21
PSIKOANALISIS CARL GUSTAV JUNG MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian Dosen Pengampu : Fitriyati, S.Psi.,M.Si. Disusun Oleh : Roinal Rois Al Kalim (124411042) Maria Ulfa (124411030) JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDDIN 1

Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemikiran jung adalah realisasi diri atau kelahiran kembali secara psikologis, ialah proses untuk menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Psikologi analitik pada esensinya merupakan psikologi mengenai hal-hal yang berlawanan, dan realisasi diri adalah proses untuk mengintegrasikan kutub-kutub yang berlawanan dalam satu individu tunggal yang homogen. Proses menjadi diri sendiri berarti seseorang memiliki semua komponen psikologis yang berfungsi dalam kesatuan, dengan melewati suatu proses yang memanusiakannya. Orang yang melewati proses ini telah mencapai realisasi diri, meminimkan persona, mengenali anima atau animus mereka, dan mencapai kesemibangan antara introversi dan ekstraversi. Selain itu, individu yang merealisasikan diri sudah mengembangkan fungsi psikologis sampai ke tingkat superior, sebuah prestasi yang sangat sulit dicapai. Realisasi diri sangat jarang dan hanya bisa dicapai oleh orang yang sanggup mengasimilasikan alam bawah sadar mereka ke dalam kepribadian total mereka. Manusia yang merealisasikan dirinya sanggup mengembangkan dunia eksternal maupun internal mereka. Tidak seperti individu yang terganggu secara psikologis, mereka hidup di dunia nyata, dan melakukan konsensi yang dibutuhkan untuk itu.

Citation preview

Page 1: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

PSIKOANALISIS CARL GUSTAV JUNG

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian

Dosen Pengampu : Fitriyati, S.Psi.,M.Si.

Disusun Oleh :

Roinal Rois Al Kalim (124411042)

Maria Ulfa (124411030)

JURUSAN

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2013

1

Page 2: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

I. PENDAHULUAN

Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan

meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss. Ia lulus dari fakultas

kedokteran universitas Basle pada tahun 1900. Tahun 1906 ia mulai tulis menulis

surat dengan Freud hingga tahun 1913. Tahun 1907 pertemuan pertama dengan

Freud yang terjadi di Wina membuat tali persaudaraan antara mereka. Freud

begitu menaruh kepercayaan pada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai seorang

yang patut menggantikan Freud di kemudian hari.

Jung terkenal dengan pengetahuannya tentang simbolisme dalam tradisi

mistik, seperti Gnostisisme, Alkemi, Kabala dan tradisi-tradisi serupa dalam

agama Hindu dan Buddha. Ia adalah orang yang bisa mengetahui sisi alam bawah

sadar yang memperlihatkan diri dalam wujud-wujud simbolik.

Berbeda dengan teori Freud tentang kepribadian yang lebih bersifat

mekanistis dan berdasar ilmu alam, konsep analitis Jung mengenai kepribadian

menunjukkan usahanya untuk menginterpestasikan tingkah laku manusia dari

sudut filsafat, agama dan mistik.

Sebagai penulis, Jung sangat produktif. Tulisannya banyak dan bidang

orientasinya luas, sedang pendapatnya selalu berkembang. Oleh karena itulah

maka teori Jung sebagai kesatuan tidak mudah dipahami. Bila disederhanakan,

teori tersebut dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika, serta

perkembangan kepribadian (psyche).

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana struktur kepribadian menurut Carl Gustav Jung?

B. Bagaimana dinamika kepribadian menurut Carl Gustav Jung?

C. Bagaimana perkembangan kepribadian menurut Carl Gustav Jung?

2

Page 3: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

III. PEMBAHASAN

A. Struktur Kepribadian (Psyche)

Yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik

yang disadari maupun yang tidak disadari. Namun, tidak seperti Freud, Jung

menegaskan bahwa kebanyakan porsi terpenting alam bawha sadar bermuara

bukan dari pengalaman-pengalaman pribadi individual namun dari eksistensi

manusia yang jauh di masa lalu, sebuah konsep yang disebut Jung sebagai alam

bawah sadar kolektif. Jadi bagi Jung, alam bawah sadar dan alam bawah sadar

personal tidak begitu diprioritaskan. Menurut Jung, jiwa manusia terdiri dari dua

alam, yaitu:

1. Alam sadar (kesadaran)

2. Alam tidak sadar (ketidaksadaran)

Fungsi keduanya adalah penyesuaian. Alam sadar sebagai penyesuaian

terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar sebagai penyesuaian terhadap dunia

dalam. Batas antara kedua alam itu tidak tetap, dapat berubah. Maksudnya, luas

daerah kesadaran atau ketidaksadarn itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam

kenyataannya, daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja dari

alam kejiwaan.

