View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia (RI) sebagai lembaga kekuasaan tertinggi
mempunyai kewajiban untuk melindungi Hak Asasi Manusia. (HAM) warga
negaranya melalui sarana hukum yang terintegrasikan dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Hal ini berangkat dari suatu kenyataan bahwa setiap manusia terlahir dengan
membawa sesuatu yang hakiki dan universal serta melekat sejak dilahirkan
di muka bumi ini sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yaitu hak
yang harus dijunjung tinggi, dihormati, serta dijaga agar tidak merusak apa
yang telah diamanatkan-Nya.1
Kementerian Hukum dan HAM sebagai penyelenggara sistem
pemasyarakatan Indonesia, menyelenggarakan sistem pemasyarakatan agar
narapidana dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang
dilakukannya, sehingga narapidana dapat diterima kembali dalam lingkungan
masyarakatnya, kembali berperan aktif dalam pembangunan serta hidup secara
wajar sebagai seorang warga negara melalui pembinaan yang akan dijalani di
dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Sistem penjara di Indonesia pada awalnya tidak jauh berbeda dengan
negara-negara lain, yaitu sekedar penjeraan berupa penyiksaan, perampasan hak
asasi manusia dan lebih menekankan unsur balas dendam dengan cara mengurung
terpidana di rumah penjara. Untuk mewujudkan fungsi pemidanaan sebagai
1 Baharudin Lopa. 2001. Universal Declaration of Human Rights Kejahatan Korupsi dan
Penegakan Hukum. Jakarta: Kompas. Hal. 149.
2
tempat atau sarana pembinaan, rehabilitasi dan reintegrasi warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan, maka sistem penjara di Indonesia yang sebelumnya dikenal
penuh penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan
melalui pemberian pembimbingan dan pengayoman kepada narapidana. Hal ini
dimaksudkan agar narapidana kelak dapat kembali menjadi anggota masyarakat
yang lebih baik.
Sejalan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila ke-2 yang mengatakan bahwa
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” menjamin bahwa manusia Indonesia
diperlakukan secara beradab meskipun berstatus narapidana. Selain itu pada sila
ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berarti
bahwa narapidanapun haruslah juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dan
bersosialisasi dengan orang lain layaknya kehidupan manusia normal.
Bertolak dari pandangan Dr. Saharjo, S.H., tentang hukum sebagai
pengayoman. Hal ini membuka jalan perlakuan terhadap narapidana dengan cara
pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara. Berangkat dari gagasan Sahardjo
inilah maka pada tanggal 27 April hingga Mei 1964 diadakan Konferensi Dinas
Direktorat Pemasyarakatan di Bandung dengan merumuskan dan menetapkan 10
(sepuluh) prinsip pemasyarakatan, yaitu :
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup
sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat.
2. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan balas dendam dari negara.
3. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan
bimbingan.
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau
lebih jahat dari pada sebelum ia masuk lembaga.
3
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak narapidana harus dikenalkan
kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengsi
waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara
saja, pekerjaan yang diberikan harus ditunjukkan untuk pembangunan
negara.
7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas Pancasila.
8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia
meskipun ia tersesat tidak boleh ditujukan kepada narapidana bahwa itu
penjahat.
9. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan.
10. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah satu
hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.2
Demikianlah konsepsi baru fungsi pemidanaan yang bukan lagi sebagai
penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
“Sehingga sejak bulan April 1964 sebutan rumah penjara secara resmi diganti
menjadi Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dengan mengedepankan hak asasi
manusia dan pembinaan terhadap narapidana”.3
Lembaga pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai Warga yang baik juga bertujuan untuk
melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, serta melakukan penerapan dan bagian yang tak
terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seperti
yang ditentukan dalam Pasal 28 C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 yang berbunyi :
2 Dwidja Priyatno. 2009. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Bandung: Refika
Aditama. Hal. 98.
3 Marlina. 2011. Hukum Penitensier. Bandung: Refika Aditama. Hal. 124.
4
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dan
ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 ditentukan bahwa “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Ini berarti bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan tak terkecuali pula warga negara yang menjalani
pemidanaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf C ditegaskan pula bahwasanya “Narapidana berhak
untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran”. Hal ini juga sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 ayat (3)
menyatakan bahwa “Pendidikan dan pengajaran adalah usaha sadar untuk
menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan melalui kegiatan bimbingan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Disebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam
Pasal 9 bahwa “Setiap LAPAS wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pengajaran bagi Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan”.
