View
240
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA
GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI’’HALUSINASI PENDENGARAN ’’DI RUANGAN
REHABILITASI NARKOBA (NAPZA)
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN
(Mulai Tanggal : 26 November s/d 07 Desember 2011)
DISUSUN
Oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN IMELDA MEDAN
JALUR UMUM PROGRAM REGULER
ANGKATAN XVIII
T.A. 2009/2010
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.S DENGAN
MASALAH UTAMA GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI’’HALUSINASI PENDENGARAN ’’DI
RUANGAN GUNUNG SITOLI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN
Disetujui Oleh :
Pembimbing Keperawatan Jiwa Koordinator Keperawatan Jiwa
(Rostina Manurung , S.Kep, Ns ) (Deddy SP Sagala ,S.Kep, Ns)
Diketahui Oleh :
Direktris Akademi Keperawatan Imelda Medan
( Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep, MPd. MN (Australia)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang “asuhan
keperawatan jiwa pada Tn.S dengan perubahan persepsi sensori halusinasi
pendengaran di ruangan Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) RSJ daerah provinsi
sumatera utara .
Makalah ini di susun guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan tugas –
Keperawatan JiwaII(dua) akademi perawatan imelda medan,serta agar dapat
mengimplementasikan ilmu keperawatan jiwa. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih banyak kekurangan.namun berkat bimbingan dari
bapak/ibu dosen dan berbagai pihak ,makalah ini dapat diselesikan. Dengan segala
kerendahan hati,penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. dr. H.R. Ritonga, MSc selaku ketua yayasan akademi keperawatan Imelda
Medan.
2. Ns. Sundria Liana Ritonga, SS, S.Kep, MPd, MN (aust) selaku direktris
Akademi Keperawatan Imelda Medan.
3. dr. Dapot Parulian Gultom, SpKJ, selaku Direktur RS. Jiwa Daerah
Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara .
4. Duma Farida Panjaitan, S.Pd, S.Kep selaku Pembimbing dalam menyusun
asuhan keperawatan ini.
5. Deddy S.P. Sagala, S.Kep, Ns selaku koordinator mata ajaran psikiatri dan
koordinator lapangan dari Akademi Imelda Medan
6. Rostina Manurung,S.Kep,Ns. selaku Pembimbibing Mata Ajaran
Keperawatan Mental Psikiatri.
7. Seluruh staf dosen di akademi keperawatan imelda medan yang telah banyak
membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan.
i
8. Perawat RS jiwa daerah pemerintahan Provinsi Sumatera Utara,khususnya di
Rehabilitasi narkoba (NAPZA),
8 Tn. J. Selaku pasien yang telah banyak memberikan informasi dan meluangkan
waktunya pada penulis selama penulisan laporan kasus ini sampai terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
9. Rekan – rekan mahasiswa akademi keperawatan imelda medan dan semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan asuhan kerawatan ini yang
tidak dapat di sebukan satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna baik ini
maupun cara penulisannya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
profesional khususnya bermanfaat dalam bidang kesehatan mental psikiatri
Medan, Oktober 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan .............................................................. 2
1.3. Ruang lingkup penulisan .................................................. 3
1.4. Metode Penelitian ........................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan........................................................ 4
BAB II : TINJAUAN TEORITIS............................................................... 6
2.1. Teoritis Medis ....................................................................... 6
2.1.1. Defenisi ...................................................... 6
2.1.2. Tanda dan Gejala............................................ 6
2.1.3. Rentang Respon.............................................. 7
2.1.4. Klasifikasi Halusinasi..................................... 8
2.1.5. Proses terjadinya Halusinasi........................... 9
2.1.6. Tahapan,Karakteristik,
dan Perilaku yang di tampilkan...................... 10
2.1.7. Hubungan Sikozofrenia dengan Halusinasi.... 12
2.1.8. Penatalaksaan Medis....................................... 12
2.2. Teoritis Keperawatan ............................................................ 13
2.2.1 Pengkajian ...................................................... 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................... 16
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan.................... 16
BAB III : LAPORAN KASUS .................................................................... 19
3.1 Pengkajian ............................................................................... 19
3.2. Analisa Data ........................................................................... 21
iii
3.3 Pohon Masalah ........................................................................ 23
3.4 Daftar Masalah Keperawatan .............................................. 23
3.5 Daftar Diagnosa keperawatan................................................. 24
3.6 Prioritas Masalah..................................................................... 24
3.7 Intervensi Keperawatan........................................................... 25
3.8 Implementasi dan Evaluasi..................................................... 38
3.9 Strategi Pertemuan.................................................................. 50
BAB IV : PEMBAHASAN ......................................................................... 58
4.1. Tahap Pengkajian ................................................................... 58
4.2. Tahap Diagnosa Keperawatan................................................ 59
4.3. Tahap Perencanaan ................................................................ 59
4.4. Tahap Implementasi............................................................... 60
4.5. Tahap Evaluasi ....................................................................... 60
BAB V : PENUTUP................................................................................... 62
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 62
5.2. Saran ..................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan perilaku dan
sikap yang dapat diterima secara sosial (Isaacs, Ann, 2004)
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbatas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia,
sehat serta mampu menangani tantangan hidup
Ada 3 faktor utama yang menjadi pencetus gangguan jiwa yaitu : Genetis
(internal), pola asuh untuk pembentuk mental serta lingkungan
Menurut data WHO pada tahun 2001 kira-kira 450 juta orang dewasa dari
populsai dunia mengalami gangguan jiwa (Admin, 2007). Sedangkan insiden atau
kasus baru yang muncul tiap tahun sekitar 0,01%. Lebih dari 80% penderita
skizofrenia di Indonesia tidak diobati dan dibiarkan berkeliaran dijalanan, bahkan
dipasung. Sementara jumlah penderita gangguan jiwa ringan dan sedang juga harus
menigkat. Diperkirakan 20-30% dari populasi penduduk di perkotaan mengalami
gangguan jiwa berat dan ringan. (diakses di http://digilib.unimus.ac.id/files/disk
1/109/2010.pdf)
Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di RS Jiwa Pusat
Jakarta, misalnya tercatat 20.074 kunjungan pasien gangguan jiwa pada tahun 2006,
sedangkan di RSJ Sumut Medan, jumlah pasien meningkat hingga 100%
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.(diakses dihttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk
1/109.pdf)
1
Berdasarkan data Rekan Medik RS Jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara tahun 2008,
diketahui bahwa dari 458 penderita yang dirawat inap tipe. Penderita skizofrenia yang
dirawat inap terbanyak berasal dari kota-kota/ kabupaten di Provinsi Sumatra Utara
(diakses http://repository.usu.id/bitstream/2010.pdf)
Dampak skizofrenia dengan gangguan halusinasi pendengaran terhadap
klien/individu dapat mengakibatkan harga diri rendah dan isolasi sosial. Sedangkan
dampak bagi keluarga, perlunya kewaspadaan bagi anggota keluarga. Maka
diharapkan kepada anggota kelurga dapat berfungsi dan berperan secara kooperatif.
Dampak bagi masyarakatnya adalah munculnya beragam pandangan keliru terhadap
penderita gangguan jiwa yang sering digambarkan sebagai individu yang bodoh, aneh
dan berbahaya.(D.M Tomb A. David, 2004)
Peran dan fungsi perawat sangatlah penting dalam hal pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa meliputi aspek promotif yaitu memberikan penyuluhan kesehatan
khususnya kesehatan jiwa untuk meningkatkan status kesehatan, preventif yaitu unutk
mencegah/mengontrol halusinasi antara lain menutup kedua telinga dan mengatakan
“pergi”, kuratif yaitu memperhatikan dan mengatur klien untuk minum obat dan
rehabilitas yaitu baik dokter, perawat maupun keluarga agar lebih memperhatikan
dalam perbaikan fisik dan mental serta perawatan diri yang optimal (diakses di
http://karminata.blogspot.com/2010/06/gangguan-sensori-persepsi-halusinasi.html)
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini agar penulis mampu
melaksanakan keperawatan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi
pendengaran pada penderita skizofrenia perawat di ruang Rehabilitasi Narkoba
(NAPZA) RSJ pemerintah Provinsi Sumut Medan untuk memenuhi biopsiko, sosial
dan spritual.
