22
MAKALAH ETIKA PROFESI HUKUM PERBEDAAN TEORI ETIKA EGOISME DAN TEORI ETIKA UTILITARIANISME OLEH : YULITANIA LAKSMITA ZAHRA 031211133072 / A-1 FAKULTAS HUKUM

Makalah etika profesi hukum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah etika profesi hukum

MAKALAH ETIKA PROFESI HUKUM

PERBEDAAN TEORI ETIKA EGOISME DAN TEORI ETIKA UTILITARIANISME

OLEH :

YULITANIA LAKSMITA ZAHRA 031211133072 / A-1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Page 2: Makalah etika profesi hukum

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, dibutuhkan suatu panduan bagaimana manusia itu

bergaul yang biasa dapat dikenal dengan tata krama atau sopan santun, dan sebagainya. Panduan

atau pedoman ini adalah agar kepentingan masing-masing antar individu saling terjaga dan tidak

merugikan yang lain, dan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di sekitar kita, serta tidak

bertentangan dengan hak-hak asasi pada umumnya. Dari situlah dimulai tumbuhnya etika dalam

hidup masyarakat. Para ahli berpendapat bahwa etika adalah sebagai aturan tingkah laku, atau

adat kebiasaan manusia dengan sesamanya dalam pergaulan dan menegaskan mana yang benar

dan buruk dari tingkah laku itu. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani yaitu

“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan

erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam

bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan

melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Pengertian etika dan moral kurang leih adalah sama, namun dalam kegiatan sehari-hari terdapat

perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan

etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Terdapat beberapa teori yang

membahas mengenai etika yang dalam makalah ini akan dibahas mengenai 1 teori etika yakni

Page 3: Makalah etika profesi hukum

teori etika teleologi yang lebih lanjut terbagi menjadi dua aliran yang berbeda, yaitu egoisme dan

utilitarianisme dimana akan dijelaskan dalam makalah ini perbedaan prinsip antara kedua liran

tersebut beserta contoh konkrit terkait keduanya.

Teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos (τέλος), yang berarti akhir, tujuan,

maksud, dan logos (λόγος), perkataan. Teleologi sendiri sebagai suatu ajaran yang menerangkan

bahwa segala sesuatu atau kejadian mengarah pada tujuan tertentu. Baik dan buruknya suatu

tindakan diukur dalam etika teleologi berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan

itu. Teleologi dapat diartikan sebagai suatu pertimbangan moral terhadap baik buruknya suatu

tindakan, teleologi ini tahu mana yang benar dan mana yang salah, walau tetap yang terpenting

yaitu tujuan dan akibatnya. Walaupun suatu tindakan itu salah dimata hukum tapi bila tujuan dan

akibatnya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Tapi tetap saja, tujuan yang baik itu harus tetap

diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Etika teleologi dikatakan bersifat situasional

adalah karena tujuan dan akibat dari suatu tindakan sangat bergantung pada situasi khusus, ini

sejalan dengan pendapat Kant yang menyatakan setiap norma dan kewajiban moral itu tidak bisa

langsung berlaku begitu saja di setiap situasi. Contoh kasus dri teri teleologi ini yaitu saat

seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini baik untuk

Page 4: Makalah etika profesi hukum

moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar hukum sehingga etika

teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat

bergantung pada situasi khusus tertentu. Kasus lain lagi, yaitu saat terjadi monopoli di PT. PLN

terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan,

penyelenggaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan

hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

Dengan adanya permasalahan seperti bagaimana cara menilai akibat dan tujuan yang baik dari

suatu tindakan juga diperuntukkan untuk siapakah itu, maka muncullah aliran-aliran teleologi,

yaitu egoisme dan utilitarianisme.

Egoisme merupakan suatu pandangan dimana tiap orang bertujuan untuk mengejar

kepentingan atau memajukan diri mereka sendiri. Bila menurut bahasa Aristoteles, yaitu tujuan

hidup dan tindakan setiap manusia adalah untuk mengejar kebahagiaannya. Egoisme dipandang

bermoral dan etis dengan alasan bahwa kebahagiaan dan kepentingan pribadi dalam bentuk

hidup, hak, dan keamanan secara moral dianggap baik dan pantas untuk diupayakan dan

Page 5: Makalah etika profesi hukum

dipertahankan. Ada dua konsep yang berhubungan dengan egoisme yang diperkenalkan oleh

Rachels (2004), yakni :

1. Egoisme psikologis, yaitu suatu teori yang menjabarkan bahwa semua tindakan manusia

dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri, dimana tiap orang boleh untuk yakin ada tindakan

mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namn semua tindakan itu hanyalah ilusi

karena kenyataannya setiap orang hanya memedulikan dirinya sendiri. Menurut teori ini,

tidak ada tindakan yang sesungguhnya altruis (peduli pada orang lain atau mengutamakan

kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri). Dalam praktek

kehidupan sehari-hari nampaknya terjadi, hal itu memang hanya nampaknya saja demikian.

