80

Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

  • Upload
    ekpd

  • View
    441

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur oleh Tim Universitas Nusa Cendana

Citation preview

Page 1: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Page 2: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur ii

KATA PENGANTAR

EKPD 2010 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menilai kinerja pembangunan di daerah dalam rentang waktu 2004-2009 serta menganalisis relevansi RPJMD Provinsi NTT 2009-2013 dengan RPJMN 2010-2014. Evaluasi dilakukan dengan Tujuan (1) untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah; dan (2) untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Sedangkan sasaran evaluasi adalah : (1) tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah dan (2) tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dalam evaluasi ini adalah: (1) tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk setiap provinsi; serta (2) Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010- 2014. Laporan Final EKPD 2010 Provinsi NTT telah merumuskan rekomendasi-rekomendasi setiap bidang evaluasi serta rekomendasi dari analisis relevansi RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD 2009-2013. Kiranya rekomendasi-rekomendasi dimaksud dapat menjadi pertimbangan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dalam rangka lebih meningkatkan daya guna pembangunan, serta mensinerjikan langkah-langkag perencanaan pembangunan. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan masukan sampai tersusunnya laporan ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada BAPPENAS yang telah mempelopori tradisi evaluasi pembangunan dengan melibatkan universitas termasuk Universitas Nusa Cendana sebagai lembaga independen.

Kupang, Awal Desember 2010. Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Ir. Frans Umbu Datta. M.App.Sc.,Ph.D.

Page 3: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................. DAFTAR Tabel ................................................................................................. DAFTAR Gambar .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan ................................................................. 1.2 Tujuan dan Sasaran….……..…………………………………………….. 1.3 Keluaran.... ...........................................................................................

BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator 2. Analisis Pencapaian Indikator 3. Rekomendasi Kebijakan

B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

1. Indikator………………………………………………………………. 2. Analisis Pencapaian Indikator……………………………………... 3. Rekomendasi Kebijakan…………………………………………….

C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator …………………………………………………………….. 2. Analisis Pencapaian Indikator…………………………………….. 3. Rekomendasi Kebijakan……………………………………………

D. KESIMPULAN……………………………………………………………..

BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI

A. Pengantar……………………………………………………………. B. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional…… C. Rekomendasi………………………………………………………..

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………………………………………………………….. B. Rekomendasi ……………………………………………………….

ii

iii

iv

v

123

4427

78

14

151645

47

484766

6768

DAFTAR TABEL

Page 4: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur iv

No. Tabel Hal.2.1 Tambahan Narapidana Berdasarkan Putusan Pengadilan Menurut Jenis

Kejahatan Pelanggaran ........................................................................... 5

2.2 Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara Tahun 2005-2008 di NTT …………………………………………………… 6

2.3 Kabupaten Kota yang Telah Melaksanakan dan/atau Membentuk Lembaga PTSP ………………………………………………………………..

9

2.4 Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009 11

2.5 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT 12

2.6 Rincian Indikator Evaluasi Agenda Kesejahteraan Masyarakat ………… 12

2.7 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT 20

2.8 Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMPT dan SMTA di NTT …………………………………………………………………. 21

Page 5: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur v

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT …………. 7

2.7 Gender Development Index Provinsi NTT …………………………….. 13

2.8 Gender Empowerment Provinsi NTT ………………………………….. 13

2.10 Indeks Pembangunan Manusia NTT ………………………………….. 16

2.11 Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan Tingkat Kemiskinan (%) di NTT ……………………………………….. 17

2.12 Perbandingan IPM, dengan Persentase Penduduk Usia > 10 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan di NTT ………………………………….. 18

2.13 APK dan APM SD/MI di NTT ………………………………………….. 19

2.14 Angka Melek Huruf di NTT (%) ………………………………………… 21

2.15 Perkembangan Umumr Harapan Hidup di NTT ……………………… 23

2.16 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran Hidup di NTT …………… 24

2.17 Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT ……………… 24

2.18 Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk ………………………. 26

2.19 Contraceptive Prevelence Rat (%) di NTT ………………………….. 27

2.20 Penrtumbuhan Penduduk NTT ………………………………………… 28

2.21 Tingkat Fertilitas Umum di NTT ………………………………………. 28

2.22 Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT ………………………………………. 29

2.23 Persentase Ekspor Terhadap PDRB NTT ……………………………. 30

2.24 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB NTT ……………… 31

2.25 Pendapatan Per Kapita NTT ……………………………………………. 32

2.26 Laju Inflasi Kota Kupang ………………………………………………… 33

2.27 Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT ……………………………….. 34

2.28 Rencana dan Realisasi Investasi PMDN di NTT ………………….. 35

2.29 Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT ………………………………….. 35

2.30 Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA di NTT …………………… 36

Page 6: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur vi

Gambar halaman

2.31 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT …………………… 37

2.32 Persentase Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi di NTT …………… 38

2.33 Persentase Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT …………… 39

2.34 PDRB Sektor Pertanian NTT atas Dasar Harga Berlaku …………… 40

2.35 Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT ………………………. 40

2.36 Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Terhadap Lahan Kritis di NTT.. 41

2.37 Luas Kawasan Konservasi Laut di NTT ………………………………. 43

2.38 Persentase Penduduk Miskin di NTT …………………………………. 44

2.39 Tingkat Pengangguran Terbuka di NTT ………………………………. 44

Page 7: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat

tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan,

pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu

tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan

mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana

pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan

Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk

melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut.

Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus

pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan

siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak

bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu

mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi

relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi.

Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah

evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan

antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.

Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi

ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu

pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan

Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang

Page 8: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 2

telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi

dan analisis indikator pencapaian.

Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan

RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3

prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan

prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional

dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan,

3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7)

Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan

Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan,

Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat

lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya.

Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan

pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah. Selain itu, hasil

evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan

pembangunan daerah.

Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih

independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut,

Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi

Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi

selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah.

Pelaksanaan EKPD 2010 akan dilaksanakan dengan mengacu pada panduan yang terdiri

dari Pendahuluan, Kerangka Kerja Evaluasi, Pelaksanaan Evaluasi, Organisasi dan

Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan serta Penutup.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan ini adalah:

1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan

kontribusi pada pembangunan di daerah;

Page 9: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 3

2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam

RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.

Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:

1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di

daerah;

2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi dengan

RPJMN 2010-2014.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah:

1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk

setiap provinsi;

2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-

2014.

Page 10: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 4

BAB II

HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

1. Indikator

Indikator-indikator outcomes untuk penilaian pencapaian dari Agenda

Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai adalah sebagai berikut:

(1) Indeks Kriminalitas

(2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)

(3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)

2. Analisis Pencapaian Indikator.

(1) Indeks Kriminalitas

Data kriminalitas dalam format indikator indeks kriminalitas di NTT belum

tersedia, oleh karenanya konteks indikator tersebut akan dibahas secara

parsial, yaitu dengan mengidentifikasi jenis-jenis kejahatan atau kriminalitas

yang secara jumlah dan/atau trend perkembangan pelakunya paling menonjol

di NTT seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1. Terlihat bahwa jika jenis

kriminalitas atau kejahatan dirunut menurut jumlah dan/atau trend narapidana,

maka ada 7 (tujuh) jenis kejahatan yang paling menonjol terjadi di NTT selama

periode 2005 – 2008, yaitu:

(a) Pelanggaran terhadap ketertiban umum,

(b) Kesusilaan,

(c) Perjudian,

(d) Pembunuhan.

(e) Penganiayaan,

(f) Pencurian, dan

(g) Perampokan.

Page 11: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 5

Tabel 2.1 Tambahan Narapidana berdasarkan putusan pengadilan menurut Jenis kejahatan

pelanggaran

Jenis Kejahatan Jumlah Napi

(Orang) Persentase Napi

2006 2007 2008 2006 2007 2008 Politik - - - - - -

Thdp Kepala Negara - - 7 - - 0.21

Ketertiban Umum 266 207 402 11.27 7.79 11.78

Pembakaran 35 32 61 1.48 1.20 1.79

Penyuapan - 2 - - 0.08 -

Mata Uang 2 16 1 0.08 0.60 0.03

Memalsu Meterai 11 10 22 0.47 0.38 0.64

Kesusilaan 297 395 240 12.58 14.87 7.03

Perjudian 59 84 232 2.50 3.16 6.80

Penculikan 21 24 32 0.89 0.90 0.94

Pembunuhan 442 524 201 18.72 19.73 5.89

Penganiayaan 332 297 576 14.06 11.18 16.88

Pencurian 355 436 721 15.04 16.42 21.13

Perampokan 91 71 153 3.85 2.67 4.48

Pemerasan 3 13 15 0.13 0.49 0.44

Penggelapan 24 41 44 1.02 1.54 1.29

Penipuan 32 25 29 1.36 0.94 0.85

Merusak Barang 6 14 31 0.25 0.53 0.91

Dalam jabatan 1 - - 0.04 - -

Penadahan 15 15 43 0.64 0.56 1.26

Ekonomi 1 - 9 0.04 - 0.26

Subversi - - - - - -

Narkotika 4 5 10 0.17 0.19 0.29

Narkoba 8 15 2 0.34 0.56 0.06

Psikotropika - - 6 - - 0.18

Korupsi 12 - 18 0.51 - 0.53

Penyelundupan - - 10 - - 0.29

Pelanggaran 2 430 2 0.08 16.19 0.06

Kenakalan - - 6 - - 0.18

Lain-lain 342 - 539 14.49 - 15.80

2,361 2,656 3,412 100.00 100.00 100.00

Sumber: NTT dalam angka (BPS)

Melihat jenis-jenis kejahatan yang menonjol tersebut, maka dapat diduga

bahwa faktor-faktor penyebabnya berhubungan dengan persoalan-persoalan

sosial dan ekonomi moral. Persoalan sosial antara lain ditandai dengan gejala

kesenjangan sosial yang semakin meningkat, pengangguran, kenakalan

remaja serta menurunnya rasa kepedulian pada sesama. serta meningkatnya

akses imformasi. Sementara persoalan ekonomi ditandai dengan semakin

Page 12: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 6

beratnya beban ekonomi yang ditanggung oleh sebagian terbesar masyarakat

Indonesia umumnya dan NTT khususnya (meningkatnya kesenjangan

ekonomi). Di tingkat ril, sangat dirasakan terjadi penurunan daya beli,

meluasnya kemiskinan, dan menurunnya kesempatan-kesempatan ekonomi

sebagian terbesar penduduk. Selanjutnya persoalan moral ditandai dengan

menurunnya ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial, budaya,

agama dan Panca Sila.

(2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

Pada Tabel 2.1, diperlihatkan pula bahwa ditinjau dari jumlah narapidana,

terjadi peningkatan kriminalitas baik itu dari sisi variasi maupun intensitasnya.

Dari sisi jumlah perkara, diperlihatkan pada Tabel 2.2 terjadi peningkatan

jumlah perkara kriminal, kecuali pada Tahun 2007 menurun drastis. Penurunan

ini mungkin lebih disebabkan kesalahan data, karena tidaklah logis terjadi

penurunan yang demikian drastisnya.

Tabel 2.2.

Jumlah Perkara Kriminal dan Perkara yang Telah Diselesaikan antara Tahun 2005 – 2008 di NTT

Uraian 2005 2006 2007 2008

Total perkara 16,685 16,692 5,613 17,449

Yang diputuskan 15,697 16,490 5,257 16,989

Sisa 988 202 356 460 Sumber: NTT dalam angka (BPS)

Pada Gambar 2.1 diperlihatkan trend dari tingkat penyelesaian perkara kriminal

di NTT, dimana secara umum terjadi pola penurunan dari tahun 2005 sampai

tahun 2007, dan sedikit miningkat lagi pada tahun 2008. Keadaan ini terjadi

terutama karena peningkatan jumlah perkara tidak selamanya diikuti

peningkatan jumlah aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa dan hakim.

Page 13: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 7

Gambar 2.1Persentase Penyelesaian Kejahatan Konvensional di NTT

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Yang diputuskan 94.08 98.79 93.66 97.36

Sisa 5.92 1.21 6.34 2.64

2005 2006 2007 2008

Sumber: NTT dalam angka (BPS)

3. Rekomendasi Kebijakan

Memperhatikan 7 kasus terbesar kejahatan di NTT sampai dengan tahun 2008 ditinjau

dari trend jumlah narapidana, dapat disimpulkan bahwa ada tiga kategori faktor yang

berhubungan dengan sifat dari kejahatan, yaitu: masalah sosial, masalah ekonomi

serta masalah moral.

Oleh karenanya ke depan direkomendasikan untuk memprioritaskan :

1. Peningkatan kemerataan kesejahteraan sosial dan ekonomi

2. Peningkatan jumlah dan kapasitas aparatur dan fasilitas hukum

3. Peningkatan ketahanan moral bangsa

B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

1. Indikator

Ada dua kelompok indikator dalam mengukur keberhasilan Agenda Pembangunan

Indonesia Yang Adil Dan Demokratis, yaitu kelompok Pelayanan Publik dan

Page 14: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 8

Kelompok Demokrasi. Masing-masing kelompok indikator mempunyai indikator

yang dirinci sebagai berikut:

Pelayanan Publik

(1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang

dilaporkan (%)

(2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan

satu atap (%)

(3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP) [%]

Demokrasi

(1) Gender Development Index

(2) Gender Empowerment Measurement

2. Analisis Pencapaian Indikator

(1) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan

Gambaran kasus korupsi di NTT belum dapat digambarkan dalam bentuk

indikator “presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan

yang dilaporkan”. Namun demikian, gambaran umum didapatkan dari Catatan

akhir tahun PIAR (2009), sebuah LSM yang sangat peduli dengan persoalan

korupisi di NTT. Beberapa catatan penting PIAR, adalah bahwa ada 125 kasus

korupsi yang dipantau PIAR NTT dengan indikasi kerugian negara sebesar

Rp. 256.337.335.434,00. Sebaran kasus per-wilayah (maksudnya

kabupaten/kota) cukup merata yakni berkisar 1 – 15. Modus oprandi korupsi di

NTT adalah:

a. Mark Up 30 (24%) kasus

b. Manipulasi 27 (21,6%) kasus

c. Penggelapan 25 (20%) kasus

d. Penyelewenagnn Anggaran 17 (13,6%) kasus

e. Memperkaya Diri Sendiri/Orang Lain 13 (10,4%) kasus

f. Pengerjaan Proyek Tidak Sesuai Bestek 10 (8%) Kasus

g. Mark Down 3 (2,4%) kasusu.

