rata-rata lama sekolah
pada tahun 2015 sebesar 0,18% menjadi 11,08. Pada tahun 2016 peningkatan
rata-rata lama sekolah kota madiun tidak setinggi tahun-tahun
sebelumnya,pada tahun 2016 hanya mengalami peningkatan sebesar 0,01%
menjadi 11,09%.
Pada tabel 1.4. Pada tahun 2012 Kabupaten Sampang memiliki rata-rata
lama sekolah sebesar 3,27%. Meskipun memiliki rata-rata lama sekolah di
Jawa Timur namun Kabupaten Sampang cenderung mengalami peningkatan
rata-rata lama sekolah di setiap tahunnya,pada tahun 2013 meningkat 0,07%
menjadi 3,34%. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,15%
menjadi 3,49%. Laju pertumbuhan rata-rata lama sekolah kabupaten sampang
terus mengalami peningkatan pada tahu 2015 dan 2016,pada tahun 2015 naik
sebesar 0,16% menjadi 3,65% dan naik 0,14% menjadi 3,79%.
15
Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas kerja. Oleh sebab itu, investasi yang dilaksanakan untuk
perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human
capital (Simanjutak, 1998).
Becker (1975) menyatakan bahwa salah satu cara untuk berinvestasi
dalam human capital adalah dengan meningkatkan kesehatan emosional dan
fisik. Di negara-negara Barat, pendapatan lebih dipengaruhi oleh pengetahuan
daripada kekuatan saat ini. Namun pada masa lampau dan sampai sekarang,
kekuatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan.Apalagi,
kesehatan emosional dipertimbangkan sebagai faktor penting dalam
menentukan pendapatan di seluruh dunia. Kesehatan, seperti pengetahuan,
dapat ditingkatkan melalui berbagai cara. Penurunan tingkat kematian pada
usia kerja akan menaikkan prospek penerimaan dengan memperluas periode
selama penerimaan tersebut diterima. Diet yang baik akan meningkatkan
kekuatan dan stamina, sehingga kapasitas penerimaan atau perbaikan kondisi
kerja akan mempengaruhi moral dan produktivitas.
Tabel 1. 5 Angka Harap Hidup saat lahir Provinsi Jawa Timur tahun 2012-
2016 (persen)
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 70.14 70.34 70.45 70.68 70.74
Kabupaten Pacitan 70.61 70.70 70.75 71.05 71.18
Kabupaten
Ponorogo 71.78 71.85 71.88 72.08 72.18
Kabupaten
Trenggalek 72.44 72.49 72.51 72.91 73.03
Kabupaten
Tulungagung 72.82 72.86 72.88 73.28 73.40
Kabupaten Blitar 72.42 72.47 72.50 72.80 72.89
Kabupaten Kediri 71.97 72.02 72.04 72.14 72.20
Kabupaten Malang 71.72 71.76 71.78 71.98 72.05
16
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Lumajang 68.92 69.02 69.07 69.27 69.38
Kabupaten Jember 67.65 67.75 67.80 68.20 68.37
Kabupaten
Banyuwangi 69.79 69.88 69.93 70.03 70.11
Kabupaten
Bondowoso 65.22 65.36 65.43 65.73 65.89
Kabupaten
Situbondo 67.93 68.03 68.08 68.28 68.41
Kabupaten
Probolinggo 65.58 65.69 65.75 66.15 66.31
Kabupaten
Pasuruan 69.75 69.80 69.83 69.83 69.86
Kabupaten
Sidoarjo 73.43 73.43 73.43 73.63 73.67
Kabupaten
Mojokerto 71.72 71.75 71.76 71.96 72.03
Kabupaten
Jombang 71.28 71.34 71.37 71.67 71.77
Kabupaten
Nganjuk 70.76 70.83 70.87 70.97 71.04
Kabupaten Madiun 69.59 69.70 69.76 70.36 70.55
Kabupaten
Magetan 71.79 71.87 71.91 72.01 72.09
Kabupaten Ngawi 71.19 71.28 71.33 71.53 71.63
Kabupaten
Bojonegoro 69.98 70.07 70.11 70.51 70.67
Kabupaten Tuban 70.15 70.22 70.25 70.55 70.67
Kabupaten 71.35 71.43 71.47 71.67 71.77
17
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Lamongan
Kabupaten Gresik 72.18 72.19 72.20 72.30 72.33
Kabupaten
Bangkalan 69.56 69.60 69.62 69.72 69.77
Kabupaten
Sampang 67.43 67.46 67.48 67.58 67.62
Kabupaten
Pamekasan 66.48 66.53 66.56 66.86 66.95
Kabupaten
Sumenep 69.90 69.98 70.02 70.42 70.56
Kota Kediri 73.49 73.51 73.52 73.62 73.65
Kota Blitar 72.66 72.69 72.70 73 73.09
Kota Malang 72.25 72.28 72.30 72.60 72.68
Kota Probolinggo 69.46 69.50 69.52 69.72 69.79
Kota Pasuruan 70.48 70.52 70.54 70.84 70.93
Kota Mojokerto 72.33 72.37 72.39 72.69 72.78
Kota Madiun 72.33 72.38 72.41 72.41 72.44
Kota Surabaya 73.80 73.83 73.85 73.85 73.87
Kota Batu 72.02 72.05 72.06 72.16 72.20
Sumber:BPS Jawa Timur, 2018 di olah
Menurut tabel 1.5 Kota surabaya memiliki Angka Harapan Hidup saat
lahir yang paling tinggi di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2012 angka
harapan hidup kota Surabaya mencapai 73,80%, meningkat 0,03% pada tahun
2013 sehingga menjadi 73,83%. Kota Surabaya terus mengalami peningkatan
pada tahun 2014 mencapai 0,02% menjadi 73,85%. Pada tahun 2015 Angka
Harapan Hidup di Kota Surabaya memiliki kestabilan pada tahun sebelumnya
yaitu 73,85&. Naik 0,02% pada tahun 2016 menjadi 73,87%.
Berbeda dengan Kota Surabaya,kabupaten Bondowoso memili Angka
Harapan Hidup paling rendah di Provinsi Jawa Timur. Tabel 1.5 menjelaskan
18
pada tahun 2012 Kabupaten Bondowoso memiliki Angka Harapan Hidup
sebesar 65,22%,meningkat 0,14% pada tahun 2013 menjadi 65,36%. Pada
tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,07% menjadi 65,43%.
Kabupaten Bondowoso kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015
sebesar 0,30% menjadi 65,73,pada tahun ini peningkatan paling tertinggi di
bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 Kabupaten Bondowoso
memiliki Angka Harapan Hidup 65,89% meningkat 0,16%.
Dilihat dari beberapa kasus tersebut, terlihat bahwa pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah merupakan salah satu indikator penting dalam
mengukur apakah masyarakat dalam suatu daerah sudah hidup sejahtera atau
tidak.
Pertumbuhan ekonomi juga merupakan syarat bagi tercapainya
pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin
peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan
kesempatan kerja. Pada latar belakang tersebut peneliti mengambil judul
“Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur?
2. Bagaimana pengaruh Pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur?
3. Bagaimana pengaruh Kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur?
4. Bagaimana Pengaruh kemiskinan, pendidikan dan kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.
19
2. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.
3. Menganalisis pengaruh kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur.
4. Menganalisis pengaruh kemiskinan, pendidikan, kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai saran dan implementasi
ilmu pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan dan perekonomian
serta memberikan pembuktian yang empiris hubungan antara variabel-
variabel Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Timur.
1. Manfaat Akademis
Dari penelitian ini karena erat hubungannya dengan Sumber daya
manusia, sehingga dengan penulisan penelitian ini pihak-pihak yang
berkepentingan dapat lebih mudah memahami, dan sebagai tambahan
referensi serta rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai Pertumbuhan
Ekonomi.
2. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses pembelajaran di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Ekonomi Pembangunan dan untuk memotivasi peneliti untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat
kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sukirno,
2006), sehingga untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi
harus di bandingkan pendapatan nasional dari berbagai tahun yang
di hitung berdasar harga konstan dan berlaku. Perubahan dalam
nilai pendapatan nasionalah yang hanya disebabkan oleh suatu
perubahan dalam suatu tingkat kegiatan ekonomi.
Menurut Simon Kuznets dalam Jhingan (2003: 57)
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari suatu Negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini
dalam arti kenaikan kapasitas itu sendiri di tentukan oleh adanya
kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional,
dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang ada. Suatu proses
perekonomian dikatakan mengalami perubahan atau pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang
di capai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangan
terjadi apabila output total bertambah besar pada tahun berikutnya.
Untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami
perubahan perlu di tentukan perubahan yang sebenarnya terjadi
dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dari tahuntersebut.
b. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang
pertumbuhan ekonomi oleh beberapa pandangan para ahli menurut
pertumbuhan klasik dan pertumbuhan Neo-Klasik, hal tersebut
21
sebagai berikut:
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi adalah ahli ekonomi klasik
yang pertama kali mengemukakan mengenai pentingnya
kebijaksanaan “Lisezfaire‟ atas sistem mekanisme untuk
memaksimalkan tingkat perkembangan perekonomian suatu
masyarakat. Para ekonom yang mempelajari masalah
pertumbuhan ekonomi telah menemukan bahwa mesin
kemajuan ekonomi harus bertengger di atas empat roda yang
sama, baik di negara miskin maupun negara kaya. Keempat
faktor pertumbuhan itu adalah: sumber daya manusia
(penawaran tenaga kerja,kesehatan, pendidikan, motivasi),
sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, kualitas
lingkungan).
Teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan ekonomi secara sistematis.
Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan
ekonomi. Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat
sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu
: sumber- sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi
tanah), sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk), stok
barang kapital yang ada. Adam Smith mengatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi.38
Kemudian David Ricardo mengatakan pertumbuhan ekonomi
merupakan proses tarik menarik antara dua kekuatan yaitu “the
law of demenishing return”dan kemudian teknologi. Sedangkan
menurut John Stuart Mill mengatakan bahwa pembangunan
ekonomi tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan
dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang
berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat
22
pembangunan, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan berpikir
tradisional.
Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of
the Wealth of Nations (1776), ia mengemukakan tentang proses
pertumbuhan ekonomi dalam jangak panjang secara sistematis.
Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu
Pertumbuhan output total dan Pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh
3 komponen berikut:
• Sumber-sumber alam
• Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)
• Jumlah persediaan
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk
yang semakin besar besar hingga menjadi dua kali lipat pada
suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah.
Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan
(hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua,
dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut
deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan
seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada
taraf subsisten atau kemandegan.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik
Teori pertumbuhan Neo-Klasik berfungsi sebagai alat
dasar untuk memahami proses pertumbuhan Negara maju dan
telah diterapkan dalam studiempiris mengenai sumber
pertumbuhan ekonomi. Pendapat Neo-Klasik tentang
perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
adanya akumulasi capital merupakan faktor penting dalam
pembangunan ekonomi. Perkembangan merupakan proses yang
gradual, perkembangan merupakan proses yang harmonis dan
23
kumulatif, adanya pemikiran yang optimis terhadap
perkembangan,aspek- aspek internasional merupakan faktor
bagi perkembangan.
Teori pertumbuhan neo-klasik di kembangkan oleh
Robert M. Sollow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan
(1956) dari Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan
berasal dari tiga sumber yaitu akumulas modal, bertambahnya
tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo-klasik ini
merupakan penerus dari teori klasik yang menganjurkan agar
kondisi selalu di arahkan menuju pasar yang sempurna. Dalam
keadaan pasar yang sempurna perekonomian bisa tumbuh
maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo-klasik menunjukan
bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady
growth), di perlukan tingkat saving yang pas dan seluruh
keuntungan pengusaha di investasikan pada wilayah itu.
Model pertumbuhan Solow merupakan pilar yang sangat
memberi kontribusi terhadap teori pertumbuhan
neoklasik.Model ini, pada intinya merupakan pengembangan
dari formulasi Harrord-Domar dengan menambahkan faktor
kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variable
independen ketiga, yakni teknologi, ke dalam persamaan
pertumbuhan (growth equation). Berbeda dari model Harrord
Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to
scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik
Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang
(diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika
keduanya dianalisis secara terpisah. Jika keduanya dianalisis
secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi
skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan
sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi itu sendiri oleh Solowmaupun para teorisi lainnya
24
diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain (Todaro dan Smith, 2006).
Menurut Solow yang menjadi faktor terpenting dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukan hanya pertambahan
modal dan tenaga kerja. Faktor terpenting adalah kemajuan
teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga
kerja.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
Pertumbuhan ekonomi modern Simon Kuznets,
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “kemampuan
negara untuk menyediakan barang- barang ekonomi yang terus
meningkat bagi penduduknya”, pertumbuhan kemampuan ini
didasarkan kepada kemampuan teknologi dan kelembagaan serta
penyesuaian ideologi yang dibutuhkan. Berdasarkan definisi ini
maka ada tiga komponen pokok yang sangat penting artinya :
1) Kenaikan output nasional secara terus menerus merupakan
perwujudan dari pertumbuhan ekonomi dan kemampuan
untuk menyediakan berbagai macam barang ekonomi
merupakan tanda kematangan ekonomi.
2) Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan, namun belum merupakan
syarat yang cukup.
3) Penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi juga harus
dilakukan. Pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi
suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern,
melalui tahapan masyarakat ; Persyaratan Lepas Landas,
Tahap Kematangan, masyarakat Berkonsumsi Tingkat
Tinggi.
25
4. Teori Pertumbuhan Endogen
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk
menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini
menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh
sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan
teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan
merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk
berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari
sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh
bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.
Akumulasi modal merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi. Defenisi modal/kapital diperluas dengan
memasukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya
manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari
luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari
proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan
endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia
turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangkapanjang.
Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan.
Harrod Domard sependapat bahwa pertambahan
produksi dan pendapatan masyarakat bukan ditentukan oleh
kapasitas memproduksi tetapi disebabkan oleh kenaikan
pengeluaran masyarakat. Dengan demikian walaupun kapasitas
dalam memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan
bertambah dan pertumbuhan ekonomi akan tercipta apabila
pengeluaran masyarakat meningkat dibandingkan masa lalu.
Berangkat dari hal itu bahwa analisis Harrod-Domar
menunjukkan syarat yang diperlukan agar dalam jangka panjang
kemampuan memproduksi bertambah dari masa ke masa yang
26
diakibatkan oleh pembentukan modal pada masa sebelumnya
akan selalu sepenuhnya digunakan.
2. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia (2000), kemiskinan adalah suatu keadaan
kekurangan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang di
luar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat
dihindari dengan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks yang
berinteraksi satu sama lain.
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(2002), kemiskinan adalah jumlah keluarga miskin prasejahtera yang
tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya; tidak mampu
makan 2 kali sehari; tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah,
bekerja dan bepergian; bagian tertentu dari rumah berlantai tanah;
dan tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
Menurut Badan Perancanaan Pembangunan Nasional (2004),
mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar
masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini,
Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain;
pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan
27
pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar
(human capability approach) dan pendekatan objektif dan subjektif.
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan. (PP No. 42 Tahun 1981).
