Upload
john-cena-wwe-universe
View
4.548
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan perencanaan yang baik bagi
makhlukNya. Allah menciptakan bumi sebagai tempat menumbuhkan benih dan
tumbuhan serta menciptakan langit yang menyirami tumbuhan tersebut dengan air
hujan. Dan Allah pula yang memberikan harta serta makanan kepada kita. Dengan
terpeliharanya segala makhluk yang berada di bumi ini dengan adanya tumbuhan dan
hewan sebagai penopang kebutuhan makanan yang lagi baik baginya.
Kita sebagai mankhluk tidak mungkin mampu bertahan jasmaninya tanpa adanya
makanan sebagai sumber energi dan tenaga bagi kita. Dan adapun waktu
penghidangannya harus sesuai kebutuhan peredarannya. Sehingga, adapun beberapa
‘Ulama Salaf menyatakan bahwasanya ,“sesungguhnya makan itu termasuk agama”.
Maka oleh karenanya, segala sesuatu yang merupakan sebab dan perantara menuju
kepada agama sebaiknya turut pula disertai dengan adab dan tata karma yang baik
pula. Sehingga akan tampak cahaya –cahaya agamanya.
Seorang hamba menjalani hidupnya haruslah senantiasa menyertakan sunah-
sunah Rasul disertai tata kesopanan. Sehingga dia akan menimbang dengan
timbangan syara’ dalam maju dan mengekang syahwat (keinginan) untuk makan.
Dengan sebab itu ia menjadi mampu menolak dosa dan dapat menarik pahala
meskipun dia dapat memenuhi bagian nafsu.
Dan sesungguhnya seseorang tersebut akan diberi pahala sehingga dalam suapan
yang diangkatkan ke dalam mulutnya. Namun hal ini apabila ia menjalaninya didasari
pada agama, sedang agama itu memelihara tata krama. Maka, sudah seharusnya kita
harus menunjukkan tata kesopanan dalam kita makan dan kesopanan pada saat
penghormatan dan penjamuan tamu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata kesopanan kita pada saat kita makan maupun minum?
2. Bagaimana tata kesopanan kita ketika melakukan penghormatan atau
penjamuan tamu?
BAB II
Pembahasan
A. Tata Kesopanan Makan dan Minum
Dalam hal tata kesopanan makan, hal pertama yang perlu kita perhatikan
adalah dari segi kehalalan makanan tersebut, baik dalam hal wujud maupun cara
memperolehnya. sesungguhnya baik tidaknya keadaan asal makanan tersebut adalh
termasuk fardlu dan pokok agama. Allah SWT berfirman:
ت�ك�ون� أ�ن� إ�ال ب�ال�ب�اط�ل� ب�ي�ن�ك�م� ال�ك�م� و� م�أ� ت�أ�ك�ل�وا ال� ن�وا آ�م� الذ�ين� ا ي ه�
� أ ي�ا
ن�ك�م� … م� اض! ت�ر� ع�ن� ة% ار� ت�ج�
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kalian…”(An-Nisa: 29)
Adapun beberapa tata kesopananan dalam hal makan juga telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada kita, sehingga akan lebih baik dalam pengamalannya oleh
kita. Di antara beberapa tata kesopanan adalah:
1. Mencuci tangan atau berwudlu terlebih dahulu.
Sebelum kita makan hendaknya kita mencuci tangan atau ber wudlu terlebih
dahulu. Ada sebuah riwayat mengatakan:
اللمم ينفى وبعده الفقر ينفى الطعام قبل الوضوء
“Wudlu sebelum makan itu meniadakan kefakiran, dan wudlu setelah makan
itu meniadakan dosa kecil.”
Karena sesungguhnya mencuci tangan sebelum makan itu dapat
menghilangkan kotoran dan hal ini lebih dapat mendekatkan kepada kebersihan dan
kesucian. Dan sesungguhnya kita makan itu dengan tujuan untuk menyempurnakan
ibadah jasmani kita, sehingga dalam hal ini hendaknya kita juga dalam keadaan suci
sama halnya dengan keadaan kita saat beribadah.
