Upload
nisa-ell
View
1.440
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REGULATOR DAN SUPERVISOR LEMBAGA
KEUANGAN SYARI’AH DI INDONESIA
“BANK INDONESIA”
Dosen Pengampu :
Ustadz. H. Irwan Maulana, Lc., M.Si
Oleh :
Khaerunnisa 01302020
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ASY-SYUKRIYYAH
JL KH Hasyim Ashari, KM 3 Poris Plawad Indah Cipondoh
Kota Tangerang Telp. (021) 5544515
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad
SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada kata yang dapat kami sampaikan selain ucapan
syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Hukum Perburuhan dan Tenaga Kerja
yang berjudul “Bank Indonesia” yang di bimbing oleh Ustadz H. Irwan Maulana, Lc.,
M.Si.
Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna, tapi, makalah ini memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya, terimakasih.
Tangerang, April 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bank Indonesia ............................................................................................ 3
2.2 Status dan kedudukan Bank Indonesia ..................................................................... 4
2.3 Visi dan Misi Bank Indonesia .................................................................................. 5
2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia ........................................................................... 6
2.5 Organisasi ............................................................................................................... 10
2.6 Kebijakan Moneter ................................................................................................. 12
2.7 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan ................................................. 14
2.8 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran ................................................. 17
2.9 Akuntabilitas .......................................................................................................... 18
2.10 Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Lain ................................................ 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan
sistem finansial secara keseluruhan. Keberadaan Bank Sentral yang independen di
Indonesia merupakan suatu prasyarat untuk dapat dilakukannya pengendalian
moneter yang efektif dan efisien.
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral
menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan jumlah
uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank
Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain namun tidak terbatas pada base
money, suku bunga, giro wajib minimum mencoba menyesuaikan jumlah uang
beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk menggerakkan roda
perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang
dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral
dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Sebagai lembaga independen, Bank Indonesia memiliki otonomi penuh dalam
pelaksanaan tugasnya. Untuk menjamin indepedensi tersebut, kedudukan Bank
Indonesia berada diluar Pemerintah. Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen
telah menempatkan kedudukan Bank Sentral sebagai suatu lembaga Negara yang
keberadaan dan independensi Bank Indonesia tersebut dibentuk dengan Undang-
undang. Keberadaan ini membuktikan bahwa Negara sangat membutuhkan suatu
Bank Sentral yang eksistensinya diatur dalam suatu konstitusi, sedangkan susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya diatur dengan
undang-undang.
Sebagai mahasiswa Hukum Ekonomi Syari’ah, perlu kiranya untuk dapat
mengetahui seluk beluk Bank Indonesia sebagai bank sentral di negara Indonesia,
2
dalam hal ini kami penulis pada akhirnya membuat makalah dengan judul "BANK
INDONESIA” Peranan dan Tugasnya Sebagai Bank Sentral Republik Indonesia".
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini merujuk pada:
1. Sejarah Bank Indonesia
2. Status dan kedudukan Bank Indonesia
3. Visi dan misi Bank Indonesia
4. Tujuan dan tugas Bank Indonesia
5. Susunan Organisasi
6. Kebijakan moneter
7. Peran Bank Indonesia dalam stabilitas keuangan
8. Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran
9. Akuntabilitas Bank Indonesia
10. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Lain
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bank Indonesia
Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun
1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank
Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral,
dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di
samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan
Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB
sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur
kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank
lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank
Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan
kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai
dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan
fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional
dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap
Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Tahun 2009, Perpu nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang nomor 23 Tahun 1999 tentang bank indonesia ditetapkan sebagai
4
Undang-Undang bank indonesia. dengan demikian, terhitung sejak 13 januari 2009,
berlaku Undang-Undang nomor 6 Tahun 2009 yang merupakan perubahan kedua
atas Undang- Undang nomor 23 Tahun 1999 tentang bank indonesia.
