View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) MENGGUNAKAN
E-FAKTUR WEB-BASED PADA KANTOR
KONSULTAN PAJAK KAMADIE SUMANDA SYAFIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh :
SONIA GINAWATI BR SIMARMATA
C0D018065
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
iv
ABSTRAK
Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui Tata Cara Pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-
Faktur Web-Based Pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis.
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini menggunakan
metode analisis deskritif kualitatif yang menggambarkan keadaaan dari data yang
telah diperoleh, dikumpulkan dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan
dari pihak–pihak yang berhubungan langsung dengan laporan ini. Hasil dari laporan
tugas akhir yang berjudul Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-Faktur Web-Based ini telah
berjalan baik sesuai peraturan yang berlaku sesuai dengan pengumuman Direktorat
Jenderal Pajak melalui website resmi djp.online. Kendala yang dihadapi saat
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menggunakan e-Faktur Web-Based yaitu masalah error pada laman e-Faktur Web-
Based saat login. Masalah ini mengakibatkan harus menunggu beberapa waktu
untuk dapat login kembali.
Kata Kunci : Tata Cara, PPN, Pelaporan, e-Faktur Web Based
v
ABSTRACT
This final report aims to find out Reporting Procedures Periodic Tax Return Value
Added Tax (VAT) Using Web-Based e-Invoices at the Tax Consultant Office of
Kamadie Sumanda Syafis. The writing method used in this final report uses
descriptive qualitative analysis method which describes the situation of the data
that has been obtained, collected in the form of sentence descriptions based on
information from parties who are directly related to this report. The results of the
final project report entitled Reporting Procedures Periodic Tax Return Value
Added Tax (VAT) Using Web-Based e-Invoices it has been running well in
accordance with the applicable regulations in accordance with the announcement
of the Directorate General of Taxes through the official website djp.online.
Constraints faced at the moment Reporting Periodic Tax Return Value Added Tax
(VAT) Using Web-Based e-Invoices, namely the error problem on the Web-Based
e-Invoicing page when logging in. This problem resulted in having to wait some
time to be able to log back in.
Keywords : Procedures, VAT, Reporting, Web-Based E-Invoce
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan cinta
kasih-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul
“Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Menggunakan E-Faktur Web-Based Pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis”. Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada jurusan Perpajakan
Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
Saya menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan. Sehingga dalam proses penyusunan laporan
tugas akhir ini banyak pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, saran-
saran, serta dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Keluarga paling saya sayangi, mamak Risma Rita Theodora Purba, kakak
Marni Yunita Simarmata, ketiga adik saya Oliver Simarmata, Uliver
Simarmata, dan Aditya Simarmata, serta keluarga besar Purba yang selalu
memberikan dukungan dalam situasi apapun. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih dan dedikasikan Laporan Tugas Akhir ini untuk Alm. Bapak saya
Dapot Simarmata.
2. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Jambi.
3. Bapak Dr. H. Junaidi, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi.
vii
4. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., AK., C.A. selaku Ketua
Jurusan Akuntansi.
5. Ibu Nela Safelia, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Perpajakan.
6. Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
7. Ibu Rahayu, S.E., M.SC., AK. selaku Dosen Pembimbing Akhir yang telah
membantu dan membimbing dalam penulisan laporan tugas akhir ini.
8. Bapak Adi Ikhsan Syukri Amri, S.E., M.M. selaku Dosen Pembimbing
Lapangan selama kegiatan magang.
9. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi.
10. Bapak Kamadie Sumanda Syafis,S.E., M.Acc.,BKP.,CA. selaku Pimpinan
Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis sekaligus Instruktur
Lapangan yang sudah memberikan bimbingan dan arahan dalam membantu
menyelesaikan laporan ini.
11. Abang Dimas Agung Ramadhan dan kakak Fadila Ferinluary selaku staf
Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis yang telah memberikan
pengetahuan, bimbingan dan arahan selama magang.
12. Teman-teman terdekat saya Juan Daniel yang menjadi partner dalam segala
hal, Maya Theresia, Lusi Handayani, Aldi Gunawan, dan Eko Bayu Setiawan
yang selalu menemani, membantu, dan memberi dukungan serta waktunya
dalam keadaan apapun.
13. Semua Mahasiswa Diploma III, khususnya Perpajakan F Angkatan 2018.
viii
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, saya telah berusaha sebaik
mungkin untuk mencapai hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga selesainya laporan tugas akhir ini.
