32
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ini tidak terlepas dari pembangunan masing-masing daerah, yang merupakan bagian integral dalam upaya mencapai sasaran nasional. Pembangunan di setiap daerah baik di kota maupun kabupaten berlangsung secara terus-menerus dan setiap daerah berusaha memajukan daerahnya. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk mengelola sendiri daerahnya, sesuai dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab, sehingga setiap daerah kabupaten memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk menyusun serta melaksanakan kebijakan pembangunan daerah yang sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat. Pembangunan di setiap daerah memerlukan tenaga kerja sebagai salah satu modal utamanya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka jumlah angkatan kerjapun juga semakin meningkat. Namun permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan. Permintaan lapangan kerja yang tidak terpenuhi ini menandakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah tersebut tidak berjalan secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985), bahwa jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang efektif di daerah itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. Pendapat tersebut diperkuat oleh Arsyad (1992) yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang/Peranan...upaya mencapai sasaran nasional. Pembangunan di setiap daerah baik di kota ... Salah satu penyebab turunnya angka pengangguran ini adalah

Embed Size (px)

Citation preview

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan ini tidak terlepas dari

pembangunan masing-masing daerah, yang merupakan bagian integral dalam

upaya mencapai sasaran nasional. Pembangunan di setiap daerah baik di kota

maupun kabupaten berlangsung secara terus-menerus dan setiap daerah

berusaha memajukan daerahnya. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang

diberikan kepada daerah untuk mengelola sendiri daerahnya, sesuai dengan

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, menempatkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung

jawab, sehingga setiap daerah kabupaten memiliki kewenangan dan

keleluasaan untuk menyusun serta melaksanakan kebijakan pembangunan

daerah yang sesuai dengan kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat.

Pembangunan di setiap daerah memerlukan tenaga kerja sebagai salah

satu modal utamanya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka

jumlah angkatan kerjapun juga semakin meningkat. Namun permasalahan

yang terjadi di Indonesia adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan.

Permintaan lapangan kerja yang tidak terpenuhi ini menandakan bahwa

pembangunan ekonomi di daerah tersebut tidak berjalan secara efektif. Hal ini

sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985), bahwa jumlah penduduk dan

angkatan kerja yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang

efektif di daerah itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan

masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. Pendapat tersebut

diperkuat oleh Arsyad (1992) yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi

adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan antara

pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan

1

2

kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah

tersebut.

Rendahnya kinerja pembangunan terutama pembangunan sumber daya

manusia menyebabkan terjadinya masalah pengangguran, di mana masalah ini

seringkali dihadapi oleh negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Permasalahan ini membutuhkan suatu pemecahan melalui peningkatan

kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja secara tepat dan memadai.

Tepat berarti sesuai antara jenis pekerjaan dengan bidang keahliannya, dan

memadai yaitu jumlah angkatan kerja dapat terserap ke dalam bidang

pekerjaan yang membutuhkan. Pertumbuhan penduduk harus diimbangi

dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk menyerap tenaga kerja sehingga

pertumbuhan penduduk tidak menjadi kendala dalam perkembangan ekonomi.

Adapun jumlah pengangguran terbuka Indonesia pada tahun 2003-7

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia Tahun 2003-7

Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2003 9,67 2004 9,88 2005 10,26 2006 10,28 2007 9,11

Sumber : BPS Nasional, 2009

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran

terbuka Indonesia pada tahun 2003-6 semakin meningkat, dengan nilai

persentase 9,67% pada tahun 2003, 9,88% pada tahun 2004, 10,26% pada

tahun 2005, dan 10,28% pada tahun 2006. Peningkatan terbesar terjadi pada

tahun 2004 ke 2005, yaitu naik sebesar 0,38%. Sedangkan tingkat

pengangguran pada tahun 2007 nilainya menurun drastis dari tahun 2006,

yaitu 9,11%. Salah satu penyebab turunnya angka pengangguran ini adalah

perubahan cara perhitungan jumlah penduduk yang bekerja. Pada tahun 2006

ke bawah, perhitungan penduduk yang bekerja diukur dari umur 10 tahun ke

atas, sedangkan mulai tahun 2007 perhitungan dimulai dari umur 15 tahun ke

3

atas. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk bekerja berkurang, sehingga

jumlah pengangguran pun juga terhitung lebih sedikit dari tahun sebelumnya.

Salah satu sektor yang menyediakan cukup banyak lapangan pekerjaan

adalah sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar

dalam pembangunan Indonesia. Usaha dalam bidang pertanian akan terus

berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan

hidup dan masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam

industrinya. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani,

memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota

di Provinsi Jawa Tengah. Keadaan topografi Kabupaten Karanganyar beragam

mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Adanya kondisi topografi yang

beragam ini mengakibatkan Kabupaten Karanganyar memiliki potensi untuk

budidaya berbagai jenis tanaman.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah adalah terjadinya

peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2005 sebesar Rp 4.188.330.500.000,00;

tahun 2006 sebesar Rp 4.401.301.740.000,00 dan tahun 2007 sebesar Rp

4.654.054.500.000,00. Berdasarkan nilai PDRB tersebut dapat diketahui

bahwa terjadi peningkatan yang berarti bagi kondisi perekonomian di

Kabupaten Karanganyar. Adapun nilai distribusi persentase PDRB Kabupaten

Karanganyar tahun 2003-7 menurut lapangan usaha ADHK 2000 dapat dilihat

pada Tabel 2.