Lebih lanjut lagi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dalam Pasal 5ayat (1) menyebtkan bahwa “Setiap Warga
Negara mempunyai hak yang sama untuk mempeorleh pendidikan yang bermutu”.
Kemudian Pasal 5 ayat (5) juga mengamanatkan bahwa “Setiap Warga Negara
5
berhak mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.
Dari amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwasanya tiap-tiap Warga Negara Indonesia dimanapun, kapanpun,
dan siapapun mereka, tidak terdapat pembedaan sikap dan perlakuan berkaitan
dengan hak untuk memperoleh pendidikan, termasuk juga bagi individu yang
sedang menjalani masa pemidanaannya di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Salah satu peranan LAPAS dalam proses pemasyarakatan adalah dengan
cara perbaikan mutu narapidana sebagai manusia yang diharapkan kelak bisa
dijadikan bekal untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah mereka keluar
dari LAPAS. Salah satu aspek perbaikan mutu diri yang diharapkan bisa dijadikan
bekal nantinya adalah aspek pendidikan, yang mana aspek pendidikan ini
diberikan oleh LAPAS melalui serangkaian kegiatan pembimbingan dan
pelatihan.
Bagi narapidana, pendidikan memegang peranan penting dalam
pengembangan individu. Dalam tataran teoritis, pendidikan untuk narapidana
mempunyai fungsi untuk membentuk kepribadian narapidana, guna
mengembalikan kodratnya sebagai manusia yang sehat. Selain itu juga
pemenuhan pendidikan juga akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
peradaban suatu bangsa dan itulah kemudian negara kita memastikan adanya
jaminan pemenuhan hak dasar atas pendidikan bagi warga negaranya yang secara
tegas tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada BAB XA mengenai Hak
Asasi Manusia, khusunya Pasal 28C, dan Pasal 31 BAB XIII mengenai
Pendidikan dan Kebudayaan.
6
Dalam hal adanya penjaminan hak atas pendidikan bagi narapidana tentunya
memiliki maksud dan tujuan yang lebih mulia dimana diharapkan nantinya setelah
bebas mereka bisa memulai kembali kehidupannya dengan cara yang lebih baik
bahkan bisa turut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini.
Seorang manusia yang sudah dididik dan diajar (di LAPAS), sesuai tujuan
pendidikan nasional, akan menjadi manusia susila.“Seorang manusia susila adalah
manusia yang sempurna dalam kemanusiaannya menurut ukuran Indonesia.
Seorang manusia yang hidup sesuai pandangan hidup danhukum Indonesia”.4
Pada tataran teori mengamanatkan pendidikan dan pengajaran yang
demikian, tetapi implementasinya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Sampai saat ini masih banyak Lembaga Pemasyarakatan yang belum memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang telah penulis sebutkan di atas, pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di dalam Lembaga Pemasyarakatan masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan. Sesuai titik poin penelitian ini, kekurangan itu adalah
kurangnya perhatian pihak Lembaga Pemasyarakatan terhadap hak atas
pendidikan bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
Pendidikan dan pengajaran yang diberikan terhadap Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan dewasa ini masih berada jauh
di bawah standarisasi nasional, yaitu sebagaimana ketentuan pendidikan yang
diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu masih banyak terjadi penyimpangan dalam
4 Mr. R.A. Koesnoen. 1961. Politik Penjara Nasional. Bandung: Sumur Bandung. Hal. 20.
7
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu,
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan yang belum
optimal juga disebabkan terkait terjadinya over kapasitas di Lembaga
Pemasyarakatan tersebut. Sementara itu, faktor internal terkait dengan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di LAPAS yang tidak optimal tersebut
dikarenakan petugas lembaga pemasyarakatan yang tidak memiliki latar belakang
sarjana pendidikan mengakibatkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
terkesan diberikan asal-asalan, sehingga tujuan dari sistem pemasyarakatan itu
sendiri belum dapat tercapai.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam keterangan yang
diambil dari Harian Republika, jumlah narapidana dan anak didik pemasyarakatan
yang mendapatkan pendidikan masih sangat minim. Terutama bagi anak didik
pemasyarakatan, pemberian pendidikan baik formal dan non formal di Lembaga
Pemasyarakatan masih sangat minim.5 Berdasarkan database Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, dari total 2361 narapidana dan anak didik pemasyarakatan,
hanya 929 orang atau sekitar 39 % yang mengikuti pendidikan formal dan non
formal di Lembaga Pemasyarakatan. Data tersebut menunjukkan bahwa belum
semua narapidana dan anak didik pemasyarakatan mendapatkan hak
pendidikannya selama menjalani masa pidana.
Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang merupakan bagian Kantor
Wilayah kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur. Dalam lembaga
5 Republika, Jumlah Narapidana yang Terima Pendidikan Minim. http://www.republika.co.id.
Diakses tanggal 5 April 2017.
8
pemasyarakatan ini menampung warga binaan pemasyarakatan dan anak didik
pemasyarakatan sekaligus, yang meliputi tahanan dan narapidana. Anak didik
pemasyarakatan yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang
tersebut merupakan golongan minoritas, dimana ketika penulis melakukan
penelitian anak didik pemasyarakatan disana berjumlah 6 orang. Jumlah
narapidana anak yang sangat sedikit ini mengakibatkan pembinaan dan
pendidikan anak terabaikan, dan petugas lebih terkonsentrasi dan lebih terfokus
pada warga binaan dewasa.
Berdasarkan uraian di atas akan menjadi menarik ketika penulis meneliti
tentang pendidikan yang berjalan bagi warga binaan pemasyarakatan dan anak
didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang, apakah
dalam pelaksanaannya warga binaan pemasyarakatan dan anak didik
pemasyarakatan sudah mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau belum sepenuhnya dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan, khususnya terkait dengan hak pendidikan dan
pengajaran, oleh sebab itu penulis mengambil judul dalam penelitian ini
“Implementasi Pendidikan dan Pengajaran Bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten
Jombang).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
9
1. Bagaimana bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga
binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi peranannya di masa
yang akan datang ?
2. Bagaimana bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga
binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di masa yang
akan datang ?
3. Faktor-faktor apa yang menghambat pemenuhan pendidikan dan
pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Jombang ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang
melandasi penulisan ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi
warga binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi peranannya di
masa yang akan datang di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten
Jombang.
2. Untuk mengetahui bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi
warga binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di masa
yang akan datang di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten
Jombang.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pemenuhan pendidikan
dan pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Jombang.
10
D. Manfaat Penelitian
Atas dasar maksut, tujuan, dan alasan sebagaimana yang penulis uraikan
diatas maka dengan ini penulis mempunyai harapan ke depannya nanti akan
memiliki manfaat sebagaimana berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bidang ilmu hukum pidana. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu
hukum, khususnya bidang ilmu hukum pidana, tentang penologi dalam
kaitannya dengan implementasi hak narapidana untuk mendapatkan
pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Kabupaten Jombag.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Lembaga Pemasyarakatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Lembaga Pemasyarakatan, khususnya Lembaga Pemasyarakatan
Klas II B Jombang agar dapat memberikan hak-hak bagi warga
binaannya, khususnya terkait dengan hak narapidana untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
b) Bagi Narapidana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangun dan
membangkitkan kesadaran bagi narapidana bahwa mereka
mempunyai hak-hak yang diakomodasi oleh Lembaga
11
Pemasyarakatan, termasuk hak narapidana untuk mendapatkan
pendidikan dan pengajaran.
c) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat merubah stigma atau cara
pandang masyarakat mengenai Lembaga Pemasyarakatan, yakni
bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan wadah atau tempat
pembinaan narapidana, bukan tempat penyiksaan narapidana. Karena
pada dasarnya narapidana adalah manusia yang juga mempunyai
hak-hak yang harus di hormati di Lembaga Pemasyarakatan.
d) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan
wawasan dan pengetahuan maupun pemahaman penulis mengenai
hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu juga,
sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar kesarjanaan S1
(Strata Satu) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada fakultas hukum
Universitas Muhammadiyah Malang.
12
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada dunia ilmu pengetahuan
sehubungan dengan bidang hukum, terutama tentang bidang ilmu
hukum pidana, tentang penologi sehubungan dengan implementasi hak-
hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
3. Bagi Kalangan Praktisi Hukum
Dapat memberikan sumbangan pemikiran yaitu bagi para praktisi
hukum di Indonesia khusunya kalangan Lembaga Pemasyarakatan agar
dapat menjadi masukan sebagai bahan referensi dalam tugas penegakan
hukum.
