KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Ulkus Peptikum”
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran, komentar, serta masukan yang membangun untuk perbaikan
makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
dan juga kami selaku penyusun khususnya.
Manado, Februari 2016
Penyusun
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ulkus Peptikum.........................................................................................5
2.2 Patogenesis..............................................................................................................5
2.3 Terapi .....................................................................................................................7
2.3.1 Tujuan Terapi ................................................................................................7
2.3.2 Terapi Non farmakologi.................................................................................7
2.3.3 Terapi Farmakologi .......................................................................................8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................13
4.2 Saran …..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lambung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi menerima
makanan/minuman, menggiling, mencampur dan mengosongkan makanan ke dalam
duodenum. Karena sering berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-
obatan maka lambung dapat mengalami iritasi kronis dan menjadi tukak/ulkus. Secara
definisi ulkus peptikum adalah rusaknya atau hilangnya jaringan mukosa pada berbagai
saluran pencernaan makanan yang terpajan cairan asam lambung, yaitu oesophagus,
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi juga jejunum. Namun, penyakit ini
timbul terutama pada duodenum dan lambung.
Ulkus peptikum atau tukak lambung masih merupakan masalah kesehatan yang
penting. Ulkus peptikum insidennya cukup tinggi di Amerika Serikat, dengan 4 juta
penduduk terdiagnosis setiap tahunnya. Sekitar 20-30 % dari prevalensi ulkus ini terjadi
akibat pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) terutama yang nonselektif.
OAINS digunakan secara kronis pada penyakit-penyakit yang didasara inflamasi kronis
seperti osteoathritis. Pemakaian kronis ini semakin meningkatkan risiko terjadi ulkus
peptikum.
Pada lambung normal, terdapat dua mekanisme yang bekerja dan mempengaruhi
kondisi lambung, yaitu faktor pertahanan (defense) lambung dan faktor perusak
(aggressive) lambung. Kedua faktor ini, pada lambung sehat, bekerja secara seimbang,
sehingga lambung tidak mengalami kerusakan/luka. Faktor perusak lambung meliputi (1)
faktor perusak endogen/ berasal dari dalam lambung sendiri seperti HCL ; (2) faktor
perusak eksogen, misalnya (obat-obatan, alkohol dan bakteri). Faktor pertahanan
lambung tersedia untuk melawan atau mengimbangi kerja dari factor tersebut diatas.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 3
Faktor/ sistem pertahanan pada lambung, meliputi lapisan (1) pre-epitel; (2) epitel; (3)
post epitel.
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua faktor di atas, baik factor pertahanan
yang melemah ataupun faktor perusak yang semakin kuat, dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel-sel lambung, yang pada akhirnya akan membentuk ulkus lambung/
peptikum. Pemberian paparan eksogen yang berlebihan seperti kortikosteroid, OAINS
dan kafein dapat memicu terjadinya ulkus lambung.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definisi Ulkus Peptik?
2. Bagaimana patofisiologi dari penyakit ulkus peptik?
3. Bagaimana terapi nonfarmakologi pada pengobatan penyakit ulkus peptik?
4. Bagaimana terapi farmakologi pada pengobatan penyakit ulkus peptic?
5. Bagaimana kontraindikasi obat ulkus peptik?
6. Bagaimana efek samping obat ulkus peptic?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami definisi ulkus peptik.
2. Mengetahui patofisiologi penyakit ulkus peptik.
3. Mengetahui terapi nonfarmakologi pada pengobatan penyakit ulkus peptik.
4. Mengetahui terapi farmakologi pada pengobatan penyakit ulkus peptik.
5. Mengetahui kontraindikasi obat ulkus peptik.
6. Mengetahui efek samping obat ulkus peptik.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ULKUS PEPTIKUM
Gambar 1. Tukak lambung atau ulkus peptik
Ulkus peptikum berasal dari kata “ulkus/ulcer ” yang artinya luka berlubang, dan
kata “peptic” yang mengacu pada suatu masalah yang disebabkan oleh getah lambung.
