93
AUDITING DIKLAT SERTIFIKASI JFA Pembentukan Ahli 1 PRIYONO DWI NUGROHO AK MSI MM

Auditing2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Auditing2

AUDITINGDIKLAT SERTIFIKASI JFA

Pembentukan Ahli

1

PRIYONO DWI NUGROHO AK MSI MM

Page 2: Auditing2

SUB BAHASAN ;

A. PENGERTIAN PROSEDUR DAN TEKNIK AUDIT

B. PENGERTIAN BUKTI AUDIT

C. HUBUNGAN BUKTI AUDIT, MATERIALITAS DAN RISIKO

D. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

E. TEKNIK-TEKNIK AUDIT

BAB V ; PROSEDUR, TEKNIK DAN BUKTI AUDIT

2

Page 3: Auditing2

A. PENGERTIAN PROSEDUR & TEKNIK AUDIT

Prosedur Audit = Urutan langkah yang harus ditempuh oleh auditor dalam rangka memperoleh bukti yg diperlukan sesuai dgn sasaran yg ingin dicapai dgn menggunakan teknik2 audit yg sesuai. Tiap tahapan audit terdiri dari beberapa

prosedur audit Teknik audit = Cara-cara yg ditempuh

oleh auditor utk mendapatkan bukti-bukti yg diperlukan Tiap prosedur audit terdiri dari beberapa

teknik audit.

3

Page 4: Auditing2

B. PENGERTIAN BUKTI AUDIT

Semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya.

4

Page 5: Auditing2

SYARAT-SYARAT BUKTI

RELEVAN ( RE ) KOMPETEN (KO) CUKUP (CU)

+ MATERIAL (MA)

REKOCU+MA

5

Page 6: Auditing2

relevan Relevan = Bukti yang secara logis

mempunyai hubungan dengan permasalahannya.

Contoh ;Pada audit atas pengelolaan penerimaan pajak daerah oleh Dispenda, bukti yg relevan spt Surat Ketetapan Pajak Daerah, BKU Penerimaan Pajak Daerah, serta bukti Setoran Pajak Daerah. Sedangkan bukti yg tdk relevan spt bukti-bukti pengeluaran anggaran Dispenda, walaupun bukti2 tsb juga mengandung nilai uang.

6

Page 7: Auditing2

kompeten Kompeten tidaknya suatu bukti dipengaruhi

oleh ; sumber bukti = bukti ekstern umumnya lbh kompeten

dari bukti intern. cara mendapatkan bukti = didapat dari pihak eksten,

didapat melalui pengamatan langsung, dll. kelengkapan persyaratan juridis bukti tersebut =

ada td tgn, stempel, tgl, td persetujuan. Bukti asli Bukti yg dilegalisir

Contoh ;Bag keu SPM-nya baik, sdgkan bag. pengadaan SPM-nya lemah, maka bukti yg bersumber dari bag keu lebih meyakinkan atau lebih kompeten dibandingkan dengan bukti dari bagian pengadaan, khususnya untuk transaksi yang mengaitkan kedua bagian tersebut.

7

Page 8: Auditing2

cukup Bukti yg cukup berkaitan dengan jumlah

kualitas dan atau nilai keseluruhan bukti. Bukti yg cukup berarti dpt mewakili/

menggambarkan keseluruhan keadaan/kondisi yg dipermasalahkan.

8

Page 9: Auditing2

material Bukti yg mempunyai nilai yg cukup berarti &

penting bagi pencapaian tujuan organisasi Materialitas dpt dilihat dari ;

Besarya nilai uang atau yang bernilai uang besar. Pengaruhnya thd kegiatan (walaupun nilainya tdk

seberapa) Hal yg menyangkut tujuan audit Pneting menurut pertauran Keinginan pemanfaat laporan Kegiatan yg pada saat audit dilakukan sedang jadi

perhatian umum

9

Page 10: Auditing2

C. HUBUNGAN BUKTI AUDIT DENGAN MATERIALITAS DAN RISIKO

Pengumpulan bukti, terlebih dahulu harus ; memperhitungkan materialitas = jk

permasalahan ditetapkan material, mk bukti2 hrs dikumpulkan dan sebaliknya jk tdk maetrial mk bukti2 tdk perlu dikumpulkan.

Mempertimbangkan risiko permasalahan yg diuji (risiko deteksi) utk menetapkan jumlah & jenis bukti.

10

Page 11: Auditing2

D. JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

1. BUKTI PENGUJIAN FISIK 2. BUKTI DOKUMEN

DOKUMEN,CATATAN3. BUKTI ANALISIS

ANALISIS AUDITOR, PERHITUNGAN AUDITOR, SPM

4. BUKTI KETERANGAN KONFIRMASI, LISAN, SPESIALIS

11

Page 12: Auditing2

E. Teknik-teknik Audit

Cara-cara yg ditempuh oleh auditor utk mendapatkan bukti-bukti yg diperlukan Tiap prosedur audit terdiri dari

beberapa teknik audit.

