Upload
astozone
View
1.169
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | i
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | ii
KATA PENGANTAR
Salam Pramuka!
Alhamdulillah, telah terselesaikan penyusunan buku yang membahas tentang
keterlibatan Pramuka dalam penanggulangan bencana alam. Di dalamnya tidak membahas
liputan Pramuka dalam setiap penanganan bencana alam, tetapi akan lebih banyak membahas
tentang persiapan apa saja yang harus dilalui oleh seorang anggota Pramuka yang siaga terjun
menangani bencana alam.
Musibah tsunami yang menyapu Aceh Nanggroe Darussalam 2004 meninggalkan
kisah paradoksal. Seorang anak berkewarganegaraan Inggris usia 10 tahun bernama Tilly Smith
ketika itu sedang berada di pantai Phuket, Thailand bersama keluarganya. Sesaat setelah terjadi
guncangan gempa, ia menyampaikan kepada ayahnya bahwa akan terjadi tsunami. Hal itu
didasarkan oleh apa yang pernah dia dapatkan selama di bangku sekolah, yakni pelajaran
Geografi. Sang ayah pun segera melapor kepada penjaga pantai setelah melihat air pantai
menyurut dan di cakrawala terlihat garis putih yang menandakan gelombang tinggi berbuih.
Diperkirakan sekitar 20-30 menit berikutnya, gelombang tersebut akan mencapai pantai.
Dengan sigap, petugas pantai pun memberikan peringatan dini kepada seluruh
wisatawan untuk meninggalkan pantai. Upaya sang anak ini membuahkan hasil. Banyak nyawa
yang terselamatkan karena ilmu yang telah terinternalisasi dalam dirinya, hingga dia diberi gelar
“Angle of Beach”.
Hal yang bertolak belakang terjadi di Indonesia, khususnya Nanggroe Aceh
Darussalam. Ketika air pantai surut sesaat setelah terjadi gempa, masyarakat lebih memilih
berebut ikan yang tertinggal di dasar pantai daripada menjauhi pantai. Akibatnya, lebih dari
150.000 jiwa hilang ditelan dahsyatnya gelombang tsunami.
Selain karena sudah menjadi garis takdir dari Tuhan, sudah selayaknya kita
merancang dan menyiapkan diri ketika menghadapi setiap musibah yang hadir.
Semoga buku yang memuat ringkasan ini memberikan manfaat banyak dan menjadi
bagian dari amal jariah. Aamiin.
Salam Pramuka.
Penyusun
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Bab 1 – Peta Indonesia ..................................................................................................... 1
A. Potensi Bencana .......................................................................................... 1
B. Karakteristik Bencana ................................................................................. 1
C. Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana ........................................ 9
D. Tahapan Penanggulangan Bencana ............................................................. 11
Bab 2 – Siap Siaga ........................................................................................................... 14
A. Program Latihan Dasar ................................................................................ 14
B. Program Latihan Menengah ........................................................................ 18
Bab 3 – Simulasi Mahir ................................................................................................... 21
A. Persiapan ..................................................................................................... 21
B. Evakuasi Air (Water Rescue) ...................................................................... 22
C. Camp dan Dapur Umum (DUM) ................................................................ 25
D. Vertical Rescue ............................................................................................ 29
E. Long March dan Navigasi Darat ................................................................. 36
F. Survival ........................................................................................................ 39
G. Catatan Khusus Keselamatan ...................................................................... 41
Bab 4 – Panduan Rencana Standard Operating Procedure .............................................. 43
A. Sebelum Terjadi Bencana ............................................................................ 43
B. Saat Bencana ............................................................................................... 44
C. Pendidikan ................................................................................................... 45
Lampiran
1 – Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 230 Tahun
2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli ................................. 46
Glossarium ............................................................................................................................ 57
Bahan Pustaka ....................................................................................................................... 58
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 1
BAB 1
PETA INDONESIA
A. Potensi Bencana
Kerak bumi akan senantiasa menyesuaikan diri mengikuti masa dan perkembangan
perlakuan (treatment) yang diberlakukan padanya. Penyesuaian ini memang menjadi hukum
alam (baca: sunnatullah) yang membawa efek pengiring berupa gempa, banjir, tanah
longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrim dan abrasi, angin puting
beliung/topan/badai tropis.
Salah satu kekayaan Indonesia yang berpotensi mengubah peta muka bumi adalah
gunung yang tersebar dari barat ke timur, dari utara ke selatan Indonesia.
Gunung yang „rutin‟ menyemburkan erupsi adalah gunung Merapi yang terletak pada
perbatasan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Magelang provinsi Jawa Tengah.
Erupsi terakhir terjadi tahun 2010. Musibah di awal tahun 2014 adalah erupsi gunung
Sinabung yang bahkan menyita perhatian dunia internasional, diikuti erupsi gunung Kelud
di Jawa Timur di mana hujan abu vulkaniknya mencapai Jakarta.
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi mengalami bencana tsunami 500
tahun sekali dengan ketinggian ombak lebih kurang enam meter selain negara Peru
(UNISDR, 2009). Indonesia memiliki lebih dari lima juta orang tinggal di daerah yang
berpotensi terkena tsunami.
Gambar 1. Peta risiko bencana alam di Indonesia
B. Karakteristik Bencana
Setiap jenis bencana mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan masalah yang
diakibatkannya di mana penetapannya ditentukan oleh komponen penyebab bencana itu
sendiri dan besarnya dampak yang ditimbulkan. Dengan memahami karakteristik setiap
ancaman bencana, maka dapat diketahui perilaku ancaman tersebut sehingga dapat disusun
langkah langkah penanganannya.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 2
Terdapat dua kondisi yang dapat menghadirkan bencana, yakni adanya peristiwa atau
gangguan yang mengancam dan merusak (hazard), dan kerentanan (vulnerability)
masyarakat. Bila gangguan atau ancaman tersebut muncul kepermukaan tetapi masyarakat
tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu
tersebut. Sementara bila kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang
mengancam, maka tidak akan terjadi bencana. Hal tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Gambar 2. Musibah tanah longsor
2. Bencana non – alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Gambar 3. Musibah wabah penyakit
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 3
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Gambar 4. Tawuran antar-warga
Sedangkan terdapat ciri-ciri ancaman bencana alam yang penting kita ketahui,
sehingga kita berharap dapat segera mengambil tindakan ketika mengalami kondisi tersebut.
1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi).
Gambar 5. Akibat gempa tektonik
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 4
2. Tsunami adalah serangkaian gelombang air laut besar hingga menghantam pesisir
dengan kecepatan tinggi. Tsunami terjadi karena adanya aktivitas di dasar laut
yang disebabkan oleh lentingan lempeng di bawah laut, letusan gunung api di
bawah laut, maupun longsor yang terjadi di dasar laut. Ciri-ciri umum terjadinya
tsunami adalah gempa bumi, letusan gunung api atau jatuhnya meteor di dasar
laut yang menimbulkan gelombang besar menuju pesisir laut. Getaran sebelum
tsunami dapat dirasakan sebelum tsunami datang, namun juga tidak dapat
dirasakan sebelumnya atau biasanya disebut tsunami kiriman. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Gambar 6. Tsunami yang menerpa pantai
3. Gunung api merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,
yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Letusan gunung api yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai
sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh
radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus
disebut gunung berapi aktif.
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara
lain:
- Suhu di sekitar gunung naik.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 5
- Mata air menjadi kering.
- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa).
- Tumbuhan di sekitar gunung layu.
- Binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Gambar 7. Lava pijar yang menuruni gunung
4. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan
oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan
yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya.
Air banjir juga membawa lumpur berbau yang menutup segalanya setelah air
surut. Banjir adalah hal yang rutin, setiap tahun pasti datang. Banjir dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
- Rusaknya areal pemukiman penduduk.
- Sulitnya mendapatkan air bersih.
- Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
- Rusaknya areal pertanian.
- Timbulnya wabah penyakit.
- Menghambat transportasi darat.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 6
Gambar 8. Banjir yang merendam rumah warga
5. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masa yang berkepanjangan, beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah
hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan
kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi
bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber
pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga
batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian,
suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan
yang signifikan.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 7
Gambar 9. Kemarau panjang menyurutkan air sungai
6. Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau
lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan,
kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin
topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatusistem cuaca. Angin paling
kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan
kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan
sekitar 20 km/jam.
Gambar 10. Angin topan dahsyat melanda pantai
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 8
7. Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah longsor adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai
tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah
gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, ada pula faktor-faktor
lainnya yang turut berpengaruh, yaitu:
- Erosi yang disebabkan oleh sungai-sungai atau gelombang laut yang
menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam.
- Lereng bebatuan dan tanah lemah melalui yang diakibatkan hujan lebat.
- Gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-
lereng yang lemah.
- Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat, dan
aliran debu-debu.
- Getaran mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.
- Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Dalam bencana alam geologis, terdapat gejala ikutan yang dapat berpotensi
menimbulkan musibah baru, diantaranya:
No. Jenis Gejala Ikutan
Alamiah Akibat 1 2 3 4
1 Gempa bumi Tsunami, tanah longsor, tanah
amblas, banjir bandang, banjir.
Bencana lingkungan akibat
terganggunya bahan kimia,
pecahnya pipa-pipa minyak,
gas/bahan beracun berbahaya,
kebakaran, bendungan jebol.
2 Tsunami
Hantaman langsung
gelombang, banjir bandang,
banjir.
Pendangkalan dan
tersumbatnya saluran akibat
puing-puing, tercemarnya
sumber air bersih.
3 Erupsi
Banjir bandang aliran lahar,
aliran lava, aliran awan panas,
jatuhan bebatuan letusan, hujan
abu, pendangkalan sungai,
banjir.
Pelumpuran dan pendangkalan
pada saluran, hilangnya sumber
air bersih, terganggunya
saluran pernapasan.
4 Longsor
Tanah retak, banjir bandang,
lumpur, tanah amblas,
pelumpuran, pendangkalan
sungai.
Pecahnya pipa-pipa minyak
dan gas atau bahan beracun dan
berbahaya.
Tabel 1. Gejala ikutan bencana
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 9
C. Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana
1. Pandangan konvensional
Bencana merupakan sifat alam (berupa takdir), kejadiannya dianggap merupakan suatu
musibah, kecelakaan atau ujian dari Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, bencana
dianggap tidak dapat diprediksi, tidak menentu terjadinya, tidak terhindarkan, dan tidak
dapat dikendalikan. Dalam pandangan ini, masyarakat hanya dianggap sebagai „korban‟
dan terkadang hanya „penerima bantuan‟ dari pihak luar.
2. Pandangan ilmu pengetahuan alam
Pandangan ini menganggap semua bencana adalah peristiwa alamiah, tidak
memperhitungkan adanya faktor manusia sebagai penyebab. Bencana merupakan proses
geofisik, geologi, dan hidrometeorologi.
3. Pandangan ilmu terapan
Pandangan ini dianut dan dikembangkan dari ilmu teknik sipil bangunan/konstruksi.
Dalam aspek ini pengkajian bencana lebih ditujukan pada upaya untuk meningkatkan
kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan. Pandangan ini melihat
bencana didasarkan pada besarnya ketahanan atau tingkat kerusakan akibat bencana.