1. Struktur Alam Sadar (kesadaran)

Kesadaran adalah pusat dari ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan

perasaan.1 Ego inilah yang memberi petunjuk bagaimana individu berperilaku.

Ego berisi persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan sadar.Ada dua komponen

pokok kesadaran, yaitu sebagai berikut.

a. Sikap Jiwa

1Sarlito Wirawan Sarwoo, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, hal. 188.

3

Page 4: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

Jung mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk berinteraksi atau

bereaksi ke arah yang khas.2 Jung melihat bahwa orang memiliki sikap yang

terintrovesi sekaligus terekstraversi.

Introversi

Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energi psikis ke dalam sebuah

orientasi terhadap subjektivitas. Orang yang introver selalu mendengarkan

dunia batin mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang

terinduvidualisasikan. Segala yang dilakukannya didasarkan pada pandangan

subjektif mereka.

Ekstraversi

Berlawanan dengan introversi, ekstraversi adalah sikap yang mengarahkan

energi psikis keluar sehingga seseorang diorientasikan menuju sesuatu yang

objektif dan menjauh dari sikap yang subjektif. Orang yang ekstrover lebih

banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka daripada dunia batin

mereka sendiri.

Tidak semua manusia intorver total atau ekstrover total. Seorang introver mirip

jungkat-jungkit yang tidak seimbang karena lebih berat pada sisi introver dan

lebih ringan sisi ekstrover, begitu pun sebaliknya. Sementara orang yang sehat

secara psikologis mencapai keseimbangan pada dua sikap ini.

Freud secara pribadi merupakan seorang yang introver selalu menyesuaikan

diri dengan mimpi-mimpi dan kehidupan fantasinya dalam kesendirian. Namun

Jung melihat bahwa teori Freud bersifat ektrover karena dia mereduksi

pengalaman-pengalaman manusia hanya kepada dunia eksternal seks dan

agresi. Jung, tentunya, melihat terorinya sendiri sebagai teori yang seimbang,

sanggup menerima baik sisi objektif maupun subjektif.

2 http://selawatidwi.blogspot.com/2012/06/mengenal-tokoh-psikologi-carl-gustav.html di unduh pada tanggal 16 Maret 2014

4

Page 5: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

b. Fungsi Jiwa

Jung memaksudkan fungsi jiwa sebagai suatu bentuk aktivitas kejiwaan

yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung

membedakan empat fungsi pokok menjadi dua, yakni rasional dan irasional.

Rasional bekerja dengan penilaian: pikiran menilai benar-salah, dan perasaan

menilai atas dasar menyenangkan-tidak menyenangkan. Sedangkan irrasional

semata hanya mendapat pengamatan: pendirian mendapatkan pengamatan

dengan sadar-indriah, dan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar-

naluriah.

Keempat fungsi itu dimiliki oleh manusia, namun biasanya hanya salah

satu saja yang paling berkembang. Fungsi yang berkembang itu merupakan

fungsi superior dan menentukan tipe orangnya, jadi ada tipe pemikir, perasa,

pendria, dan intuitif.3

Berpikir (Thinking)

Berpikir ialah intelektual logis yang menghasilkan rantai ide-ide. Tipe berpikir

bisa bersifat ekstrover atau introver, tergantung sikap dasar seseorang. Orang

yang berpikir secara ekstrover sangat mengandalkan pikiran-pikiran konkret,

namun mereka bisa juga menggunakan ide-ide abstrak jika ide-ide ini

dipancarkan kepada mereka dari luar.

Orang yang berpikir secara introver bereaksi terhadap stimuli eksternal, namun

interpretasi mereka mengenai suatu peristiwa lebih diwarnai oleh makna

internal yang mereka berikan kepada stimuli tersebut daripada oleh fakta-fakta

objektif itu sendiri.

Perasaan (Feeling)

Jung menggunakan istilah perasaan untuk menggambarkan proses

mengevaluasi suatu ide atau peristiwa. Fungsi perasaan harus dibedakan dari

emosi. Perasaan adalah pengevaluasian setiap aktivitas sadar, bahkan terhadap

3 Sarlito Wirawan Sarwoo, op.cit., hal. 189-190.

5

Page 6: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

hal-hal yang dinilai sebagai sesuatu yang tidak begitu disukai. Kebanyakan

evaluasi ini tidak memiliki kandungan emosi, namun mereka sanggup menjadi

emosi jika intensitasnya meningkat sampai ke titik penstimulasian perubahan-

perubahan fisiologis dalam diri seseorang.