Menurut Badan Pusat Statistik (2009) penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan
yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi
(padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh
51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Dalam mengukur kemiskinan ini, BPS menggunakan pendekatan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Menurut Gonner, 2007, bahwa kemiskinan dimaknai sebagai
“kurangnya kesejahteraan” dan “kesejahteraan sebagai
kurangnyakemiskinan”. Artinya kemiskinan diterjemahkan sebagai
menurunnya kesejahteraan. Keduanya saling terkait dan memandang
masalah yang sama dari dua dimensi yang berbeda. Definisi yang
28
luas dari kemiskinan ini adalah “kurangnya kesejahteraan”, dimana
ada saling tukar dalam konsep ini (Case & Fair, 2010). Misalnya
apabila masyarakat sangat kurang sejahtera, berarti masyarakat
miskin. Disisi lain, apabila mereka berada dalam kondisi yang sangat
sejahtera, maka hidupnya ditandai dengan kemakmuran,
kebahagiaan dan kepuasan (Albornoz, 2007).
b. Jenis-jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Subjektif
Kemiskinan subjektif adalah kemiskinan yang terjadi
karena setiap orang mendasarkan pemikiranya sendiri dengan
menyatakan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi secara cukup
walaupun sebenarnya tidak terlalu miskin.
2. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut adalah seseorang (keluarga) yang
memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan sehingga kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan,
kesehatan, dan pendidikan mereka.
3. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan Relatif adalah bentuk kemiskinan yang
terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan adanya ketimpangan pendaptan atau ketimpangan
standar kesejahteraan.
4. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan yang terjadi
karena keadaan alam yang miskin atau langka sumber daya alam
(SDA),sehingga produktivitas masyarakat menjadi rendah.
5. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terjadi
karena sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang
umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif
29
tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara
modern.
6. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan yang terjadi karena ketidak mampuan sistem
atau struktur sosial menghubungkan seseorang dengan sumber
daya yang ada.
c. Ukuran Kemiskinan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
mengukur kemiskinan berdasarkan dua kriteria yaitu (Suryawati,
2005):
1. Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga yang
tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama
dengan baik, minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari
satu stel pakaian per orang per tahun, lantai rumah bersemen lebih
dari 80% dan berobat ke Puskesmas bila sakit.
2. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1), yaitu keluarga yang tidak
berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik,
minimal satu kali per minggu makan daging/telur/ikan, membeli
pakaian satu stel per tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter per
segi per anggota keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10
sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak berumur antara 5
sampai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga
mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit
selama tigabulan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2014), untuk mengukur
kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakmampuan memenuhi standar minimum
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non
makan. Berdasarkan pendekatan tersebut, indikator yang digunakan
30
adalah Head Count Index (HCI) yaitu jumlah dan persentase
penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan (poverty
line).
Selain Head Count Index (𝑃0) terdapat juga indikator lain
yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskianan, yaitu indeks
kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-𝑃1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-𝑃2) yang
dirumuskan oleh Foster-Greer- Thorbecke. Rumus yang digunakan
adalah
Dimana:
Z = garis kemiskinan
I = rata-rata pengeluaran per kapita penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan.
Q = banyak penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
N = jumlah penduduk
α
α = 0
α = 1
α = 2
= 0,1,2
= Head Count Index (𝑃0)
= Poverty Gap Index (𝑃1)
= Poverty Severity Index (𝑃2)
Head Count Index (𝑃0) merupakan jumlah persentase
penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Semakin kecil
angka ini menunjukkan semakin berkurangnya jumlah penduduk
yang berada dibawah garis kemiskinan. Demikian juga sebaliknya,
bila angka 𝑃0 besar maka menunjukkan tingginya jumlah persentase
31
penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Poverty Gap Index (𝑃1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Angka ini memperlihatkan jurang (gap) antara
pendapatan rata-rata yang diterima penduduk miskin dengan garis
kemiskinan. Semakin kecil angkaini menunjukkan secara rata-rata
pendapatan penduduk miskin sudah semakin mendekati garis
kemiskinan. Semakin tinggi angka ini maka semakin besar
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks
menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin
terpuruk.
Poverty Severity Index (𝑃2) memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Angka ini
memperlihatkan sensitivitas distribusi pendapatan antar kelompok
miskin. Semakin kecil angka ini menunjukkan distribusi pendapatan
diantara penduduk miskin semakin merata.
Kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat
konsumsi seseorang dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah
yang dikeluarkan untuk konsumsi orang perbulan. Sedangkan
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan.
Untuk mengidentifikasi kemiskinan sering digunakan adalah
garis kemiskinan (poverty line). Garis kemiskinan merupakan
penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan
non makanan. Garis kemiskinan makanan adalah jumlah nilai
pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi
penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilo
kalori perkapita perhari. Garis kemiskinan non makanan merupakan
penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non
32
makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan
kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
pedesaan.
d. Penyebab Kemiskinan
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan
menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-
29) yaitu :
1. Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam
kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2. Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada
nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak
bergairah untuk bekerja.
3. Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila
sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi
kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu
miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4. Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa
konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal
seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru
sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil
33
kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan
modal dan keterampilan.
5. Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal
untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan
keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.
6. Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak
apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan
akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk
hidup yang harus
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga
mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan
oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai
kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri
sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap
diri sendiri tercermin dari adanya :
1. Keengganan bekerja dan berusaha,
2. Kebodohan,
3. Motivasi rendah,
4. Tidak memiliki rencana jangka panjang,
5. Budaya kemiskinan, dan
6. Pemahaman keliru terhadap kemiskinan
34
Menurut Rencana Kerja Pemerintah Bidang Prioritas
Penanggulangan Kemiskinan, penyebab kemiskinan adalah
pemerataan pembangunan yang belum menyebar secara merata
terutama di daerah pedesaan. Penduduk miskin di daerah pedesaan
pada tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin di
daerah perkotaan. Kesempatan berusaha di daerah pedesaan dan
perkotaan belum dapat mendorong penciptaan pendapatan bagi
masyarakat terutama bagi rumah tangga miskin. Penyebab yang lain
adalah masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan
fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi,
serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisan masyarakat
miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan
sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial
kepada masyarakat miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat
rentan (seperti penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim-piatu), dan
cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga miskin masih jauh dari
memadai.dipenuhi.
Menurut Sharp dalam Kuncoro (2006) terdapat tiga faktor
penyebab kemiskinan jika dipandang dari sisi ekonomi. Pertama,
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang terbatas dan
kualitasnya rendah. Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan
dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia
yang rendah berarti produktifitanya rendah, yang pada gilirannya
upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi atau keturunan. Ketiga kemiskinan muncul karena
perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini
bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of
poverty).
35
Menurut Todaro (2003) kemiskinan yang terjadi di negara–
negaraberkembang akibat dari interaksi antara 6 karakteristik
berikut:
1. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang
terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong
lambat.
2. Pendapatan perkapita negara-negara Dunia Ketiga juga masih
rendah dan pertumbuhannya amat sangat lambat, bahkan ada
beberapa yang mengalami stagnasi.
3. Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata.
4. Mayoritas penduduk di negara-negara berkembang harus hidup
di bawah tekanan kemiskinan absolut.
5. Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas,
kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga
tingkat kematian bayi di negara-negara berkembang sepuluh kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara maju.
6. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang
maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun
kurang memadai.
3. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta
36
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan
pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal
manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan
pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia.
Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan
akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
pengetahuan dan keahlian juga akanmeningkat sehingga akan
mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Rendahnya
produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses
mereka untuk memperoleh pendidikan (Sitepu, 2004). Simanjutak
(1998) menyatakan bahwa asumsi dasar dari teori human capital
adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui
peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah, berarti,
di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat
penghasilan seseorang, akan tetapi, di pihak lain, menunda
penerimaan penghasilan selama satuh tahun dalam mengikuti
sekolah tersebut. Di samping penundaan menerima penghasilan
tersebut, orang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara
langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku, dan alat-alat
sekolah, tambahan uang transpor dan lain-lain.
Dalam Human Capital: A Theoritical and Empirical Analysis
with Special Reference to Education, Becker (1975) menyatakan
bahwa jika pelatihan hanya diberikan pada periode awal,
pengeluaran pada periode tersebut akan sama dengan upah ditambah
biaya pelatihan, sedangkan pengeluaran pada periode lain akan sama
dengan upah saja dan penerimaan seluruh periode akan sama dengan
37
marjinal produk.Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan (sustainable development), sektor pendidikan
memainkan peranan sangat strategis yang dapat mendukung proses
produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Dalam konteks ini,
pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang
berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan
dapat tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup
di masa depan akan lebih baik.
Analisis atas investasi dalam bidang pendidikan menyatu
dalam pendekatan modal manusia. Modal manusia (human capital)
adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk
pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang dapat
meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan.
Keadaan pendidikan penduduk secara umum dapat diketahui
dari beberapa indikator seperti angka partisipasi sekolah, tingkat
pendidikan yang ditamatkan, angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah.
1. Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah merupakan indikator penting
dalam pendidikan yang menunjukkan persentase penduduk usia
7-12 tahun yang masih terlibat dalam sistem persekolahan.
Adakalanya penduduk usia 7-12 tahun belum sama sekali
menikmati pendidikan, tetapi ada sebagian kecil dari kelompok
mereka yang sudah menyelesaikan jenjang pendidikan setingkat
sekolah dasar.
2. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang di tamatkan
Rendahnya tingkat pendidikan dapat dirasakan sebagai
penghambat dalam pembangunan. Dengan demikian, tingkat
pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Keadaan seperti ini sesuai dengan hakikat pendidikan
itu sendiri yakni merupakan usaha sadar untuk mengembangkan
38
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah yang
berlangsung seumur hidup.
3. Angka Melek Huruf
Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat
tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf.
Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf
dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun
kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan
dapat mendorong penduduk untuk berperan lebih aktif
dalam proses pembangunan.
4. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin
tinggi pendidikan yang dicapai oleh masyarakat disuatu
daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti
semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Rata-rata
lama sekolah merupakan rata-rata penduduk usia 15 tahun
ke atas yang telah menyelesaikan pendidikan di seluruh
jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti.
b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya
manusia yang harus lebih diprioritaskan sejajar dengan investasi
modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Menurut Undang–undang RI BAB II pasal 4 No.2 Tahun
1989, tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
39
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyrakatan dan kebangsaan.
c. Jenis Pendidikan
1. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan proses yang
berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang
memperoleh nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh
lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan
keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan
permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal setiap kegiatan teroganisasi dan
sistematis, di luar sistem persekolahan yang, dilakukan secara
mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih
luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya.
4. Kesehatan
a. Pengertian Kesehatan
Dalam undang-undang No 36 tahun 2009, kesehatan
didefinisikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Beberapa ekonom beranggapan bahwa kesehatan merupakan
fenomena ekonomi yang dapat dinilai dari stok maupun juga dinilai
sebagai investasi sehingga fenomena kesehatan menjadi variabel
yang nantinya dapat dianggap sebagai suatu faktor produksiuntuk
meningkatkan nilai tambah barang dan jasa, atau sebagai suatu
sasaran dari berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh individu, rumah
tangga maupun masyarakat, yang dikenal sebagai tujuan
kesejahteraan.
40
Oleh sebab itu, kesehatan dianggap sebagai modal yang
memiliki tingkat pengembalian yang positif baik untuk individu
perorangan maupu untuk masyarakat luas. Mils dan Gilson dalam
Hakimudin (2010) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai
penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi pada sector
kesehatan, sehingga dengan demikian ekonomi kesehatan
berkaitanerat dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Alokasi sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan.
2. Jumlah sumber daya yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan.
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan
kesehatan.
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan
kesehatan pada individu dan masyarakat.
b. Variabel Tingkat Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu variabel kesejahteraan
rakyat yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat
sehubungan dengan kualitas kehidupannya. Keadaan kesehatan
penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan
pembangunan bangsa karena dengan penduduk yang sehat,
pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar.
Variabel-variabel yang digunakan untuk menggambarkan
tingkat kesehatan di suatu daerah umumnya terdiri dari:
1. Tingkat Kesakitan Penduduk
Tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatannya,
dimana semakin banyak jumlah keluhan ini maka semakin
buruk kesehatan didaerah tersebut.
2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan gambaran jumlah rumah
sakit pemerintah dan rumah sakit swasta beserta kapasitas
41
tempat tidurnya. Selain itu juga menjelaskan jumlah puskesmas,
puskesmas pembantu, balai pengobatan dan posyandu.
3. Angka Harapan Hidup
Penduduk yang hidupnya berumur panjang umumnya
memiliki tingkat kesehatan yang baik. Angka Harapan Hidup
(AHH) merupakan alat untuk mengukur dan mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Angka Harapan Hidup menggambarkan umur
rata-rata yang dicapai seseorang dalam situasi mortalitas yang
berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup
yang rendah dalam suatu daerah menunjukkan pembangunan
kesehatan yang belum berhasil, dan semakin tinggi AHH
semakin menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan di
daerah tersebut.
4. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan menggambarkan jumlah dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, bidan dan perawat.
5. Angka Kematian Bayi
Ukuran mortalitas yang paling umum adalah angka
kematian kasar (AKK). Angka kematian kasar dipengaruhi
oleh komposisi penduduk menurut umur. Untuk kondisi
Indonesia dengan struktur umur penduduk yang relatif muda,
angka kematian kasar banyak dipengaruhi oleh tingkat kematian
anak terutama berumur dibawah satu tahun. Tingkat
kematian umur dibawah satu tahun dikenal dengan angka
kematian bayi, yang mempunyai hubungan erat dengan
angka harapan hidup waktu lahir. Secara teoritis menurunnya
angka kematin bayi, akan menyebabkan menurunnya angka
kematian kasar, dan akan meningkatnya angka harapan hidup
(BPS. 2016).
Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk
42
meningkatkan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, investasi yang
dilaksanakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang
sebagai salah satu aspek human capital (Simanjutak, 1998).
Becker (1975) menyatakan bahwa salah satu cara untuk
berinvestasi dalam human capital adalah dengan meningkatkan
kesehatan emosional dan fisik. Di negara-negara Barat, pendapatan
lebih dipengaruhi oleh pengetahuan daripada kekuatan saat ini.
Namun pada masa lampau dan sampai sekarang, kekuatan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan. Apalagi,
kesehatan emosional dipertimbangkan sebagai faktor penting dalam
menentukan pendapatan di seluruh dunia. Kesehatan, seperti
pengetahuan, dapat ditingkatkan melalui berbagai cara. Penurunan
tingkat kematian pada usia kerja akan menaikkan prospek
penerimaan dengan memperluas periode selama penerimaan tersebut
diterima. Diet yang baik akan meningkatkan kekuatan dan stamina,
sehingga kapasitas penerimaan atau perbaikan kondisi kerja akan
mempengaruhi moral dan produktivitas.
c. Hubungan Kesehatan dengan Pertumbuhan Ekonomi
Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human
capital) yang sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan
ekonomi. Hal ini dikarenakan kesehatan merupakan prasyarat bagi
peningkatan produktivitas.
Tjiptoherijanto (1993) mengatakan bahwa kesehatan dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara, seperti
perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan pertambahan
dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula
membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian
menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan
kesehatan menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan
membawa tingkat partisipasi angkatan kerja.
43
Secara teoritis, WHO (2002) menyebutkan bahwa hubungan
antara kesehatan dan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Mikro
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan
keluarga, kesehatan adalah dasarbagi produktivitas kerja dan
kapasitas untuk belajar disekolah. Tenaga kerja yang sehat
secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih
produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan
ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang,
dimana proporsi terbesar dari angkatan kerjamasih bekerja
secara manual.