Jambi, 24 Juni 2021
Penulis
SONIA GINAWATI BR SIMARMATA
C0D018065
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Masalah Pokok Laporan ....................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................. 6
1.3.1 Tujuan Penulisan .................................................... 6
1.3.2 Manfaat Penulisan .................................................. 6
1.4 Metode Penulisan ................................................................. 7
1.4.1 Jenis Data ............................................................... 7
1.4.2 Metode Pengumpulan Data .................................... 7
1.4.3 Metode Analisis ...................................................... 8
1.5 Waktu dan Lokasi Magang ................................................... 8
1.5.1 Waktu Magang ....................................................... 8
1.5.2 Lokasi Magang ....................................................... 9
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................... 9
x
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 11
2.1 Gambaran Pajak Secara Umum ............................................ 11
2.1.1 Defenisi Pajak......................................................... 11
2.1.2 Dasar Hukum Pajak ................................................ 12
2.1.3 Fungsi Pajak ........................................................... 13
2.1.4 Jenis Pajak .............................................................. 14
2.1.5 Surat Pemberitahuan............................................... 15
2.1.6 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ............................ 17
2.1.7 Hambatan Pemungutan Pajak ................................. 19
2.2 Pajak Pertambahan Nilai ...................................................... 19
2.2.1 Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Pengganti Pajak
Penjualan ................................................................ 19
2.2.2 Defenisi Pajak Pertambahan Nilai .......................... 21
2.2.3 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ................. 23
2.2.4 Objek Pajak Pertambahan Nilai ............................. 24
2.2.5 Subjek Pajak Pertambahan Nilai ............................ 24
2.2.6 Defenisi Pengusaha ................................................ 25
2.2.7 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai............ 26
2.2.8 Saat dan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
................................................................................ 26
2.2.9 Pemungut Pajak Pertambahan Nilai ....................... 27
2.2.10 Faktur Pajak ............................................................ 27
2.2.11 Fungsi Faktur Pajak ................................................ 29
2.2.12 Saat Pembuatan Faktur Pajak ................................. 29
2.2.13 Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan .............. 30
2.3 e-Faktur ................................................................................. 31
2.3.1 Defenisi e-Faktur .................................................... 31
2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur ........................ 31
2.3.3 Kriteria Wajib Pajak Membuat e-Faktur ................ 32
2.3.4 Kewajiban Membuat e-Faktur ................................ 32
2.3.5 Pembaharuan e-Faktur ............................................ 34
2.4 Surat Pemberitahuan PajakPertambahan Nilai ..................... 34
xi
2.4.1 Fungsi Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai
................................................................................ 35
2.4.2 Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan
Nilai ........................................................................ 36
2.5 e-Faktur Web-Based ............................................................. 36
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 37
3.1 Gambaran Umum Instansi Magang ....................................... 37
3.1.1 Sejarah Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda
Syafis ..................................................................... 37
3.1.1 Tugas dan Fungsi Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis ..................................................... 38
3.1.2 Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis ..................................................... 39
3.1.3 Visi dan Misi Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis ..................................................... 39
3.2 Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-Faktur Web-Based
............................................................................................... 41
3.3 Kendala Yang Dihadapi Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-Faktur
Web-Based ............................................................................. 51
BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN ........................................................ 52
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 52
4.2 Saran ...................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54
LAMPIRAN ...................................................................................................... 55
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 71
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Hal
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Sanksi Tidak Menerbitkan Faktur Pajak ...... 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Hal
Gambar 1.1 Penerimaan Perpajakan 2019-2020 ....................... 3
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak
Kamadie Sumanda Syafis ...................................... 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Hal
Lampiran 1 Foto Kegiatan Magang .......................................... 55
Lampiran 2 Contoh Faktur Pajak .............................................. 56
Lampiran 3 Formulir Permintaan Sertifikat Elektronik ............ 57
Lampiran 4 Contoh Bukti Penerimaan Elektronik SPT PPN
status Nihil dan Kuraang Bayar............................. 58
Lampiran 5 Laporan Catatan Harian Magang .......................... 59
Lampiran 6 Riwayat Hidup ....................................................... 71
xv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan
dengan populasi penduduk terbesar keempat didunia. Dengan penduduk yang
begitu banyak, negara Indonesia membutuhkan anggaran untuk pembiayaan belanja
negara dan pembangunan infrastruktur. Dalam Undang–Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara Pasal 11 Ayat (3) disebutkan bahwa “pendapatan
negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah”.
Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat (1) berbunyi,
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar–besarnya kemakmuran rakyat”. Sumber pendapatan negara yang berasal
dari pajak dibagi dalam enam sektor yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
2
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi salah sat penymbang terbesar
pendapatan negara Indonesia. Ini karena PPN dikenakan kepada setiap orang,
berbeda dengan Pajak Penghasilan (PPh) yang hanya dikenakan kepada orang
pribadi atau badan yang memiliki penghasilan.
Gambar 1.1
Penerimaan Perpajakan 2019-2020
PPN baik barang maupun jasa adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
dalam negeri (didalam pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.
Barang dan/atau jasa yang dimaksud adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa
Kena Pajak (JKP). Semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa
Kena Pajak, kecuali jenis barang dan jenis jasa yang diatur dalam Pasal 4A
Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang–Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai. Untuk
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2019 2020 2019 2020
818,6
929,9
592,8
685,9
SUMBER : DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PPh PPN PERTUMBUHAN (%)
9.1 13.6 10.6 15.7
3
barang dan/atau jasa yang merupakan objek pajak dan dikonsumsi dalam daerah
pabean (impor) akan dikenakan tarif PPN sebesar 10%. Sedangkan untuk barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi diluar daerah pabean (ekspor) maka akan dikenakan
tarif PPN sebesar 0%. PPN dikenakan dan disetorkan oleh perusahaan atau
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan disetor
ke kas negara, tetapi untuk pembebanan PPN ditanggung oleh konsumen akhir.
