23
Masalah Kemiskinan Perekonomian Indonesia NAMA : Nur Azizah KELAS : 2 EA 21 NPM : 15210155 FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 Mata Kuliah : EKONOMI KOPERASI

Karya ilmiah koperasi azizah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya ilmiah koperasi azizah

Masalah Kemiskinan Perekonomian Indonesia

NAMA : Nur Azizah

KELAS : 2 EA 21

NPM : 15210155

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMENUNIVERSITAS GUNADARMA

2011

Mata Kuliah : EKONOMI KOPERASI

Page 2: Karya ilmiah koperasi azizah

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia-Nya serta

shalawat dan salam saya panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang

dengannya saya penulis bisa menyelesaikan karya tulis ini walau mengalami berbagai

kesulitan dalam menyusunnya. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab yang tinggi

akhirnya makalah ini dapat disusun guna melengkapi tugas Ekonomi Koperasi. Dengan kerja

keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta

mencapai hasil yang sesempurna mungkin dan sesuai dengan harapan, walau di dalam

pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan

waktu yang begitu mendesak. Tidak luput saya selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran kepada Bapak Nurhadi selaku dosen pembimbing Ekonomi Koperasi. Saya menyadari

bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penulisan karya ilmiah ini untuk dapat

menyempurnakan dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini

dapat bermanfaat bagi saya dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.

Bekasi, November 2011

Hormat Saya

II

Page 3: Karya ilmiah koperasi azizah

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………………….. I

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. II

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… III

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………..... 1

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………….1

1.2 TUJUAN …………………………………………………………………..……....2

1.3 SASARAN …………………………………………………………………..…… 2

BAB II pembahasan.........................................................................................................3

A. Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia.....................3

B. Kriteria Kemiskinan Bank Dunia ....................................................................4

C . Penyebab kegagalan........................................................................................5 D.Strategi Penanggulangan Kemiskinan..............................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................... ......7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………......8

III

Page 4: Karya ilmiah koperasi azizah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan ber-

usaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Ada

pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan

lingkungan dalam suatu masyarakat. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai ketidakberday-

aan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintahan se-

hingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struk-

tural). Tetapi pada umumnya, ketika kemiskinan dibicarakan, yang dimaksud adalah

kemiskinan material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori miskin ap-

abila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara

layak. Ini yang sering disebut dengan kemiskinan konsumsi.

Definisi ini sangat bermanfaat untuk mempermudah membuat indikator orang miskin,

tetapi defenisi ini sangat kurang memadai karena;

(1) tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan;

(2) dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi kemiskinan

cukup hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai;

(3) tidak bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan

lintas sektor, bahkan bisa kontraproduktif.

1

Page 5: Karya ilmiah koperasi azizah

1.2 Tujuan

Sesuai dengan judul Karya tulis ini yaitu Masalah Kemiskinan Perekonomian Indonesia

Karya tulis ini ini disusun agar pembaca lebih mengenal dan mengetahui apa saja masalah

kemiskinan yang terjadi di Negara kita ini,khusus nya pada golongan menengah kebawah di

Indonesia yang semakin tahun semakin bertambah dan agar kita semua tergugah untuk

berpartisipasi dalam menangani masalah ekonomi di kehidupan rakyat kecil yang makin

berat,contohnya. goncangan-goncangan harga nasional maupun internasional yang terus

menerus. Dan ini dapat menimbulkan efek-efek uang sangat merugikan baik secara

financial,efisiensi,ekonomi dll.

Disamping hal diatas diharapkan pembaca peduli terhadap masalah-masalah

yang disebabkan oleh inflasi yang terjadi di masyarakat sekitarnya demi tercapainya

tujuan nasional bangsa mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

1.3 Sasaran

Melihat pentingnya masalah kemiskinan di negara kita ini. Dengan dibuatnya

karya tulis ini saya sangat berharap pembaca dapat mempunyai inspirasi untuk

mendapatkan solusi agar jumlah kemiskinan ini tidak semakin meluas. karena apabila

masalah perekonomian kemiskinan dapat diatasi maka kesejahteraan dan masa depan

bangsa akan terwujud. Generasi muda adalah satu-satunya harapan bagi bangsa untuk

melestarikan kesejahteraan bangsa ini,karena mereka merupakan calon pemimpin

bangsa ini di masa depan.

