View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ini tidak terlepas dari
pembangunan masing-masing daerah, yang merupakan bagian integral dalam
upaya mencapai sasaran nasional. Pembangunan di setiap daerah baik di kota
maupun kabupaten berlangsung secara terus-menerus dan setiap daerah
berusaha memajukan daerahnya. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang
diberikan kepada daerah untuk mengelola sendiri daerahnya, sesuai dengan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung
jawab, sehingga setiap daerah kabupaten memiliki kewenangan dan
keleluasaan untuk menyusun serta melaksanakan kebijakan pembangunan
daerah yang sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat.
Pembangunan di setiap daerah memerlukan tenaga kerja sebagai salah
satu modal utamanya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka
jumlah angkatan kerjapun juga semakin meningkat. Namun permasalahan
yang terjadi di Indonesia adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan.
Permintaan lapangan kerja yang tidak terpenuhi ini menandakan bahwa
pembangunan ekonomi di daerah tersebut tidak berjalan secara efektif. Hal ini
sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985), bahwa jumlah penduduk dan
angkatan kerja yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang
efektif di daerah itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan
masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Arsyad (1992) yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi
adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
1
2
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah
tersebut.
Rendahnya kinerja pembangunan terutama pembangunan sumber daya
manusia menyebabkan terjadinya masalah pengangguran, di mana masalah ini
seringkali dihadapi oleh negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Permasalahan ini membutuhkan suatu pemecahan melalui peningkatan
kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja secara tepat dan memadai.
Tepat berarti sesuai antara jenis pekerjaan dengan bidang keahliannya, dan
memadai yaitu jumlah angkatan kerja dapat terserap ke dalam bidang
pekerjaan yang membutuhkan. Pertumbuhan penduduk harus diimbangi
dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk menyerap tenaga kerja sehingga
pertumbuhan penduduk tidak menjadi kendala dalam perkembangan ekonomi.
Adapun jumlah pengangguran terbuka Indonesia pada tahun 2003-7
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2003-7
Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2003 9,67 2004 9,88 2005 10,26 2006 10,28 2007 9,11
Sumber : BPS Nasional, 2009
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran
terbuka Indonesia pada tahun 2003-6 semakin meningkat, dengan nilai
persentase 9,67% pada tahun 2003, 9,88% pada tahun 2004, 10,26% pada
tahun 2005, dan 10,28% pada tahun 2006. Peningkatan terbesar terjadi pada
tahun 2004 ke 2005, yaitu naik sebesar 0,38%. Sedangkan tingkat
pengangguran pada tahun 2007 nilainya menurun drastis dari tahun 2006,
yaitu 9,11%. Salah satu penyebab turunnya angka pengangguran ini adalah
perubahan cara perhitungan jumlah penduduk yang bekerja. Pada tahun 2006
ke bawah, perhitungan penduduk yang bekerja diukur dari umur 10 tahun ke
atas, sedangkan mulai tahun 2007 perhitungan dimulai dari umur 15 tahun ke
3
atas. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk bekerja berkurang, sehingga
jumlah pengangguran pun juga terhitung lebih sedikit dari tahun sebelumnya.
Salah satu sektor yang menyediakan cukup banyak lapangan pekerjaan
adalah sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar
dalam pembangunan Indonesia. Usaha dalam bidang pertanian akan terus
berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan
hidup dan masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam
industrinya. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani,
memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan.
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Tengah. Keadaan topografi Kabupaten Karanganyar beragam
mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Adanya kondisi topografi yang
beragam ini mengakibatkan Kabupaten Karanganyar memiliki potensi untuk
budidaya berbagai jenis tanaman.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah adalah terjadinya
peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2005 sebesar Rp 4.188.330.500.000,00;
tahun 2006 sebesar Rp 4.401.301.740.000,00 dan tahun 2007 sebesar Rp
4.654.054.500.000,00. Berdasarkan nilai PDRB tersebut dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan yang berarti bagi kondisi perekonomian di
Kabupaten Karanganyar. Adapun nilai distribusi persentase PDRB Kabupaten
Karanganyar tahun 2003-7 menurut lapangan usaha ADHK 2000 dapat dilihat
pada Tabel 2.
4
Tabel 2. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-7 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000
Tahun Sektor 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 20,38 19,68 19,68 19,50 19,47 2. Pertambangan dan Penggalian 0,91 0,86 0,86 0,85 0,83
3. Industri Pengolahan 52,41 51,02 52,55 52,72 52,88 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 1,41 1,37 1,38 1,40 1,38
5. Bangunan 2,53 2,44 2,43 2,41 2,40 6. Perdagangan 11,16 10,50 10,33 10,25 10,09 7. Angkutan dan Komunikasi
0,32 2,94 2,89 2,86 2,80
8. Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa
Perusahaan
2,21 2,13 2,13 2,15 2,12
9. Jasa-Jasa 8,67 8,05 7,74 7,87 8,03 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2008
Tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Karanganyar relatif besar, yaitu sebesar 20,38% (2003),
19,68% (2004), 19,68% (2005), 19,50% (2006), dan 19,47% (2007), serta
menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Walaupun
kontribusi sektor pertanian cenderung menurun dari tahun 2003 hingga 2007,
sektor ini tetap menjadi salah satu sektor yang mempunyai peranan penting
bagi Kabupaten Karanganyar. Adapun besarnya kontribusi sektor pertanian di
Kabupaten Karanganyar didukung dengan luas lahan pertanian yang relatif
luas yaitu 69,96% dari 77.378,64 Ha luas wilayah Kabupaten Karanganyar
(BPS Kabupaten Karanganyar, 2008).
Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari
banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah tersebut. Besarnya
penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan perkapita penduduk,
yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Jumlah penduduk
di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2007 adalah 851.366 orang, di mana
sebanyak 711.113 orang terserap di berbagai bidang pekerjaan. Sebagian besar
5
penduduk Kabupaten Karanganyar bekerja di sektor pertanian (petani sendiri
dan buruh tani) dengan prosentase 31,31%, sedangkan di urutan kedua dengan
prosentase 14,65% penduduk bekerja sebagai buruh industri (BPS Kabupaten
Karanganyar, 2008).
Berdasarkan data-data di atas, dapat diketahui bahwa sektor pertanian
di Kabupaten Karanganyar memiliki kontribusi besar dalam penyerapan
tenaga kerja, namun belum dapat diketahui sejauh mana peranan sektor
pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar. Hal ini
merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Kajian lebih mendalam
mengenai peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dilakukan
dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar peranan sektor pertanian
dalam penyerapan tenaga kerja serta bagaimana pertumbuhan kesempatan
kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar. Hal ini akan bermanfaat
sebagai informasi dalam perencanaan perluasan kesempatan kerja di
Kabupaten Karanganyar.
B. Perumusan Masalah
Sampai saat ini sektor pertanian masih memiliki kemampuan untuk
menyerap tenaga kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya penduduk
yang bekerja di sektor pertanian. Keadaan sektor tenaga kerja di Kabupaten
Karanganyar terbagi dalam beberapa jenis pekerjaan antara lain petani, buruh
tani, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengusaha, pengangkutan,
PNS/TNI/POLRI, pensiunan dan lain-lain. Dari jenis pekerjaan tersebut,
pekerjaan sebagai petani dan buruh tani masih merupakan yang terbesar.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan, yaitu dari
tahun 2004 hingga tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2003 sampai 2004
mengalami kenaikan, dari 43,27% menjadi 43,89%. Meskipun terjadi
penurunan pada tahun 2004 sampai 2007, jumlah tenaga kerja yang terserap di
sektor pertanian masih merupakan yang terbesar dibanding sektor
perekonomian lain. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan penduduk
6
sepuluh tahun ke atas yang bekerja menurut sektor perekonomian di
Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :
Tabel 3. Perkembangan Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-7 (persen)
Tahun No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007
1 Pertanian 43,27 43,89 35,04 32,48 29,57 2 Pertambangan & Galian 0,43 0,06 0,62 0,62 1,40 3 Industri Pengolahan 19,70 19,17 19,82 22,12 18,87 4 Listrik,Gas & Air Bersih 0,18 0,28 0,43 0,24 0,20 5 Bangunan 2,09 2,12 2,34 5,97 9,38 6 Perdagangan & Hotel 15,57 16,69 23,37 19,46 23,09 7 Pengangkutan &
Komunikasi 3,55 3,39 3,49 2,82 3,63 8 Keuangan & Persewaan 0,56 0,19 1,45 1,10 1,27 9 Jasa 14,59 14,13 13,43 15,19 12,60 10 Lainnya 0,06 0,06 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2008
Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar hingga saat ini masih
memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dan
menduduki peringkat kedua dalam kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar.
Namun berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang
terserap di sektor pertanian mengalami penurunan dan belum dapat diketahui
apakah sektor pertanian akan tetap memberikan kontribusi terbesar dalam
penyerapan tenaga kerja di tahun-tahun yang akan datang.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti tentang besarnya peranan
sektor pertanian dalam menyediakan lapangan pekerjaan di Kabupaten
Karanganyar serta komponen-komponen yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar.
Hal ini dilakukan supaya kedepannya sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi perekonomian
wilayah Kabupaten Karanganyar.
7
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja
wilayah di Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimanakah komponen pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian
di Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimanakah peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja
untuk lima dan sepuluh tahun ke depan (tahun 2008-12 dan 2008-17) di
Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja
wilayah di Kabupaten Karanganyar.
2. Menganalisis komponen pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian
di Kabupaten Karanganyar.
3. Menganalisis peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk
lima dan sepuluh tahun ke depan (tahun 2008-12 dan 2008-17) di
Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, guna menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian
serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar, sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam
perencanaan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
1. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan penelitian Amin (2006) yang berjudul ”Peranan
Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten
Semarang” dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja diketahui
nilai angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2000
sebesar 1,70 dan pada tahun 2001 dan 2002 mengalami kenaikan menjadi
1,81 dan 1,85. Kemudian turun pada tahun 2003 sampai 2005 menjadi
1,62 pada tahun akhir analisis. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai 1,76 yang
artinya bahwa selama tahun 2001-2005 setiap peningkatan kesempatan
kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan kesempatan
kerja keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di wilayah Kabupaten
Semarang.
