i
i
PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SEBAGAI IBU KOTA BARU BAGI KABUPATEN
(Studi Tentang Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai
Ibu Kota Kabupaten Blitar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
LAILATUL WAKHIDA
NIM. 135030601111001
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN
MALANG
2017
ii
ii
MOTTO
-main
dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa, maka tidakkah kamu
(Qs. Al-
supaya mereka beribadah kepada-
(Qs. Adz-Dzariyat : 56)
dho Kedua Orang Tua dan
(Hasan. At-Tirmidzi : 1899, HR.al-Hakim : 7249)
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
vi
RINGKASAN
Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Sebagai Ibu Kota Baru Bagi Kabupaten (Studi Tentang Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Seabagai Ibu Kota Kabupaten Blitar). Skripsi Minat Perencanaan Pembangunan. Ketua Pembimbing Dr. Hermawan, S.IP, M.Si, Anggota Pembimbing, Dr. Rer. Pol. Romy Hermawan, S.Sos., M.AP. Hal 270 + xix.
Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah yang memiliki perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Berbanding terbalik dengan perkembangan ekonomi yang pesat, Kabupaten Blitar justru belum mengembangkan kegiatan perekonomian di wilayahnya sendiri. Selama ini pusat kegiatan perekonomian masih menjadi satu di Kota Blitar. Oleh, karena itu, Kabupaten Blitar perlu untuk melakukan pengembangan pusat kegiatan di wilayahnya sendiri untuk memperbaiki kondisi wilayahnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan disahkannya Peraturan Pemerintah No 3 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari wilayah Kota Blitar ke wilayah Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles, Huberman dan Saldana (2014) yang meliputi (1) pengumpulan data, (2) kondensasi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan. Fokus penelitian ini pertama, perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai ibu kota baru Kabupaten Blitar; kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai ibu kota baru Kabupaten Blitar, antara lain faktor internal dan faktor eksternal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Biltar melakukan perencanaan pengembangan wilayah sesuai dengan potensi daerah. Wilayah utara cenderung berkembang pesat dibandingkan wilayah selatan. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten Blitar dilakukan pembangunan ke arah selatan, sehingga dapat mengembangkan wilayah yang belum berkembang. Lokasi wilayah Kecamatan Kanigoro berada di central Kabupaten Blitar dan relatif aman berdasarkan resiko bencana. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro menjadi Ibu Kota Kabupaten Blitar merupakan perencanaan yang menyeluruh. Pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam melaksanakan pengembangan wilayah, agar dapat menjadi kota yang ramah terhadap masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blitar. Kata Kunci : Perencanaan, Pengembangan Wilayah, Kecamatan, Ibu Kota
Kabupaten
vii
vii
SUMMARY
Lailatul Wakhida, 2017, "Development Planning of Subdistrict as the New Local Capital City of the Regency" (Study of the Regional Development of Kanigoro Subdistrict as the Local Capital City of Blitar Regency). Thesis of Development Planning Interest. Advisor Chairman Dr. Hermawan, S. IP, M.Si, Advisor Member, Dr. rer. pol. Romy Hermawan, S. Sos., M.AP. Page 270 + xix.
Blitar is one of the area that has a fairly rapid economic development. Inversely with the rapid of the economic development, Blitar regency has not developed the economic activities yet in its own region. During this time, the center of economic activity is still included in Blitar town. Therefore, Blitar Regency needs to implement the development of activities center on its own region to improve the conditions of its region. This is done in accordance with the legalizing of Government Regulation No. 3 of 2010 about the transfer of the capital from Blitar town to Kanigoro Subdistrict in Blitar Regency of East Java Province.
This study uses descriptive study with a qualitative approach. The data analysis in this study uses Miles interactive model, Huberman and Saldana (2014) which includes (1) data collection, (2) data condensation, (3) data presentation, and (4) conclusion. The focus of this study firstly, the development planning of Kanigoro subdistrict as the new capital of Blitar Regency; secondly, the factors that influence the development planning of Kanigoro subdistrict as the new capital in Blitar Regency, including internal factors and external factors.
The result of the study showed that Biltar Regency implements the regional development planning in accordance with the region potensial. In the development of the region, the northern region tends to develop rapidly than the south. Therefore, for equalization the development of the region in Blitar Regency is done by the development to the south region, so it can develop the underdeveloped region. Development planning of Kanigoro subdistrict becomes the capital of Blitar Regency is the whole planning. The development of Kanigoro subdistrict needs long time and a lot of finance. Therefore, it is needed a cooperation of the government, private sector and the inhabitants in implementing the regional development, in order to become a city that is friendly for the inhabitants and it can improve the prosperity of the inhabitants in Blitar Regency. Keywords: Planning, Regional Development, Subdistrict, Local Capital City
viii
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pertama-tama tanpa lupa mengucap Alhamdulillah kepada Allah SWT atas selesainya penulisan skripsi ini. Tanpa Karunia Allah SWT yang memiliki 99 Asmaul Khusna, yang tercermin Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, skripsi ini tidak akan pernah kunjung selesai. Skripsi ini aku persembahkan kepada orang-orang yang tercinta. Kepada Ayahandaku Surojun Munir, S.Sos yang selalu before time menjaga dan merawatku disetiap aku sakit. Orang yang selalu memberikan contoh yang baik, untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW atas kekhawatiran atas anak perempuannya. Orang yang tak pernah berhenti memberikan semangat untuk dapat memprioritaskan hal yang terpenting dalam hidup, agar aku tidak jatuh sakit lagi. Ku persembahkan pula skripsi ini kepada Ibundaku Nurohmah, S.Pd, terimakasih untuk segalanya, telah melahirkan dan membesarkanku, darah dagingku dari air susu Ibu, jiwa dan ragaku dari kasih sayang Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang mencintaiku tanpa ada batasan. Ibu mampu menjadikan duniaku menjadi syurga. Apa yang aku sebutkan, esok harinya Ibu selalu memberikannya untukku. Doa Ibu adalah kunci keberhasilan terpenting dalam hidup dunia dan akhiratku. Tak lupa kuucapkan terimakasih untuk kakakku Mbak Nurul Qomariyah, A.md yang sudah merawatku ketika aku sakit dan lemah tak berdaya. Selalu merawatku, menjagaku, mengantarkanku setiap kali aku masuk ruang IGD dan mengurusi segala keperluan hidupku di saat aku sakit. Dulu kita sering berantem seperti anak kecil. Kepada semua keluargaku, kakak pertamaku Mbak Miftakhul Hidayati, S.E, buat nenekku Darmiati terimakasih sudah merawatku saat aku sakit dan nenekku Khalimah terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini dan semua sahabatku yang selalu memberikan semangat, nasehat baik, dan selalu memberikan doa-doa terbaik untukku (Rima, Yusuf, Asri, Qorimah, Balqis, nandar, Dany Saila, Ulya, Puput, Bagus, Becca, Qori, Tika, Amy, Yebrin, Deni, Gig, Mega, Ogig, Dea Radista, Rika, Safina, Agus Tina, Dela, Isti, Dista. Teman-teman kos, organisasi MW, RSC, LKP3, sahabat kursus di Kampung Inggris dan semua tetanggaku yang nanti akan menjadi orang-orang pertama yang akan menolongku ketika ada kesusahan sebelum saudara jauhku datang, terimakasih banyak semoga Allah selalu melindungi kita semua dan mengumpulkan kita lagi di SyurgaNya Aamiin Ya Robbal Allamiin. Thanks by Lailatul Wakhida
ix
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro
Sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar (Studi Pada Badan Perencanaan
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini panulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik
Universitas Brawijaya
3. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
4. Bapak Dr. rer. pol. Romy Hermawan, S.Sos, M.AP selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis
x
x
5. Bapak Heri Widyatmoko, S.Pt selaku Kepala Bidang Prasarana dan Wilayah
di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar yang telah
bersedia menjadi informan terkait keseluruhan perencanaan pengembangan
wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar
6. Ibu Asmaningayu Dewi L., ST. MM selaku Kepala Sub Bidang Tata Ruang
Prasarana dan Wilayah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan informasi terkait
penyusunan master plan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro
7. Bapak Omar Brahmanto, ST., M.Si selaku staf Bidang Prasarana dan Wilayah
di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar yang telah
bersedia memberikan informasi terkait perencanaan pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar
8. Bapak Moh. Irfan Fauzi, ST selaku Staf Bidang Tata Ruang di Dinas PU Cipta
Karya dan Tata Ruang Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan
informasi terkait rencana teknis pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro
sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar
9. Bapak Suprihono selaku Sekertaris Lurah dan pengurus LPMD di Kecamatan
Ponggok yang telah memberikan informasi terkait perencanaan pemindahan
Ibu Kota Kabupaten Blitar
10. Bapak Ir. H. M. Heri Romadhon, MM selaku Wakil Ketua II Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan
informasi terkait proses perencanaan pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar
dan informasi terkait pengesahan PP No. 3 Tahun 2010 tentang Pemindahan
xi
xi
Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Blitar dari wilayah Kota Blitar ke Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar Jawa Timur.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 3 Mei 2017
Penulis
xii
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i MOTTO .............................................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ...................................................v RINGKASAN ....................................................................................................vi SUMMARY .......................................................................................................vii LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................................viii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii DAFTAR ISI ......................................................................................................ix DAFTAR TABEL .............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii DAFTARLAMPIRAN ......................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................1 B. Perumusan Masalah ....................................................................11 C. Tujuan Penelitian ........................................................................12 D. Kontribusi Penelitian ..................................................................12 E. Sistematika Penulisan..................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik ......................................................................15 B. Administrasi Pembangunan ...........................................................18
