31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar. 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah pengertian dari ejaan ? 1

Ejaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ejaan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalaha. Apakah pengertian dari ejaan ?b. Apa saja perubahan ejaan di Indonesia ?c. Apa saja ruang lingkup dari EYD ?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan2. Untuk mengetahui perubahan ejaan di Indonesia3. Untuk mengetahui Ruang lingkup EYD

1

Page 2: Ejaan

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-

bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan

bagaimana menulis bahasa-bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang

berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah, kaidah cara

menggambarkan bunyi-bunyi bahsa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-

huruf dan tanda baca).

2.2 Perubahan Ejaan di Indonesia

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, Bahasa Indonesia telah

mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:

1. Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam

sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van

Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun

oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan

Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van

Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-

sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca.

Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam.

Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan

yang terjadi pada masa itu.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.

Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang

berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk

menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret

2

Page 3: Ejaan

1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan

berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan

kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret

1947. ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik. Adapun

ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan

dengan nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui,

Soewandi merupakan nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan

Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika

ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini

merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan

bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi

mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya

“Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD,

maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia

diharapkan dapat terwujud dengan baik.

2.3 Ruang Lingkup Ejaan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek:

1. Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf

berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

3

Page 4: Ejaan

A – a A J - j Je S – s Es

B – b Be K - k Ka T – t Te

C – c Ce L - l El U – u U

D – d De M - m Em V – v Ve

E – e E N - n En W - w We

F – f Ef O – o O X – x Eks

G – g Ge P – p Pe Y – y Ye

H – h Ha Q – q Ki Z - z zet

I - i I R - r er

B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas

huruf a, e, i, o, dan u.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri

atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

4

Huruf Vokal Di awal Di tengah Di akhir

A Api Padi Lusa

I Itu Simpan Mumi

U Ulang Bumi Ibu

E Enak Petak Sore

o Oleh Kota Radio

Page 5: Ejaan

5

Huruf Kosonan Di awal Di tengah Di akhir

B Bahasa Sebut Adab

C Cakap Kaca -

D Dua Ada Abad

F Fakir Kafan Maaf

G Guna Tiga Balig

H Hari Saham Tuah

J Jalan Manja Mikraj

K Kami Paksa Politik

L Lekas Alas Kesal

M Maka Kami Diam

N Nama Anak Daun

P Pasang Apa Siap

Q Quran Furqan -

R Raih Bara Putar

S Sampai Asri Lemas

T Tali Mata Rapat

V Variasi Lava -

W Wanita Hawa -

X Xenon - -

Y Yakin Payung -

Z Zeni Lazim Juz

Page 6: Ejaan

D. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang

melambangkan konsonan, yaitu :kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing

melambangkan satu bunyi konsonan.

2. Penulisan Huruf

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD,

yaitu penulisan huruf besar dan penulisan huruf miring. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada pembahasan berikut :

6

Gabungan Huruf

Kosonan

Di awal Di tengah Di akhir

Kh Khusus Akhir Tarikh

Ng Ngilu Bangun Senang

Ny Nyata Hanyut -

Sy Syarat Isyarat Arasy

Page 7: Ejaan

A. Penulisan Huruf Kapital

Kaidah penulisan huruf kapital dapat digunakan dalam beberapa hal,

yaitu:

1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

Dia menulis surat di kamar.

Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.

“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang

berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab

suci.

Misalnya :

Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.

Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan ,

keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.

Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat

yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama

instansi, dan nama tempat.

Misalnya :

Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.

Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.

Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.

Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.

6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.

7

Page 8: Ejaan

Misalnya :

Roni Suryadi

ALYASIR AMELIA PUTRI HILYASA EKA WULANDARI MORINA LISA PURA

7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan

nama bahasa.

Misalnya :

bangsa Indonesia

suku Sunda

bahasa Inggris

8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,

dan peristiwa sejarah.

Misalnya :

tahun Hijriyah

hari Jumat

bulan Desember

hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.

Misalnya :

Laut Jawa

Jazirah Arab

Asia Tenggara

Tanjung Harapan

10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,

lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi,

kecuali terdapat kata penghubung.

Misalnya :

Republik Indonesia

8

Page 9: Ejaan

Majelis Permusyawaratan Rakyat

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau

sapaan dan pengacuan.

Misalnya :

Surat Saudara sudah saya terima.

Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya :

Surat Anda telah saya balas.

Sudahkah Anda sholat?

13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat dan sapaan.

Misalnya :

Dr. = doktor

S.H. = sarjana hukum

14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang

sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul,

majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan

dan kata penghubung.

Misalnya :

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

B. Penulisan Huruf Miring

9

Page 10: Ejaan

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip

dalam tulisan.

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan

kelompok kata.

3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.

3. Penulisan Kata

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

a. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang

ditulis sebagai suatu kesatuan.

Misalnya :

Dia teman baik saya.

b. Kata Turunan (Kata berimbuhan)

Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :

Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.

Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung

mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa

gabungan kata.

Misalnya :

bertepuk tangan, sebar luaskan.

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus

mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

menandatangani, keanekaragaman.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam

kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

10

Page 11: Ejaan

antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.

c. Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).

Jenis-jenis kata ulang yaitu :

Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.

Misalnya :

laki - > lelaki

Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.

Misalnya :

rumah -> rumah-rumah

Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.