12

Page 13: Auditing2

E. TEKNIK-TEKNIK AUDIT

1. ANALISIS2. OBSERVASI/

PENGAMATAN3. PERMINTAAN

KETERANGAN4. EVALUASI5. INVESTIGASI6. VERIFIKASI7. CEK8. UJI/TEST9. FOOTING

10.CROSS FOOTING 11.VOUCHING12.TRASIR13.SCANNING14.REKONSILIASI15.KONFIRMASI16.BANDINGKAN17.INVENTARISASI/

OPNAME18.INSPEKSI

13

Page 14: Auditing2

1. Teknik audit utk bukti fisik1) Observasi/pengamatan

Peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara hati-hati, ilmiah dan kontinu selama kurun waktu tertentu utk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

2) Inventarisasi/opnamePemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang, menilai kondisinya (rusak berat, ringan atau baik) & membandingkannya dgn saldo menurut pembukuan, kemudian mencari sebab2 terjadinya perbedaan jika ada.Hasil opname dituangkan dalam BA.

14

Page 15: Auditing2

1. Teknik audit utk bukti fisik (lanjutan)

3) InspeksiMeneliti secara langsung ke tempat kejadian, yg lazim pula disebut dgn on the spot inspection, yg dilakukan secara rinci dan telitiInspeksi ini sering dilakukan secara mendadak dan biasanya dikuti dengan membuat BA.

15

Page 16: Auditing2

2. Teknik audit utk bukti dokumen1) Verifikasi

Pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi dari suatu dokumen.

2) CekMenguji kebenaran atau keberadaan sesuatu dengan teliti.

3) Uji/testTest yg dilakukan mencakup hal-hal yang esensial.

16

Page 17: Auditing2

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

4) FootingMenguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari atas ke bawah (vertikal).

5) Cross footingMenguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari kiri ke kanan (horizontal)

17

Page 18: Auditing2

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

6) VouchingMenelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen ke pencatatan pendukungnya menuju kepada adanya bukti pendukungnya (vouchernya); atau menelusur mengikuti ketentuan/prosedur yg berlaku dari hasil menuju awal kegiatan.Hanya mengecek adanya bukti, belum kesubstansinya.

7) Trasir/TelusuriMenelusuri suatu bukti transaksi/kejadian menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen.

18

Page 19: Auditing2

2. Teknik audit utk bukti dokumen (lanjutan)

8) ScanningPenelaahan secara umum dan dilakukan dgn cepat tetapi teliti utk menemukan hal-hal yg tdk lazim atas suatu informasi.

9) RekonsiliasiMencocokkan dua data yg terpisah, mgn hal yg sama yang dikerjakan oleh instansi/unit/bagian yg berbeda.

19

Page 20: Auditing2

3. Teknik audit utk bukti analisis

1) Analisis Memecah/mengurai data/informasi ke dlm unsur2 yg lebih kecil atau bagian-bagian shg dpt diketahui pola hubungan antar unsur penting yg tersembunyi.Analisis tsb antara lain dlm bentuk ;- Analisis rasio- Analisis statistik- Benchmarking

20

Page 21: Auditing2

3. Teknik audit utk bukti analisis (lanjutan)

2) EvaluasiCara untuk memperoleh suatu kesimpulan atau pandangan/penilaian dgn mencari pola hubungan atau menghubungkan atau merakit berbagai informasi yg telah diperoleh, baik informasi/bukti intern maupun bukti ekstern.Evaluasi dpt dilakukan dgn ;- menyusun bagan arus (flowchart)- melaksanakan walktrough test

21

Page 22: Auditing2

3. Teknik audit utk bukti analisis (lanjutan)

3) InvestigasiSuatu upaya utk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, menguraikan, atau meneliti secara mendalam.

4) PembandinganMembandingkan data dari satu unit kerja dengan data dari unit kerja yg lain, atas hal yg sama dan periode yg sama atau hal yg sama dari periode yg berbeda, kemudian ditarik kesimpulannya.

22

Page 23: Auditing2

4. Teknik audit utk bukti keterangan1) Konfirmasi

Memperoleh bukti sebagai peyakin bagi auditor dgn mendapatkan/meminta informasi yg sah dari pihak yg relevan, umumnya pihak luar auditan.Konfirmasi dpt dilakukan dgn ;- Konfirmasi lisan- Konfirmasi positif- Konfirmasi negatif

23

Page 24: Auditing2

4. Teknik audit utk bukti keterangan (lanjutan)

2) Permintaan Keterangan Dilakukan untuk menggali informasi

tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten.

Pihak yang kompeten bisa berarti pegawai atau pejabat auditi yang berkaitan dengan permasalahan atau pihak ketiga termasuk para spesialis atau profesional suatu bidang ilmu.

Teknik ini dapat dilakukan dengan mengajukannya secara tertulis maupun secara lisan.

24

Page 25: Auditing2

SUB BAHASAN ;

A. PENGERTIAN KKA

B. HUBUNGAN PKA DENGAN KKA

C. TUJUAN DAN MANFAAT KKA

D. JENIS-JENIS KKA

E. PRINSIP PENYUSUNAN KKA

F. ISI KKA

G. FORMAT KKA

H. PENOMORAN KKA

I. PENGELOMPOKAN KKA

J. PENGUASAAN KKA

BAB VI KERTAS KERJA AUDIT ( KKA )

25

Page 26: Auditing2

A. PENGERTIAN KKA

Catatan (dokumentasi) yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-bukti yg dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang diterapkan, serta simpulan-simpulan yg dibuat selama melakukan audit. (SAS 41).