Pada tahun 2002 peranan sektor pertanian adalah yang terbesar
dalam menyerap tenaga kerja. Hal tersebut dilihat dari nilai angka
pengganda yang dihasilkannya, yaitu 1,85. Meskipun angka pengganda
terbesar namun pertumbuhan kesempatan kerja menunjukkan angka yang
tidak terlalu besar yaitu sebesar 3,11 % dibanding tahun sebelumnya.
Kenaikan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Semarang ini
mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan
sebesar 11.459 orang. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian pada tahun 2002 dikarenakan ada beberapa subsektor pertanian
yang mengalami peningkatan produksi seperti subsektor tabama,
peternakan dan kehutanan. Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada
subsektor tabama. Hal ini karena lahan di Kabupaten Semarang sangat
sesuai untuk kegiatan pertanian tamanan pangan karena ketersediaan air
yang cukup dan topografinya yang memiliki banyak pegunungan. Pada
tahun 2002 subsektor peternakan dan kehutanan juga mengalami
8
9
peningkatan produksi. Ketersediaan rumput yang cukup sebagai pakan
pokok ternak menyebabkan usaha dari subsektor peternakan berkembang.
2. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian
Dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Sektor Pertanian
dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan”, Sari (2005)
menggunakan analisis shift share (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan
sektor pertanian Kabupaten Pacitan. Diperoleh nilai komponen
pertumbuhan proporsional (PP) sebesar 15.318 yang berarti pertumbuhan
kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Pacitan termasuk
kelompok cepat. Namun melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (PPW), yaitu -10.415 menunjukkan perubahan kesempatan kerja
di sektor pertanian Kabupaten Pacitan jika dibandingkan sektor pertanian
wilayah lain adalah penurunan sebesar 10.415. Penjumlahan PP dan PPW
diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) 4.903 dengan nilai pertumbuhan
kesempatan kerja 6,06 % berarti sektor pertanian tumbuh cepat sehingga
memiliki potensi yang baik untuk lebih dikembangkan demi mempercepat
pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan.
3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Supada (2002) di dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis
Peranan Sektor pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten
Boyolali”, memproyeksikan kesempatan kerja di sektor pertanian dengan
menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 1996-
2000 dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan
ekonomi tetap, yaitu 1,405 dan 0,096 sehingga pertumbuhan kesempatan
kerja pada periode analisis = pertumbuhan kesempatan kerja pada periode
dasar analisis. Dari analisis diperoleh hasil proyeksi kesempatan kerja di
sektor pertanian tahun 2010 terjadi pertumbuhan kesempatan kerja sebesar
698.600. Jika dirata selama sepuluh tahun, maka pertumbuhan
kesempatan kerja pertahun adalah 69.860. Kenaikan ini berkaitan dengan
peningkatan jumlah penduduk ataupun angkatan kerja yang tersedia, serta
10
berpengaruh pada perkembangan sektor pertanian sendiri maupun
perekonomian.
Ketiga hasil penelitian tersebut dijadikan referensi dalam penelitian ini
dengan alasan adanya kesamaan letak geografis, yaitu sama-sama berada di
wilayah Jawa Tengah, dengan obyek yang diteliti adalah sektor pertanian.
Selain itu adanya kesamaan metode, yaitu menggunakan Analisis Shift Share
dalam menganalisis peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan
Djojohadikusumo (1994) menyatakan bahwa pembangunan
merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh
perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi
maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Pernyataan ini diperkuat oleh Arsyad (2007) bahwa pembangunan harus
dilihat secara dinamis dan bukan dilihat sebagai konsep statis.
Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir.
Pembangunan pada dasarnya merupakan proses transportasi dan proses
tersebut membawa perubahan dalam alokasi sumber-sumber ekonomi,
distribusi manfaat dari akumulasi yang membawa pada peningkatan
produksi, pendapatan dan kesejahteraan.
Menurut Todaro (2000) pembangunan merupakan kenyataan fisik
dan motivasi masyarakat untuk berusaha terus mencapai kehidupan yang
lebih baik melalui kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional.
Tiga tujuan inti pembangunan adalah :
1. Peningkatan ketersediaan serta penguasaan distribusi berbagai macam
barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan perlindungan keamanan.
2. Peningkatan standar hidup tidak hanya peningkatan pendapatan tetapi
juga penambahan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, dan
peningkatan perhatian atas nilai kebudayaan dan kemanusiaan.
11
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yaitu dengan membebaskan dari sikap
ketergantungan baik pada manusia/negara lain tetapi juga terhadap
setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Pembangunan Ekonomi
Definisi pembangunan ekonomi menurut Arsyad (2007) adalah :
1. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat
pertambahan GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi
tingkat pertambahan penduduk.