Sebagai contoh, sebanyak 20% dari tenaga kerja
(tenaker) laki – laki di Indonesia yang menderita anemia dinilai
kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaker laki – laki
yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat
mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh
menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika
dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
2. Tingkat Makro
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan
yang baik merupakan masukan (input) penting untuk
menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa
pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat
didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan
masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal
ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang
dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan
44
di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-
an dan tahun 1960-an.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-
negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah,
menghadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai
pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara
yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada
Tabel 1 dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari
beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994.
Pengelompokan negara- negara tersebut didasarkan atas tingkat
pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari
seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965).
Cesario, Simon dan Kinne 1980 dalam Tjiptoherijanto (1993)
menjelaskan hubungan antara program gizi dan pertumbuhan
ekonomi. Beliau menyatakan bahwa:
1. Perbaikan didalam status gizi akan menurunkan tingkat
kematian dan kesakitan, hususnya bagi penduduk usia kerja,
sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi yang belum kerja
dan meningkatkan hari kerja bagi yang sedang melakukan
kegiatan kerja.
2. Perbaikan dalam status gizi dan kesehatan tenaga kerja akan
meningkatkan efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan
individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta gizi
terhadap penduduk usia muda akan terlihat pada peningkatan
GNP melalui pertumbuhan ekonomi, yakni dengan
bertambahnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan secara tidak
langsung melalui tingkat partisipasi dalam dunia pendidikan.
45
d. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terkait
1. Hubungan Antara Kemiskinan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet dalam Tambunan
(2014) memiliki korelasi yang kuat terhadap kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi pada tahap awal menyebabkan tingkat
kemiskinan cenderung meningkat namun pada saat mendekati
tahap akhir terjadi pengurangan tingkat kemiskinan secara
berkesinambungan. Dengan demikian, dapat dikatakan
pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang negatif terhadap
kemiskinan. Selanjutnya menurut penelitian Tisna (2008)
menyatakan bahwa PDRB sebagai indikator pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
Menurut Siregar (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi
pengurangan kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya
(sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif
dalam mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut
hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di
golongan penduduk miskin (growth with equity). Secara
langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi
di sektor-sektor dimana penduduk miskin bekerja (pertanian
atau sektor yang padat karya). Adapun secara tidak langsung,
hal itu berarti diperlukan peran pemerintah yang cukup efektif
meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh jadi didapatkan
dari sektor modern seperti jasa dan manufaktur.
Dari hasil penelitian menurunkan tingkat kemiskinan
dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di suatu wilayah.
2. Hubungan Antara Pendidikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Tidak ada satupun negara dapat mencapai pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan tanpa investasi modal manusia
46
secara substansial. Pendidikan memperkaya pemahaman
manusia dan dunia. Pendidikan juga meningkatkan kualitas
hidup manusia dan manfaat sosial yang lebih luas baik untuk
individu maupun masyarakat. Pendidikan meningkatkan
produktivitas dan kreativitas tenaga kerja serta meningkatkan
kewirausahaan dan kemajuan teknologi. Bahkan, pendidikan
memainkan peranyang penting dalammenyelamatkan kemajuan
social dan ekonomi dan meningkatkan distribusi pendapatan
(Ozturk dalam Riswandi, 2009).
Pendidikan memainkan peranan utama dalam
membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk
menciptakan pengetahuan baru, menyerap teknologi modern,
melahirkan tenaga – tenaga ahli serta mengembangkan kapasitas
agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan. Teori yang berkaitan dengan pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi adalah Teori Modal Manusia.
Dalam teori ini menyebutkan bahwa pendidikan
memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Apabila seseorang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, dan
lamanya dalam menempuh pendidikan akan memiliki pekerjaan
dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikannya
yang lebih rendah. Apabila upah pekerja mencerminkan
produktivitas, maka semakin banyak penduduk yang memiliki
pendidikan tinggi, maka semakin tinggi produktivitas dan
ekonomi nasional akan tumbuh dengan baik (Simanjuntak
dalam Indrasari, 2009).
Teori yang menempatkan modal manusia sebagai faktor
kunci dan dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi (engine of growth) adalah teori pertumbuhan endogen,
dimana teori berpandangan bahwa sumber-sumber pertumbuhan
adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas.
Dampak investasi fisik dan kualitas sumber daya manusia serta
47
investasi dalam riset dan teknologi biasanya tidak sepenuhnya
ditangkap oleh investor. Hal ini berarti kegiatan investasi yang
dilakukan akan menyebabkan spill over sektor lain. Adanya stok
pengetahuan maupun ide- ide baru dalam perekonomian
mendorong munculnya motivasi yang dapat diwujudkan dalam
kegiatan inovatif yang pada akhirnya meningkatkan
produktivitas. Bagi perekonomian agregat, hal ini akan
menciptakan kondisiin creasing return to scale akibat dari
eksternalitas perkembangan pengetahuan (Todarodan Smith,
2006).
3. Hubungan Antara Kesehatan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human
capital) yang sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan
ekonomi. Hal ini dikarenakan kesehatan merupakan prasyarat
bagi peningkatan produktivitas.
Tjiptoherijanto (1993) mengatakan bahwa kesehatan
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui beberapa
cara, seperti perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan
pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan
dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang
kemudian menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi,
ataupun perbaikan kesehatan menyebabkan bertambahnya
penduduk yang akan membawa tingkat partisipasi angkatan
kerja.
Secara teoritis, WHO (2002) menyebutkan bahwa
hubungan antara kesehatan dan pembangunan ekonomi adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat Mikro
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan
keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja
dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang
48
sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat,
lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.
Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang
berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja
masih bekerja secara manual.
Sebagai contoh, sebanyak 20% dari tenaga kerja
(tenaker) laki – laki di Indonesia yang menderita anemia
dinilai kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaker
laki – laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak
yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan
akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam
keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk
tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak
sehat.
2. Tingkat Makro
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat
kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting
untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa
pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat
didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan
masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi.
Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri,
Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada
permulaan tahun 1950- an dan tahun 1960-an.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa
negara-negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan
yang rendah, menghadapi tantangan yang lebih berat untuk
mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan
dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan
49
pendidikannya. Pada Tabel 1 dibawah ini ditunjukkan
tingkat pertumbuhan dari beberapa negara sedang
berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan
negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan
dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh
keadaan penyakit pada tahun 1965).
Cesario, Simon dan Kinne 1980 (dalam
Tjiptoherijanto 1993) menjelaskan hubungan antara
program gizi dan pertumbuhan ekonomi. Beliau
menyatakan bahwa:
1. Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan tingkat
kematian dan kesakitan, khususnya bagi penduduk
usia kerja, sehingga dapat meningkatkan partisipasi
bagi yang belum kerja dan meningkatkan hari kerja
bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.
2. Perbaikan dalam status gizi dan kesehatan tenaga
kerja akan meningkatkan efisiensi kerja melalui
peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh dari
program kesehatan serta gizi terhadap penduduk
usia muda akan terlihat pada peningkatan GNP melalui
pertumbuhan ekonomi, yakni dengan bertambahnya
tingkat partisipasi angkatan kerja dan secara tidak
langsung melalui tingkat partisipasi dalam dunia
pendidikan.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai
analisis pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap Pertumbuan Ekonomi.
Adapun mengenai proxy terkait yaitu, kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
1. Nova Anggraini (2017)
Meneliti tentang Pengaruh Investasi dan Sumber Daya Manusia
terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai
50
variabel Intervening (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah).
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa Invesasi menghasilkan tingkat
signifkansi sebesar 0,005 memiliki nilai lebih rendah dari 𝛼 = 0,05,
sehingga H1 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa Investasi
berpengaruh Positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sumber Daya
Manusia menghasilkan tingkat signifkansi sebesar 0,037 memiliki nilai
lebih rendah dari 𝛼 = 0,05, sehingga H2 diterima. Hasil ini menunjukkan
bahwa sumberdaya manusia berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan Ekonomi menghasilkan tingkat signifkansi
sebesar 0,224 memiliki nilai lebih tinggi dari 𝛼 = 0,05, sehingga H3
ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Investasi menghasilkan
tingkat signifkansi sebesar 0,000 memiliki nilai lebih tinggi dari 𝛼 =
0,05, sehingga H4 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa Investasi
bepengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Sumber daya
manusia menghasilkan tingkat signifkansi sebesar 0,001 memiliki nilai
lebih rendah dari 𝛼 = 0,05, sehingga H5 diterima. Hasil ini menunjukkan
bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap pendapatan
asli daerah. Investasi dan Sumberdaya manusia menghasilkan tingkat
signifkansi investasi terhadap pendapatan asli daerah melalui
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,514 dan tingkat signifikasi sumberdaya
manusia terhadap pendapatan asli daerah melalui pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,440 memiliki nilai lebih rendah dari 𝛼 = 0,05,
sehingga H6 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa investasi dan
sumber daya manusiaberpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah
melalui pertumbuhan ekonomi.
2. Irmayanti (2017)
Meneliti tentang Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Polewali Mandar.
Dari hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan sebagai berikut:
51
Menurut perhitungan dengan menggunakan statistika makan
pengaruh yang di timbulkan dari ketiga variabel bebas terhadap variabel
terkait adalah 0,050 atau lebih kecil dari 0,05% sehingga menolak H0
artinya terdapat pengaruh secara simultan indeks kesehatan, indeks
pendidikan dan indeks daya beli terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Polewali Mandar.
Indeks kesehatan dalam hal ini yang di hitung dengan angka
simbol Angka Harapan Hidup mempunyai hasil dengan perhitungan
statistika menjelaskan bahwa variabel indeks kesehatan ada berpengaruh
positif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi di Kabupaten
Poliwali Mandar dengan taraf perhitungan sebesar 0,008.
Variabel indeks pendidikan dengan hasil perhitungan statistika
sebesar 0,000 yang artinya variabel ini berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Poliwali
Mandar.
Indeks daya beli dengan perhitungan statistika sebesar 0,001 yang
artinya variabel ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Poliwali Mandar.
3. Yulia Pangastuti (2015)
Meneliti tentang Analisis Pembangunan Sumber Daya Manusia di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013.
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil analisis dan pembahasan
secara komprehensif yang bertumpu pada fakta empiris, kajian teori
maupun peraturan terkait. Dengan demikian dapat ditarik beberapa
kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan sebesar 1.118658 terhadap IPM di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut diasumsikan apabila
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan meningkat sebesar 1% maka
nilai IPM juga akan meningkat sebesar 1.11 di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah dengan asumsi cateris paribus.
52
Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan sebesar 1.362280 terhadap IPM di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut diasumsikan apabila
pengeluaran pemerintah bidang kesehatan meningkat sebesar 1% maka
nilai IPM juga akan meningkat sebesar 1.36 di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Tengah dengan asumsi cateris paribus.
Kepadatan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut
dapat diasumsikan bahwa semakin besar kepadatan penduduk belum
tentu meningkatkan IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
4. Vebrian Tiara Dewi (2016)
Meneliti tentang Analisis Pengaruh Human Capital Investment
terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi D.I. Yogyakarta
Tahun 2006-2013. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks
Pendidikan secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi 5 kabupaten/kota di provinsi D.I Yogyakarta. Ini
berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh seseorang maka
produk domestik regional bruto akan meningkat.
Hasilpenelitian menunjukkan variabelIndeksHarapan Hidup di 5
kabupaten/kotadiprovinsi D.I Yogyakarta yang berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap produk domestik regional bruto.
Hasil penelitian menunjukkan Tenaga Kerja dari 5
Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta berpengaruh tidak
signifikan terhadap produk domestik regional bruto dikarenakan
pengangguran terdidik yang belum siap masuk dunia lapangan pekerjaan
masih banyak sehingga tidak akan mempengaruhi peningkatan produk
domestik regional bruto suatu wilayah.
Hasil pengujian dalam penelitian menunjukkan jumlah investasi
dilihat dari total penjumlahan investasi PMDN dan PMA di 5
Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang berpengaruh positif dan signifikan
53
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Dengan meningkatnya
investasi, maka pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi D.I.
Yogyakarta meningkat.
Dari perbandingan antara Modal Sosial dan Modal Ekonomi
ternyata lebih penting Modal Sosial. Dapat dilihat dari nila koefisien
variabel yang signifikan antara Pendidikan dan Investasi, ternyata lebih
besar nilai koefisien Pendidikan sebagai Modal Sosial.
5. Aminuddin Anwar (2017)
Meneliti tentang Peran Modal Manusiaterhadap Pertumbuhan
Ekonomi Regionaldi Jawa.
Modal manusia memiliki kontribusi yang positif dan signifikan
pada pertumbuhan ekonomi regional di Pulau Jawa. Semakin daerah
tersebut memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang semakin baik
akan mendorong perekonomian menjadi lebih baik. Hal ini dapat menjadi
landasan bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan program yang
berkaitan dengan program pembangunan pendidikan dan kesehatan. Hal
yang secara jangka pendek bisa dilakukan pemerintah adalah
mengefektifikan program-program utama pengembangan modal manusia.
Di sisi lain, pemerintah juga harus memikirkan program yang secara
jangka panjang mampu untuk menjadi program berkelanjutan. Modal
manusia cenderung merupakan akumulasi yang secara bertahap
dikembangkan sehingga adanya peranan pemerintah untuk melakukan
program yang terintegrasi dan berkesinambungan akan memberikan
kontribusi besar terhadap kinerja perekonomian secara lebih luas.
Faktor lain yang memiliki peranan dalam pertumbuhan ekonomi
regional adalah investasi dan desentralisasi fiskal. Secara empiris
investasi memiliki peranan penting dalam kontribusinya terhadap
pertumbuhan ekonomi regional. Peranan ini ditunjukkan dari adanya
investasi fisik berupa modal dan infrastruktur yang semakin berkembang.
Secara empiris kontribusi investasi juga memberikan nilai positif
sehingga ketika mampu untuk dikembangkan akan meningkatkan
perekonomian secara keseluruhan. Hal yang berbeda tetapi secaraempiris
54
diterima secara statistik adalah adanya efek negatif dari desentralisasi
fiskal di Pulau Jawa. Kemandirian daerah dengan adanya otonomi daerah
ternyata memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
regional. Hal ini mengindikasikan bahwa dana pembangunan yang
berasal dari alokasi pusat terhadap daerah lebih memiliki kontribusi
karena porsinya cukup besar.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan
nantinya menjadi pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
Keterbatasan pertama dari penelitian ini adalah lingkup studi yang hanya
menjadikan Pulau Jawa sebagai objek analisis, karena beberapa daerah
pada pulau lain seperti Sumatera dan Kalimantan memiliki tingkat
pembangunan ekonomi yang baik tetapi tidak menjadi bagian dari studi
ini. Keterbatasan kedua dari penelitian ini adalah penggunaan PDRB
per kapita untuk menjelaskan model pertumbuhan ekonomi berdasarkan
model dari Mankiw et.al. (1992) padahal seharusnya penggunaan
variabel tersebut adalah PDRB per tenaga kerja.
