5
Tingkat Konsumsi Ikan: Peluang, Hambatan dan Strategi Apakah yang anda lakukan jika anda terkurung di suatu tempat selama beberapa waktu lamanya dan tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam film 127 hours diceritakan seorang pemuda yang mempunyai hobi sebagai pecinta alam dan mendaki gunung, pada suatu kesempatan tanpa disengaja dia jatuh kedalam himpitan tebing dan tertindih oleh sebuah batu besar selama 127 jam, film ini diangkat berdasarkan kisah nyata yang kemudian ditampilkan ke layar lebar. Sunggu situasi yang sangat sulit dan tidak terbayangkan oleh siapapun bahwa hal seperti ini bisa menimpanya. Mungkin anda akan bertanya apa hubungan cerita dalam film tersebut dengan judul tulisan diatas. Banyak hal yang bisa dihubungkan dengan cerita yang ada di film itu yaitu sebagai bangsa yang mempunyai potensi kelautan yang sangat besar dan produksi perikanan peringkat ke -13 terbesar di dunia ternyata angka tingkat konsumsi ikan Indonesia masih sangat rendah bahkan berada di bawah Malaysia padahal jumlah penduduk Indonesia yang 237 juta jiwa jauh lebih banyak jika dibandingkan Malaysia yang hanya berpenduduk 27 juta jiwa. Yang artinya bangsa kita masih menghadapi berbagai masalah dan rintangan sehingga membuat bangsa kita seakan-akan terkurung dan tidak bisa berbuat banyak. Menurut hasil perhitungan, angka konsumsi ikan Indonesia yaitu 30,47 kg/kapita/tahun sedangkan Malaysia angka konsumsi ikannya 45 kg/kapita tahun. Beberapa faktor ditengarai sebagai penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan di Indonesia, antara lain karena (1) kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan; (2) rendahnya suplai ikan, khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi pemasaran ikan; (3) belum berkembangnya teknologi pengolahan/pengawetan ikan sebagai bentuk keanekaragaman dalam memenuhi tuntutan selera konsumen; dan (4) sarana pemasaran dan distribusi masih terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Tingkat konsumsi ikan

  • Upload
    pt-sasa

  • View
    23

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tingkat konsumsi ikan

Tingkat Konsumsi Ikan: Peluang, Hambatan dan Strategi

Apakah yang anda lakukan jika anda terkurung di suatu tempat selama beberapa waktu lamanya dan tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam film 127 hours diceritakan seorang pemuda yang mempunyai hobi sebagai pecinta alam dan mendaki gunung, pada suatu kesempatan tanpa disengaja dia jatuh kedalam himpitan tebing dan tertindih oleh sebuah batu besar selama 127 jam, film ini diangkat berdasarkan kisah nyata yang kemudian ditampilkan ke layar lebar. Sunggu situasi yang sangat sulit dan tidak terbayangkan oleh siapapun bahwa hal seperti ini bisa menimpanya.

Mungkin anda akan bertanya apa hubungan cerita dalam film tersebut dengan judul tulisan diatas. Banyak hal yang bisa dihubungkan dengan cerita yang ada di film itu yaitu sebagai bangsa yang mempunyai potensi kelautan yang sangat besar dan produksi perikanan peringkat ke -13 terbesar di dunia ternyata angka tingkat konsumsi ikan Indonesia masih sangat rendah bahkan berada di bawah Malaysia padahal jumlah penduduk Indonesia yang 237 juta jiwa jauh lebih banyak jika dibandingkan Malaysia yang hanya berpenduduk 27 juta jiwa. Yang artinya bangsa kita masih menghadapi berbagai masalah dan rintangan sehingga membuat bangsa kita seakan-akan terkurung dan tidak bisa berbuat banyak. Menurut hasil perhitungan, angka konsumsi ikan Indonesia yaitu 30,47 kg/kapita/tahun sedangkan Malaysia angka konsumsi ikannya 45 kg/kapita tahun.

Beberapa faktor ditengarai sebagai penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan di Indonesia, antara lain karena (1) kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan; (2) rendahnya suplai ikan, khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi pemasaran ikan; (3) belum berkembangnya teknologi pengolahan/pengawetan ikan sebagai bentuk keanekaragaman dalam memenuhi tuntutan selera konsumen; dan (4) sarana pemasaran dan distribusi masih terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Page 2: Tingkat konsumsi ikan

Kedua gambar di atas menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Konsumsi Ikan dipengaruhi oleh Dimensi Mikro dan Dimensi Makro, dikatakan sebagai dimensi mikro artinya ruang lingkupnya lebih kecil sedangkan dimensi makro artinya ruang lingkup jauh lebih besar artinya konsumsi ikan dipengaruhi oleh produksi ikan, ketersediaan ikan dan distribusi ikan.