2
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien Tn. J
dengan perubahan persepsi sensori “halusinasi pendengaran” pada
skizofrenia paranoid di ruang di Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) RSJ
pemerintah Provinsi Sumut Medan
2. Penulis mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien Tn. J dengan
perubahan persepsi sensori “halusinasi pendengaran” pada skizofrenia
paranoid di ruang Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) di RSJ pemerintah
Provinsi Sumut Medan
3. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada klien Tn. J dengan
perubahan persepsi sensori “halusinasi pendengaran” pada skizofrenia
paranoid di ruang Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) di RSJ pemerintah
Provinsi Sumut Medan
4. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. J
dengan perubahan persepsi sensori “halusinasi pendengaran” pada
skizofrenia paranoid di ruang Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) di RSJ
Pemerintah Provinsi Sumut Medan
5. Penulis mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Tn. J
dengan perubahan persepsi sensori “halusinasi pendengaran” pada
skizofrenia paranoid di ruang Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) di RSJ
pemerintah Provinsi Sumut Medan
1.3. Ruang Lingkup Penulisan
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam makalah ini hanya terbatas pada
tempat, waktu dan perawatannya hanya mengkaji kasus perubahan persepsi sensori
halusinasi pendengaran pada Tn. J di ruang Rehabilitasi Narkoba (NAPZA) di RSJ
3
pemerintah Provinsi Sumut Medan selama ± 2 minggu mulai tanggal 26 November
s/d 7 November 2012.
1.4. Metode Penelitian
1. Studi kasus
Adalah pemecahan masalah yang dapat pada masa sekarang dan data
tersebut dikumpulkan, disusun dan dianalisa, teknik pendekatan yang
digunakan sebagai alat pengumpulan data
a. Observasi : mengadakan pengamatan terhadap keadaan
klien sebagai objek dalam asuhan
keperawatan
b. Wawancara : mengadakan tanya jawab secara langsung
denga klien, keluarga klien, dokter dan
perawat ruangan sehingga diperoleh
data/informasi yang diinginkan
2. Study pustaka
Adalah dengan cara mempelajari buku untk mendapat teori – teori yang
berhubungan dengan masalah yang penulis bahas
3. Study dokementasi
Adalah mempelajari/membaca status atau rawatan klien
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus ini disusun dalam 4 Bab :
Bab I : Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang, Ruang lingkup,
Penulisan, Tujuan Penulisan, Metode Penulisa Dan
Sistematika Penulisan
4
BAB II : Tinjauan Teoritis terdiri dari : Teoritis Medis yaitu : Defenisi,
Tanda Dan Gejala ,Rentang Respon,Klasifikasi Halusinasi ,
Proses Terjadinya Halusinasi ,Tahapan ,Karakteristik Dan
Perilaku Yang Ditampilkan, Hubungan Skizofrenia Dengan
Halusinasi, Penatalaksanaan Medis. Dan Teoritis
Keperawatan terdiri dari : Pengkajian, Diagnose
Keperawatan, Rencana Tindakan Keperawatan
Bab III : Laporan kasus terdiri dari : Pengkajian Keperawatan, Analisa
Data , Pohon Masalah ,Daftar Masalah Keperawatan , Daftar
Diagnosa Keperawatan, Prioritas Masalah , Implementasi
Dan Evaluasi .
Bab IV : Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Proposal Terapi Aktifitas Kelompok
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Teoritis Medis
2.1.1. Defenisi
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar.(Purba, 2009)
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi sistem penginderaan.(Dalami, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehinga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut. (Stuart, 2007)
2.1.1. Tanda dan Gejala
Bicara Sendiri
Senyum Sendiri
Ketawa Sendiri
Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakkan maka yang cepat
Respon verbal
Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari orang lain
Ketakutan
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
Terjadi peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah
Sulit berhubungan dengan orang lain
Tidak mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor, prilaku panik.
( Hamid,2000 )
6
2.1.2.Rentang Respons Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptif individu yang berbeda
dalam rentang respons neorubiologist (Stuart & Laraia, 2001). Jika individu yang
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melaui panca indera pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan. Pasien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak
ada. Diantara kedua respons tersebut adalah respons individu yang karena sesuatu
hal mengalami kelainan persepsinya yaitu selah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi.
Rentang respons halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Adaptif
Persepsi logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan
pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial postif
Kadang pikiran terganggu
Ilusi
Emosi berlebihan/kurang
Perilkau yang tidak biasa
Menarik diri
Maladaptif
Gangguan prosespikir/delusi
Halusinasi
Tidak mampu mengalami
emosi
Perilaku tidak terorganisir
Isolasi sosial
(Kutipan dari Stuart & Sundeen, 1998
7
2.1.3.Klasifikasi Halusinasi
Terdapat beberapa karakteristik dari halusinasi yaitu :
Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif
Halusinasi
dengar/suara
- Bicara atau tertawa
sendiri
- Marah – marah tanpa
sebab
- Menyedengkan telinga
kearah tertentu
- Menutup telinga
Mendengar suara-suara atau
kegaduga menndengar suara
yang mengajak bercakap-
cakap.lendeng suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi
penglihatan
- Menunjuk – nunjuk
kearah tertentu
- Ketakutan dengan suatu
yang tidak jelas
- Melihat
bayangan,sinar/cahaya,bentuk
geometris,bentuk
kartun,panorama yang luas
dan kompleks,bisa
menyenangkan atau
menakutkan
Halusinasi
penghidu
- Menghidu seperti sedang
membaui bau-bauan
tertentu
- menutup hidung
- Membaui bau-bauan yang
busuk amis dan bau yang
menjijikkan seperti bau
darah,urine,feses, kadang-
kadang bau itu
menyenagkan
Halusinasi
pengecapan
- Sering meludah dan
muntah
- Mengatakan merasakan
sesuatu yang busuk,amis,atau
menjijikkan separti rasa
darah,urien atau feses
Halusinasi
perabaan
- Mengaruk-garuk
permukaan kulit
- Mengatakan rasa sakit atau
tidak enak tanpa adanya
8
stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi
listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain,
mengatakan ada serangga
dipermukaan kulit. Merasa
seperti tersengat listrik
Halusinasi
sinestetik
- Memperbalisasi dan/ atau
obsesi terhadap proses
tubuh.
- Menolak untuk
menyelesaikan tugas yang
memerlukan bagian tubuh
pasien yang diyakinin
pasien tidak berfungsi
- Mengatakan merasakan
fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui pena dan
arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine
( Purba, 2009 )
2.1.4.Proses Terjadinya Halusinasi
Bentuk gangguan persepsi sensori yang paling sering terrjadi pada klien
dengan gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan. Bentuk
halusinasi ini dapat berupa suara-suara atau gambaran-gambaran. Tetapi paling
sering berupa kata-kata yang tersusun dalam kalimat yang mempengaruhi tingkah
laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri,
bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Biasa juga klien bersikap
mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian
pada orang lain yang tidak berbicara atau pada benda mati. Halusinasi
pendengaran dan penglihatan merupakan suatu tanda dari gangguan skizofrenia
dan satu syarat diagnostik minor untuk metaklia invulsi, psikosa mania, deperesif,
dan sindroma otak organik.(Purba, 2009)
9
2.1.5.Tahapan, Karakteristik dan perilaku yang ditampilkan
Pada gangguan halusinasi
Tahap Karakteristik Perilaku klien
Tahap I
- Memberi rasa
nyaman
- Tingkat ansietas
sedang
- Secara umum
halusinasi
merupakan suatu
kesenangan
- Mengalami ansietas
kesepian, rasa
bersalah dan
ketakutan
- Mencoba berfokus
pada pikiran yang
dapat
menghilangkan
ansietas
- Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
- Tersenyum, tertawa
sendiri,Menggerakk
an bibir tanpa suara
- Pergerakan mata
yang cepat, Respon
verbal yang lambat
- Diam dan
berkonsentrasi
Tahap II
- Menyalahkan,tin
gkat kecemasan
berat
- Secara umum
halusinasi
menyebabkan
rasa antipati
- Pengalaman sensori
menakutkan
- Mulai merasa
kehilangan kontrol
- Merasa dilecehkan
oleh pengalaman
sensori tersebut
- Menarik diri dari
orang lain
- Denyut jantung
meningkat
pernapasan dan
tekanan darah
- Rentang perhatian
menyempit
- Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
- Kehilangan
10
kemampuan
membedakan
halusinasi dan
realita
Tahap III
- Tingkat
kecemasan berat
- Pengalaman
sensori tidak
dapat ditolak lagi
- Klien menyerah dan
menerima
pengalaman
sensorinya
- Isi halusinasi
menjadi antraktif
- Kesepian bila
pengalaman sensori
berakhir
- Perintah halusinasi
ditaati
- Sulit berhubungan
dengan orang lain
rentang perhatian
hanya beberapa
detik/menit
- Gejala ansietas
berat, berkeringat,
tremor, tidak
mampu mengikuti
perintah
Tahap IV
- Menguasai
tingkat
kecemasan
- Panik
- Secara umum
diatur dan
dipengaruhi oleh
waham
- Pengalaman sensori
menjadi ancaman
- Halusinasi dapat
berlangsung selama
beberapa jam /hari
(jika tidak di
intervensi)
- Perilaku panik
- Potensial tinggi
untuk bunuh diri
atau membunuh
- Tindakan kekerasan,
agitasi menarik diri
atau ketakutan
- Tidak mampu
berespon terhadap
11
perintah yang
kompleks
- Tidak mampu
berespon terhadap
lebih dari satu orang
(Purba, 2009)
2.1.6. Hubungan Skizofrenia dengan Halusinasi
Gangguan persepsi yang utama pada skizofrenia adalah halusinasi,sehingga
halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh
kecemasan,halusinasi menghasilkan tingkah laku tertentu,gangguan harga
diri,kritis diri atau menginginkan rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizofrenia,suara-suara
biasanya berasal dari Tuhan,setan,tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan
tindakan/ prilaku pada klien seperti yang d uraikan tersebut diatas(tingkat
hlusinasi,karakteristik dan prilaku yang diamati). ( Purba, 2009)
2.1.7.Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan klien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-
obatan atau tidnakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan
antipsikosis. Adapun kelompok yang digunakan adalah :
12
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIANFenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mgFlufenazine (Prolixine Permiti) 1-40 mgMesokradazine (Serentil) 30-400 mgPerfenazine (Trilavon) 12-64 mgProklorperazine (Compazine) 15-150 mgPromazine (Sparine) 40-1200 mgTiodazine (Mellaril) 150-800 mgTrifluoperazine (stelzine) 2-40 mgTrifluopromazine (Vesprin) 60-1250 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mgTiotiksen ( Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mgDibenzondiazepine Klozapin (Cloraziil) 300-900 mgDibenzonkasazepine Loksapin (Loxitane) 20-150 mgDehindroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
b. Terapi kejang lisrtik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
(Purba,2009)
2.2. Teoritis Keperawatan
2.2.1.Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan terlambat
Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan,minuman, dan rasa aman
Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan ekonomi
Usia sekolah,mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi peran ganda
Tidak ada komunikasi
Tidak ada kehangatan
Komunikasi dengan emosi berlebihan
13
Komunikasi tertutup
Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas
dan konflik orangtua
c. Faktor sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti kemiskinan, konflik sosial (peperangan dan kerusuhan) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress, isolasi sosial pada yang usia lanjut,
cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
d. Faktor psikologis
Pengaruh keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi respons
psikologis seseorang sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam
kehidupan seseorang. Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi,
menutup diri.