2. Membaca bismillah sebelum dan hamdalah sesudah makan.
Termasuk dari adab makan dan minum adalah membaca basmalah sebelum
makan dan minum, dan membaca hamdalah setelahnya. diriwayatkan dari Umar bin
Abi Salamah berkata :
- تطيش� - �دي ي ،وكانت وسلم عليه الله صلى الله رسول حج+ر* في غ�الما كنت�
: - - م3 س� ، ياغالم� وسلم عليه الله صلى الله رسول لي فقال ، الصحف�ة في
يل�يك مما وكل+ ، بيمينك وكل+ ، 3ه الل
Artinya : "Ketika aku masih kecil dalam didikan Rosulullah -sholallahu 'alaihi
wasallam-. dan tanganku mengambil makanan dari segala sisi piring. maka berkata
kepadaku Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- : wahai anak. bacalah basmalah,
dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu." (HR
Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)1
Adapun hadits dari sahabat Jabir bin Abdullah r.a, beliau pernah mendengar
dari Rasulullah SAW. bersabda,”Jika seseorang memasuki rumahnya dan menyebut
nama Allah ketika memasukinya dan ketika makan, setan berkata kepada anak-
anaknya,’tidak ada tempat menginap dan makanan bagi kalian.’ Jika kalian masuk
rumah tidak menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan berkata,’ kalian punya
tempat menginap.’ Jika kalian tidak menyebutkan nama Allah ketika makan, setan
berkata,’ kalian mendapatkan tempat menginap dan makan’.”
3. Meletakkan tempat makan pada lantai
1 http://www.artikelislami.com/2012/04/adab-makan-dan-minum-dalam-islam.html#ixzz26X0DcFyy 15/09/12 15.45 WIB
Hal ini lebih disukai oleh Rasulullah dari pada meletakkan tempat makan dia
atas meja. Hal ini mendekatkan diri pada tawadhu’ . adapun riwayat dari Anas bin
Malik r.a, menyebutkan:
سكرجة في وال خوان على سلم و عليه الله صلى الله رسول أكل ما
“Rasulullah SAW tidak makan di atas meja dan tidak di dalam piring.”
4. Tidak makan maupun minum dalam posisi bersandar
من البخاري أخرجه متكئا آكل ال يقول كان حديث متكئا آكل ال
كما وأجلس العبد يأكل كما آكل عبد أنا إنما جحيفة أبي حديث
يجلسالعبد
”saya tidak makan dengan bersandar, aku hanyalah hamba seorang hamba
yang makan sebagaimana seorang hamba itu makan, dan aku duduk sebagi mana
hamba itu duduk.”
5. Jangan memulai mengambil makanan di tengah piring
Hendaknya kita mulai mengambil makan dari pinggir atau yang lebih dekat
kepada kita. Diriwayatkan dari mutafaq ‘alaih dari hadits Umar bin Abi Salamah,
Rasulullah SAW bersabda:
حديث من عليه متفق يليك مما كل
”makanlah apa yang ada di dekatmu”
6. Jangan mencela makanan
تركه وإال أكله أعجبه إذا كان مأكوال يعيب ال سلم و عليه الله صلى كان
“Adapun Rasulullah SAW tidak mencela sesuatu yang dimakan, apabila
beliau tertarik maka beliau akan memakannya, dan jika tidak tertarik maka Rasulullah
akan menigglkannya”.
7. Dilarang meniup makanan yang panas.
Janganlah meniup makanan dan minuman yang panas sehingga dingin, karena
hal ini sangatlah dilarang oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu’anhu: “Rasulullah SAW telah melarang untuk menghirup udara di
dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)2
Hal ini juga didasarkan pada hadist yang diriwayatkan dari Asma' binti Abu
Bakar r.a:
: ( تقول ( ثم فوره، يذهب حتى شيئا غطته ثريدا أعدت أي ثردت إذا كانت أنها
" " للبركة أعظم إنه يقول وسلم عليه الله صلى الله رسول سمعت إني
Artinya : "Bahwa ketika dia (Asma' binti Abu Bakar) menyiapkan bubur, kemudian
dia menutupnya sampai berkurang panasnya. dia berkata : aku pernah mendengar dari
Rasulullah SAW bersabda : Begitu adalah lebih besar berkahnya." (HR Ad-Darimi
dan Ahmad)
8. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.
