Upload
irma-damayanti
View
307
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
1
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program
Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
umlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2010 tercatat sebesar
764.606 jiwa terdiri dari 379.020 jiwa laki-laki dan 385.586 jiwa perempuan.
Peserta KB aktif pada tahun 2011 mencapai 108.506 peserta. Pada tahun yang sama,
peserta KB baru tercatat 24.235 peserta. Dari seluruh peserta KB aktif tahun 2011,
sebesar 18,15 persen peserta menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) antara lain AKDR, MOP, MOW dan susuk sedangkan sisanya sebesar
81,85persen menggunakan Non MJKP. Suntik yang merupakan bagian dari metode
Non MKJP merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh peserta
KB aktif yaitu sebesar 59,23 persen dari seluruh metode kontrasepsi yang ada.
Sedangkan untuk peserta KB baru metode kontrasepsi suntik ini mencapai angka 62,76
persen dari seluruh metode kontrasepsi yang ada. Untuk pentahapan keluarga
sejahtera tahun 2011, terdapat keluarga pra sejahtera sebesar 12,42 persen, sejahtera I
sebesar 18,70 persen, sejahtera II sebesar 32,70 persen, sedangkan sisanya adalah
sejahtera III dan III plus sebesar 30,25 persen. Apabila dilihat penyebarannya, maka
kecamatan yang paling tinggi jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo,
Kecamatan Jati, Kecamatan Dawe dan yang paling terkecil jumlahnya yaitu
kecamatan Bae. Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2006 – 2010)
cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada
tahun 2010 tercatat sebesar 1.798 jiwa setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain
persebaran penduduk masih belum merata, Kecamatan Kota merupakan kecamatan
J
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
2
yang terpadat yaitu 8.738 jiwa per km2. Undaan paling rendah kepadatan
penduduknya yaitu 961 jiwa per km2.
Pendahuluan
Program Keluarga Berencana
Nasional difokuskan kepada
peningkatan kualitas penduduk melalui
pengendalian kelahiran, memperkecil
angka kematian dan peningkatan
kualitas program keluarga berencana.
Untuk mendukung kebijakan tersebut
diperlukan empat elemen utama yaitu
pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Dengan
demikian program KB Nasional
mempunyai peranan penting dan
strategis dalam pembangunan SDM,
disamping program pendidikan dan
kesehatan. Program KB Nasional
secara makro berfungsi untuk
mengendalikan kelahiran dan secara
mikro bertujuan untuk membantu
keluarga dan individu untuk
mewujudkan keluarga-keluarga yang
berkualitas.
Angka kelahiran di Kabupaten
Kudus terus menurun sebagai dampak
pelaksanaan program KB, namun
penduduk Kabupaten Kudus belum
mencapai kondisi penduduk tumbuh
seimbang (PTS). Setiap tahun masih
terjadi banyak kelahiran, sehingga
menurunya angka kelahiran belum
diikuti dengan menurunya angka
pertambahan penduduk. Dengan
demikian program KB tetap diperlukan
dalam upaya mengendalikan tingkat
kelahiran, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pemenuhan
hak-hak reproduksi, bahkan harus
menjadi fokus utama program
kependudukan di Indonesia menuju
keluarga berkualitas.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
3
Upaya menekan laju
pertumbuhan penduduk ini dapat
dilakukan dengan revitalisasi program
KB Jika laju pertumbuhan penduduk
dapat ditekan melalui penurunan
tingkat kelahiran, maka investasi
bidang KB ini akan menghemat dana
untuk lima tahun. Angka ini hanya
mencakup penghematanddi bidang
kesehatan anak saja,
belum memperhitungkan penghematan
di sektor lainnya. Dana yang didapat
dari penghematan ini dapat
digunakan untuk membiayai sektor
pembangunan lain atau meningkatkan
kualitas layanan kesehatan dan
pendidikan pada bayi-bayi yang
dilahirkan. Pada gilirannya hal ini
akan berdampak pada peningkatan
kualitas SDM dan peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Kudus.