4. Pandangan progresif
Bencana merupakan masalah yang tidak pernah berhenti dan tidak terselesaikan dalam
proses pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus mengenali
bencana tersebut dan mengambil peran dalam mengendalikannya.
5. Pandangan ilmu sosial
Pandangan ini memfokuskan pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat
menghadapi bahaya. Bahaya adalah fenomena alam, akan tetapi bencana bukanlah
alami. Besarnya risiko sebuah bencana tergantung pada perbedaan tingkat kerentanan
masyarakat menghadapi bahaya atau besar-kecilnya suatu ancaman bencana.
6. Pandangan holistik
Pendekatan ini menekankan pada bahaya dan kerentanan, serta kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bahaya dan risiko. Gejala alam dapat menjadi bahaya, jika
mengancam manusia dan harta benda. Bahaya akan berubah menjadi bencana, jika
bertemu dengan kerentanan dan ketidakmampuan masyarakat. Pandangan holistik ini
juga merupakan kombinasi dari pandangan lainnya secara terpadu.
Kesadaran akan pentingnya penanggulangan bencana, bergeliat mulai tahun 1990 yang
ditindaklanjuti dengan kajian bersama negara-negara di Yokohama, Jepang bulan Mei 1994.
Keseriusan ini akhirnya menghasilkan Strategi dan Rencana Aksi yang disepakati tanggal 30
Juli 1999. PBB pun terlibat dalam kepedulian ini dengan mengeluarkan Resolusi No. 63
tahun 1999 tentang Dekade Pengurangan Risiko Bencana Internasional (1990-1999).
Hingga kini, telah terjadi pergeseran paradigma dalam penanggulangan bencana yang
dapat dibuat fase:
1. Paradigma tanggap darurat (tahun 1960-an)
Pada paradigma relief/tanggap darurat ini adalah penanggulangan bencana yang
difokuskan pada saat kejadian bencana melalui upaya pemberian bantuan darurat
(relief) berupa pangan, tempat penampungan, dan kesehatan. Tujuan utama penanganan
adalah untuk meringankan penderitaan korban dan memperbaiki kerusakan akibat
kejadian bencana dan segera mempercepat upaya pemulihan (recovery).
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 10
2. Paradigma mitigasi (tahun 1980-an)
Pada paradigma mitigasi, penanggulangan bencana memfokuskan pada upaya
pengenalan bahaya yang mengancam dan pola perilaku individu/masyarakat yang
menimbulkan kerentanan terhadap bencana. Mitigasi atau meminimalkan dampak
terhadap bencana dilakukan secara fisik/struktural, sedangkan mitigasi terhadap pola
perilaku yang rentan melalui non-struktural, seperti penyuluhan, relokasi pemukiman,
peraturan-peraturan bangunan, dan penataan ruang.
3. Paradigma pembangunan (tahun 1990-an)
Paradigma pembangunan adalah paradigma dimana manajemen bencana yang
memfokuskan pada faktor-faktor penyebab dasar dan proses terjadinya kerentanan
masyarakat terhadap bencana. Manajemen bencana dikaitkan dengan sektor-sektor
pembangunan, seperti masalah kemiskinan, kualitas hidup, pemilikan lahan, akses
terhadap modal, pendidikan yang rendah, inovasi teknologi, dan sebagainya.
4. Paradigma reduksi risiko (tahun 2000-an)
Paradigma ini merupakan kombinasi dari sudut pandang teknis dan ilmiah terhadap
kondisi sosial, ekonomi, politis, dan lingkungan. Penanggulangan bencana diawali dari
menganalisis risiko bencana berdasarkan ancaman/bahaya dan kerentanan, untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan mengurangi risiko, serta mengurangi
dampak bencana yang ditimbulkan. Manajemen bencana dilakukan bersama oleh semua
pemangku kepentingan (stakeholder), lintas sektor, dan dengan pemberdayaan
masyarakat.
Setelah memahami perubahan paradigma penanggulangan bencana alam, dapat kita
simpulkan beberapa prinsip yang lahir dari perubahan paradigma sebagai upaya mengurangi
risiko bencana dengan mengidentifikasi beberapa hal berikut:
1. Ancaman/bahaya (Hazard)
Apakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana?
Ancaman atau bahaya adalah fenomena atau situasi yang memiliki potensi untuk
menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas, maupun
lingkungan.
Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia maupun
alam, tiba-tiba maupun bertahap, menyebabkan kerugian yang luas pada manusia,
materi, maupun lingkungan.
Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN – ISDR),
bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang dapat
dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi,
bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.
2. Kerentanan (Vulnaribility)
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan seseorang atau
komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup, atau merespon potensi
bahaya. Kerentanan masyarakat secara kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kemiskinan, pendidikan, sosial, dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga
berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya kerentanan.
3. Kapasitas (Capacity)
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 11
Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan
yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi, dan pulih dari akibat
bencana dengan cepat.
4. Risiko bencana (Risk)
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada.
Ancaman bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami,
sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam menghadapi
ancaman bencana semakin meningkat.
Langkah-langkah yang selayaknya dilakukan oleh anggota Pramuka dalam
keterlibatannya menanggulangi bencana (sesuai dengan Undang-undang nomor 24 tahun
2007) adalah sebagai berikut:
1. Cepat dan tepat; sigap dalam merespon bencana dan menangani atau menanggulangi
bencana dengan cara-cara yang tepat.
2. Prioritas; mendahulukan kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi dan keterpaduan; prinsip koordinasi adalah intensitas komunikasi dengan
badan atau lembaga yang berwenang, sedang prinsip keterpaduan bermakna bahwa
penanggulangan harus di tangani oleh berbagai sektor dengan terpadu dan tetap
memperhatikan pembagian tugas dan kerjasama.
4. Efektif dan efisien; bahwa penanggulangan bencana selayaknya memperhatikan
kebutuhan waktu, besaran tenaga, banyaknya objek, dan biaya yang dibutuhkan.
5. Transparansi dan akuntabilitas; prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan prinsip
akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara profesional,
terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan; menangani bencana tidak dapat dilakukan sendiri. Kemitraan dalam
penanggulangan bencana dapat dilakukan oleh pemerintah dengan masyarakat secara
luas maupun organisasi.
7. Pemberdayaan; yakni upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengetahui,
memahami, dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan, dan pemulihan
bencana.
8. Nondiskriminatif; bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik
apapun.
9. Nonproletisi; adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat
keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat
bencana.
D. Tahapan Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi, baik sebelum,
pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.
Berdasarkan pengertian tersebut, penanggulangan bencana tidak hanya pada saat dan
setelah terjadinya bencana tetapi upaya pencegahan juga termasuk ke dalam kegiatan
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 12
penanggulangan bencana. Karena itu, penanggulangan bencana dilakukan melalui beberapa
tahapan.
1. Tahap preventif (pencegahan)
Pada tahap ini, berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan dampak buruk dari
bencana alam. Contoh-contoh kegiatan pada tahap ini adalah:
a. Pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.
b. Penanaman pohon bakau/mangrove di sepanjang pantai untuk menghambat
gelombang tsunami.
c. Pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.
d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak masuk wilayah pemukiman.
e. Reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan dan banjir.
f. Dan sebagainya.
2. Tahap tanggap darurat
Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok adalah penyelamatan korban bencana.
Inilah sasaran utama tahap tanggap darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan
membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan
dasarnya yang paling minimal, tempat sementara yang lebih layak dan lebih aman.
Pada tahap ini, dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik yang cepat dan tepat
sasaran kepada seluruh korban bencana. Penanganan bencana dapat dilakukan kegiatan:
a. Penanganan korban bencana termasuk memakamkan korban meninggal dan
menangani korban luka.
b. Penanganan pengungsi.
c. Pemberian bantuan darurat.
d. Pelayanan kesehatan, sanitasi, dan air bersih.
e. Penyiapan penampungan sementara.
f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara serta memperbaiki sarana
dan prasarana dasar agar mampu memberikan pelayanan yang memadai untuk para
korban.
3. Tahap rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki fisik dan
non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban. Tahap ini bertujuan
mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak
untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana
dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.
Sasaran utama dari tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan publik
sampai pada tingkat memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan
penyelesaian berbagai masalah yang terkait dengan aspek psikologis melalui
penanganan trauma korban bencana.
4. Tahap rekonstruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan kembali sarana,
prasarana, serta fasilitas umum yang rusak dengan tujuan agar kehidupan masyarakat
kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 13
swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini sedapat
mungkin juga melibatkan masyarakat dalam setiap proses.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 14
BAB 2
SIAP SIAGA
A. Program Latihan Dasar
Untuk mendukung revitalisasi Gerakan Pramuka, diperlukan optimalisasi program
latihan sebagai sarana pendidikan dan latihan kematangan Gerakan Pramuka. Dalam
program latihan pula dapat mempercepat usaha pencapaian dalam kecakapan.
Berikut adalah salah satu bentuk program latihan yang dikemas dalam bentuk
supercamp yang mencakup muatan edukatif yang memberikan pendidikan ruhani, wawasan,
dan jasmani. Muatan relijius, heroik, rekreatif, dan kebersamaan.
Perlu kiranya dijabarkan sekilas tentang aspek ruhani yang menjadi stressing dalam
setiap kegiatan. Karena „nyawa‟ dari setiap misi adalah jika bersandar pada keteguhan
hubungan dengan Tuhan yang Maha Esa. Di mana aspek ruhani ini terklasifikasikan dalam
kekuatan niat atau tekad, kebersamaan, kepatuhan, dan kesiagaan.
Aspek ruhani:
Kekuatan niat ini mencakup nilai-nilai keikhlasan, keyakinan, keridhoan/kerelaan,
kesederhanaan, berorientasi ketuhanan, kepedulian lingkungan, dan kepasrahan.
Kebersamaan merupakan rangkaian nilai-nilai saling mengenal, saling memahami, saling
meringankan beban, berprasangka baik, mendahulukan teman yang lebih memerlukan,
dan kepedulian sosial.
Aspek kepatuhan di sini merupakan rangkaian nilai-nilai kedisiplinan, ketaatan, saling
percaya, etika kepemimpinan, dan kerja sama.
Aspek kesiagaan meliputi nilai-nilai kesiapsiagaan, pengorbanan, keteguhan, dan
kewaspadaan.
Aspek wawasan:
Wawasan kepramukaan.
Manajemen kepemimpinan.
Napak tilas pejuang.
Revitalisasi Gerakan Pramuka.
Pengetahuan life skill.
Aspek jasmani:
Senam pramuka.
Jogging.
Evakuasi.
Life skill.
Long march.
Untuk memenuhi kematangan anggota Gerakan Pramuka, program supercamp
tersebut dapat dikemas dalam beberapa paket sesuai dengan target yang akan dicapai.
Berikut adalah beberapa contoh konsep kegiatan di lapangan yang dapat menjadi panduan
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 15
sepenuhnya atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Komposisi kegiatan dapat dibuat
klasifikasi tingkat Dasar (Skenario 1 dan Skenario 2), Menengah (Skenario 3 dan Skenario
4), dan Mahir (Skenario 5).
Skenario 1 dilakukan dalam 2 (dua) hari 1 (satu) malam yang terangkum dalam tabel
kegiatan dan dilengkapi tujuan instruksional pada tiap kegiatan.