Ulkus peptikum terjadi pada lapisan epitel saluran pencernaan yang telah terpapar oleh
asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari.
Ulkus peptik adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mucosa
lambung , pylorus, esophagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung,
duodenal dan esofagel, tergantung pada lokasinya (Bruner and saddart,2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai dibawah epitel. Ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna
yang terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum (Bruner and saddart,2001).
Menurut ISO Farmakoterapi (2008), Penyakit ulkus peptikum (tukak lambung)
merupakan pembentukan tukak pada saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan
oleh pembentukkan asam dan pepsin.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 5
Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulcer yang disebabkan oleh helicobacter pylori, obat
antiinflamasi non steroid (NSAID) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan
stress (ulcer stress).
2.2 PATOSIOLOGI
Kebanyakan tukak disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. pylori, NSAID atau
kemungkinan factor lain yang mengganggu pertahanan mukosa normal dan mekanisme
penyembuhan. Tingkat minimal dari sekresi asam adalah penting untuk pembentukan
tukak.
Gambar 2. Bakteri H.pylori gram negatif dengan pewarnaan
gram (pembesaran >1000 kali) (Peristiowati Yuli et al,2010).
Gambar 3. Terbentuknya Ulkus Peptik oleh infeksi Helicobacter Pylori
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 6
Pepsin menyebabkan degradasi mucus yang merupakan salah satu factor pertahanan
mukosa lambung. Oleh karena itu terjadilah penurunan fungsi sawar sehingga
mengakibatkan penghancuran kapiler dan vena kecil.
Sebagian besar pasien dengan penyakit TL tidak mengkonsumsi NSAID untuk
pengobatan infeksi H. pylori yang dapat menyebabkan penyakit ulcer dengan merusak
pertahanan mukosa melalui kolaborasi racun dan enzim, dengan mengubah imunitas dan
dengan meningkatkan pengeluaran antral gastrin yang dapat meningkatkan sekresi asam.
NSAID dapat menyebabkan luka pada mukosa lambung melalui dua cara :
1. Secara langsung mengiritasi mukosa;
2. Dengan menghambat system dari sintesis endogenous mukosa saluran cerna
prostaglandin.
NSAID menghambat pembentukan Prostaglandin dengan cara mengganggu kerja enzim
siklooksigenase sehingga pembentukkan PG terganggu. Dengan demikian penggunaan
NSAID dapat meningkatkan resiko Tukak Lambung.
Gambar 4. Gambaran Makroskopis Mukosa Lambung tikus putih jantan dengan
pemberian Ibuprofen (Febrianti R, V dan Wahyuningsih I, 2013).
Stress dapat memicu tukak lambung karena dalam kondisis stress sangat dimungkinkan
orang melakukan tindakkan yang menyebabkan penyakit lambung seperti merokok.
Selain itu, dalam kondisi stress produksi hormone adrenalin akan meningkat yang
mengakibatkan produksi asam oleh reseptor asetilkolin yang berikatan dengan histamine
meningkat pula efeknya asam lambung pun meningkat.
Stress juga dapat menghasilkan hormon yang dapat menurunkan sekresi prostaglandin
dimana prostaglandin sebagai pertahanan mukosa terhadap asam dan pepsin.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 7
Merokok dapat meningkatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah sebanyak rokok
yang diisap setiap harinya. Rokok merupakan salah satu penyebab produksi asam dan gas
menjadi berlebihan dalam lambung.
2.3 TERAPI
2.3.1 Tujuan terapi
Sasaran terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus , mencegah
kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak. Pada penderita
dengan H.pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba mikroba dan menyembuhkan
penyakit dengan obat yang efektif secara ekonomi.