Pengindraan (Sensing)

Fungsi yang menerima stimuli fisik dan mentransmisikannya ke alam sadar

perseptual disebut sensasi atau pengindaraan. Orang yang mengindera secara

ekstrover memahami stimuli eksternal secara objektif, kebanyakan sama

dengan stimuli yang eksis dalam realitas. Orang yang mengindera secara

introver sebagian besar terpengaruh oleh sensai-sensasi subjektif.

Pengintuisian (Intuiting)

Intuisi melibatkan persepsi yang melampaui kerja kesadaran. Pengintuisian

didasarkan pada serangkaian fakta yang menyediakan materi bagi pikiran dan

perasaan.

c. Pesona

Persona ialah sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia kepada

dunia. Persona merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara

struktur batin sendiri dengan tuntutan-tuntutan sekitar mengenai bagaimana

seharusnya orang berbuat.4 Bila orang dapat menyesuaikan diri ke dunia luar

dan dunia dalam dengan baik, maka persona itu akan merupakan selubung

yang elastis, yang dapat dengan lancar digunakan. Sebaliknya, jika

penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku

untuk menyembunyikan kelemahannya.

2. Struktur Ketidaksaran

4 C. George Boeree, Personality Theories (Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia), Cet. 2, Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2005, hal. 120.

6

Page 7: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

ketidaksadaran sebagai suatu lapisan psikologi yang mempengaruhi

perasaan, pikiran dan tindakan manusia. Menurut Jung ketidaksadaran punya dua

lapisan yaitu sebagai berikut.

a. personal uncociousness (ketidaksadaran pribadi)

Personal uncociousness mencakup segala sesuatu yang tidak disadari

secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari.5 Ketidaksadaran pribadi

adalah alam bawah sadar seperti yang dipahami orang kebanyakan, yaitu

mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa ke alam sadar dengan

mudah serta kenangan-kenagan yang ditekan karena alasan-alasan tertentu.

Dan pada saat tertentu, ketidaksadaran pribadi ini bisa muncul kembali ke

kesadaran dan mempengaruhi tingkah laku.

b. collective uncociousness (ketidaksadaran kolektif)

Collective uncociousness adalah sistim yang paling berpengaruh terhadap

kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang

bersangkutan. Sistim ini merupakan pembawaan rasial yang mendasari

kepribadian dan merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman dari generasi-

generasi terdahulu.6Contoh ketidaksadaran kolektif adalah pengalaman kreatif

para seniman atau musisi di seluruh dunia dari sepanjang masa, pengalaman

mistikus dalam seluruh agama, kemiripan dalam mimpi, fantasi, mitologi,

dongeng, sastra, atau pengalaman mati suri.

Isi dari ketidaksadaran kolektif menagaktifkan dan memengaruhi pikiran,

emosi, dan tindakan seseorang. Alam bawah kolektif bertanggung jawab pada

banyak mitos, legenda, dan keyakinan religius manusia. Ketidaksadaran

kolektif tentunya tidak disadari. Sehingga akan membuat kita bertanya-tanya

mengenai bagaimana orang dapat mengetahui atau menyadari ketidaksadaran

tersebut. Ketidaksadaran tersebut diperoleh secara tidak langsung, yaitu

5 Ibid., hal. 116. 6Sarlito Wirawan Sarwito, op.cit, hal. 188.

7

Page 8: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

melalui manifestasi ketidaksadaran yang berbentuk gejala dan kompleks,

mimpi, dan arketipe.

1) Gejala dan Kompleks

Kedua hal ini masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan”

dari jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian

maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya yang memberitahu bahwa

ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, sehingga perlu perluasan ke alam

bawah sadar.

Sedangkan yang dimaksud dengan kompleks adalah bagian kejiwaan

kerpribadian yang telah terpecah dan lepas dari kontrol kesadaran dan

kemudian memiliki kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran,

yang kemudian dapat menghambat prestasi bagi alam kesadaran.7

2) Mimpi, Fantasi, dan Khayalan

Mimpi memiliki hukum dan bahasa sendiri. Di dalam mimpi, soal-soal

sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan

karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Bagi Jung, mimpi memiliki

fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik.

Mimpi sering merupakan manifestasi daripada ketidaksadaran kolektif. Selain

mimpi, Jung juga mengemukakan pula fantasi dan khayalan sebagai bentuk

manifestasi ketidaksadaran.