2. Perkembangan GDP/GNP yang terjadi dalam suatu negara dibarengi
oleh perombakan modernisasi struktur ekonomi.
Suryana (2000) membedakan pengertian pembangunan ekonomi
(economic development) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atau kenaikan GDP
(Gross Domestic Product) yang dibarengi oleh perombakan dan
modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income
equity). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
GDP tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang perubahan dalam struktur
ekonomi.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat diukur
melalui beberapa indikator, seperti tinggi pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita, semakin terbukanya kesempatan kerja sehingga
dapat menekan pengangguran, menurunnya jumlah penduduk yang hidup
di bawah kemiskinan absolut, pergeseran struktur ekonomi kearah yang
lebih modern dan semakin besarnya kemampuan keuangan untuk
membiayai administrasi pemerintah dan kegiatan pembangunan (Soekarni
dan Mahmud, 2000).
Pembangunan ekonomi juga sering diukur berdasarkan tingkat
kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan
12
secara terencana. Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk
memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-
jasa yang selalu diupayakan untuk berkembang (Todaro, 2000).
3. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok
pembangunan ekonomi daerah adalah pada penekanan terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal
(daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan
ekonomi (Arsyad, 1999).
Maulidiyah dan Nuning (2000) menyatakan pembangunan daerah
sebagai upaya mencapai sasaran nasional di daerah sesuai dengan potensi,
aspirasi dan prioritas masyarakat daerah. Selanjutnya, pembangunan
daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
diarahkan pada peningkatan perkembangan sektor pertanian dan sektor
industri. Peningkatan itu disertai dengan peningkatan penguasaan dan
kualitas teknologi, agar dapat memberikan sumbangan yang optimal
kepada pertumbuhan produksi daerah.
Menurut Wie (1981), pembangunan ekonomi daerah sering
dikaitkan dengan masalah terus meningkatnya pendapatan regional per
kapita (PDRB/kapita). Seiring dengan proses pembangunan ekonomi,
biasanya disertai dengan adanya perubahan struktural. Proses
pembangunan setiap negara/wilayah/daerah merupakan proses dinamis
dimana suatu negara agraris dengan produktivitas rendah setelah
13
mengalami transformasi struktural menjadi suatu negara agraris dengan
produktivitas tinggi, kemudian berubah menjadi suatu negara agraris-
komersial, lalu menjadi suatu negara agraris-komersial-industrial.
Pembangunan daerah dan regional sebagai bagian dari
pembangunan nasional perlu diselaraskan dan dilaksanakan secara terpadu
dengan pembangunan sektor lain dan pembangunan daerah secara holistic.
Namun demikian mengingat bahwa sumber daya alam (SDA) sebagai
system penyangga kehidupan yang mempunyai kedudukan, fungsi dan
peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan, maka pembangunan
sektor lain yang menyebabkan perubahan, peruntukan dan kemanfaatan
sumber daya yang berdampak penting, bercakupan luas, atau bernilai
strategis harus dilakukan secara cermat dan koordinatif (Christanto, 2002).
4. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai proses yang
ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen
sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan
jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan
manusia di dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Penambahan
produksi, pendapatan maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab
apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman dan Sutrisno,
1997).
Pembangunan pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan
aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih
dari itu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau
livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu
pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan
subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja
petani sebagai homo economicus, melainkan juga sebagai homo socius
dan homo religius (Mubyarto dan Sentosa, 2007).
Pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah
menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan
14
produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi
peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan
kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan
agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi
bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Selama
empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga
prinsip penting: (1) broad-based dan terintegrasi dengan ekonomi makro,
(2) pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan (3) pelestarian
lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan kinerja yang
baik, seperti diuraikan di atas, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-
jembatan, perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya
(Arifin, 2008).
Menurut Todaro (2000), peran pertanian dalam pembangunan
pertanian hanya sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan
yang murah untuk berkembangnya sektor industri. Hal ini berfungsi
sebagai unggulan dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara
keseluruhan.
5. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan
Kamaluddin (1998) menyatakan bahwa peranan utama sektor
pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian.
b. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama
pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.
c. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat
besar untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.
d. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama
dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.
e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor
modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkannya.
15
Pertanian dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap
pembangunan ekonomi negara sedang berkembang dengan alasan : (1)
pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara sedang
berkembang bila ditinjau menurut proporsi GDP yang dihasilkan dalam
sektor ini atau menurut sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja total,
(2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara sedang berkembang sangat
tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena hal
tersebut menyebabkan inflasi dan biaya upah tetap rendah. Selain itu
banyak industri manufaktur tergantung pasokan bahan mentah dari sektor
pertanian, (3) pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan
sektor perekonomian non pertanian, (4) laju pemupukan modal di negara
sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan pertanian
karena proses pemupukan modal ditentukan elastisitas pasokan pangan, (5)
pertanian memberi sumbangan pada neraca pembayaran dengan
meningkatkan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan
menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor, (6) pertumbuhan dan
pemekaran pertanian sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar
dalam negeri. Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan
distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar
permintaan total, mendorong permintaan akan produk-produk industri
sehingga membantu proses industrialisasi (Norman, 1994).