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Hari ke-1
……. – 09:00 Tiba di lokasi
Bersama-sama menggunakan
kendaraan yang ditentukan
panitia.
Membangun jiwa kebersamaan,
kesederhanaan, keridhoan,
kedisiplinan, dan ketaatan
09:00 – 10:00 Pasang tenda Briefing peserta. Jarak antar tenda
regu peserta adalah 10 m.
Membangun jiwa kebersamaan,
kesederhanaan, keridhoan,
kedisiplinan, dan ketaatan
10:00 – 10:30 Pembukaan
Upacara untuk pengkondisian
peserta oleh instruktur, panitia,
dan pengurus terkait.
Peserta memahami gambaran
umum, tujuan, dan tata tertib
supercamp
10:30 – 12:00 Olahraga Peregangan, Senam pramuka,
Teori Urgensi Beladiri
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya. Di samping
itu, peserta memahami
pentingnya beladiri dalam
menunjang aktivitas.
12:00 – 13:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta. Makanan dan
minuman disiapkan oleh masing-
masing regu.
Recovery ruhani dan jasmani
13:00 – 15:00 Tali-temali Teori, simulasi, dan praktik tali-
temali dasar 1. Pembekalan life skill
15:00 – 15:30 Istirahat
Apabila tidak dalam kondisi
musafir, shalat berjamaah seluruh
elemen supercamp Muslim.
Kultum oleh seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
15:30 – 17:00 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB
Dasar 1.
Membangun kedisiplinan,
ketaatan, manajemen
kepemimpinan
17:00 – 18:00 Outbound Low
Impact
Simulasi manajemen
kepemimpinan.
Membangun jiwa kebersamaan,
manajemen kepemimpinan
18:00 – 19:30 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:30 – 21:00 Wawasan
Gerakan Pramuka Ceramah dan tanya jawab.
Peserta memahami visi, misi, dan
profil Pramuka
21:00 – 02:00 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan
Hari ke-2
02:00 – 03:30 Caraka
Simulasi kegiatan malam
perorangan dengan tugas, waktu,
dan lokasi tertentu.
Kesiapsiagaan, saling percaya,
dan kedisiplinan
03:30 – 05:00 Tahajjud & shalat
shubuh
Dilakukan secara berjamaah bagi
seluruh elemen supercamp
Muslim.
Ibadah
05:00 – 05:30 Dzikir Dilakukan secara berjamaah atau
beregu. Ibadah
05:30 – 06:00 Persiapan
olahraga pagi
Berbenah tenda, MCK,
menyiapkan perlengkapan Kesiapsiagaan
06:00 – 07:30 Olahraga Peregangan, lari, dan Senam
pramuka.
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya
07:30 – 08:30 Istirahat &
sarapan Recovery jasmani
08:30 – 10:00 P3M Teori, simulasi, dan praktik RJP
(Resusitasi Jantung dan Paru-
Pembekalan life skill penanganan
korban musibah
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 16
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
paru) dan rawat luka darurat.
10:00 – 11:00 Persiapan Long
march
Bongkar tenda, packing,
pembekalan, operasi semut.
Persiapan jasmani, wawasan, dan
ruhani
11:00 – 13:00 Long march Jalan kaki medan datar beregu
sejauh 5 km.
Memahami hakikat/makna
kehidupan melalui interaksi antar
peserta dan interaksi antara
peserta dengan lingkungan dan
masyarakat
13:00 – 14:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan
pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp
Tabel 2. Aktivitas Skenario 1
Jalan jauh atau long march bertujuan untuk melatih kekuatan fisik dan mental dengan
menilik kondisi peta kontur Indonesia yang penuh hutan dan bebukitan. Sehingga, latihan ini
dapat kita asosiasikan pada misi penyelamatan yang tidak dapat dijangkau kecuali harus
ditempuh dengan jalan kaki.
Pada Skenario 1 ini belum memuat banyak materi dan masih bersifat have fun.
Sehingga, target pencapaian untuk kematangan anggota pun belum sepenuhnya tercapai.
Untuk Skenario 2 berikut ini dilakukan dalam 3 (tiga) hari 2 (dua) malam, di mana
muatan nilai dan bobot kegiatan sedikit bertambah dibanding pada Skenario 1 dengan
memberikan porsi long march berlipat dibanding Skenario 1 hingga pada tahap ambang
standar komando militer.
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Hari ke-1
…… – 09:00 Tiba di lokasi
Bersama-sama menggunakan
kendaraan yang ditentukan
panitia.
Membangun jiwa kebersamaan,
kesederhanaan, keridhoan,
kedisiplinan dan ketaatan
09:00 – 10:00 Pasang tenda Briefing peserta. Jarak antar tenda
regu peserta adalah 10 m.
Membangun jiwa kebersamaan,
kesederhanaan, keridhoan,
kedisiplinan dan ketaatan
10:00 – 10:30 Pembukaan
Upacara untuk pengkondisian
peserta oleh instruktur, panitia,
dan pengurus terkait.
Peserta memahami gambaran
umum, tujuan, dan tata tertib
supercamp
10:30 – 13:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta. Makanan dan
minuman disiapkan oleh masing-
masing regu.
Recovery ruhani dan jasmani
13:00 – 15:00 Olahraga Peregangan, Senam pramuka,
Teori Urgensi Beladiri.
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya. Di samping
itu peserta memahami pentingnya
beladiri dalam menunjang
aktivitas.
15:00 – 16:30 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB
Dasar 2.
Membangun kedisiplinan,
ketaatan, manajemen
kepemimpinan
17:00 – 18:00 P3M
Teori, simulasi, dan praktik
penanganan patah tulang, gigitan
binatang dan evakuasi korban.
Pembekalan life skill penanganan
korban musibah
18:00 – 19:30 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:30 – 21:30 Ceramah Kilasan perjuangan pahlawan
(saksi hidup).
Meningkatkan semangat
perjuangan
21:30 – 03:00 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan,
kewaspadaan
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 17
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Hari ke-2
03:00 – 05:00 Tahajjud & shalat
shubuh Dilakukan secara berjamaah. Ibadah
05:00 – 05:30 Dzikir Dilakukan secara berjamaah atau
beregu. Ibadah
05:30 – 06:00 Persiapan
olahraga pagi
Berbenah tenda, MCK,
menyiapkan perlengkapan. Kesiapsiagaan
06:00 – 07:00 Olahraga Peregangan, lari, dan Senam
pramuka.
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya
07:00 – 08:30 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue
korban musibah
08:30 – 09:30 Istirahat &
sarapan Recovery jasmani
09:30 – 11:00 Tali-temali Teori, Simulasi, Praktik tali-temali
dasar 2. Pembekalan life skill
11:00 – 11:30 Wawasan
Kepramukaan Ceramah dan tanya jawab
Peserta mampu memahami
urgensi Gerakan Pramuka dalam
pengokohan jati diri bangsa
11:30 – 12:30 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta. Makanan dan
minuman disiapkan oleh masing-
masing regu.
Recovery ruhani dan jasmani
12:30 – 15:00 Outbound Middle
Impact
Minimal dua permainan: Spider-
Net, Electric-Fence, Dragon Tail,
Dangerous Spider Tunnel.
Membangun jiwa kebersamaan,
manajemen kepemimpinan
15:00 – 18:00 Halang-rintang
Landing Net, Merayap, Balok
Keseimbangan, Palang Bertingkat,
Bandul Balistik.
Melatih kekuatan, kelenturan, dan
kelincahan fisik
18:00 – 19:30 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:30 – 21:00 Pentas Seni
Dilakukan per regu, bersifat
menghibur dan mengandung
hikmah.
Membangun kebersamaan dan
keceriaan
21:00 – 01:30 Istirahat & Ronda Ronda dilakukan oleh tiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan,
kewaspadaan
Hari ke-3
01:30 – 04:30 Buru-Sergap
Simulasi kegiatan malam secara
beregu dengan tugas
mengidentifikasi regu lain dalam
waktu dan lokasi tertentu.
Kesiapsiagaan, saling percaya,
kejujuran, kedisiplinan,
kewaspadaan
04:30 – 05:00 Shalat shubuh &
Dzikir
Dilakukan secara berjamaah atau
beregu. Ibadah
05:00 – 06:30 Istirahat Recovery jasmani
06:30 – 07:30 Evaluasi Buru-
Sergap
Memberikan pemahaman tentang
hikmah yang bisa diambil dari
Buru-Sergap
07:30 – 08:00 olahraga Peregangan, lari, dan Senam
pramuka.
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti kegiatan
berikutnya
08:00 – 10:00 Persiapan long
march
Bongkar tenda, packing,
pembekalan, operasi semut.
Persiapan jasmani, wawasan, dan
jasmani
10:00 – 15:00 Long march
Jalan kaki beregu minimal 4 jam
berjalan normal non stop 15-20
km medan berbukit dengan
toleransi tambahan waktu
maksimal 4 jam (istirahat panjang
kali + jam).
Memahami hakikat/makna
kehidupan dan perjuangan
melalui interaksi antar peserta dan
interaksi antara peserta dengan
lingkungan dan masyarakat
15:00 – 16:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan
pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp
Tabel 3. Aktivitas Skenario 2
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 18
B. Program Latihan Menengah
Agenda supercamp berikut ini telah memasuki tahap Menengah yang meliputi
Skenario 3 dan Skenario 4, di mana pada tingkat ini dibutuhkan keseriusan berlatih yang
lebih. Agenda latihan berikut ini adalah minimum grade yang harus dijalani ketika kita
(misal) terjun dalam misi penyelamatan musibah seperti pasca tsunami di Nanggroe Aceh
Darussalam, di mana seluruh akses jalan tidak dapat dilalui oleh kendaraan dan harus
ditempuh dengan jalan kaki –meski pun di tengah kota. Pada latihan berikut, dibutuhkan
waktu 3 (tiga) hari 2 (dua) malam.
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Hari ke-1
24:00 – 04:30 Kedatangan
peserta
Briefing, pembuatan bivak,
istirahat, ronda, shalat, dzikir.
Pengarahan dan pendampingan
peserta dalam mempersiapkan
kegiatan selanjutnya
06:00 – 07:00 Pembukaan
Upacara untuk pengkondisian
peserta oleh instruktur, panitia,
dan pengurus terkait.
Peserta memahami gambaran
umum, tujuan, dan tata tertib
supercamp
07:00 – 09:00 Olahraga
Stretching (peregangan),
pengenalan medan dan Senam
pramuka.
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya serta
mengenal medan/lokasi Ranger
Patrol
09:00 – 10:00 Istirahat dan
sarapan Recovery jasmani
10:00 – 12:00 PBB Teori, simulasi, dan praktik PBB
Menengah 2.
Membangun kedisiplinan,
ketaatan, manajemen
kepemimpinan
12:00 – 13:00 Wawasan
Kepramukaan Ceramah dan tanya jawab
Peserta mampu memahami
urgensi Gerakan Pramuka dalam
kebutuhan negara
13:00 – 14:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
14:00 – 16:00 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue
korban musibah
16:00 – 18:00 P3M Teori dan simulasi rescue
lanjutan.
Pembekalan life skill rescue
korban musibah
18:00 – 19:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:00 – 22:00 Ceramah
Penggugah
Bedah Kisah Pahlawan (saksi
hidup).
