TUGAS
KEDARURATAN B3 DI INDUSTRI
[TL-6190]
Tugas Makalah UAS
SARANA PRASARANA KEDARURATAN DI INDUSTRI
Nama : Adinegara (25308029)
MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
P a g e | 1
Bab I
Pendahuluan
Kedaruratan (emergency) atau keadaan darurat adalah situasi dan kondisi yang
tidak normal, terjadi secara tiba-tiba, bersifat mengganggu kegiatan dalam sebuah
organisasi atau komunitas yang perlu segera ditanggulangi. Keadaan darurat dapat
berubah menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana, prasarana dan fasilitas umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Keadaan darurat dapat dibagi menjadi
beberapa kategori berdasarkan sumber penyebabnya, yaitu:
a. Bencana alamiah (natural hazard), contohnya banjir, kekeringan, angin
topan, gempa, petir;
b. Kegagalan teknis (technological hazard) seperti pemadaman listrik,
bendungan bobol, kebocoran nuklir, peristiwa kebakaran/ledakan, kecelakaan
kerja/lalulintas;
c. Huru hara, meliputi perang dan kerusuhan.
Kedaruratan di industri seringkali terjadi disebabkan oleh adanya kegagalan teknis
dari suatu proses.
Kecelakaan industri seringkali terjadi dan berdampak luas dikarenakan antisipasi
kedaruratan yang tidak maksimal. Untuk mengantisipasi keadaan darurat
diperlukan unsur mitigasi lewat upaya Kesiapsiagaan (preparedness) dan Tanggap
Darurat (emergency response). Kesiapsiagaan adalah keadaan siap dan siaga
terhadap kejadian atau situasi khusus atau yang tidak terduga sedangkan Tanggap
darurat adalah serangkaian kegiatan dan upaya pemberian bantuan kepada korban
bencana berupa pertolongan kesehatan, bahan makanan, obat-obatan,
penampungan sementara, serta mengatasi kerusakan secara darurat supaya dapat
berfungsi kembali. Upaya tanggap darurat dapat berjalan dengan baik dan
maksimal apabila jauh sebelum terjadi kedaruratan telah dipersiapkan unsur
berupa kesiapsiagaan. Kedua unsur tersebut merupakan mutu yang penting dalam
mencapai tujuan dan dalam mencegah serta memitigasi dampak negatif.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 2
Salah satu elemen dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat di industri adalah
ketersediaan sarana dan prasarana kedaruratan di lingkungan sekitar kegiatan
industri. Pihak pengusaha mesti menyediakan fasilitas, peralatan dan
perlengkapan yang tepat guna diikuti dengan melakukan berbagai pengaturan
penanganan kedaruratan sedemikian rupa sehingga lebih efektif antara lain
melalui kegiatan penyusunan dan uji coba rencana penanganan kedaruratan,
mengorganisasi, memasang dan menguji sistem peringatan dini, penggudangan
dan penyiapan barang-barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar, pelatihan dan
gladi, penyiapan mekanisme alarm dan prosedur-prosedur tetap.
Guna mencapai koordinasi yang efektif antara berbagai pihak ketika terjadi
kedaruratan, sebaiknya fasilitas tanggap darurat disediakan di sekitar lingkungan
industri. Tulisan ini selanjutnya akan membahas berbagai sarana dan prasarana
kedaruratan yang seringkali digunakan dalam dunia industri.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 3
Bab II
Sarana Prasarana Kedaruratan di Industri
Ada banyak sekali jenis sarana dan prasarana kedaruratan yang dibangun dan
dipasang disekitar lingkungan industri. Namun, yang sering dapat terlihat adalah
sebagai berikut:
• Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
• Fire Hydrant
• Fire Alarm
• Smoke Detector
• Sprinkler System
• Jalan Keluar
• Kotak P3K
• Klinik
• APD
• Mobil Pemadam Kebakaran
• Mobil Ambulans
• dan sebagainya
1. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
Alat pemadam api ringan atau APAR ialah alat yang ringan serta mudah dilayani
oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. APAR tidak
dirancang untuk memadamkan api yang tidak terkendali, seperti halnya api yang
telah mencapai langit-langit dan APAR tidak boleh digunakan jika
membahayakan penggunanya (contoh: tidak ada jalan keluar, banyak asap, bahaya
ledakan, dan sebagainya).
APAR berdasarkan cara operasinya dapat dibagi menjadi dua tipe: stored pressure
(berisi nitrogen) dan cartridge-operated (berisi CO2). APAR tipe stored pressure
umumnya dipasang hampir di setiap area industri, sedangkan tipe cartridge-
operated hanya diletakkan di beberapa fasilitas khusus industri. APAR lebih
lanjut dapat dibagi menjadi model hand-held dan cart-mounted (wheeled
extinguishers). Model hand-held bersifat portabel karena ringan (0.5 - 14 kg).
Adapun unit cart-mounted (23+ kg) dilengkapi roda. Model beroda ini umum
dijumpai di kawasan konstruksi, landasan pesawat terbang, heliport, dermaga dan
marina.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 4
(a) (b) (c)
Gambar 1. APAR (a) bagian-bagian APAR (b) tipe stored pressure; (c) tipe cartridge-operated
Klasifikasi APAR hand-held
Terdapat beberapa klasifikasi APAR yang diakui secara internasional. Tiap
klasifikasi berfungsi untuk memadamkan api yang berasal dari kelompok bahan
bakar tertentu (kelas api). Australia dan Inggris mengenal enam kelas api:
Kelas A : solid organik (contoh: kertas dan kayu)
Kelas B : flammable liquid dan liquifiable solid.
Kelas C : flammable gas
Kelas D : bahan logam (metal)
Kelas E : peralatan listrik
Kelas F : lemak dan minyak goreng
Tabel 1. Klasifikasi APAR di Australia
Tipe Kesesuaian penggunaan APAR terhadap Kelas ApiWater AFoam A BDry chemical (powder)
A B C E
Carbon dioxide (A) B C E FVaporising liquid (not halon)
A B C E
Halon*) A B EWet chemical A F*) APAR Halon (kuning) ilegal untuk dimiliki atau digunakan terhadap api, kecuali jika ada izin.