Sektor pertanian di Indonesia memiliki kemampuan dalam mengisi
pembangunan yang dipercayai dapat menjamin pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Sektor pertanian dapat memenuhi lima syarat utama
sebagai sektor andalan, yaitu tangguh, progresif, ukurannya cukup luas,
artikulatif dan responsif. Ketangguhan sektor pertanian diindikasikan oleh
kemampuannya dalam memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang
sedang berlangsung. Sektor pertanian berpotensi progresif dan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional jika didukung dengan kebijaksanaan yang
tepat (Daniel, 2002).
16
Kedudukan sektor pertanian dalam tatanan perekonomian nasional,
kembali memegang peranan cukup penting pada saat sektor perekonomian
lainnya mengalami penurunan akibat krisis ekonomi dan moneter yang
terjadi selama beberapa tahun terakhir ini. Kondisi seperti ini memberikan
kenyataan bahwa sektor pertanian masih merupakan bagian dari
sumberdaya pembangunan yang potensial untuk dijadikan sebagai sektor
strategis perencanaan pembangunan nasional maupun perencanaan
pembangunan di tingkat regional atau daerah saat ini dan ke depan,
melalui program pembangunan jangka pendek, menengah maupun dalam
program pembangunan jangka panjang (Anugrah dan Ma’mun, 2003).
6. Tenaga kerja
Menurut Simanjuntak (1985), tenaga kerja mencakup penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan
kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan
terakhir, yaitu pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga,
walaupun sedang tidak bekerja namun secara fisik dianggap mampu dan
sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis pengertian tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja dibedakan menurut batas umur. Di Indonesia
dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum.
Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang
berumur 10 tahun atau lebih.
Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan
jasa bagi diri sendiri dan orang lain, baik orang yang melakukan dibayar
ataupun tidak. Pada jaman modern sekarang ini yang memberikan
kesejahteraan kepada keluarga adalah terutama pendapatan yang diperoleh
dari kehidupan luar rumah yang dibawa masuk ke dalam rumah tangga,
oleh karenanya maka pengertian pekerjaan dibatasi pada kegiatan yang
menghasilkan barang dan jasa untuk dijual kepada orang lain di luar rumah
tangga atau ke pasar guna memperoleh pendapatan pendapatan bagi
keluarga, pekerjaan juga harus sesuai denagn nilai sosial yang berlaku
(Suroto, 1992).
17
Simanjuntak (1985) membagi penduduk dan tenaga kerja sebagai
berikut:
Gambar 1. Penduduk dan Tenaga Kerja
Dalam sensus penduduk 1980, orang dinyatakan bekerja bila
selama satu minggu sebelum pencacahan melakukan kegiatan untuk
memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam. Sedangkan
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Angkatan Kerja Bukan Angkatan
Penduduk
Sekolah Mengurus Rumah Tangga
Penerima Pendapatan
Menganggur Bekerja
Setengah Menganggur
Bekerja Penuh
Setengah Menganggur Tidak Kentara
Setengah Mengaggur Kentara(Jam Kerja Sedikit)
Produktivitas Rendah
Penghasilan Rendah
18
penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali selama seminggu
sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Dalam perencanaan tenaga kerja pertama-tama harus diidentifikasi
masalah sosial ekonomis yang ingin diatasi dan tujuan pembangunan yang
ingin dicapai, serta potensi yang ada. Sesudah itu diidentifikasi masalah
ketenagakerjaan yang berpengaruh pada masalah pembangunan dan yang
menghambat pencapaian tujuan pembangunan. Kemudian baru ditetapkan
tujuan, sasaran dan program ketenagakerjaan serta kebijaksanaan yang
perlu dilaksanakan (Suroto, 1992).
7. Analisis Shift Share
Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan-
perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan
kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari analisis ini
diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan
secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat
atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan kesempatan
kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis
dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen
pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN,
komponen pertumbuhan proporsional (proporsional or industrial mix
growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (regional growth component) disingkat PPW (Budiharsono,
2005).
Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan kesempatan
kerja/produksi dalam suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan
kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan
kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang
mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah, misalnya
devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.
Bila diasumsikan tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar
sektor dan antar wilayah.
19
Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan
dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan
mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya subsidi, kebijakan
perpajakan dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar.
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena
peningkatan atau penurunan PDRB/kesempatan kerja dalam suatu wilayah
dibandingkan wilayah lain. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah
dengan wilayah lain ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke
pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan
ekonomi regional pada wilayah tersebut (Lucas dan Primms, 1979 cit.
Budiharsono, 2005).
Menurut Tarigan (2002), analisis shift share adalah metode yang
membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di
wilayah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam dibanding
metode LQ. Metode LQ tidak memberi penjelasan atas faktor penyebab
perubahan tersebut sedang metode shift share memperinci penyebab
perubahan itu atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode
pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur
industri suatu daerah di dalam pertumbuhannya di dalam satu kurun waktu
ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab
pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya
dengan ekonomi nasional. Ada juga yang meramalkan model analisis ini
sebagai industrial mix analysis karena komposisi industri yang ada sangat
mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri
yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri
yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri
tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak.