Meningkatkan semangat
perjuangan
22:00 – 02:00 Istirahat dan
ronda
Ronda dilakukan oleh setiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan,
kewaspadaan
Hari ke-2
02:00 – 05:00 Ranger Patrol
Simulasi kegiatan malam secara
beregu dengan tugas berpatroli
dengan waktu dan lokasi tertentu.
Tahajjud dan shalat shubuh dalam
kegiatan/perjalanan.
Kesiapsiagaan, saling percaya,
kejujuran, kedisiplinan,
kewaspadaan, manajemen
kepemimpinan
05:00 – 06:00 Istirahat Recovery jasmani
06:00 – 06:30 Evaluasi Ranger
Patrol
Memberikan pemahaman tentang
hikmah yang bisa diambil dari
Ranger Patrol
06:30 – 07:00 Olahraga Peregangan dan Senam pramuka
Peserta mempunyai persiapan
fisik untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya
07:00 – 08:00 Survival Teori, simulasi, dan praktik botani
dan zoologi praktis.
Keridhoan, kesederhanaan,
pengorbanan, dan tawakkal
08:00 – 08:30 Istirahat &
sarapan Recovery jasmani
08:30 – 12:00 Outbound High Rappeling, Two Lines Bridge, dan Keberanian, life skill, manajemen
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 19
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Impact Flying Fox. kepemimpinan
12:00 – 13:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
13:00 – 15:00 Persiapan long
march
Bongkar tenda, packing,
pembekalan, operasi semut.
Persiapan jasmani, wawasan, dan
ruhani
15:00 – 21:00 Long march etape
I Perjalanan beregu minimal 12 jam
efektif berjalan pada medan
gunung (ketinggian + 3.000 m)
dengan istirahat 6 kali dengan
toleransi tambahan waktu
maksimal 18 jam (istirahat maks.
12 kali).
Memahami hakikat/makna
perjuangan, penyelamatan, dan
kerja sama melalui interaksi antar
peserta dan antara peserta dengan
lingkungan dan masyarakat
21:00 – 04:30 Istirahat & ronda
Hari ke-3
04:30 – 06:00
Shalat shubuh,
dzikir, dan
persiapan
perjalanan
06:00 – 13:00 Long march etape
II
13:00 – 14:30 Istirahat Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Recovery ruhani dan jasmani
14:30 – 15:30 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan
pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp
Tabel 4. Aktivitas Skenario 3
Pada kelas Menengah (Skenario 4) ini, materi kegiatan lebih berat dibandingkan
Skenario-skenario sebelumnya. Dibutuhkan kondisi tubuh, mental, dan kecerdasan yang
benar-benar ekstra. Ada manfaat besar ketika menerapkan Skenario ini, yakni kita akan
mendapatkan energi luar biasa ketika kita benar-benar telah melalui titik terendah keletihan
(fisik maupun mental).
Keprimaan luarbiasa dapat kita rasakan ketika fisik telah benar-benar melewati
„kemanjaannya‟. Lebih cekatan, lebih ringan, lebih segar. Keletihan mental yang sering
disibukkan oleh sifat asli masing-masing anggota pun akan menjadi ikatan batin yang kuat
dan saling memahami ketika puncak egosentris mulai terlalui.
„Musuh-musuh‟ dalam diri kita lah yang mesti kita lumpuhkan terlebih dahulu melalui
program kegiatan seperti itu sebelum benar-benar kita diuji dengan terjun menolong pihak
lain yang tentunya akan lebih banyak membutuhkan kepedulian kita.
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
Hari ke-1
09:00 – 10:00 Kedatangan
peserta
Briefing tentang pembuatan
bivak.
Pengarahan dan pendampingan
peserta dalam mempersiapkan
bivak
10:00 – 11:00 Pembukaan
Upacara untuk pengkondisian
peserta oleh instruktur, panitia,
dan pengurus terkait.
Peserta memahami gambaran
umum, tujuan, dan tata tertib
supercamp
11:00 – 12:00 Wawasan
Kepramukaan
Strategi-strategi dalam
pertolongan/evakuasi.
Meningkatan wawasan dan
pemahaman evakuasi
12:00 – 13:00 Istirahat+Kultum
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
13:00 – 15:00 Olahraga
Stretching (peregangan),
pengenalan medan, dan senam
pramuka.
Peserta mempunyai persiapan fisik
(jasmani) untuk mengikuti
kegiatan berikutnya serta
mengenal medan
15:00 – 16:00 ABB (Aplikasi
Baris berbaris)
Teori, simulasi, dan praktik ABB
Menengah 2.
Membangun kedisiplinan,
ketaatan, manajemen
kepemimpinan
16:00 – 18:00 P3M Teori dan simulasi rescue dasar. Pembekalan life skill rescue
korban musibah
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 20
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL Pj
18:00 – 19:30 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:30 – 22:00 Ceramah
Penggugah
Bedah Kisah Pahlawan (saksi
hidup penyelamat).
Meningkatkan semangat
perjuangan
22:00 – 03:00 Istirahat dan
ronda
Ronda dilakukan oleh setiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan,
kewaspadaan
Hari ke-2
03:00 – 04:00 Tahajjud Dilakukan sendiri-sendiri. Ibadah
04:00 – 05:30 Shalat shubuh,
dzikir, dan kultum
Dilakukan secara berjamaah,
kultum dari peserta. Ibadah
05:30 – 06:00 Persiapan
olahraga pagi
Berbenah tenda, MCK,
menyiapkan perlengkapan. Kesiapsiagaan
06:00 – 08:00 Olahraga Evaluasi ronda, stretching, dan
Senam pramuka.
Peserta mempunyai persiapan fisik
(jasmani) untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya
08:00 – 09:30 Istirahat &
sarapan
Sarapan masak beregu (tidak
disediakan) Recovery jasmani
09:30 – 12:00 Pola hidup sehat Ceramah, tanya jawab, dan test
kebugaran anggota.
Meningkatkan pemahaman dan
kesadaran pola makan, pola
istirahat, dan pola olahraga yang
benar
12:00 – 13:00 Istirahat
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
13:00 – 17:00 Outbound Low &
High Impach
Low Impact: „Fire Canal‟, Trap
Field; High Impact: Rappeling &
Bamboo Net.
Keberanian, life skill, manajemen
kepemimpinan
17:00 – 19:30 IstirahatKultum
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Kultum oleh
seorang peserta.
Recovery ruhani dan jasmani
19:30 – 21:00 Renungan Renungan diri berjamaah (prolog
ada nasihat).
Mengevaluasi kontribusi dan
peran peserta dalam kebaikan
21:00 – 04:30 Istirahat & ronda Ronda dilakukan oleh setiap regu
secara bergiliran.
Keikhlasan, kesiapsiagaan,
kedisiplinan, pengorbanan,
kewaspadaan
Hari ke-3
04:30 – 05:00 Shalat shubuh dan
dzikir
Shalat berjamaah seluruh elemen
supercamp Muslim. Ibadah
05:00 – 06:30 Istirahat Recovery jasmani
06:30 – 07:00 Olahraga Peregangan dan Senam pramuka.
Peserta mempunyai persiapan fisik
(jasmani) untuk mengikuti seluruh
kegiatan berikutnya
07:00 – 08:30 Persiapan
pemberangkatan
Bongkar bivak, packing,
pembekalan, operasi semut.
Persiapan jasmani, wawasan, dan
ruhani
08:30 – 15:00 Long march
Jalan kaki beregu minimal 4 jam
berjalan normal non stop 10-15
km medan berbukit dengan
toleransi tambahan waktu
maksimal 4 jam (istirahat panjang
1 kali + 1 jam)
Memahami hakikat/makna
perjuangan, penyelamatan, dan
kerja sama melalui interaksi antar
peserta dan antara peserta dengan
lingkungan dan masyarakat
15:00 – 16:00 Penutupan Upacara, penyematan tanda, dan
pelantikan. Evaluasi pelaksanaan supercamp
Tabel 5. Aktivitas Skenario 4
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 21
BAB 3
SIMULASI MAHIR
A. Persiapan
Untuk tahap Mahir (Skenario 5), akan dijelaskan dalam bentuk naratif di mana akan
dipaparkan pula pokok-pokok materi tiap harinya.
Pada Skenario ini, muatan materinya akan lebih banyak dan lebih padat.
Pelaksanaannya pun akan memakan waktu lebih lama, yakni sekitar 7 hari dengan cara
nomaden (berpindah tempat) sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan.
Untuk tetap menjaga keterikatan kita dengan Tuhan, aktivitas peribadahan secara
individu maupun bersama harus senantiasa dijaga. Karena pada Skenario berikut, hanya
dijelaskan kegiatan pokok yang berhubungan dengan kompetensi pertolongan pada musibah.
Dimulai pada hari pertama program latihan tingkat mahir.
Setelah memenuhi standar manajemen kepesertaan, peserta latihan diwajibkan untuk
membangun kekhasan regu dan membangun bivak. Untuk lokasi, dapat menempati sekitar
danau. Selain berfungsi sebagai sumber kebutuhan air, juga dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi target materi pada tahap berikutnya.
Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan pengarahan dari panitia dan pihak
terkait sesuai dengan kompetensi tujuan pelatihan. Memaparkan kondisi demografi
Indonesia yang rawan bencana dan memang berpotensi akan sering mengalami musibah
disebabkan proses penyesuaian kerak bumi.
Aktivitas pada hari pertama adalah belajar administrasi yang harus ada dalam
penanganan musibah bencana alam.
1. Form Kondisi Sarana
2. Form Orang Hilang
3. Form Jumlah Korban
Setelah tengah hari, peserta belajar menangani Pos Kesehatan, di mana peserta dilatih
mengenal dan menguasai nama dan kegunaan obat-obatan penyakit ringan, cara menangani
pasien/merawat, dan melayani konseling kesehatan.
Menjelang sore hari, peserta belajar memilih lokasi dan menyiapkan kebutuhan air
bersih dan juga sanitasi untuk pengungsi. Pembuatan jamban umum pun dibuat dengan jarak
maksimal 50 meter dari tenda pengungsi dengan norma 1 jamban untuk 20 orang, kemudian
dibangun jamban yang terpisah antara jamban untuk pengungsi laki-laki dan perempuan.
Selain itu, peserta dilatih pula mengelola kebersihan lingkungan dengan memperhatikan
tempat mandi, jamban, tempat cuci pakaian, saluran limbah/selokan, dan pembuangan
sampah.
Untuk kenyamanan pengungsi, perhatikan pula kebutuhan rumah tangga seperti
pakaian, selimut, alas tidur, perlengkapan makan, dan penerangan.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 22
B. Evakuasi Air (Water Rescue)
Evakuasi air (water rescue) dilaksanakan pada hari kedua. Peserta dikenalkan dengan
perahu karet, bagian-bagiannya, fungsi-fungsinya, cara perlakuannya, dan perlengkapan
yang mengiringinya.
Perahu karet adalah perangkat yang besar dan berat untuk dapat dipindahkan seorang
diri. Sehingga dibutuhkan beberapa orang untuk memindahkan perahu karet dan perlu
perlakuan yang hati-hati agar tidak mengalami kerusakan ketika memindahkan dalam
kondisi sudah terpompa.