2

Page 6: Karya ilmiah koperasi azizah

BAB II ISI

PEMBAHASAN

A.Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia

Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase penduduk miskin,

pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara lain angka kematian bayi dan

anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan,dan ekonomi (konsumsi/kapita). Bappenas (2004)

mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-

laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain,

terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,

pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman

tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi

perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak dasar masyarakat miskin ini, Bappenas

menggunakan beberapa pendekatan utama, antara lain pendekatan kebutuhan dasar,

pendekatan pendapatan, pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan

seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain

pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan aset dan

alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung

memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara

kaku standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya.

Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar

seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam

masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang

miskin terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut

sebagai pendekatan kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus

dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan

pendapat atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek, 1985).

Page 7: Karya ilmiah koperasi azizah

Keterbatasan kecukupan dan mutu pangan dilihat dari stok pangan yang terbatas,

rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.

Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya mengonsumsi 1.571

kkal per hari. Kekurangan asupan kalori, yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami

oleh 60 persen penduduk berpenghasilan terendah (BPS, 2004); Kasus mengenai gizi buruk

tahun ini meningkat cukup signifikan, pada tahun 2005 tercatat 1,8 juta jiwa anak balita

penderita gizi buruk, dan pada bulan Oktober 2006 sudah tercatat 2,3 juta jiwa anak yang

menderita gizi buruk.

Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan

mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya

pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi, jarak

fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di sisi

lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedangkan masyarakat

miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Demikian juga persalinan yang

dibantu oleh tenaga kesehatan, pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1 persen dibanding

82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan

sosial hanya menjangkau 18,74 persen (BPS, 2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil di

antaranya penduduk miskin.

Keterbatasan akses terhadap air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya

penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air. Dalam hal lemahnya kepastian

kepemilikan dan penguasaan tanah, masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan

struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan

pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya

terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah

pertanian. Dilihat dari lemahnya jaminan rasa aman, data yang dihimpun UNSFIR

menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan

korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah

pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari

850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik.

Page 8: Karya ilmiah koperasi azizah

B. Kriteria Kemiskinan Bank Dunia

Publikasi Bank Dunia (2001) berisi pembahasan komprehensif tentang agenda

penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Salah satu tema yang dikemukakan adalah perlunya

memperluas definisi, fakta, dan tujuan dari program anti kemiskinan. Selain “pujian” bahwa

sampai dengan krisis 1997-98 Indonesia mampu mencapai hasil “spektakuler” dalam

mengurangi jumlah penduduk miskin, Bank Dunia juga memberikan kritik bahwa pendekatan

yang diterapkan Indonesia dalam penanggulangan kemiskinan terlalu menitikberatkan pada

target angka. Garis kemiskinan misalnya, ditekankan pada pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan hidup dalam arti yang sangat sempit. Target angka dikombinasikan dengan

pendekatan pembangunan yang bersifat atas-bawah telah mengesampingkan banyak dimensi

kemiskinan yang meskipun sulit diukur, tetapi sangat penting. Dengan hanya melihat mereka

yang secara statistik masuk dalam kategori di bawah garis kemiskinan, pendekatan ini

menyempitkan ruang lingkup kemiskinan dan menjauhkan dari realitas penduduk miskin yang

lebih dinamis.

Mengabaikan angka dan menjauhkan diri dari target matematik tentu juga tidak mungkin,

karena bagaimanapun angka tetap diperlukan. Di lain pihak, terlalu menitikberatkan pada

pencapaian target statistik juga tidak bijaksana karena terlalu menyederhanakan masalah.

Bank Dunia kemudian merekomendasikan penggunaan indikator pembangunan internasional

yang disusun oleh wakil dari komunitas internasional dan Indonesia termasuk salah satu

anggotanya. Perluasan target penanggulangan kemiskinan seperti disarankan oleh Bank Dunia

tersebut lebih terfokus pada kedalaman target yang telah ditetapkan selama ini. Pada dimensi

standar kehidupan materiil misalnya, proporsi penduduk miskin tahun 1999 adalah 27%,

sehingga kemungkinan target pada tahun 2004 adalah sebesar 13,5%. Pada dimensi sumber

daya manusia dapat juga dikembangkan target misalnya angka tamat pendidikan dasar pada

kelompok penduduk paling miskin, tingkat kematian bayi maupun tingkat kesehatan.

Demikian pula akses terhadap prasarana, apakah akses kelompok paling miskin terhadap

sumber daya air maupun sanitasi dapat ditingkatkan lima tahun mendatang. Peningkatan

partisipasi kalangan penduduk miskin dalam keputusan politik setempat yang memengaruhi

kehidupan mereka, melalui program tertentu, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.