Pengenaan PPN dilaksanakan dengan membuat faktur pajak sebagai bukti
transaksi. Dengan begitu, penyerahan barang dan/atau penyerahan jasa wajib
dibuat faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan
jasa yang terutang pajak. Untuk pengenaan PPN atas penyerahan dan perolehan
BKP dan/atau JKP berkaitan dengan transaksi penjualan dan pembelian, untuk
transaksi penjualan berkaitan dengan PPN Keluaran, sebaliknya untuk transaksi
pembelian berkaitan dengan PPN Masukan. PPN Masukan merupakan PPN yang
dibayarkan oleh pembeli atau penerima BKP atau JKP kepada perusahaan atau PKP
yang menyerahkan BKP atau JKP, dan untuk PPN Keluaran merupakan PPN yang
harus dipungut oleh perusahaan atau PKP yang telah melakukan penyerahan BKP
atau JKP kepada penerima BKP atau JKP.
Jika pada saat pelaporan PPN Keluaran lebih besar dibandingkan PPN
Masukan, maka akan menjadi kurang bayar dan wajib disetorkan ke kas negara.
Tetapi jika PPN Keluaran lebih kecil daripada PPN Masukan, maka akan menjadi
lebih bayar. Jika yang terjadi adalah lebih bayar maka dapat dikompensasikan ke
masa pajak berikutnya atau diretitusi dengan pengembalian kelebihan pembayaran.
4
Sistem perpajakan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan
khususnya di bidang PPN. Dalam pelaporan PPN, dilaporkan menggunakan sistem
faktur elektronik yang disebut e-Faktur atau e-Tax Invoice. Sebelum adanya sistem
pelaporan mengunakan e-Faktur ini, faktur pajak dibuat secara manual oleh PKP
dan pelaporannya dilakukan dengan mendatangi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
secara langsung. Dengan mendatangi KPP secara langsung untuk melaporkan
pajak, ini membutuhkan waktu yang panjang pula. Faktur pajak secara manual ini
juga sering disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
mendapatkan keuntungan. Penyalahgunaan yang sering terjadi di antaranya faktur
pajak fiktif, penerbitan faktur pajak oleh non PKP, dan faktur pajak yang terlambat
diterbitkan. Dengan penyalahgunaan faktur pajak yang sering terjadi ini menjadi
alasan penghapusan faktur pajak secara manual dan diubah dengan menggunakan
sistem e-Faktur. E-Faktur adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak sesuai dengan PER 16/PJ/2014. Aplikasi e-Faktur selalu mengalami
pembaharuan, pembaharuan terakhir melalui pengumuman Nomor PENG-
11/PJ.09/2020 tentang implementasi Nasional Aplikasi e-Faktur 3.0. Penerapan e-
Faktur 3.0 secara nasional sudah berlaku per 1 oktober 2020. Pada aplikasi e-Faktur
3.0 ini tidak hanya memuat pembuatan faktur pajak, tetapi juga bisa untuk melapor
PPN melalui e-Faktur Web-Based.
Salah satu kegiatan perpajakan yang dilakukan pada Kantor Konsultan
Pajak Kamadie Sumanda Syafis adalah pelaporan SPT Masa PPN menggunakan e-
Faktur Web-Based. Wajib pajak yang datang ke Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Tidak
5
jarang, ada pula Wajib Pajak Orang Pribadi yang juga memiliki Badan Usaha dan
telah dikukuhkan sebagai PKP dan wajib memungut juga melaporkan PPN dan
menjadikan Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafs untuk melaporkan
pajaknya sekaligus. Di sisi lain, pembaharuan aplikasi yang dilakukan oleh DJP
masih belum sepenuhnya dapat dipahami oleh seorang PKP untuk melaporkan SPT
Masa PPNnya sendiri dan memilih untuk melaporkan SPT Masa PPNnya pada
Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pembaharuan aplikasi e-Faktur oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Saya menyadari pentingnya memahami pelaporan pajak
khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui e-Faktur Web-Based, maka
saya tertarik untuk membahas Laporan Tugas Akhir dengan judul “TATA CARA
PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN) MENGGUNAKAN E-FAKTUR WEB-
BASED PADA KANTOR KONSULTAN PAJAK KAMADIE SUMANDA
SYAFIS”.
1.2 Masalah Pokok Laporan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi masalah pokok
laporan sebagai berikut:
1. Bagaimana tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan E-Faktur Web-Based di Kantor
Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis?
6
2. Apa saja Kendala yang dihadapi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda
Syafis dalam proses pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) masa menggunakan E-Faktur Web-Based?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakan penulisan laporan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan E-Faktur Web-Based di Kantor
Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis dalam tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan E-Faktur Web-Based.
1.3.2 Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat penulisan laporan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman, pengetahuan dan
berinteraksi dengan dunia kerja.
2. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui tata cara pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan
E-Faktur Web-Based.
7
3. Salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa untuk menyelesaikan
Studi dan mendapat gelar Ahli Madya.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari Kantor
Kosultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis, yaitu data wajib pajak. Sedangkan data
sekunder adalah data yang telah disediakan oleh Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis, yaitu data tentang sejarah kantor, struktur organisasi, visi dan misi
kantor.
1.4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Dalam metode ini data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
langsung pada aktivitas yang dijalankan oleh Kantor Konsultan Pajak
Kamadie Sumanda Syafis yang berkaitan dengan objek penulisan laporan
tugas akhir.
2. Wawancara (Interview)
Kegiatan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada staf ataupun
pegawai di Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis untuk
8
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan tugas
akhir.
3. Berdasarkan data tertulis (Arsip)
Data diperoleh berdasarkan catatan kegiatan atau informasi dari berbagai
macam bentuk yang dibuat oleh lembaga, organisasi, maupun perseorangan.
4. Menelusuri/Mencari (Browsing/Searching)
Proses pencarian data yang berkaitan dengan laporan tugas akhir dengan
menjelajahi dunia maya atau internet.
1.4.3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan
keadaaan dari data yang telah diperoleh, dikumpulkan dalam bentuk uraian kalimat
berdasarkan keterangan dari pihak–pihak yang berhubungan langsung dengan
laporan ini. Hasil analisis tersebut kemudian diinterprestasikan untuk memberikan
gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang diajukan.
1.5 Waktu dan Lokasi Magang
1.5.1 Waktu Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dimulai dari
tanggal 01 Februari 2021 sampai 08 April 2021.
9
1.5.2 Lokasi Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kantor Komsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis yang beralamat di Jalan Multatuli No. 17 RT 02 Mayang
Mangurai, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, Telp: 07413613896
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, pokok pembahasan dibagi menjadi
IV (empat) bab dan masing–masing bab terbagi menjadi beberapa sub bab, adapun
ringkasan isi setiap bab pada laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang penulisan laporan tugas akhir yang
meliputi latar belakang , masalah pokok laporan, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penulisan, waktu dan lokasi magang,
serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori yang digunakan
sebagai dasar untuk mendukung dan mendeskripsikan pembahasan
yang berhubungan dengan data yang ditemukan selama magang,
yang berkaitan erat dengan judul dan pokok bahasan laporan.
BAB III : PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang gambaran umum Kantor Konsultan
Pajak Kamadie Sumanda Syafis, tata cara pelaporan Pajak
10
Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan E-Faktur Web-Based dan
kendala yang dihadapi.
BAB IV : SIMPULAN
Pada bab ini berisi ringkasan dari permasalahan, pemecahan
masalah dan segala sesuatu yang masih perlu ditingkatkan guna
perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Gambaran Pajak Secara Umum
2.1.1 Definisi Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Defenisi pajak Menurut Dr. N.J Feldman (Resmi, 2017: 1) pajak adalah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum
Selain itu definisi pajak juga dikemukakan oleh Rochmat Soemitro
(Mardiasmo, 2019: 3) yang menyebutkan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontrasprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
12
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya;
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah;
3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
2.1.2 Dasar Hukum Pajak
Dasar hukum perpajakan di Indonesia diatur melalui pasal 23A UUD 1945
yang berbunyi, “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang”. Dan dasar hukum lainnya adalah:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Pengadilan Pajak.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan.
13
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1985 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Bea
Materai.
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak.
2.1.3 Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2017: 6) terdapat dua fungsi yaitu:
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
14
Sebagai contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan
dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi.
Sebagai contoh: Dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman
keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.
2.1.4 Jenis Pajak
Menurut Resmi (2017: 7) jenis pajak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
penggolongan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga
pemungutannya.
1. Menurut golongannya, jenis pajak terdiri dari:
a. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul/ditanggung sendiri
oleh Wajib Pajak dan tidak dilimpahkan/dibebankan kepada orang
lain/pihak lain.
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat
dibebankan/dilimpahkan kepada orang lain/pihak ketiga.
2. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:
a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang penanganannya memperlihatkan
pada keadaan pribadi wajib pajak/pengenaan pajak yang
memperlihatkan pada subjeknya.
b. Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa yang
15
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (WP) maupun tempat
tinggal.
3. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara pada umumnya.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
Daerah Tingkat I (pajak provinsi) maupun Daerah Tingkat II (pajak
kabupaten/kota), dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing–masing.
2.1.5 Surat Pemberitahuan
1. Pengertian Surat Pemberitahuan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Angka 11 menyatakan bahwa Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Fungsi Surat Pemberitahuan
a. Bagi Wajib Pajak, adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang
16
telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak, melaporkan
penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
melaporkan harta dan kewajiban, melaporkan pembayaran dari
pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan..
b. Bagi PKP, adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak
Keluaran1 dan melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu
Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak, adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjwabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya.
3. Jenis Surat Pemberitahuan
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak. Yang meliputi SPT Masa
Pajak Penghasilan, SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai bagi Pemungut PPN.
1 Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan
BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP.
17
b. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun. Yaitu SPT Tahunan Pajak
Penghasilan.
2.1.6 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dirumuskan dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Kewajiban Wajib Pajak
a. Kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri ke KPP atau KP2KP
untuk memperoleh NPWP.
b. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang telah memiliki
NPWP, wajib untuk dikukuhkan sebagai PKP apabila telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.
c. Kewajiban Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran, pemotongan,
atau pemungutan dan pelaporan pajak.
d. Kewajiban dalam hal diperiksa untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, maka Wajib Pajak
diharuskan:
1) Menunjukkan atau meminjamkan buku atau catatan maupun
dokumen yang menjadi dasarnya, atau dokumen lain yang
berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, ataupun objek lain yang terutang
pajak.
18
2) Memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki
tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan
kepada pemeriksa demi kelancaran pemeriksaan.
3) Apabila dalam waktu menyampaikan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh
suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk
merahasiakan itu ditiadakan oleh pemerintah untuk keperluan
pemeriksaan.
2. Hak Wajib Pajak
a. Hak atas kelebihan pembayaran pajak. setiap pembayaran Wajib Pajak
yang dilaporkan ke KPP ternyata terdapat kelebihan pembayaran maka
dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak.
b. Hak dalam pemeriksaan. Direktorat Jenderal Pajak melakukan
pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan Wajib Pajak dan tujuan
lain, misalnya hak untuk menanyakan surat perintah pemeriksaan, hak
untuk meminta tanda pengenal petugas pemeriksaan, hak untuk
meminta penjelasan alasan dilakukan pemeriksaan, hak untuk meminta
alasan perbedaan atau selisih hasil pemeriksaan, hak untuk hadir dalam
pembahasan hasil akhir pemeriksaan.
c. Hak Wajib Pajak untuk mengajukan mengajukan keberatan, banding,
dan peninjauan kembali atas hasil pemeriksaan.
d. Hak untuk dijaga kerahasiaan data.
19
2.1.7 Hambatan Pemungutan Pajak
Dalam Mardisamo (2019: 12) dijelaskan tentang hambatan terhadap
pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai
berikut:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan oleh:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak).
2.2 Pajak Pertambahan Nilai
2.2.1 Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Pengganti Pajak Penjualan
Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) untuk pertama kali
diperkenalkan oleh Carl Friedrich von Siemens, seorang industrialis dan konsultan
pemerintah Jerman pada tahun 1919. Namun ironisnya justru Pemerintah Prancis
yang pertama kali menerapkan PPN dalam sistem perpajakannya pada tahun 1954,
20
sedangkan Jerman baru menerapkannya pada awal awal tahun 1968. Indonesia baru
mengadopsi PPN pada tanggal 1 April 1985 menggantikan Pajak Penjualan (PPn)
yang sudah berlaku di Indonesia sejak tahun 1951. Proses penggantian ini
merupakan salah satu rangkaian perombakan sistem perpajakan nasional yang
dikenal sebagai Tax Reform 1983.
Alasan penggantian ini karena PPN dirasa sudah tidak lagi memadai untuk
menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, anatara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong
ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.
Beberapa Kelemahan Pajak Penjualan (PPn), antara lain:
1. Adanya pajak berganda.
2. Bermacam-macam tarif (ada 7 macam tarif), sehingga menimbulkan
kesulitan dalam pelaksanaannya.
3. Tidak mendorong ekspor.
4. Belum dapat mengatasi penyelendupan.
Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Menghilangkan pajak berganda.
2. Menggunakan tarif tunggal, sehingga memudahkan pelaksanaan.
3. Netral dalam persaingan dalam negeri.
4. Netral dalam perdagangan internasional.
5. Netral dalam pola konsumsi.
6. Dapat Mendorong ekspor.
21
2.2.2 Defenisi Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai atau Value Added Tax adalah jenis pajak atas
konsumsi dalam negeri, dipungut secara tidak langsung, secara berjenjang sebesar
nilai tambah. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari
Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam peralihannya dari
produsen ke konsumen.
Dalam Sukardji (2017: 1) PPN digambarkan dengan 8 karakter yaitu
sebagai berikut:
1. PPN Adalah Pajak Tidak Langsung
Skema ini menggambarkan pengertian PPN ditinjau dari sudut ilmu hukum
yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak
dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada
pihak-pihak yang berbeda.
2. PPN Adalah Pajak Objektif
Sebagai pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban
pajak dibidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi
subjektif subjek pajak tidak relevan.
3. PPN Bersifat Multi Stage Levi
Multi Stage Levi mengandung pengertian bahwa PPN dikenakan pada setiap
rantai dan jalur distribusi BKP atau JKP.
4. Perhitungan PPN Terutang untuk Dibayar ke Kas Negara Menggunakan
Indirect Subtraction Method (ISM)
22
Indirect Subtraction Method adalah metode perhitungan PPN yang akan
disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan
dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa.
5. PPN Bersifat Non Kumulatif
PPN yang bersifat Multi Stage Levi namun bersifat non kumulatif yaitu tidak
menimbulkan pengenaan pajak berganda, merupakan suatu kontradiksio in
terminis. Pada ummnya suatu jenis pajak yang dikenakan berulang-ulang
pada setiap mata rantai jalur distribusi, akan menimbulkan pajak berganda.
Ternyata PPN mengingkari fenomena ini.
6. PPN Indonesia Menganut Tarif Tunggal (Single Rate)
PPN di Indonesia menganut tarif tunggal yang dalam UU PPN 1984
ditetapkan sebesar 10%. Dengan Peraturan Pemerintah tarif ini dapat
dinaikkan paling tinggi menjadi 15% atau diturunkan paling rendah menjadi
5%. Sisi negatif tarif tunggal ini adalah mempertajam regresivitasi PPN.
7. PPN Adalah Pajak Atas Konsumsi Dalam Negeri
Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya di kenakan atas
barang yang dikonsumsi didalam daerah pabean Republik Indonesia.
8. PPN yang Diterapkan di Indonesia Adalah PPN Tipe Konsumsi
(Consumption type VAT)
Dilhat dari sisi perlakuan terhadap barang modal, PPN Indonesia termasuk
tipe konsumsi (comsumption tupe VAT) artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari masukan
(input tax) atas perolehan barang modal dapat dikreditkan dengan pajak
keluaran (output tax) sehingga barang modal dikenai PPN hanya satu kali.
23
2.2.3 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983. Undang-Undang ini semula akan
mulai berlaku sejak 1 Juli 1984, oleh karena itu dalam pasal 20 ditentukan bahwa
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 ini dapat disebut dengan nama Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Dengan Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1984, berlakunya Undang-Undang ini ditunda
sampai dengan selambat-lambatnya awal tahun 1986. Kemudian dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1985, Undang-Undang ini ditetapkan mulai berlaku
sejak 1 April 1985
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 telah diubah dengan tiga kali
perubahan, yaitu:
1. Mulai 1 Januari 1995 diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1994 meliputi pasal 1 sampai dengan pasal 17 berurutan.
2. Mulai 1 Januari 2001 diubah untuk yang kedua kalinya dengan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 meliputi Pasal 1 sampai dengan Pasal 16C
namun tidak berurutan.
3. Mulai 1 April 2010 diubah untuk yang ketiga kalinya dengan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 meliputi Pasal 1 sampai dengan Pasal 16F.
24
2.2.4 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal
16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terahir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Objek PPN dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Barang Kena Pajak
BKP adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak
berwujud yang dikenakan PPN.
2. Jasa Kena Pajak
JKP adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa atau yang
dilakukan untuk menghasilkaan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan PPN.
Sedangkan untuk BKP dan JKP yang tidak termasuk Objek PPN diatur
dalam Pasal 4A Nomor (2) dan (3) Undang-Undang Pajak Petambahan Nilai 1984.
2.2.5 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Subjek Pajak Pertambahan Nilai tersirat dibalik ketentuan yang mengatur
tentang objek pajak, yaitu berdasarkan Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009. Dari ketiga pasal tersebut
dapat diketahui bahwa subjek Pajak Pertambahan Nilai dapat dikelompokkan
25
menjadi dua, yaitu Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan bukan Pengusaha Kena Pajak
(bukan PKP)
2.2.6 Defenisi Pengusaha
Defenisi pengusaha menurut UU PPN Tahun 1984 Pasal 1 Ayat (14) adalah
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha ata
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean2, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
peredaran brutonya melebihi Rp. 4.800.000.000 per tahun. Dalam
penjualannya, wajib mengeluarkan faktur pajak dan mengadministrasikan
PPN. Dan dapat melakukan pencabutan PKP dengan ketentuan tertentu.
2. Bukan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak tidak melebihi Rp. 4.800.000.000 per tahun.
Dalam penjualannya tidak mengeluarkan faktur pajak. Dan dapat memilih
untuk dijadikan Pengusaha Kena Pajak.
2 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
26
2.2.7 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Bersasarkan Pasal 1 Angka 17 UU PPN Tahun 1984, yang menjadi Dasar
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung
pajak yang terutang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.2.8 Saat dan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Dalam Mardiasmo (2019: 370) saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai
adalah sebagai berikut:
1. Penyerahan BKP atau JKP.
2. Impor BKP.
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah
Pabean.
4. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.
5. Ekspor BKP Berwujud.
6. Ekspor BKP Tidak Berwujud.
7. Ekspor JKP.
Sesuai dengan Pasal 12 UU PPN Tahun 1984, Tempat terutang Pajak
Pertambahan Nilai adalah:
1. Ditempat tinggal, atau tempat kedudukan dan/atautempat kegiatan usaha
dilakukan atau tempat lain selain tempat tersebut yang diatur dengan
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.
2. Atas pemberitahuan tertulis dari PKP, DJP dapat menetapkan 1 (satu)
tempat atau lebih sebagai tempat terutang pajak
27
3. Dalam hal impor, terhutangnya pajak terjadi ditempat Barang Kena Pajak
dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
4. Orang Pribadi atau Badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP dari luar pabean, terutang pajak di tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
2.2.9 Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Pemungut PPN dirumuskan dalam Pasal 1 angka 27 UU PPN 1984 yaitu
“Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara pemerintah, badan, atau
instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,
menyetor, dan meaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada bendahara
pemerintah, badan atau instansi pemerintah tersebut”.
Dari definisi tersebut dapat diketahui unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bendahara pemerintah, badan atau instansi pemerintah
2. Penunjukan oleh menteri keuangan
3. Kewajibannya memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
4. Objek pemungutannya adalah penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
5. Yang melakukan penyerahan adalah PKP.
2.2.10 Faktur Pajak
1. Definisi Faktur Pajak
Definisi Faktur Pajak diatur dalam UU PPN Tahun 1984 Pasal 1 Angka 23
yaitu “Faktur Pajak adalah bukti pungutan yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
28
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak”. Faktur
Pajak berfungsi sebagai bukti bahwa PKP telah melakukan pemungutan PPN sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Bedasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.011/2013
Tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur
Pajak ada dua macam bentuk Faktur Pajak, yaitu:
a. Elektronik
Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai Peraturan Direktur
Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang
berbentuk elektronik, untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
b. Kertas (hardcopy)
Faktur Pajak yang dibuat tidak secara elektronik (yang dikenal dengan
sebutan e-Faktur) berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak untuk
setiap penyerahan dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
2. Penghapusan Faktur Pajak Manual (kertas)
Faktur Pajak manual sudah dihapus sejak diberlakukannya pembuatan dan
pelaporan faktur pajak secara elektronik melalui e-Faktur oleh pemerintah. Hal ini
diatur dalam Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Alasan penghapusan
Faktur Pajak Manual dan digantikan dengan Faktur Pajak Elektronik atau yang
lebih dikenal dengan sebutan e-Faktur adalah untuk kemudahan dan kenyamanan
29
dalam urusan perpajakan bagi PKP dan meminimalisir munculnya permasalahan
dalam faktur pajak.