e. Faktor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan saraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah
dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
f. Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter (keturunan) beberapa anggota keluarga
terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
2. Perilaku
Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya
seperti saat tidur. Klien mungkin tidak punya seperti seseorang yang
mendengarkan saran dan ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang
berbicara tentang cuaca tersebut ketidakmampuannya untuk
mempersepsikannya halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera di atasi.
Sangat penting untuk memberi kesempatan klien menjelaskan tentang
halusinasi yang dialaminya secara leluasa. Perawat membutuhkan halusinasi
14
dapat menjadi indikator sejauh mana gejala psikotik klien diatasi. Untuk
memfasilitasinya, klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal
halusinasinya.
Perilaku pasien yang mengalaminya halusinasi sangat tergantung pada
jenis halusinasinya apkakah halusinasi pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, perabaan, dan sinestetik.
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
Isi halusinasi yang dialami oleh pasien
Waktu dan frekuensi halusinasi
Situasi pencetus halusinasi
Respons pasien
3. Fisik
1. ADL (Activity Daily Life)
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintah untuk makan, tidur
terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak, mampu
berpartisipasi dalam kegiatan ganjil.
2. Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat
halusinosigen dan tingkah laku merusak diri.
3. Riwayat
Skizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan
penyalahgunaan obat.
4. Fungsi sistem tubuh
Perubahan berat badan, hipertemia (demam)
Neurologikal, perubahan mood, disorientasi
Ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan temperatur
5. Riwayat skizofrenia dalam keluarga.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, setiap negatif dan bermusuhan,
kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
15
5. Status intelektual
Gangguan persepsi penglihatan, pendengaran,perabaan, penciuman dan
pengecapan, isi pikir, tidak realitas, tidak logis, sukar diikuti atau kaku, kurang
motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
6. Status sosial tidak
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stres
dan kecemasan.
(Purba, 2009)
2.2.2.Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resiko tinggi mencederai diri dan orang lain
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Intoleransi aktivitas
6. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias
(Budi Anna Keliat, 2005)
2.2.3.Rencana Keperawatan
Rencana strategi pertemuan pada pasien dan keluarga :
No Kemampuan Pasien dan Keluarga
A Pasien :
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi
2 Mengidentifikasi isi halusinasi
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara mengahardik dalam jadwal kegiatan
16
Strategi Pertemuan II :
1 Mengvaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Pertemuan III :
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan di rumah sakit
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pertemuan IV :
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesahatan tentang penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. KELUARGA :
Strategi Pertemuan I :
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
yang dialami oleh pasien berseta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinaasi
Strategi Pertemuan II :
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
Strategi pertemuan III :
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
17
obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien dan rujukan
(Purba,2009)
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tn. berusia 30 tahun ,jenis kelamin laki-laki ,beragama islam,suku batak,
pendidikan SD,pekerjaan tani ,status sudah menikah tapi 2(dua) tahun yang lalu
os sudah bercerai dengan istrinya dan mempunyai seorang anak perempuan.
Adapun alasan os masuk ke RSJ pada tanggal 13 September 2011 dengan
no.register: 03.00.29 yaitu os bicara –bicara sendiri,marah tanpa
sebab,menyendengkan telinga kearah tertentu ,kontak mata os kurang saat
bicara dengan orang lain dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid ;
halusinasi Pendengaran .
Riwayat kesehatan os pada masa lalu adalah klien pernah mengalami
gangguan jiwa 1(satu) tahun yang lalu .Pengobatannya berhasil dan os pulang
dinyatakan sembuh . Tetapi karena os tidak kontrol ulang dan jarang minum
obatdi rumah kambuh kembali dan dirawat di RSJ Provsu Medan.Os juga
ditolak oleh masyaraka karena dianggap meresahkan masyarakat,sehingga
masalah keperawatan yang timbul antara lain : Koping Keluarga In-Efektif Dan
Regiment In-Therapeutik In-efektif .
Pengalaman masa lalu os yang tidak menyenangkan yakni 2 tahun yang
lalu os bercerai dengan istrinya kemudian 1-2 os mulai menunjukkan gejala
seperti diatas,seingga masalah keperawatan yang timbul adalah ; Koping
Individu In-Efektif.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2011
didapatkan vital sign antara lain : TD :110/70mmHg, Temp 37 celcius , HR :
78x/i, RR :20x/i.
Os merasa dirinya biasa – biasa saja serta menyukainya dan ingin cepat
pulang dan bantu ibunya untuk mengurus kebun kelapa sawit . Os merasa tidak
bisa melakukan peran sebagai kepala keluarga karena sakit sehingga masalah
keperawatan yang timbul yaitu : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah .
19
Hambatan klien untuk berhubungan dengan orang lain sejak os bercerai
mulai tidak aktif ikut wiritan di lingkungannya karena os merasa malu dengan
masalah rumah tangganya, sehingga masalah keperawatan yang timbul yaitu :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah .
Penampilan klien tidak rapi dimana kuku panjang dan kotor ,jenggot dan
kumis panjang ,baju tidak rapi ,gigi kuning dan kotor ,badan bau sehingga
masalah keperawatan yang timbul yaitu Defisit Perawatan Diri .
Os merasa sedih karena tidak bisa bertemu pada keluarga dan tidak bisa
bekerja membantu ibunya sehingga masalah keperawatan yang timbul adalah ;
Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah .
Selama wawancara kontak mata os kurang dan memberikan respon bila
diberikan stimulus yang sering sehingga masalah keperawatan yang timbul
adalah ; Isolasi Sosial :Menarik Diri.
Os sering mendengar suara – suara aneh /bisikan seorang wanita yang
mengejek dan memaki os dan orang tuanya,Os merespon dengan marah dan
biasanya suara itu datang pada saat istrahat dan menyendiri dalam sehari bisa
datang 5(lima) kali .
Klien sering bertanya tentang pengobatan penyakitnya, sehingga masalah
yang timbul yaitu Regimen Terapeutik Inefektif.