1. Pengertian Administrasi Pembangunan .....................................18 2. Ciri-ciri Administrasi Pembangunan .........................................20
C. Perencanaan ...................................................................................21 1. Pengertian Perencanaan .............................................................21 2. Fungsi Perencanaan ...................................................................23 3. Unsur-unsur Perencanaan ..........................................................24
D. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Spatial Planning) ..................26 1. Pengertian Tata Ruang Wilayah ................................................26 2. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah ........................................31
E. Pengembangan Wilayah .................................................................33 1. Pengertian Wilayah ....................................................................33 2. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah ...................34
xiii
xiii
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pengembangan Wilayah .............................................................40 F. Pengembangan Kota .......................................................................47
1. Pengertian Kota ..........................................................................45 2. Konsep Pengembangan Kota .....................................................46 3. Citra Kota ...................................................................................55 4. Ibu Kota Kabupaten ...................................................................57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...........................................................................61 B. Fokus Penelitian ..........................................................................61 C. Lokasi dan Situs Penelitian .........................................................63 D. Sumber dan Jenis Data ................................................................64 E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................68 F. Instrumen Penelitian ...................................................................69 G. Analisis Data ..............................................................................69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian .......................... 72 1.Gambaran Umum Kabupaten Blitar ...................................... 72
a. Kondisi Geografis ............................................................ 72 b. Kondisi Iklim ................................................................... 75 c. Wilayah Rawan Bencana ................................................. 75 d. Kondisi Demografi .......................................................... 76 e. Sarana Transportasi .......................................................... 79
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar ..................................................................................... 80
a. Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................81 b. Visi dan Misi ...................................................................82 c. Struktur Organisasi ..........................................................82
3. Gambaran Umum Kecamatan Kanigoro ..............................87 a. Kondisi Geografis ............................................................88 b. Fisik Dasar Kecamatan Kanigoro ....................................89 c. Jenis Tanah ......................................................................91 d. Kondisi Iklim ...................................................................93
f. Sarana Transportasi .........................................................94 4. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan .............................94
a. Deliniasi Wilayah Perencanaan .......................................94 b. Profil Wilayah Perencanaan ............................................96
xiv
xiv
B. Penyajian Data ..............................................................................97 1. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...............97
a. Physical Planning (Perencanaan Fisik) ............................101 1) Master Plan ..................................................................102 2) Kajian Aspek Lingkungan ............................................139
b. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro ................................................................................144
1) Aksesibilitas Lembaga Keuangan ................................145 2) Kesempatan Kerja ........................................................149 3) Investasi ........................................................................152
c. Social Planning (Perencanaan Sosial) ...............................157 1) Kebijakan Demografis ..................................................158
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...................................................163
a. Faktor Internal ...................................................................163 1) Sistem yang Digunakan ................................................163 2) Sumber Daya Anggaran ...............................................166 3) Sumber Daya Perencana ...............................................171
b. Faktor Eksternal ................................................................174 1) Kewilayahan .................................................................174 2) Kemasyarakatan ...........................................................178 3) Penggunaan Teknologi .................................................181
C. Analisis Data................................................................................184 1. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar .................184
a. Physical Planning (Perencanaan Fisik) .............................192 1) Master Plan ..................................................................193 2) Kajian Aspek Lingkungan ............................................201
b. Macro-Economic Planning, (Perencanaan Ekonomi Makro ................................................................................205
1) Aksesibilitas Lembaga Keuangan ................................206 2) Kesempatan Kerja ........................................................209 3) Investasi ........................................................................209
c. Social Planning (Perencanaan Sosial) ...............................213 1) Kebijakan Demografis ..................................................213
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...................................................217
xv
xv
a. Faktor Internal ...................................................................117 1) Sistem yang Digunakan ................................................218 2) Sumber Daya Anggaran ...............................................220 3) Sumber Daya Perencana ...............................................222
b. Faktor Eksternal ................................................................225 1) Kewilayahan .................................................................225 2) Kemasyarakatan ...........................................................227 3) Penggunaan Teknologi .................................................229
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................233 B. Saran ...........................................................................................239
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................244
xvi
xvi
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Narasumber yang Diwawancarai ..............................................................64 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar dalam Sepuluh Tahun Terakhir ............................................................................77 3. Luas Ketinggian Kecamatan Kanigoro .....................................................90 4. Luas dan Prosentase Kelerengan Kecamatan Kanigoro............................91 5 Luas dan Jenis Tanah Kecamatan Kanigoro .............................................92 6. Banyaknya Hari Hujan, Jumlah Curah Hujan, Curah Hujan Tertinggi Rata Rata Curah Hujan Kecamatan Kanigoro...........................93 7. Daftar Kepemilikan Aset di Wilayah Kandidat Calon Ibu Kota Kabupaten Blitar .......................................................................................103 8. Potential Lost dan Potential Gain dari Kegiatan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar .......................................................................................107 9. Database Sanimas Kecamatan Kanigoro Tahun 2006 2015 ..................130 10. Peningkatan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2006 Hingga Tahun 2010 ...................................................................................158 11. Prakiraan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2011-2015 .................................................................................................158 12. Rencana Pendanaan Perwujudan Rencana Struktur Ruang Kabupaten Blitar ............................................................................169 13. Rencana Pendanaan Perwujudan Rencana Pola Ruang Kabupaten Blitar ..........................................................................................................170 14. Sumber Daya Perencana dalam Penyusunan Dokumen Pemindahan Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar Berdasarkan Bidang Perencanaan dan Pengendalian ......................................................................................173
xvii