8. Proyeksi Tenaga kerja
Proyeksi penduduk bukan merupakan peramalan jumlah penduduk
tetapi merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi
20
dari komponen laju pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian dan
perpindahan (BPS, 1983).
Swasono dan Sulistyaningsih (1987) mengklasifikasikan model
proyeksi menjadi tiga kelompok dasar untuk memperkirakan keadaan
tenaga kerja, yaitu :
a. Pure Forecast (Time Series Forecast)
Pure Forecast merupakan perhitungan proyeksi dengan berdasarkan
kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala
dan perkembangannya di masa lalu untuk memperkirakan keadaannya
pada masa yang akan datang:
Rumus : Lt = Lto (1+b)t
Li = tenaga kerja pada waktu tertentu
Lto = tenaga kerja pada waktu to
b = angka konstanta (koefisien arah dari data)
t = waktu
b. Conditional Forecast
Merupakan perhitungan perkiraan jumlah tenaga kerja berdasarkan
keadaan sebab akibat (hubungan erat dua variabel), yang satu variabel
bebas dan yang lain variabel terikat, misalnya jumlah pendapatan
(Y=Output) dengan jumlah tenaga kerja (L).
Rumus : Y = a + b L
a dan b = konstanta / parameter
c. Teleological Forecast
Merupakan kebalikan dari Conditional Forecast, dengan dasar bahwa
untuk mencapai produksi tertentu harus disediakan tenaga kerja dengan
jumlah tertentu. Jumlah tenaga kerja sebagai akibat dan jumlah output
sebagai sebab.
Rumus : (Lij/Yj) t = (Lij/Yj) to + f (t)
Lij = tenaga kerja dengan jabatan I dalam industri j
Yj = produksi industri j (output j)
t = waktu
21
Perencanaan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan
sasaran pertumbuhan perekonomian (Gy) dan sasaran pertumbuhan
kesempatan kerja (Gn). Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya diarahkan
untuk memenuhi jumlah dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
pembangunan suatu daerah guna mencapai target pertumbuhan ekonomi
serta pengendalian tingkat pengangguran, baik pengangguran terbuka
maupun pengangguran tersembunyi (Molo dan Retno, 1998).
Dalam menyusun proyeksi kesempatan kerja yang dikaitkan dengan
pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB), digunakan koefisien elastisitas
kesempatan kerja. Metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus
yang digunakan dapat membantu pemahaman tentang hubungan antara
jumlah kesempatan kerja yang terserap di tiap sektor dengan pertumbuhan
PDRB tiap sektor yang bersangkutan serta perubahan teknologi yang terjadi
dalam sektor tersebut. Koefisien penyerapan tenaga kerja (elastisitas
kesempatan kerja) dari sektor dihitung berdasarkan perbandingan antara
pertumbuhan kerja (Gn) dan pertumbuhan PDRB (Gy) (Molo dan Retno,
1998).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Pengertian tenaga kerja di Indonesia yaitu penduduk yang berumur 10
tahun atau lebih. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang
mengangggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri
dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan
golongan lain atau penerima pendapatan.
Penduduk yang bekerja di Kabupaten Karanganyar dibagi menjadi
penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan luar sektor pertanian. Untuk
mengetahui peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja
digunakan pengganda tenaga kerja. Rumus yang digunakan untuk menghitung
pengganda tenaga kerja yaitu :
Sk
-=
11
N
NPS =
22
Dimana : k : Angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian
NP : Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar
N : Tenaga kerja total di Kabupaten Karanganyar
Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan
perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka
perubahan kesempatan kerja total. Adapun kesempatan kerja dalam
penelitian ini diasumsikan sama dengan jumlah tenaga kerja yang terserap.
Rumus perhitungannya adalah :
ΔY = k x ΔX
Dimana: ΔY : perubahan tenaga kerja total
ΔX : perubahan tenaga kerja di sektor pertanian
Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan tenaga kerja sektor
pertanian digunakan analisis shift share. Secara matematik dapat dinyatakan
sebagai berikut :
ΔYij = PNij + PPij + PPWij
Y’ij – Y ij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)
Dimana : Ra = Y’ / Y
Ri = Y’i / Yi
r i = Y’ij / Yij
Keterangan :
PN : komponen pertumbuhan nasional
PP : komponen pertumbuhan proporsional
PPW : komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Y : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2003
Y’ : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2007
Yi : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun
2003
Y’i : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun
2007
∆Yij : pertumbuhan dalam kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar
23
Yij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada
tahun dasar analisis (tahun 2003)
Y’ij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada
tahun akhir analisis (tahun 2007)
(Ra-1) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan nasional
(Ri-Ra): persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan proporsional
(ri-Ri) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Proyeksi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada 10 tahun
mendatang (2017) digunakan pure forecast dengan resiko moderat, yaitu
tingkat elastisitas kesempatan kerja pada periode analisis dianggap sama.