Tabel 2. Klasifikasi APAR di Inggris
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 5
Tipe Kesesuaian penggunaan APAR terhadap Kelas ApiWater AFoam A BDry powder (A) B C ECarbon dioxide B EWet chemical A (B) FKelas D powder DHalon gas
Sedangkan menurut Permennakertrans No. 04/MEN/1980 tentang Syarat‐Syarat
Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan, pada pasal 2:
(1). Kebakaran dapat digolongkan :a) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);b) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);c) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);d) Kebakaran logam (Golongan D).
(2). Jenis alat pemadan api ringan terdiri :a) Jenis cairan (air);b) Jenis busa;c) Jenis tepung kering;d) Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);
(3). Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam api ringan tersebut ayat (1) dan ayat (2) dapat diperluas sesuai dengan perkembangan teknologi.
Jenis Media Pemadam dalam APAR
Kimia kering / Dry Chemical
Berisi senyawa kimia mencakup sodium bikarbonat, potassium bikarbonat,
potassium bikarbonat berbahan dasar urea, potassium klorida atau mono
kromonium fosfat yang dicampur secara khusus sehingga dapat menyerap panas.
Cara kerja dari pemadam ini adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran
dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Untuk
jenis dapat digunakan untuk kelas kebakaran A, B maupun C.
Foam
AFFF atau Aqueous Film Forming Foam adalah campuran busa yang dilarutkan
dalam air, berfungsi sebagai penghalang tercampurnya udara dengan uap bahan
bakar dengan cara membentuk lapisan film hidrokarbon pada permukaan bahan
bakar untuk menekan timbulnya uap bahan bakar. Biasanya digunakan untuk jenis
kelas kebakaran D.
Halon
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 6
Halon merupakan senyawa gas hidrokarbon yang salah satu atau lebih gugus
hidrogennya diganti dengan atom halogen atau atom bromine. Sifatnya stabil.
Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mengikat oksigen, sehingga
memutus rantai reaksi kimia pada proses pembakaran. Biasanya digunakan untuk
memadamkan jenis kelas kebakaran C. Namun saat ini sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek samping terhadap ozon.
Karbondioksida (CO2)
Media yang digunakan dalam APAR adalah gas CO2. Cara kerja dari pemadam
jenis ini adalah dengan menyingkirkan oksigen dari area kebakaran dan
memisahkannya dari bahan bakar, karena CO2 lebih berat dibandingkan dengan
oksigen. Karena CO2 tersimpan dalam fasa cair dengan tekanan tinggi, maka
suhunya pun sangat rendah (dibawah -78ºC), sehingga pemadamannya juga
dilakukan dengan metode pendinginan. Cocok untuk jenis kebakaran kelas C.
Air
APAR yang berisi air biasanya berwarna perak. Isi apar ini adalah air murni yang
disimpan dalam sebuah tabung bertekanan. Untuk jenis pemadam ini biasanya
digunakan hanya untuk jenis kebakaran kelas A saja.
Gambar 2. Jenis APAR berdasarkan media dan kelas api
Powder / Bubuk Kelas D
Khusus untuk kelas kebakaran D atau kebakaran yang melibatkan bahan dasar
logam. Bahan berupa campuran antara sodium klorid dan material thermoplastik.
Kimia basah / Wet Chemical
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 7
Pemadam jenis kimia basah merupakan campuran berbahan dasar potassium
asetat yang digunakan untuk memadamkan bahan yang digunakan dalam proses
memasak. Cara kerja dari jenis pemadam ini adalah dengan mendinginkan bahan
yang terbakar dan membentuk lapisan yang memisahkan antara api dan udara.
Ketentuan Pemasangan dan Penempatan APAR
(1) Ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
(2) Tinggi pemberian tanda pemasangannya adalah 125 cm dari dasar lantai.
(3) Harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
(4) Jarak antara APAR yang satu dengan lainnya tidak melebihi 15 meter
(5) Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.
(6) Tidak memasang dan menggunakan APAR yang berlubang atau berkarat.
(7) Dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
(8) Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya diberi
kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
(9) Sengkang tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
(10)APAR tidak dipasang dalam ruangan bersuhu melebihi 490C atau -440C
kecuali apabila APAR dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
(11)Untuk APAR yang ditempatkan di tempat terbuka harus dilindungi dengan
tutup pengaman.
Gambar 3. APAR mesti terletak di lokasi yang jelas, mudah dicapai, tidak terhalang objek
Pemeliharaan APAR
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 8
(1) APAR diperiksa tiap 1-2 kali dalam setahun (6 atau 12 bulan sekali),
mencakup:
Kondisi isi dan tekanan dalam tabung apakah sesuai standard atau tidak;
Kondisi luar tabung, pengaman tabung, handel, label, mulut pancar, pipa
pancar, apakah berlubang, berkarat, macet, tersumbat atau tidak.
(2) Apabila yang ditemukan cacad sewaktu pemeriksaan harus segera diperbaiki
atau diganti.
(3) Untuk setiap APAR dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka
waktu tidak melebihi 5 (lima) tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan
coba 30 (tiga puluh) detik.
(4) Tabung tidak boleh digunakan sesudah 10 (sepuluh) tahun terhitung tanggal
pembuatannya dan selanjutnya dikosongkan.
(5) Tabung gas yang dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dipakai harus
dimusnahkan.
(6) Tanggal, bulan dan tahun pengisian, harus dicatat pada badan alat pemadam
api ringan tersebut.
(7) Alat pemadam api ringan ditempatkan kembali pada posisi yang tepat.
Penjelasan lebih meneyeluruh dapat dilihat dalam Peraturan yang bersangkutan.
