19
TUGAS HOMECARE “ DIMENTIA” Kelompok 5 : 1. Mu’awinatul Pahriah 2. Nur Ulpa Giantika 3. Septi Pratiwi 4. Wahinda Rahmatia 5. Yona Shintya Jl. Karanggan No. 02 Citeureup, Bogor 021- 87904354

Makalah Dimentia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Dimentia

TUGAS HOMECARE

“ DIMENTIA”

Kelompok 5 :

1. Mu’awinatul Pahriah

2. Nur Ulpa Giantika

3. Septi Pratiwi

4. Wahinda Rahmatia

5. Yona Shintya

Jl. Karanggan No. 02 Citeureup, Bogor

021- 87904354

[email protected]

Page 2: Makalah Dimentia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan

hidayah-nya penyusun telah mampu menyelesaikan makalah seputar penyakit Dimentia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Homecare.

Disusunnya makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca

seputar penyakit dimentia. Penyusun juga menyadari bahwa selama penyusunan

makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda.

            Makalah ini bukanlah makalah yang sempurna karena masih memiliki banyak

kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penyusunannya. Oleh

sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini, akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat

bagi penyusun dan bagi pembaca. Amin.

Citeureup, 25 Januari 2015

Penyusun

Page 3: Makalah Dimentia

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. DefinisiB. EpidemiologiC. KlasifikasiD. Tanda dan GejalaE. PatofisiologiF. DiagnosisG. PenatalaksanaanH. Contoh Kasus................................................................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.B. Saran.......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Dimentia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 5: Makalah Dimentia

BAB II

ISIA. Definisi

a. Dimensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan

mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi yang normal juga aktivitas

kehidupan sehari-hari ( AKS ) . ( Mickey Stanley, 2006 ).

b. Dimensia adalah syndrome penyakit akibat kelainan otak bersifat

kronik/progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur yaitu : daya ingat, daya

fikir,daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,

berbahasa, kemampuan menilai.

c. Volicer,L., Hurler A.C., Mahoney,E (1998) Dimensia adalah gangguan kognitif

dan memori yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.penderita demensia

sering kali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan padas tingkah laku

harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak

mengganggu (non-disruptive).

d. Grayson (2004) menyebutkan bahwa dimensia bukanlah sekedar penyakit

biasa , melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau

kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari

gejala dimensia adalah penyakit Alzheimer , penyakit vascular, dimensia lewy body,

dimensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya penyakit lain, lima puluh

sampai enampuluh persen penyebab dimensiia adala penyakit Alzheimer.

B. Epidemiologi ;

Dimensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia , dimensia sedang

hingga berat bervariansi pada tiap kelompok usia. Pada kelompok usia 65 tahun

dimensia sedang hingga berat mencapai 5 % , sedangkan pada kelompok usia 85

tahun mencapai 20 hingga 40 %. Dari seluruh pasien yang menderita dimensia 50

Page 6: Makalah Dimentia

hingga 60 % diantaranya menderita jenis dimensia yang paling sering dijumpai,

yaitu dimensia tipe Alzheimer (Alzheimer’s disease), dimensia tipe ini meningka

seiring bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun adlah 0,6% pada

pria dan 0,8 % pada wanita. Pada usia 90 tahun mencapai 21 % . pasien dengan

dimensia Alzeimer membutuhkan lebih dari 50 % perawatan rumah (nursing home

bed).

Jenis dimensia yang paling lazim ditemui berikutnya adalah dimensia vaskuler ,

yang dikaitkan dengan penyakit serebrovaskuler . hipertensi merupakan factor

presdiposisi bagi seseorang untuk menderita dimensia . dimensia vaskuler meliputi

15 hingga 30 % dari seluruh kasus dimensia . dimensia vaskuler yang paling sering

ditemui pada seseorang yang berusia antara 60 hingga 70 tahun dan lebih sering

pada laki-laki dari pada wanita, sekitar 10 hingga 15% menderita kedua jenis

dimensia tersebut.

Pada negara industri kasus dimensia 0,5 – 1,0 % dan di amerika jumlah dimensia

pada usia lanjut 10 – 15 % atau sekitar 3- 4 juta orang . dimensia terbagi menjadi

dua yakni dimensia Alzheimer merupakan kasus dimensia terbanyak dinegara

amerika dan eropa sekitar 50-70 %. Dan dimensia vaskuler penyebab kedua sekitar

15-20% sisanya 15-35% di sebabkan dimensia lainnya. Di jepang dan cina dimensia

vaskuler 50-60% dan 30-40% dimensia akibat penyakit Alzheimer.

C. Klasifikasi:

1. Dimensia alzheimer

Dari semua pasien dimensia, 50-60% memiliki dimensia tipe ini. Orang

yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini alois alzheimer sekitar tahun

1910 dimensia ini di tandai dengan gejala :

a. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif

b. Daya ingat terganggu , ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan

fungsi eksekutif

c. Tidak mampu mempelajari/mengingat informasi baru

Page 7: Makalah Dimentia

d. Perubahan kepribadian (depresi,obsesitive,kecurigaan)

e. Kehilangan inisiatif

2. Dimensia vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan alzheimer

tetapi terdapat gejala-gejala/tanda-tanda neurologis fokal seperti:

a. Peningkatan reflek tendo dalam

b. Respontar eksensor

c. Palsi pseudobullar Kelainan gaya berjalan

d. Kelemahan anggota gerak

Dimensia vaskuler merupakan dimensia kedua yang paling sering pada

lansia, sehingga perlu di bedakan dengan dimensia alzheimer.

D. Tanda dan Gejala:

Secara umum tanda dan gejala dimensia adalah :

1. Menurun nya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita dimensia , “lupa”

menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita , dimensia berada.