Tindakan pengobatan berdasarkan hasil kolaborasi dengan dokter yaitu:
Jenis Obat Dosis Indikasi Efek Samping
Inj. Valdimex 2ml 1 amp/12 jam
Pengobatan gejala ansietas
Mengantuk dan kelelahan
THP 2 mg 2 x 1 Untuk menenangkan pikiran
Mengantuk dan tremor
CPZ 50 mg 2 x 1 Menghilangkan suara-suara
Tremor dan kejang
HPL 2 mg 3 x 1 Untuk menenangkan pikiran
Mengantuk, kejang dan tremor
20
3.2 Analisa Data
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1
2
3.
4.
DS : Os mengatakan tidak kontrol
ulang setelah pulang dari RSJ
dan jarang minum obat di
rumah.
DO : Os di rawat di RSJ sejak
tanggal 13 september 2011
sampai sekarang keluarga
tidak pernah mengunjungi
klien.
DS : Os mengatakan sudah pernah
dirawat di RSJ
DO : Os dirawat kembali di RSJ
dengan keluhan yang sama
yaitu : bicara sendiri, marah
marah tanpa sebab,
menyendengakan telinga
kearah tertentu,
DS : Os mengatakan tidak mampu
menjadi kepala keluarga dan
tidak berguna karena sudah
tidak bekerja lagi.
DO : Os tampak sedih,murung
DS : Os mengatakan malas
berdandan dan mandi
Koping Keluarga In Efektif
Regiment Therapeutik Inefektif
Gangguan Konsep Diri Dan Harga
Diri Rendah
Defisif Perawatan Diri
21
5.
6.
7
DO : Os tampak dengan kuku
panjang dan kotor,kumis dan
jenggot panjang,gigi kuning
dan kotor,badan bau.
DS : Os mengatakan malu bergaul
karena os cerai dengan isteri.
DS : Os tampak
menyendiri,kontak mata
kurang.
DS : Os klien mengatakan sering
mendengar suara.suara aneh
bisikan seorang wanita yang
mengejek dan memakai os dan
orangtuanya,dengan frekuensi
5 kali/hari.
Saat klien istirahat/menyendiri
dan meresponnya dengan
marah.
DO : Os tampak bicara-bicara
sendiri,menyedengkan telinga
kea rah tertentu,marah-marah
tanpa sebab.
DS : Os mengatakan bila
mendengar suara –suara aneh
itu,yang memaki/mengejek os
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran.
Resti Mencederai Diri Sendiri Dan
Orang Lain
22
dan orang tuanya,os marah-
marah
DO : os tampak marah tanpa sebab
,tampak tegang,muka tampak
merah
3.3 Pohon Masalah
3.4 Daftar Masalah
1.Koping keluarga in efektif
2.Regiment therapeutik in efektif
3.Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
4.Defisif keperawatan diri
5.Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
23
Gangguan persepsi sensorik Halusinasi
Pendengaran
Defisit Perawatan Diri
Isolasi Sosisl Menarik Diri
Regiment therapeutik in
efektif
Koping keluarga
inefektifgangguan konsep diri harga diri
rendah
Resti Mencederai Diri Sendiri dan Orang lain
6.Isolasi sosial : menarik diri
7.Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan oranglain
3.5 Daftar Diagnosa Keperawatan
1.Regiment therapeutik in efektif berhubungan dengan Koping
keluarga in efektif
2.Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3.Defisif perawatan diri
4. Resiko tinggi mencederai diri sendiri danorang lain berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
5. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
Isolasi sosial : menarik diri
3.6 Prioritas Masalah
1 Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2 Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
Isolasi sosial : menarik diri
3 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
24
3.7 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi
mencederai diri sendiri
dan orang lain
berhubungan dengan
gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
1.klien dapat
membina hubungan
saling percaya
1.1 Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya dan
keadaan nya saat ini
1.2 Klien dapat
membedakan hal yang
nyata dan hal yang
tidak nyata 3-4x
pertemuan dengan
menceritakan hal-hal
yang nyata
1.1.1.Bina hubungan
saling percaya:
Salam
terapeutik
Perkenalan diri
Jelaskan tujuan
interaksi
Ciptakan
lingkungan yang
tenang
Terapi waktu
1.2.1.Dorongan dan
berikan kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan nya.
1.1.1.Hubungan saling percaya
sebagai dasar interaksi yang
terapeutik
1.2.1.Lingkungan perasaan
kepada perawat bukti bahwa klien
mulai mempercayai perawat
25
2.Klien dapat
mengenal
halusinasinya
2.2 Klien dapat
menyebutkan situasi
yang menimbulkan dan
tidak menimbulkan
halusinasi: sifat,waktu,
isi,frekwensi halusinasi
3 kali pertemuan
1.2.3 Dengarkan
ungkapan klien dengan
empati
2.1.1 Adakan kontak
sering dan singkat
secara bertahap dengan
klien
2.1.2 Observasi tingkah
laku verbal yang
berhubungan dengan
halusinasi : berbicara
sendiri
Isi bicara
Mata melotot
Tiba-tiba
melotot
1.2.3 Rasa empati akan
mengangkat hubungan saling
percaya
2.1.1 Mengurangi waktu kosong
bagi klien sehingga dapat
mengurangi frekwensi halusinasi
2.1.2 Halusinasi harus di kenalkan
terlebih dahulu oleh perawat agar
intervensinya efektif
26
Tiba –tiba pergi
Tertawa tiba –
tiba .
2.1.3 Gambaran tingkah
laku halusinasi pada
klien apa yang
terdengar atau yang di
lihat
2.1.4 Terima halusinasi
sebagai hal yang nyata
bagi klien tetapi tidak
bagi perawat (tidak
membenarkan dan tidak
menyangkal)
2.1.5 Bersama klien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan dan
tidak menimbulkan
2.1.3 Klien tidak mampu
melingkupkan persepsinya, maka
perawat dapat memfasilitasi klien
untuk mengungkapkan secara
terbuka
2.1.4 Meningkatkan orientasi
realita klien dan rasa percaya
2.1.5 Peran serta aktif klien sangat
menuntukan efektifitas tindakan
keperawatan dilakukan
27
3.klien dapat
mengontrol
halusinasinya
3.1.klien dapat
menyebutkan tindakan
yang tidak bisa
dilakukan bila sedang
berhalusinasi setelah 3
kali pertemuan
halusinasi
sifat,isi,waktu dan
frekwensi halusinasi
2.1.6 Bersama klien
menentukan factor
pencetus halusinasi apa
yang terjadi sebelum
halusinasi
2.1.7 Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya ketika
sedang halusinasi
3.1.1 Identifikasi
bersama klien tindakan
apa yang diakukan bila
sedang berhalusinasi
3.1.2 Beri pujian
2.1.6 Membantu klien untuk
mengontrol bila faktor pencetus
nya sudah diketahui
2.2.7 Upaya untuk mencetus
halusinasi perlu di lakukan oleh
klien sendiri agar penyakit tidak
berlanjut
3.1.1 Tindakan yang biasanya
dilakukan klien merupakan upaya
mengatasi halusinasi
28
3.2 Klien dapat
menyebutkan 2 dari 3
memutus halusinasi
terhhadap ungkapan
klien tentang
tindakannya
3.2.1 Diskusikan cara
memutus halusinasi
3.2.2 Dorong klien
untuk menyebutkan
kembali rasa memutus
halusinasi
3.2.3 Beri pujian atas
upaya klien
3.2.4 Dorong klien
memilih tindakan apa
yang dilakukan
3.1.2 Memberikan hal yang positif
atau pengakuan akan
meningkatkan harga diri klien
3.2.1.dangan halusinasi yang
terkontrol oleh klien maka resiko
kekerasan tidak terjadi
3.2.2.Pengulangan hasil diskusi
yang terjadi dapat dilakukan klien
merasakan suatu tanda konsentrasi
pikiran yang dapat difokuskan
3.2.3. pujian merupakan motifasi
dan harga diri klien
3.2.4. memberikan kesempatan
kepada klien untuk memutuskan
29
4.pasien dapat
memanfaatkan obat
untuk mengontrol
halusinasinya
4.1 klien minum obat
secara teratursesuai
aturan minum obat 3
kali pertemuan
3.2.5. Dorong klien
untuk mengikuti TAK
3.2.6 Beri pujian bila
dapat melakukan nya
4.1.1.diskusikan dengan
klien tentang obat untuk
mengontrol
halusinasinya
4.1.2 bantu klien untuk
memastikan untuk
minum obat secara
teratur untuk
tindakan meningkatkan harga diri
klien
3.2.5. akan membantu klien
menurunkan halusinasinya
meningkatkan kaya konsentrasi
klien
3.2.6. pujian merupakan
pengakuan yang dapatmemotifasi
klien mengulangi hal positif klien
4.1.1 meningkatkan pengetahuan
dan motifasi klien untuk minum
obat secara teratur
4.1.2. memastikan klien untuk
minum obat secara teratur
30
5.klien dapat
dukungan keluarga
dalam mengontrol
halusinasinya
5.1 klien dapat
dukungan keluarga
dalam mengontrol
halusinasinya setelah
dirumah
mengontrol
halusinasinya
5.1.1.dorong klien
untuk memberitahu
keluarga ketika timbul
halusinasi
5.1.2.lakukan
kunjungan keluarga
(home visite):kenalkan
keluara pada halusinasi
klien bantu dalam
memutuskan tindakan
untuk mengontrol
halusinasi klien,ajarkan
merawat klien
dirumah,informasikan
cara memodifikasi
5.1.1.sebagai upaya latihan klien
sebelum berada dirumah
5.1.2. keluarganya yang mampu
merawat klien dalam halusinasi
paling efektif mendukung
kesembuhan klien dengan
masalah halusinasi
31
lingkungan agar
mendukung,dorong
keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas
kesehatan dalam
mengontrol halusinasi
klien
2 Gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
berhubungan dengan
Isolasi sosial : menarik
diri
1.klien dapat
mengenal yang
menyebabkan
prilaku
2.klien dapat
mengetahui
keuntungan dalam
berhubungan dengan
orang lain
2.1setelah 1 kali
pertemuan klien dapat
menyebutkan
penyebab /alasan
menarik diri
2.1.1.Kaji pengetahuan
klien tentang perilaku
menarik diri
2.1.2.Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengunkapkan
perasaannya penyebab
menarik diri
2.1.3.Diskusikan
2.1.1 mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien tentang
menarik diri,sehingga perawat
dapat merencanakan tindakan
selanjutnya
2.1.2.Untuk mengetahui alasan
klien menarik diri
2.1.3.Meningkatkan pengetahuan
32
3.klien dapat
berhubungan dengan
orang lain secara
bertahap
3.1. klien dapat
menyebutkan 3 manfaat
berhungan dengan
orang lain :
-Mendapatkan teman
-Mengung
kapkan
-Membantu pemecahan
masalah setelah
3*pertemuan .