2. FIRE HYDRANT
Fungsi utama hydrant adalah sebagai salah satu sumber air apabila terjadi
kebakaran. Banyak negara maju telah membuat standard pewarnaan dan tanda-
tanda khusus untuk setiap sistem hidran sedangkan di negara-negara dunia ketiga
hal tersebut belum lazim. Pada saat terjadi peristiwa kebakaran fire hydrant harus
mudah terlihat dan segera dapat dipergunakan. National Fire Protection
Association (NFPA) secara spesifik menyatakan bahwa hidran harus diwarnai
dengan chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat seperti white, bright
red, chrome silver dan lime-yellow, tetapi sebenarnya aspek terpenting adalah
warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu wilayah tertentu.
NFPA menyatakan bahwa ada perbedaan secara fungsi antara fire hydrant untuk
kebutuhan perkotaaan (municipal system) dan kebutuhan pribadi (private system)
termasuk di dalamnya untuk pabrik, sehingga harus ada perbedan warna dan
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 9
penandaan lainnya. Fire Hydrant. o rg salah satu website yang berkenaan dengan
hydrant memberikan masukan sbb :
Tabel 3. Penandaan warna fire hydrant dan peruntukkannya
Supply Body Color
Municipal System: Chrome Yellow
Private System: Red
Non-Potable System: Violet (Light Purple)
Ciri penandaan lainnya adalah flow indicators, standar NFPA untuk bonnets (topi
hydrant) dan caps (sumbat hydrant) harus diwarnai sesuai dengan indikasi
kuatnya tekanan aliran hydrant (20 p.s.i.) dan kode standarnya sbb :
Gambar 4. Outdoor fire hydrant dan penandaan warna bonnets dan capsnya
Tabel 4. Penandaan warna fire hydrant berdasarkan flow indicator
Class C Less than 500 GPM Red
Class B 500-999 GPM Orange
Class A 1000-1499 GPM Green
Class AA 1500 GPM & above Light BlueSumber: NFPA 291, Chap. 3
Fire hydrant dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu outdoor dan indoor hydrant.
Industri sering memasang kedua jenis hidran tersebut. Outdoor hydrant seing
ditemukan berbentuk batang seperti gambar di atas, dipasang di bagian luar
gedung sedangkan indoor hydrant umumnya berbentuk box berwarna merah atau
putih berisi keran dan selang seperti gambar di bawah. Indoor hydrant tersebut
dipasang di dinding bangunan. Box hydrant berisi selang juga dapat diletakkan di
luar bangunan berdekatan dengan hydrant berbentuk pipa.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 10
Gambar 5. Fire hydrant berbentuk box
Pemeriksaan dan Perawatan
Fire hydrant memerlukan pemeriksaan dan perawatan setiap tahun. Produsen
hidran menyarankan agar melumasi bagian head mechanism serta mengganti
bagian head gasket dan o-ring setiap tahun agar hidran dapat berfungsi baik.
Lubrikasi head mechanism sebaiknya menggunakan food grade non-petroleum
lubricant supaya tidak terjadi kontaminasi dalam sistem distribusi air hidran.
Ketentuan mengenai hidran di tempat kerja di Indonesia ada dalam "Keputusan
Menteri Negara Pekerjaan Umum RI" No 10/KPTS/2000 tentang KETENTUAN
TEKNIS PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA
BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN pada Bagian 3: Sistem
Pemadaman Kebakaran Manual, 3.3 Hidran kebakaran dalam bangunan.
3. FIRE ALARM SYSTEM
Sistem alarm kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi sistem alarm otomatis,
manual, atau gabungan dan dirancang untuk mendeteksi kehadiran api yang tidak
diinginkan dengan cara memonitor perubahan lingkungan. Sistem tersebut dapat
memberitahu orang untuk melakukan evakuasi ketika terjadi kedaruratan,
memanggil layanan kedaruratan, serta mempersiapkan struktur dan sistem terkait
untuk mengendalikan penyebaran api dan asap.
Inisiasi Alarm
Alat aktivasi manual; berbentuk break glass station, buttons and manual
pull station. Alat tersebut harus diletakkan pada lokasi yang mudah terlihat
(pada lokasi dekat jalan keluar) dan selalu siap untuk dioperasikan.
Alat aktivasi otomatis dapat dalam berbagai bentuk tergantung perubahan
fisik akibat api yang ingin dideteksi seperti: energi termal konveksi (detektor
panas), produk pembakaran (detektor asap), energi radiasi (detektor nyala
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 11
api), gas pembakaran (detektor karbon monoksida) dan agen-agen pemadam
api (detektor aliran air).
Berbagai ketentuan mengenai alarm kebakaran otomatis terutama di tempat kerja
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per/02/MEN/1983 Tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik. Terhadap instalasi alarm kebakaran
otomatis harus dilakukan pemeliharaan dan pengujian berkala secara mingguan
bulanan dan tahunan. Pemeliharaan dan pengujian tahunan dapat dilakukan oleh
konsultan kebakaran atau organisasi yang telah diakui oleh Direktur atau pejabat
yang ditunjuk.
(a) (a)
(c) (d)
Gambar 6. (a) Fire Alarm Aktivasi Manual break glass station; (b) manual pull station; (c) indikator bunyi alarm; (d) alarm yang dilengkapi dengan indikator lampu
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 12
4. SMOKE DETECTOR
Detektor asap adalah alat untuk mendeteksi kehadiran asap. Dunia industri
biasanya melengkapi sistem alarm otomatisnya dengan setiap bangunan dengan
detektor asap. Detektor asap biasanya disimpan dalam plastik bentuk cakram
berdiameter sekitar 150 mm dan mempunyai ketebalan 25 mm. Kebanyakan
detektor bekerja dengan prinsip deteksi optik (photoelectric) atau proses fisik
(ionization) atau gabungan kedua prinsip tersebut.
Detektor asap optis umumnya memiliki kemampuan deteksi lebih cepat terhadap
asap yang dihasilkan api nyala kecil sedangkan detektor asap ionisasi lebih cepat
mendeteksi asap dari api yang menyala besar. Obscuration atau kekaburan adalah
standard unit pengukuran bagi sensitivitas detektor asap. Kekaburan yang
dimaksud yaitu asap mengaburkan visibilitas atau tingkat kemampuan pandangan
sensor detektor. Konsentrasi asap yang lebih tinggi menyebabkan tingkat
kekaburan menjadi lebih tinggi pula, dan menurunkan tingkat visibilitas.