Page 15: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 9

Korupsi di NTT terbanyak terjadi di sektor-sektor:

a. Pengadaan barang dan Jasa dengan jumlah sebanyak 58 (46,4%) kasus.

b. sektor APBD 43 (34,4%) kasus,

c. Sektor Dana Bantuan 20 (16%) kasus,

d. Sektor Perbankan 2 (1,6%) kasus,

e. sektor PEMILU/PILKADA 2 (1,6%) kasus

Jika dilahat dari usia kasus, kasus korupsi di NTT yang dipantau oleh PIAR NTT

dapat dipilah menjadi 2 (Dua) kategori, yakni: Kasus Lama dan Kasus Baru.

Kasus Lama adalah Kasus korupsi usaianya lebih dari 3 (Tiga) tahun atau kasus

yang terjadi dari tahun 2000 S/D 2006). Sedangkan Kasus Baru ialah Kasus

korupsi usaianya kurang dari 3 (Tiga) tahun atau kasus korupsi yang terjadi pada

tahun 2007 dan 2009. Dengan pengkategorian seperti ini, maka terdapat 97

(77,6%) kasus yang merupakan Kasus Lama dan Kasus Baru sebanyak 28

(22,4%) kasus.

(2) Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap

Reformasi birokrasi perijinan untuk meningkatkan daya saing daerah telah diambil

oleh Pemerintah Indonesia dengan menerapkan pelayanan perijinan satu pintu

melalui Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu

Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dan Permendagri No. 20 tahun 2008

tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan di Daerah.

Pelayanan ijin terpadu satu pintu merupakan terobosan untuk memangkas

inefisiensi pelayanan perijinan melalui banyak pintu yang dilakukan secara

sektoral oleh daerah. Banyak daerah (kabupaten/kota) yang telah menerapkan

pendekatan ini yang memberi dampak yang positif terhadap perkembangan dunia

usaha.

Di NTT, menurut Laporan Program POPI NTT (Lembaga Penelitian Undana,

2009) bahwa pada umumnya bentuk kelembagaan pelayanan perizinan terpadu

berupa kantor, karena kemampuan atau besaran organisasi perangkat daerahnya

bernilai kurang dari 70. Sehingga sesuai dengan ketentuan Permendagri No 20

Page 16: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 10

Tahun 2008 Pasal 7, kabupaten tersebut membentuk lembaga Pelayanan

Terpadu Satu Atap (PTSP) berupa kantor. Kabupaten/kota telah melaksanakan

ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kabupaten/Kota yang Telah Melaksanaan dan/atau Membentuk Lembaga PTSP

No Kabupaten Keterangan

1. Sikka Berdiri 2007, sedang beroperasi 2. Flores Timur Berdiri 2007, sedang beroperasi 3. Ngada Berdiri 2008, sedang beroperasi 4. Manggarai Barat Berdiri 2009, ujicoba beroperasi 5. Kota Kupang Berdiri 2009, beroperasi 2010 6. Timor Tengah Selatan Berdiri 2009, mulai beroperasi 7. Timor Tengah Utara Berdiri 2009, mulai beroperasi Sumber: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, 2009.

(3) Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP)

Laporan Kinerja BPK Perwakilan NTT dalam www.bpk.go.id adalah bahwa :

kinerja outcome pemungsian peran BPKP dalam membangun akuntabilitas dapat

dipresentasikan dari opini yang telah diberikan oleh BPK-RI terhadap Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah di wilayah NTT. Dalam kurun waktu 2001 – 2009,

dan dalam kondisi ketertinggalan sumber daya manusia di kabupaten yang

sedang berkembang, maka jumlah opini disclaimer (Tidak Memberi Pendapat

atau TMP) menjadi ukuran kinerja pelaporan keuangan pemda. Masih sulit

mengharap (expect) opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK-RI atas

LKPD karena minimnya kompetensi akuntansi yang biasanya lihai menjalankan

suatu sistem seperti Sistem Akuntansi di wilayah ini. Data opini BPK terhadap

kinerja keuangan daerah terlihat pada Tabel 2.4.

Pada Tabel 2.4, terlihat bahwa 10 dari 14 opini TMP dari BPK-RI atas LKPD

Tahun 2009 menunjukkan betapa kualitas LKPD di provinsi ini masih rendah.

Perkembangan opini WTP ini memang tampak kontroversial karena atas 20 LKPD

tahun 2008 hanya satu yang masih mendapat opini TMP atau disclaimer namun

tetap wajar dari kaca mata akuntan. Lahirnya Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) sebagai kriteria dan basis prosedural pemeriksaan keuangan

LKPD berperan penting dalam penurunan kualitas LKPD yang dipresentasikan

Page 17: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 11

opini BPK-RI dimaksud. Dalam hal ini, implisit BPK-RI menyatakan bahwa LKPD

yang dihasilkan oleh Pemda tidak dihasilkan dari penyelenggaraan SPIP yang

memadai.

Tabel 2.4

Opini BPKP terhadap Laporan Keuangan PEMDA di NTT 2001-2009

No Tahun PFA Jumlah Pemda

Opini

WTP WDP TMP TW1 2004 68 15 0 0 0 0 2 2005 75 15 0 13 2 0 3 2006 75 17 0 12 4 1 4 2007 73 17 0 15 2 0 5 2008 69 22 0 19 1 0 6 2009 62 22 0 4 10 0

Sumber: www.bpk.go.id

Khusus LKPD yang mendapat opini WDP, BPK-RI mengkualifikasi terutama

dalam hal Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap. Aset Tetap dimaksud

dalam LKPD umumnya dihasilkan bukan dari penyelenggaraan Sistem Akuntansi

Pemerintahan yang normal menurut Jurnal Harian tetapi dari Jurnal Kolary di

akhir periode. Konsekuensinya, masih sulit memastikan Data Aset terdukung oleh

pencatatan lengkap khususnya tentang data perolehan dan kondisi aset yang

biasanya ditunjukkan oleh Daftar Aset. Secara singkatnya kelemahan-kelemahan

menunjukkan Pemerintah Daerah belum menerapkan SPIP secara memadai.

Kondisi ini bertambah buruk karena komitmen tinggi Kepala Daerah dan pejabat

teras di wilayah Nusa Tenggara Timur tidak konsisten dengan kondisi aparat yang

tidak mau repot belajar menerapkan Sistem Akuntansi dimaksud. Akibatnya LKPD

biasanya dibantu penyusunannya oleh konsultan, pada hal Kantor Akuntan Publik

belum ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di samping itu, aparat di Pemerintah

Daerah masih ragu menerima konsultansi BPKP karena stigma audit yang masih

sulit dipisahkan dari BPKP. BPKP lebih terekspose sebagai lembaga yang

berfungsi membantu mengungkap kerugian negara.

Page 18: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 12

Sejalan dengan laporan BPK Perwakilan NTT, penelitian yang dilakukan ANTARA

(Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Outonomy) dan Bank Dunia, 2010

juga melaporkan bahwa secara umum kinerja pengelolaan keuangan Provinsi

NTT mendapatkan skor rata-rata 58% dari . Tetapi terdapat dua bidang yang

harus menjadi perhatian yaitu bidang akuntansi dan pelaporan, hutang dan

Investasi.

Tabel 2.5 Kinerja Menejemen Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah NTT

Bidang Skor %

Bidang 1: Kerangka Peraturan Perundangan Daerah 14 64%

Bidang 2: Perencanaan Dan Penganggaran 11 50%

Bidang 3: Pengelolaan Kas 13 46%

Bidang 4: Pengadaan 11 65%

Bidang 5: Akuntansi Dan Pelaporan 6 27%

Bidang 6: Pengawasan Intern 9 60%

Bidang 7: Hutang Dan Investasi Publik 2 33%

Bidang 8: Pengelolaan Aset 7 44%

Bidang 9: Audit Dan Pengawasan Eksternal 4 50%

Jumlah 77 58% Sumber: Antara, 2010.

(4) Gender Development Index (GDI)

Gambar 2.7. menggambarkan perkembangan Gender Development Index (GDI)

Provinsi Nusa Tenggara Timur dari Tahun 2004 ke 2008. Terlihat bahwa tingkat

demokrasi ditinjau dari aspek pembangunan gender di NTT berkembang secara

efektif. Terjadi peningkatan yang relatif tetap dari tahun ke tahun, terutama antara

tahun 2006 sampai 2007 yang meningkat tetap sekitar 1,8 point indeks per tahun.

Hal ini terutama disebabkan karena tingginya peran stakeholder (seperti LSM),

serta peningkatan yang sangat signifikan dari akses publik terhadap imformasi.

Page 19: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 13

Gambar 2.7. Gender Development Index Provinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT)

58.6259.56

61.3063.14

64.99

54.00

56.00

58.00

60.00

62.00

64.00

66.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Ind

eks

Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP), 2007 angka dugaan

(5) Gender Empowerment Measurement (GEM)

Sejalan dengan GDI, perkembangan Gender Empowerment Measurement (GEM)

juga meningkat dengan pola yang diduga sama (walaupun data Tahun 2006 dan

2007 tidak didapat), seperti terlihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8.Gender Empowerment Measurement Prov. Nusa Tenggara Timur

53.0054.00

55.0056.0057.00

58.0059.0060.00

61.0062.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Keterangan: garis putus-putus dalam grafik hanya dugaan, karena tidak didapatnya

data tahun 2006 dan 2007. Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP)

Page 20: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 14

3. Rekomendasi Kebijakan

Keberhasilan pembangunan dalam hal tingkat pelayanan publik dan demokrasi di NTT

dideterminasi oleh masih rendahnya komitmen pelayanan satu atap dan oleh

penegakkan hukum khususnya pemberantasan korupsi (walaupun secara kasus ada

kemajuan penindakannya, tetapi secara kualitas, korupsi di NTT sebenarnya

meningkat).

Rendahnya kinerja pelayanan birokrasi di NTT yang sangat kental dipengaruhi

dan/atau terlibat oleh dan dalam kekuatan-kekuatan politik golongan dan kekusaan

sehingga sangat dekat dengan KKN (Kolusi, korupsi dan Nepotisme), memerlukan

reformasi mendasar. Peran pemerintah pusat dalam hal ini, termasuk dalam reformasi

perundangan tentang birokrasi akan lebih efektif dibanding jika ditangani oleh

pemerintah daerah. Hal ini karena pemerintah daerah sebagai unsur politik di NTT

justru memegang peran penting dalam penciptaan kondisi yang ada, dan semakin

kuat dengan adanya otonomi daerah.

Tentang kondisi penanganan hukum kasus-kasus korupsi, tidak terlepas dari kondisi

yang sama di tingkat pusat, seperti persoalan mafia perkara yang melibatkan oknum

maupun institusi penegak hukum di Indonesia. Sementara itu, kewenangan bidang

hukum di indonesia bukan kewenangan daerah otonom, sehingga peran institusi

daerah otonom dalam penegakkan hukum relatif sangat lemah.

Oleh karenanya, peran pemerintah pusatlah yang paling relevan dalam reformasi

birokrasi, penegakkan hukum, khususnya pemberantasan korupsi. Kebijakan yang

perlu mendapat prioritas adalah:

1. Membenahi kembali sistem hukum pengadaan barang dan jasa.

2. Reformasi Kepanitian Tender Pengadaan Barang dan Jasa

3. Perbaiki kinerja aparat pelayanan publik dan penegak hukum

4. Tingkatkan kapasitas akutansi daerah

5. Tingkatkan terus kapasitas demokrasi, terutama keterlibatan masyarakat dalam

pengawasan pembangunan dan peningkatan peran perempuan dalam segala

bidang pembangunan

Page 21: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 15

C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

1. Indikator Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari 33 indikator, yaitu

Indeks Pembangunan Manusia, serta indikator-indikator pendidikan sebanyak 10,

kesehatan 9, ekonomi 5, investasi 5, dan infrastruktur 2 indikator. Secara rinci

diuraikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6.

Rincian Indikator Evaluasi Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Bidang Indikator -

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pendidikan (1) Angka Partisipasi Murni (SD/MI) (2) Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) (3) Rata-rata nilai akhir SMP/MTs (4) Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA (5) Angka Putus Sekolah SD (6) Angka Putus Sekolah SMP/MTs (7) Angka Putus Sekolah Sekolah Menengah (8) Angka melek aksara 15 tahun keatas (9) Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs (10) Persentase jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah Kesehatan (1) Umur Harapan Hidup (UHH) (2) Angka Kematian Bayi (AKB) (3) Prevalensi Gizi buruk (%) (4) Prevalensi Gizi kurang (%) (5) Persentase tenaga kesehatan perpenduduk (6) Keluarga Berencana (7) Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) (8) Laju pertumbuhan penduduk (9) Total Fertility Rate (TFR) Ekonomi Makro (1) Laju Pertumbuhan ekonomi (2) Persentase ekspor terhadap PDRB (3) Persentase output Manufaktur terhadap PDRB (4) Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah) (5) Laju Inflasi Investasi (1) Nilai Rencana PMA yang disetujui (2) Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) (3) Nilai Rencana PMDN yang disetujui (4) Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp Milyar) (5) Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA Infrastruktur Persentase panjang jalan nasional dalam kondisi: (1) Baik (2) Sedang Pertanian (1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun (2) PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku

Page 22: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 16

Bidang Indikator Kehutanan (1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis Kelautan (1) Jumlah Tindak Pidana Perikanan (2) Luas Kawasan Konservasi Laut Kesejahteraan Sosial (1) Persentase Penduduk Miskin ahun (2) Tingkat Pengangguran Terbuka

2. Analisis Pencapaian Indikator

(1) Indeks Pembangunan Manusia

Trend IPM NTT relevan dengan trend nasional tetapi kurang efektif karena masih

terpaut jauh dari IPM Nasional (Laporan Akhir EKPD Provinsi NTT, 2009). Pada

Gambar 2.10 diperlihatkan adanya peningkatan IPM NTT secara konsisten setiap

tahunnya, tetapi belum cukup besar untuk mengejar ketertinggalan NTT dalam hal

mutu sumberdaya manusia.