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Blitar Tahun 2009-2012 (Persen) ...........................................7 2. Bagan Komponen Kekuasaan Politik........................................................17 3. Bagan Formulasi dan Kombinasi Elemen Citra Kota ...............................56 4. Analisis Data Model Interaktif ..................................................................70 5. Peta Wilayah Kabupaten Blitar .................................................................73 6. Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Blitar .....................................76 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015 (Jiwa) .................77 8. Siklus Perencanaan dan Penganggaran ....................................................87 9. Lokasi Kecamatan Kanigoro .....................................................................89 10. Deliniasi Wilayah Perencanaan.................................................................94 11. Analisa Penilaian Kelayakan Pemilihan Lokasi Calon Ibu Kota Kabupaten Blitar .......................................................................................107 12. Peta Wilayah Kecamatan Kanigoro Ibu Kota Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur .................................................................................108 13. Kecamatan Kanigoro dilihat secara Lokasi dan Jangkauan Pelayanan ....109 14 Kecamatan Kanigoro dilihat secara Perkembangan Wilayah ...................110 15. Kecamatan Kanigoro dilihat berdasarkan Resiko Bencana Alam ............111 16. Kecamatan Kanigoro dilihat berdasarkan Aksesibilitas ...........................112 17. Ketersediaan Lahan di Perkotaan Kanigoro ..............................................113 18. Tanggapan Masyarakat dari Hasil Konsultasi Publik dalam Rencana Penetapan Kanigoro Sebagai Lokasi Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar .......................................................................................114 19. Master Plan Kawasan Kompleks Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Blitar .......................................................................................116 20. Site Plan Kawasan Pemerintahan Kabupaten Blitar .................................119 21. Peta Strktur Ruang Kabupaten Blitar ........................................................121 22. Rencana Sistem Jaringan Jalan di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ...................................................................................123 23. Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .............................................................124 24. Rencana Sistem Parkiran di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................................126 25. Rencana Lokasi Tata Informasi dan Rambu di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .............................................................124 26. Rencana Elemen Citra Kota di Wilayah Perencanaan Perkotaan
xviii
xviii
Kanigoro .....................................................................................................127 27. Rencana Sistem Persampahan di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .....................................................................................................128 28. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................129 29. Rencana Sistem Jaringan Drainase di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................131 30. Rencana Titik dan Jalur Evakuasi Bencana di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ..............................................................132 31. Peta Pola Ruang Kabupaten Blitar ............................................................139 32. Rencana Lokasi Alun-alun dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pusat Pemerintahan abupaten Blitar ..........................................................141
xix
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Surat Pra Riset/Survey .................................................................................249 2. Surat Riset/Survey ........................................................................................250 3. Tanda Terima Berkas Izin Penelitian ...........................................................251 4. Surat Penelitian ke BAPPEDA Kabupaten Blitar ........................................252 5. Surat Penelitian ke Dinas Pemerintahan dan Ormas Kabupaten Blitar .......253 6. Pedoman Wawancara ...................................................................................254 7. SK Tim Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar .........................................256 8. PP No 3 Tahun 2010 ....................................................................................263 9. Curriculum Vitae ..........................................................................................268
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan wilayah diterapkan pada organisasi sektor publik sebagai
pendekatan dalam melaksanakan pembangunan daerah. Evolusi wilayah sudah
berlangsung semenjak 4000 tahun sebelum masehi dan memunculkan
pebelajaran, pengalaman, tradisi dan kecenderungan. (Catanese dan Synder,
1988:3). Tahun 1983 Menteri pengelola regional planning di Eropa
menghubungkan pengembangan wilayah dengan perencanaan tata ruang, yang
European regional/Spatial planning
mengatasi masalah, mengantisipasi dan mempersiapkan kebutuhan pada masa
depan. Seperti yang dihadapi Eropa, yaitu adanya diskriminasi sosial akibat
perbedaan pendapatan ekonomi, masalah geografis di mana tatanan penduduk
tidak teratur dengan perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar.
Penerapan perencanaan tata ruang di Eropa dilakukan melalui berbagai
aktifitas, yakni untuk mengatur penyebaran penduduk serta penyusunan
rencana pada tata guna tanah, perencanaan kota, perencanaan daerah,
perencanaan lingkungan, rencana tata ruang nasional hingga tingkat
internasional. Adanya pengembangan wilayah tersebut, telah berhasil
meningkatkan kemampuan dalam menyusun perencanaan di pusat-pusat
pertumbuhan kota (Williams, 1996:14).
Pengembangan wilayah juga telah diterapkan di Yunani dalam
meningkatkan kegiatan pengembangan perkotaan. Adapun ungkapan bahwa
1
2
e
of urban centers in Greece in the context of regional and spatial planning
(Christofakis dan Athanasios, 2011:5). Pendapat di atas menjelaskan bahwa
dalam beberapa tahun terakhir, terdapat usaha dari pemerintah Yunani untuk
mendorong peran pembangunan pusat-pusat kota di Yunani dalam konteks
perencanaan wilayah dan tata ruang. Penerapan strategi dalam pengembangan
perkotaan dan daerah telah berhasil memunculkan kemampuan perencanaan
pusat-pusat pertumbuhan kota di Yunani serta mampu mengatasi masalah
demografis, di mana jumlah kematian lebih besar daripada jumlah kelahiran,
jumlah imigran yang menetap di Yunani mencapai lebih dari satu juta jiwa
tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Yunani.
Kondisi pengembangan wilayah di Yunani tersebut, juga terjadi di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), Pemerintah Republik Indonesia juga telah melakukan
upaya dalam pengembangan wilayah. Upaya tersebut, salah satunya dilakukan
melalui pemindahan pusat pemerintahan sebagai ibu kota. Sejarah pemindahan
Ibu Kota Indonesia diawali pada tahun 1946 dari Kota Jakarta ke Kota
Yogyakarta. Pemindahan tersebut dilakukan untuk mempercepat proses
penyempurnaan organisasi negara. Pada tahun 1948 Ibu Kota Indonesia
kembali dipindah ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, karena adanya kondisi
pemerintahan yang kurang aman dan tertangkapnya para pemimpin oleh
Belanda. Lokasi ibu kota tersebut, dipindah kembali ke Bireuen Aceh pada
tahun 1949, namun hanya berlangsung selama satu minggu akibat ibu kota
3
sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda, dan hingga saat ini Ibu Kota
Indonesia berpusat kembali di Kota Jakarta. (www.jadiberita.com)
Ketentuan lokasi Ibu Kota Indonesia di Kota Jakarta tersebut, telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dijelaskan pada Undang-undang tersebut bahwa Ibu Kota Jakarta
sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki fungsi dan
peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Lokasi Ibu Kota Indonesia yang
selama ini telah mengalami beberapa kali pemindahan, perlu adanya ketentuan
yang konsisiten. Hal tersebut juga telah dijelaskan Archibugi (2008:29) bahwa
kegiatan pengembangan wilayah harus memiliki orientasi yang bersifat
menyeluruh, lengkap serta konsisten dengan rencana yang disusun sebelumnya.
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, pemerintah
perlu menyusun cara dalam menentukan kebijakan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan pemerintah dalam menentukan lokasi ibu kota dapat
dilakukan melalui penyusunan perencanaan.
Adanya perencanaan yang dilakukan dalam pengembangan wilayah
kecamatan sebagai ibu kota seharusnya disusun dengan baik. Tiwari dalam
Nallathiga (2009:145) menjelaskan Rencana awal dapat dikatakan
baik, apabila mampu memenuhi kebutuhan dalam pertumbuhan kota dengan
memperhatikan beberapa aspek, yakni (policy), (practice focused much on
4
regulation) dan (the quality of life) untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Adanya rencana awal yang baik, mampu memenuhi kebutuhan
pertumbuhan kota dengan mengacu pada kebijakan dan pelaksanaan yang
berfokus pada regulasi yang telah ditetapkan serta memperhatikan peningkatan
kualitas hidup, agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terkait regulasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
perencanaan yang dilaksanakan dalam pembangunan dilakukan untuk
mencapai tujuan bernegara. Pelaksanaan perencanaan pembangunan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) berdasarkan asas otonomi serta prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI. Pada Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa
pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan
prinsip-prinsip bersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan nasional. Salah satu prinsip yang sangat penting tersebut adalah
kemandirian. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya langkah suatu daerah
untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa otonomi daerah
merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negera Kesatuan Republik Indonesia. Disebutkan pada pasal 31
5
ayat (2) bahwa penataan daerah memiliki beberapa tujuan, yakni untuk
mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Adapun
tujuan lain adalah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan, meningkatkan daya saing
nasional dan daya saing daerah serta untuk memelihara keunikan adat istiadat,
tradisi dan budaya.
Sesuai dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, maka
pemerintah dituntut untuk mampu menata dan mengelola daerahnya sendiri
sesuai dengan sumber daya yang dimiliki di daerahnya. Hal tersebut salah
satunya dilakukan melalui kegiatan pemindahan ibu kota atau pusat
pemerintahan daerah. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016:1) dijelaskan
bahwa ibu kota kabupaten merupakan tempat kedudukan pusat pemerintahan
pada tingkat kabupaten atau daerah tingkat II. Pada tahun 2008 beberapa
daerah di Jawa Timur telah melakukan pemindahan ibu kota kabupaten, yang
awalnya berada di wilayah kota dan saat ini telah dipindah pada daerahnya
sendiri, antara lain Kabupaten Malang yang dilakukan sejak tahun 2008,
berpindah dari wilayah kota Malang ke Kecamatan Kepanjen, agar pemberian
pelayanan kepada masyarakat lebih efektif serta dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat
(Permata, 2009:1). Selain itu, Kabupaten Probolinggo juga telah melakukan
pemindahan ibu kota sejak tahun 2010, yang berpindah dari wilayah kota
Probolinggo ke Kecamatan Krakasan, untuk mengurangi kesenjangan
6
pembangunan di daerah serta untuk memudahkan pelayanan bagi masyarakat
(Wiranata, 2012:9).