Page 9: Karya ilmiah koperasi azizah

Selama kurun waktu 1975–1995 Indonesia telah berhasil dalam mengurangi kemiskinan

terutama diukur melalui penurunan jumlah penduduk miskin dari 64,3% pada tahun 1975

menjadi hanya 11,4% pada tahun 1995. Pada tahun yang sama umur harapan hidup mengalami

peningkatan dari 47,9 tahun menjadi 63,7 tahun, angka kematian bayi per seribu kelahiran bisa

ditekan dari 118 menjadi 51, tingkat partisipasi sekolah dasar meningkat dari 75,6 menjadi 95,

dan tingkat partisipasi sekolah menengah juga meningkat dari 13 menjadi 55%.

Ukuran yang digunakan untuk mengukur kemiskinan dengan paritas kekuatan pembelian,

yaitu penduduk yang hidup di bawah 1 dollar AS per hari dan 2 dollar AS per hari (Tamar

Manuelyan Atinc). Bank Dunia melaporkan bahwa 49% dari seluruh penduduk Indonesia

hidup dalam kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Dalam hitungan per kepala, 49% dari

seluruh penduduk Indonesia berarti 108,78 juta jiwa dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia.

Di Indonesia pada tahun 1999, penduduk yang hidup di bawah 1 dollar per hari sebanyak 7,7

persen. Namun, jika dihitung dengan menggunakan 2 dollar AS per hari ada 55 persen.

Perbedaan angka yang jauh ini, yakni dari 55 persen ke 7,7 persen memiliki makna bahwa

banyak sekali masyarakat Indonesia yang hidup di atas 1 dollar AS per hari, tapi masih di

bawah 2 dollar AS. Pemerintah harus menjaga kestabilan makro ekonomi kalau tidak mau

jumlah penduduk miskin bertambah.

Secara umum, indikator untuk mengukur kaya, miskin, setengah miskin, hingga sangat

miskin, sebaiknya dilakukan oleh masyarakat. Orang miskin yang aktif bekerja ini dalam

terminologi World Bank disebut economically active poor atau pengusaha mikro. Dan

meninjau struktur konfigurasi ekonomi Indonesia secara keseluruhan, dari 39,72 juta unit

usaha yang ada, sebesar 39,71 juta (99,97%) merupakan usaha ekonomi rakyat atau sering

disebut usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dan bila kita menengok lebih dalam lagi,

usaha mikro merupakan mayoritas, sebab berjumlah 98% dari total unit usaha atau 39 juta

usaha (Tambunan, 2002).

Page 10: Karya ilmiah koperasi azizah

C.Penyebab kegagalan

Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program

penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan

kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang

miskin. Hal tersebut antara lain berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring

pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan

persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan

dapat menimbulkan ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada

kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat

miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk

menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan

penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga

dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana

bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia

(SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan

masyarakat (puskesmas).

Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan

kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu

sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu

kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk program-program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN. Kedua data ini pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang sangat berbeda.

5

Page 11: Karya ilmiah koperasi azizah

D.Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi saja

(pendekatan ekonomi), tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan menyeluruh (sistemik)

terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal.

Berikut beberapa program pengentasan rakyat miskin : (Litbang KOMPAS)

1. Era Presiden Soekarno :

~ Pembangunan Nasional Berencana 8 tahun (Penasbede)

2. Era Presiden Soeharto :

~ Repelita I – IV melalui program Sektoral & Regional

~ Repelita IV – V melalui program Inpres Desa Tertinggal

~ Program Pembangunan Keluarga Sejahtera

~ Program Kesejahteraan Sosial

~ Tabungan Keluarga Sejahtera

~ Kredit Usaha Keluarga Sejahtera

~ GN-OTA

~ Kredit Usaha Tani

3. Era Presiden BJ Habiebie :

~ Jaring Pengaman Sosial

~ Program Penanggulangan Kemiskinan & Perkotaan

Page 12: Karya ilmiah koperasi azizah

~Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal

~ Program Pengembangan Kecamatan

4. Era Presiden Gusdur :

~ Jaring Pengaman Sosial

~ Kredit Ketahanan Pangan

~ Program Penangggulangan Kemiskinan & Perkotaan

5. Era Presiden Megawati :

~ Pembentukan Komite Penganggulangan Kemiskinan

~ Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

6. Era Presiden SBY :

~ Pembentukan Tim Koordinasi Penganggulangan Kemiskinan

~ Bantuan Langsung Tunai

~ Program Pengembangan Kecamatan

~ Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

~ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Untuk lebih memfokuskan tujuan penanggulangan kemiskinan maka data penduduk miskin dikelompokkan dalam (a) Usia lebih dari 55 tahun (aging poor), yaitu kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif (usia sudah lanjut, miskin dan tidak produktif). Untuk kelompok tersebut program pemerintah yang dilaksanakan adalah pelayanan sosial. (b) Usia di bawah 15 tahun (young poor), yaitu kelompok masyarakat yang belum produktif (usia sekolah, belum bisa bekerja). Program pemerintah yang dilakukan yaitu penyiapan sosial. (c) Usia antara 15-55 tahun (productive poor), yaitu usia sedang tidak produktif (usia kerja tetapi