Gambar 2.10. Indeks Pembangunan Manusia NTT

62.70

63.60

64.8065.36

66.09

61.00

62.00

63.00

64.00

65.00

66.00

67.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS

Kurang cepatnya perbaikan IPM di NTT ada berhubungannya dengan “masih

rendahnya kualitas kesehatan masyarakat (khususnya Tingkat Kematian Bayi)”,

dan “masih tingginya tingkat kemiskinan” (keduanya merupakan sebagian indiktor

pembentuk IPM) seperti diperlihatkan pada Grafik 2.11. Terlihat disana bahwa,

tingkat kematian bayi per 1.000 KH sampai dengan tahun 2008 masih tinggi,

Page 23: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 17

bahkan antara 2005-2008 cenderung tidak stabil. Sementara itu, persentase

penduduk miskin sebagai salah satu indikator pembentuk IPM menunjukka pola

perubahan yang sama dengan perubahan IPM dalam periode yang sama, yaitu

IPM meningkat tidak cepat dan persentase penduduk miskin menurun lambat.

Gambar 2.11.Perbandingan IPM, Angka Kematian Bayi (per 1000 penduduk) dan

Tingkat Kemiskinan (%) di NTT

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Indeks PembangunanManusia

62.70 63.60 64.80 65.36 66.09

Angka Kematian Bayi (per1.000 kelahiran hidup)

46.00 33.40 57.00 31.20

Persentase Penduduk Miskin(%)

27.86 28.19 29.34 27.51 25.65 23.31

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS untuk data IPM dan Bappenas 2007, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007 (2005), Estimasi BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025 (2006), Riskesdas (2007), Estimasi BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia, 2005-2015 (2008)

Perbandingan lainnya adalah antara IPM dengan persentase penduduk usia > 10

tahun menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam hal ini sengaja

ditampilkan hanya 3 (tiga) kategori tingkat pendidikan, yaitu “tidak berijasah”,

“tamat SD”, dan “berijasah sarjana (termasuk diploma dan pasca sarjana)”. Hal ini

dimaksudkan untuk dapat dengan jelas membandingkan pola perubahan IPM

dengan pendidikan penduduk. Gambar 2.12 memperlihatkan hal dimaksud, dimana

dapat dengan jelas dilihat bahwa porsi penduduk NTT menurut pendidikan tertinggi

yang ditamatkan masih sangat besar ada pada golongan “tidak berijasah” dan

Page 24: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 18

‘tamat SD” (walaupun angka melek huruf tergolong baik), sedangkan yang

tergolong sarjana 4,18% ditahun 2008 atau hanya meningkat 1,66 dari kondisi di

tahun 2005.

Gambar 2.12. Perbandingan IPM dengan Persentase Penduduk Usia > 10

Menurut Tingkat Pendidikan di NTT

0

10

20

30

40

50

60

70

% penduduk > 10Thn, tidak berijasah

42.99 42.04 40.73 34.81

% penduduk > 10Thn, hanya tamat SD

33.22 32.20 32.11 33.27

% pendudu > 10 Thn,yang Sarjana

2.52 2.9 3.89 4.18

Indeks PembangunanManusia

62.70 63.60 64.80 65.36 66.09

2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS

(2) Pendidikan

(2.1) Angka Partisipasi Sekolah Dasar

Angka Partisispasi Sekolah dasar dibahas dalam dua indikator, yaitu angka Angka

Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Kedua indikator ini

dibahas bersamaan karena secara konseptual kedua ukuran itu dalam analisa

grafik harus memperlihatkan pola konvergensi menuju pada titik 100%, sebagai

ukuran keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, APK dan APM

Sekolah Dasar di NTT dalam periode 2004 – 2008 dipaparkan pada Grafik 2.13.

Dapat disimak pada Grafik 2.13 bahwa, APM SD/MI di NTT antara Tahun 2004 ke

2008 meningkat sebesar 5,48% atau rata-rata 1,10% per tahun. Peningkatan

seperti itu tidaklah besar secara nasional, tetapi pada kondisi sosial budaya

masyarakat dan ketertinggalan aksesibilitas pendidikan di NTT peningkatan

seperti itu menjadi cukup berarti.

Page 25: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 19

Dilain pihak APK SD di NTT meningkat tajam dari Tahun 2004 ke Tahun 2008

yaitu sebesar 12,70% atau rata-rata 2,54% per tahun. Rata-rata peningkatan yang

lebih besar dari rata-rata peningkatan APM SD untuk periode yang sama,

menyebabkan kurva APM dan APK SD di Grafik 2.13 tidak menunjukkan pola

konvergensinya. Hal ini mengandung beberapa makna:

(a) ada kemungkinan terjadinya kecepatan masuk SD dari dari sebagian

murid SD di NTT (dalam hal umur sekolah)

(b) ada kemungkinan terjadinya keterlambatan masuk SD dari dari sebagian

murid SD di NTT

(c) ada kemungkinan terjadinya tinggal kelas atau ketidak lulusan dari

sebagian murid SD di NTT.

Jika kemungkinannya adalah poin (b), maka hal ini terjadi karena masalah sosial

ekonomi dan budaya masyarakat, serta problem aksesibiltas pendidikan.

Sedangkan jika yang terjadi adalah poin (c) maka hal ini berhubungan dengan

rendahnya kelulusan SD yang dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain

mutu proses belajar-mengajar, kecukupan guru baik jumlah maupun kualitas, dan

aksesibiltas pendidikan secara umum.

Grafik 2.13. APK dan APM SD/MI di NTT

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

Angka PartisipasiMurni Tingkat SD

90.79 88.07 91.58 90.80 92.36 96.27

Angka PartisipasiKasar Tingkat SD

111.64 107.48 114.12 114.20 118.94 124.34

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber:  depdiknas.go.id  untuk  data  2004‐2006;  dan  LKPJ Gub NTT  2009  untuk  data  2007‐2009  

(2.2) Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah SD di NTT seperti pada Tabel 2.7 justru mengalami

peningkatan sejak Tahun 2005 sampai 2008 setelah ada penurunan dari Tahun

Page 26: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 20

2004 ke Tahun 2005. Keadaan yang mirip terjadi juga pada Angka Putus Sekolah

SMTP dan SMTA. Kondisi ini sebenarnya sulit dimengerti terutama, karena:

(a) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dilaksanakan secara

nasional dan di daerah, dimana ada pembebasan biaya sekolah dan

penyediaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah),

(b) Ada peningkatan aksesibilitas pendidikan, walaupun belum optimal,

(c) Ada peningkatan jumlah dan mutu sarana-prasarana sekolah dan guru

(walaupun belum efektif)

Oleh karena itu, beberapa hal mungkin dapat diduga sebagai penyebab

peningkatan Angka Putus Sekolah di berbagai tingkat sekolah di NTT, yaitu:

(a) Meningkatnya kesulitan ekonomi Rumah Tangga, sehingga dengan terpaksa

anak menjadi tenaga kerja bagi membantu ekonomi keluarga,

(b) Meningkatnya persoalan sosial di masyarakat, seperti kenakalan remaja,

narkoba dan lain-lain,

(c) Rendahnya ekspektasi masyarakat akan pendidikan formal, terutama

masyarakat miskin perdesaan.

Tabel 2.7. Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMTP dan SMTA di NTT

Uraian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%) 4.45 1.50 2.01 3.53 4.77 t.a Angka Putus Sekolah Tingkat SMTP (%) 1.65 2.38 5.24 8.24 t.a t.a Angka Putus Sekolah Tingkat SMTA (%) 3.35 2.66 1.45 3.61 t.a t.a

Sumber: depdiknas.go.id  

(2.3) Angka Melek Huruf

Pada Grafik 2.14, diperlihatkan bahwa pemberantasan buta huruf di NTT tergolong

sangat efektif yang ditandai denga peningkatan tajam dari Angka Melek Huruf dari

Tahun 2004 ke Tahun 2008. Pada periode 2004 – 2008 hanya terjadi peningkatan

kecil, diikuti peningkatan yang tinggi antara tahun 2008-2009.

Page 27: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 21

Sumber: dioalah dari; BPS, kecuali tahun 2008 (UNDP)

(2.4) Persentase Guru Layak Mengajar

Indikator persentase guru layak mengajar menjadi sangat penting secara formal

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Data pada Tabel 2.8. Persentase Guru

Layak Mengajar tingkat SMTP di NTT meningkat dari keadaan di Tahun 2004

sampai di Tahun 2007. Pada Tahun 2006 ada penurunan karena adanya

penerimaan guru baru, sehingga secara total guru saat itu bertambah lebih banyak

dari pertambahan guru layak mengajar. Secara umum, Provinsi NTT masih

kekurangan guru SMTP untuk mata ajaran tertentu, terutama mata ajaran

kelompok Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga program peningkatan guru layak

mengajar harus tersaingi oleh upaya pemenuhan kebutuhan guru secara

kwantitas.

Kondisi yang sama dengan kondisi tingkat SMTP terjadi juga pada guru tingkat

SMTA. Kekurangan jumlah guru SMTA di NTT sebenarnya lebih tinggi dibanding

guru SMTP, khususnya pada mata ajaran kelompok MIPA. Hal demikian

menyebabkan upaya peningkatan mutu guru juga berjalan belum efektif.

Gambar 2.14. Angka Melek Huruf Provinsi Nusa Tenggara Timur (%)

85.20 85.6087.96 87.96 88.57

98.47

75.00

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 28: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 22

Tabel 2.8. Perkembangan Persentase Guru Layak Mengajar Tingkat SMTP dan SMTA di NTT

Uraian Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP (%) 71.92 71.96 59.20 74.77 t.a t.a Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMTA (%) 61.68 59.85 74.43 75.72 t.a t.a

Sumber: depdiknas.go.id  

Persoalan lain tentang guru di semua tingkat pendidikan adalah persoalan

kesejahteraan dan politisasi jabatan guru. Dalam hal kesejahteraan, beberapa

kabupaten berupaya memberi isentif berupa dana kesejahteraan guru dan/atau

insentif guru daerah terpencil. Sementara itu, di beberapa kabupaten/kota tertentu

ada guru yang ditarik menduduki jabatan-jabatan struktural di pemerintahan.

(3) Kesehatan

Pembangunan kesehatan seutuhnya diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat hidup produktif secara sosial

ekonomi. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan periode 2004-2009 : (a)

di bidang Kesehatan mencakup umur harapan hidup, mortalitas yang meliputi

angka kematian bayi (AKB) , angka kematian ibu (AKI), prevalensi Gizi yakni

meliputi gizi buruk dan gizi kurang dan presentase tenaga kesehatan per

penduduk. (b) Keluarga Berencana ( Presentase penduduk ber KB) serta Laju

pertumbuhan penduduk.

(3.1) Usia Harapan Hidup

Derajat kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dapat dilihat dari pola

hidup masyarakat setempat. Salah satu indikator yang dapat dilihat dalam

kehidupan masyarakat adalah Umur Harapan Hidup. Semakin lama umur

harapan hidup seseorang dapat menjadi suatu acuan sebagai membaiknya

derajat kesehatannya. Usia Harapan Hidup masyarakat NTT mengalami

Page 29: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 23

peningkatan antara tahun 2004 – 2008, sedangkan tahun 2009 menurun dari

69.40 menjadi 66.10 tahun. Penurunan UHH di tahun 2009 kemungkinan karena

ketidak akuratan data tahun 2008 dimana UHH melonjak menjadi 69,40 tahun

dari 66,70 tahun di 2007. Perbaikan UHH di NTT dari tahun 2004 ke 2009

memberikan gambaran secara menyeluruh, tentang derajat kesehatan yang

berawal dari proses kehamilan, sampai pada kelahiran bayi, kesehatan ibu

setelah partus sampai pada anak usia lima tahun. Jika selama masa hamil

mengalami kurang gizi, maka perkembangan anak sejak janin sampai lahir,

berpengaruh terhadap UHH, karena pembentukan jaringan tubuh yang

sempurna sudah dimulai dari usia janin hingga anak mencapai usia lima tahun.

UHH secara langsung dipengaruhi oleh angka kematian bayi, prevalensi gizi

buruk serta prevalensi gizi kurang. Apabila terjadi kekurangan gizi yang terus

berlanjut hingga usia anak mencapai lima tahun, sehingga berat badan anak

tidak sesuai dengan usia anak, maka kecenderungan gizi buruk menjadi momok

yang perlu diwaspadai Oleh karena itu baik gizi buruk maupun gizi kurang, perlu

dicari solusi terbaik, untuk meminimumkan anak yang memiliki gejala gizi kurang

apalagi mengarah ke gizi buruk.

Grafik 2.15. Perkembangan Umur Harapan Hidup di NTT (tahun)

64.40

64.90

66.50

66.70

69.40

66.10

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

(3.2) Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal

Page 30: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 24

sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

yang sama. Angka kematian bayi merupakan indicator yang terkait langsung

dengan tingkat kelangsungan hidup anak, sekaligus memberikan gambaran

nyata mengenai kondisi social, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-

anak termasuk pemeliharaan kesehatan anak.