4

Tabel 2. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-7 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000

Tahun Sektor 2003 2004 2005 2006 2007

1. Pertanian 20,38 19,68 19,68 19,50 19,47 2. Pertambangan dan Penggalian 0,91 0,86 0,86 0,85 0,83

3. Industri Pengolahan 52,41 51,02 52,55 52,72 52,88 4. Listrik, Gas, dan Air Minum 1,41 1,37 1,38 1,40 1,38

5. Bangunan 2,53 2,44 2,43 2,41 2,40 6. Perdagangan 11,16 10,50 10,33 10,25 10,09 7. Angkutan dan Komunikasi

0,32 2,94 2,89 2,86 2,80

8. Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa

Perusahaan

2,21 2,13 2,13 2,15 2,12

9. Jasa-Jasa 8,67 8,05 7,74 7,87 8,03 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2008

Tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap

PDRB Kabupaten Karanganyar relatif besar, yaitu sebesar 20,38% (2003),

19,68% (2004), 19,68% (2005), 19,50% (2006), dan 19,47% (2007), serta

menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Walaupun

kontribusi sektor pertanian cenderung menurun dari tahun 2003 hingga 2007,

sektor ini tetap menjadi salah satu sektor yang mempunyai peranan penting

bagi Kabupaten Karanganyar. Adapun besarnya kontribusi sektor pertanian di

Kabupaten Karanganyar didukung dengan luas lahan pertanian yang relatif

luas yaitu 69,96% dari 77.378,64 Ha luas wilayah Kabupaten Karanganyar

(BPS Kabupaten Karanganyar, 2008).

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari

banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah tersebut. Besarnya

penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan perkapita penduduk,

yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Jumlah penduduk

di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2007 adalah 851.366 orang, di mana

sebanyak 711.113 orang terserap di berbagai bidang pekerjaan. Sebagian besar

5

penduduk Kabupaten Karanganyar bekerja di sektor pertanian (petani sendiri

dan buruh tani) dengan prosentase 31,31%, sedangkan di urutan kedua dengan

prosentase 14,65% penduduk bekerja sebagai buruh industri (BPS Kabupaten

Karanganyar, 2008).

Berdasarkan data-data di atas, dapat diketahui bahwa sektor pertanian

di Kabupaten Karanganyar memiliki kontribusi besar dalam penyerapan

tenaga kerja, namun belum dapat diketahui sejauh mana peranan sektor

pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar. Hal ini

merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Kajian lebih mendalam

mengenai peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dilakukan

dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar peranan sektor pertanian

dalam penyerapan tenaga kerja serta bagaimana pertumbuhan kesempatan

kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar. Hal ini akan bermanfaat

sebagai informasi dalam perencanaan perluasan kesempatan kerja di

Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Sampai saat ini sektor pertanian masih memiliki kemampuan untuk

menyerap tenaga kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya penduduk

yang bekerja di sektor pertanian. Keadaan sektor tenaga kerja di Kabupaten

Karanganyar terbagi dalam beberapa jenis pekerjaan antara lain petani, buruh

tani, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengusaha, pengangkutan,

PNS/TNI/POLRI, pensiunan dan lain-lain. Dari jenis pekerjaan tersebut,

pekerjaan sebagai petani dan buruh tani masih merupakan yang terbesar.

Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan, yaitu dari

tahun 2004 hingga tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2003 sampai 2004

mengalami kenaikan, dari 43,27% menjadi 43,89%. Meskipun terjadi

penurunan pada tahun 2004 sampai 2007, jumlah tenaga kerja yang terserap di

sektor pertanian masih merupakan yang terbesar dibanding sektor

perekonomian lain. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan penduduk

6

sepuluh tahun ke atas yang bekerja menurut sektor perekonomian di

Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :

Tabel 3. Perkembangan Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Karanganyar Tahun 2003-7 (persen)

Tahun No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian 43,27 43,89 35,04 32,48 29,57 2 Pertambangan & Galian 0,43 0,06 0,62 0,62 1,40 3 Industri Pengolahan 19,70 19,17 19,82 22,12 18,87 4 Listrik,Gas & Air Bersih 0,18 0,28 0,43 0,24 0,20 5 Bangunan 2,09 2,12 2,34 5,97 9,38 6 Perdagangan & Hotel 15,57 16,69 23,37 19,46 23,09 7 Pengangkutan &

Komunikasi 3,55 3,39 3,49 2,82 3,63 8 Keuangan & Persewaan 0,56 0,19 1,45 1,10 1,27 9 Jasa 14,59 14,13 13,43 15,19 12,60 10 Lainnya 0,06 0,06 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2008

Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar hingga saat ini masih

memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dan

menduduki peringkat kedua dalam kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar.

Namun berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang

terserap di sektor pertanian mengalami penurunan dan belum dapat diketahui

apakah sektor pertanian akan tetap memberikan kontribusi terbesar dalam

penyerapan tenaga kerja di tahun-tahun yang akan datang.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti tentang besarnya peranan

sektor pertanian dalam menyediakan lapangan pekerjaan di Kabupaten

Karanganyar serta komponen-komponen yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar.

Hal ini dilakukan supaya kedepannya sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi perekonomian

wilayah Kabupaten Karanganyar.

