DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................................................... i
Latar Belakang ..................................................................................................................1
Faktor Penghambat Perkembangan Genetik dan Biologis.................................................2
Faktor penghambat perkembangan dalam kepribadian masa anak-anak...........................3
i
LATAR BELAKANG
Perkembangan adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas,
dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan,
dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti
abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia ,1991),
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekpresi, dan temperamenseseorang.
Sikap, perasa, ekspresi, dan temperamen itu akan terwujud dalam tindakanseseorang jika
dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyaikecenderungan berperilaku yang baku,
atau berpola dan konsisten, sehingga menjadiciri khas pribadinya.(Horton,1982:12)
Pengembangan kepribadian merupakan hasil atau produk lingkungan sosial-
budaya (peran orang tua, anggota keluarga, dan lainnya), disamping pengaruh dasar-dasar
biologis (kemampuan motorik dan lainnya).
Kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas dan perilakuseseorang.
Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standart atau baku, sehinga kalaudikatakan pola sikap,
maka sikap itu sudah baku, berlaku terus menerus secarakonsisten dalam menghadapi situasi
yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga merupakan perilaku yang sudah baku,yang
cenderung yang ditampilkan seseorang jika dia dihadapkan situasi kehidupan tertentu. Orang
yang pada dasarnya pemalu cenderung menghindarkan diri dari kontak mata dengan
lawan bicaranya.(Schaefer dan Lamm,1998:97)
Dewasa ini banyak diantara kita tidak memahami apa sebernarnya dan bagaimana
kepribadian itu, kadang ada yang berpandangan bahwa kepribadian itu sama dengan karakter
seseorang bahkan ada yang memiliki pandangan kepribadian itu belum tentu mencerminkan
perilaku seseorang sehingga nantinya akan menghambat seseorang untuk mengembangkan
kepribadiaannya.
1
Factor Penghambat Perkembangan Genetik dan Biologis
1. Faktor Genetis Adanya kelainian genitik pada diri seseorang sehingga individu secara tidak
sempurna. Misalnya penderita Phenilketonuria(PKU) adalah suatu kelainan genetik yang
disebabkan individu tidak dapat secara sempurna memetabolismekan protein. Atau penderita
down sindrom yang merupakan bentuki keterbelakangan mental secara genetis yang
diturunkan. Kelainan genetik ini biasanya umumnya disebakan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang
lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian. Ia
memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula monyet ia melarikan diri
kalau melihat musuh yang menakutkan. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan
manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis
manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan
seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya
pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan
manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini
menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).
Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku
manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama
6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi
perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul,
dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran,
percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada
gambar wanita cantik. Kekurangan tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudah
tersinggung dan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan
rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar makhluk
bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain.
Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku yang
sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh berbeda
2
dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari
University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab
biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat
komponen-komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.
3
Faktor penghambat dalam perkembangan kepribadian masa anak-anak (kanak-kanak awal)
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang
terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung pada orang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak
harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur 2 - 6
tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual.
Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada
masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak,sering terjadi masalah
perilaku yang lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah
perilaku ini sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang
dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada
umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan
dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung
lambat dibandingkan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak
sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan bahwa tingkat pertumbuhan telah
menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai
dan yang tidak disukai.
Dalam perkembangan komunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana
mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan, dan ketidak
berhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk
mengerti, sehingga perjalanan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung pada usia enam tahun
sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai mendorong untuk
memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah
serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok
pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman
sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk
bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengan diri sendiri seperti
kehebatannya dalam keterampilan dan prestasi. Dan pada masa ini, anak lebih suka
4
mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering
mengungkapkan dalam bentuk makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena
sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukan
kelemahan diri sendiri.
5
Faktor penghambat dalam perkembangan kepribadian pada orang Dewasa.
Masa Dewasa dalam diri individu dewasa ditemukan kepribadian yang tingkah lakunya
ditentukan oleh sekumpulan sifat yang terorganisasi dan harmonis. Individu dewasa
mengetahui apa yang dikerjakannya. Untuk memahami sepenuhnya apa yang harus
dilakukannya, orang dewasa harus mengetahui tujuan dan aspirasinya dengan jelas. Motif
yang terpenting bukan lagi berupa 'gema' masa lampau, melainkan lambaian 'ajakan' masa
depan.Pada masa dewasa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang
adalah kesadarannya akan tujuan dan makna akan kehidupan selanjutnya. Pada masa ini
pribadi dewasa tidak lagi terlalu terikat dengan pengaruh orang tua maupun lingkungannya.