Sangatlah wajar apabila
komitmen untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk perlu terus
dibangun, dijaga, dibina dan
ditingkatkan, karena apabila gagal
dalam mengendalikan pertumbuhan
penduduk, maka akan membawa
implikasi tekanan sosial ekonomi yang
semakin berat lagi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Mengacu pada Keppres No. 3
tahun 2001 dan PP No. 8 tahun 2003,
semenjak tahun 2004 sebagian urusan
kewenangan pengelolaan Program KB
nasional telah diserahkan dari
pemerintah ke pemerintah Kabupaten /
Kota, disertai penyerahan P3D.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
4
Dengan di otonomikan sebagian urusan
pengelolaan KB tersebut,
sebenarnyalah merupakan peluang bagi
pemerintah Kabupaten/Kota untuk
lebih dapat mempercepat keberhasilan
pelaksanaan program KB
diwilayahnya, karena semakin
didekatkan pelayanannya dengan
masyarakat serta ada keleluasaan
dalam pengelolaannya.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
5
Permasalahan
1. Piramida Penduduk Tahun 2010
Berdasarkan piramida penduduk di atas dapat diketahui bahwa bentuk piramida
penduduk Kabupaten Kudus tahun 2010 adalah Konstruktif dimana angka kelahiran
mulai menurun dan angka kematian juga menurun dan dasar piramida penduduk
mengecil di bawah dan di tengah membengkak. Struktur penduduk Kabupaten kudus
mengalami transisi dari muda ke tua. Hal ini menunjukkan bahwa program
pemerintah yaitu KB (Keluarga Berencana) cukup berhasil, terbukti dengan
menurunnya tingkat kelahiran bayi dan sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai ditandai dengan angka kematian yang menurun. Namun angka fertilitas
diatas masih cukup tinggi sehingga harus dikurangi dengan adanya program keluarga
berencana yang lebih efektif lagi.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
6
2. Dependency Ratio
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa angka Dependency Ratio
mengalami kenaikan dari tahun 2010-2014 dan mengalami penurunan pada tahun
2015-2020. Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan faktor penghambat
pembangunan ekonomi Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh
oleh golongan yang produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang belum produktif. Negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat
fertilitas yang tinggi, mempunyai angka rasio beban tanggungan yang tinggi,
dikarenakan besarnya proporsi anak-anak dalam kelompok penduduk tersebut.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
7
3. TFR (Total Fertility Rate)
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di
Kabupaten Kudus dari tahun 2010-2020 mengalami penurunan. Penurunan tingkat
fertilitas total dipengaruhi oleh keberhasilan program Keluaraga Berencana di
Kabupaten Kudus. Pada tahun 2010 TFR kabupaten Kudus sebesar 2,14 ini berarti
tiap 1000 perempuan setelah melewati masa suburnya (15-49 tahun) akan melahirkan
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
8
2,14 atau dibulatkan menjadi 2 bayi laki-laki dan perempuan. Angka ini harus
dipertahankan dengan baik sehingga 1 perempuan usia subur melahirkan 2 bayi laki-
laki dan perempuan. Melalui Keluarga berencana diharapkan pertumbuhan penduduk
dapat seimbang, sehingga kedepannya kualitas disegala bidang dapat membaik.
4. ASFR (Age Specific Fertility Rate)
Berdasarkan tabel ASFR di atas dapat diketahui bahwa proyeksi tingkat
fertilitas menurut kelompok umur di Kabupaten Kudus tahun 2010 dengan tingkat
fertilitas menurut umur tertinggi berada pada usia 25-29 tahun dengan 26.40 kemudian
usia 20-24 dengan 26.00, dan usia 30-34 tahun dengan 20.60. Sedangkan tingkat
fertilitas menurut kelompok umur terendah berada pada usia 45-49 dengan 1.10,
selanjutnya usia 40-44 dengan 3.70 dan usia 15-19 dengan 10.30. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam tingginya tingkat kelahiran pada usia 20-29 dipengaruhi oleh usia
perkawinan pertama yang sering dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Kudus pada
usia ini. Kemudian dalam usia 30-34 dipengaruhi oleh usia perempuan yang masih
dalam keadaan subur dan aman untuk melahirkan,sehingga masyarakat dalam usia ini
sering untuk menambah momongan (anak). Kemudian rendahnya tingkat kelahiran
pada usia 45-49 dipengaruhi oleh struktur umur perempuan yang sudah rentan untuk
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
9
melahirkan dan terdapat perempuan yang sudah menopause pada usia ini. Tingginya
usia kelahiran pada usia kawin pertama menyebabkan tingginya angka kelahiran yang
ada dimasyarakat.