7

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja

wilayah di Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimanakah komponen pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian

di Kabupaten Karanganyar?

3. Bagaimanakah peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja

untuk lima dan sepuluh tahun ke depan (tahun 2008-12 dan 2008-17) di

Kabupaten Karanganyar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja

wilayah di Kabupaten Karanganyar.

2. Menganalisis komponen pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian

di Kabupaten Karanganyar.

3. Menganalisis peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk

lima dan sepuluh tahun ke depan (tahun 2008-12 dan 2008-17) di

Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, guna menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian

serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar, sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam

perencanaan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian

selanjutnya.

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

1. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan penelitian Amin (2006) yang berjudul ”Peranan

Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten

Semarang” dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja diketahui

nilai angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2000

sebesar 1,70 dan pada tahun 2001 dan 2002 mengalami kenaikan menjadi

1,81 dan 1,85. Kemudian turun pada tahun 2003 sampai 2005 menjadi

1,62 pada tahun akhir analisis. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai 1,76 yang

artinya bahwa selama tahun 2001-2005 setiap peningkatan kesempatan

kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan kesempatan

kerja keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di wilayah Kabupaten

Semarang.

Pada tahun 2002 peranan sektor pertanian adalah yang terbesar

dalam menyerap tenaga kerja. Hal tersebut dilihat dari nilai angka

pengganda yang dihasilkannya, yaitu 1,85. Meskipun angka pengganda

terbesar namun pertumbuhan kesempatan kerja menunjukkan angka yang

tidak terlalu besar yaitu sebesar 3,11 % dibanding tahun sebelumnya.

Kenaikan kesempatan kerja sektor pertanian di Kabupaten Semarang ini

mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan

sebesar 11.459 orang. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor

pertanian pada tahun 2002 dikarenakan ada beberapa subsektor pertanian

yang mengalami peningkatan produksi seperti subsektor tabama,

peternakan dan kehutanan. Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada

subsektor tabama. Hal ini karena lahan di Kabupaten Semarang sangat

sesuai untuk kegiatan pertanian tamanan pangan karena ketersediaan air

yang cukup dan topografinya yang memiliki banyak pegunungan. Pada

tahun 2002 subsektor peternakan dan kehutanan juga mengalami

8

9

peningkatan produksi. Ketersediaan rumput yang cukup sebagai pakan

pokok ternak menyebabkan usaha dari subsektor peternakan berkembang.

2. Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

Dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan Sektor Pertanian

dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan”, Sari (2005)

menggunakan analisis shift share (SSA) untuk mengetahui pertumbuhan

sektor pertanian Kabupaten Pacitan. Diperoleh nilai komponen

pertumbuhan proporsional (PP) sebesar 15.318 yang berarti pertumbuhan

kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Pacitan termasuk

kelompok cepat. Namun melihat nilai komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (PPW), yaitu -10.415 menunjukkan perubahan kesempatan kerja

di sektor pertanian Kabupaten Pacitan jika dibandingkan sektor pertanian

wilayah lain adalah penurunan sebesar 10.415. Penjumlahan PP dan PPW

diperoleh nilai pergeseran bersih (PB) 4.903 dengan nilai pertumbuhan

kesempatan kerja 6,06 % berarti sektor pertanian tumbuh cepat sehingga

memiliki potensi yang baik untuk lebih dikembangkan demi mempercepat

pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan.

3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Supada (2002) di dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis

Peranan Sektor pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten

Boyolali”, memproyeksikan kesempatan kerja di sektor pertanian dengan

menggunakan data dasar kesempatan kerja sektor pertanian tahun 1996-

2000 dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan

ekonomi tetap, yaitu 1,405 dan 0,096 sehingga pertumbuhan kesempatan

kerja pada periode analisis = pertumbuhan kesempatan kerja pada periode

dasar analisis. Dari analisis diperoleh hasil proyeksi kesempatan kerja di

sektor pertanian tahun 2010 terjadi pertumbuhan kesempatan kerja sebesar

698.600. Jika dirata selama sepuluh tahun, maka pertumbuhan

kesempatan kerja pertahun adalah 69.860. Kenaikan ini berkaitan dengan

peningkatan jumlah penduduk ataupun angkatan kerja yang tersedia, serta

10

berpengaruh pada perkembangan sektor pertanian sendiri maupun

perekonomian.

Ketiga hasil penelitian tersebut dijadikan referensi dalam penelitian ini

dengan alasan adanya kesamaan letak geografis, yaitu sama-sama berada di

wilayah Jawa Tengah, dengan obyek yang diteliti adalah sektor pertanian.

Selain itu adanya kesamaan metode, yaitu menggunakan Analisis Shift Share

dalam menganalisis peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Djojohadikusumo (1994) menyatakan bahwa pembangunan

merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh

perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi

maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Pernyataan ini diperkuat oleh Arsyad (2007) bahwa pembangunan harus

dilihat secara dinamis dan bukan dilihat sebagai konsep statis.

Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir.

Pembangunan pada dasarnya merupakan proses transportasi dan proses

tersebut membawa perubahan dalam alokasi sumber-sumber ekonomi,

distribusi manfaat dari akumulasi yang membawa pada peningkatan

produksi, pendapatan dan kesejahteraan.

Menurut Todaro (2000) pembangunan merupakan kenyataan fisik

dan motivasi masyarakat untuk berusaha terus mencapai kehidupan yang

lebih baik melalui kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional.