Gambar 11. Cara mengangkat perahu karet dengan aba-aba
Gambar 12. Simulasi cara membawa perahu karet dengan benar
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 23
Dengan berbekal perahu karet beserta perlengkapan keamanan lainnya, peserta diajak
untuk menyesuaikan diri dengan berdayung perahu karet di danau. Peserta dilatih untuk
menguasai penggunaan perahu karet dengan mengarungi seluruh bagian danau.
Adakalanya korban yang akan ditolong berjarak beberapa meter dari perahu karet.
Sehingga dibutuhkan cara untuk mendekatkan korban ke perahu karet. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan cara melemparkan ban pelampung yang telah terikat dengan tali ke perahu
karet kepada korban. Upayakan pula agar korban dapat menggapai dan memegang erat ban
pelampung tersebut kemudian dapat ditarik mendekat ke perahu karet.
Gambar 13. Proses evakuasi air
Pada tahap berikutnya, peserta dilatih untuk terjun dan menaiki kembali perahu karet.
Kegiatan ini melatih peserta untuk tetap sigap, mengatur energi, melatih keseimbangan
perahu, mengetahui tabiat pergerakan dalam air, dan dapat menolong dengan sigap. Lakukan
kegiatan ini beberapa kali untuk tiap peserta hingga dapat dengan lincah melakukannya.
Lakukan juga tahap menolong dengan cara membantu menangkap dan menaikkan teman
dengan menarik jaket pelampung sebagai simulasi menolong korban.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 24
Gambar 14. Menangkap dan menaikkan korban dari air dengan jaring
Gambar 15. Teknik menaikkan korban ke dalam perahu karet dengan menarik life jacket
Kegiatan selanjutnya adalah dengan berlatih membalikkan perahu karet dan
mengembalikan pada posisi semula (swift water). Kegiatan ini mengharuskan semua peserta
untuk terjun ke dalam air dan menjadikan air atau danau sebagai tempat „bermain‟ yang
harus mereka kuasai. Dan „permainan‟ ini dilakukan selama satu hari.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 25
Gambar 16. Kegiatan swift water
Pada tataran aplikatif, menolong pada musibah banjir sangat diperlukan keberanian
mental untuk terjun ke dalam air, kelincahan pergerakan di air, mengatur stamina, serta
kecekatan menangani masalah di air. Pada umumnya, keterlibatan anggota Pramuka dalam
penyelamatan korban banjir tidak berhadapan dengan kondisi ekstrim seperti halnya dalam
latihan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk anggota Pramuka dapat menemui kondisi
yang demikian.
Kegiatan malam hari diisi dengan pentas seni, di mana tiap regu wajib menampilkan
kekhasannya dan materi hiburan. Hal ini berguna untuk sarana keakraban antar peserta
maupun antar regu.
C. Camp dan Dapur Umum (DUM)
Aktivitas di hari ketiga di awali dengan kegiatan olahraga dan kegiatan ketahanan fisik
lainnya yang dikemas dalam permainan. Hal ini untuk mengendurkan kembali otot badan
yang sempat kaku ketika sehari sebelumnya digunakan untuk aktivitas dalam air. Latihan
beladiri pun disajikan dalam hari ini. Hal ini bertujuan untuk melatih keamanan tenda
pengungsi dan dapur umum (DUM) dengan dilengkapi Buku Tamu.
Berikutnya, peserta diajak untuk simulasi mempersiapkan lokasi pengungsian.
Perhatikan pemilihan lokasi yang aman dan akses jalan yang bersih dari segala hambatan.
Kemudian peserta diberikan pelatihan cara mendirikan tenda peleton dengan kapasitas
hingga 30 orang. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta dalam menyiapkan tempat
berlindung sementara bagi pihak yang mengalami musibah. Meski berbentuk simulasi, tetapi
hal ini menjadi miniatur kegiatan dan kegiatan sebenarnya ketika anggota Pramuka harus
menangani hal nyata ketika musibah benar-benar terjadi. Prinsip dasar pendirian tenda
adalah umum. Karena ukurannya lebih besar, perlu kerjasama dan sedikit tenaga ekstra
untuk mendirikannya.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 26
Gambar 17. Proses mendirikan tenda peleton
Perhatikan juga kebutuhan untuk mobilisasi. Kendaraan bermotor seperti sepeda motor
hingga kemungkinan kebutuhan sarana angkut massal seperti truk besar pun harus
diperhitungkan untuk selalu siaga. Penggunaan alat transportasi tersebut untuk mengangkut
korban-korban luka, warga yang rentan (bayi, anak-anak, perempuan hamil, perempuan
menyusui, orang lanjut usia), disabilitas, orang sakit, dan warga yang membutuhkan
kepindahan dengan segera.
Selanjutnya adalah menyiapkan dapur umum (DUM). Dapur umum ini sengaja
dirancang agar mudah dipindah-pindah tempat (mobile) sesuai dengan kebutuhan dan
perlengkapannya pun dibuat sedemikian rupa agar mudah di bawa (portable).
Materi yang perlu dipahami dan dikuasai dalam pelatihan ini adalah cara memasak
dengan volume besar dan dapat layak siap saji dalam waktu singkat serta cara mengemas/
membungkus paket logistik dengan cepat.
Dalam manajemen dapur umum (DUM), ada pekerjaan yang harus difokuskan hingga
dapur umum ini menjadi bagian sangat penting dalam setiap pertolongan. Mengatur dan
berbagi tugas sesuai pos-pos yang mana dalam pelaksanaannya terbagi dalam 3 proses,
yakni Persiapan, Proses Produksi, dan Distribusi.
1. Persiapan
Pos ini sangat vital untuk dasar bekerjanya pos-pos lain. Relawan yang bertugas pada
pos ini mendapat tugas untuk mendata jumlah pengungsi atau korban musibah serta
wilayah sebaran korban. Berdasarkan database tersebut, relawan pada pos ini pun dapat
menyediakan volume logistik (bahan baku) makanan dan juga peralatan dapur umum
yang akan digunakan.
Langkah selanjutnya adalah mengolah bahan baku menjadi makanan siap saji dengan
menu dan jumlah berdasarkan database korban. Kebutuhan perut bagi korban musibah,
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 27
harus segera dipenuhi, sehingga pada tahap ini dibutuhkan ilmu yang khusus bagaimana
cara mengolah makanan dalam jumlah besar dan dapat siap saji dalam waktu cepat.
Selain itu, dibutuhkan pula cara membungkus makanan dengan cepat. Setelah itu,
distribusi dapat dilakukan.
2. Proses Produksi
Pekerjaan bagi relawan yang bertugas pada pos ini adalah menjadi bagian dari pos
Persiapan, yakni mengelompokkan relawan menjadi beberapa regu nasi, regu sayur, dan
regu lauk pauk.
Regu nasi bertugas dari mencuci beras hingga memprosesnya menjadi nasi yang siap
saji dengan jumlah yang telah ditentukan sesuai database.
Gambar 18. Proses memasak dalam dapur umum (DUM)
Regu sayur bertugas memilih, membersihkan, menyiapkan, dan memasak sayur sesuai
dengan porsi dan menu yang telah ditentukan sesuai database.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 28
Gambar 19. Proses menyiapkan sayur dalam dapur umum (DUM)
Regu lauk pauk bertugas untuk memroses lauk pauk dari bahan mentah siap olah
menjadi sajian yang siap makan sesuai dengan menu dan volume yang tertera pada
database.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 29
Gambar 20. Aktivitas aparat dalam dapur umum (DUM)
3. Distribusi
Menu makanan yang telah disiapkan regu lain (nasi, sayur, dan lauk) ditangani dalam
proses distribusi ini. makanan yang siap saji dibungkus dengan kertas minyak dan diikat
dengan karet gelang. Sehingga, perlu disiapkan kertas minyak dan karet gelang yang
lumayan banyak. Kemudian didistribusikan kepada korban, baik secara langsung atau
melalui koordinator tempat-tempat pengungsian korban.
Dalam latihan ini, nasi bungkus digunakan sebagai bekal untuk melakukan kegiatan
berikutnya, yakni berpindah tempat meninggalkan lapangan tempat dapur umum dengan
terlebih dahulu membongkar dan merapikan kembali tenda peleton yang digunakan untuk
melakukan kegiatan dapur umum.
Kegiatan selanjutnya adalah bergerak meninggalkan lokasi kegiatan dapur umum
menuju ke lokasi bertebing.
D. Vertical Rescue
Hari keempat dalam kegiatan vertical rescue ini, kita mendirikan bivak yang akan kita
gunakan untuk berlindung sejenak atau menyimpan perbekalan selama kita melakukan
latihan vertical rescue.
Umumnya kontur bertebing kita temui pada kondisi tanah yang berbatu atau berkapur.
Oleh karenanya, kita perlu menyiasati dengan beberapa cara untuk tetap tercukupi
kebutuhan air untuk tubuh.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 30
Bangunlah bivak memanfaatkan ponco atau jas hujan yang dapat kita ikat keempat
ujungnya dengan tali dan kita sangga dengan tiang tongkat atau kita ikatkan pada batang
pohon terdekat dengan bivak. Kemudian ikatlah ruang untuk kepala dengan ikatan yang
rapat agar tidak terjadi kebocoran dan juga sebagai pemberat. Manfaatkan bentuk tersebut
sebagai sarana berlindung dari panas atau hujan dan sekaligus sebagai penampung air jika
terjadi hujan. Untuk selanjutnya air tampungan tersebut dapat diisikan dalam botol-botol
persediaan minuman kita.
Kembali membahas tentang berlatih vertical rescue, kita dapat menyimak dan
mempelajari terlebih dahulu ilmu tentang tebing, panjat tebing, perlengkapan panjat tebing
(pertolongan vertikal), dan juga sisi keamanan dan keselamatan selama menjalankan latihan
dan misi tersebut.
Selanjutnya, kita dapat berlatih menangani korban musibah jika hal itu terjadi pada
posisi kemiringan yang curam atau bahkan di sisi tebing dengan cara berlatih membuat
tandu sekaligus tali temali yang berhubungan dengan penyelamatan secara vertikal.
Gambar 21. Perlengkapan vertival rescue
Karena medan yang disimulasikan begitu curam, prinsip penyelamatan pada bidang
vertikal ini yang perlu diperhatikan adalah ikatan yang rapat dan kuat pada korban di atas
tandu yang pada proses evakuasi mempunyai risiko tinggi. Hal itu untuk mengindari
terjatuhnya korban dari tandu atau agar disposisi/refraksi yang terjadi pada bagian tubuh
tidak bertambah parah.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 31
Gambar 22. Cara mengikat yang aman dan menyertai evakuasi
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 32
Gamber 23. Latihan evakuasi korban dari tebing
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 33
Gambar 24. Latihan evakuasi korban dari ketinggian gedung
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 34
Gambar 25. Latihan proses evakuasi pada tebing curam menggunakan alat bantu
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 35
Gambar 26. Latihan proses evakuasi korban pada tebing
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 36
Gambar 27. Latihan proses evakuasi tanpa pendamping
Sore dan malam hari digunakan untuk istirahat, ibadah, dan ceramah menggugah
berhubungan dengan misi penyelamatan. Selanjutnya semua peserta diwajibkan istirahat di
bivak masing-masing sampai pada tanda di mana semua peserta untuk bersiaga untuk segera
meninggalkan lokasi pada tengah malam dan melakukan kegiatan berikutnya, yakni long
march dengan bekal yang tersisa.