6. Putri Anggaryani (2013)
Penelitian yang dilakukannya tentang Pengaruh Tenaga Kerja dan
Investasi Sumber Daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Periode 1980-2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek,
tenaga kerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun, dalam
jangka panjang, tenaga kerja berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hai ini dapat terjadi karena
pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang bekerja cenderung mengalami
peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun pada periode 1980-2012
sehingga dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya akan
berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
Hubungan antara anggaran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
juga serupa dengantenaga kerja. Dimana dalam jangka pendek, anggaran
pendidikan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
dalam jangka panjang, anggaran pendidikan berpengaruh secara positif
55
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena
besarnya anggaran pendidikan cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Peningkatan anggaran ini tidak hanya terjadi pada dana
fisik saja namun juga pada dana non fisik walaupun peningkatannya
tidak sebesar dana fisik. Dengan adanya peningkatan anggaran
pendidikan dari tahun ke tahun selama periode 1980 hingga 2012 inilah
yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif
dalam jangka panjang.
Anggaran kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dan
positif dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang anggaran
kesehatan bersifat negatif dan signifikan terhadappertumbuhan ekonomi.
Hal ini dapat terjadi karena banyaknya masalah yang belum dapat diatasi
guna meningkatkan kualitas kesehatan seperti minimnya alokasi
anggaran serta pelaksanaan program yang belum berjalan lancar. Dengan
demikian maka dalan jangka panjang anggaran kesehatan belum
berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
7. Lonni, Tahir Kasnawi, Paulus Uppun (2012)
Penelitiannya tentang Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Mamasa.
Berdasarkan hasil analisis data untuk menguji hipotesis, maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang diukur
dengan menggunakan tiga variabel sebagai variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh ketiga
variabel tersebut sangat signifikan baik dalam kedudukannya sebagai
variabel individu (mandiri) maupun secara bersama-sama atau secara
simultan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian
juga dilihat dari angka koefisien determinasinya, hasil analisis data
menunjukkan bahwa hampir 97,2 persen variasi perubahan pertumbuhan
ekonomi ditentukan oleh ketiga variabel independen yang dianalisis
dalam penelitian ini. Kepada Pemerintah khususnya pemerintah
kabupaten Mamasa agar dalam menyusun perencanaan program terutama
program pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia tetap
56
memberikan perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia
baik upaya peningkatan kualitas fisik maupun non fisik. Peningkatan
kualitas fisik melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
dan kadar gizi masyarakat. Oleh karena itu upaya peningkatan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan maupun penambahan tenaga medis dan
para medis harus semakin ditingkatkan.
8. Rusmarinda Rakhmawati (2016)
Penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Tenaga Kerja, dan Pendidikan terhadap Pertumbuhan Eonomi
di Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metode
OLS (Ordinary Least Squere) yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Dari hasil uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa uji
multikolinieritas masing-masing variabel tidak ada masalah
multikolinieritas, pada uji normalitas distribusi residual normal, pada uji
heteroskedastisitas tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model
dan pada uji spesifikasi model menyimpulkan bahwa model yang dipakai
linier (Spesifikasi model benar).
Nilai pada koefisien sebesar 0,21% artinya variasi variabel growth
dapat dijelaskan oleh variabel IPM, TK, dan EDUC dalam model sebesar
21,21% sisanya (100% - 21,21%) = 78,79% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diamati dalam model dan berdasarkan uji yang dilakukan nilai
signifikansi F sebesar 0,0574 ≤ 0,10 jadi Ho ditolak maka model yang
dipakai eksis.
Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa variabel IPM sebesar
0,5052 >0,10 jadi Ho diterima maka variabel IPM tidak memiliki
pengaruh signifikan, pada variabel tenaga kerja sebesar 0,0392 ≤ 0,10
jadi Ho ditolak maka variabel TK memiliki pengaruh signifikan dan pada
variabel pendidikan sebesar 0,0344 ≤ 0,10 jadi Ho ditolak maka variabel
EDUC memiliki pengaruh signifikan.
57
9. Moh. Arif Novriansyah (2018)
Peneliian yang dilakukan tentang Pengaruh Pengangguran dan
Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan penelitiannya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo berfluktuasi dari tahun
2006-2014, dan pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun
terakhir yaitu2012 sebesar 7,91% yang didorong oleh peningkatan
aktifitas sektor pertanian dan jasa yang merupakan sektor penggerak
roda perekonomian Gorontalo. Pada tahun 2009 terjadi penurunan
pertumbuhan ekonomi dari tahun sebelumnya yaitu turun dari 7,76%
menjadi 7,54%. Hal ini sebagai imbas dari adanya krisis keuangan
yang melanda hampir seluruh dunia membawa pengaruh bagi
perekonomian Provinsi Gorontalo.
b. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Gorontalo cukup
berfluktuasi di Provinsi Gorontalo dari tahun 2006 sampai 2014.
Namun demikian angka ini masih dibawah angka tingkat
pengangguran nasional, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengangguran masih berada pada kondisi yang tidak parah.
Pertumbuhan ekonomi yang menunjukan kenaikan dari tahun
ketahun menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baik disektor
formal maupun informal di Provinsi Gorontalo.
c. Tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo cukup berfluktuasi,
namundemikian secara umum terlihat bahwa angka kemiskinan di
Provinsi Gorontalo ini berada jauh lebih tinggi dibandingkan angka
kemiskinan nasional. Hal ini jelas mengingat penduduk miskin
Gorontalo umumnya adalah penduduk yang bekerja di sektor
pertanian, yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Gorontalo.
Baik Petani maupun Nelayan memiliki modal terbatas dan rata-rata
mereka adalah tenaga kerja musiman.
d. Pengangguran dan kemiskinan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Hal ini juga
sesuai dengan hasil perhitungan dengan menggunakan regresi
58
sederhana, dimana tingkat signifikansi seluruh koefisien korelasi
satu sisi yang diukur dari probabilitas menghasilkan angka
0,019. Karena probabilitasnya lebih kecil dari 0,05, maka korelasi
antara variabel tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan
(Variabel X1 dan X2) dan pertumbuhan ekonomi (Varibel Y) adalah
signifikan.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Sumber Daya
Manusia yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur. Dimana
untuk mengetahui Pertumbuhan Ekonomi tersebut, variabel yang digunakan
adalah Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan.
59
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
60
D. Hipotesis
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelKemiskinan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-
2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Kemiskinan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-
2016.
2. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendidikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-
2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendidikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-
2016.
3. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-2016.
4. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Kemiskinan,
Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Jawa Timur periode 2012-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Kesehatan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-
2016.
lxi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi variabel dependen yakni
pertumbuhan ekonomi dan sebagai variabel independen, yakni Kemiskinan,
Pendidikan dan Kesehatan.
Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun
2012- 2016 dengan menggunakan metode data panel(pooled data).
Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder, yakni data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua (data
eksternal). Adapun data yang digunakan merupakan data tahunan. Penelitian
ini merupakan penelitian eksplanatif yang menggambarkan hubungan sebab
akibat antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan
penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran penekanan analisis data
dengan prosedur statistik. Pendekatan kuantitatif ini berasal dari data yang
diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) unit analisis dalam penelitian ini
yaitu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016 yang
berhubungan dengan pendidikan, kesehatandi Jawa Timur.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kabupaten/kota di
propinsi Jawa Timur. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel, dimana anggota
sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang berdasarkan atas
pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Cirinya antara
lain: sampel sesuai tujuan, jumlah sampel tidak dipersoalkan, dan unit sampel
disesuaikan dengan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini populasi penelitian yang di gunakan adalah
Provinsi Jawa Timur, yang memiliki 29 kabupaten dan 9 kota. Yang meliputi
Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang,
lxii
Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo,
Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Magetan,
Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan, Sumenep. Sedangkan untuk 9 kotanya meliputi : Kediri, Blitar,
Malang, Probolinggo, Pasuruan, Mojokerto, Madiun, Surabaya dan kota
Batu.Karena populasi ini tergolong cukup besar, maka peneliti menggunakan
sampel dari kabupaten/kota dengan menggunakan teknik sampling.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dalam mengumpulkan data, sumber data menjadi hal penting
dalam menentukan teknik pengumpulan data. Ada dua macam sumber
data yang bisa digunakan dalam penelitian, yaitu data primer dan data
sekunder. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara atau telah diperoleh dan dicatat oleh pihak lain
yang umumya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan.
Data sekunder lebih mudah untuk diperoleh karena sudah tersedia dan
peneliti tinggal mengolah data tersebut. Dalam menggunakan data
sekunder peneliti harus lebih hati-hati karena suatu data yang dilaporkan
sumber yang berbeda ada kemungkinan datanya juga berbeda (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002).
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa deret berkala (time series), yang di bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS) dan dinas instansi yang terkait. Menurut
Kuncoro (2004), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data. Pada penelititan ini data sekunder yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur yang meliputi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Presentase penduduk miskin,Rata-rata lama
sekolah dan Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Jawa Timur.
lxiii
2. Metode Pengumpulan Data
a. FieldResearch
Penulis melakukan penelitian ke tempat-tempat yang
menyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan
referensi seperti Badan PusatStatistik.
b. Library Research
Landasan dan teori yang kuat sangat dibutuhkan dalam
pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian
kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, artikel-artikel ilmiah,
jurnal, majalah, data-data dari internet, dan sumber-sumber
dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3. Metode Analisis Data
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang
sesuai dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu
pendekatan yang menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya.
Dari data angka yang telah diperoleh maka diharap dapat memberikan
kesimpulan yang tepat.
1. Metode Data Panel
Menurut Winarno (2011), data panel atau pooled data
merupakan data yang terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel)
dan data runtut waktu (berdasar waktu). Analisis regresi data panel
adalah analisis regresi yang didasarkan pada data panel untuk
mengamati hubungan antara variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen).
Metode analisis yang digunakan dalam peneltian ini adalah
metode analisis data panel dengan menggunakan uji asumsi klasik
(Ordinary Least Square). Metode regresi linier berganda ini
digunakan untuk mengestimasi pengaruh sumber daya
manusiaterhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur.
Persamaan model regresi dapat di rumuskan dalam model
berikut:
lxiv
Berdasarkan rumus persamaan diatas maka persamaan
tersebut dapat diturunkan ke dalam bentuk semi-logaritma.
Transformasi dalam bentuk logaritma dilakukan agar perbedaan nilai
(data) variabel yang di regresikan tidak terlalu jauh, yaitu:
Keterangan:
Y = Laju Pertumbuhan
X1 = Kemiskinan
X2 = Pendidikan
X3 = Kesehatan
α = Konstanta
- = Koefisien
Log = Logaritma
i = Kab/Kota Provinsi Jawa Timur
t = Waktu/Periode (2012-2016)
ɛ = Error term
Keunggulan penggunaan metode data panel dibandingkan
metode time series atau cross section adalah:
1. Estimasi data panel data menunjuk kan adanya heterogenitas dalam
tiap individu.
2. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi,
mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat
kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien
3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
𝑌it= á + âit𝑋1it+â2it𝑋2it+å
𝑌it= á + 𝑙𝑜𝑔âit𝑋1it+𝑙𝑜𝑔â2it𝑋2it+å
lxv
dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross section
4. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross
section
5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data lebihbanyak.
2. Pemodelan Data Panel
Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengestimasi data panel, yaitu: 1) pendekatan CEM biasa (Common
Effect Model), 2) pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3)
pendekatan efek acak (Random Effect Model).
a. PendekatanCommon Effect Model (CEM)
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling
sederhana karena menggabungkan data cross section dan data time
series sebagai analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi antar individu maupun rentang waktu,
sehingga model ini dapat pula dapat pula disebut sebagai model
CEM biasa karena menggunakan kuadrat terkecil.
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model
dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling
berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda
pada kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Wing Wahyu
Winarno; 2007).
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan
antarobjek, meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model
ini juga memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti
lxvi
menghadapi masalah omitted variables yang mungkin membawa
perubahan pada intercept timeseries atau cross section. Model
FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek,
memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode
waktu. Demikian pula dengan koefisien regresinya yang besarnya
tetap dari waktu ke waktu (time invariant) (Wing Wahyu Winarno;
2007).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya
digunakan dummy variable, oleh karena itu model ini dikenal juga
dengan Least Squares Dummy Variables (LSDV). Hsiao (2005)
menjelaskan bahwa variabel dummy memungkinkan sebuah model
dengan variabel yang hilang dalam periode observasi. Variabel
tersebut baik yang secara spesifik untuk daerah tertentu tapi tidak
berubah sepanjang waktu, maupun karena variabel yang hilang
tersebut spesifik pada waktu tertentu untuk seluruh daerah.
Di dalam pemaparan estimasi efek tetap unbalanced panel,
Wooldridge (2006) menjelaskan bahwa data yang hilang (attrition)
terkait dengan eror yang bersifat idiosyncratic, faktor yang luput
dari pengamatan sepanjang waktu, dapat menghasilkan estimasi
yang bersifat bias. Namun demikian, manfaat dari estimasi fixed
effect adalah bahwa attrition yang terkait dengan faktor yang luput
dari pengamatan, akan ditampung dalam Pi, sehingga hasil estimasi
masih dapat diandalkan (unbiased).
c. PendekatanRandom Effect Model (REM)
Keputusan untuk memasukan variabel boneka dalam model
efek tetap (fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan
dapatmenimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel
boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi
dari parameter yang diestimasi. Model panel data yang didalamnya
melibatkan kolerasi antar error term karena berubahnya waktu
lxvii
karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan
model komponen eror (eror component model) atau disebut juga
model efek acak (random effect) Metode ini digunakan untuk
mengatasi kelemahan metode efek tetap yang menggunakan
variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa
menggunakan variabel semu, metode efek menggunakan residual,
yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar objek.
Syarat untuk menganalisis efek random yaitu objek data silang
harus lebih besar dari pada banyaknya koefisien (Winarno, 2007).
Tabel 3. 1 Perbedaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model
Perbedaan Fixed Effect Model Random Effects Model
Model K
Yit= (𝛼 + µi) + ΣβitXkit + εit
K-1
K
Yit= 𝛼 + ΣβitXkit + (µi + εit)
K-1
Intersep Berbeda untuk tiap unit
cross section
Konstan
Varians
Error
Konstan Berbeda untuk tiap unit cross
Section
Slopes Konstan Konstan
Metode LSDV GLS-FGLS
Hipotesis Uji F Uji Lagrange Multiplier
(LM)
Sumber: I.G Nyoman Mindra Jaya, Kajian Analisis Regresi dengan Data
Panel
3. Pemilihan Model Data Panel
Ada dua tahap dalam memilih metode dalam data panel. Pertama
kita harus membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu.
Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS
yang diterima, maka model PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika
model FEM yang diterima, maka tahap kedua dijalankan, yakni
melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu
lxviii
dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukan metode
mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least
Square (PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi.
Relatif terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah
restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk
seluruh individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section
memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat
dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang
berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan restricted F-test,
dengan hipotesis sebagai berikut.
Jika nilai F-hitung > F-tabel, atau nilai probabilitas (P-
Value) <a 5%, maka H0 ditolak, artinya model panel yang baik
untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika H0
diterima, maka model Pooled Least Square yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah memakai model FEM atau REM
baru dianalisis.
b. Uji Hausman
Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat
digunakan sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect
Model atau Random Effect Modelyaitu:
1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah
unit cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh
berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan
pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.
2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua
pendekatan dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita
meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam
lxix
penelitian diambil secara acak (random) maka REM harus
digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit
cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil
secara acak maka kita menggunakan FEM.
3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan
REM akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan
FEM tidakhabis.