Tiga tujuan inti pembangunan adalah :

1. Peningkatan ketersediaan serta penguasaan distribusi berbagai macam

barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan,

kesehatan, dan perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup tidak hanya peningkatan pendapatan tetapi

juga penambahan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, dan

peningkatan perhatian atas nilai kebudayaan dan kemanusiaan.

11

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta

bangsa secara keseluruhan, yaitu dengan membebaskan dari sikap

ketergantungan baik pada manusia/negara lain tetapi juga terhadap

setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan.

2. Pembangunan Ekonomi

Definisi pembangunan ekonomi menurut Arsyad (2007) adalah :

1. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat

pertambahan GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi

tingkat pertambahan penduduk.

2. Perkembangan GDP/GNP yang terjadi dalam suatu negara dibarengi

oleh perombakan modernisasi struktur ekonomi.

Suryana (2000) membedakan pengertian pembangunan ekonomi

(economic development) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth).

Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atau kenaikan GDP

(Gross Domestic Product) yang dibarengi oleh perombakan dan

modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income

equity). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

GDP tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang perubahan dalam struktur

ekonomi.

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat diukur

melalui beberapa indikator, seperti tinggi pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita, semakin terbukanya kesempatan kerja sehingga

dapat menekan pengangguran, menurunnya jumlah penduduk yang hidup

di bawah kemiskinan absolut, pergeseran struktur ekonomi kearah yang

lebih modern dan semakin besarnya kemampuan keuangan untuk

membiayai administrasi pemerintah dan kegiatan pembangunan (Soekarni

dan Mahmud, 2000).

Pembangunan ekonomi juga sering diukur berdasarkan tingkat

kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan

12

secara terencana. Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk

memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-

jasa yang selalu diupayakan untuk berkembang (Todaro, 2000).

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok

pembangunan ekonomi daerah adalah pada penekanan terhadap kebijakan-

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi

sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal

(daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif

yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk

menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan

ekonomi (Arsyad, 1999).

Maulidiyah dan Nuning (2000) menyatakan pembangunan daerah

sebagai upaya mencapai sasaran nasional di daerah sesuai dengan potensi,

aspirasi dan prioritas masyarakat daerah. Selanjutnya, pembangunan

daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang

diarahkan pada peningkatan perkembangan sektor pertanian dan sektor

industri. Peningkatan itu disertai dengan peningkatan penguasaan dan

kualitas teknologi, agar dapat memberikan sumbangan yang optimal

kepada pertumbuhan produksi daerah.

Menurut Wie (1981), pembangunan ekonomi daerah sering

dikaitkan dengan masalah terus meningkatnya pendapatan regional per

kapita (PDRB/kapita). Seiring dengan proses pembangunan ekonomi,

biasanya disertai dengan adanya perubahan struktural. Proses

pembangunan setiap negara/wilayah/daerah merupakan proses dinamis

dimana suatu negara agraris dengan produktivitas rendah setelah

13

mengalami transformasi struktural menjadi suatu negara agraris dengan

produktivitas tinggi, kemudian berubah menjadi suatu negara agraris-

komersial, lalu menjadi suatu negara agraris-komersial-industrial.

Pembangunan daerah dan regional sebagai bagian dari

pembangunan nasional perlu diselaraskan dan dilaksanakan secara terpadu

dengan pembangunan sektor lain dan pembangunan daerah secara holistic.

Namun demikian mengingat bahwa sumber daya alam (SDA) sebagai

system penyangga kehidupan yang mempunyai kedudukan, fungsi dan

peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan, maka pembangunan

sektor lain yang menyebabkan perubahan, peruntukan dan kemanfaatan

sumber daya yang berdampak penting, bercakupan luas, atau bernilai

strategis harus dilakukan secara cermat dan koordinatif (Christanto, 2002).

4. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai proses yang

ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen

sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan

jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan

manusia di dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Penambahan

produksi, pendapatan maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab

apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman dan Sutrisno,

1997).

Pembangunan pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan

aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih

dari itu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau

livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu

pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan

subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja

petani sebagai homo economicus, melainkan juga sebagai homo socius

dan homo religius (Mubyarto dan Sentosa, 2007).

Pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah

menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan

14

produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi

peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan

kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan

agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi

bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Selama

empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga

prinsip penting: (1) broad-based dan terintegrasi dengan ekonomi makro,

(2) pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan (3) pelestarian

lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan kinerja yang

baik, seperti diuraikan di atas, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-

jembatan, perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya

(Arifin, 2008).

Menurut Todaro (2000), peran pertanian dalam pembangunan

pertanian hanya sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan

yang murah untuk berkembangnya sektor industri. Hal ini berfungsi

sebagai unggulan dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara

keseluruhan.

5. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan

Kamaluddin (1998) menyatakan bahwa peranan utama sektor

pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan pertimbangan-

pertimbangan berikut:

a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian.

b. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama

pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.

c. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat

besar untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.

d. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama

dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor

modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkannya.