5. Life Expectancy (harapan hidup)
Berdasarkan tabel Life expectancy Kabupaten Kudus tahun 2010-2020
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan masayarakat semakin membaik. Sarana dan prasarana yang membaik,
adanya perbaikan standar hidup, kondisi sanitasi dan dalam kemudahan pelayanan
kesehatan. Kemudian selain dalam kesehatan lingkungan yang membaik, tabel di atas
juga menunjukkan tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang semakin
membaik.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
10
Angka harapan hidup antara perempuan dan laki-laki berbeda. Berdasarkan
tabel life expectancy 1 di atas menunjukkan bahwa angka harapan hidup perempuan
lebih besar dari pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan keadaan psikologi laki-laki
yang merupakan kepala rumah tangga. Laki-laki bertanggung jawab akan kehidupan
anak-anak dan istrinya, sehingga karena beban psikologi yang berat maka angka
harapan hidupnya lebih rendah dari pada angka harapan hidup perempuan.
Rekomendasi
Diharapkan kedepan pemerintah Kabupaten Kudus, guna mengatasi masalah
pembangunan sumber daya manusia, dengan program secara spesifik yaitu melalui:
1. Mempertahankan dan melanjutkan pembangunan kependudukan dan program
Keluarga Berencana yang telah berhasil dimasa mendatang untuk mencapai
pembangunan kependudukan tumbuh seimbang pada tahun 2020, dengan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera.
2. Pemerintah Daerah dapat meningkatkan investasi melalui kenaikan anggaran
pada bidang KB, yang berdampak positif pada bidang lain (kesehatan,
pendidikan, kualitas SDM, dll). Dengan demikian di Kabupaten Kudus dapat
diselenggarakan upaya KB yang lebih efektif seperti Pemberdayaan terhadap
akseptor KB, baik peserta KB wanita maupun akseptor KB pria untuk peningkatan
prevalensi pemakaian alat/cara KB, pelaksanakan Metoda Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP), seperti IUD, Implan, Vasektomi (MOP, Metoda Operasi Pria)
dan Tubektomi (MOW, Metoda Opera.
3. Sosialisasi dan penyuluhan agar usia kawin pertama ditingkatkan karena data BPS
(2010) menyebutkan jumlah pasangan usia subur (PUS) usia 20-24 tahun di
Kabupaten Kudus masih tinggi. Jika PUS ini berusia semakin muda, maka
kesempatan untuk melahirkan anak makin besar.
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
11
4. Penyiapan dan penyediaan anggaran untuk pendidikan, serta penyediaan lapangan
kerja, karena di Kabupaten Kudus jumlah penduduk kelompok usia sekolah 10-14
tahun dan 15-19 tahun adalah yang tertinggi diantara kelompok umur lainnya.
Kesimpulan
Struktur umur responden, rata-rata umur responden tergolong pada kelompok
umur muda. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi umur responden tergolong
pada kelompok umur produktif dan pada gilirannya kelompok umur yang demikian
diharapkan mampu bekerja secara ekonomis dan sosial yang lebih tinggi walaupun
penduduk yang berada pada kelompok produktif dapat berdampak terhadap tingkat
fertilitas (pertumbuhan penduduk).
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel demografi, status sosial ekonomi
rumahtangga baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat
nyata dan signifikan terhadap pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi (Reproductive
Health). Artinya, semakin baik tingkat sosio-demografi, status sosial ekonomi
rumahtangga dan program KB, semakin baik tingkat kesehatan reproduksi sehingga
dapat mewujudkan pembangunan kependudukan berkelanjutan. Sehingga diharapkan
dengan program keluarga berencana yang semakin membaik untuk tahun kedepannya
akan membuat pertumbuhan penduduk menjadi seimbang. Pemerintah Kabupaten
Kudus dalam pengaturan kependudukan dapat membaik, sehingga pendapatan dapat
merata, kesempatan kerja yang memadai untuk tenaga kerja, pendidikan yang
memadai, dan kesehatan yang memadai. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM).
Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Kudus
12
Referensi
Mantra, Ida Bagus. 2000. Dasar-dasar Demografi. Yogyakarta: Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Suandi, Suryo Yoedo Utomo, dan Nurul Alfiah. 2009. Survei Demografi dan
Kesehatan Provinsi Jambi, Tahun 2007. Jambi: Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jambi.
Suandi, 2010. Status Sosial Ekonomi dan Fertilitas: A Latent Variable Approach.
PIRAMIDA: Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia.
Bali: Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana, Bali.
Vol. VI, No.1, page: 1-8.
Policy brief ini ditulis oleh : Irma Damayanti. Policy brief ini ditulis berdasarkan
data Kudus dalam angka tahun 2010. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.