Selain daerah tersebut, saat ini Pemerintah Kabupaten Blitar juga telah
melakukan upaya dalam pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar, yang
awalnya menjadi satu di wilayah kota Blitar dan saat ini telah berpindah ke
Kecamatan Kanigoro. Sesuai ketentuan yang disahkan oleh Presiden Republik
Indonesia mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar, yakni Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu
Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Wilayah Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut sesuai dengan
dasar hukum Negara Indonesia yang dijelaskan bahwa Kabupaten Blitar
dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1950 tentang
Pemerintahan Daerah Kabupaten di erstatus Jawa Timur, dan berdasarkan pasal
2 ayat (1), Pemerintahan Daerah Kabupaten Blitar berkedudukan di Kota
Blitar, melalui perkembangannya, Kota Blitar bsebagai pemerintahan daerah
kota kecil berdasarkan pada Undang-undang Nomor 17 tahun 1950 berhak
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Berkurangnya campur tangan pemerintah pusat menjadikan pemerintah
daerah memiliki kemandirian dalam mengatur dan mengelola daerahnya sesuai
dengan sumber daya yang dimiliki. Sebagai bentuk kemandirian tersebut,
Pemerintah Kabupaten Blitar berupaya untuk melakukan pembangunan dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna memenuhi biaya rutinitas
sebagai daerah otonom. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan
7
pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
untuk menggambarkan kondisi kenaikan atau penurunan kuantitas produksi
barang dan jasa di Kabupaten Blitar pada periode satu tahun yang didasarkan
pada ada atau tidaknya penambahan output produksi sektoral. Kondisi
perekonomian Kabupaten Blitar dapat dilihat dari aspek Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang tertera pada grafik berikut.
Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Blitar Tahun 2009-2012 (Persen)
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Blitar dalam Katalog Produk
Domestik Regional Bruto, 2013
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 hingga
2012 pertumbuhan PDRB di Kabupaten Blitar cenderung meningkat secara
stabil. Kenaikan yang terjadi bersifat perlahan, tetapi hal tersebut nantinya
diupayakan agar mampu meningkatkan laju PDRB dari tahun ke tahun.
Peningkatan kapasitas produksi tersebut masih berada pada level sedang yang
diindikasikan dengan besaran laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Blitar masih
berada pada rentang 5-6 persen. Mulai tahun 2009 hingga 2012 mengalami
8
percepatan laju produksi sebesar 19,95 persen. Hal ini berarti telah terjadi
percepatan laju produksi secara rata-rata setiap tahun sebesar 6,65 persen.
Upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar
merupakan kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pengembangan wilayah.
Kegiatan pengembangan wilayah melalui pemindahan ibu kota tersebut, selain
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian, juga adanya aspirasi
masyarakat Kabupaten Blitar. Hal ini disebabkan karena masyarakat merasa
bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah masih kurang efektif dan efisien.
Lokasi Ibu Kota Kabupaten Blitar yang awalnya menjadi satu di Kota Blitar
jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga aksesibilitas masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan administratif selama ini kurang merata. Kondisi ini
sesuai dengan pendapat Adesanya dalam Adeyinka (2002:426) bahwa The
characteristics of the urban poor revealed that accessibility to various social
and economic centres are generally very low arakteristik aksesibilitas
masyarakat miskin perkotaan ke berbagai sosial dan pusat ekonomi pada
umumnya sangat rendah). Rendahnya aksesibilitas tersebut menyebabkan
kesejahteraan masyarakat belum dapat terpenuhi secara merata di berbagai
kalangan masyarakat.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar tersebut, perlu
dilakukan dengan memperhatikan kondisi ruang wilayah yang tersedia.
Terdapat pembahasan mengenai penataan ruang yang dimuat pada Undang-
undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa
9
pemanfaatan ruang dilakukan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya. Pada pasal 3 poin (c) dijelaskan bahwa
penataan ruang dilakukan untuk mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Hal tersebut memberikan pengertian bahwa dalam melaksanakan pengelolaan
wilayah akan menghasilkan tata ruang yang baik, sesuai dengan fungsi yang
digunakan pada wilayah tersebut, namun adanya penataan ruang bukan hanya
untuk menentukan dan mengatur tata ruang, tetapi juga perlu untuk melakukan
usaha dalam pencegahan dampak negatif yang nantinya akan timbul dari hasil
penataan ruang tersebut.
Berdasarkan ketentuan penataan ruang yang dilihat pada fungsinya,
upaya Pemerintah Kabupaten Blitar dalam melaksanakan pemindahan ibu kota
mengalami permasalahan. Dilansir pada situs berita online Tempo yang ditulis
oleh Wasono pada hari Senin, 2 November 2009, dipaparkan bahwa:
Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar ke wilayah Kecamatan Kanigoro mengalami kendala pembangunan gedung pemerintahan. Gedung yang saat ini sudah selesai dibangun, berdiri di atas lahan seluas sekitar 6,5 hektare (ha) pada lahan eks bengkok dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Blitar tahun 2014 dengan dana sebesar Rp. 35 miliar. Adapun gedung dewan yang saat ini telah dibangun membutuhkan dana sekitar Rp. 15 miliar, di samping itu pembangunan gedung pemerintahan lainnya belum terpenuhi akibat belum tercukupinya anggaran yang akan digunakan. Berdasarkan kondisi pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro yang
sesuai dengan tujuan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2011-2016, Terwujudnya
10
Kabupaten Blitar yang Sejahtera, Religius d , sehingga
tercipta ketentraman, keamanan dan ketertiban. Sesuai dengan kondisi yang
terjadi saat ini, tujuan tersebut belum dapat tercapai sepenuhnya. Dijelaskan
dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Blitar tahun
2015. Ketidaktercapian tersebut dilihat dari segi kondisi fisik, kondisi
perekonomian dan kondisi sosial.
Adapun permasalahan dari segi fisik yang terjadi di Kabupaten Blitar
tersebut dapat dilihat pada presentase lokasi rawan bencana yang telah
dipasang rambu-rambu masih 73%, presentase sertifikasi tanah atas aset kurang
dari, pembangunan gedung kelas sekolahan dengan target 85% hanya
terealisasi 83%, beragam konstruksi jalan dalam kondisi rusak, baik ringan
maupun berat sebesar 13% dan selama tahun 2013-2015 tidak mencapai target,
dan perijinan kinerja (pengembangan infrastruktur) mengenai pertanahan tidak
sesuai target. Dilihat dari segi perekonomian, permasalahan yang terjadi yakni
adanya pagu belanja tidak terduga belum mencapai target dan realisasinya
hanya 25.57%, , sehingga pendanaan pemerintah untuk kegiatan pembangunan
kebutuhan yang lain berkurang, proses perizinan usaha kurang berhasil,
distribusi belum terlaksana dengan baik serta masih adanya tuntutan distribusi
tanah perkebunan oleh warga masyarakat. Pada segi sosial, terdapat pula
permasalahan yakni, kondisi keamanan dan ketentraman belum terpenuhi dan
pelanggaran hukum serta tindak kriminalitas masih banyak terjadi, karena
kurangnya personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk menangani
penduduk dan banyaknya pengangguran dengan target sebesar 1,9 sulit untuk
11
dicapai. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani
belum terpenuhi.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis ingin
mengetahui lebih dalam tentang perencanaan pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar. Urgensitas dari
penelitian ini diharapkan penulis mampu untuk memaparkan perencanaan
pengembangan wilayah dan memberikan referensi bagi daerah lain yang
kondisi wilayahnya belum sesuai dengan tujuan yang telah disusun sejak awal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Sebagai Ibu
Kota Baru Bagi Kabupaten (Studi Tentang Pengembangan Wilayah
Kecamatan Kanigoro Seabagai Ibu Kota Kabupaten Blitar)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro
sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar?