beserta klien tentang
perilaku menarik diri
2.1.4.Beri pujian
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaannya
3.1.1 .Meningkatkan
pengetahuan klien
tentang perlunya
berhubungan dengan
orang lain
3.1.2.Dorong klien
untuk menyebut
kembali manfaat
berhubungan dengan
orang lain
3.1.3.Beri pujian
terhadap kemampuan
klien dalam
klien dan mencari pemecahan
bersama tentang masalah klien
2.1.4.Meningkatkan harga diri
klien sehingga bergaul dengan
lingkungan social
3.1.1.Meningkatkan pengetahuan
klien tentang perlunya
berhubungan dengan orang
lainngan
3.1.2.Untuk mengetahui tingkat
pemahaman klien terhadap
informasi yang telah diberikan
3.1.3.Reinforcement positif dapat
meningkat kan harga diri klien
33
4.klien mendapatkan
dukungan keluarga
dalam berhungan
dengan orng lain
4.1.klien menyebutkan
cara berhubungan
dengan orang lain
dalam waktu
1*pertemuan
mis:membahas sapaan
perawat ,menatap
mata ,mau berinteraksi
5.1.Setelah pertemuan
klien dapat membina
hubungan dengan orang
menyebutkan cara
berhubungan dengan
orang lain .
4.1.1 dorong klien
menyebutkan cara
berhubungan dengan
orang lain
4.1.2dorong dan bantu
klien berhubungan
dengan orang lain
secara bertahap
5.1.1 diskusikan tentang
manfaat berhubungan
dengan anggota
keluarga pada pasien
5.1.2 dorong klien
4.1.1 untuk mengetahui
pemahaman terhadap klien
informasi yang telah diberikan
4.1.2 untuk mengetahui
pemahaman klien terhadap
informasi yang telah di
berikan ,mengidentifikasi
hambatan yang di rasakan oleh
klien
5.1.1 untuk mengetahui sejauh
mana hubungan interpersonal
klien dengan keluarga
34
lain . untuk mengungkapkan
perasaan tentang
keluarga
5.1.3 dorong klien
untuk mengikuti
kegiatan bersama
keluarga seperti
makan ,ibadah,dan
rekreasi.
5.1.3 membantu klien dalam
hubungan interpersonal dengan
keluarga
5.1.3 untuk membuat hubungan
baik dengan keluarga .
3 Gangguan konsep
diri :harga diri rendah
1.klien dapat
mengidentifikasikan
kemampuan dan
aspek positif
yangdimiliki klien
1.1 klien
mengidentifikasi
kemampuan aspek
positif
1.2 aspek positif
keluarga
1.1.1 mendistribusikan
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
klien
1.1.2. setiap bertemu
klien tindakan penilaian
1.1.3 utarakan
memberikan ujian yang
1.1.1 Ujian yang realistis
menyebabkan klien melakukan
kegiatan
1.1.2 Pengertian tentang
kemampuan yang dimiliki adalah
prasarana untuk berubah
1.1.3 Pengertian tentang
kemampuan yang dimiliki dan
35
2.klien dapat
mengenali
kemampuannya
3.klien dapat
merencanakan
kegiatan harian
2.1 klien menilai
kemampuannya yang
dibungkam
3.1 klien merencanakan
kegiatan harian
4.1 setelah
realistis
2.1.1 diskusikan dengan
klien kemampuan yang
masih dapatdigunakan
selama sakit.
2.1.2 diskusikan
kemampuan yang dapat
dilanjutkan dan
penggunaan dari
kemampuan
3.1.1 merencanakan
bersama klien akan
aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari
dengan kemampuan dan
arahan .
4.1.2 tingkatkan
kekuatan sesuai kondisi
mempertahankan penggunaanya
2.1.1 Klien merupakan individu
yang bertanggungjawab
terhadapdirinya sendiri
2.1.2 Klien perlu bertindak dalam
kehidupannya contoh peran yang
dilihat untuk melaksanakannya
3.1.1Dengan mengetahui masalah
secara jelas dalam pemecahan
masalah.
4.1.2 Perilaku yang ditampilkan
merupakan cerminan dari
36
4.klien mampu
mengevaluasi
dirinya .
3*pertemuan klien
mampu menilai dirinya
klien
4.1.3. bersama keluarga
mengidentifikasi stress
dan bagaimana
perilakunya terhadap
hal tersebut
4.1.4 jelaskan bahwa
keyakinan terhadap
stressor mempengaruhi
pikiran dan perilakunya
kenyataan yang dimiliki klien
4.1.3 Pengetahuan klien tentang
adaptif dan mal-adaptif dalam
menentukan koping yang tepat di
gunakan.
4.1.4 respon koping mal-adaptif
tidak berguna untuk memecahkan
masalah yang di hadapinya .
37
3.8 Implementasi Keperawatan
Nama : Tn.S
Umur : 30 tahun
Ruangan :Gunung Sitoli
TGL/
PUKUL
No DX IMPLEMENTASI EVALUASI
12
Oktober
2011
Jam
16.00
wib
I
Tuk I
Membina hubungan
Saling percaya
Salam
terapeutik’’selamat sore
pak
Membuat kontrak :
topik,tempat ,waktu
Berjabat tangan
Memperkenalkan diri
“nama saya suster
D,saya mahasiswa
Imelda medan ,saya akan
Merawat bapak selama 2
minggu .
Menanyakan nama
lengkap klien dan nama
panggilan
Menjelaskan tujuan
interaksi
Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Melakukan evaluasi
“bagaimana perasaan
S : klien mengatakan “
selamat sore”
O: klien belum
memperkenalkan
diri pada perawat,
suara pelan,kontak
mata kurang .
A : TUK I sebagian
tercapai
P : Mengulang TUK I
38
13
Oktober
2011
Jam
15.00
wib
TUK I
bapak setelah bercakap-
cakap
Membuat kontrak
pertemuan selanjutnya :
topik ,tempat ,waktu.
“besok sore kita
lanjukan lagi ya pak ,jam
15.00 wib
Membina hubungan
Saling percaya
Salam
terapeutik’’selamat sore
pak
Membuat kontrak :
topik,tempat ,waktu
Berjabat tangan
Memperkenalkan diri
“nama saya suster
D,saya mahasiswa
Imelda medan ,saya akan
Merawat bapak selama 2
minggu .