Dokumentasi yang dibuat oleh auditor mengenai semua hal yang dilakukannya, yang berisi metodologi audit yang dipilih, prosedur audit yang ditempuh, bukti audit yang dikumpulkan, dan simpulan audit yang diambil selama audit. (SA - APIP)

26

Page 27: Auditing2

A. PENGERTIAN KKA (Lanjutan)

KKA mencerminkan ; Kegiatan audit mulai dari perencanaan,

SP, Evaluasi SPM, pengujian substantif sd pelaporan dan TL.

Langkah2 audit yg ditempuh, pengujian yg dilakukan, info yg diperoleh dan simpulan2 hasil audit.

27

Page 28: Auditing2

B. HUBUNGAN PKA DGN KKA

PKA adalah rancangan prosedur dan teknik audit yg akan harus diikuti/dilaksanakan dan KKA adalah dokumentasi hasil pelaksanaan PKA.

(Contoh lihat hal. 106)

28

Page 29: Auditing2

29

Contoh Hubungan PKA dengan KKA

Page 30: Auditing2

C. TUJUAN DAN MANFAAT KKA

1. PENDUKUNG LAPORAN AUDIT (LHA)

2. DOKUMENTASI INFORMASI

3. IDENTIFIKASI DAN DOKUMENTASI TEMUAN AUDIT

4. PENDUKUNG PEMBAHASAN

5. MEDIA REVIU PENGAWAS

6. BAHAN PEMBUKTIAN

7. REFERENSI

8. MEMBANTU AUDITOR EKSTERNAL

9. SARANA PENGENDALIAN MUTU AUDIT

30

Page 31: Auditing2

D. JENIS-JENIS KKA

KKA UTAMA KKA IKHTISAR KKA PENDUKUNG

31

Page 32: Auditing2

Hubungan antar jenis KKA

KKA PENDUKUNG KKA PENDUKUNG KKA PENDUKUNG

KKA IKHTISAR KKA IKHTISAR KKA IKHTISAR

32

Page 33: Auditing2

1. KKA Utama (top schedule)

KKA yg berisi simpulan hasil audit utk keseluruhan/suatu segmen/bagian/kegiatan yg diaudit

Umumnya memuat mengenai:- Informasi umum- Tujuan audit- Ruang Lingkup Audit- Temuan- Opini- Rekomendasi

33

Page 34: Auditing2

2. KKA Ikhtisar

KKA yg berisi ringkasan info dari KKA yg berisi info yg sejenis/sekelompok dan berkaitan dengan suatu masalah tertentu. Ringkasan temuan Ringkasan statistik Ringkasan hasil rapat

34

Page 35: Auditing2

2. KKA Ikhtisar (lanjutan)

KKA ikhtisar sangat membatu dalam ; Proses audit yg kompleks. Merangkum kelompok KKA yg berkaitan dgn maslah

tertentu. Menghindarkan adanya permasalahan yg timbul

setelah selsai audit. Membantu tim utk membiasakan diri dgn kepastian

& ketepatan yg diperlukan dlm menganalisis data pendukung.

Mendorong analisis dgn segera atas bukti yg diperoleh, dlm meruemuskan temuan atau sbg dasar pengambilan keputusan utk audit selanjutnya.

Memungkinkan sbg bahan penyusunan konsep LHA.

35

Page 36: Auditing2

3. KKA Pendukung (Supporting

Schedule)

KKA yg berisi info yg mendukung KKA utama

Disusun secara logis, setiap KKA yg berada di belekang KKA yg lain adalah pendukung dari KKA sebelumnya.

Dibuat mengikuti PKA dan ditulis Referensi PKA-nya.

Dibuat setiap lembar utk setiap permasalahan

36

Page 37: Auditing2

E. PRINSIP PENYUSUNAN KKA

1. RELEVAN2. SESUAI DENGAN PKA3. LENGKAP DAN CERMAT4. MUDAH DIFAHAMI5. RAPI6. EFISIEN7. SERAGAM

37

Page 38: Auditing2

F. ISI KKA

1. Perencanaan, termasuk PKA2. Pengujian dan evaluasi atas kecukupan dan

efektifitas SPM3. Prosedur audit yg dilakukan, info yg diperoleh dan

simpulan hasil audit.4. Reviu dalnis5. Pelaporan audit6. Catatan atas TL yg dilakukan oleh auditan7. Salianan kontrak dan perjanjian yg penting.8. Hasil-hasil konfirmasi9. Gambar, grafik, dan peraga lainnya.10. Pengujian dan hasil transaksi11. Hasil reviu analitis12. Laporan audit dan tanggapan manajemen13. Korespondensi audit yg relevan

38

Page 39: Auditing2

G. FORMAT KKA

Setiap instansi pengawasan memiliki format KKA masing-masing, tetapi secara umum informasi atau isinya sama.

(Contoh format KKA lihat hal. 115)

39

Page 40: Auditing2

H. PENOMORAN KKA

Untuk ketertiban dan memudahkan penggunaan KKA sebagai referensi di waktu yang akan datang, serta memudahkan review.