4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari
REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan
tidakbias.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula
ditentukandengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan
dengan Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian
dengan menggunakan Chi-square statistik sehinggan keputusan
pemilihan model akan dapat ditentukan secara statistik.
lxx
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagaiberikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dariHausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, dimana k
adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi atau nilai
probabilitas (P-Value) < a 5%,. Jika hasil dari Hausman test
signifikan, maka H0 ditolak, makaFixed Effect Model yang
digunakan.
c. Uji Lagrangge Multiplier (LM)
Uji Langrangge Multiliper (LM) dilakukan untuk
membandingkan atau memilih model mana yang terbaik antara
Pooled Least Square Model dan Random Effect Model. Pengujian
ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Pooled Least Square Model
H1 : Random Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Langrangge
Multiplier test (Breusch-Pagan) dibandingkan dengan nilai
probability. Jika nilai Breusch – Pagan < a 5% maka H0 ditolak,
artinya model panel yangbaik untuk digunakan adalah Random
Effect Model (REM). Namun jika H0 diterima maka model data
panel yang baik digunakan adalah Pooled Least Square (PLS).
d. Uji Asumsi Klasik
Terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum di
lakukannya regresi, hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah
data terbebas dari masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi. Uji asumsi klasik ini penting dilakukan untuk
menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang
lxxi
minimum (Best Linier Unbiased Estimator – BLUE), yang berarti
model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu perlu
dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi yang digunakan sudah
memenuhi asumsi tersebut. Asumsi – asumsi tersebut antaralain:
1. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Untuk menguji data apakah terdistribusi
normal dengan menggunakan histogram dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan
skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila
datanya bersifat normal. Dengan H0 pada data berdistribusi
normal, uji Jarque-Bera didistribusi dengan X2 dengan derajat
bebas (degree of freedom) sebesar 2. Probability menunjukan
kemungkinanJarque-Beramelebihi (dalam nilai absolut) nilai
terobservasi dibawah hipotesis nol. Nilai probabilitas yang kecil
cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis nol distribusi
normal. Pada angka Jarque-Bera diatas nilai probabilitas (5%),
maka kita dapat menolak H0 bahwa data terdistribusi normal
(Winarno,2011).
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier
antar variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel
independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada
persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel
dependen dan satu variabel independen). (Winarno, 2011).
Menurut Singgih Santoso (2010), multikolinearitas
mengandung arti bahwa antar variabel independen yang terdapat
dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).
lxxii
Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa
informasi antara lain:
1. Nilai R2 tinggi, tetapi variable independen banyak yang tidak
signifikan.
2. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel
independen, apabila koefisien rendah maka tidak terdapat
multikolinearitas.
3. Dengan melakukan regresi auxiliary, yaitu regresi yang dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau
lebih) variabel independen yang secara bersama-sama
mempengaruhi satu variabel independenlainnya.
Sedangkan alternatif menghilangkan multikolinearitas
antara lain bisa dengan menambahkan data penelitian bila
memungkinkan, karena masalah multikolinearitas biasanya muncul
karena jumlah observasi yang sedikit. Selain itu dapat dengan
menghilangkan salah satu variabel independen terutama yang
memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun
jika tidak mungkin dihilangkan maka tetap harus dipakai.
Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu (atau
beberapa) variabel dengan melakukan diferensiasi. (Winarno,
2011)
3. Uji Heteroskedastisitas
Dalam regresi linier ganda, salah satu asumsi yang harus
dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat
BLUE adalah var (ui) = ơ2 (konstan), semua sesatan mempunyai
variansi yang sama. Padahal, ada kasus-kasus tertentu dimana
variansi ưi tidak konstan, melainkan suatu variabel berubah-ubah
(Nachrowi, 2008).
lxxiii
Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya
perbedaan varian antar seri data. Heteroskedastisitas muncul
apabila nilai varian dari variabel tak bebas (Yi) meningkat sebagai
meningkatnya variandari variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi
adalah tidak sama. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dalam
data cross section dari pada time series. Selain itu juga sering
muncul dalam analisis yang menggunakan data rata-rata.
Menurut Nachrowi dan Usman (2008), ada beberapa
dampak yang ditimbulkan oleh heteroskedastisitas terhadap OLS,
antara lalin:
1. Akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu dampak yang
ditimbulkan adalah lebih besarnya variansi daritaksiran
2. Lebih besarnya variansi taksiran, tentu akan berpengaruh pada
uji hipotesis yang dilakukan (uji t dan F) karena kedua uji
tersebut menggunakan besaran variansi taksiran. Akibatnya,
kedua uji hipotesis tersebut menjadi kurangakurat.
3. Lebih besarnya variansi taksiran akan mengakibatkan standard
error taksiran yang lebih besar sehingga interval kepercayaan
menjadi sangatbesar.
4. Akibat beberapa dampak tersebut, maka kesimpulan yang
diambil dari persamaan regresi yang dibuat dapatmenyesatkan.
Menurut Gujarati (2007), untuk mendektesi keberadaan
heteroskedastisitas digunakan metode grafik scatter plot, uji Park,
uji Glejser, uji White, dimana apabila nilai probabilitas (p-value)
observasi R2 lebih besar dibandingkan tingkat resikokesalahan
yang diambil (digunakan α = 5%), maka residual digolongkan
homoskedastisitas.
lxxiv
e. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji
apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata).
Maksudnya dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi
yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama
dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk
menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Uji Signifikansi Individual (uji t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing –
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung
terhadap t table dengan ketentuan sebagaiberikut:
1. Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing -
masing variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial(individu).
2. Ho : βi > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan criteria penilaian sebagai
berikut:
a) Jika t hitung > t table maka Ha diterima dan Ho ditolak
berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing – masing
variable independen terhadap variable dependen secara
parsial(individu).
b) Jika t hitung < t table maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing –
lxxv
masing variabel independen terhadap variable dependen
secara parsial(individu).
2. Uji Signifikan Simultan (uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variable dependen. Cara yang digunakan
adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Ho : βi = 0 berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan
(bersama-sama).
2. Ho : βi > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan
(bersama-sama)
3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai
berikut:
a) Jika F hitung > F table maka Ha diterima dan Ho ditolak
berarti ada variable independen secara bersama- sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabledependen.
b) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti ada variable independen secara bersama- sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabledependen.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui penaksiran parameter dan standard error
bahwa model regresi estimasi cukup baik atau tidak perlu dilakukan
cara untuk mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi
lxxvi
dengan data. Ukuran yang biasa yang digunakan untuk keperluan ini
adalah Goodness of Fit (R2). Ukuran ini mencerminkan seberapa
besar variasi dari (regressand) (Y) dapat diterangkan oleh regressor
(X). Bila R2=0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X
sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y, 100%
dapat diterangkan oleh X. dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua
titik pengamatan berada pada garis regresi. Dengan demikian,
ukuran goodness of fit dari suatu model ditentukan oleh R2 yang
nilainya antara nol dan satu.
4. Operasional Variabel Penelitian
Berangkat dari permasalahan penelitian skripsi ini, maka ada
beberapa definisi operasional yang perlu dijelaskan yaitu:
a. Variabel Dependen
Sebagai proxy atas pertumbuhan ekonomi regional Jawa
Timur PDRB riil yang merupakan PDRB atas harga konstan yang
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
dasar (base year). Dalam penelitian ini digunakan PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2012 – 2016.
b. Variabel Independen
a. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini,
Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara
lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach),
pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan
kemampuan dasar (human capability approach) dan
pendekatan objektif dan subjektif.
Menurut Badan Pusat Statistik (2009) penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Data yang akan di ukur
adalah Presentase tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur
lxxvii
tahun 2012-2016.
b. Tingkat pendidikan adalah kualitas sumber daya manusia yang
diukur dengan rasio rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa
Timur tahun 2012-2016.
c. Perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas kerja. Dalam penelitian ini diukur
dengan Angka harapan hidup (AHH) saat lahir di Provinsi
Jawa Timur 2012-2016.
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dalam wilayah negara
Republik Indonesia. Mengenai nama Jawa Timur, karena provinsi ini
menempati wilayah paling timur Pulau Jawa. Di Pulau Jawa terdapat
enam provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah D.I. Yogyakarta, serta Jawa Timur.
Secara astronomis wilayah Jawa Timur terletak pada 111,1’-
114,4’ Bujur Timur dan 7, 12’-8, 48’ Lintang Selatan2. Sedangkan secara
geografis Jawa Timur terletak di ujung timur Pulau Jawa.
Wilayahnya berbatasan dengan Samudera Hindia di ujung selatan.
Berbatasan dengan Pulau Bali di sebelah timur. Di sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah barat Provinsi Jawa Timur
berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat pada peta
Jawa Timur berikut ini.
Gambar 4. 1 Peta Provinsi Jawa Timur
Sumber: Statistik Balai KSDA Jawa Timur I Tahun 2018
79
Melihat peta di atas, secara umum wilayah Provinsi Jawa
Timur terbagi menjadi dua yaitu daratan Jawa Timur dan Kepulauan
Madura. Dari kedua wilayah tersebut apabila kita jumlah dan satukan
akan memunculkan angka pasti luas wilayah provinsi Jawa Timur. Luas
Provinsi Jawa Timur sebesar 46.428,57 km² yang terbagi atas wilayah
darat dan laut
Dengan luas wilayah 46. 428, 57 km Provinsi Jawa Timur secara
administratif terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, dengan rincian 29
kabupaten dan 9 kota5. Berikut nama-nama Kabupaten/kota yang ada di
Jawa Timur. Kabupaten: Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro,
Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang,
Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan,
Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo,
Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban dan Tulungagung. Sedangakan
Kota: Batu, Blitar, Kediri, Malang, Madiun, Mojokerto, Pasuruan,
Probolinggo, dan Surabaya.
Keadaan topografi Jawa Timur terhitung sebagai daerah
yang mayoritas lebih banyak memiliki dataran rendah. Hal ini
disebabkan wilayah Jawa Timur 60% ( 28. 833km) merupakan dataran
rendah, dan hanya kurang lebih 40% ( 17.597km) yang merupakan
dataran tinggi7. Wilayah yang termasuk dataran rendah seperti Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan, dan lai-lain. Di wilayah kota/kabupaten ini tidak ada
atau jarang kita jumpai gunung atau perbukitan. Berbeda dengan wilayah
seperti Malang, Batu, dan Lumajang yang disana banyak kita jumpai
gunung dan pegunungan.
2. Perkembangan Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik (2016) penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
80
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan.
Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini,
Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain ;
pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan
pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human
capability approach) dan pendekatan objektif dan subjektif.
Tabel 4. 1 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Pacitan 17,29 16,73 16,18 16,68 15,49
Kabupaten Ponorogo 11,76 11,92 11,53 11,91 11,75
Kabupaten Trenggalek 14,21 13,56 13,10 13,39 13,24
Kabupaten
Tulungagung 9,40 9,07 8,75 8,57 8,23
Kabupaten Blitar 10,74 10,57 10,22 9,97 9,88
Kabupaten Kediri 13,71 13,23 12,77 12,91 12,72
Kabupaten Malang 11,04 11,48 11,07 11,53 11,49
Kabupaten Lumajang 12,40 12,14 11,75 11,52 11,22
Kabupaten Jember 11,81 11,68 11,28 11,22 10,97
Kabupaten
Banyuwangi 9,97 9,61 9,29 9,17 8,79
Kabupaten
Bondowoso 15,81 15,29 14,76 14,96 15,00
Kabupaten Situbondo 14,34 13,65 13,63 13,63 13,34
Kabupaten
Probolinggo 22,22 21,21 20,44 20,82 20,98
81
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Pasuruan 11,58 11,26 10,86 10,72 10,57
Kabupaten Sidoarjo 6,44 6,72 6,40 6,44 6,339
Kabupaten Mojokerto 10,71 10,99 10,56 10,57 10,61
Kabupaten Jombang 12,23 11,17 10,80 10,79 10,70
Kabupaten Nganjuk 13,22 13,60 13,14 12,69 12,25
Kabupaten Madiun 13,70 12,45 12,04 12,54 12,69
Kabupaten Magetan 11,50 12,19 11,80 11,35 11,03
Kabupaten Ngawi 15,99 15,45 14,88 15,61 15,27
Kabupaten
Bojonegoro 16,66 16,02 15,48 15,71 14,60
Kabupaten Tuban 17,84 17,23 16,64 17,08 17,14
Kabupaten Lamongan 16,70 16,18 15,68 15,38 14,89
Kabupaten Gresik 14,35 13,94 13,41 13,63 13,19
Kabupaten Bangkalan 24,70 23,23 22,38 22,57 21,41
Kabupaten Sampang 27,97 27,08 25,80 25,69 24,11
Kabupaten Pamekasan 19,61 18,53 17,74 17,41 16,70
Kabupaten Sumenep 21,96 21,22 20,49 20,20 20,09
Kota Kediri 8,14 8,23 7,95 8,51 8,40
Kota Blitar 6,75 7,42 7,15 7,29 7,18
Kota Malang 5,21 4,87 4,80 4,60 4,33
Kota Probolinggo 10,92 8,55 8,37 8,17 7,97
Kota Pasuruan 7,90 7,60 7,34 7,47 7,62
Kota Mojokerto 6,48 6,65 6,42 6,16 5,73
Kota Madiun 5,37 5,02 4,86 4,89 5,16
Kota Surabaya 6,25 6,00 5,79 5,82 5,63
Kota Batu 4,47 4,77 4,59 4,71 4,48
82
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
JAWA TIMUR 13,08 12,73 12,28 12,34 12,05
Sumber : Badan Pusat Statistik (Susenas Maret 2017)
Tabel 4.2 menjelaskan tentang presemtasi penduduk miskin tahun
2012 sampai 2016 menurut kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada tabel
tersebut menjelaskan bahwa adanya penurunan tingkat kemiskinan di
Provinsi Jawa Timur pada setiap tahunnya. Kita bisa lihat pada tahun
2013 tingkat kemiskinan menurun sebesar 0,35%, pada tahun 2012
tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 13,08% mengalami
penurunan di tahun 2013 menjadi 12,73%. Pada tahun 2014 mengalami
penurunan yang lebih pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,45%, pada
tahun 2013 data penduduk miskin di Jawa Timur sebesar 12,73%
menjadi 12,28%. Namun patut menjadi sorotan di tahun berikutnya yang
tidak dapat menurunkan tingkat kemiskinan, justru meningkat di tahun
2015 sebesar 0,06%.
Pada tahun 2015 memiliki presentase tingkat kemiskinan sebesar
12,34%. Hal tersebut dapat di antisipasi kembali oleh pemerintah Jawa
Timur yang dapat menurunkan kembali tingkat kemiskinan di Jawa
Timur sebesar 0,29% pada tahun 2016 yang memiliki presentase tingkat
kemiskinan sebesar 12,05%. Tabel tersebut juga menjelaskan bahwa
Kabupaten Sampang merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
memiliki presentase tingkat kemiskinan paling tinggi di Jawa Timur,
kabupaten Sampang memiliki presentasi sebesar 27,97% pada tahun
2012. Namun hal tersebut terus di antisipasi oleh pemerintah setempat
yang mana setiap tahunnya presentase kemiskinan di Kabupaten
Sampang menurun, kita dapat melihat pada tabel di atas. Sebaliknya Kota
Batu merupakan Kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki presentasi
kemiskinan paling kecil di Jawa Timur, pada tahun 2012 memiliki
presentase tingkat kemiskinan sebesar 4,47%. Kota Batu memiliki
83
tingkat presentase kemiskinan yang cenderung fluktuatif di setiap
tahunnya.