2. Apasajakah faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi
perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota
baru Kabupaten Blitar?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan
pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru
Kabupaten Blitar.
2. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.
D. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
praktis maupun teoritis, antara lain sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar, dalam
menyusun perencanaan dan melaksanakan pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.
2. Aspek Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pemahaman yang lebih dalam mengenai
perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu
Kota baru Kabupaten Blitar.
13
b. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan untuk menyusun perencanaan yang lebih baik,
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, agar pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sejak awal.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi mengenai kondisi pengembangan wilayah
Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.
E. Sistematika Penulisan
Kemudahan dalam memahami makna dari penelitian ini merupakan hal
yang penting, sehingga skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan
masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan kontribusi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang relevan untuk digunakan peneliti
sebagai landasan untuk melakukan analisis dalam pembahasan serta
sebagai upaya dalam memecahkan masalah sesuai dengan judul yang
diangkat.
14
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yang meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi
dan situs penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data serta
analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data-data temuan di lapangan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Berkaitan dengan tujuan penelitian dan
sesuai dengan fokus penelitian. Data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis dan diinterprestasikan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan peneliti sebelumnya serta saran yang dapat disampaikan
dalam penelitian ini.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
Administrasi berasal dari istilah Administration yang memiliki makna
dan pengertian dari yang paling sempit hingga pengertian yang luas dan dapat
ditemukan dalam suatu lingkungan tertentu yang disebut organisasi (Zainun,
2004:9). Pelaksanaan administrasi diwujudkan melalui fungsi manajemen,
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan pengawasan.
Organisasi yang dimaksud merupakan organisasi yang bersifat lengkap dan
mengandung seluruh unsur adminiastrasi atau yang disebut juga dengan
organisasi administrasi atau administrative organization. Pengertian organisasi
dalam arti sempit organisasi berarti urusan yang berkaitan dengan pekerjaan
tulis menulis. Sedangkan administrasi dalam arti luas merupakan peranan yang
ditampilkan oleh pemimpin tingkat atas atau suatu organisasi, terutama dalam
hubungan pimpinan tingkat atas itu dengan hal-hal dan pihak-pihak lain di luar
anatomi organisasi yang dipimpinnya.
Adapun pengertian administrasi publik secara sederhana yang telah
dijelaskan Siagian (2008:3) bahwa administrasi publik merupakan keseluruhan
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu Negara
dalam urusan mencapai tujuan negara. Hal ini meliputi implementasi kebijakan
pemerintah, koordinasi dalam menjalankan atau melaksanakan kebijakan
tersebut, serta proses yang bersangkutan dalam pelaksanaan kebijakan-
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan teknik dan kecakapan aparaturnya
15
16
dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pendapat tersebut sesuai dengan
penjelasan Keban (2004:3) bahwa administrasi publik merupakan proses di
mana sumber daya personel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage)
keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. Selain pendapat tersebut
Handayaningrat (1990:7) juga menjelaskan bahwa administrasi sebagai suatu
ang terdiri atas organisasi dan manajemen dan mengungkapkan bahwa
administration is the process and agency which responsible for the
determination of the aims for which an organization and its management are to
strive ... etc administrasi adalah proses dan badan yang bertanggungjawab
terhadap penentuan tujuan, di mana organisasi dan manajemen digariskan dan
sebagainya). Adapun aspek-aspek yang berlaku terhadap semua tingkatan
manajemen, baik manajemen tingkat atas (Top Management), Manajemen
tingkat menengah (Middle Management) dan manajemen tingkat bawah
(Supervisor Lower Management), meliputi:
a) Kepemimpinan (Leadership) b) Koordinasi (Coordination) c) Hubungan Masyarakat (Public Relation) d) Pengambilan Keputusan (Decision Making) e) Perencanaan (Planning) f) Pengorganisasian (Organizing) g) Pengawasan (Control) dan Pengendalian (Monitoring).
Penentuan keijakan dalam administrasi publik yang nantinya akan
mengahasilkan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian
tujuan yang diinginkan dilakukan melalui berbagai pertimbangan Hal ini dapat
dilakukan melalui kolaborasi dari para pemangku kepentingan yang memiliki
17
kekuasaan politik untuk menentukan keputusan. Hal ini telah dijelaskan oleh
Budiarjo (2008:17) yang menjelaskan bahwa kekuasaan politik dapat
mencakup kemampuan untuk memerintah dan memberi keputusan-keputusan
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan
pihak lain. Kekuasaan politik ini mempengaruhi individu atau kelompok untuk
memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor
kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Adapun tiga komponen
dalam unsur-unsur kekuasaan politik, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Bagan Komponen Kekuasaan Politik
Sumber : Weber (1946:29)
Berdasarkan bagan di atas, mengenai komponen kekuasaan politik
dapat dijelaskan bahwa pemimpin sebagai pemilik kekuasaan, bisa
mempengaruhi pengikutnya. Bahkan menciptakan pengikut, menggiring
pengikut, menjadi provokator pengikut, sehingga kepengikutan ini tidak akan
memunculkan pemikiran yang rasional. Pemimpin juga bisa untuk
menciptakan situasi atau merekayasa situasi. Tetapi, dengan adanya situasi
tersebut juga bisa membuat pemimpin akhirnya menjatuhkan kekuasaannya
Pemimpin
Situasi Pengikut
18
sendiri. Sehingga, pemimpin yang benar di sini adalah pemimpin yang mampu
menciptakmemperhitungkan situasi yang diciptakannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan administrasi
publik merupakan wadah administrasi, administrator atau anggota organisasi
yang menjalankan kegiatan administrasi dan kebijakan publik sebagai produk
kegiatan administrasi. Diantara ketiga lingkup administrasi tersebut saling
menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Pengertian Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan mengarah pada pelaksanaan tugas-tugas
pembangunan untuk merumuskan kebijakan pembangunan. Administrasi
pembangunan juga berkaitan dengan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan
diberbagai bidang. Kegiatan perumusan masalah dalam melaksanakan tugas
administrasi diarahkan untuk mencapai efektifitas kinerja aparatur administrasi
tersebut.
1. Pengertian Administrasi Pembangunan
Sering kali pembangunan dibahas pada kegiatan sehari-hari, tidak lain
dalam pemerintahan. Pembangunan merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memberikan perubahan dalam kehidupan menjadi yang lebih baik di
masa mendatang. Adapun pembahasan mengenai administrasi pembangunan
yang dianggap sebagai bagian dari administrasi publik. Menurut
Tjokroamidjojo (1981:49) administrasi pembangunan diartikan sebagai
suatu administrasi bagi usaha dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi
19
yang bersifat dinamis serta inovatif dan berupaya mampu untuk
menghasilkan perubahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui
berbagai pengarahan dan alokasi sumber daya untuk kegiatan pembangunan.
Sejalan dengan pendapat di atas, mengenai pengertian pembangunan,
maka Suryono (2003:51) menjelaskan bahwa pembangunan yang dilakukan
di negara-negara berkembang secara umum merupakan suatu proses
kegiatan yang direncanakan dalam suatu upaya untuk meningkatkan
petumbuhan ekonomi, perubahan sosial serta modernisasi bangsa untuk
meningkakan kualitas hidup manusia serta meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Beberapa pengertian pembangunan yang telah diungkapkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembangunan bukan hanya terjadi sebuah
pertumbuhan perekonomian, namun juga pemerataan pendapatan,
pemerataan hasil pembangunan serta pemerataan keadilan. Berbagai upaya
dalam pemerataan ekonomi serta keadilan semata-mata dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Adanya keadilan diharapka mampu
untuk menghindari adanya ketumpangan antar wilayah atas pembangunan
yan diaksanakan.