15

Pertanian dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap

pembangunan ekonomi negara sedang berkembang dengan alasan : (1)

pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara sedang

berkembang bila ditinjau menurut proporsi GDP yang dihasilkan dalam

sektor ini atau menurut sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja total,

(2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara sedang berkembang sangat

tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena hal

tersebut menyebabkan inflasi dan biaya upah tetap rendah. Selain itu

banyak industri manufaktur tergantung pasokan bahan mentah dari sektor

pertanian, (3) pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan

sektor perekonomian non pertanian, (4) laju pemupukan modal di negara

sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan pertanian

karena proses pemupukan modal ditentukan elastisitas pasokan pangan, (5)

pertanian memberi sumbangan pada neraca pembayaran dengan

meningkatkan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan

menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor, (6) pertumbuhan dan

pemekaran pertanian sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar

dalam negeri. Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan

distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar

permintaan total, mendorong permintaan akan produk-produk industri

sehingga membantu proses industrialisasi (Norman, 1994).

Sektor pertanian di Indonesia memiliki kemampuan dalam mengisi

pembangunan yang dipercayai dapat menjamin pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan. Sektor pertanian dapat memenuhi lima syarat utama

sebagai sektor andalan, yaitu tangguh, progresif, ukurannya cukup luas,

artikulatif dan responsif. Ketangguhan sektor pertanian diindikasikan oleh

kemampuannya dalam memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang

sedang berlangsung. Sektor pertanian berpotensi progresif dan mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional jika didukung dengan kebijaksanaan yang

tepat (Daniel, 2002).

16

Kedudukan sektor pertanian dalam tatanan perekonomian nasional,

kembali memegang peranan cukup penting pada saat sektor perekonomian

lainnya mengalami penurunan akibat krisis ekonomi dan moneter yang

terjadi selama beberapa tahun terakhir ini. Kondisi seperti ini memberikan

kenyataan bahwa sektor pertanian masih merupakan bagian dari

sumberdaya pembangunan yang potensial untuk dijadikan sebagai sektor

strategis perencanaan pembangunan nasional maupun perencanaan

pembangunan di tingkat regional atau daerah saat ini dan ke depan,

melalui program pembangunan jangka pendek, menengah maupun dalam

program pembangunan jangka panjang (Anugrah dan Ma’mun, 2003).

6. Tenaga kerja

Menurut Simanjuntak (1985), tenaga kerja mencakup penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, mencari pekerjaan dan yang melakukan

kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan

terakhir, yaitu pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga,

walaupun sedang tidak bekerja namun secara fisik dianggap mampu dan

sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis pengertian tenaga kerja

dan bukan tenaga kerja dibedakan menurut batas umur. Di Indonesia

dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum.

Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang

berumur 10 tahun atau lebih.

Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan

jasa bagi diri sendiri dan orang lain, baik orang yang melakukan dibayar

ataupun tidak. Pada jaman modern sekarang ini yang memberikan

kesejahteraan kepada keluarga adalah terutama pendapatan yang diperoleh

dari kehidupan luar rumah yang dibawa masuk ke dalam rumah tangga,

oleh karenanya maka pengertian pekerjaan dibatasi pada kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa untuk dijual kepada orang lain di luar rumah

tangga atau ke pasar guna memperoleh pendapatan pendapatan bagi

keluarga, pekerjaan juga harus sesuai denagn nilai sosial yang berlaku

(Suroto, 1992).

17

Simanjuntak (1985) membagi penduduk dan tenaga kerja sebagai

berikut:

Gambar 1. Penduduk dan Tenaga Kerja

Dalam sensus penduduk 1980, orang dinyatakan bekerja bila

selama satu minggu sebelum pencacahan melakukan kegiatan untuk

memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam. Sedangkan

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan

Penduduk

Sekolah Mengurus Rumah Tangga

Penerima Pendapatan

Menganggur Bekerja

Setengah Menganggur

Bekerja Penuh

Setengah Menganggur Tidak Kentara

Setengah Mengaggur Kentara(Jam Kerja Sedikit)

Produktivitas Rendah

Penghasilan Rendah

18

penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali selama seminggu

sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

Dalam perencanaan tenaga kerja pertama-tama harus diidentifikasi

masalah sosial ekonomis yang ingin diatasi dan tujuan pembangunan yang

ingin dicapai, serta potensi yang ada. Sesudah itu diidentifikasi masalah

ketenagakerjaan yang berpengaruh pada masalah pembangunan dan yang

menghambat pencapaian tujuan pembangunan. Kemudian baru ditetapkan

tujuan, sasaran dan program ketenagakerjaan serta kebijaksanaan yang

perlu dilaksanakan (Suroto, 1992).

7. Analisis Shift Share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis perubahan-

perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan

kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari analisis ini

diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan

secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat

atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan kesempatan

kerja di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis

dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen

pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN,

komponen pertumbuhan proporsional (proporsional or industrial mix

growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (regional growth component) disingkat PPW (Budiharsono,

2005).

Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan kesempatan

kerja/produksi dalam suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan

kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan

kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang

mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah, misalnya

devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

Bila diasumsikan tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar

sektor dan antar wilayah.

19

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan

dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan

mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya subsidi, kebijakan

perpajakan dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan

keragaman pasar.

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena

peningkatan atau penurunan PDRB/kesempatan kerja dalam suatu wilayah

dibandingkan wilayah lain. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah

dengan wilayah lain ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke

pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan

ekonomi regional pada wilayah tersebut (Lucas dan Primms, 1979 cit.

Budiharsono, 2005).