2.3.2 Terapi Nonfarmakologi
Menurut ISO Farmakoterapi (2008), terapi nonfarmakologi ulkus peptic yaitu :
Pasien dengan tukak harus mengurangi stress, merokok dan penggunaan NSAID (termasuk
aspirin). Pemberian antagonis reseptor H2 (H2RA), atau proton pump inhibitor (PPI) dapat
menurunkan gejala dan kerusakan mukosa.
Walaupun tidak ada kebutuhan untuk diet khusus, pasien harus menghindari makanan dan
minuman yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung atau yang dapat menyebabkan
penyakit tukak contoh : makanan pedas, kafein dan alcohol.
Antasida dapat digunakan dengan obat anti tukak lainnya untuk mengatasi gejala penyakit
tukak.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 8
Pengaturan pola makan dan pola hidup dapat diawali dengan mengkonsumsi sedikit
makanan tetapi berulang ( sering). Tukak dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan
secara teratur. Pasien juga harus menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan
dyspepsia atau dapat merangsang terjadinya tukak,misalnya makanan pedas, asam, kafein,
dan alcohol. Pasien dianjurkan cukup istirahat dan menghindari atau mengurangi stres.
Pembedahan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap terapi medic atau
mengalami komplikasi lain seperti perforasi pendarahan atau obstruksi diobati secara
pembedahan
2.3.3 Terapi Farmakologi
Menurut ISO Farmakoterapi (2008), terapi farmakologi ulkus peptic yaitu :
Uji H.pylori di rekomendasikan hanya bila direncanakan terapi eradikasi. Eradikasi di
rekomendasikan untuk semua pasien yang terinfeksi H.pylori. Regimen individual harus
diseleksi berdasarkan efikasi, toleransi, interaksi obat yang potensial,
resistensi antibiotic, biaya dan kepatuhan pasien.
Pengobatan sebaiknya diawali dengan regimen 3 obat-PPI. Obat ini lebih efektif,
memiliki toleransi yang lebih baik, lebih simple dan akan membuat pasien lebih patuh
dalam menjalani pengobatan. 14 hari dipilih lebih dari 10 hari karena durasi yang lama
menyebabkan pengobatan berhasil. 7 hari secara teratur tidak dianjurkan.
Regimen 2 obat kurang efektif dibandingkan dengan regimen 3 obat dan hanya termasuk
satu antibiotic yang dapat menyebabkan resistensi antimikroba.
Bismuth-based four drug regimens (regimen 4 obat dengan bismuth) efektif tetapi
memiliki aturan dosis yang komplek dan tingginya efek yang tidak diinginkan.
Pasien dengan penyakit tukak kronik harus menerima terapi tambahan dengan PPI atau
H2RA untuk meringankan penyakit.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 9
Pasien harus diminta untuk menggunakan seluruh obat (kecuali PPI) dengan makanan
dan pada waktu istirahat (jika perlu). PPI harus dikonsumsi 15-30 menit sebelum makan.
Eradikasi H.pylori tidak menjamin kesembuhan pasien yang tidak patuh atau tidak
toleran, pada pasien dengan tukak karena NSAID yang bebas H.pylori.
Pengobatan anti tukak yang konvensional (H2RA, PPI, atau sukralfat) adalah pengobatan
alternatif tapi tidak begitu efektif karena dapat menyebabkan kekambuhan. Terapi
kombinasi ini tidak meningkatkan keefektifan dan memerlukan biaya yang mahal.
Terapi pemeliharaan dengan H2RA dosis rendah, PPI, atau sukralfat harus dibatasi
karena memiliki resiko yang tinggi untuk pasien yang H.pylorinya gagal dieradikasi,
pasien dengan beberapa penyakit komplikasi, dan pasien tukak dengan H.pylori.
Tukak yang sulit disembuhkan dengan dosis obat standar PPI (contoh omeprazole 20
mg/hari) atau dosis tinggi H2RA biasanya dapat disembuhkan dengan dosis PPI yang
lebih tinggi (contoh: omeprazole 40 mg/hari). Terapi pemeliharaan dengan dosis PPI
penting untuk mencegah kekambuhan.