Terhitung sejak 31 desember 2013, bank indonesia mengalihkan tugas
pengawasan dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan ke OJK.
dengan pengalihan tugas tersebut, bank indonesia melaksanakan tugas pengawasan
dan pengaturan makroprudensial, sementara ojK melaksanakan tugas pengawasan
dan pengaturan mikroprudensial.
Tahun 2014 merupakan tahun awal bagi bank indonesia menjalankan peran
baru sebagai otoritas makroprudensial. dengan peran tersebut, bank indonesia
memperkuat stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran. Kebijakan
makroprudensial oleh Bank Indonesia untuk mencegah dan mengurangi risiko
sistemik dan mendorong fungsi intermediasi yang seimbang bagi sektor
perekonomian. Kebijakan makroprudensial juga untuk meningkatkan akses dan
efisiensi sistem keuangan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, serta
mendukung stabilitas moneter dan stabilitas sistem pembayaran.
2.2 Status dan Kedudukan Bank Indonesia
2.2.1 Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah
undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/2009. Undang-undang ini
memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan
5
tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak
atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter
secara lebih efektif dan efisien.
2.2.2 Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan
hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik
Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang
merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat
luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata,
Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di
luar pengadilan.
2.3 Visi dan Misi Bank Indonesia
2.3.1 Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi
yang rendah dan nilai tukar yang stabil
2.3.2 Misi
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung
alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem
keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan
nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
6
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
2.3.3 Nilai-Nilai Strategis
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –
Coordination and Teamwork
2.3.4 Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank
Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran
2. Menjaga stabilitas nilai tukar
3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien Menjaga SSK yang
didukung dengan penguatan surveillance SP
4. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
5. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
6. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
7. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur,
dan governance
8. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
9. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
10. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke
OJK
2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
2.4.1 Tujuan Utama
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata
uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara
aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas
sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya.
7
Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan
dapat diukur dengan mudah.
2.4.2 Tiga Pilar Tunggal
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan 3 bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut
dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus
diintegrasikan.
2.4.3 Memahami Tugas Bank Indonesia Pasca Terbentuknya OJK
Tidak ada yang tetap, kecuali perubahan (Heraclitus, filsuf Yunani).
Begitu pula yang terjadi dengan organisasi Bank Indonesia (BI). Resmi sejak
tanggal 31 Desember 2013, sesuai amanat UU No 21 tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), OJK secara resmi mengawasi kinerja seluruh
bank yang ada di Indonesia, mengambil alih tugas perbankan yang selama ini
dilakukan BI.
“Pasca terbentuknya OJK, tugas BI sebagai bank sentral tidak lagi
mencakup tugas pengaturan dan pengawasan perbankan. Ke depan, BI akan
bertugas mengawal stabilitas moneter, stabilitas sistem pembayaran, dan
stabilitas sistem keuangan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Penyelesaian
Aset – BI M. Zaeni Aboe Amin dalam sambutannya. Zaeni mengharapkan, agar
informasi mengenai peran dan fungsi BI pasca OJK dapat diteruskan kepada
masyarakat umum.
a. Latar Belakang Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan
Perbankan
Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
8
serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, sehingga diperlukan OJK yang memiliki fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel.
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan - Kementerian Keuangan ke OJK.Sejak 31 Desember 2013 fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di
sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.Pengaturan dan pengawasan
mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan
bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang
menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan
pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang BI. Dalam
rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi
dengan BI untuk melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada
Perbankan.
b. Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan Tugas BI dan
OJK
Keputusan Bersama BI dan OJKKerjasama dan koordinasi dalam
rangka pelaksanaan tugas BI dan OJK guna mewujudkan sistem keuangan
yang stabil dan berkesinambungan tertuang dalam Keputusan Bersama
tanggal 18 Oktober 2013 dengan prinsip dasar bersifat kolaboratif,
meningkatkan efisiensi danefektifitas, menghindari duplikasi, melengkapi
pengaturan sektor keuangan, dan memastikan kelancaran pelaksanaan tugas
BI dan OJK.
Ruang lingkup bentuk kerjasama dan koordinasi dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang BI dan OJK yang sejalan
dengan UU BI dan UU OJK, meliputi:
9
1. Bekerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan
masing-masing.
2. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem
pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK;.
3. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan BI
oleh OJK, dan
4. Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan
pada OJK.
c. Pembentukan Tim Transisi Dewan Komisioner OJK membentuk Tim
Transisi
Berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI. Tim
Transisi tersebut bertugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan
Komisioner dengan wewenang untuk mengidentifikasi dan memverifikasi
kekayaan, infrastruktur, informasi, dokumen dan hal lain yang terkait dengan
pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan dan mempersiapkan
pengalihan penggunaannya ke OJK.
d. Pengawasan Terintegrasi
Perkembangan sektor keuangan yang terintegrasi menuntut OJK
untuk melakukan pengawasan secara terintegrasi dengan tujuan
meningkatkan efektivitas pengawasan atas lembaga jasa keuangan secara
terintegrasi antar sub sektor keuangan. Pelaksanaan pengawasan terintegrasi
diharapkan dapat menurunkan potensi risiko sistemik kelompok jasa
keuangan, mengurangi potensi moral hazard, mengoptimalkan perlindungan
konsumen jasa keuangan dan mewujudkan stabilitas sistem keuangan.
Road map pengembangan sistem pengawasan terintegrasi mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun metodologi pengawasan konglomerasiyang mencakup siklus
pengawasan, metodologi perhitungan permodalan, dan metode rating
terhadap konglomerasi;
2. Menyusun peraturan internal OJK untuk mendukung implementasi
pengawasan terintegrasi. Ketentuan tersebut terdiri dari ketentuan
mengenai sistem pengawasan terintegrasi, forum komunikasi dan
10
koordinasi pengawasan terintegrasi, dan mekanisme koordinasi
pengawasan terintegrasi;
3. Menyiapkan organisasi dan SDM;
4. Menyiapkan sistem informasi dan pelaporan.OJK selaku otoritas
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan berupaya agar
pelaksanaan tugas dan fungsinya dapat membawa sektor jasa keuangan
berjalan teratur, kredibel dan tumbuh berkelanjutan.
2.5 Organisasi
Sebagaimana layaknya sebuah lembaga, maka dalam menjalankan tugasnya
Bank Indonesia juga memiliki pimpinan. Pimpinannya pun tentu berbeda dengan
bank-bank pada urnumnya. Sesuai denga UU No. 23 Tahun 1999 pimpinan Bank
Indonesia disebut dengan Dewan Gubernur. Dewan Gubernur ini terdiri dari
seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4
(empat) dan sebanyak banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Masa jabatan
Gubernur dan Deputi Gubernur selama-lamanya lima tahun, dan mereka hanya
dapat dipilih untuk sebanyak-banyaknya dua kali masa tugas. Yang menarik di sini
adalah sesuai dengan independensi yang dimiliknya, maka Bank Indonesia tidak
lagi memberikan laporan pertanggungjawabannya kepada Presiden sebagaimana
undang-undang terdahulu, melainkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dan
Gubernur Bank Indonesia bukan anggota kabinet.
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden
dengan persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan
diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri,
berhalangan tetap, atau melakukan tindak pidana kejahatan.
Sejak dibentuk, orang-orang yang terpilih sebagai Gubernur BI, sebagai berikut:
1953 – 1958 : Mr. Sjafruddin Prawiranegara
1958 – 1959 : Mr. Loekman Hakim
1959 – 1960 : Mr. Soetikno Slamet
1960 – 1963 : Mr. Soemarno
1963 – 1966 : T. Jusuf Muda Dalam
11
1966 – 1973 : Radius Prawiro
1973 – 1983 : Rachmat Saleh
1983 – 1988 : Arifin Siregar
1988 – 1993 : Adrianus Mooy
1993 – 1998 : Sudrajad Djiwandono
1998 – 2003 : Syahril Sabirin
2003 – 2008 : Burhanuddin Abdullah
2008 – 2009 : Boediono
2009 : Miranda Gultom (Pelaksana tugas)
2009 – 2010 : Darmin Nasution (Pelaksana tugas)
2010 – 2013 : Darmin Nasution
2013 – sekarang : Agus Martowardojo
Berikut struktur organisasi Bank Indonesia
12
2.6 Kebijakan Moneter
2.6.1 Otoritas moneter
Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak
untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya
dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral,
meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi
untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral.
Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank
sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol
jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya
beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.
2.6.2 Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian
mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan
moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.6.3 Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :
▫ Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
13
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
▫ Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
▫ Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan
rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.
▫ Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-
hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar
dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
2.6.4 Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3
tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
14
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan
moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas
nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran
laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian
sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara
lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
2.7 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam
menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar
yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah
satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah
15
yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih
merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia
dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan
berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui
penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan
stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang
disebut inflation targeting framework.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat
menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk
mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan
perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum
(law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa
negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law
enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta
sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi Basel II.
16
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu
peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial
yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan
tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk)
sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia
mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam
sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih
meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas
dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor
kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock)
yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia
dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk
mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut,
selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal
maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat
sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang
mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan
untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
17
Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam
penyediaan likuiditas tersebut.
2.8 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan
pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN
ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi, semakin
lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter
yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya
adalah stabilitas nilai tukar.
BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai
otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan
SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan
perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran
SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important), bank sentral
memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui
infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai
penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu.
Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan
mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut,
menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.
Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari
komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di
Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak
yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga
berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem
pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem
utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan
18
menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya
BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata
kelola (governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya
lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta
mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran
BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa
berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi
yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy
tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan
penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan
perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga
kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia
meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat
pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain itu dilakukan pula
perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak
selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan
pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin
terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau
diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang
Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan,
keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu
tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan udara.
Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui
pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada
bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan
melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada
19
masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket
penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan
perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank
Indonesia adalah pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi
tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang
dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang
palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang Rupiah yang
dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau
pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi
yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan
uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik
dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna dan uang yang sudah tidak layak
edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh
jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank Indonesia (BI)
2.9 Akuntabilitas
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 menuntut adanya
akuntabilitas dan transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang dan
anggaran Bank Indonesia. Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari Bank
Indonesia tersebut dimaksudkan agar semua pihak yang berkepentingan dapat ikut
melakukan pengawasan terhadap setiap langkah kebijakan yang ditempuh oleh
Bank Indonesia.
Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, prinsip akutabilitas dan
transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada masyarakat
luas secara terbuka melalui media massa, pada setiap awal tahun, mengenai
evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya, serta rencan
kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk tahun yang akan
datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada Presiden dan
DPR.
20
Sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR, Bank
Indonesia juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR setiap triwulan atau sewaktu-
waktu bila diminta oleh DPR.
Demi tercapainya transparansi di bidang anggaran, Bank Indonesia
berkewajiban menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR. Disamping itu,
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia juga disampaikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan diumumkan kepada masyarakat
melalui media massa.
Bank Indonesia juga diwajibkan menyusun neraca singkat mingguan yang
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Masih merupakan bagian
dari transparansi, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan berbagai publikasi
seperti Laporan Mingguan, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bulanan,
Tinjauan Kebijakan Moneter Bulanan, Perkembangan Ekonomi dan Moneter
Triwulanan, Laporan Triwulanan Perkembangan Kebijakan Moneter, dan Laporan
Tahunan.
Disamping itu, Bank Indonesia juga telah mempunyai homepage sendiri
(http://www.bi.go.id) yang dapat diakses oleh siapa saja yang ingin memperoleh
informasi mengenai Bank Indonesia.