Secara sederhana dibuat persamaan :
L2017 = L2007 (1+ Gn 2017)10
Dimana: L2017 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar tahun 2017
L2007 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar tahun 2007
Gn 2017 : pertumbuhan kesempatan kerja
10 : selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir periode
dasar proyeksi.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan
berikut :
24
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karanganyar
Tidak/Belum bekerja Bekerja
Sektor Pertanian Luar Sektor Pertanian
· Pertumbuhan kesempatan kerja sektor lain Kabupaten Karanganyar
· Tingkat pertumbuhan PDRB · Kebijakan pemerintah
Tahun 2003-2007
Tahun 2012 dan 2017
Progresifitasnya Besarnya Proyeksinya
Analisis Shift Share klasik
Pengganda Tenaga Kerja
Pure Forecast
Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja tahun 2012 dan 2017 di Kabupaten Karanganyar
PPij PPWij
PBij
Pertumbuhan kesempatan kerja di
sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar
Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Karanganyar
Angkatan Kerja Kabupaten Karanganyar
25
D. Asumsi-asumsi
1. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan di Kabupaten Karanganyar
sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.
2. Perkembangan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar pada masa mendatang mengikuti pola perkembangan
kesempatan kerja di masa lampau.
3. Dalam memproyeksikan, perhitungannya menggunakan skenario moderat,
yaitu pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Karanganyar dan
elastisitas kesempatan kerja antara periode analisis dan periode dasar
dianggap tetap.
E. Pembatasan Masalah
1. Sektor yang diteliti adalah sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor
tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub
sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.
2. Penelitian ini memusatkan pada analisis data tentang penyerapan tenaga
kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar. Data yang dianalisis
adalah data penduduk Kabupaten Karanganyar yang bekerja menurut
lapangan kerja utama tahun 2003-7 dan data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) ADHK 2000 Kabupaten Karanganyar tahun 2003-7. Data
tersebut yang kemudian digunakan sebagai dasar memproyeksikan
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2008-12 dan
2008-17.
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dalam proses produksinya
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
hewan. Meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor
perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor
perikanan.
2. Tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
26
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja
dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja.
Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Dalam penelitian ini,
jumlah tenaga kerja didekati dengan jumlah orang yang bekerja di
Kabupaten Karanganyar. Dinyatakan dalam satuan Orang.
3. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah jumlah penduduk usia sepuluh
tahun keatas yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang secara
nyata memberikan kontribusi pada sektor pertanian. Dalam penelitian ini,
jumlah tenaga kerja di sektor pertanian didekati dengan jumlah orang yang
bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar. Dinyatakan dalam
satuan Orang.
4. Angkatan kerja adalah penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang bekerja
dan tidak bekerja tetapi mencari kerja atau siap untuk mencari kerja.
5. Kesempatan kerja adalah jumlah orang yang digunakan dalam suatu
kegiatan ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa. Perhitungannya
didekati dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja di suatu sektor.
Dinyatakan dalam satuan Orang.
6. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian adalah kemampuan sektor
pertanian dalam menarik tenaga kerja yang digunakan dalam
melaksanakan proses produksinya. Dinyatakan dalam satuan Orang.
7. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja adalah
kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja pada sektor
pertanian dibandingkan dengan kemampuan sektor perekonomian lainnya
dalam menyerap tenaga kerja pada suatu daerah tertentu dan waktu
tertentu (%).
8. Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut proyeksi
skenario moderat adalah perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian
dibanding dengan kesempatan kerja di sektor pertanian pada tahun
sebelumnya (%).
27
9. Skenario moderat yaitu pertumbuhan PDRB moderat, dimana diasumsikan
Gy (laju pertumbuhan PDRB) dan elastisitas kesempatan kerja antara
periode analisis dan periode dasar dianggap sama.
10. Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut Analisis Shift
Share klasik adalah hasil penjumlahan persentase perubahan kesempatan
kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional dan
komponen pertumbuhan pangsa wilayah (%).
11. Proyeksi merupakan perhitungan matematis jumlah tenaga kerja di
Kabupaten Karanganyar yang diserap oleh sektor pertanian pada beberapa
tahun ( 5 dan 10 tahun) ke depan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
ada sekarang.
12. Pure forecast merupakan perhitungan proyeksi berdasarkan kejadian masa
lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala dan
perkembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa
yang akan datang.
28
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif analitis. Penelitian deskriptif analitis merupakan suatu
penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu
fenomena sosial kemudian dicari saling hubungannya (Sumhudi, 1991).