E. Long March dan Navigasi Darat
Long march di hari kelima memberikan pelajaran untuk melatih ketahanan fisik dan
mental selama melaksanakan misi penyelamatan. Perjalanan jauh ini dilakukan dari malam
hingga pagi. Dan tak jarang anggota harus tidur sambil berjalan dengan kesadaran yang
tinggal setengah dengan cara melekat atau mengikuti teman yang ada di depannya.
Menyusuri rel kereta api dalam perjalanan jauh ini membutuhkan keterampilan tersendiri,
karena jarang kita temui sumber-sumber air kecuali milik rumah warga.
Setelah pagi hari, kita dapat istirahat beberapa waktu untuk sekedar sarapan dan
mengumpulkan energi untuk kegiatan perjalanan seharian nanti.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 37
Gambar 28. Kegiatan long march susur rel
Kita berlatih navigasi darat sebagai sarana berlatih simulasi mencari dan menolong
korban di medan yang belum kita kenal sebelumnya dengan berbekal perlengkapan navigasi
darat berupa kompas bidik, alat tulis, protaktor, dan penggaris.
Dalam simulasi ini, kita dilatih untuk mencari korban dan kembali ke tempat yang
memungkinkan korban untuk ditangani lebih lanjut. Dan latihan ini dilakukan selama sehari
penuh, bahkan boleh jadi dilanjutkan long march kembali menuju titik latihan untuk esok
harinya.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 38
Gambar 29. Kompas Silva dan bagian-bagiannya
Gambar 30. Kompas Bidik
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 39
F. Survival
Materi latihan pada hari ke-6 ini lebih menitikberatkan pada kemampuan survival para
anggota. Latihan diawali dengan melakukan kegiatan peregangan otot dan diikuti dengan
kegiatan penyeberangan basah.
Penyeberangan basah atau dalam istilah militer disebut “brangsah” adalah kegiatan
menyeberangi sungai atau perairan yang tidak dapat dilalui kecuali dengan menceburkan diri
menyeberangi apa adanya dengan bantuan tali atau sarana yang memungkinkan untuk itu.
Sehingga anggota harus menyeberanginya dengan perlengkapan penuh seperti tas
carrier/ransel, pakaian lengkap dengan sepatu.
Gambar 31. Teknik penyeberangan basah dengan bantuan tali
Gambar 32. Penyeberangan basah menggunakan tali
Dalam latihan ini pun kita dapat membuat kreasi yang menjadi kelaziman para
survivor dalam melakukan penyeberangan basah, yakni menjadikan tas carrier/ransel kita
sebagai pelampung dengan cara membungkus tas dengan plastik kresek sampah dan
mengikat ujungnya dengan rapat kemudian kita lapisi dengan memanfaatkan ponco atau jas
hujan sebagai pembungkus luarnya. Ikat bagian-bagian yang terbuka agar meminimalkan
masuknya air ke dalam „pelampung‟ tersebut. Selanjutnya adalah menceburkan „pelampung‟
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 40
tersebut ke dalam air dan kita dapat melakukan penyeberangan dengan cara mendorong
„pelampung‟ tersebut di depan kita.
Gambar 33. Proses membuat pelampung buatan dengan tas dan jas hujan
Gambar 34. Proses penyeberangan basah dengan pelampung buatan
Selesai melakukan latihan penyeberangan basah, anggota dilatih untuk survival, yakni
mencari makan dengan potensi alam yang ada. Dari cara berburu binatang, ikan, hingga cara
menyajikan makanan dengan teknik-teknik dasar survival.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 41
Gambar 35. Sumber air dari tebasan akar gantung (liana)
Gambar 36. Belalang adalah salah satu serangga yang diperbolehkan untuk di makan
Demikian kegiatan yang dapat dilakukan dalam latihan penanganan bencana, lebih
banyak mengeksplorasi potensi skill yang multiguna dengan melibatkan potensi-potensi
Satuan Karya (Saka) Gerakan Pramuka yang ada di Indonesia.
G. Catatan Khusus Keselamatan
Untuk menghindari terjadinya risiko kecelakaan pada waktu mengikuti program
latihan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1) Dalam pembuatan bivak dan pemasangan tenda, seluruh elemen kegiatan supercamp
harus menempati lokasi yang aman dari bahaya cuaca, binatang, dan kondisi geografis.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 42
2) Dalam kegiatan fisik, harus memperhatikan:
a. Panitia mendata kondisi fisik setiap peserta;
b. Tidak melukai dan tidak mencederai;
c. Tidak menggunakan alat yang membahayakan.
3) Prinsip-prinsip pokok outbound:
First thing first is safety (Keselamatan adalah yang paling utama);
Maximum challenge but minimum risk (Tantangan maksimal tetapi risiko minimal);
No taking risk at all (Sama sekali tidak boleh mengambil/menantang risiko).
4) Prosedur standar pengamanan outbound:
Briefing (penjelasan pengamanan);
Choose safe location (pilih lokasi yang aman);
Always use standard equipments (gunakan selalu peralatan standar);
Always use belays and no vacuum-belay (selalu pakai pengaman dan tidak boleh
ada kekosongan pengaman);
All systems must be locked properly (semua sistem pengamanan harus „terkunci‟);
Double safety (pengamanan berganda);
Check and recheck plus cross-checking (cek ulang dan dicek oleh minimal 2
orang);
Installation should be tried first by instructors (instalasi harus dicoba dulu oleh
instruktur);
Belayers and vertical rescuers must be well trained (personil pengaman harus
orang-orang yang terlatih dengan baik);
Overestimate is higher value than underestimate (jangan meremehkan);
Continous monitoring and control (pengawasan dan kontrol yang
berkesinambungan);
Vigilant until the last participant (senantiasa waspada sampai peserta terakhir
selamat);
Much Prayers and Tawakkal Ilallah (banyak berdoa dan bertawakkal kepada Allah
setelah usaha yang maksimal).
5) Dalam long march:
a. Rute long march harus disurvey dan aman dari bahaya.
b. Dipandu dan dipimpin oleh orang yang mengenal rute dengan baik.
c. Setiap regu harus didampingi 1 orang panitia atau instruktur.
d. Didukung dengan perangkat radio komunikasi dan navigasi.
e. Didukung oleh tim sweeper untuk membantu peserta yang memerlukan bantuan.
f. Didukung oleh tim medis yang terdiri dari minimal 1 orang dokter, 2 orang asisten,
dan dilengkapi dengan peralatan, dan obat-obatan yang cukup; sebagai bagian dari
tim sweeper.
g. Setiap peserta harus membekali diri dengan logistik, alat penerangan, dan
perlengkapan standar yang ditentukan.
h. Menekankan kepada peserta yang fisiknya lemah dengan menempatkannya dalam
barisan paling depan. (Namun apabila tidak memungkinkan mengikuti long march,
agar tidak memaksakan diri).
i. Regu tidak boleh meninggalkan anggota regunya, demikian juga anggota regu tidak
boleh meninggalkan regunya.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 43
BAB 4
PANDUAN RENCANA STANDARD OPERATION PROCEDURE
A. Sebelum Terjadi Bencana
1. Fase Persiapan
Fase ini dibutuhkan beberapa hal yang diperlukan untuk tindakan pertolongan korban
musibah, yakni:
a. Ilmu pengetahuan
1. Pengetahuan tentang radio komunikasi meliputi teknik radio dan prosedur
operating untuk bencana dan SAR;
2. Pengetahuan tentang self rescue dan manajemen bencana;
3. Pengetahuan psikologi pada bencana;
4. Paham hierarki koordinasi dengan instansi terkait.
b. Personil
1. Utamakan punya callsign;
2. Mampu berkoordinasi dengan sekeliling;
3. Utamakan yang bersertifikat atau paling tidak punya pengalaman;
4. Tiap station 3 personil yang bertugas minimal 12 jam selama 5 hari.
c. Pemetaan wilayah personil
1. Dasar area adalah luas kecamatan.
2. Khusus daerah perbatasan, dapat dilakukan koordinasi dengan borderless.
3. Visualkan pada peta dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000.
4. Lengkapi peta dengan data pemancar dan antena serta kekuatan pancar.
5. Tampilkan daerah rentan komunikasi sebagai alternatif posisi repeater.
d. Pemetaan wilayah rawan
1. Koordinasikan dengan instansi terkait masalah daerah rawan dan daerah dampak
dari:
a. Bencana industri;
b. Banjir dan longsor;
c. Daerah patahan aktif;
d. Gunung api aktif;
e. Bencana lainnya.
2. Visualkan pada peta dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000.
e. Koordinasi
Lakukan kepada unsur terkait dalam jajaran TNI/Polri, Satkorlak/Satlak,
Basarnas/Kantor SAR, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Sosial/Tagana, Dinas
Kesehatan, Menwa, PMI, PMK.
f. Infrastruktur komunikasi
1. Jaringan komunikasi dari sentral amatir radio terhadap institusi terkait.
2. Jaringan komunikasi lokal dan sentral antar wilayah sesama amatir radio.
3. Jaringan komunikasi antar wilayah institusi terkait.
4. Jaringan komunikasi administrasi dan supply logistik.
2. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda - Periksa keadaan
bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam keselamatan
Anda, orang lain dan korban. Dekati korban setelah kondisi benar-benar aman.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 44
3. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang lain untuk segera
cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang berada di tempat kejadian dan
bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.
4. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang diberikan kepada
layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi korban, kondisi korban, dan berapa
banyak korban.
5. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa tandu.
6. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.
B. Saat Bencana
1. Tahap awal bencana
a. Pelaporan berita bencana kepada institusi terkait.
b. Jenis musibah yang terjadi.
c. Aktifkan stasiun komunikasi terdekat lokasi musibah berjenjang ke pusat.
d. Melaporkan secara berkala perkembangan situasi tiap 30 menit.
e. Gunakan sistem administrasi yang baku.
2. Tahap persiapan tindakan awal
a) Tentukan petugas dan stasiun pendukung operasi dan jejaring (network) termasuk
tetapkan communication officer.
b) Aktifkan semua stasiun pada institusi terkait.
c) Pantau dan atasi daerah rentan komunikasi.
d) Persiapkan personil, administrasi, dan logistik untuk tim perintis.
e) Briefing kepada semua petugas dan stasiun.
No. Formulir Diberikan kepada 1 2 3
1 Daftar Komunikasi Harian. Semua pihak yang berhubungan luar.
2 Buku Tamu. Regu Administrasi dan Dokumentasi.
3 Laporan Kondisi Sarana. Regu Survey.
4 Permohonan Pencarian. Regu Administrasi dan Dokumentasi.
5 Daftar Orang Hilang. Regu Administrasi dan Dokumentasi.
6 Daftar Kelompok Kondisi
Korban. Regu Administrasi dan Dokumentasi.
7 Laporan Jatuh Korban. Regu Administrasi dan Dokumentasi.
8 Daftar Penentuan Kebutuhan
Darurat. Regu Logistik.
Tabel 6. Administrasi yang dibutuhkan dalam pertolongan musibah
3. Saat pelaksanaan operasi
a) Dikoordinir seorang communication officer BKO IC/SMC resmi.
b) Data selalu update tiap 3 jam dan harus mengikuti perkembangan menit per-menit.
c) Mendukung operasi yang dipimpin oleh incident commander atau SMC.
d) Semua berita masuk dalam jurnal harian.
e) Aktif/siaga dalam 24 jam penuh.
f) Jalankan administrasi dan logistik dengan tertib dan ketat.