Pada dasarnya tidak terdapat patokan mengenai keharusan menggunakan pola penomoran tertentu. Namun demikian, sangat dianjurkan bahwa setiap instansi auditor menetapkan cara penomoran KKA yang diterapkan secara konsisten.

dapat digunakan untuk referensi silang antar KKA (cross reference) untuk memudahkan permahaman dan penghematan dalam proses penyusunan KKA.

40

Page 41: Auditing2

Contoh Penomoran pada KKA Utama  No. KKA : A/II/1/1-2 diartikan sebagai

berikut : A : merupakan bagian dari KKA KONSEP

LHA dan TINDAK LANJUT.    /II  : merupakan bagian dari ringkasan

temuan hasil audit. /II/1 : merupakan  segmen/kegiatan

pembuatan gambar desain yang diberi kode keuangan 2, Produksi 3, dst.

/II/1/1-2 :  merupakan halaman 1 dari dua halaman seluruhnya.

41

Page 42: Auditing2

I. PENGELOMPOKAN KKA

1. Dosir aktual (current file) = KKA yg berisi informasi yg terutama berhubungan dgn tahapan audit yg sdg berjalan (aktual) & tdk dipertimbangkan utk dipakai dlm penugasan berikutnya. Seperti ;

PKA Hasil reviu thd SPM KKA analisis serta KKA lain pendukung pekerjaan audit Catatan mgn pembicaraan dgn auditan Korespondensi aktual Bukti yg dikumpulkan utk mendukung temuan Bahan dan KKA yg dikumpulkan dlm rangka

penyiapan LHA termasuk konsepnya.

42

Page 43: Auditing2

I. PENGELMPOKAN KKA (lanjutan)

2. Dosir Tetap (permanen file) = KKA yg berisi informasi yg dpt digunakan berulang kali dlm audit yad dan dimutahirkan apabila perlu. Seperti ;

Sejarah pendirian organisasi Peraturan per UU an yg relevan. SOTK dan kebijakan organisasi. Kebijakan dan prosedur baku. Rencana pembiayaan jk panjang/RJPP Kebijakan anggaran, akuntansi pelaporan

dan prosedur Lokasi kegiatan

43

Page 44: Auditing2

J. PENGUASAAN KKA

1. Kepemilikan KKA• KKA adalah hak milik instansi auditor• Auditan tdk mpy hak atas KKA meskipun berisi

data/info tentang auditan. (Tidak seorangpun mempunyai hak untuk memeriksa KKA

kecuali digunakan oleh pengadilan sebagai bahan bukti yuridis formal)

2. Kerahasiaan KKA• KKA bersifat rahasia terhadap auditan maupun pihak

ketiga• Penggunaan KKA oleh pihak Kejaksaan atau

Kepolisian harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

• Pihak luar dapat melakukan Peer Review atas KKA

44

Page 45: Auditing2

J. PENGUASAAN KKA (lanjutan)

3. Prinsip Pengelolaan KKA- KKA tidak boleh ditinggal sehingga pihak yang tidak berkepentingan bisa menelaahnya- Diluar jam kerja atau pada saat istirahat makan siang, KKA harus disimpan dalam keadaan terkunci- Dokumen yang bersifat rahasia harus disimpan dalam keadaan terkunci apabila sedang tidak dipakai- Penyimpanan untuk dokumen yang sifatnya sangat sensitif menggunakan lemari dengan kunci pengaman / kombinasi- Jika tidak terdapat indikasi mengenai kecurangan, auditor mungkin saja dapat mengambil manfaat dengan membahas hasil auditnya dengan pegawai instansi yang diaudit

45

Page 46: Auditing2

A. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANSTIF

B. TUJUAN

C. MANFAAT PENGUJIAN SUBSTANSTIF

D. AKTIFITAS

E. HASIL

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

G. PENGGUNANN TENAGA AHLI

H. PENDALAMAN TEMUAN YG BERINDIKASI FRAUD

I. MEMBUAT KKA DAN DAFTAR TEMUAN

BAB VII ; PENGUJIAN SUBSTANTIF DAN PENGAMBANGAN TEMUAN

46

Page 47: Auditing2

A. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian substantif mempunyai arti yang hampir sama dengan audit rinci atau audit lanjutan.

Pengujian substantif mpy arti yg lebih sempit pengujian untuk menentukan apakah suatu masalah atau penyimpangan benar-benar terjadi atau tidak. Masalah atau penyimpangan tersebut tidak lain adalah firm audit objectives (FAO).

47

Page 48: Auditing2

B. TUJUAN

UNTUK MENINGKATKAN PEROLEHAN BUKTI SEHINGGA DIPEROLEH KEYAKINAN ATAS KESESUAIAN KONDISI DENGAN KRITERIANYA.

48

Page 49: Auditing2

C. MANFAAT PS

Untuk lebih meyakini kondisi di FAO sbg landasan bagi penyusunan LHA.