6

Page 13: Karya ilmiah koperasi azizah

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Total Kemiskinan Penduduk Indonesia menurut Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia

berbeda cukup signifikan. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa

prosentase penduduk miskin di Indonesia sebanyak 17,76% pada tahun 2006. Sedangkan Bank

Dunia melaporkan sebanyal 49%. Hal ini disebabkan karena indikator yang digunakan

berbeda. Indikator kemiskinan menurut Bank Dunia adalah pengeluaran dibawah $2 per hari.

Sedangkan menurut Pemerintah Republik Indonesia aadalah pengeluaran dibawah $1.55.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan

bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung

Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan.

penduduk yang hidup di bawah 1 dollar AS per hari dan 2 dollar AS per hari (Tamar

Manuelyan Atinc).

Di Indonesia pada tahun 1999, penduduk yang hidup di bawah 1 dollar per hari

sebanyak 7,7 persen. Namun, jika dihitung dengan menggunakan 2 dollar AS per hari ada 55

persen. Perbedaan angka yang jauh ini, yakni dari 55 persen ke 7,7 persen memiliki makna

bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang hidup di atas 1 dollar AS per hari, tapi masih

di bawah 2 dollar AS. Pemerintah harus menjaga kestabilan makro ekonomi kalau tidak mau

jumlah penduduk miskin bertambah.

Salah satu tujuan utama dari proses pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa

Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik materiil maupun spirituil

secara adil dan merata. Tujuan ini akan tercapai bila bangsa Indonesia mampu menanggulangi

kemiskinan. Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan memberdayakan

usaha mikro, kecil, dan menengah karena usaha ini telah mampu membuktikan diri sebagai

landasan perekonomian Indonesia melalui ketahanan diri yang dibuktikan selama krisis

ekonomi melanda Indonesia. Selain itu UMKM merupakan sektor yang diperani oleh sebagian

Page 14: Karya ilmiah koperasi azizah

besar masyarakat Indonesia. Usaha pemberdayaan dan pengembangan UMKM dalam rangka

penanggulangan kemiskinan ini tidak dapat dilakukan secara individual namun harus

melibatkan berbagai stakeholder yang ada seperti pemerintah, dunia usaha, dan swasta yang

merupakan sektor yang menjadi landasan perekonomian Indonesia, LSM, akademisi,

lembaga-lembaga donor, dan lain-lain.

Pengembangan UMKM dalam konteks penanggulangan kemiskinan tidak bisa lepas

dari peran LKM karena LKM merupakan pihak yang selama ini mampu memberikan

dukungan kepada UMKM khususnya dalam hal sumberdaya finansial di saat pihak perbankan

komersial tidak mampu menjangkaunya karena karakteristik yang melekat pada UMKM

sendiri. Berangkat dari fenomena ini maka tidak dapat dipungkiri bahwa pemberdayaan LKM

merupakan salah satu prasyarat mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka pengembangan

UMKM yang diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan. Pemberdayaan LKM harus

mencakup dua aspek, yaitu aspek regulasi dan penguatan kelembagaan. Kedua aspek ini tidak

boleh berdiri sendiri namun harus saling terkait dan mendukung sehingga mampu membentuk

sinergi dalam mengembangkan UMKM yang diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan.

Pemerintah Daerah memiliki peran strategis dalam penanggulangan kemiskinan. Oleh

karena itu daerah harus membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan tingkat daerah

sebagai forum koordinasi dan sinkronisasi seluruh program penanggulangan kemiskinan yang

dilaksanakan oleh pemerintah maupun non-pemerintah. KPK daerah harus mampu

mengidentifikasi masalahnya sendiri, memecahkan masalah, melaksanakan program,

mengevaluasi dan akhirnya menyempurnakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

7

Page 15: Karya ilmiah koperasi azizah

DAFTAR PUSTAKA

1. Herlambang,tedy dkk.2001 Ekonomi Makro: Teori ekonomi dan kebijakan.Jakarta

PT.Gramedia Pustaka Utama

2. Sukirno.Sadono.2005 Makro ekonomi Modern.Jakarta : PT.Grafindo persada

3. Kumpulan ilmu ekonomi 2010

4. www.ekonomi rakyat.org/index 1 php.

8