Berdasarkan pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak ada bejana yang diisi oleh
manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa
suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka
jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan,
sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)3
9. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
2 http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/adab-adab-makan.html 15/09/12 14.23 WIB3 ibid
“Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah ia
mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh Isterinya,
anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)4
10. Tidak Berlebihan Dalam Makan Dan Tidak Juga Kekurangan
Kita harus mengkira-kira seberapa banyak yang dia butuhkan agar tidak
berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dalam hadist, Rasulullha SAW bersabda :
لنفسه وثلث لشرابه وثلث لطعامه 5فثلث
Artinya : "Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
nafas."
Adapun dalam hal minum juga terdapat tata kesopanannya, diantaranya
adalah hendaknya mengambil gelas dengas dengan tangan kanan dan mengucapkan
lafal bismillah dan meminumnya dengan dihisab. Rasulullah SAW bersabda:
العب من الكباد فإنه عبا تعبوه وال مصا الماء 6مصوا
“Hisaplah air dan jangan tanpa menghisap karena penyakit hati itu disebabkan
minum tanpa hisap.”
B. Tata Kesopanan Bertamu
Kehadiran seorang tamu adalah sebuah barokah dan juga termasuk dalam
salah satu dari lima hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim terhadap muslim
yang lain. Oleh karenanya, adapun beberapa etika yang harus diperhatikan saat kita
bertamu maupun menerima tamu. Beberapahal yang perlu kita perhatikan kurang
lebihnya adalah sebagai berikut:
1. Memuliakan tamu hukumnya adalah wajib, sebagaimana sabda Rasulullah:
+ف�ه� ض�ي +ر*م+ �ك +ي ف�ل +ألخ*ر* ا * �و+م +لي و�ا *الله* ب �ؤ+م*ن� ي �ان� ك 7 م�ن+
4 ibid5Abu Abdullah Muhammad bin ahmad al-qurthubi, al-jami’ li ahkam al-quran, dar ilmu al-kutub, Riyadh: 2003, juz. 7, hlm. 1926 Imam al-ghazali, ihya’ ulumuddin, darul marfu’, tt, tk, juz 2. Hlm. 67 Shohih muslim: 3255
“Barang siapa yang beriman pada Allah pada hari akhir maka hendaklah
dia memuliakan tamunya”.(H.R Muslim)
Dalam hal ini Abu Rafi’ maula (bekas budak) Rasulullah SAW berkata:
: فقال ضيف سلم و عليه الله صلى به نزل بي إنه نزل اليهودي لفالن قل
أسلفه ما والله اليهودي فقال رجب إلى الدقيق من شيئا فأسلفني ضيف
ولو األرض في أمين السماء في ألمين إني والله فقال فأخبرته برهن إال
عنده وارهنه بدرعي فاذهب ألديته أسلفني
“bahwasanya singgah seorang tamu pada Rasulullah SAW maka beliau
bersabda:”katakanlah kepada seorang yahudi ‘seoarang tamu singgah padaku,
maka pinjamilah saya sesuatu dari tepung (gandum) sampai bulan Rajab”. Lalu
orang yahudi itu berkata:”demi Allah saya tidak meminjami beliau kecuali dengan
gadain”. Lalu saya memberitahukannya maka beliau bersabda :”demi Allah aku
adalah orang yang dipercaya di langit, orang yang dipercaya di bumi. Dan
seandainya ia meminjami aku niscaya aku menunaikannya. Bawalah baju besiku
dan gadaikanlah disisinya.”8
Adapun masa penjamuannya ialah tiga hari. Adapun bila lebih dari tiga hari
maka tuan rumah diwajibkan memberkan jamuan terhadap tamunya.