3. Penurunan dan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi , mengulang kata atau

cerota yang sama berkali-kali.

4. Ekspresi yang berlebihan , misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah

drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa

takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita dimensia kadang tidak mengerti

mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

5. Adanya perubahan perilaku , seperti acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

E. Patofisiologi :

Penyakit alzheimer mengakibatkan sedikitnya 2/3 kasus dimensia. Penyebab

spesifik penyakit alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetik berperan

Page 8: Makalah Dimentia

dalam hal itu. Teori –teori lain yang pernah populer, tetapi saat ini kurang

mendukung, antara lain adalah efek toksik dari alumunium, virus yang berkembang

perlahan sehingga menimbulkan respon atau defisiensi biokimia. Dr. alois alzheimer

pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak

mayat yang menderita penyakit alzheimer : plak amiloid dan kekusutan neorofibril

terdapat juga penuruna neotransmitter tertentu , terutama asetilkolin. Area otak yang

terkena penyakit alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipotalamus ,

keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori

Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protein

yang lebih besar, protein precursor amiloid ( amyloid precursor protein / APP ).

Keluarga-keluarga dengan awitan dini penyakit alzheimer yang tampak sebagai

sesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya

mengalami mutasi gen APP-nya . Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan

awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat

peningkatan risiko awitan lambat penyakit alzheimer dengan menurunnya alel apo

E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel

syaraf yang berpilin, yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari

simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Aseltikolin dan neurotransmitter

merupakan zat kimia yang di perlukan untuk mengirim pesan melewati syaraf.

Deficit neurotransmitter pemecahan proses komunikasi yang kompleks diantara sel-

sel pada system saraf.

Dimensia multi-infark adalah penyebab dimensia kedua yang paling banyak

terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit cerebrovaskular yang seperti

namanya berkembang menjadi infark multipel diotak. Dalam perbandingannya

dengan penderita penyakit alzhemer, orang-orang dimensia multi infark mengalami

awitan penyakit yang tiba-tiba,lebih dari sekedar deteriorasi klinear pada kognisi dan

fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan diantara pristiwa-pristiwa

cerebrovascular. Sebagian besar pasien dengan penyakit parkinson yang menderita

perjalanan penyakit yang lama dan parah akan mengalami dimensia. Pada satu

study, pasien-pasien diamati selama 15-18 tahun setelah memasuki program

Page 9: Makalah Dimentia

pengobatan levodopa, dan 80% diantaranya menderita dimensia sedang atau parah

sebelum akhirnya meninggal dunia (Mickey Stanley 2006).

F. Diagnosis :

Diagnosis di fokuskan pada hal-hal berikut :

a. Pembedaaan antara belirium dan dimensia.

b. Bagian otak yang terkena

c. Penyebab yang potensial reversibel

d. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa di obati relatif mudah)

e. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

f. Pemerriksaan laboratorium, pemeriksaan EEC

g. Pencitraan otak amat penting CT/MRI

G. Penatalaksaan :

Pendekatan pengobatan umum pada pasien dimensia adalah untuk memberikan

perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan

pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang

mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung,

dan pengobatan farmakologis simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan

yang tepat, terapi rekreaksi dan aktivitas, perhatian terhadap visual dan auditoris,

dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus

dekubitus, dan disfungsi cardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada

pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,kesedihan, dan masalah

psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.

Obat untuk dimesia :

a. Cholinedan lecithin

Defisit asetikolin dikorteks dan hipokampus pada dimensia alzheimer dan

hipotensi tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti

untuk mengrahkan perhatiannya pada neurotransmitter.

Page 10: Makalah Dimentia

b. Neuropeptide vasopressin dan ACTH

Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan

informasi dan kata-kata. Pada lansia gangguan psiko-organik, pemberian ACTH

dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaaan umum.

c. Nootropicagent

Dari golongan netropic substances ada 2 jenis obat yang sering digunakan dalam

terapi dimensia, ialah nicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya

berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi

serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi

oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku,aktivitas,dan mengurangi bingung

serta memperbaiki kognisi. Disisi lain nicer goline tampak bermanfaat untuk

memperbaiki perasaan hati dan perilaku.

H. Contoh Kasus :

Tn. E sudah dirawat di rumah sakit selama 5 hari, keluarga pasien mengatakan

Tn. E mudah lupa pada kegiatan yang pernah dilakukan dan Mulai tidak mengenal

kerabat dekatnya. Dokter mendignosa pasien mengalami Dimentia. TTV : TD

140/80mmHg, S 37,5°c, RR 28x/menit, N 90x/menit.

Ds : Keluarga pasien mengatakan Tn.E mudah lupa

Do : Mudah lupa, bicara kacau, dan mulai tidak mengenal orang terdekat

Prioritas : Gangguan proses pikir

Intervensi :

1. Observasi TTV

2. Temani pasien saat berpergian

3. Anjurkan pasien membaca buku untuk merangsang otak

4. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental sehat

5. Anjurkan keluarga untuk tidak membuat pasien stress

6. Bantu perawatan diri

Prioritas : Gangguan pola berfikir

Page 11: Makalah Dimentia

Evaluasi :

S : keluarga pasien mengatakan Tn.E mudah lupa

O : Mudah lupa, bicara kacau, dan mulai tidak mengenal orang terdekat.

A : Gangguan pola berfikir

P : Lanjutkan intervensi

1. Observasi TTV

2. Temani pasien saat berpergian

3. Anjurkan pasien membaca buku untuk merangsang otak

4. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental sehat

5. Anjurkan keluarga untuk tidak membuat pasien stress

6. Bantuan perawatan diri

Page 12: Makalah Dimentia

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Selemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : FKUI

Nugroho, Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2 . Jakarta EGC

Page 13: Makalah Dimentia