Kebanyakan tukak-induksi NSAID yang tidak komplek sembuh dengan regimen terapi
standar H2RA, PPI atan sukralfat, jika NSAID dihentikan. Jika NSAID harus dilanjutkan,
ppi ,merupakan obat pilihan karena baik untuk penekan asam yang kuat dibutuhkan untuk
mempercepat kesembuhan tukak. Jika H.pylori ada, pengobatannya harus dimulai dengan
regimen eradikasi yang mengandung PPI.
Pasien dengan komplikasi (perdarahan saluran cerna atas, obstruksi, perforasi, atau
penetrasi) sering membutuhkan terapi tambahan lainnya.
Pengobatan Akibat Helicobacter pylori (HP)
Tujuan utama terapi HP adalah sepenuhnya membasmi organisme menggunakan
antibiotik yang efektif dengan beberapa regimen terapi. Umumnya menggunakan terapi
kombinasi, yaitu:
Regimen 2 obat : Klaritromisin + PPI / RBC (Ranitidin Bismuth Citrate), atau
Amoksisilin + PPI
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 10
Regimen 3 obat : 2 Antibiotik + PPI atau 2 Antibiotik + RBC
Regimen 4 obat : 2 Antibiotik + BSS (Bismuth Subsalisilat) + PPI / H2RA
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI Tahun2007 dan ISFI Tahun 2008).
Antibiotic yang sering digunakan pada pengobatan tukak lambung akibat H.pylori yaitu :
Amoksisilin
Amoksisilin merupakan bakterisid turunan penisilin yang memiliki efek spektrum
luas. Mekanisme kerjanya yakni menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sintesa dinding
sel terganggu sehingga dinding sel yang terbentuk kurang sempurna dan tidak tahan
terhadap tekanan osmotik dari plasma (dalam sel) sehingga akibatnya sel pecah dan
bakteri akan mati (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007 dan Tjay Tan
Hoan dan Rahardja Kirana. 2007).
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan bakteriotatik yang bekerja menghambat sintesa protein
dengan berikatan pada ribosomal subunit 30S sehingga menghambat ikatan aminoasil-
tRNA ke sisi A pada kompleks ribosomal. Hambatan ikatan ini menyebabkan hambatan
sintesis ikatan peptide (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007 dan Tjay
Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007).
Klaritromisin
Klaritromisin merupakam antibiotik golongan makrolida. Mekanisme kerjanya
menghambat sintesa protein pada subunit 50S ribosom (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI, 2007 dan Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007).
Metronidazol
Metronidazol merupakan antimikroba yang memiliki aktivitas yang sangat baik
terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Mekanisme kerjanya yakni berinteraksi dengan
DNA bakteri menyebabkan perubahan struktur heliks DNA dan putusnya rantai sehingga
sintesa protein dihambat dan mengakibatkan kematian sel (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI, 2007 dan Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007).
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 11
Pengobatan akibat induksi NSAID
Sasaran terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus, mencegah
kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak.
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi tukak peptic karena induksi NSAID
yaitu H2RA, PPI dan kelator senyawa kompleks.
1. Antagonis Reseptor H2 (H2RA – H2 Reseptor Antagonist)
Terapi menggunakan antagonis reseptor histamin H2 merupakan terapi yang
digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung berlebih. Mekanisme aksi obat
golongan antagonis reseptor histamin H2 yaitu dengan cara mem-blok kerja dari
histamin atau berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada
sel parietal sehingga mengurangi sekresi asam lambung (Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FKUI, 2007).
Ada 4 antagonis reseptor histamin H2 yang sering digunakan dalam pengobatan tukak
peptik, yaitu simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin.