Gambar 2.16Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) NTT

46.00

33.40

57.00

31.20

57.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

AKB provinsi NTT selama periode tahun 2004-2009 terjadi trend yang

bervariasi. Terjadi penurunan dari tahun 2004 sampai tahun 2006, dimana

sejak 2004 kematian bayi dari 48 anak turun hingga 33,40,per 1000 kelahiran

hidup. Namun tahun 2007 meningkat menjadi 57 anak yang meninggal, dan

2008 turun menjadi 32.20 anak dan meningkat menjadi 57 anak pada tahun

2009. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa Penanganan Kesehatan

anak di NTT, belum merata. Keadaan ini dapat dimaklumi nahwa NTT

merupakan provinsi yang terdiri dari daerah kepulauan, sehingga koordinasi

kesehatan ibu dan anak belum dapat dijangkau secara maksimal.Variasi

tingkat kematian bayi memberikan suatu gambaran bahwa tingkat

permasalahan kesehatan anak dan faktorpfaktor lingkunganyang

berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti, gizi, sanitasi,penyakit

menular, dan kecelakaan.Jika dilihat trend dari kematian bayi tahun 2008-

2009, maka terjadi peningkatan angka kematian bayi yang cukup besar.yakni

dari 31 anak menjadi 57 anak bayi yang meninggal. Kondisi ekonomi yang

tidak mendukung, berakibat pada kesehatan ibu dan anak terutama selama

masa kehamilan sapai pada masa neonatal, bagi setiap kelahiran.

Page 31: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 25

(3.3) Kondisi Gizi Balita

Secara umum status kesehatan seseorang ditentukan oleh status gizi personal

yang bersangkutan. Pengaruh indikator status gizi secara umum merupakan

faktor predisposisi yang dapat memperberat penyakit infeksi secara langsung,

dan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara individual.

Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang

menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

Gambar 2.17Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang di NTT

13.00

10.30

9.40

7.10

9.40

28.00

26.50

24.20

30.70

24.20

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Gizi Kurang (%)

Gizi Buruk (%)

Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

Di NTT berdasarkan data tahun 2005-2009 Prevalensi Gizi buruk menurun yakni

mulai dari 13.00 menurun menjadi 9.40. Namun dari trend yang ada prevalensi

gizi buruk tertinggi terjadi pada tahun 2005 ( 13.00) dan terendah tahun 2007

(7.10). Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi setiap

keluarga, dan berpengaruh langsung dengan kesehatan ibu hamil dan ibu

menyusui. Sementara itu, kondisi Gizi kurang, antara tahun 2004-2009

mempunyai trend naik-turun pencapaian tertinggi di Tahun 2008 dan kembali

menurun pada Tahun 2009 menjadi sama dengan kondisi Tahun 2007. Keadaan

ini perlu disikapi secara positif untuk dapat mengurangi persentase setiap tahun,

baik status gizi buruk maupun gizi kurang.

Page 32: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 26

(3.5) Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk

Tenaga kesehatan per pendudk di NTT selama periode 2004-2009 cendrung

meningkat, yakni dari tahun 2004-2006 yang hanya terdapat 6 orang tenaga

medis ( dokter) melayani 1000 penduduk, pada tahun 2007 meningkat menjadi

13 dokter melayani 1000 penduduk. Dan tahun 2008 - 2009 menjadi 11 dokter

melayani 1000 penduduk. Kehadiran tenaga medis khususnya dokter di NTT

masih sanagt dibutuhkan. Mengingat kondisi geografis NTT yang terdiri dari

daerah kepulauan dapat merupakan penyebab utama pelayanan kesehatan

untuk penduduk yang jauh dari kota kecamatan menjadi tidak terjangkau.

Adanya kartu kesehatan gratis , tidak menjamin bahwa penyakit kronis seperti

malaria dan diare yang menyerang daerah terpencil sering merupakan faktor

utama penyebab kematian karena tidak dapat ditangani secara medis, atau

terdeteksi secara cepat untuk ditangani.

Gambar 2.18Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%)

0.060

0.060

0.060

0.130

0.110

0.110

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

(3.6) Contraceptive Prevalence Rate

Keluarga Berencana (KB)di NTT jika dilihat perkembangan dari tahun 2004-

2009 meningkat setiap tahun. Peningkatan ini sangat erat kaitannya dengan

berfungsinya tenaga penyuluh lapangan yang sudah bekerja efektif pada

setiap desa , terutama untuk pasangan usia subur. Perkembangan dari KB

meningkat dari tahun 2004-2005. Terjadi penurunan pada tahun 2006, dan

terus maningkat kembali dari tahun 2007 sampai 2009. Upaya ini jika

dikaitan dengan pertumnuhan penduduk NTT, dimana salah satu tujuan dari

Page 33: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 27

KB adalah menekan petumbuhan penduduk dapat dikatakan cukup

mendukung upaya tersebut diatas.

Sumber: BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

(3.7) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk suatu daerah yang memiliki trend yang terus

meningkat menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki kecenderungan

adanya pengangguran yang cukup tinggi, jika tidak diikuti dengan

pembukaan lapangan kerja yang memadai. NTT selama periode 2004-2009

memiliki trend yang cenderung menurun yakni dari tahun 2004-2005

meningkat dari 1,82 menjadi 2.93. merupakan pertumbuhan penduduk

tertinggi dan menurun setiap tahun samapi tahun 2009 menjadi 1.88.

Berbagai upaya untuk mendukung upaya penekanan pertumbuhan

penduduk berhasil dilaksanakan antara lain mensukseskan program KB di

NTT. Jika dikaitkan dengan indikator KB NTT yang berpengaruh langsung

untuk menekan pertumbuhan penduduk, terlihat bahwa ada hubungan yang

signikan antara Pencapaian KB dengan Pertumbuhan penduduk. JIka dilihat

dari perkembangan KB NTT tahun 2007-2009 cendrung meningkat, dan

dikaitan dengan petumbuhan pemduduk NTT dari tahun yang sama yakni

2007-2009 pertumbuhan pendudk menurun dari 2.16 pada tahun 2007

menurun menjadi 1.88 pada tahun 2009.

Page 34: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 28

Gambar 2.20Pertumbuhan Penduduk NTT (%)

1.32

2.93

2.22 2.161.92 1.88

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(3.8) Tingkat Fertilitas Umum

Tingkat Fertilitas atau tingkat kesuburan yang dibahas di NTT adalah tingkat

kesuburan Umum dalam hal ini usia wanita produktif dengan kisaran usia 15-

49 tahun. Berdasarkan data NTT dari tahun 2004-2009, dimana tahun 2005

mencapai 106 namum sejak tahun 2007-2008 cenderung stabil atau tetap

yakni berkisar antara 85 sampai 83. Keadaan ini dapat memberikan

gambaran bahwa Tingkat Fertilitas wanita NTT yang cenderung tetap dapat

membantu program pemerintah dalam kaitannya dengan penekanan laju

pertumbuhan penduduk, turunnya angka kematian bayi, dan juga

berpengaruh terhadap upaya penurunan prevalensi Gizi, sehingga dapat

meningkatkan Usi Harapan Hidup.

Gambar 2.21Tingkat Fertilitas Umum (Jumlah kelahiran hidup per 1.000

perempuan usia 15-49 tahun) di NTT

106

84 85 83 83

0

20

40

60

80

100

120

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: di olah dari data BPS NTT dan Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

Page 35: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 29

(4) Ekonomi Makro

(4.1) Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan PDRB NTT relatif konstan antara tahun 2004 sampai 2007

(kecuali diselingi pertumbuhan rendah di Tahun 2005), kemudian mengalami

penurunan di tahun 2008 dan 2009. Secara umum, pertumbuhan ekonomi NTT

selama periode 2004 – 2009 tergolong rendah. Jika kondisi demikian terus

berlangsung, maka ketertinggalan NTT akan semakin melebar dibanding

wilayah lain di Indonesia.

Gambar 2.22Laju Pertumbuhan Ekonomi NTT (%)

5.34

3.46

5.08 5.15 4.814.14

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

Secara sektoral, Pertumbuhan ekonomi NTT diwarnai oleh pertumbuhan yang

tinggi (> 5%) di sektor-sektor:

1. Perdagangan, hotel dan restauran,

2. Pengangkutan dan komunikasi,

3. Keuangan dan jasa perusahaan, serta

4. Jasa-jasa, khususnya jasa pemerintah

Sementara itu, sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan) serta

sektor-sektor sekunder terutama industri yang menampung > 70% TK hanya

tumbuh dibawah 5%. Oleh karenanya ke depan perlu adanya usaha pemerintah

untuk mendorong pertumbuhan sektor primer khususnya pertanian dan sektor

sekunder khususnya industri untuk tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan sektor

tertier.

Page 36: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 30

(4.2) Persentase Eksport Terhadap PDRB

Neraca perdagangan NTT dari Tahun 2004 – 2009, nilai Import lebih tinggi di

bandingkan dengan nilai eksport, hal ini dikarenakan kebutuhan barang dari luar

NTT lebih tinggi di bandingkan dengan produksi dalam daerah.

Perkembangan perdagangan antara Nusa Tenggara Timur dengan dunia

menunjukkan bahwa setelah Tahun 2000 terjadi kecenderungan peningkatan

ekspor maupun impor. Terdapat empat fenomena penting yakni : (1) Terjadi

defisit necara perdagangan (2) Mitra utama ekspor adalah Timor Leste dengan

komoditas utama Bahan Bakar Minyak (BBM), dimana komoditas tersebut hanya

lalu-lewat; (3) Share Ekspor Impor terhadap PDRB meningkat menuju pola

provinsi pelabuhan (4) Salah satu impor terbesar non-migas NTT adalah bahan

pangan olahan

Gambar 2.23Persentase Ekspor terhadap PDRB (%)

21.76 20.2224.01

21.53 20.95 20.25

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

Konsekwensi dari neraca perdagangan yang negatif di NTT, menyebabkan

tampilan dari kontribusi ekspot dalam PDRB NTT untuk periode 2004 –

2009 cenderung statis di kisaran 20-21 % (Gambar 2.23). Hal ini ada

hubungan dengan investasi yang berorientasi eksport (outword looking) di

NTT tergolong sangat rendah. Hampir semua invesatasi dari PMDN terjadi

pada sektor-sektor jasa yang tidak mempunyai nilai eksport. Penjelasan ini

dapat pula dihubungkan dengan indikator “persentase output manufaktur

terhadap PDRB NTT” seperti pada Gambar 2.24.

Page 37: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 31

(4.3) Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB

Pembahasan tentang indikator “persentase eksport dalam PDRB NTT”

sebelum ini yang bersifat statis selama periode 2004 - 2009, telah

dihubungkan dengan tampilan dari indikator ‘persentase output manufaktur

dalam PDRB NTT”. Rendahnya investasi di NTT yang berorientasi eksport,

yang biasanya terjadi di bidang manufaktur, telah menyebabkan

pertumbuhan sektor manufaktur di NTT relatif konstan, yang kemudian

menyebakan kontribusi output manufaktur dalam PDRB NTT juga terus

menurun sejak Tahun 2005 sampai Tahun 2009 (Gambar 2.24).

Gambar 2.24Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%)

1.63

1.801.76

1.70

1.591.55

1.401.451.501.551.601.651.701.751.801.85

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(4.4) Tingkat Pendapatan Perkapita

Pertumbuhan per tahun dari tingkat pendapatan per kapita penduduk NTT antara

Tahun 2004 dan 2009 cenderung bersifat konstan, seperti yang digambarkan

grafik yang cenderung bersifat linear pada Gambar 2.25. Artinya, efek

pembangunan ekonomi di NTT selama periode itu belum dapat menciptakan

lompatan berarti dari tingkat pendapatan perkapita penduduknya. Padahal

secara konseptual, pembangunan harus memberi efek lompatan atau

percepatan dari indikator-indikator outcomes, misalnya pendapatan perkapita

yang antaralain merupakan indikator dari kesejahteraan penduduk sebagai objek

dan subjek pembangunan itu sendiri.

Page 38: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 32

Gambar 2.25Pendapatan Perkapita NTT (Rupiah)

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

Pendapatan Perkapita (Rupiah) 3,129,110 3,476,397 3,881,424 4,301,535 4,469,637 4,884,655

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pendekatan pembangunan

ekonomi di Nusa Tenggara Timur masih perlu ditinjau lagi. Peninjauan

pendekatan pembangunan ekonomi dimaksud, lebih ditekankan pada

pendekatan operasionalnya, bukan pada pendekatan perencanaan makro,

karena jika diteliti RPJMD Propinsi NTT 2009-2013 dinilai sudah tepat

sasaran dan arah, tetapi pada perencanaan operasional seperti RKPD dan

APBD, ternyata kurang mempunyai hubungan langsung dengan sasaran dan

arah pembangunan di RPJMD.

(4.5) Laju Inflasi

Laju inflasi di NTT, dalam laporan ini digambarkan oleh laju inflasi Kota Kupang

sebagai ibu kota Provinsi NTT yang trend-nya antara tahun 2004-2009

ditujukkan pada Gambar 2.26. Laju inflasi tahunan Kota Kupang selama periode

itu, dominan terjadi dalam 1 digit, kecuali di tahun 2005 dan tahun 2008 yang

menembus 2 digit. Kondisi ini dari sudut teorinya merupakan gambaran umum

tentang kestabilan ekonomi NTT, tetapi dari sisi ril dapat juga menggambarkan

kurang dinamisnya ekonomi NTT. Hal ini dapat dijelaskan dengan

kecenderungan konstanya pertumbuhan PDRB, pendapatan perkapita dan

Page 39: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 33

beberapa indikator ekonomi makro lainnya.

Gambar 2.26Laju Inflasi Kota Kupang (%) :

8.28

15.16

9.728.44

10.90

6.49

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(5) Investasi

(5.1) Nilai Realisasi Investasi PMDN

Nilai Realisasi investasi PMDN di NTT antara tahun 2004 ke 2007

cenderung sangat rendah, tetapi antara tahun 2007 ke 2009 meningkat

sangat tajam, bahkan cenderung lebih tinggi dari nilai persejuan investasi

pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa untuk investasi PMDN,

NTT mulai diminati.