F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan keterangan atau data-data yang diperlukan dalam
penelitian guna menyusun skripsi ini, dimana keterangan-keterangan tersebut
digunakan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan yang telah penulis
rumuskan di atas, maka dipergunakan metode penelitian sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis sosiologis.6Pendekatan yuridis sosiologis yaitu
”pendekatan yang menjawab permasalahan dengan menggunakan sudut
pandang hukum dimana pembahasan didasarkan pada berbagai
peraturan perundangan yang berlaku dan kesesuaiannya dengan
kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam lingkup masyarakat”.
6 Soerjono Soekanto. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Hal. 12.
13
Dalam hal ini penulis akan mencoba melakukan penelitian secara
mendalam untuk mengetahui apakah Implementasi Pendidikan dan
Pengajaran Bagi Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Kabupaten Jombang sudah efektif, optimal dan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, yakni sesuai dengan yang tercantum
Pasal 14 ayat (1) huruf (c) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
2. Lokasi Penelitian
Penulis memilih Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jombang yang
beralamat di Jalan KH. Wachid Hasyim No. 155 Jombangsebagai lokasi
penelitian, karena instansi ini termasuk Lembaga Pemasyarakatan Klas
II Bdengan tempat kedudukan di kabupaten sehingga kurang mendapat
perhatian dari pemerintah yang kemudian menimbulkan potensi adanya
banyak kekurangan terutama dalam pemberian hak narapidana, dan
masih banyaknya tingkat pendidikan narapidana di dalam LAPAS Klas
II B Jombang yang masih rendah atau belum memenuhi ketentuan
belajar 12 tahun. Oleh karenanya, Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Kabupaten Jombang dapat memenuhi informasi yang berkaitan dengan
penulisan ini.
3. Sumber Data
Untuk memperoleh data-data yang relevan dengan tujuan penelitian,
maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
14
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang
yang terletak di Jalan KH. Wachid Hasyim No. 155 Jombang,
penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada
pihak-pihak / responden untuk menanyakan pendapat serta
persepsi dari pihak-pihak yang di wawancara, pertanyaannya
adalah :
1. Bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga
binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi
peranannya di masa yang akan datang ?
2. Bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga
binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di
masa yang akan datang ?
3. Faktor-faktor yang menghambat pemenuhan pendidikan dan
pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jombang ?
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari penelitian
kepustakaan, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
15
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional.
8. Bahan sekunder kepustakaan berupa pendapat para ahli,
kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, dan berbagai
buku hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data
1) Untuk memperoleh data primer, dalam penelitian ini menggunakan
metode :
a. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan si penjawab atau responden. Adapun pihak-
16
pihak yang diwawancarai atau yangmenjadi responden dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Bapak Affandi, A.Md., S.H., M.H., selaku Kasi Binadik
dan Giatja yang bertanggung jawab atas kegiatan
penyelenggaraan pendidikan dan kegiatan kerja terhadap
seluruh Narapidana. Menanyakan masalah pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana, antara
lain mengenai tahapan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, bentuk implementasi pendidikan dan
pengajaran baik melalui pembimbingan maupun pelatihan
di LAPAS Jombang, faktor-faktor penyebab yang
menghambat pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, dan
apakah adasanksi yang diberikan kepada narapidana apabila
tidak mengikuti kegiatan pendidikan dan pengajaran yang
dilaksanakan oleh LAPAS.
2. Bapak Samud, S.H., selaku Pembimbing Pendidikan agama
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan hak Pendidikan
agama di LAPAS Jombang. Menanyakan mengenai
pelaksanaan agama di LAPAS, standar kurikulum yang
digunakan terkait dengan pelaksanaan pendidikan agama,
jadwal kegiatan pendidikan agama di LAPAS, serta sarana
dan prasarana yang tersedia di LAPAS yang digunakan
untuk menunjang kegiatan pendidikan agama.
17
3. Bapak Slamet Sunardi, S.H, selaku Kepala Bidang
Pembinaan dan Pembimbingan Lembaga Pemasyarakatan
Jombang, yang bertanggung jawab atas seluruh
penyelenggaraan program pembinaan dan pembimbingan
bagi Narapidana, yang menyangkut sikap, perilaku, dan
kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik
pemasyarakatan. Menanyakan mengenai pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan jasmani
kesehatan di LAPAS, standar kurikulum yang digunakan
terkait dengan pelaksanaan pendidikan tersebut, dan pihak-
pihak yang yang dibebani kewajiban untuk melaksanakan
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan jasmani
kesehatan.