Simetidin
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Efek Samping : Kebiasaan BAB berubah, pusing, ruam kulit, letih, keadaan bingung
yang reversible (ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
Ranitidin
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Efek Samping : Nyeri tapi jarang (ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
Famotidin
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Efek Samping : Kebiasaan BAB berubah, pusing, ruam kulit, letih, keadaan bingung
yang reversible (ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 12
Nizatidin
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Efek Samping : Berkeringat (ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
2. Penghambat pompa Proton (PPI – Proton Pump Inhibitor)
Penghambat pompa proton mengurangi sekresi asam dengan jalan menghambat
enzim adenosin trifosfat hidrogen kalium (pompa proton) secara efektif dalam sel-sel
parietal lambung. Penghambat pompa proton merupakan pengobatan jangka pendek
yang efektif untuk tukak lambung dan duodenum. Selain itu penghambat pompa
proton juga digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik untuk eradikasi HP (ISFI,
2008).
Contoh obat golongan PPI adalah omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol,
dan esomeprazol.
Omeprazol dan Lansoprazol
Kontra Indikasi : Hipersensitif
Efek Samping : sakit kepala dan diare (ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
3. Kelator dan senyawa kompleks
Sucralfat merupakan obat lain untuk tukak lambung dan usus. Mekanisme
kerjanya melindungi mukosa dari serangan pepsin asam. Senyawa ini merupakan
kompleks alumunium hidroksida dan sukrosa sulfat.
Sukralfat
Kontra Indikasi : Penderita Hipersensitif
Efek Samping : Konstipasi, diare, mula gangguan pencernaan, gangguan lambung
(ISFI, 2008 dan Tim Penyusun, 2014).
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Penyakit ulkus peptikum (tukak lambung) merupakan pembentukan tukak pada saluran
pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukkan asam dan pepsin.
2. Kebanyakan tukak disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. pulori, NSAID atau
kemungkinan factor lain yang mengganggu pertahanan mukosa normal dan mekanisme
penyembuhan, seperti stress dan merokok.
3. Terapi non farmakologi dapat diawali dengan pola hidup sehat mengurangi stress,
merokok dan penggunaan NSAID (termasuk aspirin). Pemberian antagonis reseptor H2
(H2RA), atau proton pump inhibitor (PPI) dapat menurunkan gejala dan kerusakan
mukosa.
4. Terapi farmakologi untuk ulkus peptic yaitu terapi untuk infeksi bakteri H.pylori dan
terapi akibat induksi NSAID. Terapi untuk infeksi H.pylori yaitu terapi eradikasi dengan
kombinasi obat dan terapi akibat induksi NSAID dapat dengan pemberian H2RA serta
PPI.
5. Kontra Indikasi obat-obat tukak lambung dapat berupa hipersensitivitas.
6. Efek samping dari obat-obat tukak lambung yaitu untuk golongan H2RA antara lain
gangguan pencernaan, ruam kulit dan letih. Untuk PPI antara lain sakit kepala dan diare.
Untuk kelator dan senyawa kompleks yaitu gangguan lambung, gangguan pencernaan,
mual, diare dan konstipasi.
3.2 SARAN
Sebaiknya pembaca lebih mengembangkan makalah ini.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Febrianti R, V dan Wahyuningsih I. 2013. Efek Ulcerogenic Dispersi Padat Ibuprofen-
Polivinilpirolidon (Pvp) Pada Tikus Putih Jantan. Pharmaciana. 3 (2) hal 29-36. Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. Informasi Spesialis Obat Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan, Jakarta.
Peristiowati Yuli, et al. 2010. Kemampuan Whole Cell Helicobacter pylori dalam Menginduksi
Degradasi Kolagen Tipe IV Melalui Peningkatan Aktivitas Makrofag. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 26 (1). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada, Kediri.
Tim Penyusun. 2014. Informasi Spesialis Obat Indonesi.Volume 49. PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Edisi ke VI. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas –
Gramedia, Jakarta.
Farmakoterapi_Ulkus peptikum Page 15