3. Perkembangan Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Keadaan pendidikan penduduk secara umum dapat diketahui dari
beberapa indikator seperti angka partisipasi sekolah, tingkat pendidikan
yang ditamatkan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
4. Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah merupakan indikator penting dalam
pendidikan yang menunjukkan persentase penduduk usia 7-12 tahun
yang masih terlibat dalam sistem persekolahan. Adakalanya penduduk
usia 7-12 tahun belum sama sekali menikmati pendidikan, tetapi ada
sebagian kecil dari kelompok mereka yang sudah menyelesaikan jenjang
pendidikan setingkat sekolah dasar.
5. Tingkat Pendidikan Tertinggi yang di tamatkan
Rendahnya tingkat pendidikan dapat dirasakan sebagai
penghambat dalam pembangunan. Dengan demikian, tingkat pendidikan
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Keadaan
seperti ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri yakni merupakan
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup.
84
6. Angka Melek Huruf
Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan
sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase
penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf atau sebaliknya tingkat
buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun
kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong
penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses pembangunan.
7. Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tinggi pendidikan
yang dicapai oleh masyarakat disuatu daerah. Semakin tinggi rata-rata
lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani.
Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata penduduk usia 15 tahun ke
atas yang telah menyelesaikan pendidikan di seluruh jenjang pendidikan
formal yang pernah diikuti.
Tabel 4. 2 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016
(persen)
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 6.85 6.9 7.05 7.14 7.23
Kabupaten
Pacitan 6.21 6.32 6.43 6.88 6.89
Kabupaten
Ponorogo 6.57 6.86 6.91 6.96 6.97
Kabupaten
Trenggalek 6.55 6.74 6.87 7.18 7.19
Kabupaten
Tulungagung 7.41 7.44 7.45 7.72 7.73
Kabupaten Blitar 6.59 6.67 6.82 7.24 7.25
Kabupaten Kediri 7.08 7.24 7.41 7.41 7.58
Kabupaten
Malang 6.51 6.59 6.66 6.73 6.98
85
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Lumajang 5.78 5.88 6.03 6.04 6.05
Kabupaten
Jember 5.58 5.62 5.63 5.76 6.05
Kabupaten
Banyuwangi 6.68 6.84 6.87 6.88 6.93
Kabupaten
Bondowoso 5.31 5.48 5.52 5.53 5.54
Kabupaten
Situbondo 5.16 5.28 5.54 5.67 5.68
Kabupaten
Probolinggo 5.16 5.61 5.64 5.66 5.67
Kabupaten
Pasuruan 5.96 6.08 6.36 6.5 6.58
Kabupaten
Sidoarjo 9.7 10 10.09 10.1 10.22
Kabupaten
Mojokerto 7.3 7.57 7.74 7.75 7.76
Kabupaten
Jombang 7.37 7.4 7.52 7.59 7.68
Kabupaten
Nganjuk 7 7.15 7.31 7.33 7.34
Kabupaten
Madiun 6.74 6.74 6.89 6.99 7
Kabupaten
Magetan 7.33 7.43 7.55 7.65 7.66
Kabupaten Ngawi 6.23 6.27 6.52 6.53 6.54
Kabupaten
Bojonegoro 5.8 5.9 6.14 6.64 6.65
Kabupaten Tuban 5.82 6.14 6.18 6.2 6.25
Kabupaten
Lamongan 6.84 7.06 7.27 7.28 7.29
86
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Gresik 8.41 8.41 8.42 8.93 8.94
Kabupaten
Bangkalan 4.89 4.9 5.07 5.08 5.13
Kabupaten
Sampang 3.27 3.34 3.49 3.65 3.79
Kabupaten
Pamekasan 5.36 5.68 5.72 5.73 6.08
Kabupaten
Sumenep 4.48 4.58 4.77 4.89 5.08
Kota Kediri 9.49 9.57 9.7 9.88 9.89
Kota Blitar 9.52 9.53 9.81 9.87 9.88
Kota Malang 9.67 9.82 9.97 10.13 10.14
Kota Probolinggo 8.17 8.42 8.44 8.46 8.47
Kota Pasuruan 8.88 9.03 9.06 9.07 9.08
Kota Mojokerto 9.87 9.91 9.91 9.92 9.93
Kota Madiun 10.68 10.9 10.9 11.08 11.09
Kota Surabaya 9.95 10.1 10.07 10.24 10.44
Kota Batu 7.75 8.34 8.41 8.44 8.45
Sumber : BPS Jawa Timur 2017
Tabel 4.3 menjelaskan rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa
Timur tahun 2012 sampai 2016. Tabel tersebut mengjelaskan Kota
Madiun memiliki rata-rata lama sekolah tertinggi di Provinsi Jawa
Timur, pada tahun 2012 memiliki rata-rata lama sekolah sebesar 10,68%
mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 0,18% menjadi 10,86%.
Pada tahun 2014 rata-rata lama sekolah kota Madiun kembali mengalami
peningkatan sebesar 0,04% menjadi 10,90%. Kota Madiun kembali
mengalami peningkatan rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 sebesar
0,18% menjadi 11,08. Pada tahun 2016 peningkatan rata-rata lama
87
sekolah kota madiun tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya,pada tahun
2016 hanya mengalami peningkatan sebesar 0,01% menjadi 11,09%.
Rata-rata lama sekolah kabputen sampang juga yang terendah di
Provinsi Jawa Timur,hal tersebut di jelaskan pada tabel 4.3. Pada tahun
2012 Kabupaten Sampang memiliki rata-rata lama sekolah sebesar
3,27%. Meskipun memiliki rata-rata lama sekolah di Jawa Timur namun
Kabupaten Sampang cenderung mengalami peningkatan rata-rata lama
sekolah di setiap tahunnya,pada tahun 2013 meningkat 0,07% menjadi
3,34%. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,15% menjadi
3,49%. Laju pertumbuhan rata-rata lama sekolah kabupaten sampang
terus mengalami peningkatan pada tahu 2015 dan 2016,pada tahun 2015
naik sebesar 0,16% menjadi 3,65% dan naik 0,14% menjadi 3,79%.
8. Perkembangan Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu modal manusia (human capital)
yang sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi. Hal ini
dikarenakan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan
produktivitas.
Tjiptoherijanto (1993) mengatakan bahwa kesehatan dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara, seperti
perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan pertambahan dalam
partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula membawa
perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang
terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat
partisipasi angkatan kerja.
Variabel-variabel yang digunakan untuk menggambarkan tingkat
kesehatan di suatu daerah umumnya terdiri dari:
1. Tingkat Kesakitan Penduduk
Tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatannya, dimana
semakin banyak jumlah keluhan ini maka semakin buruk kesehatan
didaerah tersebut.
2. Sarana Kesehatan
88
Sarana kesehatan merupakan gambaran jumlah rumah sakit
pemerintah dan rumah sakit swasta beserta kapasitas tempat tidurnya.
Selain itu juga menjelaskan jumlah puskesmas, puskesmas pembantu,
balai pengobatan dan posyandu.
3. Angka Harapan Hidup
Penduduk yang hidupnya berumur panjang umumnya memiliki
tingkat kesehatan yang baik. Angka Harapan Hidup (AHH)
merupakan alat untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan
Hidup menggambarkan umur rata-rata yang dicapai seseorang dalam
situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka
Harapan Hidup yang rendah dalam suatu daerah menunjukkan
pembangunan kesehatan yang belum berhasil, dan semakin tinggi
AHH semakin menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan di
daerah tersebut.
4. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan menggambarkan jumlah dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, bidan dan perawat.
5. Angka Kematian Bayi
Ukuran mortalitas yang paling umum adalah angka
kematian kasar (AKK). Angka kematian kasar dipengaruhi oleh
komposisi penduduk menurut umur. Untuk kondisi Indonesia dengan
struktur umur penduduk yang relatif muda, angka kematian kasar
banyak dipengaruhi oleh tingkat kematian anak terutama berumur
dibawah satu tahun. Tingkat kematian umur dibawah satu tahun
dikenal dengan angka kematian bayi, yang mempunyai hubungan
erat dengan angka harapan hidup waktu lahir. Secara teoritis
menurunnya angka kematin bayi, akan menyebabkan menurunnya
angka kematian kasar, dan akan meningkatnya angka harapan hidup
(BPS. 2016).
89
Tabel 4. 3 Angka Harapan Hidup saat lahir di Provinsi Jawa Timur
tahun 2012-2016 (persen)
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 70.14 70.34 70.45 70.68 70.74
Kabupaten
Pacitan 70.61 70.7 70.75 71.05 71.18
Kabupaten
Ponorogo 71.78 71.85 71.88 72.08 72.18
Kabupaten
Trenggalek 72.44 72.49 72.51 72.91 73.03
Kabupaten
Tulungagung 72.82 72.86 72.88 73.28 73.4
Kabupaten
Blitar 72.42 72.47 72.5 72.8 72.89
Kabupaten
Kediri 71.97 72.02 72.04 72.14 72.2
Kabupaten
Malang 71.72 71.76 71.78 71.98 72.05
Kabupaten
Lumajang 68.92 69.02 69.07 69.27 69.38
Kabupaten
Jember 67.65 67.75 67.8 68.2 68.37
Kabupaten
Banyuwangi 69.79 69.88 69.93 70.03 70.11
Kabupaten
Bondowoso 65.22 65.36 65.43 65.73 65.89
Kabupaten
Situbondo 67.93 68.03 68.08 68.28 68.41
Kabupaten
Probolinggo 65.58 65.69 65.75 66.15 66.31
Kabupaten
Pasuruan 69.75 69.8 69.83 69.83 69.86
90
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Sidoarjo 73.43 73.43 73.43 73.63 73.67
Kabupaten
Mojokerto 71.72 71.75 71.76 71.96 72.03
Kabupaten
Jombang 71.28 71.34 71.37 71.67 71.77
Kabupaten
Nganjuk 70.76 70.83 70.87 70.97 71.04
Kabupaten
Madiun 69.59 69.7 69.76 70.36 70.55
Kabupaten
Magetan 71.79 71.87 71.91 72.01 72.09
Kabupaten
Ngawi 71.19 71.28 71.33 71.53 71.63
Kabupaten
Bojonegoro 69.98 70.07 70.11 70.51 70.67
Kabupaten
Tuban 70.15 70.22 70.25 70.55 70.67
Kabupaten
Lamongan 71.35 71.43 71.47 71.67 71.77
Kabupaten
Gresik 72.18 72.19 72.2 72.3 72.33
Kabupaten
Bangkalan 69.56 69.6 69.62 69.72 69.77
Kabupaten
Sampang 67.43 67.46 67.48 67.58 67.62
Kabupaten
Pamekasan 66.48 66.53 66.56 66.86 66.95
Kabupaten
Sumenep 69.9 69.98 70.02 70.42 70.56
Kota Kediri 73.49 73.51 73.52 73.62 73.65
Kota Blitar 72.66 72.69 72.7 73 73.09
91
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kota Malang 72.25 72.28 72.3 72.6 72.68
Kota
Probolinggo 69.46 69.5 69.52 69.72 69.79
Kota Pasuruan 70.48 70.52 70.54 70.84 70.93
Kota Mojokerto 72.33 72.37 72.39 72.69 72.78
Kota Madiun 72.33 72.38 72.41 72.41 72.44
Kota Surabaya 73.8 73.83 73.85 73.85 73.87
Kota Batu 72.02 72.05 72.06 72.16 72.2
Sumber : BPS Jawa Timur
Menurut tabel 4.4 Kota surabaya memiliki Angka Harapan
Hidup saat lahir yang paling tinggi di Provinsi Jawa Timur. Pada
tahun 2012 angka harapan hidup kota Surabaya mencapai 73,80%,
meningkat 0,03% pada tahun 2013 sehingga menjadi 73,83%. Kota
Surabaya terus mengalami peningkatan pada tahun 2014 mencapai
0,02% menjadi 73,85%. Pada tahun 2015 Angka Harapan Hidup di
Kota Surabaya memiliki kestabilan pada tahun sebelumnya yaitu
73,85&. Naik 0,02% pada tahun 2016 menjadi 73,87%.
Berbeda dengan Kota Surabaya,kabupaten Bondowoso memili
Angka Harapan Hidup paling rendah di Provinsi Jawa Timur. Tabel
4.4 menjelaskan pada tahun 2012 Kabupaten Bondowoso memiliki
Angka Harapan Hidup sebesar 65,22%,meningkat 0,14% pada tahun
2013 menjadi 65,36%. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar 0,07% menjadi 65,43%. Kabupaten Bondowoso kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 0,30% menjadi
65,73,pada tahun ini peningkatan paling tertinggi di bandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 Kabupaten Bondowoso
memiliki Angka Harapan Hidup 65,89% meningkat 0,16%.
92
B. Analisis dan Pembahasan
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi
data panel. Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang
terdiri atas beberapa objek dan runtutan waktu (Winarno, 2011). Data
semacam ini memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat)
terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan
normalitas.Di samping itu, dengan perlakuan tertentu struktur data seperti
ini dapat diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak
(high informational content) (Ariefianto, 2012).
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu
pooled effect, fixed effect, dan random effect. Masing-masing model
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model
tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-
syarat pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh karena itu langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memiliki model yang tepat dari ketiga
model yang tersedia.
a. Common Effect
Langkah pertama adalah dengan melakukan olah data
menggunakan pendekata Common Effect Model (CEM).
Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0 seperti
pada table 4.5 di bawah ini:
93
Tabel 4. 4 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
b. Fixed Effect
Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan
pendekatan Fixed Effect Model (FEM).
Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0 seperti
pada table 4.6 di bawah ini:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 17:38
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.071302 3.921852 0.018181 0.9855
KEMISKINAN -0.012883 0.031416 -0.410062 0.6822
PENDIDIKAN -0.126219 0.106098 -1.189651 0.2357
KESEHATAN 0.157836 0.058645 2.691380 0.0077
R-squared 0.041749 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.026698 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 1.153870 Akaike info criterion 3.144419
Sum squared resid 254.3002 Schwarz criterion 3.211557
Log likelihood -302.5808 Hannan-Quinn criter. 3.171602
F-statistic 2.773852 Durbin-Watson stat 0.007461
Prob(F-statistic) 0.042692
94
Tabel 4. 5 Hasil Regresi data Panel Fixed Effect Model
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
c. Uji Chow
Setelah didapat hasil regresi menggunakan model common
effect dan fixed effect, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
uji Chow untuk menentukan model estimasi yang lebih tepat antara
model common effect dan fixed effect. Dalam menentukan diantara
kedua model tersebut maka digunakan uji Chow sebagai uji
pemilihan model regresi data panel. Uji chow merupakan salah
satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model regresi
data yang paling tepat digunakan dalam penelitian.
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1336.596544 (38,153) 0.0000
Cross-section Chi-square 1132.567380 38 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 18:03
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.071302 3.921852 0.018181 0.9855
KEMISKINAN -0.012883 0.031416 -0.410062 0.6822
PENDIDIKAN -0.126219 0.106098 -1.189651 0.2357
KESEHATAN 0.157836 0.058645 2.691380 0.0077
R-squared 0.041749 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.026698 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 1.153870 Akaike info criterion 3.144419
Sum squared resid 254.3002 Schwarz criterion 3.211557
Log likelihood -302.5808 Hannan-Quinn criter. 3.171602
F-statistic 2.773852 Durbin-Watson stat 0.007461
Prob(F-statistic) 0.042692
95
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian untuk
memilih model data panel yang akan digunakan. Untuk memilih
common effect atau fixed effect maka digunakan uji Likelihood atau
uji chow. Jika probabilitasnya > 0.05 maka H0 diterima,
artinya model yang terpilih adalah common effect. Dan
sebaliknya, jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, artinya model yang terpilih adalah fixed effect.