Gambar 7. Detektor Asap
Tabel 4. Tipe dan tingkat sensitivitas detektor asap
Tipe Detektor Tingkat Kekaburan
Ionization 2.6-5.0% obs/m (0.8-1.5% obs/ft)
Photoelectric 6.5-13.0% obs/m (2-4% obs/ft)
Beam 3% obs/m (0.9% obs/ft)
Aspirating 0.005-20.5% obs/m (0.0015-6.25% obs/ft)
Laser 0.06-6.41% obs/m (0.02-2.0% obs/ft)
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 13
Beberapa hal yang mesti diperhatikan mengenai detektor asap adalah sebagai
berikut:
(1).Detektor asap harus dapat bekerja baik dan kepekaannya tidak terpengaruh
oleh tegangan listrik yang bekerja.
(2).Dalam menentukan letak detektor asap harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) kecepatan aliran udara bila detektor asap dipasang dalam saluran udara,
dekat saluran udara atau dalam ruang ber-AC;
b) suhu sekitar langit-langit;
(3).Pemasangan detektor asap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) sekurang-kurangnya satu detektor asap harus dipasang untuk setiap 92 m2
luas lantai.
b) jarak antar detektor asap tidak lebih dari 12 m dalam ruangan biasa dan 18
m di dalam koridor.
(4).Setiap kelompok alarm kebakaran dibatasi sampai 20 buah detektor asap dan
dapat melindungi ruangan tidak lebih dari 2000 m2 luas lantai.
Ketentuan mengenai pemasangan detektor asap lebih jelas diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.Per/02/MEN/1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatik pada Bab IV Sistem Deteksi Asap.
5. FIRE SPRINKLER DAN SPRINKLER SYSTEM
Fire sprinkler atau penyiram api adalah bagian dari sistem sprinkler yang
berfungsi menyemprotkan air ketika efek api terdeteksi, seperti saat temperatur
ruangan telah mencapai titik tertentu. Ketika temperatur ruangan mencapai titik
tertentu, bagian heat-sensitive glass bulb (lihat Gambar 6) atau fusible link pada
sprinkler yang berfungsi sebagai sumbat saluran air pecah sehingga air dapat
keluar dari lubang pipa. Titik temperatur aktivasi setiap jenis sprinkler berbeda,
tergantung tipe bahaya yang dihadapi. Untuk pembeda jenis sprinkler biasanya
glass bulb tersebut diberi warna yang berbeda (lihat Tabel 5). Aliran air dari pipa
menumbuk deflektor sehingga menghasilkan pola persebaran air tertentu.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 14
Gambar 8. Fire Sprinkler, pentolan berwarna merah adalah heat-sensitive glass bulb
Sistem sprinkler atau penyiram api merupakan langkah perlindungan terhadap api,
terdiri dari sistem suplai air yang memberikan tekanan yang cukup serta laju
aliran air pada sistem perpipaan distribusi air hingga pada alat fire sprinkler yang
terhubung.
Tabel 5. Maximum ceiling temperature, nominal operating temperature of the sprinkler, color of the bulb or link and the temperature classification
Maximum Ceiling Temperature
Temperature Rating
Temperature Classification
Color Code (with Fusible Link)
Glass Bulb Color
100°F / 38°C135-170°F / 57-77°C
OrdinaryUncolored or Black
Orange (135°F) or Red (155°F)
150°F / 66°C175-225°F / 79-107°C
Intermediate WhiteYellow (175°F) or Green (200°F)
225°F / 107°C250-300°F / 121-149°C
High Blue Blue
300°F / 149°C325-375°F / 163-191°C
Extra High Red Purple
375°F / 191°C400-475°F / 204-246°C
Very Extra High Green Black
475°F / 246°C500-575°F / 260-302°C
Ultra High Orange Black
625°F / 329°C 650°F / 343°C Ultra High Orange Black
Jumlah sprinkler yang aktif hanya terbatas pada sprinkler yang terdekat dengan
api saja. Sprinkler untuk industri perlu pelepasan air minimal sekitar 75-150
liter/menit (20-40 US galon/menit), namun direkomendasikan menggunakan
sprinkler jenis terbaru yaitu Early Suppression Fast Response (ESFR)
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 15
(100 US galon/menit atau 0.0063 m3/detik). Sebagai catatan, sistem sprinkler
hanya bekerja sekitar 1 – 4 menit, sehingga upaya pemadaman api lebih lanjut
tergantung pada waktu kedatangan tim pemadam kebakaran pada lokasi
kebakaran.
Tipe Sistem Sprinkler
1. Sistem wet pipe
Tipe sistem ini paling sering digunakan daripada tipe sistem lainnya karena
sederhana yaitu pipa sprinkler telah terisi oleh air sehingga ketika glass bulb
pecah, air langsung tersembur. Kelemahan tipe ini adalah bila terjadi
kebocoran pipa.
2. Sistem dry pipe
Sistem dry pipe hanya dapat dipasang pada ruangan dingin yang
temperaturnya mampu membekukan air pada sistem wet pipe. Pipa sistem ini
belum terisi oleh air hingga sprinkler teraktivasi. Beberapa kelemahan sistem
tersebut adalah:
Sistem lebih kompleks karena memerlukan peralatan tambahan dan
kontrol tekanan udara;
Biaya pemasangan dan perawatan lebih mahal
Mempunyai fleksibilitas desain lebih rendah
Waktu respons lebih lama: karena pipa belum terisi air, maka perlu waktu
untuk mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkler.
Potensi korosi pipa yang besar
3. Sistem "Banjir"
Sistem ini tidak menggunakan heat-sensitive light bulb atau fusible link.
Digunakan untuk menghadapi bahaya khusus dimana api dapat menyebar
cepat. Air belum terdapat dalam pipa kecuali jika sprinkler teraktivasi.