Menurut Tarigan (2002), analisis shift share adalah metode yang

membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di

wilayah dengan wilayah nasional. Metode ini lebih tajam dibanding

metode LQ. Metode LQ tidak memberi penjelasan atas faktor penyebab

perubahan tersebut sedang metode shift share memperinci penyebab

perubahan itu atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode

pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur

industri suatu daerah di dalam pertumbuhannya di dalam satu kurun waktu

ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab

pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya

dengan ekonomi nasional. Ada juga yang meramalkan model analisis ini

sebagai industrial mix analysis karena komposisi industri yang ada sangat

mempengaruhi laju wilayah pertumbuhan tersebut. Artinya apakah industri

yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri

yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri

tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak.

8. Proyeksi Tenaga kerja

Proyeksi penduduk bukan merupakan peramalan jumlah penduduk

tetapi merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi

20

dari komponen laju pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian dan

perpindahan (BPS, 1983).

Swasono dan Sulistyaningsih (1987) mengklasifikasikan model

proyeksi menjadi tiga kelompok dasar untuk memperkirakan keadaan

tenaga kerja, yaitu :

a. Pure Forecast (Time Series Forecast)

Pure Forecast merupakan perhitungan proyeksi dengan berdasarkan

kejadian masa lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala

dan perkembangannya di masa lalu untuk memperkirakan keadaannya

pada masa yang akan datang:

Rumus : Lt = Lto (1+b)t

Li = tenaga kerja pada waktu tertentu

Lto = tenaga kerja pada waktu to

b = angka konstanta (koefisien arah dari data)

t = waktu

b. Conditional Forecast

Merupakan perhitungan perkiraan jumlah tenaga kerja berdasarkan

keadaan sebab akibat (hubungan erat dua variabel), yang satu variabel

bebas dan yang lain variabel terikat, misalnya jumlah pendapatan

(Y=Output) dengan jumlah tenaga kerja (L).

Rumus : Y = a + b L

a dan b = konstanta / parameter

c. Teleological Forecast

Merupakan kebalikan dari Conditional Forecast, dengan dasar bahwa

untuk mencapai produksi tertentu harus disediakan tenaga kerja dengan

jumlah tertentu. Jumlah tenaga kerja sebagai akibat dan jumlah output

sebagai sebab.

Rumus : (Lij/Yj) t = (Lij/Yj) to + f (t)

Lij = tenaga kerja dengan jabatan I dalam industri j

Yj = produksi industri j (output j)

t = waktu

21

Perencanaan tenaga kerja pada umumnya disusun berdasarkan

sasaran pertumbuhan perekonomian (Gy) dan sasaran pertumbuhan

kesempatan kerja (Gn). Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya diarahkan

untuk memenuhi jumlah dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

pembangunan suatu daerah guna mencapai target pertumbuhan ekonomi

serta pengendalian tingkat pengangguran, baik pengangguran terbuka

maupun pengangguran tersembunyi (Molo dan Retno, 1998).

Dalam menyusun proyeksi kesempatan kerja yang dikaitkan dengan

pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB), digunakan koefisien elastisitas

kesempatan kerja. Metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rumus

yang digunakan dapat membantu pemahaman tentang hubungan antara

jumlah kesempatan kerja yang terserap di tiap sektor dengan pertumbuhan

PDRB tiap sektor yang bersangkutan serta perubahan teknologi yang terjadi

dalam sektor tersebut. Koefisien penyerapan tenaga kerja (elastisitas

kesempatan kerja) dari sektor dihitung berdasarkan perbandingan antara

pertumbuhan kerja (Gn) dan pertumbuhan PDRB (Gy) (Molo dan Retno,

1998).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengertian tenaga kerja di Indonesia yaitu penduduk yang berumur 10

tahun atau lebih. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang

mengangggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri

dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan

golongan lain atau penerima pendapatan.

Penduduk yang bekerja di Kabupaten Karanganyar dibagi menjadi

penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan luar sektor pertanian. Untuk

mengetahui peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

digunakan pengganda tenaga kerja. Rumus yang digunakan untuk menghitung

pengganda tenaga kerja yaitu :

Sk

-=

11

N

NPS =

22

Dimana : k : Angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian

NP : Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar

N : Tenaga kerja total di Kabupaten Karanganyar

Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan

perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka

perubahan kesempatan kerja total. Adapun kesempatan kerja dalam

penelitian ini diasumsikan sama dengan jumlah tenaga kerja yang terserap.

Rumus perhitungannya adalah :

ΔY = k x ΔX

Dimana: ΔY : perubahan tenaga kerja total

ΔX : perubahan tenaga kerja di sektor pertanian

Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan tenaga kerja sektor

pertanian digunakan analisis shift share. Secara matematik dapat dinyatakan

sebagai berikut :

ΔYij = PNij + PPij + PPWij

Y’ij – Y ij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)

Dimana : Ra = Y’ / Y

Ri = Y’i / Yi

r i = Y’ij / Yij

Keterangan :

PN : komponen pertumbuhan nasional

PP : komponen pertumbuhan proporsional

PPW : komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Y : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Y’ : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2007

Yi : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2003

Y’i : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2007

∆Yij : pertumbuhan dalam kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar

23

Yij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada

tahun dasar analisis (tahun 2003)

Y’ij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada

tahun akhir analisis (tahun 2007)

(Ra-1) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan nasional

(Ri-Ra): persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan proporsional

(ri-Ri) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Proyeksi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada 10 tahun

mendatang (2017) digunakan pure forecast dengan resiko moderat, yaitu

tingkat elastisitas kesempatan kerja pada periode analisis dianggap sama.