Walaupun demikian, investasi PMDN sebagian terbesarnya terjadi di sektor

jasa dan perdagangan, yang secara teoritis dan praktis mempunyai

beberapa kekurangan jika dibanding dengan invesatasi di sektor primer dan

sekunder (manufakturing misalnya). Kukurangan relatif tersebut adalah:

1) Tingkat penyerapan tenaga kerjanya relatif lebih sedikit,

2) efek penyebarannya relatif lebih sempit dan sedikit,

3) tidak bersifat menunjang eksport wilayah

dengan sifatnya seperti itu, maka dapat dipahami mengapa pertumbuhan

Page 40: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 34

ekonomi NTT relatif tidaklah bersifat melompat seperti peningkatan tajam

dari nialai realisasi investasi PMDN.

Gambar 2.27Nilai Realisasi Investasi PMDN di NTT (Rp. Milyar)

-2,000.00

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

Nilai RealisasiInvestasi PMDN(Rp. Milyar)

114.30 19.00 0.00 213.26 4,221 10,015

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(5.2) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN

Nilai persetujuan rencana investasi di NTT sebenarnya lebih rendah dari

atau sama besar dengan realisasi invesatasi setiap tahunnya dalam periode

Tahun 2004 dan 2009, kecuali di Tahun 2006. Sehingga sekali lagi bahwa

terjadi peningkatan minat investasi PMDN di NTT.

Gambar 2.28Rencana dan Realisasi Investasi PMDN

-1,000.00

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

Nilai PersetujuanRencana InvestasiPMDN (Rp.Milyar)

0.00 0.00 275.80 54.40

Nilai Realisasi InvestasiPMDN (Rp. Milyar)

114.30 19.00 0.00 213.26 4,221.37

2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS NTT

Page 41: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 35

(5.3) Nilai Realisani Investasi PMA

Trend dari nilai realisai investasi PMA di NTT selama periode 2004-2009

relatif sama dengan pola trend realisasi investasi PMDN yang sudah

dibahas, dimana terjadi peningkatan antara tahun 2007 ke tahun 2009,

walaupun dalan tahun-tahun sebelumnya bersifat naik-turun. Yang mungkin

menarik dari perbedaan sifat investasi PMA dan PMDN adalah bahwa PMA

cenderung berinvestasi pada sektor atau komoditi yang bertujuan eksport,

sedangkan PMDN tidaklah demikian.

Gambar 2.29Nilai Realisasi Investasi PMA di NTT (US$ Juta)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Nilai RealisasiInvestasi PMA (US$Juta)

2.40 1.50 2.40 0.40 1.90 4.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(5.4) Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA

Dibanding antara persetujuan dan realisasi investasi PMA, maka dapat dilihat

pada Gambar 2.30 bahwa terjadi gap yang cukup besar dimana banyak nilai

persetujuan investasi tidak terealisir di NTT

Page 42: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 36

Gambar 2.30Nilai Persetujuan Rencana dan Realisasi Investasi PMA

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Nilai RealisasiInvestasi PMA (US$Juta)

2.40 1.50 2.40 0.40 1.90 4.00

Nilai PersetujuanRencana InvestasiPMA (US$ Juta)

3.00 4.40 5.30 19.80

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(5.5) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA

Walaupun realisasi investasi PMA meningkat sangat tajam dari tahun 2007

ke tahun 2009, tetapi tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi justru

terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2004 dan 2005. Hal ini

terjadi karena sifat atau sektor investasi yang dimasuki pada tahun 2004-

2005 cenderung pada sektor perikanan dan kelautan, khususnya rumput

laut, yang membutuhkan tenaga kerja lokal lebih banyak, khususnya tenaga

kerja non spesialis untuk bidang kerja pengawasan lapangan (tenaga kerja

lapangan).

Page 43: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 37

Gambar 2.31 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di NTT

116.00

229.00

45.00

75.00 70.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS NTT

(6) Infrastruktur

(6.1) Perentase Jalan Nasional Bedasarkan Kondisi

Evaluasi kinerja pembangunan nasional di daerah untuk periode 2004-2009,

dalam bidang pembangunan infrastruktur hanya meliputi beberapa indikator kunci,

yaitu persentase panjang jalan nasional di provinsi dan persentasi panjang jalan

provinsi menurut kondisi jalan, yakni dalam keadaan baik, rusak dan rusak berat.

Panjang jalan nasional di NTT pada tahun 2006 adalah 1.273,02 km. Pada tahun

2007, panjang jalan nasional di NTT meningkat menjadi 2,464.32 km. Panjang

jalan nasional di daerah ini tidak berubah hingga tahun 2009. Sementara untuk

jalan provinsi, total panjang jalan adalah 1.737.37 km pada tahun 2006, dan

1.738,81 pada tahun 2009. Kondisi jalan nasional di NTT secara umum

memperlihatkan peningkatan yang berarti sejak tahun 2004 (Gambar 32).

Persentasi jalan yang dalam kondisi baik adalah 18.85% pada tahun 2004 dan

menjadi 57,29% pada tahun 2009. Sebaliknya, persentase panjang jalan yang

dalam kondisi rusak (sedang) dan rusak berat turun dari 81.15% pada tahun 2004

berkurang menjadi hanya 42,71% pada tahun 2009. Sementara untuk jalan

Page 44: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 38

provinsi, peningkatan kondisi jalan dari 2004 hingga 2009 menunjukkan trend

yang hamper sama (Gambar 33)

Data mengenai kondisi jalan di NTT, baik jalan nasional maupun jalan provinsi,

sangat terbatas. Data kondisi jalan yang tersedia adalah untuk tahun 2009. Pada

tahun 2009, lebih kurang 85.14% jalan nasional di NTT dalam kondisi baik atau

cukup baik. Sisanya dalam kondisi rusak atau rusak berat. Sementara untuk jalan

provinsi, pada tahun yang sama 65.60% dalam kondisi baik atau cukup baik, dan

sisanya dalam kondidi rusak atau rusak berat. Data kondisi jalan nasional dan

jalan provinsi di NTT pada tahun 2008 selengkapnya ditunjukkan pada dua table

berikut.

Gambar 2.32Persentase Jalan Nasional berdasarkan Kondisi di NTT

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

Kondisi Baik (%) 18.85 42.18 31.68 13.91 44.62 57.29

Kondisi Sedang (%) 71.72 48.06 43.62 75.31 36.58 32.60

Kondisi Rusak (%) 9.43 9.77 24.70 10.78 18.79 10.15

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(6.2) Perentase Jalan Propinsi Bedasarkan Kondisi

Perhatian pemerintad Provinsi NTT pada infrastruktur jalan dapat dikatakan

sangat baik terutama sejak tahun 2005 seperti diperlihatkan pada Gambar

2.33 dimana persentase penjang jalan yang tergolong dalam kondisi rusak

dan sedang terus menurun denga peningkatan nyata dari persentase

panjang jalan provinsi berkategori kondisi baik.

Page 45: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 39

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Gambar 2.33 Panjang Jalan Propinsi Berdasarkan Kondisi di NTT

Kondisi Rusak (%) 9.44 69.97 34.40 25.87 22.66

Kondisi Sedang (%) 71.69 23.77 19.33 21.84 21.77

Kondisi Baik (%) 18.87 6.25 46.27 52.29 55.56

2004 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(7) Pertanian

(7.1) Rata-rata Nilai Tukar Petani per Tahun

Data Nilai Tukar Petani (NTP) untuk ptovinsi NTT tidak tersedia, kecuali

untuk tahun 2007 (Data Ekonomi Regional NTT, BI Kupang, 2007). NTP

Provinsi NTT untuk tahun 2007 berkisar 125-130

(7.2) PDRB Pertanian atas dasar Harga Berlaku

Pertumbuhan PDRB sektor pertanian di NTT antara Tahun 2004-2009 seperti

ditunjukkan Gambar 2.34 bersifat linear, atau dengan kata lain mengalami

pertumbuhan konstan. Sifat pertumbuhan sektor pertanian seperti itu, berbeda

dengan sifat pertumbuhan sektor jasa, khususnya jasa pemerintah dalam

ekonomi NTT yang bersifat semakin bertambah, sehingga menyebabkan

penurunanan kontribusi sektor pertanian dalam PDRB NTT selama periode yang

sama (Lihat Gambar 2.35).

Page 46: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 40

Gambar 2.34PDRB Sektor Pertanian NTT, Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta)

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

PDRB Sektor PertanianAtas Dasar Harga Berlaku(Rp. Juta)

5,449,172 6,034,394 6,857,125 7,706,388 8,733,673 9,563,600

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB provinsi NTT dari tahun 2004

sampai tahun 2009 secara konsisten menurun. Dalam tahun 2004, sektor

pertanian, yang meliputi subsector-subsektor tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, kehutanan dan perikanan, menyumbang 42.58%, dan tahun 2009

menyumbang 38.81% (Figure 2.34). Meskipun persentasi sumbangan sektor

pertanian terus menurun,secara umum, nilai nominal dari kontribusinya

meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan

ekonomi pada sektor pertanian rata-rata 3.16% per tahun. Dalam tahun 2004

nilai nominal kontribusi sektor ini mencapai Rp 5.482.104,000,000 meningkat

menjadi Rp 9.563.600.000.000 pada tahun 2009 (Gambar 2.34).

Gambar 2.35Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB NTT (%)

42.36 42.58

41.38

39.8939.46

37.5038.0038.5039.0039.5040.0040.5041.0041.5042.0042.5043.00

2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BPS NTT

Page 47: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 41

(8) Kehutanan

(8.1) Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

Data yang tersedia mengenai luas lahan kritis dan kegiatan rehabilitasi lahan di

Provinsi NTT sangat terbatas. Data luas lahan kritis yang tersedia adalah hasil

interpretasi citra satelit Landsat ETM 7 yang diperoleh tahun 2002. Luas lahan

kritis dalam kawasan hutan menurut interpretasi citra dimaksud adalah 661.681

hektar.

Upaya rehabilitasi lahan dalam kawasan hutan di NTT sudah dilakukan dari

tahun ke tahun, meskipun hasilnya belum optimal. Sampai tahun 2005, laju

degradasi kawasan hutan di NTT mencapai 15.000 hektar per tahun. Sementara

itu, program rehabilitasi hanya mencapai 3.000 hektar per tahun. Dari total 3.000

hektar yang direhabilitasi setiap tahunnya, keberhasilannya hanya mencapai

30%. Kegagalan terjadi akibat kebakaran, kekeringan, dimakan ternak,

penebangan liar, dan tanah longsor.

Gambar 2.36Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis

di NTT (%)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Persentase Luas lahanrehabilitasi dalam hutanterhadap lahan kritis (%)

0.25 0.50 4.37 4.86

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT Program rehabilitasi hutan dan lahan terus digalakan dari tahun ke tahun. Hal ini

juga didukung dengan jumlah dana yang dialokasikan untuk rehabilitasi hutan

dan lahan yang terus meningkat. Pada tahun 2006, luas lahan yang direhabilitasi

Page 48: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 42

masing-masing adalah 3,000 ha dalam dan 1,700 ha di luar kawasan hutan.

Pada tahun 2007, luas lahan yang direhabilitasi mencapai 25,585 ha dalam

kawasan hutan dan 3,400 ha di luar kawasan hutan. Sementara untuk tahun

2008, luas kawasan yang direhabilitasi mencapai 4,450 ha, yang terdiri dari

3,250 ha dalam kawasan dan 1,200 ha di luar kawasan hutan. Kegitanan

rehabilitasi kawasan hutan di danai tidak saja oleh dana APBN, melainkan juga

oleh dana APBD. Dalam tahun 2009, kegiatan rehabilitasi dilaksanakan pada

areal seluas 25.760 hektar, menggunakan dana APBN, melalui Gerakan

Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), dan pada lahan seluas 135

hektar, menggunakan dana APBD, melalui kegiatan Pengembangan Hutan

Tanaman Unggulan Lokal (PHTUL).

(9) Kelautan

(9.1) Jumlah Tindak Pidana Perikanan

Seperti halnya data SDA kehutanan, data mengenai inidikator kelautan juga

sangat minim di NTT.

Data jumlah tindak pidana perikanan yang terjadi di NTT sangat minim. Hal

tersebut tidak berarti bahwa perairan NTT bebas dari tindak-tindak pidana

perikanan dan kelautan. Media-media massa lokal sudah sering melaporkan

tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab, seperti penggunaan bom ikan

dan pukat harimau, oleh nelayan di perairan NTT. Jumlah tindak pidana

perikanan selama tahun 2008 tercatat hanya sebanyak 4 kasus (DKP, Propinsi

Nusa Tenggara Timur, 2009). Sementara untuk tahun-tahun sebelumnya dan

untuk tahun 2009, data dimaksud tidak dirinci menurut tahun kejadian

pelanggaran. DKP NTT (2010) melaporkan angka kumulatif jumlah tindak pidana

perikanan yang terjadi dalam kurun tahun 2000 – 2009 sebanyak 34 tindak

pidana perikanan yang terjadi di wilayah perairan NTT. Tindak pidana yang

paling sering dilakukan adalah masing-masing penggunaan bahan peledak (18

kasus), pelanggaran wilayah penangkapan (15 kasus) dan penggunaan alat

tangkap yang dilarang (10 kasus).

Data menyangkut persentase terumbu karang dalam keadaan baik untuk

perairan laut Propinsi NTT untuk tahun 2008 18,04% (Renstra DKP Propinsi

Page 49: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 43

NTT, 2009). Hasil penelitian dari Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, kondisi

trumbu karang di Sikka, NTT, termasuk dalam katergori rusak berat. Trend

kerusakan terus meningkat dari 2007 hingga 2009.

(9.2) Luas Kawasan Konservasi Laut (km2)

Luas kawasan konservasi laut di perairan NTT mengalami peningkatan yang

sangat signifikan. Dalam tahun 2008, luas kawasan konservasi laut baru

mencapai 0,5 juta Ha yang meliputi sebagian besar daerah kawasan konservasi

laut daerah (KKLD) pulau Pantar, kabu;aten Alor dan bebarapa KKLD yang

tesebar di beberapa kabupaten yakni, Kabupaten Kupang, Manggarai Barat,

Kabupaten Sikka dan Kabupaten Sumba Barat. Pada tahun 2009, dengan

penetapan laut sawu sebagai kawasan konservasi laut nasional, total luas

kawasan konservasi laut di perairan NTT menjadi 5.9 juta hektar.