2. Ciri-ciri Administrasi Pembangunan
Berbagai usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan merupakan bagian dari kegiatan pembangunan, yaitu
beusaha untuk merubah kondisi saat ini, menjadi kondisi lain yang lebih
baik di masa mendatang. Usaha akan terus dilakukan masyarakat apabila
20
keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut belum tercapai serta apabila
ada dorongan dari individu lain untuk melakukan hal tersebut. Usaha yang
dilakukan dalam pembangunan seharusnya memiliki konsep yang utuh, hal
tersebut dapat dikaitkan dengan administrasi pembangunan, yang memiliki
arti sebagai usaha dalam mencapai tujuan. Swerdlow (1963:8)
mengemukakan setidaknya terdapat empat ciri-ciri administrasi
pembangunan, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Terdapat orientasi administrasi untuk mendukung pembangunan, sehingga mampu untuk memunculkan perubahan-perubahan yang dianggap lebih baik di masa mendatang. Bagi negara berkembang, perubahan ini diarahkan pada usaha ke arah modernisasi atau pembangunan bangsa dalam kondisi sosial dan ekonomi. Adapun aspek-aspek keterkaitan dalam administrasi pembangunan yang dilihat pada bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
b) Adanya peran administrator sebagai unsur pembangunan memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pembangunan.
c) Orientasi perencanaan lebih ditekankan pada pelaksanaan pembangunan serta memperhatikan aspek administrasi dalam pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan.
d) Administrasi pembangunan memiliki dasar prinsip-prinsip pada administrasi, sedangkan administrasi pembangunan memiliki ciri-ciri yang lebih maju dari pada administrasi negara. Sesuai dengan penjelasan mengenai ciri-ciri administrasi
pembangunan di atas, dapat disuimpukan bahwa pada administrai
pembangnan terdapat orientasi administrasi untuk mendukung
pembangunan dalam memunculkan perubahan yang dianggap lebih baik di
masa mendatang. Perlu adanya administrator sebagai unsur pembangunan
yang memiliki fungsi mengenai perencanaan dan pembangunan. Perlu untuk
memperhatikan aspek administrasi untuk mencapai tujuan pembangunan.
21
Administrasi pembangunan memiliki ciri-ciri yang lebih maju dari pada
administrasi negara.
C. Perencanaan
Istilah perencanaan telah sering dibahas di dalam berbagai bidang, mulai
dari bidang pemerintahan ekonomi, sosial, budaya bahkan dalam bidang
politik. Perencanaan merupakan tahap awal yang seharusnya dilakukan dalam
memulai kegiatan, agar pelaksanaan yang dilakukan mampu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Perencanaan bukan hanya langkah untuk menyusun
cara dalam mencapai tujuan, namun perencanaan juga perlu untuk
memperhatikan kondisi sosial yang ada di masyarakat saat perencanaan itu
hendak disusun.
1. Pengertian Perencanaan
Terdapat beberapa pengertian perencanaan yang telah diungapkan
beberapa pakar perencanaan yang memiiki makna yang berbeda-beda.
Adapun pengerian perencanaan yang diungkapkan mengenai beberapa
pertimbagan yakni menurut Conyers dan Hills dalam Kuncoro (2012:50)
perencanaan diartikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa
mendatang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ardani dan Iswara dalam
Soekartawi (1990:4-5) yang menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
proses yang berkesinambungan / kontinyu dari waktu ke waktu dengan
22
melibatkan kebijakan (policy) dari pembuat keputusan berdasarkan sumber
daya yang tersedia dan disusun secara sistematis.
Beberapa pengertian perencanaan di atas, dapat dikatakan bahwa
perencanaan merupakan fungsi utama dalam pengambilan keputusan yang
nantinya akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang akan
dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji (1983:20) bahwa
perencanaan adalah fungsi pertama dan utama dari manajemen. Kata
pertama di sini diartakan bahwa perencanaan adalah fungsi yang seharusnya
dilakukan terdahulu sebelum fungsi-fungsi yang lain dikerjkakan. Adapun
kata utama yang berarti bahwa perencanaan merupakan fungsi utama yang
dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan.
Sesuai dengan pengertian perencanaa di atas, maka dapat diarik
kesimpuan bahwa perencanaan merupakan poses yang berkeanjutan dan
peru untukmemperhatikan ketersediaan sumber daya yang tersedia agar
mampu unuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan peru untuk
mempertimbangkan beberapa hal yakni aternatif terbaik, sumber daya,
penentuan kegiatan seta adanya hubungan keterkaitan dengan masa depan.
Perencanaan juga dikatakan sebagai fungsi utama yang seharusnya
dilakukan sebelum fungsi lain diakukan, agar tujuan yang ingi diinginkan
dapat tercapai.
2. Fungsi Perencanaan
Perencanaan yang selama ini banyak dilakukan dalam berbagai
kegiatan, memiliki fungsi yang penting. Salah satu fungsi perencanaan
23
tersebut telah dikemukakan oleh Tjokroamidjojo (1994:9) bahwa adanya
perencanaan diharapkan mampu untuk memberikan arahan dalam
pelaksanaan kegiatan serta berpedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Adanya perencanaan
dapat dilakukan perkiraan terhadap hal-hal yang akan terjadi di masa
mendatang. Perkiraan tersebut dilakukan berkenaan dengan potensi-potensi
dan prospek perkembangan serta memperhatikan hambatan-hambatan serta
resiko yang mungkin akan dihadapi di masa mendatang. Perencanaan
memberikan kesempatan dalam memilih berbagai alternatif untuk
menentukan cara terbaik dalam melaksanakan pembangunan dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Adanya fungsi perencanaan yang mampu memberikan alternatif
dalam pelaksanaan pembangunan, maka perencanaan dianggap hal yang
sangat penting. Perencanaan merupakan kegiatan yang paling awal
dilaksanakan untuk memulai kegiatan, sehingga merupakan hal yang sangat
penting dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan yang nantinya tujuan
yang diinginkan dapat tercapai. Sejalan dengan pendapat tersebut yang
memiliki anggapan bahwa perencanaan adalah hal yang sangat penting, hal
ini juga dikemukakan oleh Soekartawi (1990:24-27) bahwa pentingnya
perencanaan dapat dilihat dari aspek perencanaan yang memuat dua topik
utama pembahasan, dua topik tersebut antara lain:
a) keunggulan komprehensif atau satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keunggulan tersebut antara lain:
24
1. Perencanaan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.
2. Perencanaan digunakan sebagai penentu dari berbagai alternatif dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Perencanaan digunakan sebagai penentu skala prioritas 4. Perencanaan digunakan sebagai peramalan (forecasting) dari
kegiatan yang ada pada masa depan. b)
kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan. Penjelasan di atas, menjelaskan bahwa anggapan bahwa perencanaan
sebagai tolak ukur dari keberhasilan dan kegagalan pembangunan dapat
dikatakan bahwa kegiatan pembangunan yang gagal dapat disebabkan
karena aspek perencanaan yang tidak disusun dengan baik. Terdapat
beberapa perencanaan yang perlu untuk diperbaiki pada jangka waktu
tertentu. Adanya kegagalan masa lalu, dapat dijadikan sebuah pedoman
untuk menghindari kesalahan yang ada, sehingga di masa mendatang
perencanaan dapat disusun dengan baik sesuai aspek perencanaan yang telah
ada. Adapun sebaliknya, apabila aspek perencanaan digunakan sebagai
pedoman serta disusun dengan baik, maka pelaksanaan pembangunan dapat
mencapai keberhasilan.
3. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan perlu disusun dengan baik, agar dalam pelaksanaannya
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disusun. Perencanaan
nantinya akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan. Oleh karena itu,
Sadyahutomo (2008:30) menjelaskan bahwa perencanaan dapat disusun
dengan baik melalui tiga unsur yang terdiri dari:
25
a) Titik tolak Titik tolak rencana adalah kondisi awal untuk melangkah dalam menyusun rencana serta menjadikan ini sebagai landasan awal untuk melaksanakan rencana. Hal ini dapat berupa fakta wilayah kini (existing condition), yang meliputi potensi fisik wilayah, kondisi perekonomian, sosial serta memperhatikan budaya masyarakat.
b) Tujuan Tujuan yang dimaksud di sini merupakan keadaan yang ingin dicapai di masa mendatang oleh masyarakat dan pemerintah. Tujuan ini perlu untuk dijabarkan, agar mampu untuk mencapai tujuan melalui sasaran (objectives) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c) Arah Arah digunakan sebagai pedoman dalam mencapai suatu rencana secara legal, efisien serta dapat dijangkau oleh pelaksana perencana. Pedoman dapat meliputi norma, nilai, peraturan perundangan serta petunjuk operasional yang tersedia pada ketentuan yang telah ditetapkan pada petunjuk teknis. Perencanaan akan tersusun dengan baik dan dapat mencapai tujuan
dengan penggunaan unsur-unsur perencanaan di atas. Selain unsur-unsur
tersebut, terdapat pula pendapat Syamsi (1986:134) yang menjelaskan
bahwa perencanaan yang baik perlu adanya data dan ramalan (forecasting),
oleh karena itu perencanaan perlu disusun dengan mencakup enam unsur
pokok yaitu (5W+1H), adapun penjelasan dari keenam unsur tersebut,
antara lain:
1) Apa (What), berarti menyusun apa saja cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Mengapa (Why), berarti memilih serta menetapkan berbagai kegiatan yang ada dan memberikan penjelsan mengapa pilihan tersebut menjadi prioritas dalam pelaksanaannya.
3) Bagaimana dan berapa (How dan How much), berarti bagaimana menyusun cara untuk melaksanakan kegiatan dan mempersiapkan dana yang dibutuhkan.
4) Dimasna (Where), berarti menentukan lokasi sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
5) Siapa (Who), berarti menentukan siapa pihak yang nantinya melaksanakan kegiatan tersebut.
26
Penggunaan unsur-unsur di atas, akan memudahkan pihak perencana
dalam menyusun perencanaan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal
tersebut juga akan membuat perencanaan tesusun dengan tepat tanpa adanya
perubahan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada awalnya. Analisis ttiap
kebutuhan dari what (apa), why (mengapa), who (siapa), where (dimana),
when (kapan), how (bagaimana) akan memudahkan perencana mengetahui
peluang yang ada.
D. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Spatial Planning)
Pembahasan mengenai tata ruang wilayah kini sering digunakan dalam
kegiatan pembangunan di suatu daerah, baik wiayah kota maupun desa.
Adanya tata ruang dalam pembangunan wilayah sangat penting untuk
menentukan lokasi-lokasi yang teah diperuntukkan bagi pembangunan tertentu.
Adanya ketentuan tata ruang wilayah dalam proses pembangunan mampu
untuk menghasikan efektifitas kegiatan pembangunan sesuai dengan tujuan
yang teah ditentukan sebeumnya.
1. Pengertian Penataan Ruang Wilayah
Istilah tata ruang dan wilayah masing-masing mempunyai pengertian
sendiri. Tata ruang diartikan sebagai suatu lokasi untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan atau prasarana dan sarana pembangunan diletakkan
atau ditempatkan.
sering dihubungkan dengan aspek lokasional. Aspek lokasional mempunyai dimensi spasial, artinya dalam melaksanakan setiap kegiatan pembangunan seharusnya dilakukan pemilihan dan penentuan lokasi yang opimum. Lokasi
27
optimum bagi kegiatan usaha yang mencari laba diupayakan untuk menentukan lokasi yang mampu menghasilkan biaya produksi terendah. Lokasi optimum bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat berorientasi pada penyelengaraan pelayanan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. (Adisasmita, 2012:2-3).
Menurut Adisasmita (2012:3) pengertian wilayah yang lebih luas
dibandingkan tata ruang yang dilihat dari lingkup areanya. Wilayah meliputi
beberapa tata ruang yang berhubungan dengan fungsional antar tata ruang
dalam suatu wilayah. Tata ruang tidak terlepas dari wilayah, karena tata
ruang berada dalam lingkup dan lingkungan suatu wilayah. Tata ruang dan
wilayah saling melengkapi dan istilah tata ruang wilayah digunakan karena
tata ruang lebih memperoleh perhatian dan menonjol serta wilayah
digunakan untuk memperkuat istilah tersebut, sehingga menjadi satu
kesatuan.
Kegiatan pembangunan tata ruang wilayah dilaksanakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kegiatan pembangunan, tata
ruang meupakan wadah yang digunakan sebagai arena dilaksanakannya
pembagunan. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan membutuhkan
tempat / lokasi untuk menampung kegiatan tersebut. Terdapat ketentuan
yang memuat mengenai penataan ruang, yaitu Undang-undang Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dijelaskan pada undang-undang
tersebut bahwa perencanaan tata ruang merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Adapun penjelasan mengenai
struktur ruang, yaitu susunan pusat-pusat pemukiman serta sistem jaringan
28
prasarana dan sarana yang memiliki fungsi sebagai pendukung berbagai
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang memiliki hubungan fungsional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dijelaskan bahwa
RTRWN merupakan arahan struktur dan pola ruang ruang makro dalam
periode 20 tahun. Penyusunan perencanaan hingga pelaksanaan penataan
ruang harus berpedoman pada ketentuan yang ada, sehingga dapat mencapai
tujuan dan arah Rencana Tata Wilayah Nasional (RTWN) yang telah
ditetapkan, sehigga nantinya tidak akan terjadi penyimpangan. Terdapat
perencanaan tata ruang pada tingkat nasional yang mendeskripsikan gambar
struktur ruang dan pola ruang nasional, yang nantinya juga digunakan
sebagai penyusunan rencana untuk RTRW pada tingkat provinsi. Kebijakan
dalam penataan ruang wilayah kota yang merupakan arahan untuk
melakukan tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan
ruang wilayah kota tersebut. Adapun strategi penataan ruang wilayah
merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam tindakan
operasional yang nantinya akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal.
Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar tahun
2011-2031 yang mengandung perencanaan dari struktur ruang dan pola
ruang. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:
29
1. Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional. Struktur ruang ini meliputi pembangunan secara
fisik di kabupaten Blitar, melipui pembangunan gedung pemerintahan,
lokasi kegiatan perekonomian maupun fasilitas kegiatan sosial.
2. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya. Wujud dari pola ruang ini dilakukan dengan
adanya pengelolaan untuk fungsi kawasan lindung dan kawasan
budidaya, yaitu:
a) Kawasan lindung (Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dan nilai sejarah
serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan)
b) Kawasan Budidaya (kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buata
Dijelaskan pula pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang bahwa sesuai dengan pekembangan pembangunan daerah,
Indonesia mengalami pergeseran dari era pembangunan terpusat menuju era
desentralisasi. Adanya sistem desentralisasi tersebut menjadikan pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Pada hakikatnya,
30
untuk melaksanakan pengembangan wilayah harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui asas
penataan ruang dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diselenggarakan berdasarkan asas penataan ruang, antara lain (1)
keterpaduan, (2) keserasian, keselarasan dan kesinambungan, (3)
keberlanjutan, (4) keberdayagunaan dan keerhasilan, (5) keterbukaan, (6)
kebersamaan dan kemitraan, (7) perlindungan kepentingan umum, (8)
kepastian hukum dan keadilan serta (9) akuntabilitas. Sembilan aspek
penataan ruang tersebut akan menghasilkan penataan ruang yang baik,
apabila dilakukan dengan baik.
Berdasarkan Sujarto (2003:28) susunan penataan ruang meliputi hal-
hal berikut :
a) Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang kota.
b) Perwujudan keerpaduan, keterkaitan dan kecenderungan pengembangan
antar wilayah kota serta keserasian antar wilayah,
c) Pemanfaatan ruang bagian wilayah kota bagi kegiatan pembangunan.
Adapun pendapat Sujarto (2003:48) bahwa RTRW kota berorientasi
pada kegiatan yang digunakan sebagai pengarah, pengtaur serta pengendali
dalam mengakomodasikan perkembangan spasial sebagai implikasi dari
dinamika perkembangan kota secara optimal.
Berdasarkan penjeasan mengenai tata kota di atas, dapat disimpukan
bahwa tata ruang wilayah sangat penting unuk memperhatikan aspek
lokasional dalam pemilihan dan penentuan lokasi yang opimum. Tata ruang
31
dan wilayah saling melengkapi, sehingga menjadi satu kesatuan. Kegiatan
pembangunan tata ruang wilayah dilaksanakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pada kegiatan pembangunan, tata ruang
meupakan wadah yang digunakan sebagai arena dilaksanakannya
pembagunan
2. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Penataan ruang memiliki makna yang sangat penting dalam
pelaksanaan pembangunan daerah. Berbagai ketentuan mengenai penataan
ruang, pemanfaatan tata ruang serta kebijakan dalam penataan ruang
memiliki fungsi yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan
pembangunan. Adapun Fungsi RTRW kota yang telah dijelaskan pada
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa tata
ruang harus menjelaskan kebijakan makro dalam pemanfaatan ruang yang
meliputi (a) tujuan pemanfaatan ruang, (b) stuktur pola pemanfaatan ruang
dan (c) pengendalian penataan ruang. Adanya fungsi dalam pemanfaatan
ruang akan memberikan gambaran yang lebih jelas hal yang nantinya akan
dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan pemanfaatan ruang
dan dilakukan pengendalian penataan ruang untuk menghindari dampak
negatif dari hasil perumusan penataan ruang yang akan dilaksanakan.
Fungsi penataan ruang bukan hanya digunakan untuk melakukan penataan
ruang, namun juga memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dalam tujuan,
hambatan-hambatan yang nantinya dapat mempengaruhi hasil dari penataan
32
ruang, sehingga perlu adanya pengendalian untuk melaksanakan penataan
ruang.
Dijelaskan pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang pasal 5 bahwa terdapat penataan ruang yang
diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif. Kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan, antara lain
a. Penataan ruang berdasarkan sistem yang terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
b. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.
c. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang nasional, penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayah kawasan pedesaan.
d. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan erkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan.
e. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten / kota.
Pelaksanaan tata ruang yang didasarkanpada sistem yang digunakan
dalam pelaksanaan tata ruang tersebut akan memberikan ranah tujuan yang
jelas, sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih mudah untuk dilaksanakan
sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan. Selain hal tersebut, perlu juga
memperhatikan wilayah administratif dengan fungsi yang telah ditetapkan,
nantinya dapat dikelola sesuai dengan fungsi di wilayah tersebut. Adanya
fungsi dari penataan ruang tersebut harus mampu memperhatikan nilai-nilai
kawasan strategis, nilai apa yang nantinya dapat memberikan penjelasan
terhadap pelaksanaan tata ruang.
33
E. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah saat ini sedang seringkai diakukan di berbagai
daerah. Mengingat bahwa wilayah memiliki fungsi masing-masing sesuai
posisinya. Berbagai tata ruang yang disusun si wiayah tertentu disusun sesuai
dengan peruntukkkannya.
1. Pengertian Wilayah
Pengertian mengenai wilayah dimaknai dengan berbeda-beda
sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Adapun pengertian wilayah yang
telah dikemukakan oleh Sadyohutomo (2008:4) bahwa dalam arti fisik,
wilayah dikatakan sebagai suatu hamparan luas sebagai kumpulan dan
lokasi-lokasi (sites) atau areal-areal (areas), baik mencakup ciri perkotaan
maupun pedesaan. Adapun penjelasan Susanto (2008:9) bahwa
perencanaan fisik merupakan perencanaan urban yang terlihat dan
melibatkan tata letak keruangan sebuah kota, objek, fungsi serta aktivitas
di dalam area urban.
Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu wilayah memiliki
perbedaan dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut memberikan
kemudahan dalam mengenali daerah tersebut, melalui ciri khas yang
dimiliki daerah tersebut. Adapun hubungan yang saling membutuhkan
antar wilayah satu dengan yang lainnya dalam menyelenggarakan
pembangunan wilayah.
34
2. Konsep Perencanaan dan Pengembanagan Wilayah
Perencanaan wilayah merupakan suatu proses perencanaan
pembangunan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan menuju arah
perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,
pemerintah dan lingkungan tertentu serta perlu adanya pengalokasian
sumber daya yang ada. Perencanaan wilayah juga harus memiliki orientasi
yang bersifat menyeluruh, lengkap serta konsisten dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Catanese dan Synder (1988:27) yang
menjelaskan bahwa perencanaan wilayah sebaiknya dilakukan secara
terpadu, dengan adanya koordinasi antara lembaga pemerintah dengan
masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar mampu melaksanakan
pengembangan wilayah, yang dianggap sebagai kegiatan sangat penting
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Obyek dalam
pengembangan wilayah terdiri atas desa dan kota yang nantinya akan
dilakukannya pengembangan wilayah tersebut.
Adapun komponen yang harus ada di dalam pengembangan wilayah
untuk menghasilkan perencanaan yang baik. Komponen-komponen dalam
perencanaan wilayah tersebut telah dikemukakan oleh Archibugi (2008:29).
Komponen-komponen perencanaan wilayah tersebut, antara lain:
a) Physical planning (Perencanaan fisik), berarti bahwa perencanaan perlu
dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah.
Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang
bentuk fisik kota dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan
35
antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah
membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Teori
ini memasukkan kajian tentang aspek lingkungan dan bentuk produk dari
perencanaan ini adalah perencanaan wilayah dalam bentuk master plan.
b) Macro-economic planning, (Perencanaan ekonomi makro) yang berarti
bahwa dalam perencanaan wilayah berkaitan dengan perencanaan
ekonomi. Teori ekonomi wilayah berkaitan dengan pembangunan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi. Perencanaan ekonomi wilayah ini
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas
lembaga keuangan, kesempatan kerja, investasi.
c) Social planning (Perencanaan sosial) berarti bahwa perencanaan sosial
membahas mengenai pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi
tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah
kriminal. Perencanaan sosial dilakukan untuk menyusun perencanaan
yang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk
produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.
Berdasarkan penjelasan mengenai komponen perencanaan wilayah
yang telah disebutkan, bahwa komponen perencanaan wilayah yang
dikemukakan oleh Archibugi (2008:29) cocok digunakan dalam penelitian
Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai Ibu
Kota Baru Kabupaten Blitar. Dengan beberapa pertimbangan bahwa
pemahamannya yang komprehensif akan isi dan konteks perencanaan
36
wilayah. Dapat diketahui juga bahwa komponen perencanaan wilayah
Archibugi (2008:29) dapat mempengaruhi Perencanaan Pengembangan
Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar
dengan mengetahui komponen perencanaan fisik, perencanaan ekonomi
makro dan perencanaan sosial.
Pengembangan wilayah
Pengembangan wilayah merupakan suatu kegiatan dan usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan kondisi pertumbuhan di suatu daerah.
Adanya langkah dalam pengembangan wilayah akan mempercepat proses
ekonomi dari krisis serta mendorong pertumbuhan wilayah dari berbagai
latar belakang wilayah tersebut (Dien, 2014:11). Berkaitan dengan
pendapat tersebut bahwa pengembangan wilayah akan mendorong
pertumbuhan wilayah serta mempercepat petumbuhan ekonomi. Terdapat
pendapat yang sejalan menurut Karmansyah (1986:3-4) pengembangan
wilayah merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk merubah
kondisi wilayah yang meliputi kualitas, jumlah dan jenisnya dalam arti
peningkatan sumber daya yang terbatas untuk kesejahteraan masyarakat
yang ada pada suatu wilayah.
Penjelasan di atas dapat memberikan pengertian bahwa
pengembangan wilayah merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
baik, agar wilayah dapat memiliki nilai yang lebih tinggi dari kondisi
sebelumnya. Memberikan perubahan dari kondisi wilayah yang kurang
baik menuju wilayah yang dianggap lebih baik di masa mendatang.
37
Pengembangan wilayah dilakukan dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan
perekonomian di wilayah tersebut.
Perencanaan dalam Pengembangan Wilayah
Pelaksanaan perencanaan dapat dilakukan dengan dua pendekatan.
Hal tersebut dikemukakan oleh Jayadinata (1999:16) bahwa pendekatan
yang dapat dilakukan antara lain:
a) Pendekatan territorial Pelaksanaan perencanaan di sini memperhitungkan mobilisasi terpadu dari semua sumber daya manusia dan sumber daya alam dari suatu wilayah tertentu yang dicirikan oleh perkembangan sejarahnya.
b) Pendekatan Fungsional Perencanaan pada pendekaan ini merupakan perencanaan wilayah yang memperhitungkan lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Pendekatan territorial dan pendekatan fungsional yang telah
dijelaskan di atas, akan menghasilkan perencanaan yang baik ketika
dipadukan. Penggunaan kedua pendekatan tersebut akan
memperhitungkan sumber daya yan