Mendapatkan penyebab hakiki, akibatnya serta keyakinan dari auditan dengan cara dilakukan pembahasan bersama auditan

Merumuskan rekomendasi perbaikan yang harus di tindak lanjuti oleh auditan

49

Page 50: Auditing2

D. AKTIFITAS

1. Penetapan ururtan proritas PS (perumusan tujuan audit), dimana adanya keterbatasan sumberdaya.

2. Penyusunan program kerja PS (PKA PS)3. Melaksanakan PKA PS, dan membuat

KKA dan daftar temuan.

50

Page 51: Auditing2

D. AKTIFITAS (lanjutan)

Melaksanakan PKA PS, yaitu utk menilai ;1. Ketaatan setiap kegiatan kpd

ketentuan/peraturan dan kebiajkan yg sdh ditetapkan.

2. Pencapaian tujuan yg telah ditetapkan (efektifitas kegiatan)

3. Kehematan dalam memperoleh sumebr dana & sumber daya

4. Efisiensi penggunaan sumebr dana & sumber daya

5. Kegiatan2 dan transaksi finansial yg meliputi ;1)Pengendalaian pengeluaran, penerimaan/pendapatan

dan aktiva.2)Kelayakan pembukuan transaksi2 keuanagn &

sumber2 dana dan daya3)Ketepatan, kebenaran dan kemanfaatan laporan2

keuangan

51

Page 52: Auditing2

TEMUAN HASIL AUDIT

TEMUAN POSITIF, HAL HAL YANG BAIK YANG DAPAT DIJADIKAN CONTOH

TEMUAN NEGATIF,KETIDAK TAATAN, TIDAK EKONOMIS,TIDAK EFISIEN, TIDAK EFEKTIF

52

Page 53: Auditing2

E. HASIL

Hasil dari tahap PS adalah temuan dengan unsur sbb ;

1. KONDISI (apa yg sebenarnya terjadi)2. KRITERIA (apa yg seharusnya terjadi)3. SEBAB (mengapa terjadi perbedaan

antara kondisi dgn kriteria)4. AKIBAT dan DAMPAK (apa akibat &

dampak yg ditimbulkan adanya perbedaan kondisi dgn krteria)

5. REKOMENDASI (apa yg dpt dilakukan utk memperbaikinya)

53

Page 54: Auditing2

1. KONDISI

Kondisi merupakan realita yg ada dari suatu pelaksanaan kegiatan yg mencakup apa, siapa, kapan, di mana dan bagaimana.

Kelemahan yg ditemui pd penentuan kondisi antara lain ; Kondisi yg diungkap, tdk atau urang didukung

fakta pembukuan yg kuat. Kondisi yg dikemukakan apabila diungkap,

sebagian kurang berarti bila dikaitkan dgn keg auditan, baik secara materialitas maupun frekuensi kejadiannya.

Akibat yg ditimbulkan dari kondisi yg diungkap tdk jelas atau kurang material.

54

Page 55: Auditing2

2. KRITERIA

Sumber kriteria antara lain ; Peraturan per UU an yg berlaku Ketentuan manajemen yg harus

ditaati/dilaksanakan. Pengendalian manajemen yg handal Tolok ukur keberhasilan, efisiensi dan

kehematan. Standar dan norma/kaidah.

55

Page 56: Auditing2

2. KRITERIA (lanjutan)

Jika kriteria tidak tersedia, maka alternatif yg dpt digunakan oleh auditor dgn kesepakatn auditan adalah ; Melakukan konfirmasi kpd pihak ketiga (mis

konfirmasi harga) Bersama dgn auditan melakukan formulasi

kriteria yg akan dipakai sebagai tolok ukur. Norma standar yg sama atau sejenis dgn

kegiatan auditan shg norma/std tsb dpt digunakan sbg pembanding.

Menggunakan keterangan tenaga ahli.

56

Page 57: Auditing2

2. KRITERIA (lanjutan)

Kendala dlm menetapkan kriteria antara lain ;

Kesulitan dlm menetapkan kriteria yg tepat

Auditan kurang tanggap bahkan tdk sepakat dgn kriteria yg diperoleh.

Belum tersedia patokan harga yg memadai

Kondisi pasar yg tdk menentu.

57

Page 58: Auditing2

Pengembangan Kriteria.

AuditPendahuluan

PengujianSPM

AuditLanjutan

Kriteriaawal

Kriteriaakhir

kriteria politis kriteria ekonomis

Proses Hasil

• Ideologi negara• Stabilitas Polkam• Kesra• Lapangan kerja• dll. • Sistem

• Prosedur• Pengendalian• Operasi

• Efisiensi• Ekonomis• Efektivitas

58

Page 59: Auditing2

Kriteria politis

Yaitu kriteria yg digunakan utk menilai program dan atau kegiatan yg bersifat politis, dgn memperhatikan ; Pemantapan ideologi negara, kegiatan ini dlm

rangka meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Peningkatan kestabilan politik dan keamanan Peningkatan kesejahteraan masyarakat Penyediaan lapangan kerja Pembukaan teritorial.

Penetapan kriteria ini tetap merujuk pd peratuaran per UU yg berlaku.

59

Page 60: Auditing2

Kriteria ekonomis

Yaitu kriteria yg digunakan utk menilai kegiatan2 dgn menggunakan kaidah ekonomi, yg digolongkan menjadi ; Kriteria input = apakah input yg digunakan

dengan harga yang murah. Kriteria proses = apakah proses dlm

menjalan kegiatan telah sesuai prosedur dan waktu yang ditetapkan.