Sumber: DKP NTT,2010

(10) Kesejahteraan Sosial

(10.1) Persentase Penduduk Miskin

Kondisi kemiskinan di Provinsi NTT terus mengalami perbaikan terutama sejak

tahun 2006 sampai tauun 2009 dimana persentase penduduk iskin di NTT terus

menurun. Tetapi, perbaikan dimaksud tidaklah terlalu nyata, karena Provinsi

NTT sampai Tahun 2009 masih termasuk dalam golongan propinsi termiskin di

Indonesia. Hal ini berarti bahwa secara relatif terhadap wilayah lain di

Page 50: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 44

Indonesia, NTT akan semakin tertinggal dalam hal kesejahteraan penduduknya

dalam arus globalisasi ekonomi yang sangat kuat sekarang ini. Daya saing

penduduk dan wilayah NTT dalam konstilasi ekonomi indonesia dan global akan

semakin tidak kompetitif yang pada akhirnya akan terjadi eksploitasi ekonomi

oleh wilayah dan/atau dunia lain terhadap NTT sehingga berujung kepada

kemiskinan relatif yang semakin besar. Hal ini sangat berbahaya bagi bangsa,

dan nilai-nilai humanistis yang dijunjungtinggi oleh Dasar Negara RI.

Persentase Penduduk Miskin di NTT (%)

27.86 28.19 29.3427.51

25.6523.31

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

(10.2) Pengangguran Terbuka

Pengangguran terbuka di NTT semakin turun sejat tahun 2005 ke tahun

2009 yang hanya sebesar 2.78%. Penurunan tingkat pengangguran terbuka

ini terjadi terutama di wilayah perkotaan, khususnya di sektor pemerintah

melalui penerimaan PNS, dan di sektor imformal, serja sektor jasa.

Tingkat Pengangguran Terbuka di NTT (%)

4.48

5.46

4.53

3.72 3.73

2.78

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS NTT

Page 51: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 45

Penyerapan tenaga kerja di sektor imformal lebih banyak adalah tenaga

kerja unskill, sehingga tingkat upah disana juga cenderung sangat rendah.

Sementara di sektor jasa yang sejalan dengan tingginya realisasi investasi

PMDN di NTT, tenaga kerja yang terbanyak terserap adalah golongan

tenaga kerja uskill, dan tenaga kerja menengah (berpendidikan tamatan

SMTP/SMTA). Kondisi inilah yang bisa menerangkan mengapa penurunan

tingkat pengangguran terbuka secara cukup besar tidak sama dengan pola

peningkatan pendapatan per kapita yang cenderung linear saja

(pertumbuhan konstan) seperti yang dibahas sebulumnya.

3. Rekomendasi Kebijakan

(3.1) Bidang Pendidikan

1. Meningkatkan penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Tahun secara bermutu dan merata untuk semua wilayah dan golongan

masyarakat, sehingga APK dan APM SD dan SMPT menuju konvergensi

ke arah 100%.

2. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan menengah secara bermutu

dan merata untuk semua wilayah dan golongan masyarakat, sehingga APK

dan APM sekolah menengah menuju konvergensi ke arah 100%.

3. Meningkatkan jumlah, kemerataan dan kualifikasi akademis serta

profesionalitas tenaga guru

4. Mengembangkan kurikulum yang tanggap terhadap perkembangan dan

mampu memadukan antara pendidikan, kecakapan hidup dan

kewirausahaan

5. Mengembangkan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan

lokal

6. Mendorong sistem pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada

manajemen berbasis sekolah

7. Meningkatkan intensifikasi perluasan akses dan kualitas pendidikan

keaksaraan fungsional

Page 52: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 46

8. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan secara merata dan

bermutu di perkotaan dan perdesaan

(3.2) Bidang Kesehatan

1. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil secara merata

2. Penuntasan masalah gizi buruk

3. Revitalisasi program Keluarga Berencana

4. Pengembangan pangan dan pola komsumsi

(3.3) Bidang Ekonomi Makro dan Investasi

1. Mengembangkan ekonomi wilayah menuju struktur ekonomi yang dapat

memecahkan masalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan produktivitas

tenaga kerja, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi

2. Meningkatkan Competitive advantage dari wilayah NTT bagi peningkatan

minat investasi berorientasi eksport, khususnya melalui pengembangan

sarana prasarana wilayah

3. Menciptakan iklim investasi dan usaha yang kondusif dalam sektor ekonomi unggulan

(3.4) Bidang Infrastruktur Jalan

1. Pemeliharaan jalan nasional maupun propinsi perlu lebih diprioritaskan

untuk mengurangi biaya perbaikan setelah rusak

2. Peningkatan panjang jalan propinsi dan nasional di NTT sangat diperlukan,

untuk menunjang aksesibilitas wilayah dan masyarkat pada pelayanan,

kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

(3.5) Bidang Pertanian, Kehutanan dan Kelautan

1. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pertanian berbasis SDA lokal, untuk

meningkatkan produksi, produktivitas, dan penyerapan TK pengangguran

tersembunyi

2. Peningkatan rehabilitasi lahan kritis dengan pola partisipasi masyarakat dan

terpadu dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian

Page 53: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 47

3. Peningkatan kapasitas sarana-prasarana dan aparat pengawasan laut

4. Pemberdayaan nelayan/masyarakat pesisir

(3.6) Bidang Kesejahteraan Sosial

1. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pertanian berbasis SDA lokal, untuk

meningkatkan produksi, produktivitas, penyerapan TK pengangguran

tersembunyi, dan peningkatan upah di sektor pertanian

2. Peningkatan ketrampilan TK untuk masuk ke sektor formal, ataupun untuk

pengembangan sektor kerja imformal yang berproduktivitas tinggi.

3. Menciptakan perluasan kesempatan bagi masyarakat miskin dalam

pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara

berkelanjutan.

4. Mengembangkan pemberdayaan kelembagaan masyarakat

5. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dalam berusaha

6. Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan

7. Melakukan sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan

D. KESIMPULAN

Dapat dikatakan bahwa untuk semua indikator pembangunan nasional yang dibahas,

posisi Provinsi Nusa Tenggara Timur tergolong dalam kategori tertinggal. Kondisi ini

secara relatif dalam perbandingan dengan wilayah lain terjadi karena titik awal dari

indikator-indikator dimaksud juga sudah tertinggal. Sehingga untuk mengejar

ketertinggalan diperlukan upaya-upaya ekstra kuat dari semua tingkat pemerintahan dan

masyarakat untuk menciptakan lompatan-lompatan pencapaian hasil-hasil pembangunan

atau dengan istilah lain adalah “percepatan”. Ditinjau dari kemampuan daerah, tentunya

sebagai daerah yang tertinggal dibanding daerah lain, Provinsi NTT akan terus

mengalami ketertinggalan relatif dengan gap yang semakin melebar karena kecepatan

pencapaian akan semakin tertinggal juga. Oleh karenanya tanpa kemauan politik yang

sungguh-sungguh dari pemerintah pusat untuk menurangi ketimpangan antar wilayah di

Indonesia, maka diyakini bahwa pencapaian cita-cita bangsa untuk mencapai masyarakat

adil makmur secara merata semakin jauh untuk mencapainya.

Page 54: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 48

BAB III

RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN

RPJMD PROVINSI NTT 2009-1013

A. Pengantar

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT 2009-2013

sesuai peraturan perundangan disusun atas dasar Visi-Misi Kepala Daerah terpilih

sekarang ini dengan memperhatikan RPJMN 2004-1009 dari periode pemerintahan

sebelum RPJMN 2010-2014. Oleh karenanya, secara teknis maupun sistematika dan

isinya banyak dipengaruhi pola RPJMN 2004-2009.

Perbedaan periode pemerintahan pusat dan daerah kiranya telah banyak

menimbulkan ketidakpastian dalam perencanaan pembangunan nasional, dan

mungkin pula menimbulkan inefisiensi perencanaan dan ketidak kefektifan

pembangunan nasional. Hubungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat sedikit

banyak mengalami persoalan dalam hal ini.

RPJMD NTT 2009-2013, tidak meperlihatkan konsep prioritas pembangunan,

sehingga dari Misi dan Program-program yang dirumuskan tidak diketahui secara jelas

mana yang prioritas dan mana yang penunjang. Visi dan Misi Pembangunan Daerah

NTT dalam RPJMD NTT 2009-2013 adalah sebagai berikut:

Visi: “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas, sejahtera, Adil

dan Demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Misi:

1. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.

2. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.

3. Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal

4. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak

5. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum

Page 55: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 49

6. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup.

7. Meningkatkan akses perempuan, anak dan pemuda dalam sektor publik, serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan, anak dan pemuda..

8. Mempercepat penanggulangn kemiskinan, pengembangan kawasan perbatasan,

pembangunan daerah kepulauan, dan pembangunan daerah rawan bencana

alam.

Secara umum, pprogram-program dalam RPJMD NTT 2009-2013, dibangun dalam 8

(delapan) Agenda Pembangunan Daerah, yaitu:

1. Pemantapan Kualitas Pendidikan

2. Pembangunan Kesehatan

3. Pembangunan Ekonomi

4. Pembangunan Infrastruktur

5. Pembenahan sistem hukum (daerah) dan keadilan

6. Konsolidasi Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

7. Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Pemuda

8. Agenda Khusus: penanggulangan kemiskinan, pembangunan daerah perbatasan,

pembangunan daerah kepulauan dan pembangunan daerah rawan bencana

Analisis relevansi RPJMN 2010-1014 mungkin menjadi contoh dari biaya yang

ditimbukan oleh perbedaan periode pemerintahan dan perencanaan di pusat dan

daerah. Dalam konteks demikianlah analisis dilakukan terhadap relevansi RPJMN

2010-1014 dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-1013.

Analisis relevansi dimaksud akan dilakukan dengan menyandingkan prioritas dan

sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-1014 dengan prioritas, program dan

sasaran pembangunan dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009-1013.

Page 56: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 50

B. Analisis Relevansi RPJMN 2010-2014 Dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-2013

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, dan

Program Sasaran Program

Analisis Kualitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) 1 PRIORITAS 1

REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA

Agenda Kelima: Pembenahan Sistim Hukum (Daerah) yang berkeadilan

Otonomi Daerah; Penataan otonomi daerah melalui

Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah;

Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah;

Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;

Regulasi;

Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah peraturan daerah selambatlambatnya 2011; Sinergi Antara Pusat dan

Daerah;

Penetapan dan penerapan

sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

.

Penegakan Hukum dan Regulasi1. Peningkatan kesadaran

hukum masyarakat 2. Revitalisasi dan

refungsioalisasi institusi-institusi penegak hukum

3. Pembentukan dan pembaharuan peraturan daerah yang responsif dan partisipatif

4. Peningkatan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang berperspektif HAM

5. Pengembangan budaya hukum birokrasi ke arah terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN

Otonomi Daerah

1. Penataan dan pemantapan struktur dan budaya politik yang semakin demokratis

2. Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

3. Program peningkatan

Penegakkan Hukum dan Regulasi 1. Terbentuknya sistem

hukum daerah yang terarah untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial di NTT, terciptanya sinkronisasi hukum, dan hukum yang berpihak pada kepentingan rakyat;

2. Meningkatnya komitmen dan koordinasi aparat penegak hukum dalam pemberantasan KKN dan pelanggaran HAM;

3. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat;

4. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pembentukan produk hukum;

5. Memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,

Otonomi Daerah 1. Meningkatnya

kualitas pemerintahan yang baik melalui tertib

Otonomi Daerah: Dalam RPJMD NTT, sasaran-sasaran berbeda dengan RPJMN, dimana RPJMD NTT lebih memfokuskan diri pada good governace. Sasaran RPJMN yang tidak ada di RPJMD NTT adlah masalah pemekaran wilayah dan penyempurnaan pelaksanaan PILKADA. Sasaran RPJMN yang relatif relevan dengan sasaran RPJMD NTT adalah “peningkatan efisiensi dan

Relevansi kurang

Page 57: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 51

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, dan

Program Sasaran Program

Analisis Kualitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) Penegakan Hukum;

Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hokum Data Kependudukan;

Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011

pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah

4. Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah

5. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kab/Kota

6. Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

7. Program Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

8. Program Penataan dan Penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

9. Program Mengintesifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat

10. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

11. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan

12. Program Penataan Daerah Otonom Baru

13. Program Perbaikan Proses politik

14. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

15. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

16. Program Pengendalian Pelaksanaan Administrasi Pembangunan Daerah

17. Program Penerapan K i t h b ik

43. administrasi, tertib fungsi pengawasan, tindaklanjut hasil pengawasan serta penerapan sanksi yang tegas sesuai dengan kewenangan,

44. Meningkatnya kualitas kinerja kelompok jejaring RAN-HAM dan percepatan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi

45. Pembentukan dan penguatan kelompok sadar hukum dan

46. Penyediaan dan penyebarluasan akses informasi bagi masyarakat pencari keadilan

efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah, karena merupakan bagian dari “good governance”

Page 58: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 52

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan,

Program Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) 2 PRIORITAS 2

PENDIDIKAN AGENDA 1 : PEMANTAPAN KUALITAS PENDIDIKAN

Peningkatan Angka PartisipasiMurni (APM) pendidikan dasar

APM pendidikan setingkat SMP

Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA

Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS,

Penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambatlambatnya 2012 dan

Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambatlambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar;

1. Program Pendidikan Anak Usia Dini

2. Program Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun

3. Program Pendidikan Menengah dan Kejuruan

4. Program Pendidikan Non Formal

5. Program Pendidikan Luar Biasa dan pendidikan kedinasan

6. Program Peningkatan kualitas peserta didik dan tenaga pendidik

7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

8. Program Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga

9. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip daerah

10. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

1. Meningkatan kualitas pendidikan pada semua jenis dan jenjang;

2. Meningkatan relevensi pendidikan yang berdaya saing dalam percaturan global.

3. Pengembangan menejemen pendidikan yang efesien dan efektif.

4. Meningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

Pada prinsipnya sasaran RPJMN untuk pendidikan dasar dan Menengah sangat sesuai dengan sasaran dalam pada RPJMD NTT. Sasaran RPJMN yang tidak ada di RPJMD NTT adalah: a. Penyedian

sambungan internet ke semua tingkat sekolah dasar dan menengah

Relevansi tinggi

Akses Pendidikan Tinggi; Peningkatan APK pendidikan tinggi

b. Sasaran Pendi-dikan tinggi, karena bukan kewenangan daerah

Metodologi: Penerapan metodologi pendidikan

yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan uj ian ( teaching to the test) ,

Page 59: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 53

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan,

Program Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)

Pengelolaan

Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,

Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance,

Mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten

Kurikulum Penataan ulang kurikulum sekolah

Kualitas Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah

Page 60: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 54

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan,

Program Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) 3 PRIORITAS 3

KESEHATAN AGENDA 2: PEMBANGUNAN KESEHATAN

Kesehatan Masyarakat: 1. Pelaksanaan Program Kesehatan

Preventif Terpadu Keluarga Berencana

2. Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014;

Obat

3. Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;

Asuransi Kesehatan Nasional

4. Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014

1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

4. Program Pembiayaan Kesehatan

5. Program Sumber Daya Kesehatan

6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

7. Program Penelitian dan pengembangan kesehatan

8. Program Kerjasama Pemamgku kepentingan Lintas Bidang dan Lintas Wilayah

9. Upaya Kesehatan Perorangan

10. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

11. Program Pengawasan Obat dan Makanan

12. Program Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat

13. Program Lingkungan Sehat

14. Program Pendidikan Kesehatan.

1. Meningkatan derajat kesehatan masyarakat.

2. Meningkatan kinerja sistim kesehatan daerah.

3. Meningkatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Membudayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

5. Meningkatkan promosi kesehatan dan peran serta masyarakat melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

6. Meningkatkan kerjasama lintas bidang dan lintas wilayah dalam upaya mengatasi masalah kesehatan.

Pada prinsipnya sasaran RPJMN untuk bidang kesehatan dinilai sangat sesuai dengan sasaran dalam pada RPJMD NTT.