Secara sederhana dibuat persamaan :

L2017 = L2007 (1+ Gn 2017)10

Dimana: L2017 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar tahun 2017

L2007 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar tahun 2007

Gn 2017 : pertumbuhan kesempatan kerja

10 : selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir periode

dasar proyeksi.

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan

berikut :

24

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karanganyar

Tidak/Belum bekerja Bekerja

Sektor Pertanian Luar Sektor Pertanian

· Pertumbuhan kesempatan kerja sektor lain Kabupaten Karanganyar

· Tingkat pertumbuhan PDRB · Kebijakan pemerintah

Tahun 2003-2007

Tahun 2012 dan 2017

Progresifitasnya Besarnya Proyeksinya

Analisis Shift Share klasik

Pengganda Tenaga Kerja

Pure Forecast

Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja tahun 2012 dan 2017 di Kabupaten Karanganyar

PPij PPWij

PBij

Pertumbuhan kesempatan kerja di

sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar

Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga

kerja di Kabupaten Karanganyar

Angkatan Kerja Kabupaten Karanganyar

25

D. Asumsi-asumsi

1. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan di Kabupaten Karanganyar

sebanding dengan proporsi tenaga kerjanya.

2. Perkembangan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar pada masa mendatang mengikuti pola perkembangan

kesempatan kerja di masa lampau.

3. Dalam memproyeksikan, perhitungannya menggunakan skenario moderat,

yaitu pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Karanganyar dan

elastisitas kesempatan kerja antara periode analisis dan periode dasar

dianggap tetap.

E. Pembatasan Masalah

1. Sektor yang diteliti adalah sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor

tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub

sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

2. Penelitian ini memusatkan pada analisis data tentang penyerapan tenaga

kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar. Data yang dianalisis

adalah data penduduk Kabupaten Karanganyar yang bekerja menurut

lapangan kerja utama tahun 2003-7 dan data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) ADHK 2000 Kabupaten Karanganyar tahun 2003-7. Data

tersebut yang kemudian digunakan sebagai dasar memproyeksikan

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2008-12 dan

2008-17.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dalam proses produksinya

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan

hewan. Meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor

perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor

perikanan.

2. Tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa

26

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja

dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja.

Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Dalam penelitian ini,

jumlah tenaga kerja didekati dengan jumlah orang yang bekerja di

Kabupaten Karanganyar. Dinyatakan dalam satuan Orang.

3. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah jumlah penduduk usia sepuluh

tahun keatas yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang secara

nyata memberikan kontribusi pada sektor pertanian. Dalam penelitian ini,

jumlah tenaga kerja di sektor pertanian didekati dengan jumlah orang yang

bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar. Dinyatakan dalam

satuan Orang.

4. Angkatan kerja adalah penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang bekerja

dan tidak bekerja tetapi mencari kerja atau siap untuk mencari kerja.

5. Kesempatan kerja adalah jumlah orang yang digunakan dalam suatu

kegiatan ekonomi untuk memproduksi barang dan jasa. Perhitungannya

didekati dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja di suatu sektor.

Dinyatakan dalam satuan Orang.

6. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian adalah kemampuan sektor

pertanian dalam menarik tenaga kerja yang digunakan dalam

melaksanakan proses produksinya. Dinyatakan dalam satuan Orang.

7. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja adalah

kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja pada sektor

pertanian dibandingkan dengan kemampuan sektor perekonomian lainnya

dalam menyerap tenaga kerja pada suatu daerah tertentu dan waktu

tertentu (%).

8. Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut proyeksi

skenario moderat adalah perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian

dibanding dengan kesempatan kerja di sektor pertanian pada tahun

sebelumnya (%).

27

9. Skenario moderat yaitu pertumbuhan PDRB moderat, dimana diasumsikan

Gy (laju pertumbuhan PDRB) dan elastisitas kesempatan kerja antara

periode analisis dan periode dasar dianggap sama.

10. Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut Analisis Shift

Share klasik adalah hasil penjumlahan persentase perubahan kesempatan

kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional dan

komponen pertumbuhan pangsa wilayah (%).

11. Proyeksi merupakan perhitungan matematis jumlah tenaga kerja di

Kabupaten Karanganyar yang diserap oleh sektor pertanian pada beberapa

tahun ( 5 dan 10 tahun) ke depan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang

ada sekarang.

12. Pure forecast merupakan perhitungan proyeksi berdasarkan kejadian masa

lalu. Perhitungan dilaksanakan dengan mengamati gejala dan

perkembangan masa lalu untuk dapat memperkirakan keadaan di masa

yang akan datang.