4. Bapak Matsunadi, S.I.P, Kasi bimbingan Kerja Lembaga
Pemasyarakatan Jombang, yang bertanggung jawab dalam
program kegiatan kerja, meliputi pemberian bimbingan
kerja, mempersiapkan sarana kerja, mengelola hasil kerja
dan fungsinya serta menentukan jenis bimbingan latihan
bagi warga binaan pemasyarakatan agar dalam menjalai
masa pemidanaannya memiliki keterampilan yang
bermanfaat. Menanyakan antara lain mengenai jenis-jenis
pendidikan keterampilan yang diselenggarakan LAPAS
Jombang guna menunjang dan memberikan bekal bagi
18
narapidana ketika mereka bebas nantinya, pelaksanaan
pendidikan keterampilan, dan terkait sarana prasarana yang
disediakan yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan
keterampilan tersebut.
5. Pihak-pihak lain yang dirasa perlu guna melengkapi
kapabilitas dan kualitas penulisan ini, seperti Narapidana
yang dalam hal ini terlibat langsung dalam pemenuhan atas
pendidikan tersebut, antara lain yaitu :
1. Sulaiman.
2. Sugeng.
3. Maimunah.
4. Lilik Wijayanti.
Menanyakan mengenai pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di LAPAS Jombang, antara lain mengenai
program kesetaraan, pelaksanaan kegiatan penyuluhan
hukum, pelaksaksanaan pendidikan keterampilan terkait
dengan pelatihan jahit menjahit dan pertukangan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dieroleh dengan cara mengumpulkan semua data yang
bersifat tertulis seperti data :
1. Data jumlah penghuni narapidana yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jombang.
19
2. Struktur organisasi kelembagaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jombang.
3. Tingkat pendidikan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Jombang.
4. Jadwal program pendidikan dan pengajaran yang
dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Jombang.
2) Untuk memperoleh data sekunder, dalam penelitian ini
menggunakan metode :
a. Studi Kepustakaan
Studi dengan menjadikan buku-buku, litelatur-litelatur,
pendapat para ahli, kamus hukum, kamus besar bahasa
indonesia,internet, maupun peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan masalah yang di bahas untuk
mendukung landasan teori.
5. Analisa Data
a) Analisa Data Primer
Pada tahap ini data maupun dokumen-dokumen hasil penelitian
yang di dapatkan, di analisis dan disusun secara sistematika
sehingga data-data tersebut merupakan data konkrit dan dapat
dipertanggung jawabkan dalam pembahasan. Data yang diperoleh
akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
yakni mengungkapkan data berupa fakta, keadaan, fenomena, dan
20
variabel yang terjadi saat penelitian berjalan dengan
menafsirkan,menuturkan, dan menganalisa data yang bersangkutan
dengan situasi yang sedang terjadi sehingga diperoleh sesuai
kesimpulan.
b) Analisa Data Sekunder
Setelah dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari
kepustakaan, maka data akan diolah dengan menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu mengambarkan hasil studi lapangan dan
hasil pustaka kemudian menganalisis data yang diperoleh untuk
membahas permasalahan penelitian deskriptif berkaitan dengan
pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan
suatu konsep atau gejala dengan memjawab pertanyaan-pertanyaan
sehubungan dengan status subyek penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan hukum ini penulis membagi dalam 4 (empat)
bab, yang masing-masing bagian di jabarkan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode
penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam
usulan penelitian ini.
21
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab dimana dalam bagian ini Penulis akan menyajikan
teori-teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan maupun litelatur-litelatur yang akan digunakan
untuk mendukung analisis yang akan digunakan pada penelitian
yang terkait dengan Implementasi Pendidikan dan Pengajaran Bagi
Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini pembahasan yang berisikan penjelasan dan
memaparkan data-data hasil penelitian yang di dapat dari teknik
pengumpulan data dengan tujuan untuk mendukung analisis penulis.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, dimana berisikan
kesimpulan dari pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya serta
berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang telah
diangkat dan diteliti oleh Penulis.
Recommended