Kriteria hasil = apapakah sdh sesuai dgn tujuan yg ditetapkan semula.

60

Page 61: Auditing2

3. PENENTUAN SEBAB

Ciri penyebab antara lain ; Kegiatan yg tdk/kurang dilaksanakan,

ketentuan yg belum ada atau ketentuan yg tdk dilaksanakan dgn semestinya yg mengakibatkan timbulnya penyimpangan.

Dpt diidentifikasikan pihak yg bertanggungjawab atas kelemahan pelaksanaan kegiatan suatu organisasi.

61

Page 62: Auditing2

3. PENENTUAN SEBAB (lanjutan) Dlm menetuka penyebab, sering ditemui

kelemahan antara lain ; Sebab yg diungkap tdk/kurang jelas Sebab yg diungkap belum sebab yg hakiki

atau utama/material.

62

Page 63: Auditing2

4. AKIBAT

Yaitu suatu kejadian yg ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria yang menentukan arti penting atau bobot temuan audit.

Ciri akibat antara lain ; Ada pihak yg dirugikan Kerugian material yg timbul dpt

dikuantifikasikan jumlahnya. Kinerja yg dicapai dpt dibandingkan secara

langsung dgn tujuan yg diharapkan Dampak lingkungan yg timbul dan bentuknya

jelas atau dpt dibuktikan secara ilmiah.

63

Page 64: Auditing2

4. AKIBAT (lanjutan)

Kelemahan dlm mengungkapkan “akibat” ; tdk jelas atau didukung oleh bukti yg

memadai Justru lebih tepat apabila dijadikan

kondisi Bersifat umum Masih bersifat potensial, belum pasti

atau masih dpt dipertanyakan terjadinya di masa datang.

64

Page 65: Auditing2

5. REKOMENDASI

Materi rekomendasi hrs dirancang guna ; Memperbaiki kelemahan (menghilangkan

penyebab) Meminimalisasi akibat dari kelemahan yg ada.

Rekomendasi harus jelas ; Ditujukan kpd siapa Mengarah pd tindakan nyata Konsekuensi yg akan timbul apabila di TL Dapat dilaksanakan oleh auditan Apabila ada alternatif perbaikan tuangkanlah

semua alternatif berikut alasannya masing-masing

65

Page 66: Auditing2

5. REKOMENDASI (lanjutan) Dalam perumusan rekomendasi harus

diperhatikan ; Biaya yg akan terjadi dlm

mengimplementasikan rekomendasi harus tdk melebihi manfaat yg akan diperolehnya.

Jika terdapat beberapa alternatif rekomendasi dgn biaya yg terkait, harus diusulkan

Rekomendasi harus dapat dilaksanakan.

66

Page 67: Auditing2

5. REKOMENDASI

Merupakan tindakan yang harus diambil yang akan menghilangkan atau mengubah faktor penyebab, dgn memperhatikan faktor cost & benefit. Dgn demikian diharapkan akibat yang terjadi tidak akan terulang.

Kepada siapa ; yang meminta dilakukan audit, yang mempunyai tanggungjawab utama atas obyek audit, pejabat tertinggi dalam obyek audit/instansi bersangkutan.

Kapan mengajukannya ;Apabila hasil audit memberikan indikasi perlunya tindakan perbaikan atau koreksi kekurangan apabila tindakan tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya pada saat LHA disiapkan, walaupun tindakan korektif sudah dijanjikan atau dimulai.

67

Page 68: Auditing2

Pembuktian Temuan Audit

KONDISI

PENYEBAB AKIBAT

KRITERIA

PEMBUKTIAN RE-MA-KO-CU

68

Page 69: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN

Faktor2 yg harus dipertimbangkan ;1. Penekanan pd situasi dan kondisi pd

saat kejadian, bukan pd saat dilakukan audit.

2. Sifat kompelsitas, besarnya kegiatan (keu & fisik), program & fungsi yg sdg diaudit.

3. Temuan hrs dianalisis secara jujur dan kritis utk menghindarkan pengungkapan kelemahan secara tdl logis.

69

Page 70: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

4. Kewenangan hukum atas kegiatan, program & fungsi yg diaudit, dimana perlu diungkapkan dlm LHA ;

1) Kasus ttg pelanggaran thd peraturan per UU an yg berlaku.

2) Pertimbangan auditor bila perlu diadakan perubaha thd peraturan per UU an yg berlaku.

3) Pengeluaran dana yg bertentangan dgn per UU an yg berlaku.

4) Dlm melaksanakan wewenangnya mungkin auditan mengambil keputusan yg tdk sesuai dengan pendapat auditor (sepattusnya tdk dikecam)

5) Kegiatan pengembangan temuan hrs cukup luas, shg dpt disjikan secara jelas dan cukup beralasan.

6) Pada umumnya suatu temuan hrs dikembangkan sampai tuntas selama temuan tsb berarti.