Menanyakan nama
lengkap klien dan nama
panggilan
Menjelaskan tujuan
interaksi
Menciptakan lingkungan
S : klien mengatakan “
selamat sore ,nama
saya Saparudin ”
O: klien sudah
memperkenalkan
diri pada perawat,
suara pelan tapi jelas
,kontak mata ada,
klien dapat
mengingat identitas
perawat .
A : TUK I tercapai
P : intervensi
dilanjutkan ke TUK
II
39
14
Oktober
2011,
Jam
16.00
Tuk II
yang nyaman
Melakukan evaluasi
“bagaimana perasaan
bapak setelah bercakap-
cakap
Memberikan pujian atas
kemampuan klien
Membuat kontrak
pertemuan selanjutnya :
topik ,tempat ,waktu.
“besok sore kita
lanjukan lagi ya pak ,jam
16.00 wib
Mengenal Halusinasi
Salam terapeutik “sore
pak”
Mengevaluasi pertemuan
klien TUK I
“apakah bapak masih
ingat nama saya dan isi
pembicaraan kita
semalam?”
Mengingatkan
kontrak :topik,tempat
dan waktu
“sesuai dengan janji kita
semalam kita akan
berbincang – bincang
pada jam 16.00 wib
S : klien mengatakan
bahwa suara-suara
itu namanya
halusinasi
pendengaran ,
O : klien masih ragu –
ragu untuk
menjawab bila
ditanya kembali.
A : TUK II sebagian
teratasi
P : Mengulang TUK II
40
selama 15 – 20
menit ,betulkan pak ?
Membantu klien
mengungkapakan yang
menyebabkan
halusinasi,’’apakah
bapak mendengar suara”
pada saat kapan dan apa
isinya pak ?
Bagaimana bapak
meresponnya
Memberi pujian kepada
klien atas ungkapannya
Menjelaskan kepada
pasien bahwa suara-
suara yang bapak dengar
itu,hanya bapak yang
mendengar itu namanya
halusinasi
Mengevaluasi:”bagaima
na perasan bapak
setelah kita bercakap-
cakap”
Memberikan pujian atas
kemampuan klien
Mengakhiri pertemuan
dan Mengadakan
kontrak untuk pertemuan
berikutnya,topik waktu
dan tempat.,besok jam
41
15
Oktober
2011,
Jam
16.15
wib
TUK II
16.15 wib
Mengenal Halusinasi
Salam terapeutik “sore
pak”
Mengevaluasi pertemuan
klien TUK I
“apakah bapak masih
ingat nama saya dan isi
pembicaraan kita
semalam?”
Mengingatkan
kontrak :topik,tempat
dan waktu
“sesuai dengan janji kita
semalam kita akan
berbincang – bincang
pada jam 16.00 wib
selama 15 – 20
menit ,betulkan pak ?
Membantu klien
mengungkapakan yang
menyebabkan
halusinasi,’’apakah
bapak mendengar suara”
pada saat kapan dan apa
isinya pak ?
Bagaimana bapak
meresponnya
Memberi pujian kepada
S : klien mengatakan
suara – suara itu
mengejek dan
memaki dirinya dan
orang tuanya ,datang
saat istrahat
sebanyak 5 kali
sehari ,dan klien
akan marah –marah.
O : klien mampu
mengenal dan
mengungkapkan
halusinasinya .
A : TUK II teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan ke TUK III
42
17 Okt
2011 ,
Jam
09.30
Wib
Tuk III
klien atas ungkapannya
Menjelaskan kepada
pasien bahwa suara-
suara yang bapak dengar
itu,hanya bapak yang
mendengar itu namanya
halusinasi
Memberikan pujian atas
kemampuan klien
Mengevaluasi”bagaiman
a perasan bapak setelah
kita bercakap-cakap”
Mengakhiri pertemuan
dan Mengadakan
kontrak untuk pertemuan
berikutnya,topik waktu
dan tempat.,hari senin
jam 09.30 wib
Mengontrol halusinasi
Salam terapeutik,selamat
pagi pak?
“Sudah kebersihan pak?”
Mengevaluasi pertemuan
klien TUK II
“apakah bapak masih
ingat apa itu halusinasi”
Mengingatkan
kontrak :topik,tempat
dan waktu
S : klien mengatakan
“pergi –pergi jangan
dekati saya”
O : klien mampu
menyebutkan 2 cara
yang dianjurkan
untuk mengontrol
Halusinasi yaitu
menghardik
halusinasi dan
bercakap – cakap
dengan orang lain
43
“sesuai dengan janji kita
semalam kita akan
berbincang – bincang
pada jam 09.30 wib
selama 20
menit ,benarkan pak ?
“Apakah bapak ingat
sekarang kita
membicarakan apa?”
Mendiskusikan dengan
klien cara untuk
mengontrol halusinasi
dengan 4 cara yaitu:
Menghardik halusinasi
dengan mengatakan :
pergi-pergi jangan dekati
saya sambil menutup
telinga.
Bercakap-cakap dengan
orang lain
Melakukan aktivitas dan
membuat jadwal
kegiatan serta
Menganjurkan minum
obat teratur.
Meminta klien
mengulangi apa yang
telah dijelaskan
Memberi pujian atas
kemampuan klien
A : TUK III sebagian
teratasi
P : Mengulang TUK III
44
18 Okt
2011,
Jam
09.00
wib
TUK
III
“bagus” bapak sudah
bisa mengontrol
halusinasi dengan 2
cara ,nanti bapak coba
lagi dikamar dan saat
suara itu datang lagi.
Mengakhiri
pertemuan”baiklah pak,
pertemuan sampai saat
ini besok jam 09.00
wib,apa bapak suka di
tempat ini ? apakah
bapak setuju ?”
Mengontrol halusinasi
Salam terapeutik,selamat
pagi pak?
“Sudah kebersihan
pak?”
Mengevaluasi pertemuan
klien TUK III yang
sebagian teratasi .
“apakah bapak masih
ingat cara mengontrol
halusinasi?”
Mengingatkan
kontrak :topik,tempat
dan waktu
“sesuai dengan janji kita
semalam kita akan
S : klien mengatakan
“sudah melakukan
kebersihan dan
sudah minum obat
O : Os tampak
memperagakan cara
menghardik
halusinasi sambil
menutup
telinga,tampak
duduk-duduk dan
bercakap –cakap
dengan teman
kamarny ,tampak
menyapu,mengepel,
dan tampak minum
obat .
45
berbincang – bincang
pada jam 09.00wib
selama 20
menit ,benarkan pak ?
“Apakah bapak ingat
sekarang kita
membicarakan apa?”
Mendiskusikan dengan
klien cara untuk
mengontrol halusinasi
dengan 2 cara lagi yaitu:
Melakukan aktivitas dan
membuat jadwal
kegiatan serta
Menganjurkan minum
obat teratur.
Meminta klien
mengulangi apa yang
telah dijelaskan
Memberi pujian atas
kemampuan klien
“bagus” bapak sudah
bisa mengontrol
halusinasi dengan 4
cara ,nanti bapak coba
lagi dikamar dan saat
suara itu datang lagi.
Mengakhiri
pertemuan”baiklah pak,
pertemuan sampai saat
A : TUK III teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan TUK IV
46
20 Okt
2011,
Jam
10.00
wib
Tuk IV
ini hari Kamis kita
lanjutkan jam
10.00wib,karena besok
kami adakan TAK,bapak
mau ikut TAK nggak ?”
besok jam 10.00 wib ya
pak tapi sebelumnya
mandi dan ganti
baju,bapak harus
semangat besok ya ? ”
Memanfaatkan obat
secara teratur untuk
mengontrol
halusinasinya
Salam terapeutik,selamat
pagi pak S ? selamat ya
pak atas keberhasilan
jadi juara I di TAK,
bapak hebat!!
Mengevaluasi pertemuan
sebelumnya” apa Bapak
masih ingat apa saja
yang sudah kita
bicarakan kemarin?”
Mengingatkan
kontrak,topik,waktu
yang disepakati
“ Apakah bapak masih
ingat dengan janji kita
S : klien mengatakan
sudah mengerti
manfaat obat untuk
mengontrol
halusinasi
O : klien mampu
menyebutkan
jenis ,warna dan
kegunaan obat sesuai
yang di jelaskan
A : TUK IV tercapai
P : Intervensi di
pertahankan .
47
kemarin ,kita akan
berbincang jam
10.00.selama 20 menit?
Menjelaskan jenis –
jenis obat yang diminum
klien.”obat yang biasa
bapak minum ada 3
macam yaitu : Obat yang
berwarna orange itu
namanya CPZ diminum
2x1/hari, gunanya untuk
menghilangkan suara-
suara aneh, yang
berwarna putih THP
gunanya untuk
menenangkan pikiran,
diminum 2x1/hari, dan
warna merah jambu
namanya HPL gunanya
untuk menenangkan
pikiran juga, diminum
3x1/hari.
