18
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Anatomi Hernia Terdiri dari kantong, isi dan cincin hernia 2.2. Definisi Hernia Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti  penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009). Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dindi ng rongga yang  bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau  bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneu m, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).

Askep Hil Jadi Bab 2

Embed Size (px)

Citation preview

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 1/18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Hernia

Terdiri dari kantong, isi dan cincin hernia

2.2. Definisi Hernia

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti

 penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada

dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong

dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut

dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi

suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang

 bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau

 bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri

atas cincin, kantong, dan isi hernia.Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding

abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak,

usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul

kantong berisikan materi abnormal.Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan

keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatulubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis

inguinalis).

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 2/18

4

2.3. Etiologi 

Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkanterjadinya hernia adalah:

a. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun

wanita. Pada anak- anak penyakit ini disebabkan karena kurang

sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya

testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan

oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit

yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made

Kusala, 2009).

 b. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki-laki biasanya adalah jenis hernia

Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah

selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat

reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini

disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh

 pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan

kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri

Made Kusala, 2009).

c. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada

kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing

atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau

konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan

 berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui

rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.

d. KeturunanResiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

e. Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,

termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.

Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusiatau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

f. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 3/18

5

tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus

terjadinya hernia.

g. PekerjaanBeberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat

menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang.

Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-

menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat

menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui

dinding organ yang lemah.

h. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada

 bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum

sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ

atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah

terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made

Kusala, 2009).

2.4. Klasifikasi Hernia

2.4.1. Berdasarkan Terjadinya

a). Hernia Bawaan atau Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

 penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

 Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri

turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.

Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam

keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbulhernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah

menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada

keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal

tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis

akuisita (Erfandi, 2009).

 b). Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita

/ didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada

orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnyadisebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 4/18

6

dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,

2009).

2.4.2. Berdasarkan sifatnya

a). Hernia reponibel/reducible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada

keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).

 b). Hernia ireponibel

Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini

 biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong

hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena

fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus

(Erfandi, 2009).

c). Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =

 penjara)

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi

kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai

akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis

“hernia inkarserata”  lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengangangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai

“hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi

abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh

 pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat

karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).

2.4.3. Berdasarkan Letaknya

a). Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum

inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia

femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa

 benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan

aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat

 barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk

hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke

dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan venafemoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat

 paha (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral

dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbatlemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 5/18

7

 peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke

dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi

dengan tipe hernia ini.

 b). Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang

hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi

dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan

angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis

merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk

melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya

ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan

sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum

 pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi

 pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi

insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena

masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.

c). Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus

mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani

oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).

d). Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke

dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk

tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut

ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia

inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien

laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi

di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut

dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis indirek

Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan

 jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinaliseksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini

disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus

kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain

dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 6/18

8

melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi

 pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.

Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.

Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bilamenangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien

 berdiri dapat timbul kembali.

2. Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan

melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh

ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di

 bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga

Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat

aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak

sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena

tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak

disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area

kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan

femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk

secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi

kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus

inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini

sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,

sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa

hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis

eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek

 pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis

2.5. Manifestasi Klinis

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah

sebagai berikut

a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)

Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau

skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra

 peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila

 pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.

 b. Nyeri

Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di

daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan

 pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalamkantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 7/18

9

 jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan

gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia

strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus

menerus.

c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah

Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada

Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis

muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas

ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda

sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau

kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin

teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari telunjuk

atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia

dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga

dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila

hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus

eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari,

 berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh

menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang

teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.

2.6. Tanda dan Gejala

Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau

menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa

mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu

defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula

ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah

ada komplikasi.

2.7. Patofisiologi dan pathway

2.7.1. Patofisiologi

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena

anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada

setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia

 pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantongdan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,

 peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 8/18

10

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

 penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

 Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri

turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.

Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam

keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul

hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).

Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan

lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan

intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan

timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut

antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus

Iliofemoralis setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).

Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis

di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan

menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang

 prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum,

kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perutkembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah)

(Erfandi, 2009).

Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal

reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis

(Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya

 berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,

 bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada

hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium

atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium

sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer,

2007).

Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadigangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.

Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah

rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti

abdomen kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila

hernia di sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004).

Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racunyang akan berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan

menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk

yaitu kematian (Jennifer, 2007)

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 9/18

11

2.7.2. Pathway hernia

2.8. Penatalaksanaan hernia

1. Konservatif

a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan

secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat

 penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres

hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c. Celana penyangga

d. Istirahat baring

e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja

untuk mencegah sembelit.

f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian

makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepatsembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,

minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

2. Pembedahan (Operatif) :

a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang.

 b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,

kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 10/18

12

dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus

internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

2.9. Pemeriksaan penunjang

Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan

diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT

Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna

melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam

kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk

kepentingan operasi.

Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/

obstruksi usus.

Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel

2.10. Komplikasi

1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi

hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis

ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus

yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkangangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis

incarcerata.

3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi

 penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia

inguinalis lateralis strangulata.

4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan

 pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

muntah dan obstipasi.

6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,

abses.

2.11. Pencegahan

Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :a) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat

Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.

 b) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi

Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandumsangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 11/18

13

 banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan

di bagian perut.

c) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat

Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar.Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut

Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.

d) Hindari tekanan Intra abdomen

Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.

2.12. Proses keperawatan pada pasien gangguan Hernia

2.12.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian meliputi :

1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung

dan muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul

 benjolan

c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu

.apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di

selangkangannya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.

