41
DAFTAR ISI Daftar Isi.....................................................i Latar Belakang ...........................................1 Faktor Penghambat Perkembangan Genetik dan Biologis.......2 Faktor penghambat perkembangan dalam kepribadian masa anak-anak ..........................................................3 i

Selesaias

  • Upload
    rizqy

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

assa

Citation preview

Page 1: Selesaias

DAFTAR ISI

Daftar Isi......................................................................................................................................... i

Latar Belakang ..................................................................................................................1

Faktor Penghambat Perkembangan Genetik dan Biologis.................................................2

Faktor penghambat perkembangan dalam kepribadian masa anak-anak...........................3

i

Page 2: Selesaias

LATAR BELAKANG

Perkembangan adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas,

dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan,

dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti

abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia ,1991),

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekpresi, dan temperamenseseorang.

Sikap, perasa, ekspresi, dan temperamen itu akan terwujud dalam tindakanseseorang jika

dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyaikecenderungan berperilaku yang baku,

atau berpola dan konsisten, sehingga menjadiciri khas pribadinya.(Horton,1982:12)

Pengembangan kepribadian merupakan hasil atau produk lingkungan sosial-

budaya (peran orang tua, anggota keluarga, dan lainnya), disamping pengaruh dasar-dasar

biologis (kemampuan motorik dan lainnya).

Kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas dan perilakuseseorang.

Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standart atau baku, sehinga kalaudikatakan pola sikap,

maka sikap itu sudah baku, berlaku terus menerus secarakonsisten dalam menghadapi situasi

yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga merupakan perilaku  yang sudah baku,yang 

cenderung yang ditampilkan seseorang jika dia dihadapkan situasi kehidupan tertentu. Orang

yang pada dasarnya pemalu cenderung menghindarkan diri dari kontak mata dengan

 lawan bicaranya.(Schaefer dan Lamm,1998:97)

Dewasa ini banyak diantara kita tidak memahami apa sebernarnya dan bagaimana

kepribadian itu, kadang ada yang berpandangan bahwa kepribadian itu sama dengan karakter

seseorang bahkan ada yang memiliki pandangan kepribadian itu belum tentu mencerminkan

perilaku seseorang sehingga nantinya akan menghambat seseorang untuk mengembangkan

kepribadiaannya.

1

Page 3: Selesaias

Factor Penghambat Perkembangan Genetik dan Biologis

1. Faktor Genetis Adanya kelainian genitik pada diri seseorang sehingga individu secara tidak

sempurna. Misalnya penderita Phenilketonuria(PKU) adalah suatu kelainan genetik yang

disebabkan individu tidak dapat secara sempurna memetabolismekan protein. Atau penderita

down sindrom yang merupakan bentuki keterbelakangan mental secara genetis yang

diturunkan. Kelainan genetik ini biasanya umumnya disebakan oleh kelainan kromosom.

2. Faktor Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang

lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian. Ia

memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula monyet ia melarikan diri

kalau melihat musuh yang menakutkan. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan

manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis

manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan

seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya

pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan

manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini

menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).

Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku

manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama

6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi

perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul,

dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran,

percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada

gambar wanita cantik. Kekurangan tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudah

tersinggung dan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan

rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar makhluk

bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain.

Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku yang

sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh berbeda

2

Page 4: Selesaias

dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari

University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab

biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat

komponen-komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.

3

Page 5: Selesaias

Faktor penghambat dalam perkembangan kepribadian masa anak-anak (kanak-kanak awal)

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang

terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan

tergantung pada orang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak

harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur 2 - 6

tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual.

Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada

masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak,sering terjadi masalah

perilaku yang lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah

perilaku ini sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang

dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada

umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan

dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.

Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung

lambat dibandingkan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak

sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan bahwa tingkat pertumbuhan telah

menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai

dan yang tidak disukai.

Dalam perkembangan komunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana

mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan, dan ketidak

berhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk

mengerti, sehingga perjalanan mereka tidak terjalin baik.

Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung pada usia enam tahun

sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.

Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai mendorong untuk

memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah

serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok

pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman

sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk

bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengan diri sendiri seperti

kehebatannya dalam keterampilan dan prestasi. Dan pada masa ini, anak lebih suka

4

Page 6: Selesaias

mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering

mengungkapkan dalam bentuk makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena

sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukan

kelemahan diri sendiri.

5

Page 7: Selesaias

Faktor penghambat dalam perkembangan kepribadian pada orang Dewasa.

Masa Dewasa dalam diri individu dewasa ditemukan kepribadian yang tingkah lakunya

ditentukan oleh sekumpulan sifat yang terorganisasi dan harmonis. Individu dewasa

mengetahui apa yang dikerjakannya. Untuk memahami sepenuhnya apa yang harus

dilakukannya, orang dewasa harus mengetahui tujuan dan aspirasinya dengan jelas. Motif

yang terpenting bukan lagi berupa 'gema' masa lampau, melainkan lambaian 'ajakan' masa

depan.Pada masa dewasa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang

adalah kesadarannya akan tujuan dan makna akan kehidupan selanjutnya. Pada masa ini

pribadi dewasa tidak lagi terlalu terikat dengan pengaruh orang tua maupun lingkungannya.

Pribadi dewasa akan berfikir secara undividualistis tentang hal yang baik dan tidak baik

dilakukan bagi kehidupannya. Perubahan terjadi pada masa dewasa ini karena didasari pada :

(1) Kesadaran, bahwa perubahan itu penting

(2) Kemauan/niat/motivasi, bahwa kepribadian seseorang /individu akan berkembang

bukan hanya dilandasi dengan kesadaran untuk perubahan semata tetapi harus diiringi

dorongan tindakan

(3) Pengetahuan, bahwa perubahan yang telah disadari, diniatkan untuk dilakukan harus pula

dibekali dengan pengetahuan yang benar untuk berubah.

Tidak semau orang dewasa mencapai kematangan penuh,ada individu yang sudah dewasa,

namun tingkah lakunya masih bersifat kekanak-kanakan. Tidak semua orang dewasa

bertingkah laku mengikuti prinsip yang jelas dan rasional.

Apakah yang harus ada pada pribadi yang dewasa? Pada pokoknya pribadi yang dewasa

harus memiliki hal-hal sebagai berikut, antara lain:

1. Perluasan diri (Extension of Self) yaitu Dalam hidupnya tidak boleh terikat secara

sempit kepada sekumpulan kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan

kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban pokoknya. Pribadi dewasaharus dapat

mengambil bagian dan menikamti berbagai macam kegiatan dalam kehidupannya.

Kepuasan dan kegagalan-kegagalan harus banyak dan bermacam-macam, bukan hanya

6

Page 8: Selesaias

sedikit dan itu-itu saja. Salah satu aspek penting dari perluasan diri adalah proyeksi

kemasa depan. Yaitu, bahwa individu harusdapat mengantisipasikan masa depannya,

merencanakan dan mempunyai harapan tentang hal yang telah direncanakannya.

2. Orientasi diri yang realistik ( self objectification ) yaitu Sebagai pribadi yang matang,

individu harus mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, baik dalam

bentuk hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki rasa aman, dan

menerima diri sendiri. Individu harus memiliki orientasi yang realistik baik terhadap

dirinya, maupun terhadap kenyataan luar. Ada dua komponen pokok dalam hal ini yaitu:

a. Humor,disini tidak hanya kecakapan untuk mendapatkan kesenangan dan hal yang

dapat ditertawakan, tetapi juga kecakapan untukmembina dan mempertahankan

hubungan posotof dengan diri sendiri dn obyek kejanggalan dan kemustahilan dalam

hubungan itu

b. Insight, kemampuan individu untuk mengerti dan memahami dirinya sendiri.

3. Filsafat hidup yaitu Walaupun individu itu harus dapat objektif dan bahkan menikmanti

kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun harus ada pula latar belakang yang mendasari

segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Agama,

merupakan salah satu sumber yang pentig dalam hal ini.

Faktor Penghambat Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua faktor, antara

lain :

1. Faktor Internal

Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yang berasal dari dalam

diri individu karena:

1. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas

Pada kondisi ini, individu bukanlah pribadi bebas yang mempunyai tujuan dan

berupaya untuk merealisasikan tujuan hidupnya.