Berikut ini merupakan hasil dari Uji Chow:
Tabel 4. 6 Hasil Uji Chow
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1336.596544 (38,153) 0.0000
Cross-section Chi-square 1132.567380 38 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 18:03
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.071302 3.921852 0.018181 0.9855
KEMISKINAN -0.012883 0.031416 -0.410062 0.6822
PENDIDIKAN -0.126219 0.106098 -1.189651 0.2357
KESEHATAN 0.157836 0.058645 2.691380 0.0077
R-squared 0.041749 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.026698 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 1.153870 Akaike info criterion 3.144419
Sum squared resid 254.3002 Schwarz criterion 3.211557
Log likelihood -302.5808 Hannan-Quinn criter. 3.171602
F-statistic 2.773852 Durbin-Watson stat 0.007461
Prob(F-statistic) 0.042692
96
Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah
nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam
uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai
probabilitas sebesar 0.0000 untuk cross section F, yang berarti
nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut menunjukan bahwa H0
ditolak, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat
digunakan daripada common effect model.
Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang
lebih tepat untuk digunakan adalah fixed effect model, maka
diperlukan Uji Hausman untuk menguji model yang lebih tepat
untuk digunakan antara fixed effect model dan random effect
model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih
dahulu regresi random effect model.
d. Random Effect
Setelah dilakukannya uji chow, maka dilakukan pengolahan
data dengan metode pendekatan Random Effect Model (REM)
untuk dibandingkan dengan Fixed Effect Model (FEM). Adapun
hasil pengolahan dari program Eviews 9.0 didapatkan data
sebagai berikut:
97
Tabel 4. 7 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Sumber: Output Eviews 9.0 (data diolah)
Dalam melakukan Uji Hausman, hipotesis yang digunakan
yaitu:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya H0
diterima, yang berarti model regresi yang paling tepat digunakan
adalah random effect model. Namun jika probabilitas Chi-Square <
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 02/25/19 Time: 17:41
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -14.99379 2.671070 -5.613402 0.0000
KEMISKINAN -0.026688 0.012200 -2.187520 0.0299
PENDIDIKAN 0.316287 0.043773 7.225633 0.0000
KESEHATAN 0.327576 0.039736 8.243756 0.0000
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 1.196741 0.9965
Idiosyncratic random 0.070653 0.0035
Weighted Statistics
R-squared 0.723787 Mean dependent var 0.268430
Adjusted R-squared 0.719449 S.D. dependent var 0.144155
S.E. of regression 0.076355 Sum squared resid 1.113538
F-statistic 166.8319 Durbin-Watson stat 0.748937
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared -0.828275 Mean dependent var 10.17042
Sum squared resid 485.1870 Durbin-Watson stat 0.001719
98
0,05 artinya H0 ditolak, yang berarti model regresi yang paling
tepat digunakan adalah fixed effect model.
e. Uji Hausman
Langkah selanjutnya adalah memilih metode data panel
yang akan digunakan. Maka dari itu, perlu dilakukan kembali uji
penentuan model yaitu Uji Hausman untuk memilih antara Fixed
Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Jika
probabilitasnya > 0.05 maka H0 diterima, artinya model yang
terpilih adalah Random Effect. Namun jika probabilitasnya < 0.05
maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya model yang terpilih
adalah Fixed Effect.
Tabel 4. 8 Hasil Uji Hausman
Sumber: Output Eviews 9.0 (data diolah)
Nilai yang harus diperhatikan pada Uji Hausman adalah
nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan
dalam Uji Hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka model yang terpilih
adalah Fixed Effect. Hal ini dikarenakan angka probabilitasnya <
0.05 (0.0000 < 0.05), yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima.
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 35.073804 3 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
KEMISKINAN -0.031591 -0.026688 0.000005 0.0311
PENDIDIKAN 0.325727 0.316287 0.000088 0.3130
KESEHATAN 0.354226 0.327576 0.000150 0.0297
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 17:56
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -16.88893 2.788427 -6.056793 0.0000
KEMISKINAN -0.031591 0.012410 -2.545528 0.0119
PENDIDIKAN 0.325727 0.044761 7.276943 0.0000
KESEHATAN 0.354226 0.041585 8.518219 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.997122 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.996351 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 0.070653 Akaike info criterion -2.273875
Sum squared resid 0.763744 Schwarz criterion -1.568922
Log likelihood 263.7029 Hannan-Quinn criter. -1.988448
F-statistic 1292.932 Durbin-Watson stat 1.116552
Prob(F-statistic) 0.000000
99
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah residual
model regresi yang diteliti berdistribusi secara normal atau tidak. Jika
probabilitas α > 0.05, maka data berdistribusi secara normal. Hasil
dari data yang diperoleh bisa dilihat pada tabel berikut.
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Outpup Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan histogram Uji Normalitas di atas dapat diketahui
bahwa probability Jarque-Bera > 0.05 (0.121167 > 0.05), artinya data
pada penelitian ini berdistribusi secara normal. Oleh karena itu tidak
perlu dilakukan perbaikan atas data outlier.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas adalah uji yang dilakukan untuk
memastikan apakah dalam sebuah model regresi data interkorelasi
atau kolinieritas antar variabel bebas. Jika nilai VIF kurang dari 10
maka dapat disimpulkan bahwasanya tidak terdapat masalah
multikolinieritas.
100
Tabel 4. 9 Uji Multikolinieritas
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dengan menggunakan
correlation test dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap
nilai koefisien diatas, masing-masing variabel mempunyai nilai
koefisien < 0.9, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak
mengalami multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitisitas adalah uji yang menilai apakah ada
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi linier. Jika nilai probabilitas > α maka tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
Tabel 4. 10 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat disimpulkan bahwa H0
diterima. Hal ini terbukti dengan nilai probability chi-square > 0.05
(0.1254 > 0.05), artinya tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga
dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.
3. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
a) Pengaruh Variabel Kemiskinan, Pendidikan , dan Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi secara parsial (uji t).
101
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
Kemiskinan, Pendidikan , dan Kesehatan secara parsial terhadap
Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan dengan Produk Domesrtik
Regional Bruto (PDRB). Pengujian secara parsial digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila probabilitas
> 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari
tabel berikut:
102
Tabel 4. 11 Uji t
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1) Uji Hasil Penelitian terhadap variabel Kemiskinan
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukan nilai coefficient Kemiskinan sebesar -0.026688 dan
nilai T-statistik sebesar -2.187520 yang menunjukan bahwa arah
koefisien negatif, sedangkan probabilitas Kemiskinan sebesar
0.0299 < 0.05 menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kemiskikan berpengaruh signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
2) Uji Hasil Penelitian terhadap Variabel Pendidikan
103
Hasil pengujian dengan analisis data panel di atas
menunjukan nilai coefficient Pendidikan sebesar 0.316287 dan T-
statistik 7.225633 yang menunjukan bahwa arah koefisien negatif,
sedangkan probabilitas Pendidikan sebesar 0.0000 < 0.05
menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan memiliki pengaruh signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
3) Uji Hasil Penelitian terhadap Variabel Kesehatan
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukan nilai coefficient Kesehatan sebesar 0.327576 dan T-
statistik sebesar 8.243756 yang menunjukan bahwa arah koefisien
negatif, sedangkan probabilitas Kesehatan sebesar 0.0000 < 0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Kesehatan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
b) Pengaruh Variabel Kemiskinan, Pendidikan ,dan Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi secara simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen, pedoman yang diambil
dalam pengambilan kesimpulan dari hasil uji F adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas F-statistik > ɑ = 5%, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Jika probabilitas F-statistik < ɑ = 5%, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
104
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 12 Uji F
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Dengan Hipotesis:
H0 : Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
H1 : Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan secara simultan
memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil uji F dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
F-statistic sebesar 0.000000, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen (Kemiskinan,
Pendidikan, dan Kesehatan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
105
Tabel 4. 13 Hasil Uji Adjusted R-Square
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.13 diatas besarnya nilai Adjusted R-squared
adalah 0.719449. Hal ini menujukkan bahwa kecukupan modal dapat
dijelaskan oleh variabel (Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan)
sebesar 71.94%. Sedangkan sisanya (100%-71.94%=28.06%)
dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel penelitian.
106
C. Model Regresi Data Panel
Tabel 4. 14 Hasil Regresi Data Panel
Sumber : Output Eviews 9.0 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas, maka diperoleh persamaan model
regresis antara variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) dan variabel
independen (Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan) sebagai berikut :
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa :
a. Konstanta sebesar -14.99379 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan) pada observasi ke
i dan periode ke t adalah konstanta, maka nilai Pertumbuhan Ekonomi
adalah -14.99379.
b. Koefesien regresi sebesar -0.026688 dan nilai probabilitas sebesar 0.0299
< 0.05 menunjukan bahwa variabel tingkat kemiskinan berpengaruh
positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal tersebut menunjukan jika
tingkat Kemiskinan pada observasi ke i dan periode ke t turun sebesar
107
1% maka akan meningkatkan nilai Pertumbuhan Ekonomi pada observasi
ke i dan periode ke t sebesar 0.026688%.
c. Koefisien regresi sebesar 0.316287 dan nilai probabilitas sebesar 0.0000
< 0.05 menunjukkan bahwa variabel Pendidikan berpengaruh positif
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal tersebut menunjukan jika tangkat
Pendidikan pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1% maka
akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi pada observasi ke i dan
periode ke t sebesar 0.316287%.
d. Koefisien regresi sebesar 0.327576 dan nilai probabilitas sebesar 0.0000
< 0.05 menunjukan bahwa variabel tingkat Kesehatan berpengaruh
positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal tersebut menunjukan jika
tingkat Kesehatan pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%
maka akan meningkatkan Pertumbuhan ekonomi pada observasi ke i dan
periode ke t sebesar 0.327576%.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Bedasarkan pengujian hipotesis hasil penelitian yang telah dilakukan
untuk mengetahui pengaruh Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur periode 2012-2016 akan
dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya variabel Kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikan lebih kecil dari nilai α
(0.0299 < 0.05). Hal ini berarti bahwa Semakin rendah tingkat
Kemiskinan akan menaikan Pertumbuhan Ekonomi.
Dalam penelitian sebelumnya Moh. Arif Novriansyah (2018)
Penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh Pengangguran dan
Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan penelitiannya dapat disimpulkan Pengangguran dan
kemiskinan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
108
Provinsi Gorontalo. Hal ini juga sesuai dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan regresi sederhana, dimana tingkat signifikansi
seluruh koefisien korelasi satu sisi yang diukur dari probabilitas
menghasilkan angka 0,019. Karena probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,
maka korelasi antara variabel tingkat pengangguran dan tingkat
kemiskinan (Variabel X1 dan X2) dan pertumbuhan ekonomi (Varibel Y)
adalah signifikan.
2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya variabel Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikan lebih kecil dari nilai
α (0.0000 < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa bila terjadi peningkatan di
bidang Pendidikan maka akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jawa Timur. Dapat di simpulkan bahwa bila terjadi peningkatan
di bidang Pendidikan maka akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Jawa Timur.
Dalam penelitian sebelumnya Putri Anggaryani (2013).
Menjelaskan tentang “Pengaruh Tenaga Kerja dan Investasi Sumber
Daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1980-
2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek, tenaga kerja tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Namun, dalam jangka panjang, tenaga kerja berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hai ini dapat terjadi
karena pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang bekerja cenderung
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun pada periode
1980-2012 sehingga dapat meningkatkan produksi yang pada akhirnya
akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
Hubungan antara anggaran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi
juga serupa dengantenaga kerja. Dimana dalam jangka pendek, anggaran
pendidikan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
dalam jangka panjang, anggaran pendidikan berpengaruh secara positif
109
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena
besarnya anggaran pendidikan cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Peningkatan anggaran ini tidak hanya terjadi pada dana
fisik saja namun juga pada dana non fisik walaupun peningkatannya
tidak sebesar dana fisik. Dengan adanya peningkatan anggaran
pendidikan dari tahun ke tahun selama periode 1980 hingga 2012 inilah
yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara
positif dalam jangka panjang.
3. Pengaruh Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya variabel Kesehatan berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikan lebih kecil dari nilai
α (0.0000 < 0.05).
Dalam penelitian sebelumnya Irmayanti (2017) meneliti tentang
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Polewali Mandar”. Dari hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa Indeks kesehatan dalam hal ini yang di hitung
dengan angka simbol Angka Harapan Hidup mempunyai hasil dengan
perhitungan statistika menjelaskan bahwa variabel indeks kesehatan ada
berpengaruh positif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi di
Kabupaten Poliwali Mandar dengan taraf perhitungan sebesar 0,008.
4. Pengaruh kemiskinan, pendidikan dan kesehatan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil uji F dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-
statistic sebesar 0.000000, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen (Kemiskinan, Pendidikan,
dan Kesehatan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Kemiskinan,
Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur
Periode 2012-2016. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, yang didukung oleh
pendapat para ahli, penelitian sebelumnya dan analisis baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat Kemiskinan berpengaruh secara signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0299. Hal ini
berarti bahwa Semakin rendah tingkat Kemiskinan akan menaikan
Pertumbuhan Ekonomi.
2. Pendidikan berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jawa Timur dengan nilai signifikansi 0.0000, yang
berarti bahwa bila terjadi peningkatan di bidang Pendidikan maka akan
meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur.
3. Kesehatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jawa Timur dengan nilai signifikansi 0.0000, yang
berarti bahwa bila terjadi peningkatan di bidang Pendidikan maka akan
meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur.
4. Berdasakan Uji simultan (F-hitung) diperoleh nilai probabilitas (F-
statistik) sebesar 0,000000, dengan nilai F-statistik sebesar 166.8319 nilai
probabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemiskinan, Pendidikan,
dan Kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jawa Timur secara simultan.
5. Koefisien determinan (adjusted R2) diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi sebesar 0.719449. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (Pertumbuhan Ekonomi) secara simultan dapat dijelaskan oleh
111
variabel independen (Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan) sebesar
71.94%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran dan rekomendasi
yang dapat saya berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Dalam rangka menanggulangi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur,
sebaiknya pemerintah daerah membuat kebijakan penanggulangan
kemiskinan yang lebih terfokus pada upaya untuk meningkatkan
pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara bersama-sama. Hal
tersebut dapat di lakukan dengan membuka lapangan pekerjaan yang
mampu menyerap angka pengangguran.
2. Dengan meningkatnya pendidikan di Provinsi Jawa Timur di setiap
tahunnya maka pemerintah harus memperhatikan sektor pendidikan,
karena pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia. Selain pendidikan formal, pemerintah
juga harus membangun sektor pendidikan yang meningkatkan softskill
masyarakat Jawa Timur. Saya dapat merekomendasikan membangun
BLK ( Balai Latihan Kerja), Workshop Ms. Officce yang di adakan di
setiap Desa.
3. Pemerintah Daerah harus meningkatkan infrastruktur di bidang
Kesehatan. Setiap Kabupaten/Kota di Jawa Timur harus merata
pembangunan infrastruktur di bidang kesehatannya agar pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur terus meningkat.
4. Untuk penelitian selanjutnya apabila mengangkat topik dan
pembahasan terkait Sumber daya manusia. Disarankan untuk
melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel
independen lainnya, serta memperpanjang periode penelitian.
cxii
DAFTAR PUSTAKA
Adam Smith (1776). “An Inquiry into the Nature of Causes of the Wealth of
Nations” dalam Mark Skusen (2005); Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern,
Jakarta Prenada.