3. Pengkajian fisik ROSa. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak

menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis.

 b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada

simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping

hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidakada pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan

sakit pada skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya

disuria.e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 12/18

14

adanya benjolan diselangkangan .

f. Abdomen :

Inspeksi : abdomen keras

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolanPalpasi : ada benjolan

Perkusi : hypertimpani

4. Pengkajian fungsional Gordon

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada

keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan

terdekat.

 b) Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual

muntah .

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc

c) Pola eliminasi

BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine

BAB : adanya konstipasi

d) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu

ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.

e) Pola istirahat tidurPasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di

selangkangan

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat

g) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko

ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.

h) Pola reproduksi / seksual

Pasien berjenis kelamin laki – laki dan scortumnya mengalami pembesaran

sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas

i) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti inilagi

 j) Pola mekanisme koping

Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan

meringis kesakitan

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap inimerupakan cobaan dari Allah SWT.

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 13/18

15

2.12.2. Analisa Data 

A. Pre op

No Data Penyebab M asalah

1 Ds: Pasien mengatakan nyeri pada

daerah selangkangan

Do :

P : Nyeri apabila melakukan aktivitas.

Q : Nyeri seperti ditusuk

R : Nyeri di daerah selangkangan

(Iliaka )

S : skala 7-8

T : Nyeri dirasakan hilang timbul

Terjepitnya

hernia

Gangguan

rasa nyaman

(nyeri)

2 Ds : Pasien mengatakan mual tidak

nafsu makan

Do : klien tampak lemah dan lemas

A : BB turunB : Hb < 12 ,

C : Konjungtiva Anemis

D : Diet Makan tinggi serat dan protein

Anoreksia

 Nutrisi

kurang dari

kebutuhan

3 Ds : Pasien mengatakan sangat cemas

ketika mengetahui akan dilakukan

 proses pembedahanDo : pasien nampak bingung

RR : > 24x/mnt

 N : >80 x/mnt

TD : >120/90 mmHg

S : 37,5 0C Proses pembedahan

Ansietas

Proses

 pembedahan

 

Ansietas

B. Post op

No Data Penyebab Masalah

1 Ds : -

Do : adanya insisi pembedahan

Diskontuinitas jaringan sekunder

dengan pembedahan Resiko infeksi

Diskontuinit

as jaringan

sekunder

dengan

 pembedahan

Resiko

infeksi

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 14/18

16

Ds : pasien mengatakan tidak bisa tidurDo : - Waktu tidur pasien 4 jam

- Pasien nampak mengantuk

- Pucat dan lelah

 Nyeri akutsekunder

dengan post

op

Gangguan pola tidur

2.12.3. Diagnosa Keperawatan

A. Pre Op

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia .

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.

3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.

B. Post Op

1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder

dengan pembedahan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post op.

2.12.4. Rencana Keperawatan 

A. Pre Op

1. Dx Keperawatan Ke- 1

  Tujuan: setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam

 pasien tidak nyeri dengan KH:

- TTV normal : (TD : :110/70 –  120/ 90 mmHg

RR : 16- 20 x/mnt N : 60-100x/mnt

S : 36,5- 37,50.C )

- pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dandistraksi.

- Skala nyeri 0-3

- Wajah pasien tidak meringis kesakitan.

  Tindakan Keperawatan

1. Observasi TTV

2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 15/18

17

5. Berikan lingkungan yang tenang.

6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll)

untuk mengetasi nyeri.

7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnyamorfin , metadon dll.

  Rasionalisasi

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2. Untuk mengetahui skala nyeri.

3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.

4. untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.

6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.

7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

2. Dx Keperawatan Ke- 2

  Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 5x24 jam

nutrisi terpenuhi dengan KH :

- Nafsu makan meningkat

- Porsi makan habis

- BB Naik

  Tindakan Keperawatan

1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.

2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.

3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori

dan tinggi karbohidrat.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang

dibutuhkan oleh pasien

  Rasionalisasi

1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan

dukungan cairan.

3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak

 perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi

gaster4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan

 pasien

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 16/18

18

3. Dx Keperawatan Ke- 3

  Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam

Kecemasan pasien berkurang dengan KH :- TTV normal : ( TD : 110/70 –  120/ 90 mmHg

RR : 16- 20 x/mnt

 N : 60-100x/mnt

S : 36,5- 37,50.C )

- Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

- Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan

- Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca

operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).

  Tindakan Keperawatan

1. Observasi TTV

2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.

3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.

4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan

 penyakit & progno-sisnya.

5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh

klien

6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan /

ketegangan.

  Rasionalisasi

1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien

sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.

3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.

4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan

 perlu dirawat.

5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.

6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk

menurunkan/mengurangi ansietas

7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena

sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-

ram perawatan.

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 17/18

19

B. Post Op.

1. Dx Keperawatan Ke-1 

  Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2x24 jam

 pasien tidak menunanujukan adanya infeksi dengan

KH :

- TTV Normal ( TD : 110/70 –  120/ 90 mmHg

RR : 16- 20 x/mnt

 N : 60-100x/mnt

S : 36,50 - 37,50.C)

- Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan

fungsiolensa)

- leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000

- Luka bersih, tidak lembab dan kotor.

  Tindakan Keperawatan

1. Pantau tanda- tanda vital

2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,

kateter, drainase luka, dll

4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaandarah, seperti Hb dan leukosit.

5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

  Rasionalisasi

1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan

adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan

mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda

vital.

2. perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.

3. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normalmembuktikan adanya tanda-tandainfeksi.

5. Antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

2. Dx Keperawatan Ke- 2

  Tujuan: Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam

 pasien dapat tidur dengan nyenyak dengan KH :- Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.

- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan

kuantitas tidur normal yakni 8 jam sehari

  Tindakan Keperawatan

7/27/2019 Askep Hil Jadi Bab 2

http://slidepdf.com/reader/full/askep-hil-jadi-bab-2 18/18