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Daerah penelitian diambil secara sengaja yaitu Kabupaten Karanganyar
dengan pertimbangan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian
(petani sendiri dan buruh tani) dengan prosentase 31,31% (BPS Kabupaten
Karanganyar, 2008). Alasan lain sebagai pendukung adalah potensi wilayah
Kabupaten Karanganyar yang mempunyai luas lahan pertanian yang relatif luas
yaitu 69,96% dari 77.378,64 Ha luas wilayah Kabupaten Karanganyar (BPS
Kabupaten Karanganyar, 2008). Keadaan topografi Kabupaten Karanganyar
beragam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Adanya kondisi
topografi yang beragam ini mengakibatkan Kabupaten Karanganyar memiliki
potensi untuk budidaya berbagai jenis tanaman. Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka dipilihlah Kabupaten Karanganyar sebagai daerah penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
rentang waktu 5 tahun, yaitu tahun 2003–2007 yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar; Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi; dan Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar. Data tersebut
berupa data PDRB Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah, data
tenaga kerja Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah, serta kondisi
umum Kabupaten Karanganyar.
28
29
D. Metode Analisis Data
1. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Budiharsono (2005) menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya
peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja, digunakan angka
pengganda tenaga kerja. Data yang digunakan selama lima tahun dengan
rumus:
Sk
-=
11
N
NPS =
Dimana : k : Angka pengganda tenaga kerja pertanian
NP : Penduduk yang bekerja di sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar.
N : Jumlah tenaga kerja total di Kabupaten Karanganyar.
Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan
perubahan tenaga kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka perubahan
kesempatan kerja total. Adapun kesempatan kerja dalam penelitian ini
diasumsikan sama dengan jumlah tenaga kerja yang terserap. Rumus
perhitungannya adalah :
ΔY = k x ΔX
Dimana:
ΔY : perubahan tenaga kerja total Kabupaten Karanganyar
ΔX : perubahan tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar
2. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian
Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian terhadap
kesempatan kerja total wilayah dianalisis dengan menggunakan analisis shift
share. Secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :
ΔYij = PNij + PPij + PPWij
Y’ij – Y ij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)
Dimana : Ra = Y’ / Y
Ri = Y’i / Yi
r i = Y’ij / Yij
30
Keterangan :
PN : komponen pertumbuhan nasional
PP : komponen pertumbuhan proporsional
PPW : komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Y : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2003
Y’ : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2007
Yi : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun
2003
Y’i : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun
2007
∆Yij : pertumbuhan dalam kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar
Yij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada
tahun dasar analisis (tahun 2003)
Y’ij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada
tahun akhir analisis (tahun 2007)
(Ra - 1) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan nasional
(Ri-Ra) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan proporsional
(ri - Ri) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Kriteria :
Apabila PPij < 0 berarti pertumbuhan kesempatan kerja sektor
pertanian Kabupaten Karanganyar lambat. Sedang apabila PPij > 0 berarti
pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Karanganyar
cepat. Apabila PPWij > 0, sektor pertanian Kabupaten Karanganyar
mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan wilayah
lain. Sedangkan apabila PPWij < 0, maka berarti sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan
wilayah lainnya.
31
Dari penjumlahan komponen pertumbuhan proporsional dan
komponen pertumbuhan pangsa wilayah, dapat diperoleh nilai pergeseran
bersih (PB) yang digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan
kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Karanganyar. Pergeseran
bersih dinyatakan dengan rumus : PBij = PPij + PPWij
Dimana : PBij adalah pergeseran bersih kesempatan kerja sektor pertanian
Kabupaten Karanganyar
Kriteria :
PBij > 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)
PBij < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar termasuk ke dalam kelompok lamban
3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2012 dan 2017
Perkiraan kesempatan kerja di sektor pertanian tahun 2008 sampai
tahun 2012 maupun tahun 2008 sampai tahun 2017 dilakukan dengan model
proyeksi pure forecast seperti yang dirumuskan oleh Swasono dan
Sulistyaningsih (1987), yaitu perhitungan proyeksi yang dilaksanakan
dengan mengamati gejala-gejala dan pola pengembangan masa lalu untuk
dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Secara sederhana
dibuat persamaan :
L2012 = L2007 (1+ Gn 2012)5
Dimana: L2012 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar tahun 2012
L2007 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten
Karanganyar tahun 2007
Gn 2012 : pertumbuhan kesempatan kerja
5 : selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir periode
dasar proyeksi
Sedangkan menurut Molo et al (1998) bahwa dalam proyeksi tenaga
kerja digunakan skenario moderat di mana tingkat elastisitas kesempatan
kerja dianggap sama antara periode dasar dengan periode analisis, sehingga:
32
EKK 2012 = EKK 2007
Gy 2012 = Gy 2007
Gn 2012 = Gn 2007
Dimana : EKK = Gn / Gy
Gy = dY / Y
Gn = dN / N
Keterangan :
EKK : elastisitas kesempatan kerja
Gn : pertumbuhan kesempatan kerja
dN : perubahan kesempatan kerja selama periode dasar (N2007 dikurangi
N2003)
N : kesempatan kerja tahun awal pada periode dasar (N = N2003)
Gy : pertumbuhan PDRB
dY : perubahan PDRB selama periode dasar (PDRB2007 dikurangi
PDRB2003)
Y : PDRB tahun awal pada periode dasar proyeksi (PDRB2003)
Recommended