Sebab apabila orang mau meneliti apa motivasi sesungguhnya yang mendorong dilakukan

tindakan itu, akan menjadi nyata bahwa tindakan altruis itu tidak lain hanyalah bentuk

terselubung dari cinta diri. Thomas Hobbes (1588-1679) dan kemudian dikembangkan oleh

Moritz Schlick (1881-1936) mengajukan pendapat bahwa untuk menilai suatu tindakan,

orang perlu menemukan motivasi sesungguhnya dari tindakan tersebut, dan untuk ini orang

perlu tidak hanya berhenti pada penafsiran yang dangkal. Menyebut suatu tindakan sebagai

ungkapan sikap altruis menurut dia merupakan suatu penafsiran yang terlalu dangkal

Page 6: Makalah etika profesi hukum

terhadap kejadian yang sesungguhnya. Kalau orang mau mengakui kenyataan, motivasi

yang sesungguhnya selalu mengandung unsur cinta diri. Sebagai contoh misalnya apa yang

disebut cintakasih. Motivasi yang sesungguhnya di balik tindakan menolong orang lain

adalah mau menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, lebih mampu, lebih

unggul dari yang ditolong. Dalam tindakan berbelaskasih, alasan yang sebenarnya mengapa

kita mempunyai rasa belaskasih terhadap sesama manusia yang menderita adalah karena kita

sendiri berharap agar kalau kita berada dalam situsai macam itu orang lain pun

berbelaskasih atau mau menolong kita. Pada orang yang berbelaskasih ada kekhawatiran

jangan-jangan penderitaan atau kemalangan yang sama nanti suatu ketika juga menimpa

dirinya. Menurut James Rachels, argumentasi yang mendasari paham egoisme psikologis

sepintas nampak sulit dibantah, namun argumentasinya sebenarnya muncul karena beberapa

kerancuan pengertian. Kalau kerancuan tersebut dapat diurai, menjadi jelas bahwa

argumentasi mereka yang menganut egoisme psikologis tidak dapat dipertahankan.

Sekurang-kurangnya terkandung tiga jenis kerancuan pengertian dalam argumentasi yang

dikemukakan oleh para penganut dan penganjur egoisme psikologis. Kerancuan yang

pertama adalah kerancuan pengertian antara egoisme dalam arti mendahulukan kepentingan

Page 7: Makalah etika profesi hukum

diri sendiri (selfishness) dan egoisme dalam arti berguna untuk diri sendiri (self-interest).

Keduanya tidak sama. Kalau saya mematuhi hukum yang berlaku atau bekerja keras di

kantor, ini tidak dapat dikatakan bahwa saya egois dalam arti hanya mendahulukan

kepentingan diri saya sendiri. Perbuatan itu memang pada dasarnya berguna (atau mungkin

lebih tepat bernilai) untuk diri saya sendiri. Arti yang kedua ini sebenarnya tidak tepat untuk

disebut egois. Dalam pengertian egois sebenarnya selalu terkandung penilaian negatif bahwa

si pelaku tidak mempedulikan kepentingan orang lain dan hanya mementingkan dirinya

sendiri melulu.

2. Konsep kedua setelah Egoisme Psikologis yaitu Egoisme Etis, tapi disini karena teori

Egoisme Etis mendasarkan diri pada teori Egoisme Psikologis, maka sebelum membahas

Egoisme Etis dibahas lebih dulu Egoisme Psikologis. Egoisme etis, yakni tindakan yang

dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri

mengabaikan atau merugikan kepentingan orang laih, sedangkan tindakan mementingkan

diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. Berikut adalah pokok-pokok

pandangan egoisme etis:

Page 8: Makalah etika profesi hukum

Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri

maupun kepentingan orang lain.

Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga adalah kepentingan diri.

Meski egoisme etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan

diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan

menolong orang lain

Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan

untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut

bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga

dalam rangka memenuhi kepentingan diri.

Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang

lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu

benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu

menguntungkan diri sendiri.

Egoisme Etis biasanya mendasarkan diri pada apa yang dikemukakan oleh Egoisme

Psikologis. Tetapi kita sudah lihat di atas, bahwa pendapat pokok Egoisme Psikologis tidak

Page 9: Makalah etika profesi hukum

dapat dipertahankan. Sebagaimana Egoisme Psikologis, Egoisme Etis meredusir

kompleksitas motivasi tindakan manusia pada motif mencari apa yang menguntungkan bagi

diri sendiri. Tetapi ini tidak sesuai dengan kenyataan. Bahwasanya Egoisme Etis dapat

menjelaskan kewajiban moral atas dasar prinsip kepentingan diri atau motif mencari apa

yang menguntungkan bagi diri sendiri, belumlah merupakan bukti bahwa kepentingan diri

merupakan satu-satunya dasar bagi kewajiban moral. Hanya kalau dapat dibuktikan bahwa

kepentingan diri merupakan satu-satunya dasar bagi kewajiban moral, maka Egoisme Etis

sebagai suatu teori moral normatif tidak dapat diterima. Contoh nyata mengenai egoisme

etis yaitu para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan” dengan melakukan

berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya. Mereka bertuuan untuk

mencapai kepentingan pribadi mereka sendiri dan memajukan dirinya sendiri.