Albornoz. (2007). ”Menuju Kesejahteraan dalam Masyarakat Hutan: Buku
Panduan untuk Pemerintah Daerah”. Bogor: Cifor.
Amijaya, Deny Tisna. 2008. Pengaruh Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan,
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 2003-2004. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: UNDIP
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). 2016. http://bkkbn.go.id//
Badan Pusat Statistik. 2019. Data Kemiskinan. Jakarta: Biro Statistik RI
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis,
Cetakan Kedua, Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.
Bappenas, 2014. Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia,
Jakarta.
Becker, G. S. (1975). Investment in Human Capital: Effects on Earnings. Dalam
G. S. Becker (Ed.), Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis , with
Special Reference to Education (Vol. I, pp. 13–44)
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
BPS. (2014). Kemiskinan Nasional. http://www.bps.go.id/kemiskinan Indonesia
Cahyat Ade, Gonner Christian, Haug Michaela. 2007. Mengkaji Kemiskinan dan
Kesejahteraan Keluarga. Bogor: Cifor.
Dadan Hudaya, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia. (Skripsi). Institut Pertanian, Bogor.
Dahuri, R., J. Rais, SP. Ginting, dan J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya
Damodar N. Gujarati. (2007). Dasar-dasar ekonometrika. Erlangga, Jakarta.
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti. 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.http://deptan.go.id.
Hsiao, C. (2003). Analysis of Panel Data (2 ed.). New York: Cambridge
University Press.
cxiii
Jhingan, M. L. (2003). Ekonomi pembangunan dan perencanaan, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, M. 2006. Ekonomi Pembangunan: Teori Masalah dan Kebijakan. UPP
STIM YKPN, Yogyakarta
Kuznets, S. (1955). Economic Growth and Income Inequality. American
Economic Review
Mills, A. dan Gilson, L. 1990. Ekonomi Kesehatan untuk Negara Sedang
Berkembang. Jakarta: Unit Analisa Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman. 2008. Penggunaan Teknik
Ekonometri, Edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Riswandi. 2009. Hubungan Kausalitas Jangka Panjang Investasi Pendidikan
dengan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Provinsi Aceh melalui Analisis
Vector Autoregression (VAR).
(http://guruindonesia.net/admin/file/f_9235_80_Riswandi_HubunganKausalitasJa
ngkaPanjangInve stasi.doc, diakses tanggal 20 September 2013).
Santoso, Singgih.2010. Statistik Parametrik, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Cetakan Pertama, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, PT Gramedia, Jakarta
Simanjuntak, 1998, Payaman, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Solow, R.M. 1970, Growth Theory. Oxford : Oxford University Press
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukirno,Sadono, 2006, Ekonomi Pembangunan, Jakarta:Kencana.
Suryawati, Chriswardani. 2005. Memahami Kemiskinan Secara
Multidimensional.Semarang; Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Swan, T. W. (1956). Economic Growth and Capital Accumulation. Economic
Records, 32(1), 334–361.
Takii, Katsuya. 1997. Jobs, Education and Underdevelopment Trap. Journal
International Trade and Economic Development. Vol 6. http//www. osipp. osuka-
u.ac.jp. Diakses tanggal 14 Agustus 2008
cxiv
Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2012. Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan. Jakarta: Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahtaraan
Rakyat.
Tjiptoherijanto, Prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tjiptoherijanto, Prijono & Said Z. Abidin. 1993. Reformasi Administrasi Dan
Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jilid 1. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi (edisi
kesembilan, jilid I). Jakarta : Erlangga
Widodo, T. S. 2000. Indikator Ekonomi; Dasar Perhitungan Perekonomian
Indonesia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Winarno, Wing Wahyu, 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno,W.W. 2011.Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Edisi
Ketiga, Cetakan pertama.UPP STIM YKPN.Yogyakarta
Wing Wahyu Winarno. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP STIM
YKPN).
World Health Organization. An Expanded DOTS Framework for effective
Tuberculosis Control.Geneva.World Health Organization, 2002
Wooldridge, Jeffrey M., (2009), Introductory Econometrics: A Modern Approach,
Fourth Ed., South Western Cengage Learning, Canada
cxv
LAMPIRAN
Tabel presentase penduduk miskin Jawa Timur
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten Pacitan 17,29 16,73 16,18 16,68 15,49
Kabupaten Ponorogo 11,76 11,92 11,53 11,91 11,75
Kabupaten Trenggalek 14,21 13,56 13,10 13,39 13,24
Kabupaten
Tulungagung 9,40 9,07 8,75 8,57 8,23
Kabupaten Blitar 10,74 10,57 10,22 9,97 9,88
Kabupaten Kediri 13,71 13,23 12,77 12,91 12,72
Kabupaten Malang 11,04 11,48 11,07 11,53 11,49
Kabupaten Lumajang 12,40 12,14 11,75 11,52 11,22
Kabupaten Jember 11,81 11,68 11,28 11,22 10,97
Kabupaten
Banyuwangi 9,97 9,61 9,29 9,17 8,79
Kabupaten
Bondowoso 15,81 15,29 14,76 14,96 15,00
Kabupaten Situbondo 14,34 13,65 13,63 13,63 13,34
Kabupaten
Probolinggo 22,22 21,21 20,44 20,82 20,98
Kabupaten Pasuruan 11,58 11,26 10,86 10,72 10,57
Kabupaten Sidoarjo 6,44 6,72 6,40 6,44 6,339
Kabupaten Mojokerto 10,71 10,99 10,56 10,57 10,61
Kabupaten Jombang 12,23 11,17 10,80 10,79 10,70
Kabupaten Nganjuk 13,22 13,60 13,14 12,69 12,25
Kabupaten Madiun 13,70 12,45 12,04 12,54 12,69
Kabupaten Magetan 11,50 12,19 11,80 11,35 11,03
Kabupaten Ngawi 15,99 15,45 14,88 15,61 15,27
cxvi
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Miskin
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Bojonegoro 16,66 16,02 15,48 15,71 14,60
Kabupaten Tuban 17,84 17,23 16,64 17,08 17,14
Kabupaten Lamongan 16,70 16,18 15,68 15,38 14,89
Kabupaten Gresik 14,35 13,94 13,41 13,63 13,19
Kabupaten Bangkalan 24,70 23,23 22,38 22,57 21,41
Kabupaten Sampang 27,97 27,08 25,80 25,69 24,11
Kabupaten Pamekasan 19,61 18,53 17,74 17,41 16,70
Kabupaten Sumenep 21,96 21,22 20,49 20,20 20,09
Kota Kediri 8,14 8,23 7,95 8,51 8,40
Kota Blitar 6,75 7,42 7,15 7,29 7,18
Kota Malang 5,21 4,87 4,80 4,60 4,33
Kota Probolinggo 10,92 8,55 8,37 8,17 7,97
Kota Pasuruan 7,90 7,60 7,34 7,47 7,62
Kota Mojokerto 6,48 6,65 6,42 6,16 5,73
Kota Madiun 5,37 5,02 4,86 4,89 5,16
Kota Surabaya 6,25 6,00 5,79 5,82 5,63
Kota Batu 4,47 4,77 4,59 4,71 4,48
JAWA TIMUR 13,08 12,73 12,28 12,34 12,05
cxvii
Tabel rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Timur
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 6.85 6.9 7.05 7.14 7.23
Kabupaten
Pacitan 6.21 6.32 6.43 6.88 6.89
Kabupaten
Ponorogo 6.57 6.86 6.91 6.96 6.97
Kabupaten
Trenggalek 6.55 6.74 6.87 7.18 7.19
Kabupaten
Tulungagung 7.41 7.44 7.45 7.72 7.73
Kabupaten Blitar 6.59 6.67 6.82 7.24 7.25
Kabupaten Kediri 7.08 7.24 7.41 7.41 7.58
Kabupaten
Malang 6.51 6.59 6.66 6.73 6.98
Kabupaten
Lumajang 5.78 5.88 6.03 6.04 6.05
Kabupaten
Jember 5.58 5.62 5.63 5.76 6.05
Kabupaten
Banyuwangi 6.68 6.84 6.87 6.88 6.93
Kabupaten
Bondowoso 5.31 5.48 5.52 5.53 5.54
Kabupaten
Situbondo 5.16 5.28 5.54 5.67 5.68
Kabupaten
Probolinggo 5.16 5.61 5.64 5.66 5.67
Kabupaten
Pasuruan 5.96 6.08 6.36 6.5 6.58
Kabupaten
Sidoarjo 9.7 10 10.09 10.1 10.22
Kabupaten 7.3 7.57 7.74 7.75 7.76
cxviii
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Mojokerto
Kabupaten
Jombang 7.37 7.4 7.52 7.59 7.68
Kabupaten
Nganjuk 7 7.15 7.31 7.33 7.34
Kabupaten
Madiun 6.74 6.74 6.89 6.99 7
Kabupaten
Magetan 7.33 7.43 7.55 7.65 7.66
Kabupaten Ngawi 6.23 6.27 6.52 6.53 6.54
Kabupaten
Bojonegoro 5.8 5.9 6.14 6.64 6.65
Kabupaten Tuban 5.82 6.14 6.18 6.2 6.25
Kabupaten
Lamongan 6.84 7.06 7.27 7.28 7.29
Kabupaten Gresik 8.41 8.41 8.42 8.93 8.94
Kabupaten
Bangkalan 4.89 4.9 5.07 5.08 5.13
Kabupaten
Sampang 3.27 3.34 3.49 3.65 3.79
Kabupaten
Pamekasan 5.36 5.68 5.72 5.73 6.08
Kabupaten
Sumenep 4.48 4.58 4.77 4.89 5.08
Kota Kediri 9.49 9.57 9.7 9.88 9.89
Kota Blitar 9.52 9.53 9.81 9.87 9.88
Kota Malang 9.67 9.82 9.97 10.13 10.14
Kota Probolinggo 8.17 8.42 8.44 8.46 8.47
Kota Pasuruan 8.88 9.03 9.06 9.07 9.08
cxix
Wilayah Rata-rata Lama Sekolah
2012 2013 2014 2015 2016
Kota Mojokerto 9.87 9.91 9.91 9.92 9.93
Kota Madiun 10.68 10.9 10.9 11.08 11.09
Kota Surabaya 9.95 10.1 10.07 10.24 10.44
Kota Batu 7.75 8.34 8.41 8.44 8.45
cxx
Tabel angka harapan hidup Provinsi Jawa Timur
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Timur 70.14 70.34 70.45 70.68 70.74
Kabupaten
Pacitan 70.61 70.7 70.75 71.05 71.18
Kabupaten
Ponorogo 71.78 71.85 71.88 72.08 72.18
Kabupaten
Trenggalek 72.44 72.49 72.51 72.91 73.03
Kabupaten
Tulungagung 72.82 72.86 72.88 73.28 73.4
Kabupaten
Blitar 72.42 72.47 72.5 72.8 72.89
Kabupaten
Kediri 71.97 72.02 72.04 72.14 72.2
Kabupaten
Malang 71.72 71.76 71.78 71.98 72.05
Kabupaten
Lumajang 68.92 69.02 69.07 69.27 69.38
Kabupaten
Jember 67.65 67.75 67.8 68.2 68.37
Kabupaten
Banyuwangi 69.79 69.88 69.93 70.03 70.11
Kabupaten
Bondowoso 65.22 65.36 65.43 65.73 65.89
Kabupaten
Situbondo 67.93 68.03 68.08 68.28 68.41
Kabupaten
Probolinggo 65.58 65.69 65.75 66.15 66.31
Kabupaten
Pasuruan 69.75 69.8 69.83 69.83 69.86
Kabupaten
Sidoarjo 73.43 73.43 73.43 73.63 73.67
cxxi
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kabupaten
Mojokerto 71.72 71.75 71.76 71.96 72.03
Kabupaten
Jombang 71.28 71.34 71.37 71.67 71.77
Kabupaten
Nganjuk 70.76 70.83 70.87 70.97 71.04
Kabupaten
Madiun 69.59 69.7 69.76 70.36 70.55
Kabupaten
Magetan 71.79 71.87 71.91 72.01 72.09
Kabupaten
Ngawi 71.19 71.28 71.33 71.53 71.63
Kabupaten
Bojonegoro 69.98 70.07 70.11 70.51 70.67
Kabupaten
Tuban 70.15 70.22 70.25 70.55 70.67
Kabupaten
Lamongan 71.35 71.43 71.47 71.67 71.77
Kabupaten
Gresik 72.18 72.19 72.2 72.3 72.33
Kabupaten
Bangkalan 69.56 69.6 69.62 69.72 69.77
Kabupaten
Sampang 67.43 67.46 67.48 67.58 67.62
Kabupaten
Pamekasan 66.48 66.53 66.56 66.86 66.95
Kabupaten
Sumenep 69.9 69.98 70.02 70.42 70.56
Kota Kediri 73.49 73.51 73.52 73.62 73.65
Kota Blitar 72.66 72.69 72.7 73 73.09
Kota Malang 72.25 72.28 72.3 72.6 72.68
cxxii
Wilayah Angka Harapan Hidup (persen)
2012 2013 2014 2015 2016
Kota
Probolinggo 69.46 69.5 69.52 69.72 69.79
Kota Pasuruan 70.48 70.52 70.54 70.84 70.93
Kota Mojokerto 72.33 72.37 72.39 72.69 72.78
Kota Madiun 72.33 72.38 72.41 72.41 72.44
Kota Surabaya 73.8 73.83 73.85 73.85 73.87
Kota Batu 72.02 72.05 72.06 72.16 72.2
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1336.596544 (38,153) 0.0000
Cross-section Chi-square 1132.567380 38 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 18:03
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.071302 3.921852 0.018181 0.9855
KEMISKINAN -0.012883 0.031416 -0.410062 0.6822
PENDIDIKAN -0.126219 0.106098 -1.189651 0.2357
KESEHATAN 0.157836 0.058645 2.691380 0.0077
R-squared 0.041749 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.026698 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 1.153870 Akaike info criterion 3.144419
Sum squared resid 254.3002 Schwarz criterion 3.211557
Log likelihood -302.5808 Hannan-Quinn criter. 3.171602
F-statistic 2.773852 Durbin-Watson stat 0.007461
Prob(F-statistic) 0.042692
cxxiii
Uji Hausman
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Multikolinieritas
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 35.073804 3 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
KEMISKINAN -0.031591 -0.026688 0.000005 0.0311
PENDIDIKAN 0.325727 0.316287 0.000088 0.3130
KESEHATAN 0.354226 0.327576 0.000150 0.0297
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PEREKO
Method: Panel Least Squares
Date: 02/25/19 Time: 17:56
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 39
Total panel (balanced) observations: 195
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -16.88893 2.788427 -6.056793 0.0000
KEMISKINAN -0.031591 0.012410 -2.545528 0.0119
PENDIDIKAN 0.325727 0.044761 7.276943 0.0000
KESEHATAN 0.354226 0.041585 8.518219 0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.997122 Mean dependent var 10.17042
Adjusted R-squared 0.996351 S.D. dependent var 1.169588
S.E. of regression 0.070653 Akaike info criterion -2.273875
Sum squared resid 0.763744 Schwarz criterion -1.568922
Log likelihood 263.7029 Hannan-Quinn criter. -1.988448
F-statistic 1292.932 Durbin-Watson stat 1.116552
Prob(F-statistic) 0.000000
cxxiv
Hasil Uji Heterokedasitas
Hasil Estimasi