2. Mengucapkan salam kepada tamu sebagaimana dalam sebuah riwayat, ketika
Rasulullah SAW ditanya: “apakah iman itu?” beliau bersabda:
السالم وبذل الطعام إطعام
“memberi makan dan member salam”.9
3. Wajib memenuhi undangan, sebagaimana sabda Rasulullah:
�ه� و+ل س� و�ر� الله� ع�ص�ى ف�ق�د+ و�ة� الد3عـ+ ك� �ر� ت و�م�ن+
8 Imam al-ghazali, ihya ulumuddin, darul marfu’, tt, tk, juz 2, hlm 69 Kitab al-takhrij: 1350
“Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat
kepada Allah dan Rasul-Nya.”10
Beliau juga bersabda:
– - و�ة* الد3عـ+ �ة� اب *ج� و�إ +ه�ا م*ن �ر� و�ذ�ك خ�مس+ * *م ل +لم�س+ ا ع�لى� * *م ل +لم�س+ ا ح�ق[
“Kewajiban seorang muslim kepada muslim yang lainnya ada lima-diantaranya
disebutkan-Memenuhi undangan”.11
Sebagian para ulama menyebutkan untuk menghadiri undangan maka harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi.
b. Tidak ada kemungkaran pada tempat undangan tersebut.
c. Orang yang mengundang adalah muslim.
d. Penghasilan orang yang mengundang bukan dari penghasilan yang
diharamkan, sementara ulama yg lain mengatakan dosanya bagi orang yang
mengundang, berbeda dengan jika sesuatu yang diharamkan itu zatnya,
seperti minuman keras.
Perlu kita perhatikan bahwasannya saat kita mau menghadiri suatu undangan,
maka diharapkan ketika menghadiri undangan tersebut tidak menggugurkan
sesuatu kewajiban tertentu dan tidak mandatangkan madharat bagi kita orang yang
menghadiri undangan.
Sebagian Ulama ahli fiqih berpendapat bahwa wajib bagi tamu memenuhi
empat syarat:
a. Duduk di mana dia ditempatkan.
b. Ridho dengan sesuatu yang dihidangkan tuan rumah.
c. Tidak beranjak meninggalkan tempat duduk melainkan setelah meminta
izin dari tuan rumah.
d. Mendoakan tuan rumah bila hendak pamitan pulang.
10 Abdullah bin abdurrahman abu muahmmad al-darami, sunan al-darami, Darul kitab al-arabi, Beirut: tt, juz 2, hlm. 14311 http://www.rahasiasunnah.com/251/tatakrama-bertamu-adab-tamu-dan-tuan-rumah.htm 13/09/2012 22.34 WIB
4. Tidak menolak undangan meski dalam keadaan puasa. Dianjurkan kepada kita
untuk menghadiri undangan tersebut, karena memuliakan undangan. Dan
seandainya kita dijamua akan tetapi kita dalam keadaan berpuasa sunah maka lebih
baik kita membatalkannya dengan maksud untuk membahagiakan tuan rumah.
Sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kita.
5. Bilamana seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, maka ia
harus meminta izin kepada tuan rumah sebagaimana hadits riwayat Ibnu Mas’ud
radhiallahu anhu:
�ع+ اص+ن ف�ق�ال� �ح3ام_ ل م_ غ�ال� �ه� ل �ان� و�ك +ب ع�ي ش� �و ب� أ �ه� ل �ق�ال� ي ج�ل_ ر� +ص�ار* ن
� األ+ م*ن+ �ان� ك
ف�د�ع�ا ة` خ�م+س� خ�ام*س� 3م� ل و�س� +ه* �ي ع�ل 3ه� الل ص�ل3ى 3ه* الل س�ول� ر� د+ع�و� أ ط�ع�امaا ل*ي
*ي[ 3ب الن ف�ق�ال� ج�ل_ ر� *ع�ه�م+ �ب ف�ت ة` خ�م+س� خ�ام*س� 3م� ل و�س� +ه* �ي ع�ل 3ه� الل ص�ل3ى 3ه* الل س�ول� ر�
*ن+ ف�إ �ا *ع�ن �ب ت ق�د+ ج�ل_ ر� و�ه�ذ�ا ة` خ�م+س� خ�ام*س� �ا �ن د�ع�و+ت 3ك� *ن إ 3م� ل و�س� +ه* �ي ع�ل 3ه� الل ص�ل3ى
�ه� ل +ت� ذ*ن� أ �ل+ ب ق�ال� �ه� +ت ك �ر� ت +ت� ئ ش* *ن+ و�إ �ه� ل +ت� ذ*ن
� أ +ت� ئ ش*
“Ada seorang laki-laki dari kalangan Anshor yang biasa dipanggil Abu Syuaib, Ia
mempunyai seorang anak tukang daging kemudian dia berkata kepadanya:
Buatkan aku makanan di kemudian. Mana aku bisa mengundang lima orang
bersama Rasulullah mengundang empat orang di mana orang yang kelimanya
adalah beliau, Rasulullah berkata: kemudian ada seseorang yang mengikutinya,
maka Rasulullah Engkau mengundang kami 5 orang dan orang ini mengikuti
kami, bilamana engkau ridha izinkanlah ia, dan bilamana tidak maka aku akan
meninggalkannya, Kemudian Abu Syuaib berkata: Aku telah mengizinkannya”.12
12 Shohih bukhari: 5014
6. Tidak selayaknya berlebih-lebihan dalam menjamu tamu, sehingga keluar dari
kewajaran ataupun berlebih-lebihan itu dilihat dari kebiasaan. Rasulullah
bersabda:”Janganlah memaksakan diri berlebih-lebihan menjamu tamu”.13
7. Masuk dgn seizin tuan rumah, begitu juga berpaling setelah beres memakan
hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka.
8. Hadits ini merupakan penghormatan kpd orang tua. Rasulullah SAW bersabda:
*ر� �اب ك� +أل ا �ق�دbم� أ �ن+ أ +ل� +ر*ي ب ج* *ي ن م�ر�
� أ
“Jibril memerintahkanku untuk mendahulukan yang lebih tua”.14
9. Seorang tamu hendaknya mendoakan orang yang memberi hidangan kepadanya
setelah selesai mencicipi makanan tersebut dangan doa:
, , �ة� *ك �ئ +لم�ال ا �م� +ك �ي ع�ل و�ص�ل3ت+ ار� +ر� ب� +أل ا �م� ط�ع�ام�ك �ل� ك
� و�أ *م�و+ن� الص3ائ �م� +د�ك ن ع* ف+ط�ر�� أ
10. Disunahkan agar tidak mengarahkankan pandangan kepada teman duduknya
dan mengutamakan orang yang lebih butuh dari pada dirinya, bilamana di
belakangnya ada orang yang berdiri, perintahkan dia supaya duduk dan bilamana
menolak maka biarkanlah. Ataupun orang yg berdiri itu seorang budak, karena
ingin sesuatu maka berilah dia minum dan ambilkan dari makanan yang terbaik
kemudian menyuapkannya, bilamana dia makan bersama orang buta beri tahukan
tentang makanan yang ada dihadapannya.
11. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan
tersebut.
13 http://www.rahasiasunnah.com/251/tatakrama-bertamu-adab-tamu-dan-tuan-rumah.htm 13/09/2012 22.34 WIB14 Al-salsalah al-shahihah, juz 4, hlm. 74
12. Tamu meminta persetujuan pelayan untuk menyantap makanan dan tidak
menanyakan kepada tuan rumah tentang keadaan rumah kecuali kiblat dan kamar
nandi. Tamu juga tidak melihat ke arah tempat keluarnya perempuan. Bilamana
dia melihat tuan rumah bertindak dengan suatu tindakan maka dia tidak
menghalanginya untuk melakukan hal seperti itu. Diperbolehkan memakan
makanan yang ada di rumah kerabat & teman karib bilamana makanan itu berada
pada tempat yang tidak terjaga, apabila dia mengetahui atau menduga kerelaan
orang yang memiliki memakan tersebut menurut adat kebiasaan yg ada.
Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu sebab hal tersebut
merupakan penghormatan bagi mereka.
13. Sebaiknya tuan rumah tidak mengangkat tangan dari hidangan sampai mereka
selesai menyantap hidangan kecuali dia mengetahui kerelaan mereka dgn hal
tersebut.