Misalnya :

sayur -> sayur-mayur

d. Gabungan Kata

Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah

khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.

Misalnya :

mata kulih, orang tua.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan

kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan

pertalian di antara unsur bersangkutan.

Misalnya :

ibu-bapak, pandang-dengar.

Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis

serangkai.

Misalnya :

daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.

e. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)

11

Page 12: Ejaan

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,mu, nya ditulis serangkai dengan

kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

f. Kata Depan (di, ke, dari)

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang

mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai

satu kata, seperti kepada dan daripada.

Misalnya :

Jangan bermain di jalan

Saya pergi ke kampung halaman.

Dewi baru pulang dari kampus.

g. Kata Sandang (si dan sang)

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Nama si pengrim surat tidak jelas.

Anjing bermusuhan dengan sang kucing.

h. Partikel

Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang

khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai

fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :

Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Misalnya :

Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang dipelajari minggu lalu?

Apatah gerangan salahku?

12

Page 13: Ejaan

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali

yang dianggap sudah menyatu.

Misalnya :

Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.

Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per

ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya :

Rapor siswa dilihat per semester.

i. Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas

satu kata atau lebih.

Misalnya :

dll = dan lain-lain

yth = yang terhormat

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata

yang diperlakukan sebagai kata.

Misalnya :

SIM = Surat Izin Mengemudi

IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

j. Angka dan Lambang Bilangan

Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim

digunakan , yaitu :

(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan

(2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.

Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :

1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas

2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat

3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II Abad ke-2

13

Page 14: Ejaan

4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an. Misalnya : tahun 50-

an = lima puluhan

5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja

sebagian supaya mudah dibaca.

Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.

6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan

huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal

kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya

sama.

Misalnya :

Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)

55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)

7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua

kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara

berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.

Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

4. Penulisan Unsur Serapan

Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli

bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian

karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa

memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya

menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah

diterapkan.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang

:

(a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia,

dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak

mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai

dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada

14

Page 15: Ejaan

unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak

perlu diterima.

Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti

bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan

asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam

penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung

kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-

beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling

mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat

penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka

diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak

mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa

Indonesia itu dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia

dikelompokkan dua bagian, yaitu :

Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik

tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong

secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.

Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah

bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh

yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen,

koordinasi, fungsi.

\

5. Pemakaian Tanda Baca

a.Tanda Titik (.)

Penulisan tanda titik di pakai pada :

Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Akhir singkatan nama orang.

Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

15

Page 16: Ejaan

Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan

itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.

Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.

Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,

atau daftar.

Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan

atau ilustrasi dan tabel.

b.Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :

Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara

berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.

Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu

mendahului induk kalimatnya.

Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung

antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1)

Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5)

akan tetapi.

Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan

kasihan.

Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat,

(3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara

berurutan.

Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen

yang dinyatakan dengan angka.

Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya

untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau

marga.

16

Page 17: Ejaan

Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang

terdapat pada awal kalimat.

Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam

daftar pustaka.

Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak

membatasi.

Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain

yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu

berakhir dengan tanda tanya atau seru.

c.Tanda Titik Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada :

Akhir kalimat tanya.

Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

d.Tanda Seru ( ! )

Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa

seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan,

ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

e.Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma dipakai :

Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai

pengganti kata penghubung.

f.Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai :

Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.

17

Page 18: Ejaan

Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau

pemerian.

Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku

dalam percakapan .

Di antara jilid atau nomor dan halaman.

Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.

Di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan

pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

g.Tanda Elipsis (…)

Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan

menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika

yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik

terakhir diberi jarak atau loncatan.

h.Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring ( / ) di pakai :

Dalam penomoran kode surat.

Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

i.Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )

Tanda petik tunggal dipakai :

Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

j.Tanda Petik ( “…” )

Tanda petik dipakai :

Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus,

kiasan atau yang belum dikenal.

18

Page 19: Ejaan

Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai

dalam kalimat.

Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,

atau bahan tertulis lain.

Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk

ketertiban gramtikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa

tersampaikan dengan baik. Manusia memhami sesuatu dengan bahasa, tetapi

karena bahasa pula anusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca yang tepat

adalah salah satu cara untuk menhindari kesalahpahaman tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan1. Pengertian EYD

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

19

Page 20: Ejaan

Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.

2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :

a) Ejaan Van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

b) Ejaan Suwandi

Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.

c) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia.

3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

a) Pemakaian Huruf

b) Penulisan Huruf

c) Penulisan Kata

d) Penulisan Unsur Serapan

e) Penulisan Tanda Baca

20

Page 21: Ejaan

Daftar Pustaka

Cisca.2009.Pedoman Baku EYD TERBARU.Yogyakarta:Pustaka Widyatama.

Salinan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia: Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional

Faizah, Hasnah, Dr, Ar, S.Pd., M. Hum,.2008, Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia,Pekanbaru : Cendikia Insani

21

Page 22: Ejaan

http://sharingmahasiswa.blogspot.com/2013/02/pengertian-ejaan-kata-dan-unsur-serapan.html

http://www.slideshare.net/SugengRahardjo/ejaan-dalam-bahasa-11947030

http://ejaanindonesia.blogspot.com/2012/09/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia.html

http://sharingmahasiswa.blogspot.com/2013/02/pengertian-ejaan-kata-dan-unsur-serapan.html

http://berbagitugaskuliah.wordpress.com/2011/12/17/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-yang-disempurnakan/

22