View
250
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 1/18
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Hernia
Terdiri dari kantong, isi dan cincin hernia
2.2. Definisi Hernia
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas cincin, kantong, dan isi hernia.Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak,
usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul
kantong berisikan materi abnormal.Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan
keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatulubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis
inguinalis).
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 2/18
4
2.3. Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkanterjadinya hernia adalah:
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada anak- anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made
Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki-laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri
Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan
berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui
rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. KeturunanResiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusiatau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 3/18
5
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
g. PekerjaanBeberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.
Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-
menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum
sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ
atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah
terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made
Kusala, 2009).
2.4. Klasifikasi Hernia
2.4.1. Berdasarkan Terjadinya
a). Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbulhernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita (Erfandi, 2009).
b). Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita
/ didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada
orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnyadisebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 4/18
6
dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,
2009).
2.4.2. Berdasarkan sifatnya
a). Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
b). Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus
(Erfandi, 2009).
c). Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengangangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat
karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
2.4.3. Berdasarkan Letaknya
a). Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa
benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat
barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk
hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan venafemoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral
dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbatlemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 5/18
7
peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke
dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
b). Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi
dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan
angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan
sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum
pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi
pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi
insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
c). Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani
oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
d). Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke
dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk
tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut
ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia
inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien
laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi
di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut
dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan
jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinaliseksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus
kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 6/18
8
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi
pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.
Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bilamenangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali.
2. Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan
melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di
bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak
sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena
tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa
hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis
eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek
pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis
2.5. Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah
sebagai berikut
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau
skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila
pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
b. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalamkantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 7/18
9
jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus
menerus.
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas
ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin
teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari,
berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang
teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.
2.6. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa
mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu
defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula
ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah
ada komplikasi.
2.7. Patofisiologi dan pathway
2.7.1. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada
setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantongdan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 8/18
10
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan
lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus
Iliofemoralis setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis
di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang
prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum,
kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perutkembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah)
(Erfandi, 2009).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal
reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis
(Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada
hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer,
2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadigangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah
rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti
abdomen kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila
hernia di sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racunyang akan berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan
menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk
yaitu kematian (Jennifer, 2007)
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 9/18
11
2.7.2. Pathway hernia
2.8. Penatalaksanaan hernia
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepatsembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 10/18
12
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus
internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.9. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT
Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna
melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam
kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
kepentingan operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel
2.10. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkangangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
2.11. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :a) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandumsangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 11/18
13
banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan
di bagian perut.
c) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar.Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut
Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d) Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.
2.12. Proses keperawatan pada pasien gangguan Hernia
2.12.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung
dan muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul
benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu
.apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
3. Pengkajian fisik ROSa. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis.
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidakada pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pada skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya
disuria.e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 12/18
14
adanya benjolan diselangkangan .
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolanPalpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
4. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu
ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e) Pola istirahat tidurPasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko
ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki – laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti inilagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap inimerupakan cobaan dari Allah SWT.
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 13/18
15
2.12.2. Analisa Data
A. Pre op
No Data Penyebab M asalah
1 Ds: Pasien mengatakan nyeri pada
daerah selangkangan
Do :
P : Nyeri apabila melakukan aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah selangkangan
(Iliaka )
S : skala 7-8
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
Terjepitnya
hernia
Gangguan
rasa nyaman
(nyeri)
2 Ds : Pasien mengatakan mual tidak
nafsu makan
Do : klien tampak lemah dan lemas
A : BB turunB : Hb < 12 ,
C : Konjungtiva Anemis
D : Diet Makan tinggi serat dan protein
Anoreksia
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
3 Ds : Pasien mengatakan sangat cemas
ketika mengetahui akan dilakukan
proses pembedahanDo : pasien nampak bingung
RR : > 24x/mnt
N : >80 x/mnt
TD : >120/90 mmHg
S : 37,5 0C Proses pembedahan
Ansietas
Proses
pembedahan
Ansietas
B. Post op
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : -
Do : adanya insisi pembedahan
Diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan Resiko infeksi
Diskontuinit
as jaringan
sekunder
dengan
pembedahan
Resiko
infeksi
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 14/18
16
Ds : pasien mengatakan tidak bisa tidurDo : - Waktu tidur pasien 4 jam
- Pasien nampak mengantuk
- Pucat dan lelah
Nyeri akutsekunder
dengan post
op
Gangguan pola tidur
2.12.3. Diagnosa Keperawatan
A. Pre Op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
B. Post Op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post op.
2.12.4. Rencana Keperawatan
A. Pre Op
1. Dx Keperawatan Ke- 1
Tujuan: setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam
pasien tidak nyeri dengan KH:
- TTV normal : (TD : :110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
- pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dandistraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien tidak meringis kesakitan.
Tindakan Keperawatan
1. Observasi TTV
2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 15/18
17
5. Berikan lingkungan yang tenang.
6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll)
untuk mengetasi nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnyamorfin , metadon dll.
Rasionalisasi
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui skala nyeri.
3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
4. untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.
7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.
2. Dx Keperawatan Ke- 2
Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam
nutrisi terpenuhi dengan KH :
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan habis
- BB Naik
Tindakan Keperawatan
1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori
dan tinggi karbohidrat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang
dibutuhkan oleh pasien
Rasionalisasi
1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan
dukungan cairan.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi
gaster4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan
pasien
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 16/18
18
3. Dx Keperawatan Ke- 3
Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam
Kecemasan pasien berkurang dengan KH :- TTV normal : ( TD : 110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
- Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
- Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca
operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Tindakan Keperawatan
1. Observasi TTV
2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.
3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.
4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan
penyakit & progno-sisnya.
5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh
klien
6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan /
ketegangan.
Rasionalisasi
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien
sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan
perlu dirawat.
5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas
7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena
sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-
ram perawatan.
7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2
http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 17/18
19
B. Post Op.
1. Dx Keperawatan Ke-1
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam
pasien tidak menunanujukan adanya infeksi dengan
KH :
- TTV Normal ( TD : 110/70 – 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,50 - 37,50.C)
- Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan
fungsiolensa)
- leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000
- Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
Tindakan Keperawatan
1. Pantau tanda- tanda vital
2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaandarah, seperti Hb dan leukosit.
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasionalisasi
1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2. perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
3. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normalmembuktikan adanya tanda-tandainfeksi.
5. Antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
2. Dx Keperawatan Ke- 2
Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam
pasien dapat tidur dengan nyenyak dengan KH :- Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan
kuantitas tidur normal yakni 8 jam sehari
Tindakan Keperawatan
Recommended