14. Di sunnahkan mengiringi tamu hingga pintu rumah. Tatkala Abu Abdul Qosim
bin Abdus Salam berkunjung kpd Imam Ahmad bin Hambal semoga Allah
merahmati mereka berdua. Abu Ubaid berkata: Tatkala aku hendak berdiri diapun
berdiri, aku berkata kepadanya: “Jangan engkau lakukan itu wahai Abu Abdallah,
As Sya’bi berkata: “Dari kesempurnaan sikap berkunjung adalah berjalan
bersamanya ke pintu rumah hingga mengambilkan tali kendaraannya.
15. Tidak mengkhususkan jamuan hanya untuk orang kaya saja dan
menghiraukan : “Sejelek-jeleknya orang miskin sebagaimana Abu hurairah berkata
makanan adalah makanan orang hajatan, di mana yang diundang hanya orang-
orang kaya sedangkan orang-orang miskin di biarkan saja, barang siapa yang tidak
menghadiri undangan maka ia telah berbuat dosa kpd Allah & Rasul-Nya”.
16. Seorang tamu hendaknya pulang dengan memperlihatkan budi pekerti dan
akhlak yang mulia dan meminta maaf pada tuan rumah atas segala
kekurangannya.15
BAB III
Penutup
Kesimpulan:
1. tata kesopanan dalam makan secara umum adalah:
a. Mencuci tangan atau berwudlu terlebih dahulu.
b. Membaca bismillah sebelum dan hamdalah sesudah makan.
c. Meletakkan tempat makan pada lantai
d. Tidak makan maupun minum dalam posisi bersandar
e. Jangan memulai mengambil makanan di tengah piring
f. Jangan mencela makanan
g. Dilarang meniup makanan yang panas.
h. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.
i. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.
j. Tidak Berlebihan Dalam Makan Dan Tidak Juga Kekurangan
2. tata kesopanan dalam bertamu secara umum adalah:
a. Memuliakan tamu hukumnya adalah wajib.
b. Mengucapkan salam kepada tamu.
c. Wajib memenuhi undangan dari muslum yang lain.
d. Tidak menolak undangan meski dalam keadaan puasa.
e. Jika seorang tamu datang bersama orang yang tidak diundang, maka ia
harus meminta izin kepada tuan rumah.
f. Tidak selayaknya berlebih-lebihan dalam menjamu tamu.
15 http://www.rahasiasunnah.com/251/tatakrama-bertamu-adab-tamu-dan-tuan-rumah.htm 13/09/2012 22.34 WIB
g. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga berpaling setelah beres
memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama
mereka.
h. Dahulukan orang yang lebih tua.
i. Tamu hendaknya mendoakan tuan rumah.
j. Utamakan orang yang lebih membutuhkan terlebih dahulu.
k. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan
tersebut.
l. Tamu meminta persetujuan pelayan untuk menyantap makanan dan tidak
menanyakan kepada tuan rumah tentang keadaan rumah kecuali kiblat dan
kamar mandi.
m. Sebaiknya tuan rumah tidak menyudahi makan seebelum tamu tersebut
selesai makan.
n. Mengantar tamu hingga pintu keluar.
o. Tidak mengkhususkan jamuan hanya untuk orang kaya saja dan
mengabaikan orang miskin
p. Seorang tamu hendaknya pulang dengan memperlihatkan budi pekerti dan
akhlak yang mulia dan meminta maaf pada tuan rumah atas segala
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdullah Muhammad bin ahmad al-qurthubi, al-jami’ li ahkam al-quran,
dar ilmu al-kutub, Riyadh: 2003
Imam al-ghazali, ihya’ ulumuddin, darul marfu’
Abdullah bin abdurrahman abu muahmmad al-darami, sunan al-darami, Darul
kitab al-arabi, Beirut
http://www.rahasiasunnah.com/251/tatakrama-bertamu-adab-tamu-dan-tuan-
rumah.htm 13/09/2012
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/adab-adab-makan.html 15/09/12
http://www.artikelislami.com/2012/04/adab-makan-dan-minum-dalam-
islam.html#ixzz26X0DcFyy 15/09/12
TATA KESOPANAN MAKAN DAN MINUM
MAKALAH
TASHAWUF AMALI 2
Disusun oleh:
Nurusshokheh Zakiyuddin
Dosen pembimbing:
Chafid Wahyudi M. Fil. I
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Fithrah Surabaya
Tahun Akademik
2011-2012