Relevansi tinggi

Page 61: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 55

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)4 PRIORITAS 4

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Agenda 8 : Agenda Khusus.

Agenda Khusus 1: Penang-gulangan Kemiskinan

Bantuan Sosial Terpadu: a Integrasi program perlindungan

sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai

b Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—2012;

PNPM Mandiri: c Penambahan anggaran PNPM

Mandiri Kredit Usaha Rakyat (KUR):

d Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011;

Tim Penanggulangan Kemiskinan: e Revitalisasi Komite Nasional

Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden

1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

2. Program Pembinaan Anak Terlantar 3. Program Pembinaan para

Penyandang Cacat dan Eks Trauma 4. Program Pembinaan Panti

Asuhan/Jompo 5. Program Pemberdayaan Fakir Miskin,

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan penyandang masalah kesejahteraan Sosial.

6. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.

1. Menyiapkan data base jumlah penduduk miskin.

2. Mensinkronkan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai sumber pendanaan

3. Menurunkan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan

4. Memperkuat ketahanan ekonomi penduduk yang standar hidupnya berada disekitar garis kemiskinan.

Program dan sasaran RPJMN lebih nyata dibanding program dan sasaran dalam RPJMD NTT, walaupun secara prinsip sasaran keduanya relevan.

Relevansi tergolong tinggi, tetapi perlu ada penyesuaian di RPJMD NTT, dimana program dan sasarannya dibuat lebih nyata seperti pada RPJMN.

Page 62: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 56

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)5 PRIORITAS 5

PROGRAM AKSI DI BIDANG PANGAN

AGENDA 3: PEMBANGUNAN EKONOMI

Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian: f Penataan regulasi untuk

menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,

g Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar;

Infrastruktur: h Pembangunan dan

pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;

1. Ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian

2. Pengembangan agroindustri 3. Pengembangan kelembagaan

agribisnis (pemasaran produk pertanian)

4. Program Budidaya Perikanan; 5. Program Pengembangan Perikanan

Tangkap; 6. Program Pengembangan Sistem

Penyuluhan Perikanan; 7. Program Optimalisasi Pengelolaan

Pemasaran Produksi Perikanan. 8. Program Peningkatan

Kesejahteraan Petani; 9. Program Peningkatan Pemasaran

Hasil Produksi Pertanian; 10. Program Peningkatan Penerapan

Teknologi Pertanian/Perkebunan; 11. Program Peningkatan Produksi

Pertanian/Perkebunan; 12. Program Pemberdayaan Penyuluh

Pertanian/Perkebunan Lapangan; 13. Program pencegahan dan

penanggulangan penyakit ternak; 14. Program peningkatan produksi hasil

peternakan; 15. Program Peningkatan Penerapan

Tekonologi Peternakan 16. Program Peningkatan Ketahanan

Pangan

1. Meningkatan kualitas angkatan kerja.

2. Perluasan kesempatan kerja.

3. Revitalisasi institusi ekonomi.

4. Meningkatan produk dan stabilitas harga produk ekonomi masyarakat.

5. Tertatanya mata rantai distribusi pangan dari produsen ke pasar dan dari pasar ke konsumen.

6. Tertatanya manajemen pemasaran bahan pangan pokok oleh pemerintah daerah kepada masyarakat

7. Terwujudnya ketersediaan dan ketahanan pangan dalam keluarga

8. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan, mengolah dan mengkonsumsi makanan pokok lokal.

9. Meningkatnya upaya pemanfaatan sumber pangan lokal

Prioritas 5 Program aksi di Bidang Pangan RPJMN sebangun dengan Agenda Pembangunan Ekonomi dalam RPJMD NTT, yang diwakili oleh program-program di bidang pertanian dengan prinsip ekstensifikasi dan intensifikasi. Suatu perbedaan antara keduanya adlah nahwa pembangunan ibfrastruktur pertanian

Relevansi tinggi (lihat program dan sasaran yang di bold

Page 63: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 57

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) Penelitian dan Pengembangan:

Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;

Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi:

Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.

Pangan dan Gizi:

Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;

Adaptasi Perubahan Iklim:

Pengambilan langkah- langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.

10.Tersedinya sumber pangan alternatif di masyarakat dengan memanfaatkan pekarangan oleh masyarakat luntuk membudidayakan sumber pangan lokal / sumber pangan alternatif

11. Terlaksananya penanganan pasca panen/produksi oleh masyarakat.

12. Terpenuhinya kebutuhan tempat penampungan/lumbung pangan oleh masyarakat

dalam RPJMD NTT masuk di Agenda Pembagunan infrastruktur, tetapi dengan sasaran yang relatif sama.

Page 64: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 58

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)6 PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR AGENDA 4: PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR

Tanah dan tata ruang:

Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu; Perhubungan:

Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini;

Pengendalian banjir:

Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir Transportasi perkotaan:

Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta,

Bandung, Surabaya, Medan)

1. Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan/Jembatan.

2. Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Prasarana dan Fasilitas Perhubungan.

3. Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Sumberdaya Air dan Jaringan Pengairan Lainnya.

4. Pembangunan dan Pengembangan Energi Listrik dan Mineral.

5. Pengembangan Perumahan dan Pemukiman.

6. Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan

7. Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

8. Program penyediaan dan pengolahan air baku

9. Program pengendalian banjir 10. Program pembangunan infrastruktur

perdesaaan 11. Program Pemberdayaan,Pengaturan

dan Pengawasan Jasa konstruksi 12. Program peningkatan pelayanan

angkutan 13. Program peningkatan dan

pengamanan lalu lintas 14. Program Pengembangan Wilayah

Transmigrasi 15. Program Transmigrasi Lokal

1. Peningkatan kualitas pembangunan dan perbaikan prasarana dan sarana perhubungan dan komunikasi untuk memfasilitasi pengembangan ekonomi dan sumberdaya manusia.

2. Peningkatan pembangunan dan perbaikan prasarana dan sarana sumberdaya air, irigasi, embung, dan bendungan

3. Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan prasarana pendidikan, kesehatan, agama dan olah raga.

4. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana perlistrikan dan pengembangan sumber energi yang berkelanjutan

5. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi

6. Peningkatan pembangunan perumahan dan permukiman

Program dan sasaran RPJMN sebangun dengan di RPJMD NTT, Yang berbeda adalah bahwa di RPJMD NTT tidak ada program/sa-sarn ” Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu”

Relevansi cukup tinggi

Page 65: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 59

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)7 PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN

IKLIM USAHA AGENDA 3: PEMBANGUNAN EKONOMI

Kepastian Hukum:

Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah

Kebijakan Ketenagakerjaan:

Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.

1. Program Peningkatan Promosi

dan Kerjasama Investasi;

2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

a. Meningkatnya upaya

promosi dan kerjasama investasi melalui berbagi forum, termasuk forum kerjasama antar daerah.

b. Meningkatnya jumlah investor yang berkunjung ke NTT

c. Meningkatnya jumlah investasi yang masuk ke NTT

d. Terwujudnya mekanisme pelayanan dan perijinan satu atap

a. Meningkatnya penyediaan

sarana dan prasarana untuk investaasi

b. Terwujudnya kerjasama antar wilayah/daerah dalam melakukan investasi

c. Tersedianya Informasi mengenai daerah atau lokasi untuk investasi yang tepat dan benar

d. Meningkatnya minat para investor untuk berinvestasi

e. Tersedianya sistem informasi penanaman modal daerah

Sesuai antara RPJMN dan RPJMD NTT, kecuali tidak adanya secara spesifik di RPJMD NTT tentang usaha menjamin kepastian hukum dalam menarik investasi di daerah.

Relevan dengan kategori tinggi

Page 66: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 60

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*) 3. Program Penyiapan Potensi

Sumberdaya,Sarana dan Prasarana Daerah

a. Terlaksananya pemetaan terhadap daerah-daerah dengan potensi unggulan masing-masing sehingga memudahkan investor untuk memilih lokasi berinvestasi

b. Tersedianya data induk potensi unggulan daerah dan

c. Tersedianya sarana dan prasara daerah yang dapat mendukung upaya ekplorasi dan eksploitasi sumberdaya

Page 67: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 61

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)8 PRIORITAS 8 : ENERGI AGENDA 4: PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR

Energi Alternatif:

Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal ehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014

Hasil ikutan dan turunan minyak:

Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya

Konversi Menuju Penggunaan Gas:

Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010

Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.

Program Pembangunan dan Pengembangan Energi Listrik dan Mineral

a. Meningkatnya cakupan dan akses pelayanan listrik terhadap masyarakat

b. Termanfaatkannya potensi energi lokal menjadi energi listrik

c. Terciptanya desa mandiri energi listrik

d. Tersedianya peta potensi sumber daya mineral yang lebih akurat

e. Terfasilitasinya pengembangan energi alternatif

Secara konseptual program dan sasaran RPJMN sama dengan sasaran di RPJMD NTT, tetapi RPJMN lebih nyata merumuskan apa yang akan dibuat dibanding dalam RPJMD NTT Hal lainnya: Pembangunan Bidang energi dalam RPJMD NTT masuk dalam Agenda Pembangunan Infrastruktur, sehingga terkesan bukan pembangunan energi, tetapi infrastruktur energi.

Relevansi cukup

Page 68: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 62

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan,

Program Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)9 PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP

DAN PENGELOLAAN BENCANA AGENDA 6: KONSOLIDASI TATA RUANG DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Perubahan Iklim:

Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun

Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh

Pengendalian Kerusakan Lingkungan:

Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut

1. Konsolidasi perencanaan tata

ruang wilayah

2. Peningkatan pemantauan, pengawasan dan pengaturan pemanfaatan ruang

3. peningkatan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan

a. Berkembangnya model perencanaan dan pemanfaatan ruang secara optimal

b. Terkonsolidasinya perencannaan tata ruang aras provinsi dan lintas kabupaten/kota berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi

c. Terkonsolidasinya perencanaan tata ruang kawasan-kawasan khusus wilayah laut dan pesisir

a. Berkembangnya sistem

informasi tata ruang untuk kepentingan pengawasan dan pengaturan

b. Meningkatnya konsistensi dalam pengaturan dan pemanfaatan tata ruang

a. Meningkatnya usaha-usaha

perlindungan dan pestarian lingkungan hidup di semua sektor pembangunan

b. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam usaha pelestarian lingkungan hidup

c. Meningkatnya pelaksanaan AMDAL terhadap semua kegiatan pembangunan dan aktivitas lainnya yang menurut peraturan kegiatan dimaksud wajib AMDAL

Perbedaan mendasar antara RPJMN dengan RPJMD NTT adalah “konsep LH” dalam RPJMD NTT belum dihubungkan dengan system peringatan dini Tsunami, Cuaca dan iklim serta potensi bencana alam”. Program penanggulanga bencana alam di RPJMD NTT di buat terpisah dengan persoalan LH. (lihat Agenda Khusus 4, RPJMD NTT)

Relevansi kurang

Page 69: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 63

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan,

Program Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)Sistem Peringatan Dini:

Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013

Penanggulangan Bencana:

Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

Agenda Khusus 4. Pembangunan Daerah Rawan Bencana a. Program pencegahan dini dan

penanggulangan korban bencana alam

b. Program Koordinasi Penanggulangn masalah kebencanaan

c. Program Pengembangan Data dan Informasi Kebencanaan

a. Meningkatnya kewaspadaan

dini masyarakat terhadap bahaya bencana

b. Menurunnya korban bencana bencana alam, bencana non alam dan bencana social

c. Meningkatnya upaya penanganan korban bencana alam, bencana non alam dan bencana social

d. Terciptanya keterpaduan penanggulangan masalah kebencanaan antar pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

e. Teratasinya dampak kebencanaan

f. Tersedianya data dan informasi tentang kebencanaan yang akurat

g. Pemantapan data dan informasi kebencanaan

Page 70: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 64

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)10 PRIORITAS 10 : DAERAH

TERDEPAN, TERLUAR, TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK

AGENDA KHUSUS :

Kebijakan:

Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya

Keutuhan Wilayah:

Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010

Daerah Tertinggal:

Pengentasan paling lambat 2014

Agenda Khusus 2: Pengembangan Kawasan Perbatasan 1. Program Pengembangan Wilayah

Perbatasan 2. Program Perencanaan Tata Ruang Agenda Khusus 3: Pembangunan Daerah Kepulauan 1. Program yang terkait dengan fungsi

perumahan 2. Program yang terkait dengan

penciptaan aksesibilitas 3. Program yang terkait dengan

pengembangan potensi wilayah

a. Meningkat upaya

pemberdayaan masyarakat di daerah perbatasan

b. Tersedianya sarana dan prasarana pemukiman, pendidikan, kesehatan dan ekonomi di daerah perbatasan

c. Meningkatnya kerja sama antar daerah di wilayah perbatasan

d. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat perbatasan

a. Tercapainya pengakuan

atas NTT sebagai Propinsi Kepulauan

b. Meningkatnya aksesibilitas dan aktivitas ekonomi antar pulau

Ada Tidak ada di RPJMN

Relevan dengan kategori cukup Tidak relevan dengan RPJMN, tapi kontekstual untuk NTT

Page 71: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 65

RPJMN 2010-1014 RPJMD Provinsi NTT Tahun 2009-2013

Prioritas Pembangunan dan

Program Aksi Prioritas Pembangunan, Program

Sasaran Program

Analisis Kuanlitatif*)

Penjelasan Terhadap Analisis

Kuanlitatif*)11 PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN,

KREATIVITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI

Perawatan: Penetapan dan pembentukan

pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya

Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011

Sarana:

Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambatlambatnya Oktober 2012

Kebijakan:

Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya

Inovasi Teknologi:

Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda

Tidak diprogramkan dalam RPJMD NTT 2009-2013

Perlu ada penyesuaian RPJMD NTT

Sangat tidak mempunyai relevansi antara RPJMN dan RPJMD NTT

Page 72: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 66

C. Rekomendasi

1. RPJMN 2009-2014 seharusnya mampu menangkap dan mengakomodir persoalan

gap kemajuan antar wilayah di indonesia, sehingga diperlukan program-program

percepatan pembangunan di propinsi-propinsi tertinggal

2. Konsep Daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-1014 sebaiknya di rubah dengan

konsep propinsi tertinggal, selanjutnya di tingkat propinsi memakai konsep

kabupaten tertinggal, dan di tingkat kabupaten baru menggunakan konsep daerah

atau wilayah tertinggal. Hal ini direkomendasikan karena pada kenyataannya,

ketidak merataan hasil-hasil pembangunan secara nasional dapat dipetakan atas

perbandingan relatif propinsi dan seterusnya.

3. Perbedaan karakteristik geografis antar propinsi di indonesia sebenarnya dapat

dikategorikan secara umum atas propinsi kepulauan dan non kepulauan. Pada

umumnya, pembiayaan pembangunan di propinsi kepulauan lebih mahal dari

propinsi non kepulauan, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam RPJMN

2009-2014 untuk membuat regulasi, dan mereformasi format pembiayaan

pembangunan daerah.

4. Pada titik tertentu perlu ada revisi baik di RPJMN 2009-2014 maupun di RPJMD

Provinsi NTT

5. Perlu dipikirkan ke depan untuk merancang periode pemerintahan yang sama dari

tingkat nasional sampai ke daerah, sehingga proses perencanaan dan

pelaksanaannya dapat lebin sinkron, konsisten, efektif dan efisien.

Page 73: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 67

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 1) Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

a. Untuk sebagian terbesar indikator evaluasi, titik pencapaiannya di Nusa

Tenggara Timur masih rendah, walaupun tingkat kecepatan pencapaiannya

dinilai cukup.

b. Nilai pada Titik awal sebagian besar indikator evaluasi berada pada posisi

relatif jauh dibawah titik awal nasional, sehingga kecepatan pencapaiannya di

NTT harus didorong menjadi tinggi, sehingga mampu mengejar ketertinggalan.

c. Indikator-indikator yang sangat perlu dipercepat adalah indikator-indikator

Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan/atau Kesejahteraan, serta Indikator-

indikator Pelayanan Publik

2) Relevansi RPJMN 2010-2014 dan RPJMD NTT 2009-1013

a. RPJMD Provinsi NTT disusun dengan mengacu kepada RPJMN 2004-2009

b. Prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014 yaitu: Pendidikan, Kesehatan,

Penanggulangan Kemiskinan, Pertanian dan Ketahanan Pangan, dan

Infrastruktur mempunyai relevansi yang tinggi dengan RPJMD Provinsi NTT

2009-2013, tetapi dengan sasaran yang lebih rendah dari sasaran nasional,

terutama karena titik awal kondisi di NTT juga berada cukup jauh dengan titik

awal kondisi nasional

c. Prioritas-prioritas diluar point (a) mempunyai relevansi antara rendah sampai

cukup, terutama karena perbedaan kondisonal rata-rata nasional dengan

daerah NTT.

d. Prioritas-prioritas yang sangat kurang relevansinya dan/atau penekanannya

adalah yang berhubungan dengan Lingkungan Hidup, Bencana Alam, dan

Energi

e. Prioritas Daerah Propinsi NTT yang dapat dikatakan tidak mempunyai kaitan

dengan prioritas nasional adalah Pembangunan NTT sebagai Propinsi

Kepulauan. Prioritas ini diangkat di Nusa Tenggara Timur terutama karena

mahalnya penyelengaraan pembangunan sehubungan dengan sistem

transportasi, dan ketidak pastian yang tinggi dari cuaca yang sangat

mempengaruhi biaya dan kelancaran pembangunan.

Page 74: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 68

B. Rekomendasi

1. RPJMN 2009-2014 seharusnya mampu menangkap dan mengakomodir persoalan

gap kemajuan antar wilayah di indonesia, sehingga diperlukan program-program

percepatan pembangunan di propinsi-propinsi tertinggal

2. Konsep Daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-1014 sebaiknya di rubah dengan

konsep propinsi tertinggal, selanjutnya di tingkat propinsi memakai konsep

kabupaten tertinggal, dan di tingkat kabupaten baru menggunakan konsep daerah

atau wilayah tertinggal. Hal ini direkomendasikan karena pada kenyataannya,

ketidak merataan hasil-hasil pembangunan secara nasional dapat dipetakan atas

perbandingan relatif propinsi dan seterusnya.

3. Perbedaan karakteristik geografis antar propinsi di indonesia sebenarnya dapat

dikategorikan secara umum atas propinsi kepulauan dan non kepulauan. Pada

umumnya, pembiayaan pembangunan di propinsi kepulauan lebih mahal dari

propinsi non kepulauan, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam RPJMN

2009-2014 untuk membuat regulasi, dan mereformasi format pembiayaan

pembangunan daerah.

4. Pada titik tertentu perlu ada revisi baik di RPJMN 2009-2014 maupun di RPJMD

Provinsi NTT

5. Perlu dipikirkan ke depan untuk merancang periode pemerintahan yang sama dari

tingkat nasional sampai ke daerah, sehingga proses perencanaan dan

pelaksanaannya dapat lebin sinkron, konsisten, efektif dan efisien.

Page 75: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 69

DAFTAR PUSTAKA

ANTARA (Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Outonomy), 2010. Survey Kapsitas Pengelolaan Keuangan Publik. Laporan Penelitian, Kupang.

Bappenas 2007, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia.

Bappenas 2010, Memelihara Momentum Perubahan, Evaluasi Lima Tahunan Pelaksanaan RPJMN 2004-2009.

Benu, F.L., 2005. Nusa Tenggara Timur dalam Dinamika Pembangunan Sosial Ekonomi. Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, Kupang.

BPS NTT, 2005. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

BPS NTT, 2006. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

BPS NTT, 2007. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

BPS NTT, 2008. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

BPS NTT, 2009. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

BPS NTT, 2010. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.

Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2009. Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT

Dinas Kehutanan Provinsi NTT, 2009. Data luas lahan kritis yang tersedia adalah hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7 yang diperoleh tahun 2002. Luas lahan kritis dalam kawasan hutan.

Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, 2009. Laporan Pelaksanaan Program One Stop Service (OSS). LEMLIT Undana, Kupang

Pemprov. NTT, 2008. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur NTT Akhir Masa Jabatan 2003-2008. Kupang.

Pemprov. NTT, 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT 2009-2013.

www.bpk.go.id. Laporan Kinerja BPK Perwakilan NTT, 2010.

www.depdiknas.go.id. Laporan Indikator-indikator Pendidikan.

www.paulsinlaeloe.blogpost.com. PIAR NTT - Korupsi Di NTT Tahun 2009, Catatan Akhir Tahun 2009 PIAR NTT: Sektor Pengadaan Barang & Jasa: “Sarang Koruptor” Di Nusa Tenggara Timur.

www.antikorupsi.org. Selamatkan NTT dari Kelaparan dan Korupsi: Ironi Daerah Miskin Namun Tingkat Korupsinya Tinggi.

Page 76: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 70

Lampiran 1. Kompilasi Data Indikator Evaluasi RPJMN 2004-2009, DI Nusa Tenggara Timur.

Agenda Pembangunan 

Indikator  2004  2005  2006  2007  2008  2009 

1. Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai   

Indeks Kriminalitas  Dibahas dengan pendekatan bukan indeks 

Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)     94.08      98.79         93.66          97.36      94.08  

  

2. Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis 

Pelayanan Publik       

Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%) 

Dibahas dengan pendekatan lain, karena persoalan ketersediaan data yang susai indicator. 

Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap (%) 

Dibahas dengan pendekatan lain, karena persoalan ketersediaan data yang susai indicator. 

Persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%] 

Dibahas dengan pendekatan lain, karena persoalan ketersediaan data yang susai indicator. 

Demokrasi                   

Gender Development Index  58.62  59.56  61.30  63.14  64.99    

Gender Empowerment Measurement 

56.27  57.34        61.13    

3. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 

Indeks Pembangunan Manusia  62.70  63.60  64.80  65.36  66.09    

Pendidikan                   

Angka Partisipasi Murni Tingkat SD  90.79  88.07  91.58  90.80  92.36  96.27 

Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD  111.64  107.48  114.12  114.20  118.94  124.34 

Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP  4.46  5.33  5.33  5.33  6.35    

Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah 

4.02  5.73  5.80  6.10  6.07    

Page 77: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 71

Agenda Pembangunan 

Indikator  2004  2005  2006  2007  2008  2009 

Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)  4.45  1.50  2.01  3.53  4.77    

Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%)  1.65  2.38  5.24  8.24       

Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah (%) 

3.35  2.66  1.45  3.61       

Angka Melek Huruf (%)  85.20  85.60  87.96  87.96  88.57  98.47 

Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP (%) 

71.92  71.96  59.20  74.77       

Persentase Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat Sekolah Menengah (%) 

61.68  59.85  74.43  75.72       

Kesehatan                   

Umur Harapan Hidup (tahun)  64.40  64.90  66.50  66.70  69.40  66.10 

Angka Kematian Bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 

   46.00  33.40  57.00  31.20  57.00 

Gizi Buruk (%)     13.00  10.30  9.40  7.10  9.40 

Gizi Kurang (%)     28.00  26.50  24.20  30.70  24.20 

Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%)              0.060  

              0.060                0.060 

            0.130                0.110   0.110  

Keluarga Berencana                   

Contraceptive Prevalence Rate (%)            50.73                53.45               53.02             67.70              67.06     

Pertumbuhan Penduduk (%)     2.93  2.22  2.16  1.92  1.88 

Total Fertility Rate (%)  95 106 84 85 83 83 Ekonomi Makro                   

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)  5.34  3.46  5.08  5.15  4.81  4.14 

Persentase Ekspor terhadap PDRB (%) 

21.76  20.22  24.01  21.53  20.95  20.25 

Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%) 

1.63  1.80  1.76  1.70  1.59  1.55 

Pendapatan Perkapita (Rupiah)  3,129,110  3,476,397  3,881,424  4,301,535        4,469,637   4,884,655 

Laju Inflasi (%) :                   

Page 78: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 72

Agenda Pembangunan 

Indikator  2004  2005  2006  2007  2008  2009 

Kupang  8.28  15.16  9.72  8.44  10.90  6.49 

Investasi                   

Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp. Milyar) 

114.30  19.00  0.00 

  213,255         4,221,370  

10,015.00 

Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar) 

0.00  0.00  275.80  54.40       

Nilai Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) 

2.40  1.50  2.40  0.40  1.90  4.00 

Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMA (US$ Juta) 

3.00  4.40  5.30  19.80       

Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA 

116.00  229.00  45.00  75.00  70.00    

Infrastruktur                   

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%) 

18.85  42.18  31.68  13.91  44.62  57.29 

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%) 

71.72  48.06  43.62  75.31  36.58  32.60 

Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%) 

9.43  9.77  24.70  10.78  18.79  10.15 

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Baik (%) 

18.87  6.25 46.27 52.29 55.56 18.87 

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Sedang (%) 

71.69  23.77 19.33 21.84 21.77 71.69 

Persentase Jalan Provinsi dalam Kondisi Rusak (%) 

9.44  69.97 34.40 25.87 22.66 9.44 

Pertanian                   

Rata‐rata Nilai Tukar Petani per Tahun 

                 

PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Juta) 

5,449,172.39  6,034,393.82  6,857,124.54  7,706,388  8,733,673    

Kehutanan                   

Persentase Luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis (%) 

0.25     0.40  0.04       

Page 79: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana

Laporan Akhir EKPD 2010 Provinsi Nusa Tenggara Timur 73

Agenda Pembangunan 

Indikator  2004  2005  2006  2007  2008  2009 

Kelautan                   

Jumlah Tindak Pidana Perikanan  2.00  0.00  0.00  0.00       

Luas Kawasan Konservasi Laut (km2)        124,350.00  121,350.00       

Kesejahteraan Sosial                   

Persentase Penduduk Miskin (%)  27.86  28.19  29.34  27.51  25.65  23.31 

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)  4.48  5.46  4.53  3.72  3.73  2.78 

Page 80: Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana