View
213
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
indonesia dalam ACFTA
Citation preview
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 1/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 105
KESIAPAN USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA
DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN PASAR TUNGGAL
ASEAN 2015
Dean Y. Affandi
Staf Pengajar, Universitas Indonesia
Email: bpkdean@gmail.com
Abstract
The contribution of small scale industries (SMEs) to the national
development of Indonesia is signi icant. The SMEs’ role is sometimes
vital, so it is necessary for the government to support their business.
The government has to take the role of issuing policies and building
infrastructure that support the industries in general, and particularly
the SMEs. The 2015 ASEAN single market would be a good opportunity for Indonesia to develop stronger and more competitive SMEs, but, the
government is still to work hard from now on to convert the opportunity
into bene its for the SMEs.
Kata Kunci: Perdagangan Bebas, UKM, infrastruktur, masyarakat
ekonomi ASEAN
PendahuluanI.
Liberalisasi Perdagangan telah meningkatkan interpendensi dan
intensitas kerjasama antar negara, namun pada saat yang sama juga
meningkatkan iklim kompetisi secara global. Selama beberapa dekadeterakhir ini, tren regionalisme semakin meningkat, terutama dalam
kerangka kerjasama ekonomi.Integrasi ekonomi regional ASEAN
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 2/19
106
diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian kawasan
secara menyeluruh.
Sebagai stabilisator perekonomian nasional maupun regional,
sektor UKM akan menghadapi tantangan yang lebih berat, terutama
dari kalangan pengusaha asing. Dalam pembahasan tentang UKM,
kesuksesan Cina dalam mengembangkan sektor UKM-nya secara
global tidak dapat dikesampingkan, integrasi ekonomi ASEAN juga
tidak terpisahkan dari peran Cina. Di satu sisi, integrasi ekonomi akan
meningkatkan iklim kompetisi regional, namun di sisi lain integrasi
ekonomi juga perlu direalisasikan untuk menghadapi pengaruh
ekonomi Cina di kawasan terutama sejak dimplementasikannyaperjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) sejak Januari
2010.
Dalam rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN, terdapat empat
karakterisitik utama, yaitu kebebasan arus barang dan jasa,
kebebasan arus tenaga kerja dan kebebasan arus modal. Penerapan
pasar tunggal ini dapat dipandang sebagai peluang (bertambahnya
pangsa pasar) sekaligus ancaman (banjirnya produk asing yang lebih
kompetitif) bagi kalangan usaha domestik, terutama sektor UKM.
Apabila dilihat dari sudut pandang kebijakan, daya saing sektorUKM Indonesia secara regional masih lebih rendah dibanding
sektor UKM Thailand dan Malaysia. Jika ingin bertahan dalam
kompetisi regional maka Pemerintah Indonesia dapat mengikuti
pengembangan sektor UKM Cina yang didukung penuh oleh negara,
Indonesia perlu merumuskan cetak biru dan strategi pengembangan
UKM yang lebih selaras dengan prinsip liberalisasi perdagangan.
Sekilas Mengenai UKM NasionalII.
Banyak kalangan di Inonesia yang menyatakan sikap pesimis terhadap
peluang dan daya saing Indonesia dalam liberalisasi perdagangan,
khususnya dalam menghadapi Cina dan Pasar Tunggal ASEAN 2015.Pada umumnya, usaha besar sudah memiliki akses terhadap sarana
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 3/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 107
dan prasarana industri yang kondusif, sehingga lebih berpeluang
untuk meraih keuntungan dari mekanisme Pasar Tunggal. Nilai
ekspor non-migas dari sektor usaha besar mencapai 79,72 persen
pada tahun 2005 (BPS, 2007). Dengan demikian, peran usaha besar
dalam perdagangan internasinal Indonesia cukup signiikan. Namun,
perlu digarisbawahi bahwa jumlah perusahaan yang tergolong usaha
besar di Indonesia hanya 0,02 persen dari total usaha domestik.
Sebagian besar unit usaha di Indonesia (99,98 persen) tergolong
jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (BPS, 2007).
Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor UKM Indonesia tahun2010, mencapai 95,53 persen terhadap jumlah total lapangan
kerja yang tersedia. Pada tahun 2010, sektor UKM Indonesia
menyumbangkan 54,2 persen dari total PDB (produk Domestik Bruto)
nasional, sementara sisanya, yaitu sekitar 46,7 persen merupakan
kontribusi sektor Usaha Besar. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pemberdayaan UKM merupakan salah satu faktor yang signiikan
bagi perekonomian nasional, terutama dalam menjaga kestabilan
sosial dalam negeri. Potensi UKM dalam menyediakan lapangan
pekerjaan dan peran UKM dalam pembagunan perekonomian
nasional merupakan beberapa aspek penting yang melatarbelakangi
perlunya pengembangan dan pemberdayaan UKM di Indonesia.
Stiglitz (2005) mengemukakan bahwa usaha kecil seringkali berperan
sebagai tulang punggung masyarakat, maka keberadaan dan
perkembangannya layak mendapatkan perhatian pemerintah. Dalam
hubungan antara UKM nasional dan perdagangan internasional,
Pasar Tunggal ASEAN 2015 dapat dilihat sebagai peluang sekaligus
tantangan tersendiri bagi sektor UKM dalam negeri.
Peluang, karena konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015 sebagai single
market dan single production base memberikan kesempatan bagi
sektor UKM untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas
melalui perusahaan-perusahaan multinasional. Hal ini berarti,Pasar Tunggal ASEAN memberikan kesempatan bagi UKM nasional
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 4/19
108
untuk meningkatkan peran, bukan hanya sebagai produsen tunggal,
tetapi juga sebagai supplier dan mitra kerja bagi perusahaan-
perusahaan multinasional. Selain kebutuhan terhadap berbagai
fasilitas pendukung, faktor utama yang menetukan keberhasilan
pengembangan UKM adalah negara dengan mengupayakan kebijakan
pemerintah yang mampu meningkatkan daya saing UKM dalam
negeri.
Dalam pembahasan mengenai UKM sebagai aktor ekonomi (Non-State
Enterprise) internasional, success story Cina dalam pemberdayaan
UKM tidak dapat dikesampingkan. Pada tahun 2005 kontribusi sektorUKM Cina terhadap perolehan ekspor mencapai 68,3 persen, yang
meliputi industri pakaian jadi, kerajinan dan mainan anak (Danmex
China Business Resource, 2006). Masih terbatasnya akses modal,
teknologi dan informasi merupakan sebagian kecil hambatan yang
masih dihadapi oleh sektor UKM nasional dalam persaingan dengan
Cina dan negara ASEAN lainnya.
Dalam hal ini, upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing sektor
UKM, kebijakan dan insentif yang dikeluarkan oleh pemerintah
merupakan faktor yang paling berpengaruh. Seiring dengan komitmen
pemerintah untuk turut serta dalam wacana penerapan Pasar Tunggal
ASEAN dan pelaksanaan ACFTA, sebenarnya sudah sampai manakahkesiapan sektor UKM nasional dalam menghadapi tantangan global ini?
Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Peran Sektor UKMIII.
dalam Perekonomian Nasional
Dari tahun ke tahun, peran UKM Indonesia terhadap perolehan
PDB nasional cenderung stagnan, bahkan pada tahun 2009 sempat
mengalami sedikit penurunan. Kontribusi sektor UKM pada PDB
nasional tahun 2010 tercatat 53,85 persen sementara pada tahun
2009 tercatat sebesar 53,67 persen. Dalam perolehan PDB nasional,
kelompok usaha kecil memberikan kontribusi yang lebih besar
dibandingkan dengan usaha menengah, yaitu 37,62 persen untuk usaha kecil dan 15,55 persen untuk usaha menengah. Selebihnya,
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 5/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 109
yaitu 46,83 persen merupakan kontribusi kelompok usaha besar.
Dalam perolehan nilai ekspor nasional tahun 2010, sektor UKM
memberikan kontribusi sebesar 15,70 persen dengan perincian 3,89
persen dari kelompok usaha kecil dan 11,81 persen dari kelompok
usaha menengah. Selebihnya yaitu sekitar 84 persen disumbangkan
oleh kelompok usaha besar (Kemenneg KUKM, 2011).
Sebanyak 99,98 persen jumlah usaha di Indonesia berasal dari sektor
UKM, pada tahun 2010, sektor UKM menyerap 96,18 persen dari total
angkatan kerja nasional. Sektor pertanian, perikanan, perhutanan
dan peternakan memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan
lapangan kerja dikelompok usaha kecil.Sementara itu dari kelompok
usaha menengah, kontribusi terbesar bagi penyediaan lapangan kerja
berasal dari sektor industri pengolahan (Kemenneg KUKM, 2011).
Pada tahun 2009, kontribusi sektor UKM terhadap perolehan investasi
nasional mencapai Rp. 303,52 triliun atau sebesar 45,99 persen dari
total nilai investasi. Pada tahun 2010, peran sektor UKM dalam nilai
investasi nasional mengalami kenaikan sebesar Rp. 67,68 triliun,
sehingga kontribusi UKM terhadap pembentukan investasi nasional
mencapai 46,22 persen dari total nilai investasi. Sektor industri yang
memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan nilai total investasi
di Indonesia adalah usaha pengangkutan dan komunikasi (KemennegKUKM, 2011).
Secara umum, pengembangan sektor UKM di Indonesia tidak
terpisahkan dari koperasi. Pemerintah membentuk Kementerian
Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2001. Tugas utama
Kementerian Negara UKM adalah membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi kebijakan dibidang koperasi
dan UKM. Dalam merumuskan Renstra Kementerian Negara UKM
(Tabel 1), pemerintah sudah menyadari bahwa sektor UKM memiliki
peranan penting dalam ketahanan ekonomi nasional. Sektor UKM
menyediakan lapangan pekerjaan bagi segala lapisan masyarakat,
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat membantu tercipatanya pemerataan distribusi pendapatan.
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 6/19
110
Tabel 1. Arah Kebijakan Rencana Strategis
Kementerian Koperasi dan UKM Periode 2009-2014Arah Kebijakan Indikator Kebijakan
1. Mengembangkan sektor
UKM dan usaha mikro
Kontribusi sektor UKM yang•
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan daya saing
Kontribusi usaha mikro dalam•
meningkatkan pendapatan
pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah
2. Memperkuat aspek kelembagaan dengan
menerapkan prinsip good
governance dan berwawasan
gender
Memperluas akses kepada sektor•
perbankan
Memperbaiki lingkungan usaha•
dan menyederhanakan prosedur
perizinan
Memperluas dan meningkatkan•
kualitas institusi pendukung
3. Memperluas basis dan
kesempatan usaha untuk
mendorong peningkatan
ekspor dan lapangan kerja
Meningkatkan kolaborasi antara•
tenaga tenaga kerja terampil
dan terdidik melalui penerapan
teknologi
Mengembangkan sektor UKM•
agribisnis dan agroindustri melalui
pendekatan cluster
Meningkatkan peran UKM dalam•
industrialisasi, linkage antar
industri, percepatan alih teknologi
dan peningkatan kualitas SDM
4. Meningkatkan peran UKM
sebagai produsen
Memenuhi kebutuhan masyarakat dan
bersaing dengan produk impor
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 7/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 111
5. Membangun lembaga
koperasi
Membenahi tatanan kelembagaan•
koperasi di tingkat makro,
meso, mikro untuk menciptakan
lingkungan usaha yang kondusif
bagi koperasi
Melindungi koperasi dari iklim•
persaingan yang tidak sehat
Meningkatkan pemahaman dan•
kepedulian stakeholders terhadap
kemajuan koperasi
Meningkatkan kemandirian•
koperasi
Sumber: Menneg KUKM. Rencana Strategis Kementerian Koperasi
dan UKM 2009-2014
Sejak tahun 1994, setidaknya 16 kebijakan yang berhubungan
dengan KUKM telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan-
kebijakan tersebut dirumuskan dalam bentuk peraturan pemerintah,
keputusan presiden, peraturan presiden dan instruksi presiden.
Dalam Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM 2009-2014,
tercantum puluhan kebijakan dan program pengembangan KUKM,
namun Renstra tersebut belum dapat dikategorikan sebagai cetak
biru pengembangan UKM. Tidak adanya petunjuk teknis pelaksanaankebijakan yang jelas dan terarah merupakan salah satu permasalahan
yang dihadapi oleh sektor UKM.
Perumusan Renstra tersebut tidak secara otomatis mendorong
koordinasi antar departemen, karena sifatnya eksklusif dan
tidak mengindikasikan adanya pembagian tugas yang jelas
antar departemen, baik pusat maupun daerah. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia pada dasarnya, belum
memiliki grand strategy dalam pengembangan UKM.
Dari sudut pandang makro ekonomi UKM, kinerja sektor UKM
Indonesia dapat dikatakan cukup baik dalam perolehan PDB nasional,
namun belum optimal dalam kegiatan perdagangan internasional.
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 8/19
112
Tabel 2 ini menunjukkan perbandingan penyerapan tenaga kerja oleh
sektor UKM, kontribusi UKM terhadap PDB nasional dan kontribusi
UKM terhadap perolehan ekspor nasional di Cina, Thailand, Malaysia
dan Indonesia. Di antara keempat negara tersebut, sektor UKM
Indonesia merupakan penyedia lapangan kerja terbesar, namun
memiliki kontribusi yang paling rendah terhadap nilai perdagangan
(ekspor) internasional. Kondisi tersebut menunjukkan rendahnya
produktiitas sektor UKM Indonesia. Sektor UKM Indonesia juga
masih sangat mengandalkan pasar dalam negeri sebagai target
pemasaran utama. Sementara itu sektor UKM Cina, merupakan
sektor UKM dengan kinerja terbaik dalam aktiitas perdaganganinternasional. Di kawasan Asia Tenggara, kinerja UKM Thailand dan
Malaysia dapat dikatakan masih lebih baikd dibandingkan dengan
sektor UKM Indonesia.
Tabel 2. Perbandingan Indikator Makro UKM
Cina, Thailand, Malaysia dan Indonesia
Sektor
UKM
Proporsi
UKM
terhadap
Total Unit
UsahaNasional
Penyerapan
Tenaga Kerja
Persentase
terhadap
PDB
Nasional
Persentase
terhadap
Nilai
Ekspor
Nasional
China 99% 75% 60% 68.3%
Thailand 99.5% 80.4% 37.8% 29%
Malaysia 60% s/d 70% 56% 32% 19%
Indonesia 99.98% 96.18% 53.3% 15.70%
Selain kenyataan diatas, tingkat daya saing Indonesia baik di level
regional maupun dalam system internasional belum dapat menyamai
daya saing Thailand dan Malaysia. Tabel 3 menunjukkan daya saing
Thailand, Malaysia dan Indonesia dalam kurun waktu 2001 hingga
2006.
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 9/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 113
Tabel 3. Global Competitiveness Index Thailand, Malaysia
dan Indonesia periode 2001-2006
Negara Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Thailand 38 37 32 34 33 35
Malaysia 37 30 29 31 25 26
Indonesia 55 69 72 69 69 50
Sumber: World Economic Forum. http://www.weforum.org
(diakses tanggal 3 Mei 2011)
Hambatan Politis dalam Pengembangan UKM diIV.
Indonesia
Timberg (2000) menyatakan bahwa hambatan pengembangan UKM
di Indonesia justru disebabkan oleh sistem birokrasi dan situasi
ekonomi politik dalam negeri yang kurang kondusif. Tidak adanya
cetak biru pengembangan UKM yang konsisten membuat setiap kali
terjadi pergantian kabinet dapat menciptakan kebijakan-kebijakan
baru yang menyebabkan return to zero starting point , tidak ada
kesinambungan kebjiakan antar periode pemerintahan. Timberg(2000) dalam artikelnya kembali menyatakan bahwa penyusunan
kebijakan pengembangan UKM di Indonesia dipenuhi dengan
kompetisi dan kepentingan-kepentingan politik yang melibatkan
partai politik, interest group, akademisi dan institusi-institusi.
Disebabkan sektor UKM belum memiliki wadah organisasi atau
himpunan yang solid, para praktisi UKM mengandalkan organisasi-
organisasi ini sebagai sarana aspirasi. Namun lebih lanjut, organisasi
atau institusi-institusi yang mewakili UKM tersebut juga saling
berkompetisi untuk menggolkan kepentingannya masing-masing
(Timber, 2000). Dengan kata lain, kebijakan pengembangan UKM
di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai pihak dengan kepentingan
politik yang terpecah-belah. Konsentrasi untuk mengamankankekuasaan mengakibatkan depolitisasi kebijakan sulit dicapai.
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 10/19
114
Hasil penelitian Timberg mengindikasikan bahwa setiap institusi
(organisasi) mengadakan program pemberdayaan UKM dengan
tujuan untuk mendapatkan jatah dana APBN, dana perbankan,
publisitas dan client baru dalam pelaksanaan proyek. Setiap institusi
saling berkompetisi untuk mendapatkan persentase keuntungan
material dan dukungan politik. Pemerintah pusat melalui beberapa
instansinya telah berupaya meningkatkan koordinasi antar institusi
terkait, namun karena tidak ada “keuntungan” yang dapat diperoleh
institusi (secara individu) melalui koordinasi, ada semacam
keengganan untuk meningkatkan kolaborasi dan kerjasama internal.
Penelitian lain yang dilakukan oleh ADB ( Asian Development Bank )tahun 2002 juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu terdapat
banyak program promosi peningkatkan ekspor produk UKM yang
saling tumpah tindih antar institusi dan lembaga pemerintah (Sandee
dan Ibrahim, 2002). Hal tersebut merupakan salah satu penghambat
utama dalam peningkatan daya saing sektor UKM dalam negeri.
Persoalan lainnya yang perlu dikaji lebih lanjut adalah desentralisasi
dan implikasinya bagi upaya pengembangan sektor UKM nasional.
Di satu sisi, penerapan otonomi daerah memungkinkan pemerintah
daerah setempat untuk merumuskan kebijakan pengembangan UKM
yang lebih spesiik, disesuaikan dengan karakteristik industri UKMyang beroperasi di wilayah tersebut. Namun, di sisi lain, desentralisasi
dapat mempersulit upaya konsolidasi dan kooordinasi antar institusi,
karena akan semakin banyak lembaga dan kepentingan politik yang
terlibat dalam pemberdayaan UKM. Mengenai hal tersebut, Timberg
(2000) berpendapat bahwa otonomi daerah dapat mendorong politisi
untuk lebih memperhatikan kepentingan masyarakat setempat,
namun desentralisasi juga dikhawatirkan dapat mendorong
pemerintah daerah untuk lebih mengambil “keuntungan” dari sektor
UKM.
Sementara itu, hasil penelitian lainnya mengindikasikan bahwa
secara umum, kebijakan inansial yang dikeluarkan oleh pemerintah
kota dan kabupaten tidak mempengaruhi pengembangan sentraUKM di daerah tersebut secara signiikan (Deputi Bidang Pengkajian
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 11/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 115
Sumberdaya UKMK, 2006). Dengan demikian, upaya pemberdayaan
UKM di daerah masih sangat dipengaruhi oleh peran dan strategi
pemerintah pusat. Sementara itu program dekonsentrasi kebijakan
juga masih perlu dikaji lebih lanjut, karena untuk mewujudkan
sektor UKM domestik yang berdaya saing regional dibutuhkan grand
strategy yang jelas, serta kolaborasi dan koordinasi yang sinergis
antara pemerintah pusat dan daerah.
Terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebangkitan
Ekonomi Cina: Saatnya bagi Sektor UKM Nasional Mengambil
Kesempatan?
Rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN selain memberikan
peluang yang lebih luas dalam memperoleh pangsa pasar, akses
terhadap teknologi dan kemudahan pengembangan usaha, Pasar
Tunggal ASEAN juga membawa tantangan tersendiri bagi sektor
UKM dalam negeri. Berhasil atau tidaknya pemerintah Indonesia
dalam menghadapi tantangan ini akan berdampak langsung terhadap
keberlangsungan sektor UKM dalam negeri.
Tantangan pertama, meningkatnya iklim kompetisi regional karena
pada dasarnya negara-negara di kawasan memiliki produk-produk unggulan yang bersifat non-komplementer. Kondisi tersebut
menyebabkan kalangan industri dan usaha di ASEAN memperebutkan
pangsa pasar yang sama.
Kedua, dengan prinsip kebebasan arus barang dan jasa, Pasar
Tunggal ASEAN juga berpotensi mendorong banjirnya produk impor
di pasar domestik, bukan hanya dari negara-negara kawasan ASEAN
tetapi juga produk impor dari Cina. Apabila sektor usaha domestik
mengeluarkan produk yang kalah saing, mekanisme Pasar Tunggal
justru akan mengancam keberlangsungan industri dalam negeri.
Ketiga, Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar di
ASEAN, sehingga bertambahnya pangsa pasar bagi Indonesia dalamPasar Tunggal ASEAN kurang signiikan bila dibandingkan dengan
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 12/19
116
potensi petumbuhan pangsa pasar bagi Negara anggota lainnya.
Proyeksi pertumbuhan pasar bagi Indonesia merupakan yang
terendah di ASEAN, yaitu sebesar 134 persen, sementara Malaysia
2000 persen, Thailand 717 persen dan Singapura 14.600 persen
(Koesoema, 2002).
Dari simulasi tersebut, tampak bahwa peluang Indonesia untuk
menguasai pangsa pasar regional menjadi lebih sulit, terutama bila
dibandingkan dengan pemain regional dengan GDP per kapita yang
lebih besar seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Kurangnya daya
saing kalangan usaha dalam negeri menjadikan Indonesia sebagaisasaran empuk pemasaran produk dan jasa-jasa di ASEAN.
Ketiga tantangan tersebut, mengharuskan sektor usaha untuk
mulai mengarahkan kebijakan yang bersifat outward looking
dan mempelajari perilaku konsumen dalam mendesain produk-
produknya, baik konsumen domestik maupun konsumen regional.
Keempat,berhubungan dengan akses inansial dan teknologi informasi
dan komunikasi (ICT). Akses inansial merupakan salah satu kunci
terpenting dalam kesuksesan UKM, namun sektor UKM Indonesia
masih mengalami hambatan memperoleh akses modal, terutama dariinstitusi pemerintah dan perbankan nasional. Rendahnya akses UKM
terhadap lembaga formal bukan hanya disebabkan oleh factor lokasi
namun juga terbentur pada aspek legalitas usaha dan administrasi.
Dalam upaya pengembangan UKM, perlunya penerapan ICT tidak
dapat dikesampingkan. Dengan ICT, UKM dapat meningkatkan
eisiensi dan efektivitas pemasaran secara lebih mandiri, namun
tingkat penggunaan ICT Indonesia masih merupakan salah satu yang
terendah di level ASEAN.
Meningkatnya kompetisi dari kalangan usaha manca negara,
masih belum diiringi oleh upaya peningkatan daya saing industri
domestik yang optimal. Ketika sektor industri negara-negara lainsudah mampu bersaing secara regional. Sektor usaha dalam negeri
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 13/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 117
masih menghadapi kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar
domestik yang kini juga menjadi target pasar sektor industri asing.
Pemerintah Indonesia harus dapat melihat celah pasar potensial di
tingkat domestik maupun regional, kebijakan pro aktif dan strategi
yang tepat sasaran merupakan gerbang utama yang dapat mendorong
peningkatan daya saing UKM secara regional.
Dalam menjawab tantangan diatas, sektor UKM dengan dibantu oleh
pemerintah, perlu lebih mengupayakan pengembangan usaha secara
internasional tanpa meninggalkan pasar domestik. Ada beberapa
hal yang kiranya dapat dijadikan sebagai landasan cetak birupengembangan UKM nasional. Pertama, mempromosikan potensi
yang dimiliki koperasi sebagai sumber pengadaan biaya bagi sektor
UKM di daerah-daerah pedesaan. Disamping itu, pembentukan Bank
UKM nasional juga perlu untuk dipertimbangkan, karena institusi
perbankan lebih dapat diandalkan sebagai sumber modal bagi
kalangan usaha.
Kedua, mengembalikan kontrol pemerintah pusat terhadap
perumusan kebijakan UKM dan proses implementasi daerah. Dalam
hal ini, dekonsentrasi kebijakan UKM dalam rangka desentralisasi
(otonomi daerah) perlu ditinjau ulang, karena berdasarkanpengalaman pemerintah Cina dalam menangani UKM, peran
negara amat dibutuhkan. Ketiga, pemerintah Indonesia perlu
mempererat hubungan antara sektor swasta dan pemerintah,
serta mempublikasikan informasi mengenai kebijakan UKM
secara transparan, jelas dan komunikatif sehingga dapat dijangkau
oleh berbagai kalangan masyarakat. Keempat , pemerintah perlu
mengambil pelajaran dari strategi branding Malaysia di forum-forum
internasional, pemerintah harus secara aktif ‘memperkenalkan’ diri
khas budaya dan produk-produk Indonesia. Kelima, pemerinta perlu
merestrukturisasi program-program pengembangan sentra UKM
yang selama ini belum dikelola secara optimal.
Cetak biru UKM nasional perlu dirancang sedemikian rupa agar
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 14/19
118
dapat dijadikan sebagai acuan program pengembangan UKM bagi
seluruh instansi dan lembaga yang terkait dengan pengembangan
UKM. Blueprint UKM yang terintegrasi juga dapat meminimalkan
resiko ‘timpang tindih’ kebijakan antar instansi pemerintah.
Kerjasama ASEAN-Cina dan implikasinya terhadapV.
Sektor UKM nasional
Pengaruh Cina di ASEAN semakin meningkat dengan
diimplementasikannya ACFTA, kerjasama ini dapat memberikan
kesempatan yang lebih besar bagi ASEAN dalam memperluas pangsapasarnya. Sementara itu, keberhasilan Cina dalam mengembangkan
sektor UKM-nya dapat menjadi semacam faktor pendorong dalam
pemberdayaan UKM di ASEAN. Namun demikian, faktor kekuatan
ekonomi Cina juga menghadirkan beberapa tantangan bagi negara-
negara ASEAN secara regional.
Pertama, Cina merupakan pesaing terberat ASEAN dalam memperoleh
FDI.Sejak tahun 1996, Cina menggeser posisi ASEAN sebagai tujuan
utama investasi asing dalam kelompok negara-negara berkembang.
Cina juga sudah tumbuh sebagai bagian dari jaringan produksi global.
Peran Cina dalam global supply chain dan kerjasama ACFTA dapat membuka peluang bagi ASEAN untuk bersama-sama dengan Cina
berperan sebagai basis produksi regional yang berpengaruh dalam
system internasional.
Kedua adalah ‘perseteruan’ politik yang terjadi di ASEAN dapat
mengurangi potensi integrasi ASEAN dan lebih jauh, mengurangi daya
tawar ASEAN secara regional, baik dalam menghadapi Cina maupun
dalam forum internasional. Kebijakan Cina dalam mengorbankan
‘ego’ politik dan perseteruan ideologinya dengan negara-negara
barat, terbukti dapat mendukung kemajuan pembangunan Cina
di tingkat domestik. Pemerintah Cina telah menyadari bahwa
untuk memperoleh manfaat dari era globalisasi, aspek-aspek yangberkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, kerjasama
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 15/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 119
antar negara, kemajuan teknologi dan modernisasi harus lebih
didahulukan.
Ketiga, dalam menghadapi ASEAN, Cina tidak hanya menggagas
pembentukan ACFTA, namun juga merencanankan FTA bilateral
dengan beberapa anggota ASEAN. Selama integrasi ekonomi belum
terwujud, kerjasama bilateral yang lebih menguntungkan bagi
negara-negara ASEAN secara individu, tentu dapat dengan mudah
diprioritaskan. Keempat, deisit perdagangan Cina dengan negara-
negara ASEAN+5 telah meningkatkan kepentingan ASEAN untuk
‘mempertahankan’ Cina. Kondisi tersebut dapat mendorong negara-
negara ASEAN untuk berjalan ‘sendiri-sendiri’ dan mengedepankankepentingan individu karena adanya ‘persaingan’ untuk menguasai
‘pasar’ Cina. Di sisi lain, ketergantungan ASEAN terhadap ‘pasar’ Cina
juga dapat memperkuat dominasi Cina di kawasan.
Hubungan perdagangan Cina-ASEAN bersifat non-komplementer,
hal ini membawa kita pada tantangan kelima, produk-produk Cina
pada umumnya bersifat labor intensive, low value added part of
production dan low prices. Tantangan-tantangan yang ada ini perlu
dijawab oleh ASEAN dengan mendukung pengembangan UKM
sebagai salah satu upaya untuk dapat berhadapan dengan Cina.
Dominasi ekonomi CIna perlu diantisipasi dengan memperkuat komitmen negara-negara ASEAN dalam integrasi ekonomi. ASEAN
juga perlu mempersiapkan strategi yang lebih bersifat praktis,
dalam hal ini konsep perencanaan dan mekanisme implementasi
Regional Production Network (RPN) perlu diupayakan secara
maksimal dalam rangka mengupayakan komplementerisasi
kawasan dalam menghadapi dominasi ekonomi Cina. Indonesia
bersama-sama dengan Thailand dan Malaysia dapat berperan
sebagao pelopor dalam upaya merealisasikan Jaringan Produksi
Regional (RPN) UKM yang terintegrasi di kawasan Asia Tenggara.
Langkah ke Depan bagi UKM Nasional dalam menghadapiVI.
Regionalisme
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 16/19
120
Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan, seperti Pasar Tunggal
ASEAN, dominasi ekonomi Cina dan tantangan untuk mengedepankan
kepentingan nasional, Indonesia masih perlu meningkatkan daya
saingnya. Sektor UKM belum mendapatkan prioritas dalam cetak
biru perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia belum
memiliki visi pembangunan yang berkesinambungan dan mandiri,
sehingga terus menerus mengalami ketergantungan terhadap
investasi asing. Sebagai perbandingan, Malaysia dan Thailand telah
memiliki strategi pembangunan yang jelas dan terarah, sehingga
lebih siap dalam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN. Indonesia juga
perlu memanfaatkan ASEAN sebagai sarana yang efektif dalammembendung kekuatan ekonomi Cina, Indonesia dapat berperan aktif
sebagai ‘leader’ ASEAN seperti yang dilakukan selama tahun 2011 ini.
Hubungan perdagangan intra-ASEAN yang bersifat komplementer
dapat dimanfaatkan untuk menghadapi produk-produk unggulan
Cina yang bersifat non-komplementer terhadap ASEAN.
Kesempatan Indonesia untuk meraih kesuksesan dari liberalisasi
perdagangan di level regional ASEAN, akan sangat tergantung pada
kemampuan pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor
usaha domestik, terutama kalangan usaha kecil dan menengah.
Dengan demikian, cetak biru UKM nasional perlu segera dirumuskanagar tercipata koordinasi yang berkesinambungan antar institusi
pemerintah baik pusat maupun daerah. Selanjutnyam diperlukan
benchmark nasional untuk menyeragamkan dan meningkatkan daya
saing produk domestik agar sesuai dengan standarisasi regional dan
internasional.
Dalam perumusan konsep pembangunan nasional, diperlukan
cara pandang secara holistik, yaitu dengan merubah paradigma
pembangunan tradisional menjadi lebih pragmatis. Paradigma
pembangunan nasional (ND) tradisional yang secara umum
merupakan fungsi dari MNCs (M), Industri Minyak dan Gas Bumi (MG),
International Institution seperti IMF dari World Bank (II), Political Gain(PG), Kepentingan Kelompok (GI), Desentralisasi dan Dekonsentrasi
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 17/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 121
Kebijakan (DD), dan Ego Politik / Konfrontasi Regional (RC); perlu
ditinjau ulang dengan mempertimbangkan aspek-aspek praktis dan
pragmatis, sehingga paradigma baru pembangunan nasional. Secara
umum ND merupakan fungsi dari Pengembangan UKM dan Usaha
Berbasis Masyarakat (UKM), Industri Non-Migas (NMG), Fokus pada
Regional Institution (RI), Political Reliance / Clean Government (PR),
Kesejahteraan Sosial / Kepentingan Nasional (NI). Sentralisasi dan
Konsentrasi Kebijakan (SK), Political Will / Kerjasama Regional
(RCo), Perbaikan Infrastruktur (PI), Peningkatan Pendidikan (E),
Law Enforcement (LE), Perbaikan Akses Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT). Dengan kata lain, perlu ada perubahan paradigmapembangunan perekonomian nasional dari formula matematika:
NDt = t (M, MG, II, PG, GI, DD, RC) (1)
menjadi:
ND = t (UKM, NMG, RI, PR, NI, SK, Rco, PI, E, LE, ICT) (2)
Cara pandang holistik dan pragmatis tersebut dapat dikatakan lebih
relevan dan sinergis dengan kepentingan pembangunan nasional dan
keikutsertaan negara dalam liberalisasi ekonomi. Dalam menghadapi
perkembangan pembangunan ekonomi China dan Pasar Tunggal
ASEAN 2015, Indonesia perlu mengejar ketertinggalannya dari
negara – negara, terutama dalam hal peningkatan daya saing. Belajardari kesuksesan China, Thailand, dan Malaysia, upaya pengembangan
sektor usaha domestik bukan merupakan persoalan teknis semata,
namun juga sangat dipengaruhi oleh factor kepemimpinan serta
stabilitas social-ekonomi-politik dalam negeri.
-oooOooo-
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah. 2007. Indikator Makro UKM 2007. BRS
No.17/03/Th.X (16 Maret 2007)Danmex China Business Resource. 2011. China SMEs Crucial to
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 18/19
122
Transnational Corporation’s World Industrial Chain. http://
www.danmex.org (diakses tanggal 2 Mei 2011)
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. 2006. Pengkajian
Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah yang Berbasis
Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Pengkajian Koperasi dan
UKM Nomor 2 Tahun I-2006
Koesoma, Bambang Warih. 2002. Indonesia dalam Proses
Globalisasi Berkaitan dengan Kesiapan Menghadapi AFTA,
Strategi Pemberdayaan UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
dan Penegakan Sistem Hukum (ekonomi)/Law Enforcement.
dalam Dialog Publik Strategi Pemberdayaan Usaha KecilMenengah dalam Menghadapi AFTA melalui Penegakan Sistem
Hukum Ekonomi Indonesia. Dies Natalis Universitas Airlangga
Surabaya, 2002.
Menneg KUKM.2011. Revitalisasi Koperasi dan UKM Sebagai Solusi
Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan: Tahun Ketiga Kinerja
Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2007 http://www.
depkop.go.id (diakses tanggal 2 Mei 2011)
Sandee, Henry dan Buddy Ibrahim. 2002. Evaluation of SME Trade
and Export Promotion in Indonesia: Background Report. (ADB
Technical Assistance 2002)
Stiglitz, Joseph. 2005. Making Globalization Work: The Next Step to
Global Justice. England: Penguin Group.
Timberg, Thomas A. 2000. The Political Economy of SME Development
Policy in Indonesia-the Policy Process, the Facts, and Future
Possibilities. Paper presented at USAID Retreat, Bogor,
Indonesia, 2000
World Economic Forum. 2011. http://www.weforum.org (diakses
tanggal 3 Mei 2011)
5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 19/19
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center 123
Resensi Buku
ASEAN DI TENGAH DINAMIKA REGIONAL
DAN GLOBAL
Bawono Kumoro
Peneliti the Habibie Center
Email: bwnkmr@gmail.com
Judul Buku : Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah
Potret Kerjasama
Penulis : Rahadhian T Akbar (ed)
Penerbit : Pustaka Pelajar dan Pusat Penelitian Politik (P2P)
LIPI
Cetakan : Pertama, Maret 2011Halaman : xxii + 234 halaman
Negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
baru saja menggelar hajatan besar berupa konferensi tingkat
tinggi (KTT) di Indonesia. Penyelenggaraan KTT ASEAN ke-18
di Jakarta, tanggal 7-8 Mei lalu, turut mendapatkan perhatian luas
dunia internasional, tidak hanya dari masyarakat Asia Tenggara.
Memang, ASEAN kini tengah menjadi poros baru yang memikat
negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, Jepang, dan negara-
negara Uni Eropa untuk menjalin kerjasama yang lebih erat.
Di samping itu, asosiasi negara-negara Asia Tenggara ini sedang
Recommended