28

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif analitis. Penelitian deskriptif analitis merupakan suatu

penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu

fenomena sosial kemudian dicari saling hubungannya (Sumhudi, 1991).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Daerah penelitian diambil secara sengaja yaitu Kabupaten Karanganyar

dengan pertimbangan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian

(petani sendiri dan buruh tani) dengan prosentase 31,31% (BPS Kabupaten

Karanganyar, 2008). Alasan lain sebagai pendukung adalah potensi wilayah

Kabupaten Karanganyar yang mempunyai luas lahan pertanian yang relatif luas

yaitu 69,96% dari 77.378,64 Ha luas wilayah Kabupaten Karanganyar (BPS

Kabupaten Karanganyar, 2008). Keadaan topografi Kabupaten Karanganyar

beragam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Adanya kondisi

topografi yang beragam ini mengakibatkan Kabupaten Karanganyar memiliki

potensi untuk budidaya berbagai jenis tanaman. Berdasarkan pertimbangan

tersebut maka dipilihlah Kabupaten Karanganyar sebagai daerah penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan

rentang waktu 5 tahun, yaitu tahun 2003–2007 yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar; Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi; dan Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar. Data tersebut

berupa data PDRB Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah, data

tenaga kerja Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Tengah, serta kondisi

umum Kabupaten Karanganyar.

28

29

D. Metode Analisis Data

1. Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Budiharsono (2005) menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya

peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja, digunakan angka

pengganda tenaga kerja. Data yang digunakan selama lima tahun dengan

rumus:

Sk

-=

11

N

NPS =

Dimana : k : Angka pengganda tenaga kerja pertanian

NP : Penduduk yang bekerja di sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar.

N : Jumlah tenaga kerja total di Kabupaten Karanganyar.

Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan

perubahan tenaga kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka perubahan

kesempatan kerja total. Adapun kesempatan kerja dalam penelitian ini

diasumsikan sama dengan jumlah tenaga kerja yang terserap. Rumus

perhitungannya adalah :

ΔY = k x ΔX

Dimana:

ΔY : perubahan tenaga kerja total Kabupaten Karanganyar

ΔX : perubahan tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar

2. Komponen Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian

Pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian terhadap

kesempatan kerja total wilayah dianalisis dengan menggunakan analisis shift

share. Secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :

ΔYij = PNij + PPij + PPWij

Y’ij – Y ij = Yij (Ra – 1) + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri – Ri)

Dimana : Ra = Y’ / Y

Ri = Y’i / Yi

r i = Y’ij / Yij

30

Keterangan :

PN : komponen pertumbuhan nasional

PP : komponen pertumbuhan proporsional

PPW : komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Y : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Y’ : kesempatan kerja total Provinsi Jawa Tengah tahun 2007

Yi : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2003

Y’i : kesempatan kerja sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun

2007

∆Yij : pertumbuhan dalam kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar

Yij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada

tahun dasar analisis (tahun 2003)

Y’ij : kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten Karanganyar pada

tahun akhir analisis (tahun 2007)

(Ra - 1) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan nasional

(Ri-Ra) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan proporsional

(ri - Ri) : persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh

komponen pertumbuhan pangsa wilayah

Kriteria :

Apabila PPij < 0 berarti pertumbuhan kesempatan kerja sektor

pertanian Kabupaten Karanganyar lambat. Sedang apabila PPij > 0 berarti

pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Karanganyar

cepat. Apabila PPWij > 0, sektor pertanian Kabupaten Karanganyar

mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan wilayah

lain. Sedangkan apabila PPWij < 0, maka berarti sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan

wilayah lainnya.

31

Dari penjumlahan komponen pertumbuhan proporsional dan

komponen pertumbuhan pangsa wilayah, dapat diperoleh nilai pergeseran

bersih (PB) yang digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan

kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten Karanganyar. Pergeseran

bersih dinyatakan dengan rumus : PBij = PPij + PPWij

Dimana : PBij adalah pergeseran bersih kesempatan kerja sektor pertanian

Kabupaten Karanganyar

Kriteria :

PBij > 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)

PBij < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar termasuk ke dalam kelompok lamban

3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2012 dan 2017

Perkiraan kesempatan kerja di sektor pertanian tahun 2008 sampai

tahun 2012 maupun tahun 2008 sampai tahun 2017 dilakukan dengan model

proyeksi pure forecast seperti yang dirumuskan oleh Swasono dan

Sulistyaningsih (1987), yaitu perhitungan proyeksi yang dilaksanakan

dengan mengamati gejala-gejala dan pola pengembangan masa lalu untuk

dapat memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Secara sederhana

dibuat persamaan :

L2012 = L2007 (1+ Gn 2012)5

Dimana: L2012 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar tahun 2012

L2007 : kesempatan kerja sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar tahun 2007

Gn 2012 : pertumbuhan kesempatan kerja

5 : selisih tahun proyeksi dengan tahun akhir periode

dasar proyeksi

Sedangkan menurut Molo et al (1998) bahwa dalam proyeksi tenaga

kerja digunakan skenario moderat di mana tingkat elastisitas kesempatan

kerja dianggap sama antara periode dasar dengan periode analisis, sehingga:

32

EKK 2012 = EKK 2007

Gy 2012 = Gy 2007

Gn 2012 = Gn 2007

Dimana : EKK = Gn / Gy

Gy = dY / Y

Gn = dN / N

Keterangan :

EKK : elastisitas kesempatan kerja

Gn : pertumbuhan kesempatan kerja

dN : perubahan kesempatan kerja selama periode dasar (N2007 dikurangi

N2003)

N : kesempatan kerja tahun awal pada periode dasar (N = N2003)

Gy : pertumbuhan PDRB

dY : perubahan PDRB selama periode dasar (PDRB2007 dikurangi

PDRB2003)

Y : PDRB tahun awal pada periode dasar proyeksi (PDRB2003)