Pendekatan Strategi

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dapat terlihat dengan jelas dari gambar-gambar diatas maka dilakukan 3 cara Strategi pendekatan yaitu : (1) Sisi Permintaan Ikan /DEMAND; (2) Sisi Penawaran Ikan /SUPPLY; dan (3) Penguatan kelembagaan. Dimana berdasarkan analisis, dengan menggunakan ketiga pendekatan tersebut maka diharapkan akan meningkatan angka konsumsi ikan.

Tujuan dari upaya peningkatan konsumsi ikan dari sisi permintaan konsumen adalah meningkatkan konsumsi ikan kepada semua lapisan masyarakat dalam rangka pemanfaatan dan pendayagunaan potensi perikanan di Indonesia. Hal ini dilakukan melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat luas melalui kegiatan promosi. Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan penyampaian massage (pesan) kepada masyarakat. Promosi dalam hal ini dilakukan untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan. Oleh karenanya diperlukan promosi berkualitas tinggi untuk mengubah perilaku konsumsi individu, keluarga, atau masyarakat agar semakin meningkatkan konsumsi ikan. Selain itu kegiatan promosi juga harus melibatkan berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, LSM dan juga masyarakat agar dapat lebih efektif dan efisien. Pendekatan promosi dilakukan dengan cara STP/ Segmentasi-Targeting-Positioning, artinya mulai dengan mengidentifikasi khalayak sasaran untuk kemudian dilakukan segmentasi, kemudian setelah itu dilakukan targeting atau membidik segmen-segmen mana saja yang ingin dikejar, hal ini penting karena tidak semua segmen dapat dilakukan pendekatan promosi dengan cara yang sama. Setelah itu dilakukan positioning, yang tujuannya adalah menanamkan pentingnya mengkonsumsi ikan untuk meningkatkan kecerdasan.Media untuk penyampaian pun juga harus beragam, mulai dari media elektronik, media cetak, kegiatan-kegiatan penyuluhan, seminar, lokakarya dan lain-lain. Setelah implementasi promosi dilakukan kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi.

Page 3: Tingkat konsumsi ikan

Sedangkan dari sisi penawaran, permasalahan yang dihadapi dari kondisi perikanan di Indonesia adalah kelebihan penawaran karena potensi yang melimpah, sumbangan sektorperikanan bagi PDB nasional masih relatif rendah, selain itu rendahnya angka konsumsi per kapita per tahun merupakan indikasi masih belum berkembangnya pasar ikan domestik, masih kurang baiknya sistem informasi yang menghubungkan antara supplier dan pembeli juga merupakan salah satu faktor penyebab. Belum optimalnya informasi pasar dapat menyebabkan over supply di suatu daerah, sementara di daerah lain terjadi kelangkaan produk yang diminati konsumen. Kelebihan penawaran juga dapat berdampak negatif karena ikan bersifat perishable (mudah rusak). Sistem informasi pasar memerlukan dukungan infrastruktur dan kerjasama yang terintegrasi luas untuk memenuhi kebutuhan informasi yang handal, cepat, tepat, lengkap dan akurat. Melalui sistem informasi yang handal diharapakan dapat diketahui informasi: siapa, dimana, membutuhkan atau mempunyai apa, dalam jumlah berapa, dan kapan diperlukan/akan dijual.

Upaya untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran dalam rangka peningkatan konsumsi ikan disamping membutuhkan strategi dari sisi permintaan dan sisi penawaran, juga membutuhkan strategi pada aspek kelembagaan. Dalam hal kelembagaan, haruslah dilakukan pemberdayaan para stake holder di sektor kelautan dan perikanan, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan juga perguruan tinggi.sebagai mana yang terlihat pada gambar dibawah.

Page 4: Tingkat konsumsi ikan

Dalam menghadapi sebuah permasalahan diperlukan perencanaan untuk mengantisipasinya. Dengan sumber daya perikanan yang melimpah maka seharusnya bangsa kita bisa mengambil manfaat yang besar, akan tetapi semua rencana jika hanya berpaku pada pola pikir semu dan kaku maka akan sulit untuk direalisasikan karena itu diperlukan fleksibiltas berpikir dan bertindak serta kontribusi dan kesadaran dari semua pihak. Tingkat konsumsi ikan hanyalah sebagian kecil yang menunjukkan bahwa bangsa kita tertinggal. Kembali ke awal tulisan ini, ibarat film yang berjudul 127 hours , masih maukah kita untuk terus terkurung.

Berbagai Sumber: Ronny

Sumber : http://www.wpi.kkp.go.id/?p=709