Sprinkler teraktivasi jika ada bahaya yang terdeteksi oleh sistem alarm
otomatis (detektor asap, panas, dsb.) atau juga dapat diaktivasi secara manual.
Setelah teraktivasi, air keluar dari semua sprinkler secara simultan.
4. Pre-Action System
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 16
Sistem pre-action adalah hibrida dari sistem wet, dry, dan "banjir". Ada dua
sub-tipe: single interlock dan double interlock. Inti kerja dari sistem ini
adalah ketika bahaya terdeteksi oleh detektor asap atau detektor panas, pipa
sprinkler kemudian menjadi siaga (dari sistem dry menjadi sistem wet)
namun tidak sampai mengeluarkan air hingga bagian heat-sensitive light bulb
atau fusible link teraktivasi.
5. Foam water sprinkler systems
Merupakan sistem khusus yang melepaskan campuran air dengan busa sabun
konsentrasi rendah. Sistem didesain khusus untuk menghadapi bahaya dari
flammable liquid.
6. JALAN KELUAR
Jalan keluar atau exit adalah bagian dari sebuah sarana jalan ke luar yang
dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau
peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju exit
pelepasan.
Gambar 9. Jalan keluar / exit.
Sarana jalan ke luar harus dipelihara terus menerus, bebas dari segala hambatan
atau rintangan untuk penggunaan sepenuhnya pada saat kebakaran atau pada
keadaan darurat lainnya. Perlengkapan, dekorasi atau benda-benda lain tidak
boleh diletakkan sehingga mengganggu exit, akses ke sana, jalan ke luar dari sana
atau mengganggu pandangan. Cermin tidak boleh dipasang di dalam atau dekat
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 17
exit manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah jalan ke luar.
Berbagai komponen penting sarana jalan keluar dapat didaftarkan sebagai berikut:
- Pintu
- Tangga
- Ruang tertutup kedap asap
- Exit horisontal
- Ram
- Jalan terusan exit
- Eskalator dan travelator
- Tangga penyelamatan terhadap
kebakaran
- Tangga panjat penyelamatan
kebakaran
- Alat penyelamatan luncur
- Peralatan anak tangga bergantian
- Daerah tempat perlindungan
Standard mengenai tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar
untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung di
Indonesia telah diberikan SNI melalui SNI 03 – 1746 - 2000
Pintu
Setiap pintu dan setiap jalan masuk utama
yang dipersyaratkan untuk melayani sebagai
sebuah exit harus dirancang dan dibangun
sehingga jalan dari lintasan ke luar dapat
terlihat jelas dan langsung. Berbagai hal
yang harus diperhatikan mengenai pintu
keluar meliputi lebar, ketinggian lantai,
ayunan dan gaya untuk membuka, kunci,
grendel dan peralatan alarm, tipe pintu.
Gambar 10. Pintu exit
Pintu exit sebaiknya:
– Jangan dibiarkan terbuka
– Harus dalam keadaan tertutup
– Berfungsi untuk menahan penyebaran api
– Melindung dari jalan keluar dari asap
– Jalan keluar mesti terbebas dari halangan
Tangga
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 18
Perubahan ketinggian di dalam sarana jalan ke luar lebih dari 50 cm ( 21 inci )
harus diselesaikan dengan ram atau tangga. Perubahan ketinggian sarana jalan ke
luar tidak lebih dari 50 cm ( 21 inci ) harus menggunakan satu ram atau tangga
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keberadaan dan lokasi bagian ram dan
jalur jalan harus mudah terlihat. Kedalaman anak tangga dari tangga tersebut
minimum harus 30 cm ( 13 inci ), dan keberadaan serta lokasi setiap tangga harus
mudah terlihat.
Gambar 11. Perubahan ketinggian pada sarana jalan ke luar.
Kriteria dimensi tangga-tangga standard dapat dilihat dalam SNI 03–1746–2000.
Semua tangga di dalam, yang melayani sebuah exit atau komponen exit harus
tertutup. Tangga yang melayani lima lantai atau lebih harus diberi tanda di dalam
ruang tertutup pada setiap bordes lantainya. Tanda itu juga harus menunjukkan
lantai itu, dan akhir teratas dan terbawah dari ruang tangga tertutup, dan
identifikasi tangga. Penandaan akan juga menyatakan lantai dari, dan arah ke, exit
pelepasan. Kemanapun ruang tertutup untuk tangga membutuhkan lintasan dalam
arah ke atas untuk mencapai permukaan exit pelepasan, penandaan dengan
indikator pengarahan menunjukkan arah ke permukaan dari exit pelepasan harus
disediakan pada setiap bordes permukaan lantai dari yang ke arah atas dari
lintasan yang dibutuhkan. Penandaan seperti itu harus mudah terlihat apabila pintu
dalam posisi terbuka atau tertutup.
Ruang tertutup kedap asap
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 19
Suatu ruang tertutup kedap asap harus terdiri dari suatu tangga menerus yang
ditutup dari titik tertinggi ke titik terendah oleh penghalang yang mempunyai
tingkat ketahanan api 120/120/120 atau sesuai SNI 03-1736-2000. Setiap ruang
tertutup kedap asap harus di lepas ke jalan umum, ke halaman atau lapangan yang
langsung ke jalan umum, atau ke dalam jalur terusan exit. Jalur exit seperti itu
harus tanpa bukaan lain dari pada pintu masuk dari ruang tertutup yang kedap
asap dan pintu ke halaman luar, lapangan, atau jalan umum. Jalur terusan exit
harus dipisahkan dari sisa bangunan oleh bahan dengan tingkat ketahanan api
120/120/120 atau sesuai SNI 03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan sistem
proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Tangga panjat penyelamatan kebakaran
Tangga panjat penyelamat kebakaran hanya diijinkan apabila menyediakan :
a) Akses menuju tempat di atap yang tidak dihuni; atau
b) Sebuah sarana jalan keluar kedua dari lift gudang seperti yang diijinkan
untuk bangunan hunian gudang; atau
c) Sebuah sarana jalan ke luar dari menara dan platform yang ditinggikan
untuk perlengkapan mesin atau tempat yang serupa, untuk hunian tidak
lebih dari tiga orang yang mampu menggunakan tangga panjat; atau
d) Sebuah sarana jalan ke luar kedua dari ruangan ketel uap atau tempat yang
serupa untuk hunian tidak lebih dari tiga orang yang mampu menggunakan
tangga panjat; atau
e) Akses ke tanah dari balkon atau tangga terendah dari tangga penyelamatan
kebakaran untuk bangunan yang kecil.