2. Individu kurang termotivasi dalam hidup

bahwa individu terbelenggu pada masa kanak-kanaknya, dan tidak dapat

menjadi pribadi dewasa.

7

Page 9: Selesaias

3. Individu enggan menelaah diri

Individu menjadi sering dijumpai pernyataan umum yang menyatakan bahwa

seseorang itu dewasa usia, tetapi tidak dewasa pemikirannya (bersifat

kekanak-kanakan).

4. faktor usia

Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian

seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa

mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaaan jenuh

untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang

usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik, memori

(pelupa) dan metabolise tubuh.

2. Faktor Eksternal.

Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya

disebabkan:

1. Faktor tradisi budaya

Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.

Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian

setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir, bersikap atau cara berperilaku.

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan

antara masyarakat modern yang budayanya relative maju (khususnya IPTEK), dengan

masyarakat primitive yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,

berpakaian, dan cara memandang waktu.

Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam kenyataan sering

ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu

terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.

Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh orang dewasa karena orang

dewasa memiliki sifat tidak ingin tersaingi oleh orang lain dan orang dewasa lebih

sering bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain sehinggga kebudayaan orang lain

yang menurutnya menyenangkan akan ia tiru .

8

Page 10: Selesaias

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak

dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana orang itu tinggal. Seseorang

7

Page 11: Selesaias

2. Faktor Eksternal.

Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya disebabkan:

1. Faktor tradisi budaya

Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi

atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap

anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir, bersikap atau cara berperilaku.

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan

antara masyarakat modern yang budayanya relative maju (khususnya IPTEK), dengan

masyarakat primitive yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,

berpakaian, dan cara memandang waktu.

Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam kenyataan sering

ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu

terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.

Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh orang dewasa karena orang

dewasa memiliki sifat tidak ingin tersaingi oleh orang lain dan orang dewasa lebih

sering bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain sehinggga kebudayaan orang lain

yang menurutnya menyenangkan akan ia tiru .

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak

dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana orang itu tinggal. Seseorang

warga negara Indonesia misalnya, jika seseorang dewasa bekerja di negara lain misalnya

singapure, jangan diharap bahwa keperibadian orang tersebut akan sama seperti ketika

dia belum bekerja di singapure. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian sangat erat

pengaruhnya, kepribadiaan seseorang tidak dapat diukur atau dinilai, tanpa menyelidiki

latar belakang kebudayannya.

2. Penerimaan masyarakat/sosial

Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk

mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya

diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan

masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri

9

Page 12: Selesaias

dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada

pengembangan konsep diri negatif.

10

Page 13: Selesaias

FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

YANG BERASAL DARI LINGKUNGAN

Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu sehingga individu itu

terlibat / terpengaruh karenanya. Lingkungan merupakan keseluruhan aspek atau fenomena

fisik dan social yang mempengaruhi organism. Pendapat ini senada dengan pendapat Joe

Kathena dalam psikologi perkembangan anak dan remaja (2002), yang menyatakan bahwa

lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan social

budaya. Lingkungan merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui

alat inderanya (penglihatan, penciuman, pendengaran, dan rasa).

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer,1995) mengemukakan

bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi, atau kondisi di luar

organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu.”

Lingkungan ini terdiri atas fisik dan social yaitu meliputi seluruh manusia yang secara

potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.

Sementara Wasty Soemanto (1983) berpendapat bahwa lingkungan itu dapat diartikan

secara :

1.      Fisiologis, yang meliputi segala kondisi dan material jasmaniah

2.      Psikologis, yang mencakup stimulasi yang diterima individu mulai masa konsepsi,

kelahiran, sampai mati, seperti sifat-sifat genetick

3.      Sosio-kultural, yang mencakup segenap stimulasi, interaksi dan konsidi eksternal dalam

hubungan dengan perlakuan atau karya orang lain, keluarga, perpendidikan, kelompok

pengajaran, serta bimbingan dan konseling

Faktor penghambat yang berasal dari lingkungan :

1. Sistem yang dianut ( di lingkungan : pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal );

2. Tanggapan, sikap atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan ( kebiasaan atau tradisi,

misalnya : isteri sebagai pengurus rumah tangga sulit berkembang dalam bidang profesi yang

diminati ).