70

Page 71: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

Lngakah-langkah pengembangan temuan ;1. Kenali secara khusus apa yg kurang dlm

hubungannya dgn kriteria yg lazim.2. Auditor perlu meyakini kelayakan kriteria

yg dipergunakan, dimana pd prinsipnya std yg dipergunakan oleh auditan merupakan tgg jwb auditan itu sendiri.

3. Kenali batas wewenang & tgg jwb pejabat yg terlibat dlm pelaksanaan kegiatan, program & fungsi yg diaudit.

71

Page 72: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

4. Auditor perlu mengenali batas wewenang pejaat yg bertggjwb langsung thd keg, program dan fungsi yg diaudit & jg menegtahui pejabat yg bertggjwb pd tkt yg lebih tinggi utk menegtahui pd siapa lap dan rekomendasi ditujukan.

5. Pastikan sebab kelemahannya yg hakiki.6. Tentukan apakah kelemahan tsb

merupakan kasus yg berdiri sendiri atau tersebar luas.

7. Tentukan akibat atau arti penting kelemahan

8. Mintakan komentar pejabat yg kompeten9. Mintakan kesediaan untuk

menindaklanjutinya.

72

Page 73: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

Pendekatan lain yg dpt digunakan oleh auditor ; Identifikasi masalah Menguraikan masalah (seberapa besar, dimana,

kapan dan apakah sering terjadi) Mencari kemungkinan penyebabnya Buatlah alternatif2 tindakan utk menyelesaikan

masalah. Analisis setiap alternatif, (apa kebaikan dan

kelemahannya) Pilihlah alternatif tindakan yg paling baik. Buatlah rekomendasi utk dpt

mengimpelementasikan alternatif tindakan yg paling baik tsb.

73

Page 74: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

1. Penggunaan Tenaga Ahli Idealnya organisasi memiliki tenaga

ahli dari berbagai disiplin ilmu utk mendukung dalam tahap pengujian substantif, namun bila tdk tersedia dpt menggunakan tenaga ahli tetapi tanggung jawab tetap sepenuhnya berada pada auditor.

74

Page 75: Auditing2

F. PENGEMBANGAN TEMUAN (lanjutan )

2. Pendalaman Temuan yg Berindikasi Fraud

Perlu diwaspadai bhw dlm simpulan yg diambil pada audit operasional, yg berkaitan dgn ketidakhematan, ketidakefisienan dan ketidakefektifan dapat disebabkan oleh adanya unsur tindakan melawan hukum (illegal act) atau penggelapan (fraud). Hasil audit operasional seharusnya dikembankan menjadi audit investigasi.

75

Page 76: Auditing2

G. PENGGUNAAN TENAGA AHLI Masalah penggunaan tenaga ahli dari

berbagai disiplin ilmu ini tidak terlepas dari standar umum audit yang mengatur pelaksanaan audit secara profesional. Standar ini menekankan tanggung jawab unit organisasi auditor dalam pelaksanaan audit.

Hasil pekerjaan tenaga ahli tersebut apabila digunakan dalam audit sepenuhnya menjadi tanggung jawab auditor.

76

Page 77: Auditing2

I. MEMBUAT KKA & DAFTAR TEMUAN

1. JUDUL TEMUAN2. URAIAN TTG KONDISI3. URAIAN TTG KRITERIA4. URAIAN TTG SEBAB 5. URAIAN TTG AKIBAT ATAU DAMPAK6. URAIAN TTG KOMENTAR AUDITAN7. URAIAN TTG KOMENTAR AUDITOR8. REKOMENDASI

77

Page 78: Auditing2

78

Page 79: Auditing2

SUB BAHASAN ;

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL AUDIT

B. LAPORAN HASIL AUDIT

C. TUJUAN PELAPORAN HASIL AUDIT

D. ISI DAN BENTUK LHA

E. STANDAR PELAPORAN

F. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT

BAB VIII ; KOMUNIKASI DAN PELAPORAN HASIL AUDIT

79

Page 80: Auditing2

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL AUDIT

Pengkomunikasian hasil audit mencakup ;1. Komunikasi lisan untuk memperoleh

kesepakatan mengenai hasil audit2. Komunikasi tertulis dalam bentuk

laporan hasil audit (LHA) yang resmi diterbitkan.

80

Page 81: Auditing2

A. PENGOMUNIKASIAN HASIL AUDITMasalah yg mungkin dpt menghambat efektifitas komunikasi :

1. Tidak mempertimbangkan kedudukan/posisi komunikan.

2. Mengabaikan tingkat emosi komunikan

3. Gagal mengenali posisi pihak penerima informasi

4. Penggunaan kata yang mempunyai arti ganda.

5. Penyampaian pesan yang tidak jelas.

6. Hambatan karena persepsi auditi yang menganggap bahwa auditor memiliki agenda pribadi.

7. Pengaruh dari tindakan non verbal seperti nada suara, ekspresi wajah dan cara berkomunikasi.

8. Gagal mempertimbangkan persepsi dan perasaan auditi.

81

Page 82: Auditing2

B. PENGERTIAN LHA

Sarana mengomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan secara tertulis. Harapan pemakai lap = mengaharapkan

informasi yg akurat & objektif. Kewajiban auditor = menyediakan informasi

yg berguna & tepat waktu.