Jalan Keluar harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Kapasitas sarana jalan keluar (beban hunian, pengukuran sarana jalan keluar,
lebar, dsb);
- Jumlah sarana jalan keluar;
- Susunan sarana jalan keluar;
- Pengukuran jarak lintasan ke exit ;
- Pelepasan dari exit;
- Pencahayaan darurat dan penandaan sarana jalan keluar.
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 20
Gambar 12. Pintu Exit dan Tangga Darurat
Assembly Area
Assembly area merupakan area tempat berkumpul karyawan kerja bila timbul
situasi darurat. Luas dari area tersebut bervariasi tergantung kebutuhan industri,
terkadang area yang dijadikan assembly area adalah lapangan luas terbuka dan
terkadang tempat parkir juga dijadikan assembly area. Sebaiknya ada penanda
atau identitas yang menunjukkan suatu area merupakan assembly area.
Gambar 13. Contoh assembly area
7. SAFETY SIGN
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 21
Safety sign bertujuan untuk menarik perhatian pekerja ketika terjadi situasi
bahaya dan memberikan informasi mengenai keselamatan. Sistem untuk tanda dan
papan sinyal didasarkan warna kerja lampu lalu lintas, yaitu – merah untuk
larangan, kuning untuk berhati-hati dan hijau untuk aksi positif. Warna keempat
yaitu biru dapat digunakan untuk tanda perintah dan untuk menyampaikan
informasi lokasi telepon.
Tabel 6. Arti warna dari Safety Sign
Bentuk dari tanda juga dapat distandardisasikan seperti: cakram untuk larangan
dan instruksi, segitiga untuk tanda peringatan, kotak dan persegi untuk tanda
kedaruratan dan informatif.
Tabel 7. Bentuk geometrik tanda dan artinya
Tabel 8. Kombinasi bentuk geometrik dengan warna dan artinya
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 22
Do not extinguis No access for Flammable matter Explosive matter with water industrial vehicles
Safety helmet must Safety gloves must First aid post Emergency exit/escape route be worn be worn
Fire hose Fire extinguisher This way Emergency fire telephone
Gambar 14. Beberapa Contoh Gambar Safety Sign
8. KOTAK PERALATAN P3K
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 23
Peralatan P3K adalah kumpulan peralatan dan perlengkapan yang digunakan
dalam tindakan pertolongan pertama bila kedaruratan menghasilkan kecelakaan.
Kotak peralatan P3K dapat berisi berbagai macam alat tergantung dari siapa yang
mengumpulkan peralatan dan untuk tujuan apa dipasang kotak P3K tersebut. Isi
kotak juga dapat bervariasi pada tiap daerah dikarenakan terdapat perbedaan
peraturan organisasi atau pemerintah. Rekomendasi yang ditujukan pada peralatan
P3K adalah semua alat berada dalam kotak atau wadah yang bersih dan kedap air
agar isi kotak terjaga dan dalam kondisi aseptik. Peralatan P3K juga harus
diinspeksi secara teratur dan diganti apabila ada yang rusak atau kadaluarsa.
ISO First Aid SymbolAlternate version of the first
aid symbol
Symbol of the Red Cross
Star of life
Gambar 15. Simbol yang umum terdapat pada kotak P3K
Isi Kotak P3K
Isi kotak P3K yang paling umum mencakup perban adhesif, obat-obatan,
desinfektan tingkat rendah. Jenis peralatan yang dapat dilengkapi dalam kotak
P3K adalah sebagai berikut:
Airway, Breathing and Circulation:
Umumnya pocket mask dan face shield. Item tambahan/khusus contohnya
Oropharyngeal airway, Nasopharyngeal airway, Bag valve mask, Manual
aspirator atau suction unit
Trauma injuries:
Perban adhesif (band-aid, plester)
Pembalut steril
Perban biasa
Salin / pembersih luka (a)
Sabun
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 24
Bahan antiseptik
Obat merah
Alat Pelindung Diri (APD):
Sarung tangan
Kacamata atau pelindung mata lainnya
Masker
Apron
Instrumen dan Peralatan:
Gunting
Penjepit / Tang kecil (b)
Pemantik api / Bunsen
Wadah alkohol dan lap pembersih
Suntikan
Senter dan penlight
Thermometer
Obat-obatan: (c)
Life saving: aspirin, Epinephrine autoinjector
Pain killer: paracetamol (acetaminophen), anti-inflammatory painkiller
(Ibuprofen, Naproxen), Codeine
Symptomatic relief : obat anti diare, garam oralit, antihistamin, obat anti racun
(norit), garam bau-bauan (ammonium carbonate)
Gambar 16. Kotak peralatan P3K (diatas: (a) band-aid; (b) sarung tangan; (c) penjepit
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 25
Semua tempat kerja (industri) wajib menyediakan peralatan P3K. OSHA
merekomendasikan ANSI/ISEA Specification Z308.1 sebagai dasar isi kotak P3K
minimum yang disarankan. Secara umum, tipe sarana P3K yang diperlukan di
tempat kerja ditentukan oleh banyak faktor seperti:
Peraturan dan hukum lokal yang berlaku;
Jenis industri;
Jenis bahaya tempat kerja yang dihadapi;
Jumlah pekerja;
Jumlah lokasi tempat kerja tersebar;
Jarak dengan layanan darurat terdekat (dokter, rumah sakit, ambulans).