11

Page 14: Selesaias

FAKTOR PENGHAMBAT KEPRIBADIAN

A. Faktor Input

1. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup sering disebut juga rencana

ataupun target. Mahasiswa yang tidak mempunyai tujuan hidup, mereka tidak

memiliki keyakinan, moral, atau standar yang akan mengendalikan hidup untuk

mencapai puncak kesuksesan.

2. Kurangnya motivasi dalam hidup. Hal ini membuat mahasiswa seringkali loyo, tak

bergairah, tidak ada dinamika, dan tidak akan menghasilkan perubahan seperti yang

diinginkan.

3. Mempunyai problema. Problem atau masalah yang dihadapi mahasiswa berpengaruh

besar pada tingkat keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu tugas.

4. Tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang dimiliki mahasiswa seringkali

membuat kegagalan yang berujung dengan penyesalan.

5. Kurang kreatif. Kurangnya kekreatifitasan membuat mahasiswa tidak memiliki nilai

lebih atau keistimewaan dari mahasiswa lainnya, mahasiswa seperti ini sulit untuk

berkembang dan menciptakan inovasi baru.

6. Sudah merasa puas. Perasaan cepat puas yang dimiliki mahasiswa mengakibatkan

mahasiswa tidak bisa mengukur kemampuannya tentang suatu hal dan sangat

membatasi bagi perkembangan pola pikir dan sikapnya.

7. Mudah menyerah. Sikap mudah menyerah menjadikan mahasiswa memiliki

kemampuan yang terbatas.

B. Faktor Output

1. Faktor tradisi budaya

Setiap mahasiswa memiliki perbedaan tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.

Tradisi atau kebudayaan setiap mahasiswa memberikan pengaruh terhadap

kepribadian setiap anggotanya, baik menyangkut cara berpikir, bersikap atau cara

berperilaku. Faktor ini mengakibatkan kesenjangan antar sesama mahasiswa.

12

Page 15: Selesaias

2. Pengaruh perkembangan zaman (Globalisasi)

Perkembangan zaman atau sering disebut dengan istilah globalisasi merupakan sebuah

fakta yang tidak dapat dihindari.Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar

bagi mahasiswa.Ada beberapa media yang berdampak buruk atau sebagai penghambat

kepribadian pada mahasiswa, yaitu televisi dan media cetak.Kedua media ini di satu

sisi memberikan pembelajaran yang menambah wawasan dan memiliki manfaat

seperti menambah informasi dan pengetahuan dalam interaksi mahasiswa terhadap

lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain media-media tersebut memberikan asupan

negatif bagi mahasiswa, seperti hal-hal porno yang dikemas halus dalam media

televisi dan cetak.

Faktor penghambat perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua factor,

antara lain :

a. Faktor Internal Diri.

Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yap& berasal dari

dalam diri individu sendiri dikarenakan

1. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas.

2. Individu kurang termotivasi dalam hidup

3. Individu enggan menelaah diri

4. Faktor usia

Individu yang mengalami cacat jasmani mempunyai kecenderungan

untuk kurang termotivasi dalam hidupnya. Semakin rendah penerimaan

masyarakat terhadap kecacatan seseorang akan berpengaruh negatif pada

perkembangan kepribadiannya, dan sebaliknya. Semakin banyak kegiatan yang

dapat dilakukan oleh seorang penyandang cacat jasmani semakin akan

meningkatkan konsep diri positif yang akan berpengaruh pada

perkembangan kepribadiannya.

13

Page 16: Selesaias

Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian

seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa

mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh

untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang

usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik,

memori (pelupa) dan metabolisms tubuh.

b. Faktor Eksternal Diri

Hambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi

antaranya disebabkan:

Faktor tradisi budaya.

Pada setiap budaya, seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan

suatu pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan

budayanya. Kelompok menetapkan budaya sebagai model untuk pola

kepribadian yang disetujui dan menekan individu-individu yang tergabung di

dalamnya untuk kecenderungan pola perilaku individu. Seperti di Jepang, dimana

perempuan merupakan lapis kedua dalam masyarakat. Adat di masyarakat Tapanuli

yang menganut sistem Patrilinial, yaitu memposisikan pria diatas perempuan dalam

kehidupan masyarakatnya. Keadaan masyarakat yang memposisikan perempuan

pada strata kedua dalam kehidupan masyarakat berbudaya Timur ini, seringkali

memengaruhi pola kepribadian perempuan dalam budaya Timur yang cenderung

ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berada dalam bayang-bayang kaum pria.