4. Akhir penugasan
a) Debriefing team.
b) Inventarisasi ulang peralatan.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 45
c) Inventarisasi permasalahan komunikasi radio.
d) Evaluasi kerentanan koordinasi.
C. Pendidikan
1. Self rescue
Kemampuan untuk menyelamatkan diri sebelum menolong orang lain (sebagai dasar
pokok keamanan atau menyelamatkan diri sendiri.
Materi yang harus dikuasai:
a. Pengetahuan dasar navigasi darat.
b. Pengetahuan dasar meteorologi.
c. Medical First Responder (MFR).
d. Tips penyelamatan diri (gempa, erupsi, banjir bandang, bahaya kimia).
2. Emergency Communication Code – peristilahan yang dipakai dalam emergency (SAR,
Disaster code, Medical Communication/Medico, USAR, Q-code and Ten-code).
3. Pengetahuan E-QSO dan Automatic Packet Reporting System (APRS).
4. Disaster management
a. Incident Command System (ICS).
b. Penggunaan ICS-form dalam operasi penanggulangan bencana.
c. Jangan melupakan kearifan lokal (local wisdom).
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 46
Lampiran
KEPUTUSAN
KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR: 230 TAHUN 2007
TENTANG
PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA PEDULI
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya mengimplementasikan tugas pokok Gerakan Pramuka,
Kwarnas Gerakan Pramuka telah menetapkan Program Pramuka Peduli
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka
Nomor 148 dan 149 Tahun 1999;
b. bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penanggulangan Bencana,
dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang merupakan sasaran akhir Program
Pramuka Peduli perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan
Gerakan Pramuka dewasa ini;
c. bahwa sehubungan dengan itu perlu ditetapkan dengan surat keputusan.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
2. Rencana Strategik Gerakan Pramuka Tahun 2004 – 2009.
3. Rencana Kerja Kwarnas Gerakan Pramuka Tahun 2003 – 2008.
4. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999 tentang
Pedoman Umum Pramuka Peduli.
5. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pramuka Peduli Bidang Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Bidang Pengentasan Kemiskinan, dan Bidang
Penanggulangan Bencana.
Memperhatikan : 1. Arahan Pimpinan Kwarnas, Andalan Nasional, dan saran Staf Kwarnas
Gerakan Pramuka.
2. Hasil Rapat Pleno Subtim Pokja PP Pramuka Peduli.
M E M U T U S K A N
Menetapkan :
Pertama : Mencabut Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999,
dan Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999.
Kedua : petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I keputusan ini.
Ketiga : Bagan Organisasi Satuan Tugas Pramuka Peduli, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II keputusan ini.
Keempat : Menginstruksikan kepada kwartir dan satuan Gerakan Pramuka di seluruh
Indonesia untuk melaksanakan keputusan ini.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 47
Apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan pembetulan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 November 2007
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Ketua,
ttd
Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 48
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR: 230 TAHUN 2007
TENTANG
PETUNJUK PENYELENGGARAAN PRAMUKA PEDULI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan yang selama ini telah banyak melakukan
kegiatan bakti masyarakat (community service) dan pembangunan masyarakat (community
development) sebagai wujud dari pengamalan Satya dan Darma Pramuka, terpanggil untuk
bersama-sama masyarakat dan pemerintah mengembangkan upaya Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Penanggulangan Bencana dan Pelestarian Lingkungan Hidup melalui
Program Pramuka Peduli dengan pendekatan Tri Bina, yakni Bina Diri, Bina Satuan dan
Bina Masyarakat.
Upaya mengembangkan diri baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan
Pramuka, telah diluncurkan Program Pramuka Peduli yang dilaksanakan sejak tahun 2002.
Program ini dimaksudkan untuk lebih memberikan arah kepada anggota Gerakan Pramuka
agar lebih peduli terhadap lingkungan masyarakat yang pada saat ini sedang mengalami
musibah dan bencana, serta tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa
depan.
Penajaman terhadap tujuan dan sasaran Program Pramuka Peduli bagi Pramuka Siaga,
Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak, dan Pramuka Pandega serta Pembina Pramuka
yang ada di gugusdepan sebagai pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, diharapkan akan dapat membantu menyukseskan pelaksanaan kegiatan
kepedulian yang dilaksanakan bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya
dan Organisasi Masyarakat lainnya.
Sebagai panduan untuk melaksanakan program tersebut, maka disusunlah Petunjuk
Penyelenggaraan Pramuka Peduli bagi jajaran Gerakan Pramuka.
2. Dasar
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
b. Rencana Strategik Gerakan Pramuka 2004-2009.
c. Rencana Kerja Kwarnas Gerakan Pramuka Tahun 2003-2008.
d. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 148 Tahun 1999 tentang Pedoman
Umum dan Susunan Personalia Satuan Tugas Pramuka Peduli Kwartir Nasional.
e. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 149 Tahun 1999 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pramuka Peduli Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bidang
Pengentasan Kemiskinan dan Bidang Penanggulangan Bencana.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 49
3. Pengertian
a. Pramuka Peduli adalah bentuk kepedulian pramuka dalam menghadapi situasi yang
tidak menguntungkan bagi sebagian masyarakat Indonesia.
b. Satuan Tugas (Satgas) Pramuka Peduli adalah wadah yang dibentuk oleh kwartir untuk
mengelola kegiatan Pramuka Peduli.
c. Unit Pramuka Peduli adalah satuan gerak yang dibentuk oleh Satgas Pramuka Peduli
atau anggota Gerakan Pramuka bersama masyarakat dengan koordinasi Kwartir
Cabang.
d. Aksi Pramuka Peduli adalah kegiatan bakti Pramuka bersama-sama masyarakat,
pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya yang
terintegrasi dan dikoordinasikan oleh Gerakan Pramuka untuk mengembangkan sumber
daya manusia, penanggulangan bencana, dan pelestarian lingkungan hidup.
e. Sasaran Pramuka Peduli adalah kelompok yang merupakan objek dari Program
Pramuka Peduli.
BAB II
TUJUAN, SASARAN, DAN RUANG LINGKUP
1. Tujuan
a. Umum
Mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, kelompok maupun organisasi
untuk menyukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang diselenggarakan
bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat
lainnya.
b. Khusus
1) Menumbuhkembangkan kesetiakawanan sosial dalam diri anggota Gerakan
Pramuka agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, memahami kondisi
lingkungan dan masyarakat.
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka
mengenai berbagai masalah yang terkait dengan upaya Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
3) Membantu mencegah dan menanggulangi dampak bahaya Narkoba/Napza,
HIV/AIDS, serta masalah kesehatan masyarakat lainnya.
4) Membantu meringankan beban penderitaan masyarakat yang tertimpa musibah
akibat bencana alam (gempa, longsor, banjir, angin ribut, dll) kebakaran, dan
konflik (pengungsi) serta berupaya pencegahan terjadinya bencana.
5) Mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
kelompok maupun organisasi untuk meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat
dengan berperanserta membantu masyarakat terhadap masalah-masalah lain yang
dihadapi masyarakat, terutama generasi muda.
6) Meningkatkan jumlah dan penyebaran anggota Gerakan Pramuka di seluruh
pelosok tanah air yang ikut-serta dalam pelaksanaan Program Pramuka Peduli.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 50
2. Sasaran
a. Anggota Gerakan Pramuka yang terdiri atas Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka
Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), Pramuka Pandega (21-25
tahun) dan anggota Dewasa yang dihimpun dalam gugusdepan, Satuan Karya Pramuka,
kwartir dan kelompok-kelompok yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka.
b. Masyarakat dan kaum dhuafa yang menjadi sasaran program pemerintah serta Lembaga
Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya.
c. Masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat di daerah potensi bencana.
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
1. Kebijakan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas maka disusun kebijakan pelaksanaan
Program Pramuka Peduli sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan mengefektifkan Aksi Pramuka Peduli.
Untuk melaksanakan Program Pramuka Peduli maka jajaran Kwartir Gerakan Pramuka
perlu mengembangkan potensi pramuka, baik sebagai pribadi, kelompok maupun
organisasi untuk menyukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang
diselenggarakan bersama masyarakat, pemerintah, serta Lembaga Swadaya dan
Organisasi Masyarakat lainnya.
b. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat.
Melalui Program Pramuka Peduli; Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian Lingkungan Hidup dengan melibatkan
sebanyak mungkin masyarakat dalam pelaksanaan pengidentifikasian sasaran,
penentuan kebutuhan dukungan program, pelaksanaan, pengendalian, dan penilaiannya.
2. Strategi
Program Pramuka Peduli dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan mengembangkan
prinsip 7M sebagai berikut:
a. Mendidik
Kegiatan Pramuka Peduli harus mengandung pendidikan nyata untuk pribadi,
khususnya Pramuka (dalam rangka mempersiapkan diri untuk membangun masyakarat)
maupun bagi anggota masyarakat, antara lain memberi keterampilan dasar untuk hidup
(Basic Life Skills).
b. Mudah
Merupakan kegiatan praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dengan
menyertakan masyarakat dan mengupayakannya menjadi kegiatan berkesinambungan
dengan mengembangkan ide dan kreatifitas.
c. Manfaat
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 51
Dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dan pramuka, guna mendapatkan
kesempatan untuk aktualisasi diri dan berlatih.
d. Murah
Dalam mencapai tujuan kegiatannya, harus memanfaatkan semaksimal mungkin media/
barang-barang yang ada atau dengan biaya yang semurah-murahnya.
e. Massal
Selalu melibatkan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan dan peningkatan sumber
daya manusia dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai azas gotong-royong.
f. Mitra kerja
Dalam setiap kegiatan perlu melibatkan mitra kerja; pemerintah/departemen/instansi
terkait, swasta dan organisasi kemasyarakatan, baik nasional maupun internasional guna
mendapatkan dukungan teknis dan finansial.
g. Media Massa
Melibatkan media massa, baik media cetak maupun elektronik dalam menyebarluaskan
informasi demi peningkatan kepedulian masyarakat terhadap keadaan sekitar dan
peningkatan citra Gerakan Pramuka.
BAB IV
KEGIATAN
1. Pembidangan
Program Pramuka Peduli diarahkan pada kegiatan anggota Gerakan Pramuka dalam upaya
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penanggulangan Bencana, dan Pelestarian
Lingkungan Hidup yang dilaksanakan dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan
dan Metode Kepramukaan, serta melibatkan masyarakat, pemerintah, serta Lembaga
Swadaya dan Organisasi Masyarakat lainnya.
Pengelompokan Bidang dalam Pramuka Peduli diatur sebagai berikut:
a. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan pada upaya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai
masalah yang terkait dengan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
mencerdaskan kehidupan bangsa agar dapat menggerakkan partisipasi masyarakat untuk
membudayakan kehidupan belajar, bekerja, dan membangun dalam masyarakat.
Kegiatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia antara lain:
1) Pelatihan/pendidikan:
a) Pembinaan Anak Jalanan (pendampingan di bidang kewirausahaan).
b) Kemah Sastra.
c) Pemberantasan buta aksara.
d) Penyuluhan Pertanian.
e) Penyuluhan pemberantasan penyakit
2) Aksi Pramuka Peduli, antara lain:
a) Karya Bakti Lebaran.
b) Yatim Piatu dan Kaum Dhuafa.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 52
c) Pendidikan.
d) Kesehatan/Gizi.
b. Bidang penanggulangan bencana.
Program Penanggulangan Bencana diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai masalah yang terkait
dengan upaya penanggulangan bencana, dan upaya-upaya pencegahan terjadinya
bencana.
Melaksanakan koordinasi dengan unsur terkait dalam penanggulangan bencana dan ikut
serta membantu mengatasi keadaan darurat dalam bentuk bantuan kemanusiaan kepada
masyarakat yang terkena bencana.
Kegiatan Bidang Penanggulangan Bencana antara lain:
1) Pelatihan (Tahap Pra Bencana).
a) Pelatihan Manajemen Bencana.
b) Pelatihan Penanggulangan bencana berbasis masyarakat.
c) Sosialisasi penanggulangan bencana.
d) Pelatihan Brigade Penolong.
2) Aksi Pramuka Peduli.
a) Tahap Terjadi Bencana.
(1) Kelompok Brigade Penolong/SAR.
(2) Kelompok Kesehatan.
(3) Kelompok Bantuan Sosial (dapur umum, logistik, pendataan, dll).
(4) Kelompok Pekerjaan Umum (rehabilitasi sarana/prasarana).
b) Tahap Pasca Bencana
(1) Aksi Peduli banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, Tsunami,
kebakaran, dll.
(2) Bantuan kemanusiaan (bumbung kemanusiaan, natura, pakaian layak
pakai, dll).
(3) Kemah Bakti.
c. Bidang pelestarian lingkungan hidup.
Program Pelestarian Lingkungan Hidup dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan bagi anggota Gerakan Pramuka mengenai berbagai masalah yang
terkait dengan upaya Pelestarian Lingkungan Hidup.
Kegiatan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup:
1) Pelatihan, antara lain:
a) Pelatihan Budidaya Tanaman.
b) Pelatihan Sarana/Prasarana Air Bersih.
c) Pelatihan Pengelolaan Sampah Terpadu (Reduce, Reuse, Recycle, Replant).
d) Pelatihan Daur Ulang.
e) Pelatihan pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim.
2) Aksi Pramuka Peduli, antara lain:
Lingkungan; bersih pantai, laut, daerah aliran sungai (DAS), penghijauan, dll.
a) Pelestarian alam (flora dan fauna).
b) Wisata alam.
2. Rencana Kerja
a. Pembentukan Satgas Pramuka Peduli Kwartir Daerah dan Kwartir Cabang.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 53
b. Koordinasi dengan unsur terkait.
c. Indentifikasi potensi pramuka serta potensi masyarakat dan wilayahnya.
d. Perencanaan program, pembinaan serta komunikasi, informasi dan edukasi.
e. Perencanaan dan pelaksanaan Aksi Pramuka Peduli.
f. Pelaporan, monitoring dan evaluasi.
BAB V
ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA
1. Organisasi
Satuan Tugas Pramuka Peduli terdiri atas unsur Pimpinan Kwartir, Andalan, Dewan Kerja
Penegak dan Pandega, Staf Kwartir, Pimpinan Satuan Karya Pramuka dan unsur-unsur lain
yang dapat mendukung program.
Kepengurusan Satuan Tugas Pramuka Peduli terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan
Anggota yang dibagi atas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bidang
Penanggulangan Bencana, dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup.
Unit Pramuka Peduli dapat terdiri atas anggota Gerakan Pramuka bersama masyarakat di
lingkungannya dengan koordinasi Kwartir Cabang, dan melakukan koordinasi dengan
institusi masyarakat setempat untuk mendapatkan dukungan.
(Bagan organisasi terlampir)
2. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Pramuka Peduli diatur sebagai berikut:
a. Unit-unit Pramuka Peduli sebagai unsur pelaksana Aksi Pramuka Peduli yang dibina
oleh Satgas Pramuka Peduli Kwartir Cabang bersama-sama unsur terkait dengan
mempertimbangkan potensi pramuka dan potensi wilayahnya.
b. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Daerah bersama unsur-unsur terkait melaksanakan
koordinasi untuk memberikan pelayanan dan informasi kepada Satuan-satuan Tugas
Pramuka Peduli Kwartir Cabang.
c. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Nasional bersama unsur-unsur terkait dapat membentuk
Kelompok Kerja guna menyusun kebijakan untuk mendukung upaya yang dilakukan
oleh Satuan Tugas Pramuka Peduli.
d. Satgas Pramuka Peduli Kwartir Nasional, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang
melaksanakan koordinasi dengan unsur-unsur terkait dalam melaksanakan Aksi
Pramuka Peduli.
BAB VI
DANA
Untuk melaksanakan kegiatan Pramuka Peduli diperlukan dana yang bersumber dari:
1. Gerakan Pramuka.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 54
2. Pemerintah.
3. Sumbangan dari masyarakat dan bantuan mitra kerja lain yang tidak mengikat.
BAB VII
PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI
1. Pelaporan
Laporan diperlukan sebagai alat pengendali kegiatan lapangan. Maka secara berjenjang,
Satgas dan Unit-unit Pramuka Peduli perlu menyampaikan laporan tertulis untuk setiap
Program Pramuka Peduli yang dilaksanakan dan laporan tahunannya.
2. Monitoring
Monitoring secara periodik dan terpadu dilakukan oleh Satuan Tugas Pramuka Peduli pada
setiap tingkatan.
Ruang lingkup monitoring adalah:
a. Proses perencanaan, pelaksanaan Program Pramuka Peduli yang dikaitkan dengan
rencana Aksi Pramuka Peduli yang telah disepakati bersama.
b. Monitoring dilakukan secara periodik, minimal 3 bulan sekali dan secara insidental
setiap Aksi Pramuka Peduli.
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh Satgas Pramuka Peduli mencakup tiga hal yang
berhubungan dengan proses, hasil dan dampak Program Pramuka Peduli.
a. Evaluasi proses; mencakup:
Evaluasi pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian Evaluasi pada aspek
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Aksi Pramuka Peduli.
b. Evaluasi hasil; mencakup:
1) Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari Program Pramuka
Peduli.
2) Analisa faktor pendukung dan atau penghambat keberhasilan Program Pramuka
Peduli.
c. Evaluasi dampak program; mencakup:
menilai pengaruh dari hasil Program Pramuka Peduli terhadap peningkatan citra
Gerakan Pramuka, kesejahteraan masyarakat serta kinerja Satgas dan Unit-unit Pramuka
Peduli.
BAB VIII
TANDA PENGHARGAAN
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 55
Penghargaan Pramuka Peduli dilaksanakan dalam rangka pembinaan watak anggota Gerakan
Pramuka dan diselenggarakan menurut aturan yang berlaku. Tanda penghargaan ini diberikan
sebagai sosialisasi tanda penghargaan Gerakan Pramuka; Tanda Kecakapan Khusus (TKK),
Tanda Ikut Serta Kegiatan (TISKA), Tanda Ikut Serta Gotong Royong (TIGOR) atau
Surat/Piagam penghargaan.
BAB IX
PENUTUP
Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Peduli ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan
Program Pramuka Peduli bagi Gerakan Pramuka.
Jakarta, 30 November 2007
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Ketua,
ttd
Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 56
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA
NOMOR: 230 TAHUN 2007
BAGAN ORGANISASI
SATUAN TUGAS (SATGAS) PRAMUKA PEDULI
Jakarta, 30 November 2007
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Ketua,
ttd
Prof. DR. Dr. H. Azrul Azwar, MPH
SATGAS PRAMUKA PEDULI
KWARNAS
KWARNAS
DKN
UNSUR TERKAIT
SATGAS PRAMUKA PEDULI
KWARDA
KWARDA
DKD
UNSUR TERKAIT
SATGAS PRAMUKA PEDULI
KWARCAB
KWARCAB
DKC
UNSUR TERKAIT
UNIT PRAMUKA PEDULI
UNIT PRAMUKA PEDULI
UNIT PRAMUKA PEDULI
MASYARAKAT ANGGOTA
GERAKAN
PRAMUKA
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 57
GLOSSARIUM
Bantuan : segala sesuatu yang diperoleh dari hasil bantuan dan atau sumbangan dari
berbagai pihak yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan.
Bencana : peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan merusak (hazard)
sehingga mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bivak : tempat berlindung sementara (darurat) dengan memanfaatkan fasilitas
seadanya agar terhindar dari cuaca buruk dan memberi rasa aman.
Logistik : segala sesuatu yang berujud dan dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan dan
papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang
yang habis pakai atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan
pokok), obat-obatan, pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur, dan
sebagainya.
Manajemen : ilmu dan seni dalam mengelola suatu kegiatan yang biasanya dalam
kegiatan tersebut digunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Pengadaan : suatu proses tersedia barang dan jasa sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Peralatan : segala bentuk alat yang dapat dipergunakan untuk membantu
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan
kebutuhan dasar dan untuk pemulihan segera prasarana dan sarana vital.
Termasuk dalam kategori peralatan ini misalnya peralatan perahu karet,
mobil rescue tactical unit, mobil dapur umum, mobil tangki air, tenda,
pompa, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, dan alat-alat berat.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 58
BAHAN PUSTAKA
1. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 230 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Pramuka Peduli.
2. Materi Pelatihan Pemuda Peduli Bencana Provinsi Jawa Barat tahun 2009.
3. Juklak PMI tentang Pendirian Dapur Umum untuk Bencana Alam.
4. Kurikulum Pelatihan Manajemen Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan
Bencana; Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB 2010.
5. Kurikulum Pelatihan Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana;
Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB 2010.
6. Penanggulangan Bencana Cuaca dan Iklim di Indonesia; Kedeputian Pencegahan dan
Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
7. Karakteristik Bencana dan Siklus Penanggulangannya; Tim Ilmu Alamiah Dasar Universitas
Airlangga.
Harmasto H.K. – Naskah Buku 2 (Final) ----------------------------------------------------------------------------
Pramuka; Sigap Membantu Penyelamatan Bencana Alam | 59
Referensi Internet
1. id.wikipedia.org
2. www.depsos.go.id
3. http://menwauad.wordpress.com
Sumber Gambar
1. http://www.preventionweb.net
2. http://media.viva.co.id
3. http://1.bp.blogspot.com
4. http://statik.tempo.co
5. http://data.tribunnews.com
6. http://postmediaprovince.files.wordpress.com
7. http://sumutpos.co
8. http://2.bp.blogspot.com
9. http://smkpenghulusaad.files.wordpress.com
10. http://kutaikartanegara.com
11. http://danger.mongabay.com
12. http://www.boatstogo.com
13. http://media.arkansasonline.com
14. pribadi
15. http://blokbojonegoro.com
16. http://4.bp.blogspot.com
17. http://v-images2.antarafoto.com
18. http://bsar.org
19. http://www.skedco.com
20. http://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net
21. http://nhichocs.files.wordpress.com
22. http://gepramansel.files.wordpress.com
23. http://korem031.mil.id
24. http://greenerz.files.wordpress.com
25. http://johnxsafaris.files.wordpress.com
26. http://www.survival-gear-guide.com