Utilitarianisme berasal dari kata ‘utilis’ : manfaat, teori ini dikembangkan oleh Jeremy

Bentham (1748-1832) dengan melihat permasalahan pada kebijaksanaan publik saat itu. Teori ini

disebut juga sebagai teori ‘konsekuensialisme’, kualitas moral ditentukan oleh konsekuensi atau

akibat yang dibawakannya. Perbuatan yang bermaksud baik tapi tidak menghasilkan apa-apa,

tidak disebut baik. Utilitarianisme adalah penilaian suatu perbuatan berdasarkan baik dan

Page 10: Makalah etika profesi hukum

buruknya tindakan atau kegiatan yang bertumpu pada tujuan atau akibat dari tindakan itu sendiri

bagi kepentingan orang banyak, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness

of the greatest numbers”. Utilitarianisme bahkan bisa membenarkan suatu tindakan yang secara

deontologis tidak etis sebagai tindakan yang baik dan etis, yaitu ketika ternyata tujuan atau

akibat dari tindakan itu bermanfaat bagi bayak orang. Utilitarianisme sangat menghargai

kebebasan setiap pelaku moral. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa

manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat

sebagai keseluruhan. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak ada

siapa yang memperoleh manfaat, egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,

sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan

bersama, kepentingan masyarakat). Terdapat 3 prinsip utilitarianisme, yakni :

1. Suatu kebijaksanaan atau tindakan adalah baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika

kebijaksanaan atau tindakan tersebut mendatangkan manfaat atau keuntungan;

2. Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama baiknya, kebijaksanaan atau tindakan yang

mempunyai manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik.

Page 11: Makalah etika profesi hukum

3. Diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama mendatangkan manfaat terbesar,

keijaksanaan atau tindakan yang mempunyai manfaat bagi orang banyak.

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat contoh-contohnya nyata teori utlitarianisme ini,

diantaranya seperti melakukan kerja bakti yang diadakan di lingkungan sekitar, sebagai upaya

untuk kebersihan lingkungan dan membuat tempat tersebut juga jadi nyaman dan sehat untuk

masyarakatnya. Selain itu, kewajiban untuk menepati janji juga selain untuk kepentingannya

sendiri, terdaat kepentingan orang lain atau mungkin orang banyak di dalamnya. Contoh yang

lebih kompleks, yaitu perusahaan DJISAMSOE (rokok) memproduksi rokok dari tembakau

pilihan, dengan tingkat produk yang banyak beredar dipasaran akan mendapat keuntungan yang

besar, tetapi keuntungan yang besar itu pula menyebabkan tingkat pajak yang tinggi terhadap

perusahaan. Maka perusahaan mengambil keputusan yaitu dengan menggunakan metode

utilitarian “ setiap pembeli rokok yang diproduksi oleh DJISAMSOE akan membayar pajak yang

ditangguhkan”. Dengan demikian perusahaan tidak lagi membayar pajak, tetapi konsumenlah

yang membayarnya. Dari situ, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kekurangan dari etika

utilitarianisme ini, antara lain adalah :

Page 12: Makalah etika profesi hukum

Konsep ‘manfaat’ yang begitu luas sehingga pada prakteknya malah menimbulkan masalah.

Contoh : masuknya industrialisasi di daerah pedesaan, kasus “Riady Connection”, Kasus

Impor Beras.

Hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya. Padahal

sangat mungkin terjadi suatu tindakan pada dasarnya tidak baik tetapi ternyata

mendatangkan keuntungan atau manfaat

Tidak menghargai kemauan atau motivasi baik seseorang

Secara khusus sulit untuk menilai (mengkuantifikasi) variable moral. Contohnya : polusi

udara, hilangnya air bersih, kenyamanan, dsb.

Page 13: Makalah etika profesi hukum

SUMBER :

- http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/360/jbptunikompp-gdl-uminarinaw-17979-1-teori.pdf

- https://r4hm190.wordpress.com/2011/10/11/pengertian-contoh-dari-etika-teleologi-

deontologi-teori-hak-teori-keutamaan/

- https://narara.wordpress.com/2011/11/29/pengertian-teoleologi-dan-deontologi/

- https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika/

- http://marlinanovita.blogspot.com/2011/10/teori-telelogi-egoisme-etis.html

- https://zonegirl.wordpress.com/2011/10/16/contoh-teori-etika/

- http://ototbisep.blogspot.com/2011/10/teori-etika-bisnis.html

- http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59565-Psikologi%20-Egoisme

%20Etis.html