9. KLINIK PERUSAHAAN (INDUSTRI)
Klinik adalah unit kecil atau fasilitas kesehatan kecil yang melayani sejumlah
kecil pasien. Klinik di perusahaan (industri) bertujuan memperpendek waktu
'chain of survival' ketika kedaruratan menimbulkan luka (injury). Chain of
survival terdiri dari: early access-early basic life support-early defibrillation- early
advanced life support, dimana klinik berada pada chain 3 (early defibrillation) dan
chain 4 (advanced life support) karena kedua rantai tersebut membutuhkan
seorang profesional untuk menjalankannya (perawat berkualifikasi atau dokter
berkualifikasi). Posisi first aider berada di rantai 2, sedangkan rantai satu diisi
oleh semua orang (lay person).
Pembangunan fasilitas klinik di perusahaan umumnya mempertimbangkan faktor-
faktor seperti:
- luas cakupan operasional perusahaan
- jumlah pekerja
- tingkat risiko di tempat kerja
- jumlah tenaga kerja dalam klinik (jumlah EMT atau dokter)
- peralatan klinik
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 26
10. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Perusahaan bertanggungjawab dalam menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)
bagi pekerja untuk melindungi mereka dari bahaya tempat kerja. Selain itu, APD
ditujukan untuk memberikan perlindungan ketika menghadapi situasi darurat,
terutama jika pekerja tertentu ditunjuk dalam memitigasi keadaan darurat tersebut
(seperti: tim pemadam kebakaran, tim tanggap darurat kimia dan B3, dsb).
Keadaan darurat yang dimaksud dapat berupa bahaya kimiawi, radiologi, atau
mekanik yang dapat menyebabkan jejas melalui absorpsi, inhalasi atau kontak
fisik. APD yang disediakan mesti memadai, dirawat dengan tepat dan bersih.
Adapun jenis APD dapat dibagi berdasarkan organ tubuh yang dapat
dilindunginya sebagai berikut:
- APD Proteksi mata dan wajah: goggle,
- APD Proteksi saluran pernafasan: gas mask, respirator, SCBA
- APD Proteksi kepala: protective helmet,
- APD Proteksi kaki: sepatu safety, sepatu boot
- APD Proteksi tangan: sarung tangan
Gambar 17. Alat Perlindungan Diri
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 27
Jenis APD yang dapat digunakan dan ditujukan untuk perlindungan seluruh tubuh
ketika terjadi kedaruratan contohnya adalah:
- Eyewashes dan Emergency Shower
- Chemical Protective Clothing
- APD Heat Stress (Fire fighter clothing)
Gambar 18. Pakaian yang digunakan unit pemadam kebakaran
11. MOBIL PEMADAM KEBAKARAN
Mobil pemadam kebakaran sangat berguna ketika menghadapi kedaruratan
kebakaran besar. Mobil tersebut membawa peralatan dan ahli profesi pemadam
kebakaran ke lokasi kedaruratan kebakaran. Peralatan yang dibawa mobil tersebut
dapar baerupa tangga, pike pole, kapak dan peralatan potong lainnya, halligan bar,
APAR, ventilating equipment, floodlights, pipa selang air, self-contained
breathing apparatus (SCBA), peralatan umum lainnya.
Mobil pemadam kebakaran mempunyai beberapa jenis metode pemompaan air ke
api kebakaran, seperti menyambungkan pipa selang air ke fire hydrant
menggunakan meriam air (air untuk meriam air biasanya ada dalam reservoir
onboard mobil). Sebagian besar perusahaan tidak memiliki fasilitas mobil
pemadam kebakaran karena memerlukan biaya pembelian dan perawatan mobil
yang tinggi. Industri di Indonesia lebih mengandalkan jasa Dinas Pemadam
Kebakaran yang ada pada kawasan lokal. Beberapa perusahaan yang menyediakan
Always plan for the best and prepare for the worst!
P a g e | 28
mobil pemadam kebakaran biasanya berasal dari jenis perusahaan jasa transportasi
seperti di bandara, Jasa Marga (jalan tol) atau industri besar seperti tambang.
Gambar 19. Unit mobil pemadam kebakaran tipikal meriam air
12. MOBIL AMBULANS PERUSAHAAN
Ambulans berfungsi sebagai transportasi penyedia pre-hospital treatment
(perawatan sebelum dibawa ke rumah sakit). Kehadiran ambulans sangat
membantu dalam situasi darurat dimana terjadi korban dengan luka parah dan
korban harus segera dibawa ke rumah sakit. Ambulans yang digunakan oleh
industri dapat disebut dengan Company Ambulance yang umumnya tergolong
jenis Ambulans Darurat (Emergency ambulance). Banyak perusahaan besar dan
pusat industri lain seperti pabrik kimia, kilang minyak, perusahaan pembuatan
minuman bir, dan perusahaan penyulingan memiliki jasa ambulans. Ambulans
perusahaan biasanya bertindak sebagai kendaraan tanggap darurat pertama (first
response vehicle) dalam keadaan darurat seperti kebakaran atau ledakan.
Gambar 20. Mobil Ambulans
Always plan for the best and prepare for the worst!
Bab III
Pembahasan
Banyak industri peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dalam
sistem manajemen K3nya menyertakan unsur perencanaan tanggap darurat. Salah
satu cara pemenuhan dalam perencanaan tersebut adalah dengan menyediakan dan
mempersiapkan sarana dan prasarana kedaruratan seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Salah satu industri yang berusaha menyediakan dan
mempersiapkan sarana dan prasarana tersebut dapat terlihat pada PT. Denso
Indonesia yang terletak di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Penulis tidak mampu memberikan keterangan lebih jelas dan akurat mengenai
data berbagai jenis sarana dan prasarana kedaruratan di PT. Denso Indonesia.
Oleh karena itu, penulis juga tidak mampu memberikan perbandingan ilmiah
mengenai penjelasan sarana dan prasarana pada perusahaan tersebut dengan
penjelasan bab sebelumnya. Meski demikian penulis berusaha memberikan
pandangan dan kesan subjektif mengenai topik ini berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara singkat sewaktu kunjungan ke PT. Denso Indonesia.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR):
APAR yang terlihat di dalam pabrik terlihat berada dalam kondisi baik, baru dan
bersih, dipasang di dinding (tidak didalam box), diinspeksi pada tahun 2009.