3) Arketipe

Arketipe, yaitu kecenderungan-kecenderungan yang universal dan

merupakan pembawaan pada manusia yang menyebabkan manusia bertingkah

laku dan mengalami hal-hal yang selamanya terulang.8 Misalnya : kelahiran,

kematian, mengahdapi bahya dll.

7 C. George Boeree, op.cit., hal.127.8 Sarlito Wirawan Sarwito,op.cit., hal. 188-189.

8

Page 9: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

Konsep archetipe sama dengan insting dalam konsep Freud. Tiga archetipe

yang paling penting menurut Jung adalah anima, animus, shadow.

Anima

Adalah unsur feminim atau unsur kewanitaan, khususnya pada orang

laki-laki.9 Anima biasanya dipersonoifikasikan sebagai gadis kecil,

yang spontan sebagai nenek sihir. Anima lebih di asosiasikan dengan

kedalaman perasaan dan kekuatan hidup itu sendiri.

Animus

Adalah unsur maskulin atau unsur laki-laki, khususnya pada wanita.10

Animus dipersonifikasikan sebagai orang bijak, seorang dukun atau

sekawanan pria yang mempunyai kecenderungan sifat logis,

rasionalistik dan argumentatif.

Anima dan animus adalah archetipe yang dipakai ketika berkomunikasi

dengan alam bawah sadar kolektif dan berperan penting ketika ingin

menyelaminya. Anima dan animus juga merupakan archetipe yang paling

bertanggung jawab atas kehidupan cinta kita.11 Misalnya ketika kita jatuh cinta

pada pandangan pertama itu berarti kita menemukan seseorang yang bisa

mengisi archetipe anima atau animus kita.

Shadow

Shadow (bayangan) adalah archetipe kebinatangan atau disebut pula

sisi jahat manusia.12 Pada dasarnya, bayangan bersifat amoral-tidak

baik, tidak buruk, persis seperti binatang.

Jadi, ego meupakan pusat dan merupakan tempat kontak dengan dunia luar

mempunyai tugas untuk mengadakan keseimbangan antara tuntutan dari luar

dengan dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran pribadi maupun

ketidaksadaran kolektif. Dalam tugasnya ini, ego sampai batas-batas tertentu dapat

9 Jonh W.M. Verhaar, Identitas Manusia, Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI), 1989, hal. 37.10Ibid.11 C. George Boeree, op.cit, hal. 122.12Ibid., hal. 120.

9

Page 10: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

pula mengontrol ketidaksadaran pribadi. Tetapi ego tidak mempunyai kekuatan

apapun untuk mempengaruhi ketidaksadaran kolektif, bahkan egolah yang

dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari ketidaksadaran kolektif itu.

B. Dinamika Kepribadian (Psyche)

Menurut Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat

dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan

oleh enerji psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat

prinsip-prinsip sebagai berikut13 (Alwisol, 2005 : 65)

1) Prinsip oposisi

Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga

cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan

bergabung mejnadi kesatuan (synthese).

Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi

berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian,

ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaa, dan penginderaan lawan

intuisi.

2) Prinsip kompensasi

Prinsip ini berfungsi untuk menjada agar kepribadian tidak mengalami

gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frus-trasi, sikap tak sadar akan

mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam

tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi.

3) Prinsip penggabungan

13 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang, 2005, hal. 65.

10

Page 11: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan

pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan

integral.

C. Perkembangan Kepribadian (Psyche)

Jung meyakini bahwa kepribadian berkembang lewat serangkaian tahapan

yang memuncak pada individualisasi atau realisasi diri. Jung mengelompokkan

tahap hidup menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut.

1. Masa Kanak-kanak

Masa kanak-kanak oleh Jung dibagi menjadi tiga bagian yaitu anarkis,

monarkis, dan dualistis. Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang khas dan

sporadis. Pengalaman masa anarkis kadang memasuki kesadaran sebagai imaji-

imaji primitif, tidak sanggup diverbalkan secara akurat.

Fase monarkis dicirikan oleh perkembangan ego dan permulaan pemikiran

logis dan verbal. Selama waktu ini anak-anak mulai melihat diri mereka secara

objektif dan sering menyebut dirinya dengan kata ganti orang ketiga. Sedangkan

pada masa dualistis, anak-anak mulai menyebut diri mereka dengan kata ganti

orang pertama dan menyadari eksistensi mereka sebagai individu yang berbeda.