82

Page 83: Auditing2

C. TUJUAN PELAPORAN HASIL AUDITFungsi utama dalam pelaporan hasil audit, bhw

LHA hrs ; Mampu meyakinkan manajemen bhw seluruh

risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi telah diminimalisasi dengan adanya SPM yang handal, kecuali audit menunjukkan hal yang sebaliknya;

Memberikan peringatan kpd manajemen mengenai bidang-bidang yang tidak cukup terlindungi dari kemungkinan risiko karena tidak memadainya SPM;

Memberikan saran kpd manajemen mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk memperbaiki strategi penanggulangan risiko; serta

Mendukung langkah perbaikan yg dibuat oleh manajemen.

83

Page 84: Auditing2

D. ISI DAN BENTUK LHA

1. Informasi UmumBerisi informasi mengenai ;- Dasar hukum audit- Tujuan audit- Ruang lingkup- Hasil pengujian SPM- Organisasi dan personalia- TL hasil audit yg lalu- Kegiatan, program dan atau fungsi yg diaudit- Sifat audit

84

Page 85: Auditing2

D. ISI DAN BENTUK LHA (lanjutan)2. Temuan dan Rekomendasi Bagian atau bab temuan merupakan

pesan penting yg menyangkut hal-hal ;1) Ketidakefisienan2) ketidakefektifan3) pemborosan/ketidakhematan4) penegluaran yg tdk sepatutnya atau

pendapatan/penerimaan yg tdk sebenarnya

5) ketidaktaatan thd peraturan perundang-undangan

85

Page 86: Auditing2

D. ISI DAN BENTUK LHA (lanjutan) Syarat-syarat temuan ;

1. Cukup berarti utk diteruskan kpd pihak yg berkepentingan yaitu akibat dari temuan tsb cukup material.

2. Berdasarkan fakta dan bukti yg relevan, kompeten, cukup dan material.

3. Dikembangkan secara objektif4. Berdasarkan pd kegiatan audit yg

memadai guna mendukung setiap simpulan yg diambil.

5. Meyakinkan, yaitu simpulan hrs logis dan jelas.

86

Page 87: Auditing2

D. ISI DAN BENTUK LHA

LHA BENTUK BAB LHA BENTUK SURAT (ISI PENTING LHA

BENTUK BAB DAN BENTUK SURAT PADA DASARNYA SAMA, HANYA BENTUKNYA ATAU SUSUNANNYA YANG BERBEDA)

87

Page 88: Auditing2

SUSUNAN( FORMAT )LAPORAN BENTUK BAB

BAGIAN ISIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULANB. REKOMENDASI

TANDA TANGAN

88

Page 89: Auditing2

BAGIAN IIURAIAN HASIL AUDIT

A. UMUM1. DASAR HUKUM AUDIT2. SASARAN DAN TUJUAN AUDIT3. RUANG LINGKUP AUDIT4. ORGANISASI DAN PERSONALIA5. SIMPULAN MENGENAI SPM6. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT YL

B. HASIL AUDIT7. UMUM8. TEMUAN HASIL AUDIT NO.1 ( K,K,S,A,TA,TA,REK ) NO.2 ( A,K,S,K,TA,TA,REK ) NO. DST

89

Page 90: Auditing2

E. STANDAR PELAPORAN

Standar pelaporan mencakup: 4000 – Kewajiban Membuat Laporan 4100 – Cara dan Saat Pelaporan 4200 – Bentuk dan Isi Laporan 4300 – Kualitas Laporan 4400 – Tanggapan Auditi 4500 – Penerbitan dan Distribusi Laporan

90

Page 91: Auditing2

E. STANDAR PELAPORAN

1. Laporan auditor harus menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai Standar Profesional APIP.

2. Laporan auditor hrs dibuat secara tertulis & segera, yaitu pd kesempatan pertama stlh berakhirnya pelaksanaan audit.

3. Laporan auditor hrs lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas dan ringkas.

4. Laporan auditor hrs didistribusikan kpd pihak-pihak yg berwenang sesuai ketentuan yg berlaku.

5. Laporan auditor yg memuat temuan yg berindikasi adanya pelanggaran hukum harus dismapaikan kpd aparat penegak hukum terkait dlm upaya penindaklunjutan temuan tsb.

91

Page 92: Auditing2

F. TINDAK LANJUT HASIL AUDIT

TL atas rekomendasi auditor merupakan tgg jwb pihak auditi.

SA-APIP (Permenpan no ; PER/05/M.PAN/03/2008) menyatakan bhw ; Auditor harus mengomunikasikan kepada auditi bahwa

tanggung jawab untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti temuan audit (kinerja) dan rekomendasi berada pada pihak auditi.

Auditor harus memantau dan mendorong TL atas temuan beserta rekomendasinya.

Auditor harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit (kinerja) sebelumnya yang belum ditindaklanjuti.

Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan ketidakpatuhan terhadap peraturan perUUan dan kecurangan, auditor harus membantu aparat penegak hukum terkait dlm upaya penindaklanjutan temuan tsb.

92

Page 93: Auditing2

PENUTUP

SEKIAN, TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN BAPAK DAN IBU

Kalo ada yang kurang mohon dimaafkan

Kalo BERMANFAAT itu yang saya harapkan

93