Berbeda dengan perempuan dalam kehidupan masyarakat budaya Barat yang lebih

berorientasi pada kemandirian pribadinya.

7

Page 17: Selesaias

Penerimaan masyarakat / sosial

Penerimaan masyarakat sosial juga mempengaruhi keinginan individu untuk

mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa

percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan,

penerimaan masyarakat / sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi

rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri

yang akan berpengaruh pada konsep diri negatif.

Kepribadian, bukanlah semata-semata faktor bawaan sejak lahir, tetapi juga

merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke

arah yang lebih baik melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian

menarik adalah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

memiliki kestabilan emosi yang mantap. Hal ini tercermin pada :

1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.

2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.

3. Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban

yang dibebankan kepadanya.

16

Page 18: Selesaias

FAKTOR SOSIAL

Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri negatif.

Kepribadian, bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetap-' juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke arah yang lebih balk melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian menarik adalah individu yang mamp-. menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan emosi yan.- mantap. Hal ini tercermin pada:

1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.

2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.

Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan

kewajiban yang dibebankan kepadanya

17

Page 19: Selesaias

Faktor penghambat perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat dikarenakan dua factor, antara lain :

c. Faktor Internal Diri.Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan yap&

berasal dari dalam diri individu sendiri dikarenakan5. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas.6. Individu kurang termotivasi dalam hidup7. Individu enggan menelaah diri8. Faktor usia

Individu yang mengalami cacat jasmani mempunyai kecenderungan untuk kurang termotivasi dalam hidupnya. Semakin rendah penerimaan masyarakat terhadap kecacatan seseorang akan berpengaruh negatif pada perkembangan kepribadiannya, dan sebaliknya. Semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang penyandang cacat jasmani semakin akan meningkatkan konsep diri positif yang akan berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.

Adapun faktor usia menjadi penghambat bagi perkembangan kepribadian seorang individu dikarenakan individu yang telah berumur merasa bahwa mereka telah lebih banyak mengetahui arti kehidupan, ada perasaan jenuh untuk berubah lagi setelah (mungkin) perubahan yang dilakukan sepanjang usianya, dan juga adanya penurunan kemampuan fisik secara motorik, memori (pelupa) dan metabolisms tubuh.

d. Faktor Eksternal DiriHambatan perkembangan kepribadian individu secara eksternal terjadi antaranya disebabkan:

1. Faktor tradisi budaya.

Pada setiap budaya, seseorang mengalami tekanan untuk mengembangkan suatu pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya. Kelompok menetapkan budaya sebagai model untuk pola kepribadian yang disetujui dan menekan individu-individu yang tergabung di dalamnya untuk kecenderungan pola perilaku individu. Seperti di Jepang, dimana perempuan merupakan lapis kedua dalam masyarakat. Adat di masyarakat Tapanuli yang menganut sistem Patrilinial, yaitu memposisikan pria diatas perempuan dalam kehidupan

18

Page 20: Selesaias

masyarakatnya. Keadaan masyarakat yang memposisikan perempuan pada strata kedua dalam kehidupan masyarakat berbudaya Timur ini, seringkali memengaruhi pola kepribadian perempuan dalam budaya Timur yang cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berada dalam bayang-bayang kaum pria. Berbeda dengan perempuan dalam kehidupan masyarakat budaya Barat yang lebih berorientasi pada kemandirian pribadinya.

2. Penerimaan masvarakat/sosial,

Penerimaan masyarakat/lingkungan sosial juga memengaruhi keinginan individu untuk mengembangkan kepribadiannya. Penerimaan sosial yang

tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada peningkatan konsep diri positif. Sedangkan, penerimaan masyarakat/sosial yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial, dan terjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri negatif.