Meminta klien untuk
mengulangi apa yang
telah di jelaskan.
Memberi pujian atas
kemampuan klien
selama pertemuan”bagus
sekali”,bapak sudah tahu
kegunaan obat yang
48
bapak minum,jadi bapak
harus rajin untuk minum
supaya mempercepat
proses penyembuhan
bapak
Mengakhiri pertemuan
terakhir : baiklah pak
karena semua yang
sudah kita bicarakan
selesai ,saya berharap
bapak dapat
melakukannya atau
mempraktekkannya
dengan baik.terimakasih
atas waktu dan
kesediaan bapak untuk
bekerjasama
dengansaya,saya
berharap bapak lekas
sembuh dan cepat
berkumpul dengan
keluarga,jangan lupa
untuk sholat dan ibadah.
Mengevaluasi hasil
pertemuan
Mengakhiri pertemuan
”dengan bapak S
49
3.9 Strategi Pertemuan
STRATEGI PERTEMUAN 1
Pra interaksi
Nama perawat : Destuti Hia
Mahasiswi : Imelda Medan
Nama pasien : Saparudin Napitupulu
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid : Halusinasi Pendengaran
Defenisi diagnosa :
a) Skizofrenia Paranoid adalah sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir dan
berkomunikasi, menerima, dan menginterpretasikan realitas,
merasakan dan menunjukkan emosi, dan perilaku dan sikap yang
dapat diterima secara sosial (Isaacs, Ann, 2004)
b) Halusinasi Pendengaran yaitu : gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.(Purba,2009)
Ruangan : Gunung Sitoli
Fase : Orientasi
Salam terapeutik
Perawat : selamat sore pak..!
Klien : sore sus...!
Perawat : perkenalkan saya perawat yang akan merawat bapak
Selama 2 minggu disini perkenalkan nama saya suster D,
nama bapak siapa dan senang di panggil apa?
Klien : Nama saya S panggil aja saya pak S
Perawat : bagaimana perasaan pak S hari ini
Klien : baik sus”
50
Perawat : bagaimana kalau kita ngobrol sebentar pak sekitar 15menit
saja ,bapak mau ngobrol di mana .
Klien : di sini ,
Fase Kerja :
Perawat : Bapak bisa perkenalkan diri nya sekali lagi nanti saya juga
perkenalkan diri saya
Klien : Ia sus,nama saya Saparudin Napitupulu,
Perawat : Bapak hebat,sekarang saya perkenalkan diri ,nama saya
Destuti hia ,saya mahasiswi Imelda Medan(sambil berjabat
tangan ).
Perawat : Karena kita sudah saling kenal pak ,jadi bapak kalau ada
keluhan bilangin saja dan semampu saya akan mencari
solusinya ,bapak mau kan saya berbincang –bincang dengan
bapak
Klien : Mau
Fase Terminasi
Perawat : Saya sangat senang berkenalan dengan bapak,bagaimana
dengan bapak?
Klien : Senang
Perawat : Kalau begitu besok kita lanjutin untuk ngobrol soalnya saya
akan membantu bapak supaya mengerti apa penyakit
bapak,bapak mau kan ,bapak jam berapa bisa ,dimana kita
ngobrol yang bapak suka ?
Klien : Mau ,sore seperti saat ini,di sini saja sus .
Perawat : Baiklah ,sekarang saya antar bapak ke kamar ya
Klien : Iya Sus
51
STRATEGI PERTEMUAN 1I
Fase : Orientasi
Salam terapeutik
Perawat : Selamat sore pak..! ,masih ingat nama saya ?
Klien : Suster Destuti ..
Perawat : Betul ,seperti janji saya kemarin kita akan berbincang selama
15- 20 menit tentang penyakit bapak ,
Klien ; Ya Sus
Fase Kerja :
Perawat : Awalnya kenapa bapak bisa di rawat di sini? Apa keluhan
bapak?
Klien : Awalnya saya sering mendengar suara-suara gitu sus, dan
sering mengejek saya
Perawat : “ Apakah pak S mendengar suara tanpa wujud?
Klien : “ ya sus “
Perawat : “ kalau saya boleh tahu apa yang dikatakan oleh suara-suara
itu pak?”
Klien : “suara itu mengejek dan memaki saya dan orang tua saya
Perawat : “ apakah bapak mendengar suara itu terus menerus atau
secara sewaktu-waktu?
Klien : “ gak sus” suara itu datang saat saya istirahat dan sendirian
Perawat : kapan bapak paling sering mendengarnya dan satu hari berapa
kali pak?
Klien : kurang lebih 5 kali satu hari sus, biasanya waktu istrahat dan
malam hari”
Perawat : apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu”?
Klien : saya marah dan memaki kembali
Perawat : ehm………
52
Perawat : pak kalau seseorang mendengar sesuatu bisikan /suara tapi
orang lain tidak mendengar namanya Halusinasi pendengaran
Klien : oh….
Fase Terminasi
Perawat : jadi bapak sudah mengerti apa penyakitnya ,namanya
halusinasi pendengaran ,namanya apa pak
Klien : halusinasi pendengaran ,sus
Perawat : bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang – bincang
?
Klien : biasa za sus,tapi saya sudah mengerti halusinasi pendengaran
itu..
Perawat : bagus ,bapak hebat !!!!,karena waktunya kebersihan ,hari
senin kita lanjutin ya pak tapi jam 09.30 wib ,saya akan
beritahu tentang cara mengontrol supaya suara itu tidak sering
datang
Klien : ya sus,
STRATEGI PERTEMUAN 1II
Fase orientasi
Perawat : “ bagaimana perasaan bapak hari ini.?
Klien : “ baik sus”
Perawat : “bapak masih mendengar suara-suara itu.?
Klien : masih sus...
Perawat : kemarinkan kita sudah sepakat untuk berbincang- bincang
lagi, sekarang kita akan melakukan cara untuk mengontrol
suara-suara itu
Klien : Iya sus...
Fase kerja
53
Perawat : Cara untuk mencegah dan mengatasi halusinasi itu pak ada 4
yaitu
cara yang pertama : Menghardik “pergi – pergi sambil
menutup kuping sampai suara itu tidak terdengar lagi,
cara yang kedua : kalau suara itu datang bapak cari kawan
untuk bercakap – cakap dengan orang lain ,coba bapak
peragakan 2 cara tadi untuk mengontrol halusinasi
bapak ,bapak pasti bisa!!!.
klien : ya sus ,yang pertama mengusir dengan mengatakan
“pergi ,pergi,pergi…saya tidak mau dengar (sambil menutup
telinga )
perawat ; hore.e…e bapak bisa !!lagi pak
klien ; Baru kalau suara itu datang mencari kawan bercakap –cakap
.
perawat ; hebatt(sambil mengangkat jempol )…… sekarang kita
lanjutin lagi 2 cara lagi ya pak ?
klien : ya sus…….
perawat : oke sekarang cara yang ke tiga yaitu membuat jadwal
kegiatan bapak dari bangun sampai tidur malam dan cara
yang keempat yaitu dengan minum obat secara teratur
perawat : sekarang semua ke 4 cara sudah saya beritahukan kepada
bapak ,bapak bisa melakukannya
klien : bisa sus ,…………..
Fase terminasi
Perawat : “bagaimana kalau kita buat kegiatan ini menjadi kegiatan
bapak apakah bapak mau?
Klien : iya sus”
Perawat : bagaimana perasaan bapak setelah tahu cara mengontrol
halusinasi..
Klien : saya baru tahu sekarang cara mengusir suara itu.sus…
54
Perawat : “ bapak ingat-ingat ya cara yang saya ajarkan tadi... sekarang
bapak istirahat besok kita jumpa lagi ya pak, jam 10.00 wib
jangan lupa lakukan yang kita pelajari tadi dan
mempraktekkannya apabila suara itu datang lagi
Klien : “ iya suster”…….
STRATEGI PERTEMUAN KE IV
Fase Orientasi
Perawat : selamat pagi pak
Klien : “pagi suster”
Perawat : bagaimana keadaan bapak di hari ini?
Klien : baik sus”
Perawat : apakah sudah di lakukan empat cara yang sudah kita latih?
Apakah bapak sudah melakukan jadwal kegiatanya?
Klien : “sudah sus”
Perawat : apakah bapak sudah minum obat hari ini?
Klien : “ sudah sus”
Perawat : hari ini kita akan berbincang tentang manfaat obat untuk
mengontrol halusinasi bapak kan ?“
Klien ; iya sus ….
Fase kerja
Perawat : Oh ya...ada berapa macam obat yang Bapak minum?
Klien : Tiga macam, sus
Perawat : Bapak sudah tahu warna, dan apa nama obat itu?
Klien : Hanya warnanya saja, tapi namanya saya tidak tahu, sus..
Perawat ; warna apa saja pak
Klien : orange,merah jambu dan putih
Perawat : benar sekali…………
55
.Perawat : Baiklah, saya akan beritahu nama obat tersebut. Obat yang
berwarna orange itu namanya CPZ diminum 2x1/hari,
gunanya untuk menghilangkan suara-suara aneh, yang
berawarna putih THP gunanya untuk menenangkan pikiran,
diminum 2x1/hari, dan warna merah jambu namanya HPL
gunanya untuk menenangkan pikiran juga, diminum 3x1/hari.
Perawat : Pastikan obat nya di minum pada waktunya dan dengan cara
yang benar ya pak., dan juga pastikan jumlah obat yang di
minum”
Klien : “iya suster”
Fase terminasi
Perawat : “ apakah bapak mau memasukkan jadwal harian bapak?
Klien : “ iya sus saya mau”
Perawat : bagaimana perasaan bapak setelah berbincang- bincang tadi?
Klien : “ baik sus”
Perawat : Bisakah bapak mengulangi kegiatan yang sudah kita lakukan
pak?
Klien : bisa sus, cara yang pertama menghindari halusinasi dengan
cara mengatakan pergi....pergi.....saya tidak mau dengar
sambil menutup telinga , cara yang kedua bercakap-
cakap dengan teman yang lain, ketiga melakukan kegiatan
harian, keempat minum obat secara teratur
Perawat : Bagus pak... bapak masih ingat lain waktu kami berharap
bapak bisa mempraktekkannya
Klien : Iya sus terima kasih
Perawat : Sama-sama pak ini sudah merupakan tugas kami, sekarang
kami antar bapak ke ruangan dan istirahat, terima kasih atas
waktu bapak,semoga bapak lekas sembuh dan dapat
56
berkumpul dengan keluarga ,jangan lupa sholat dan
ibadahnya ya pak
Klien : Iya sus,terimakasih ya sus …..
57
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di ruang Gunung Sitoli RSJ Daerah
Provinsi Sumatera Utara Medan, maka penulis mencoba membahas beberapa hal
perbedaan pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang ditemukan oleh penulis,
serta yang mendukung dan menghambat dalam pencapaian tujuan yang diharapkan
oleh penulis pada laporan kasus ini.
Adapun beberapa kesenjangan penulis kemukakan antara teori dan laporan
kasus, sehingga penulis dapat menguraikannya mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
klien, dan tenaga kesehatan atau pegawai di ruangan. Namun penulis menemukan
sedikit kesulitan dalam mengumpulkan data, karena keluarga klien jarang
mengunjungi klien di RSJ, sehingga penulis melakukan upaya pendekatan kepada
klien melalui komunikasi terapheutik yang transparan dalam membantu klien untuk
memecahkan masalah yang dialaminya serta melakukan observasi pada klien.
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan dimana pada
tinjauan teoritis data-data yang ada: bicara sendiri, marah tanpa sebab, mendengar
suara-suara atau bisikan, mendengar suara-suara yang mengajak/menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya. Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis juga menemukan hal
yang sama seperti: bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendengar-suara-suara
yang menyuruh klien untuk mengejek, mengancam, bahkan membunuh orang.
Sehingga penulis tidak membahas lebih lanjut lagi dalam hal pengkajian pada klien.
58
4.2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kami dapat dari landasan teoritis adalah
1. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resiko tinggi mencederai diri dan orang lain
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Intoleransi aktivitas
6. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias
Sedangkan diagnose keperawatan yang kelompok kami peroleh dari tinjauan
kasus;
1. Regiment therapeutik in efektif berhubungan dengan Koping keluarga in
efektif
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Defisif perawatan diri
4. Resiko tinggi mencederai diri sendiri danorang lain berhubungan dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
5. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
Isolasi sosial : menarik diri
Pada diagnosa keperawatan, penulis menemukan kesenjangan dimana
diagnosa keperawatan pada tinjauan teori: intoleransi aktvitas tidak ada pada diagnosa
tinjauan kasus. Sebaliknya diagnosa pada tinjauan teoritis: regimen terapeutik inefektif
dan koping keluarga inefektif tidak ada pada tinjauan teoritis
4.3. Perencanaan
Pada tahap ini adalah usaha untuk menyusun rencana tindakan keperawatan
pada klien Tn. S. Dalam hal ini sesuai dengan tinjauan teoritis, rencana yang akan
dilakukan adalah untuk Strategi Pertemuan Pertama terdiri dari: membina hubungan
saling percaya
59
Strategi Pertemuan Kedua mengidentifikasi jenis , isi, waktu, frekuensi,
situasi yang menimbulkan respons pasien terhadap halusinasi,
Strategi Pertemuan Ketiga terdiri dari mengajarkan pasien menghardik
halusinasi, menganjurkan pasien memasukkan cara mengahardik dalam jadwal
kegiatan,melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain, menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian,melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit dan menganjurkan
minum obat.
Strategi Pertemuan Keempat terdiri dari: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberikan pendidikan kesahatan tentang penggunaan obat secara teratur,
menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Sedangkan pada tahap pertemuan untuk keluarga yaitu pada strategi
pertemuan lima : klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya,
klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya setelah dirumah.
4.4. Implementasi
Pada tahap ini, tindakan keperawatan kepada Tn. S di ruang Gunung Sitoli
RSJD Provsu Medan, baik pelaksanaan pada teori maupun pada kasus terdapat
kesamaan walaupun masih ada tindakan keperawatan yang belum dilaksanakan oleh
penulis dirumah. Ini disebabkan oleh karena waktu praktek klinik RSJ terbatas hanya
2 minggu dan penulis juga belum melakukan usaha untuk menghubungi keluarga baik
melalui via telepon maupun melalui surat berhubung karena keterbatasan ekonomi dan
juga kurangnya kebijaksanaan dari penulis dalam mencari solusi untuk bertemu
dengan keluarga klien secara langsung sehingga penulis tidak bisa melakukan
implementasi/tindakan keperawatan bagi keluarga dalam mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
4.5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dalam pelaksanaan dalam keperawatan
sesuai dengan rencana serta implementasi yang telah dilaksanakan. Adapun evaluasi
60
yang ada pada tinjauan teoritis (Jenny M Purba, Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi, 2009, hal 98-99) terdiri dari 4 yaitu:
1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah.
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan kesenjangan yaitu pada keluarga
klien, dimana penulis tidak dapat mengevaluasi usaha keluarga di rumah berhubung
karena keluarga klien tidak pernah datang mengunjungi klien di RSJ, sehingga pada di
implementasi pun penulis tidak melakukkan tindakan keperawatan pada keluarga
klien. Tapi, ketiga evaluasi pada teoritis tercapai pada tinjauan kasus
61
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dibuat oleh penulis, antara lain:
1. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan cara
mengumpulkan data secara langsung pada klien dengan cara wawancara dan
observasi yang penuh dengan empati pada klien.
2. Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan masalah-masalah yang
ditemukan pada klien.
3. Perencanaa disusun sesuai dengan masalah yang dihadapi klien yang
bertujuan untuk memecahkan masalah klien.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan bersadarkan perencanaan yang
telah disusun.
5. Untuk mempercepat peyembuhan klien sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga serta lingkungan yang dapat menerima agar klien tidak merasa
diasingkan.
5.2. Saran
Adapun saran dari penulis, yaitu:
1. Dalam melakukan pengkajian, hendaklah perawat melakukan pendekatan
kepada individu yang ramah dan penuh persahabatan serta membina
hubungan saling percaya.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran hendaklah dilakukan dengan kooperatif.
3. Hendaklah perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan sesuai
dengan usaha yang harus dipecahkan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan hendaklah dilibatkan klien secara
langsung.
62
5. Disampaikan kepada keluarga klien agar dapat menyisihkan waktu untuk
mengunjungi klien selama dirawat di RSJ. Medan.
6. Perlu adanya proses keperawatan yang berkesinambungan
63
DAFTAR PUSTAKA
Purba JM,dkk(2009).Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa .Edisi 1.USU Press: Medan
Ermawati Dalami, 2009.Asuhan keperawatan jiwa.Edisi 1.TIM :Jakarta .
Karminata .2010 .gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran .Diakses tanggal 23 oktober 2011. http://karminata.blogspot.com/2010/06/gangguan-sensori-persepsi-halusinasi.html
Recommended