2.10 Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Lain
Dalam strukur ketatanegaraan Indonesia, hubungan Bank Indonesia dengan
lembaga lain adalah sebagai berikut :
1. Hubungan Dengan Pemerintah
Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah seperti yang dituangkan dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah
b. Untuk dan atas nama Pemerintah Bank Indonesia dapat menerima
pinjaman luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan
kewajiban keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri.
c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau mengundang
Bank Indonesia dalam sidang cabinet yang membahas masalah ekonomi,
21
perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau
kewenangan Bank Indonesia.
d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
e. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-sirat hutang Negara , Pemerintah
wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan
Pemerintah juga wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
f. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat hutang Negara
yang diterbitkan Pemerintah.
g. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.
h. Hubungan dengan kantor Menteri Sekretaris Negara untuk pemuatan PBI
dalam Lembaran Negara RI.
Hubungan yang utama adalah Bank Indonesia juga bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah. Disamping itu, atas permintaan Pemerintah, Bank
Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
Pemerintah terhadap pihak luar negeri. BI dipimpin oleh Dewan Gubernur
yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior dan
sekurang-kurangnya 4 orang atau sebanyak-banyaknya 7 orang Deputi
Gubernur. Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur
dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Rapat Dewan Gubernur
merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi.
2. Hubungan dengan Dunia Internasional
Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia Internasiaonal, maka
Bank Indonesia:
a. Dapat melakukan kerja sama dengan:
a) Bank Sentral Negara lain.
b) Organisasi dan Lembaga Internasional.
22
b. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota Internasional atau lembaga
multilateral adalah Negara maka Bank Indonesia dapt bertindak untuk dan
atas nama Negara Republik Indonesia sebagai anggota.
3. Hubungan dengan Presiden sebagai Kepala Negara, Presiden berwenang:
a. Mengusulkan dan mengangkat Gubernur & Deputi Senior.
b. Mengangkat Deputi Gubernur.
c. Mengusulkan calon Gubernur & Deputi Senior kepada DPR.
d. DPR menyampaikan hasil persetujuannya kepada Presiden untuk diangkat.
e. Memberikan persetujuan tertulis jika anggota Dewan Gubernur akan
menjalani proses hukum.
4. Hubungan dengan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung bertugas mengambil sumpah atau janji anggota dewan
gubernur. Hubungan dengan Badan Pemeriksa Keuangan :
a. Menerima dan melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan tahunan BI.
b. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap BI apabila diminta oleh DPR.
c. BPK menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR.
5. Hubungan dengan Bea & Cukai dalam hal larangan membawa uang rupiah
keluar atau ke dalam wilayah pabean RI :
a. BI mengelola cadangan devisa milik Negara.
b. Pemerintah dapat hadir dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan
untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter dengan hak bicara
tanpa hak suara.
c. BI sebagai pemegang kas pemerintah.
d. Untuk dan atas Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
Pemerintah terhadap pihak luar negeri.
e. Pemerintah wajib meminta pendapat atau mengundang BI dalam siding
cabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan & keuangan, atau
masalah lain yang berkaitan tugas dan wewenang BI.
f. Pemerintah wajib konsultasi dengan BI & DPR dalam penerbitan surat-
surat utang Negara.
23
g. BI dapat membantu Pemerintah dalam penerbitan surat-surat utang
Negara.
h. Menerima sisa surplus hasil kegiatan BI.
i. Pemerintah denga persetujuan DPR wajib menutup kekurangan dalam hal
modal BI menjadi kurang dari Rp 2 triliun.
6. Hubungan dengan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang Independen
yang akan datang.
Dalam melaksanakan tugasnya, Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang
akan datang mempunyai kewajiban melakukan koordinasi & kerja sama
dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Kerja sama tersebut akan diatur
dalamUU Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan atau Organisasi Jasa
Keuangan yang akan datang, sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 34 UUBI.
24
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No.
23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/
2009.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi.
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI. Dalam
rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara jasa sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya serta menetapkan
penggunaan alat pembayaran.
Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank
Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU‐BI. Dalam rangka
melaksanakan tugas ini, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan
dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank,
melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi terhadap bank
(Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan‐
ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati‐hatian (Pasal. 25).
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bi.go.id/
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/bi-dan-
publik/kebanksentralan/Documents/4be5b38ff75b4cb2b4107fd20f047e0bBIApaSiapad
anBagaimana.pdf
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2014