Kepribadian, bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetap-' juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian, senantiasa dapat dikembangkan ke arah yang lebih balk melalui proses belajar. Seorang yang memiliki kepribadian menarik adalah individu yang mamp-. menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan emosi yan.- mantap. Hal ini tercermin pada:

1. Sikap, perilaku yang bertanggung jawab dan tingkat kepekaan social yang tinggi.

2. Cenderung mematuhi peraturan, bertindak sesuai dengan norma-norma lingkungan.

3. Bertindak rasional, suka menolong, bertanggung jawab pada tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.

7

Page 21: Selesaias

FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANSIA

1. Perkembangan jasmani

Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging).

Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada

proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan

ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan,

misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun

suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya

kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga

dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi

organ pernapasan.

Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat

berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat

pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi

osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.

Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur

atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu

cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan

kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi

kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya

pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan

kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga

menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan

berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk

mengalami cedera kulit.

Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak

spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan

ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan,

dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan

pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang

mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.

Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang

20

Page 22: Selesaias

diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab

lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah

gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat

glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau

perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat

indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.

Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra

menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang

lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan

mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa

kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang.

Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.

Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan

dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga

tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat

berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat

terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.

Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga

dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil

mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat

terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan

apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan

mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara

sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami

oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga

pandangan menjdi kurang jelas.

Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka.

Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat

indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari

stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian

organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang

nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi

dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan

berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah

22

Page 23: Selesaias

bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4)

kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.

2. Perkembangan Intelektual

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian

dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa

setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara

terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.

Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran

tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang

memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual

sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau

bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran

memorinya. Menurut Ratneret.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam strategi

penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran

intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.

Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat

dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi

kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk

dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan

yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat

mengantisipasi terjadinya kepikunan.

3. Perkembangan Emosional

Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua

tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan

masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak

ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian

pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi

lanjut usia.

Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan

penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan

dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan

mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut

usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian

21

Page 24: Selesaias

diri pada masa-masa selanjutnya.

Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang

berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial

psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari

dalam diri

dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan

mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya

tanpa menimbulkan masalah baru.

Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan

memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki

pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk

diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya

sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan

tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya

yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak

kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).

Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi

emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang

berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,

menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat

menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin

yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran

yang jernih.

Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem

emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan

terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan

terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal

tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap

menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu

memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah

“perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan

yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga

mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri

sendiri.

Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang

bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal

yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran

dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat

26

Page 25: Selesaias

buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.

Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan

dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang.

Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui

pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan

jarang. memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif

itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan sia-sia. Semakin

orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku emosional mereka.

4. Perkembangan Spiritual

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan

tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan

spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para

Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga

religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik

maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari

(1997), bahwa :

1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang

religius.

2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non

religius.

3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup

lainnya.

4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius,

sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.

5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)

daripada yang nonreligius.

5. Perubahan Sosial

Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu

dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia

sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory.

Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan

sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).

6. Perubahan Kehidupan Keluarga

Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh

berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap

orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa

terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia

tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.

25

Page 26: Selesaias

Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka

secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya

ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki

kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua

dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.

7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia

Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada

individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun

ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua.

Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang

akan datang.

Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan

kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya

jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau

ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan

hidup lansia.E. Masalah yang dihadapi oleh lansia

Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam

kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :

1. Masalah fisik

Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah,

diantaranya seringnya terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra

pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu dengan baik

serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu)

2. Masalah kognitif ( Intelektual )

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat

disimpulkan bahwa pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit

untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar

3. Masalah emosional

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah

rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat

besar. Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya, maka tingkat emosi

meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan.

Sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress

akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi

24

Page 27: Selesaias

4. Perkembangan Spiritual

Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah pekembangan spiritual,

adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa

kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan

merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.

ATAU

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:1. Penurunan Kondisi FisikSetelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.2. Penurunan Fungsi dan Potensi SeksualPenurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi

dan budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya

misalnya cemas, depresi, pikun dsb.3. Perubahan Aspek PsikososialPada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

26

Page 28: Selesaias

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.4. Perubahan yang Berkaitan Dengan PekerjaanPada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

28

Page 29: Selesaias

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar

27