Pribadi dewasa akan berfikir secara undividualistis tentang hal yang baik dan tidak baik
dilakukan bagi kehidupannya. Perubahan terjadi pada masa dewasa ini karena didasari pada :
(1) Kesadaran, bahwa perubahan itu penting
(2) Kemauan/niat/motivasi, bahwa kepribadian seseorang /individu akan berkembang
bukan hanya dilandasi dengan kesadaran untuk perubahan semata tetapi harus diiringi
dorongan tindakan
(3) Pengetahuan, bahwa perubahan yang telah disadari, diniatkan untuk dilakukan harus pula
dibekali dengan pengetahuan yang benar untuk berubah.
Tidak semau orang dewasa mencapai kematangan penuh,ada individu yang sudah dewasa,
namun tingkah lakunya masih bersifat kekanak-kanakan. Tidak semua orang dewasa
bertingkah laku mengikuti prinsip yang jelas dan rasional.
Apakah yang harus ada pada pribadi yang dewasa? Pada pokoknya pribadi yang dewasa
harus memiliki hal-hal sebagai berikut, antara lain:
1. Perluasan diri (Extension of Self) yaitu Dalam hidupnya tidak boleh terikat secara
sempit kepada sekumpulan kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan
kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban pokoknya. Pribadi dewasaharus dapat
mengambil bagian dan menikamti berbagai macam kegiatan dalam kehidupannya.
Kepuasan dan kegagalan-kegagalan harus banyak dan bermacam-macam, bukan hanya
6
sedikit dan itu-itu saja. Salah satu aspek penting dari perluasan diri adalah proyeksi
kemasa depan. Yaitu, bahwa individu harusdapat mengantisipasikan masa depannya,
merencanakan dan mempunyai harapan tentang hal yang telah direncanakannya.
2. Orientasi diri yang realistik ( self objectification ) yaitu Sebagai pribadi yang matang,
individu harus mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, baik dalam
bentuk hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki rasa aman, dan
menerima diri sendiri. Individu harus memiliki orientasi yang realistik baik terhadap
dirinya, maupun terhadap kenyataan luar. Ada dua komponen pokok dalam hal ini yaitu:
a. Humor,disini tidak hanya kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang
dapat ditertawakan, tetapi juga kecakapan untukmembina dan mempertahankan
hubungan posotof dengan diri sendiri dn obyek kejanggalan dan kemustahilan dalam
hubungan itu
b. Insight, kemampuan individu untuk mengerti dan memahami dirinya sendiri.
3. Filsafat hidup yaitu Walaupun individu itu harus dapat objektif dan bahkan menikmanti
kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun harus ada pula latar belakang yang mendasari
segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Agama,
merupakan salah satu sumber yang pentig dalam hal ini.
Faktor Penghambat Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua faktor, antara
lain :
1. Faktor Internal
Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yang berasal dari dalam
diri individu karena:
1. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
Pada kondisi ini, individu bukanlah pribadi bebas yang mempunyai tujuan dan
berupaya untuk merealisasikan tujuan hidupnya.
2. Individu kurang termotivasi dalam hidup
bahwa individu terbelenggu pada masa kanak-kanaknya, dan tidak dapat
menjadi pribadi dewasa.
7
3. Individu enggan menelaah diri
Individu menjadi sering dijumpai pernyataan umum yang menyatakan bahwa
seseorang itu dewasa usia, tetapi tidak dewasa pemikirannya (bersifat
kekanak-kanakan).
4. faktor usia
Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian
seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa
mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaaan jenuh
untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang
usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik, memori
(pelupa) dan metabolise tubuh.
2. Faktor Eksternal.
Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya
disebabkan:
1. Faktor tradisi budaya
Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.
Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian
setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir, bersikap atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan
antara masyarakat modern yang budayanya relative maju (khususnya IPTEK), dengan
masyarakat primitive yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,
berpakaian, dan cara memandang waktu.
Perubahan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam kenyataan sering
ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu
terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh orang dewasa karena orang
dewasa memiliki sifat tidak ingin tersaingi oleh orang lain dan orang dewasa lebih
sering bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain sehinggga kebudayaan orang lain
yang menurutnya menyenangkan akan ia tiru .
8
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana orang itu tinggal. Seseorang
7
2. Faktor Eksternal.
Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya disebabkan:
1. Faktor tradisi budaya
Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi
atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap
anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir, bersikap atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan
antara masyarakat modern yang budayanya relative maju (khususnya IPTEK), dengan
masyarakat primitive yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,
berpakaian, dan cara memandang waktu.
Perubahan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam kenyataan sering
ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu
terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh orang dewasa karena orang
dewasa memiliki sifat tidak ingin tersaingi oleh orang lain dan orang dewasa lebih
sering bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain sehinggga kebudayaan orang lain
yang menurutnya menyenangkan akan ia tiru .
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana orang itu tinggal. Seseorang
warga negara Indonesia misalnya, jika seseorang dewasa bekerja di negara lain misalnya
singapure, jangan diharap bahwa keperibadian orang tersebut akan sama seperti ketika
dia belum bekerja di singapure. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian sangat erat
pengaruhnya, kepribadiaan seseorang tidak dapat diukur atau dinilai, tanpa menyelidiki
latar belakang kebudayannya.
2. Penerimaan masyarakat/sosial
Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk
mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya
diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan
masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri
9
dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri negatif.
10
FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
YANG BERASAL DARI LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu sehingga individu itu
terlibat / terpengaruh karenanya. Lingkungan merupakan keseluruhan aspek atau fenomena
fisik dan social yang mempengaruhi organism. Pendapat ini senada dengan pendapat Joe
Kathena dalam psikologi perkembangan anak dan remaja (2002), yang menyatakan bahwa
lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan social
budaya. Lingkungan merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui
alat inderanya (penglihatan, penciuman, pendengaran, dan rasa).
Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer,1995) mengemukakan
bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi di luar
organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu.”
Lingkungan ini terdiri atas fisik dan social yaitu meliputi seluruh manusia yang secara
potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Sementara Wasty Soemanto (1983) berpendapat bahwa lingkungan itu dapat diartikan
secara :
1. Fisiologis, yang meliputi segala kondisi dan material jasmaniah
2. Psikologis, yang mencakup stimulasi yang diterima individu mulai masa konsepsi,
kelahiran, sampai mati, seperti sifat-sifat genetick
3. Sosio-kultural, yang mencakup segenap stimulasi, interaksi dan konsidi eksternal dalam
hubungan dengan perlakuan atau karya orang lain, keluarga, perpendidikan, kelompok
pengajaran, serta bimbingan dan konseling
Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan :
1. Sistem yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal );
2. Tanggapan, sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi,
misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang profesi yang
diminati ).
11
FAKTOR PENGHAMBAT KEPRIBADIAN
A. Faktor Input
1. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup sering disebut juga rencana
ataupun target. Mahasiswa yang tidak mempunyai tujuan hidup, mereka tidak
memiliki keyakinan, moral, atau standar yang akan mengendalikan hidup untuk
mencapai puncak kesuksesan.
2. Kurangnya motivasi dalam hidup. Hal ini membuat mahasiswa seringkali loyo, tak
bergairah, tidak ada dinamika, dan tidak akan menghasilkan perubahan seperti yang
diinginkan.
3. Mempunyai problema. Problem atau masalah yang dihadapi mahasiswa berpengaruh
besar pada tingkat keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas.
4. Tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang dimiliki mahasiswa seringkali
membuat kegagalan yang berujung dengan penyesalan.
5. Kurang kreatif. Kurangnya kekreatifitasan membuat mahasiswa tidak memiliki nilai
lebih atau keistimewaan dari mahasiswa lainnya, mahasiswa seperti ini sulit untuk
berkembang dan menciptakan inovasi baru.
6. Sudah merasa puas. Perasaan cepat puas yang dimiliki mahasiswa mengakibatkan
mahasiswa tidak bisa mengukur kemampuannya tentang suatu hal dan sangat
membatasi bagi perkembangan pola pikir dan sikapnya.
7. Mudah menyerah. Sikap mudah menyerah menjadikan mahasiswa memiliki
kemampuan yang terbatas.
B. Faktor Output
1. Faktor tradisi budaya
Setiap mahasiswa memiliki perbedaan tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.
Tradisi atau kebudayaan setiap mahasiswa memberikan pengaruh terhadap
kepribadian setiap anggotanya, baik menyangkut cara berpikir, bersikap atau cara
berperilaku. Faktor ini mengakibatkan kesenjangan antar sesama mahasiswa.
12
2. Pengaruh perkembangan zaman (Globalisasi)
Perkembangan zaman atau sering disebut dengan istilah globalisasi merupakan sebuah
fakta yang tidak dapat dihindari.Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar
bagi mahasiswa.Ada beberapa media yang berdampak buruk atau sebagai penghambat
kepribadian pada mahasiswa, yaitu televisi dan media cetak.Kedua media ini di satu
sisi memberikan pembelajaran yang menambah wawasan dan memiliki manfaat
seperti menambah informasi dan pengetahuan dalam interaksi mahasiswa terhadap
lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain media-media tersebut memberikan asupan
negatif bagi mahasiswa, seperti hal-hal porno yang dikemas halus dalam media
televisi dan cetak.
Faktor penghambat perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua factor,
antara lain :
a. Faktor Internal Diri.
Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yap& berasal dari
dalam diri individu sendiri dikarenakan
1. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas.
2. Individu kurang termotivasi dalam hidup
3. Individu enggan menelaah diri
4. Faktor usia
Individu yang mengalami cacat jasmani mempunyai kecenderungan
untuk kurang termotivasi dalam hidupnya. Semakin rendah penerimaan
masyarakat terhadap kecacatan seseorang akan berpengaruh negatif pada
perkembangan kepribadiannya, dan sebaliknya. Semakin banyak kegiatan yang
dapat dilakukan oleh seorang penyandang cacat jasmani semakin akan
meningkatkan konsep diri positif yang akan berpengaruh pada
perkembangan kepribadiannya.
13
Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian
seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa
mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh
untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang
usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik,
memori (pelupa) dan metabolisms tubuh.
b. Faktor Eksternal Diri
Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi
antaranya disebabkan:
Faktor tradisi budaya.
Pada setiap budaya, seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan
suatu pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan
budayanya. Kelompok menetapkan budaya sebagai model untuk pola
kepribadian yang disetujui dan menekan individu-individu yang tergabung di
dalamnya untuk kecenderungan pola perilaku individu. Seperti di Jepang, dimana
perempuan merupakan lapis kedua dalam masyarakat. Adat di masyarakat Tapanuli
yang menganut sistem Patrilinial, yaitu memposisikan pria diatas perempuan dalam
kehidupan masyarakatnya. Keadaan masyarakat yang memposisikan perempuan
pada strata kedua dalam kehidupan masyarakat berbudaya Timur ini, seringkali
memengaruhi pola kepribadian perempuan dalam budaya Timur yang cenderung
ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berada dalam bayang-bayang kaum pria.
Berbeda dengan perempuan dalam kehidupan masyarakat budaya Barat yang lebih
berorientasi pada kemandirian pribadinya.
7
Penerimaan masyarakat / sosial
Penerimaan masyarakat sosial juga mempengaruhi keinginan individu untuk
mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa
percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan,
penerimaan masyarakat / sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi
rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri
yang akan berpengaruh pada konsep diri negatif.
Kepribadian, bukanlah semata-semata faktor bawaan sejak lahir, tetapi juga
merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke
arah yang lebih baik melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian
menarik adalah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
memiliki kestabilan emosi yang mantap. Hal ini tercermin pada :
1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.
2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.
3. Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban
yang dibebankan kepadanya.
16
FAKTOR SOSIAL
Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri negatif.
Kepribadian, bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetap-' juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke arah yang lebih balk melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian menarik adalah individu yang mamp-. menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan emosi yan.- mantap. Hal ini tercermin pada:
1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.
2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.
Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan
kewajiban yang dibebankan kepadanya
17
Faktor penghambat perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua factor, antara lain :
c. Faktor Internal Diri.Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yap&
berasal dari dalam diri individu sendiri dikarenakan5. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas.6. Individu kurang termotivasi dalam hidup7. Individu enggan menelaah diri8. Faktor usia
Individu yang mengalami cacat jasmani mempunyai kecenderungan untuk kurang termotivasi dalam hidupnya. Semakin rendah penerimaan masyarakat terhadap kecacatan seseorang akan berpengaruh negatif pada perkembangan kepribadiannya, dan sebaliknya. Semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang penyandang cacat jasmani semakin akan meningkatkan konsep diri positif yang akan berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.
Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik, memori (pelupa) dan metabolisms tubuh.
d. Faktor Eksternal DiriHambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya disebabkan:
1. Faktor tradisi budaya.
Pada setiap budaya, seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan suatu pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya. Kelompok menetapkan budaya sebagai model untuk pola kepribadian yang disetujui dan menekan individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk kecenderungan pola perilaku individu. Seperti di Jepang, dimana perempuan merupakan lapis kedua dalam masyarakat. Adat di masyarakat Tapanuli yang menganut sistem Patrilinial, yaitu memposisikan pria diatas perempuan dalam kehidupan
18
masyarakatnya. Keadaan masyarakat yang memposisikan perempuan pada strata kedua dalam kehidupan masyarakat berbudaya Timur ini, seringkali memengaruhi pola kepribadian perempuan dalam budaya Timur yang cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berada dalam bayang-bayang kaum pria. Berbeda dengan perempuan dalam kehidupan masyarakat budaya Barat yang lebih berorientasi pada kemandirian pribadinya.
2. Penerimaan masvarakat/sosial,
Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang
tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri negatif.
Kepribadian, bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetap-' juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke arah yang lebih balk melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian menarik adalah individu yang mamp-. menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan emosi yan.- mantap. Hal ini tercermin pada:
1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.
2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.
3. Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
7
FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANSIA
1. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging).
Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada
proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan
ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan,
misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun
suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya
kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga
dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi
organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat
berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat
pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi
osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur
atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu
cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan
kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi
kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya
pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan
kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga
menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan
berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk
mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak
spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan
ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan,
dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan
pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang
mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang
20
diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab
lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah
gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat
glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau
perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat
indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra
menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang
lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan
mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa
kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang.
Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan
dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga
tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat
berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat
terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga
dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil
mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat
terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan
apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan
mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara
sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami
oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga
pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka.
Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat
indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari
stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian
organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang
nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi
dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan
berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah
22
bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4)
kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
2. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian
dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa
setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara
terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran
tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang
memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual
sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau
bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran
memorinya. Menurut Ratneret.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam strategi
penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran
intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat
dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi
kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk
dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan
yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat
mengantisipasi terjadinya kepikunan.
3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua
tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak
ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian
pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi
lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan
penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan
dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan
mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut
usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian
21
diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial
psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri
dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya
tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan
memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki
pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk
diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya
sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan
tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya
yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat
menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin
yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran
yang jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem
emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan
terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan
terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal
tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap
menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu
memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah
“perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan
yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga
mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri
sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang
bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal
yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran
dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat
26
buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan
dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang.
Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui
pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan
jarang. memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif
itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan sia-sia. Semakin
orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku emosional mereka.
4. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan
spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para
Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik
maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari
(1997), bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang
religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non
religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup
lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius,
sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang nonreligius.
5. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu
dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia
sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.
Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
6. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh
berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap
orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa
terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia
tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
25
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka
secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya
ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki
kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua
dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada
individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun
ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua.
Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang
akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya
jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau
ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan
hidup lansia.E. Masalah yang dihadapi oleh lansia
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
1. Masalah fisik
Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah,
diantaranya seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu dengan baik
serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu)
2. Masalah kognitif ( Intelektual )
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat
disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar
3. Masalah emosional
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah
rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat
besar. Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi
meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan.
Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress
akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi
24
4. Perkembangan Spiritual
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan spiritual,
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa
kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan
merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.
ATAU
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:1. Penurunan Kondisi FisikSetelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.2. Penurunan Fungsi dan Potensi SeksualPenurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.3. Perubahan Aspek PsikososialPada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
26
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.4. Perubahan yang Berkaitan Dengan PekerjaanPada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
28
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar
27
Recommended