Namun, telah diketahui bahwa pada awal proses kerja PT. Denso Indonesia
menggunakan bahan yang mengandung logam seperti aluminium dimana apabila
terjadi kegagalan proses yang kemudian mengarah pada terjadinya kedaruratan
kebakaran akibat logam, maka APAR yang sesuai untuk bahaya kebakaran
tersebut adalah APAR media foam atau bubuk kering khusus untuk kelas api D.
APAR yang tersebar di pabrik bukan APAR untuk kelas api D.
Fire Hydrant:
Fire hydrant PT. Denso Indonesia dapat ditemukan baik didalam maupun diluar
area pabrik. Terlihat ada fire hydrant tersebar di beberapa titik lokasi proses kerja
(kebanyakan di dinding bangunan pabrik). Ada kotak hidran yang diberi tanda
tidak boleh digunakan. Hal tersebut dikarenakan box hidran tersebut terletak di
area proses awal yang menggunakan logam.
P a g e | 18
Fire Alarm System:
Sistem alarm yang diterapkan oleh PT. Denso Indonesia tidak diketahui. Namun
apabila menyala, alarm tidak bersifat otomatis memberitahukan pihak pemadam
kebakaran dan teknisi medik yang berada di kawasan industri Cikarang, Bekasi.
PT. Denso secara manual harus memberitahu keadaan darurat melalui fasilitas
telepon.
Smoke Detector:
Smoke detector yang berada di PT. Denso Indonesia tidak dipasang di line
produksi, lebih banyak di area kantor dan ruangan-ruangan tertutup disekitar
pabrik.
Fire Sprinkler dan Sprinkler System:
Sistem sprinkler dipasang pada line produksi kecuali pada line proses awal yang
berpotensi bahaya kedaruratan kebakaran akibat logam. Jenis sistem sprinkler
yang digunakan oleh PT. Denso Indonesia tidak diketahui. Pemeriksaan sprinkler
diaku dilaksanakan setiap bulannya.
Jalan Keluar:
Bangunan line produksi PT. Denso Indonesia mirip gudang besar atau hangar
dimana akses masuk dan keluarnya mudah. Jalan keluar pada line produksi PT.
Denso Indonesia yang jelas tampak berada di bagian barat dan timur bangunan.
Bagian timur bangunan adalah area awal proses dan barat bangunan merupakan
bagian ujung dari proses produksi (proses assembling dan packing). PT. Denso
membuat jalur evakuasi dengan memberikan tanda red line di lantai.
Safety Sign:
Tanda-tanda safety di PT. Denso dapat terlihat dengan jelas dan mudah.
Kotak Peralatan P3K:
Kotak peralatan P3K tersebar di beberapa titik lokasi line produksi. Isi dari kotak
peralatan P3K tidak diketahui.
Klinik Perusahaan:
Klinik berjumlah 1 buah, berada di sebelah utara bangunan, dibantu oleh tenaga
medis seorang dokter dan seorang asisten untuk tiap shift kerja. Ruangan klinik
terkesan kecil. Peralatan yang berada dalam klinik tidak diketahui.
P a g e | 19
Alat Pelindung Diri (APD):
Alat Pelindung Diri (APD) secara umum diberikan pada hampir setiap pekerja
pada line produksi seperti topi dan kacamata (goggle). APD lain adalah sarung
tangan, baju kerja khusus, sepatu safety, dan masker. Jenis APD yang khusus
disediakan PT. Denso Indonesia kepada pekerja yang ditunjuk untuk menghadapi
kedaruratan tidak diketahui.
Mobil Pemadam Kebakaran:
PT. Denso Indonesia tidak memiliki sarana mobil pemadam kebakaran, dan lebih
mengandalkan kedatangan unit mobil beserta petugas pemadam kebakaran yang
disediakan oleh pihak pengelola kawasan industri di Cikarang, Bekasi.
Mobil Ambulans Perusahaan:
PT. Denso Indonesia tidak memiliki sarana mobil ambulans, dan lebih
mengandalkan kedatangan unit mobil beserta petugas teknisi medik yang
disediakan oleh pihak pengelola kawasan industri di Cikarang, Bekasi.
P a g e | 20
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Secara umum, hampir semua jenis sarana dan prasarana kedaruratan yang
telah dijelaskan pada bab 2 dimiliki oleh PT. Denso Indonesia. Sarana
kedaruratan yang tidak dimiliki adalah mobil pemadam kebakaran dan
ambulans. Hal ini masih wajar mengingat kepentingan sarana tersebut pada
jenis industri spare-part (PT. Denso Indonesia) tidak mendesak dan fasilitas
tersebut telah disediakan pihak pengelola kawasan industri.
2. Fasilitas yang dimiliki oleh PT. Denso Indonesia berada dalam kondisi
yang cukup baik dan up to date dengan tanpa mengingat ketepatgunaan
penggunaan dan atau pembangunan sarana dan prasarana.
Saran
1. Oleh karena data mengenai sarana dan prasarana masih dirasakan jauh dari
kesempurnaan, maka lebih baik apabila data penjelasan pada Bab II
dilengkapi dengan suatu standard apakah lokal (SNI) maupun internasional
seperti OSHA.
2. Dikarenakan perlu perbandingan yang lebih akuran maka akan lebih baik
apabila ada data lengkap mengenai data sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh PT. Denso Indonesia.
P a g e | 21
Referensi
1. En.wikipedia.org
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per‐04/MEN/1980
Tentang Syarat‐Syarat Pemasangan dan Pemeliharan Alat Pemadam Api
Ringan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per/02/MEN/1983 Tentang Instalasi
Alarm Kebakaran Otomatik.
4. Health and Safety Authority. Obligatory Safety Signs.
5. SNI 03–1746-2000. Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
6. Fire hydrant.org