2. Masa Muda

Periode dari masa pubertas ke paruh baya disebut masa muda. Anak muda

berjuang meraih kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka, menemukan

belahan jiwanya, membentuk keluarga, dan merebut sebuah tempat di panggung

dunia ini.

Menurut Jung, masa muda seharusnya merupakan sebuah periode

peningkatan aktivitas, kematangan seksualitas, tumbuhnya pemahaman dan

kesadaran bahwa era kanak-kanak yang bebas dari masalah tidak akan kembali

lagi. Kesulitan utama yang dihadapi di masa ini ialah menaklukkan

11

Page 12: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

kecenderungan alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit masa kanak-kanak

agar terhindar dari masalah-masalah yang terus mengganggu seumur hidup.

3. Masa Paruh Baya

Jung berpendapat, usia paruh baya ialah 35 hingga 40 tahun. Meskipun di

usia ini dapat menghadapkan orang-orang paruh baya kepada peningkatan

kecemasan, namun hidup paruh baya juga menjadi periode potensial yang

menakjubkan. Jika orang-orang paruh baya mempertahankan nilai-nilai sosial dan

moral dari hidup mereka sebelumnya, maka mereka menjadi sangat kolot dan

fanatik dalam upayanya mempertahankan daya fisik dan ketangkasan mereka.

Ketika menemukan bahwa ideal mereka mulai bergeser, mereka bisa berjuang

dengan penuh rasa putus asa untuk mempertahankan daya tarik fisik dan

ketangkasan mereka.

4. Usia Senja

Seiring dengan senja kehidupan yang semakin mendekat, manusia mengalami

penyusutan kesadaran. Jika di kehidupan sebelumnya manusia takut pada

kehidupan, maka di masa ini dan selanjutnya mereka takut pada kematian. Rasa

takut pada kematian adalah tujuan hidup di mana hidup hanya dapat dipenuhi saat

kematian dilihat dalam terang ini.14

IV. KESIMPULAN

Realisasi diri atau kelahiran kembali secara psikologis, ialah proses untuk

menjadi seorang individu atau pribadi seutuhnya. Psikologi analitik pada

esensinya merupakan psikologi mengenai hal-hal yang berlawanan, dan realisasi

diri adalah proses untuk mengintegrasikan kutub-kutub yang berlawanan dalam

satu individu tunggal yang homogen.

14 http://shelliharismiramdiani.blogspot.com/2012/12/v-carl-gustav-jung-1875-1961_4.html di unduh pada tanggal 15 Maret 2014.

12

Page 13: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

Proses menjadi diri sendiri berarti seseorang memiliki semua komponen

psikologis yang berfungsi dalam kesatuan, dengan melewati suatu proses yang

memanusiakannya. Orang yang melewati proses ini telah mencapai realisasi diri,

meminimkan persona, mengenali anima atau animus mereka, dan mencapai

kesemibangan antara introversi dan ekstraversi. Selain itu, individu yang

merealisasikan diri sudah mengembangkan fungsi psikologis sampai ke tingkat

superior, sebuah prestasi yang sangat sulit dicapai.

Realisasi diri sangat jarang dan hanya bisa dicapai oleh orang yang

sanggup mengasimilasikan alam bawah sadar mereka ke dalam kepribadian total

mereka. Manusia yang merealisasikan dirinya sanggup mengembangkan dunia

eksternal maupun internal mereka. Tidak seperti individu yang terganggu secara

psikologis, mereka hidup di dunia nyata, dan melakukan konsensi yang

dibutuhkan untuk itu.

V. PENUTUP

Demikianlah, makalah yang kami paparkan serta masih jauh dari kata

baik. Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah kami harapkan, untuk

memperkaya materi dan memperdalam pemahaman. Tak lupa ucapan ma’af dan

terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas

kerjasama di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-

Shirathal Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.

13

Page 14: Makalah Psikoanalisis Carl Gustav Jung

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah

Malang, 2005.

Boeree, C. George, Personality Theories (Melacak Kepribadian Anda Bersama

Psikolog Dunia), Cet. 2, Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2005.

http://selawatidwi.blogspot.com/2012/06/mengenal-tokoh-psikologi-carl-

gustav.html di unduh pada tanggal 16 Maret 2014.

http://shelliharismiramdiani.blogspot.com/2012/12/v-carl-gustav-jung-1875-

1961_4.html di unduh pada tanggal 15 Maret 2014.

Sarwoo, Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh

Psikologi, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Verhaar, Jonh W.M., Identitas Manusia, Yogyakarta: KANISIUS

(Anggota IKAPI), 1989

14