2.2.11 Fungsi Faktur Pajak
Bedasarkan Pasal 19 PMK Nomor 151/PMK.03/2013 bagi Pengusaha Kena
Pajak, faktur pajak berfungsi sebagai bukti pemungutan pajak. sedangkan bagi
pembeli Barang Kena Pajak dan/atau pemanfaat Jasa Kena Pajak berfungsi sebagai
bukti pembayaran pajak, bukti pembebanan pajak, sarana untuk mengkreditkan
Pajak Masukan3/Restitusi4.
2.2.12 Saat Pembuatan Faktur Pajak
Sebagaimana yang termuat dalam UU PPN Tahun 1984 PKP wajib
membuat fakur pajak pada saat:
1. Penyerahan BKP dan/atau JKP.
2. Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP.
3. Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan.
4. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan.
3 Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP
dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau ekspor JKP. 4 Restitusi adalah pengajuan pengembalian pembayaran pajak berlebih oleh wajib pajak kepada
negara.
30
Tabel 2.1
Tabel Perubahan Sanksi Tidak Menerbitkan Faktur Pajak
No Undang-Undang Sanksi
1. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 2% dari DPP
2. Undang-Undang Cipta Kerja 1% dari DPP
Sumber: Undang-Undang Cipta Kerja
2.2.13 Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan
Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan tersirat dalam Pasal 9, Pasal 16B
Ayat 2 dan Ayat 3 UU PPN Tahun 1984, Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
74/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
78/PMK.03/2010 Tanggal 5 April 2010.
Dalam peraturan di atas terkandung 3 (tiga) prinsip pengkreditan Pajak
Masukan. Yaitu:
1. Pajak Masukan di kreditkan dalam suatu masa pajak yang sama
2. Pajak Masukan atas perolehan barang modal sebelum berproduksi, sehingga
belum melakukaan peyerahan kena pajak, dapat dikreditkan.
3. Pajak Masukan dapat dikreditkan sepanjang untuk perolehan BKP atau JKP
yang digunakan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan
penyerahan kena pajak.
31
2.3 e-Faktur
2.3.1 Definisi e-Faktur
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-16/PJ/2014
Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik
Pasal 1 Ayat (1) Faktur Pajak berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-
Faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik
yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur
Dasar hukum pembuatan e-Faktur di Indonesia diatur Berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-16/PJ/2014 Tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik Pasal 1 Ayat (1) dan
dasar hukum lainnya adalah:
1. UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8
TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.
2. PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
3. PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012 tentang
Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata
Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan
Faktur Pajak.
4. PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
berbentuk Elektronik.
32
2.3.3 Kriteria Wajib Pajak Membuat e-Faktur
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai penerbit e-Faktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku adalah, di antaranya:
1. Memiliki NPWP Badan
2. Memiliki EFIN Badan
3. Dikukuhkan sebagai PKP
4. Mengajukan Kode Aktivasi dan ‘Password’ e-Nofa
5. Memiliki Sertifikat Elektronik
Berdasarkan KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan PKP yang Diwajibkan
Membuat Faktur Pajak Elektronik, maka PKP yang dapat meminta NSFP
Online hanya PKP yang memiliki Sertifikat Elektronik (SE/Digital
Certificate). Fungsi Sertifikat Elektronik ini sebagai pelindung kerahasiaan
data pada saat penyampaian SPT Tahunan Pajak dan memiliki masa berlaku
hingga 2 tahun.
6. Mengajukan NSFP (Nomor Seri Faktur Pajak)
Berdasarkan KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan PKP yang Diwajibkan
Membuat e-Faktur, maka PKP yang meminta Nomor Seri Faktur Pajak
Online harus sudah memiliki Sertifikat Elektronik (Digital Certificate).
2.3.4 Kewajiban Membuat e-Faktur
Melalui Pengumuman Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
Republik Indonesia Nomor PENG-11/PJ.09/2020 tentang Implementasi Nasional
Aplikasi e-Faktur Desktop Versi 3.0. Implementasi prepopulated PM dan SPT
Masa PPN pada aplikasi e-Faktur 3.0 dilakukan secara bertahap.
33
1. Dimulai terbatas pada 4 PKP di lingkungan KPP Wajib Besar pada Februari
2020.
2. Dilanjutkan perluasan implementasi pada 31 PKP terdaftar di KPP Wajib
Pajak Besar dan KPP Madya Jakarta pada 10 Juni 2020.
3. Pada 1 Agustus 2020, dilakukan implementasi pada seluruh PKP di KPP
Wajib Pajak Besar, seluruh PKP di KPP Madya di Jakarta dan 19 PKP
terdaftar di KPP Madya dan Pratama di luar Jakarta.
4. Implementasi selanjutnya adalah 1 September 2020 untuk 5 PKP terdaftar
di KPP Pratama yang telah menyampaikan usulan.
5. Implementasi secara nasional dilakukan pada 1 Oktober 2020 untuk Masa
Pajak September 2020.
Untuk dapat menggunakan aplikasi e-Faktur 3.0, anda harus telah terdaftar
sebagai pengguna e-Faktur 3.0. Dalam hal anda sudah ditetapkan sebagai
pengguna e-Faktur 3.0, anda dapat mendownload aplikasi terbaru
di efaktur.pajak.go.id. Apabila perusahaan Wajib Pajak belum/tidak ditunjuk
sebagai pengguna aplikasi e-Faktur 3.0 tetapi sudah terlanjur melakukan instalasi
aplikasi e-Faktur 3.0 maka wajib pajak tetap dapat menggunakan aplikasi e-Faktur
3.0 dan tidak perlu kembali ke e-Faktur 2.2. Tetapi anda tidak dapat menggunakan
fitur tambahan yang ada di e-Faktur 3.0. Ketika perusahaan anda sudah ditetapkan
sebagai PKP pengguna e-Faktur 3.0 atau sudah melakukan instalasi e-Faktur 3.0,
perusahaan anda tidak dapat lagi menggunakan e-Faktur 2.2 ata versi lama.
PKP yang telah ditunjuk sebagai PKP yang wajib menggunakan e-Faktur
tidak diperkenankan lagi untuk membuat Faktur Pajak berbentuk kertas. Apabila
34
setelah ditunjuk sebagai PKP e-Faktur namun PKP tersebut tidak membuat Faktur
Pajak berbentuk elektronik maka PKP dianggap tidak membuat Faktur Pajak.
2.3.5 Pembaharuan e-Faktur
Aplikasi e-Faktur sendiri telah banyak mengalami pembaruan sejak mulai
diberlakukan penggunaannya secara serentak untuk seluruh PKP. e-Faktur
mengalami empat kali update yakni pada 2016 ketika meluncurkan e-Faktur versi
1.0.0.46. Selanjutnya pada September 2017, e-Faktur update dengan e-Faktur versi
2.0. Melakukan update kembali e-Faktur versi 2.1 pada Mei 2018. Dan terakhir DJP
kembali melakukan update e-Faktur versi 3.0 pada 1 Oktober 2020.
e-Faktur 3.0 adalah aplikasi versi terbaru yang disediakan oleh DJP untuk
membuat Faktur Pajak elektronik. e-Faktur 3.0 juga dilengkapi dengan fitur
otomasi yang tidak perlu input data Pajak Masukan secara manual seperti versi
sebelumya karena telah tersedia by system. Salah satu keunggulan yang dimiliki e-
Faktur 3.0 ini adalah adanya fitur prepopulated Pajak Masukan. Dengan adanya
fitur prepopulated ini, pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN tidak lagi
menggunakan aplikasi e-Filing karena pelaporan dilakukan melalui e-Faktur Web
Based yang seluruh data Faktur PK, PM, dokumen lain yang telah di-upload,
tersedia saat akan melaporkan SPT Masa PPN.
2.4 Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai
Dalam Pasal 3A Ayat (1) UU PPN 1984 yang berbunyi, “Pengusaha yang
melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf
c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan
35
oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya Untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporakan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang”.
Undang-Undang tersebut merupakan refleksi dari ketentuan Pasal 3 ayat (1)
UU KUP yang menentukan “Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunkan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menadatangani serta menyampaikannya ke
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan”. Yang
dimaksud dengan mengisi SPT adalah Formulir SPT dalam bentuk elektronik, yang
benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan.
2.4.1 Fungsi Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai
Fungsi Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai bagi PKP adalah
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan
PPnBM sebenarnya terutang dan untuk :
1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri oleh pkp
atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak.
3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak berfungsi sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkan.
36
2.4.2 Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai
menggunakan e-Faktur Web-Based
Dalam UU PPN Tahun 1984 Pasal 15A Ayat (2) yang berbunyi, “Surat
Pemberitahan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Untuk pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai, saat ini menggunkan e-Faktur Web-Based.
2.5 e-Faktur Web-Based
e-Faktur Web Based adalah aplikasi berbasis web untuk pelaporan SPT
Masa PPN yang dapat diakses online, dari mana saja, kapan saja, selama
tersambung dengan koneksi internet. Direktur Jenderal Pajak melalui pengumuman
pada laman resmi djp.online telah menetapkan penggunaan e-faktur berbasis web
ini sejak awal bulan oktober 2020. Fitur ini disediakan untuk membantu dan
mempermudah Wajib Pajak dalam hal pelaporan SPT Masa PPN yang sudah kita
upload di e-Faktur 3.0 tanpa perlu menggunakan file CSV. Hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat mengakses aplikasi Web Based ini adalah harus
menggunakan browser yang sudah terinstal dengan sertifikat elektronik
37
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Instansi Magang
3.1.1 Sejarah Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
Kantor Konsultan Pajak dan Pelatihan Perpajakan “tax learning” resmi
berdiri pada tanggal 2 November 2015 yang diresmikan oleh Hj. Yuliana Fasha
yang disaksikan oleh Ketua IKPI Cab. Jambi (Nurlena). Kantor tersebut dipimpin
langsung oleh Kamadie Sumanda Syafis, S.E., M.Acc., BKP., CA. Beliau telah
mencari Ilmu terutama di bidang Perpajakan mulai dari staf hingga pada level
tenaga ahli yang didapat ditanah jawa tepatnya di Kota Yogyakarta, atau sering
dikenal dengan Kota Pelajar sejak 2016. Beliau juga pernah menjabat sebagai
sekertaris Ikatan Konsultan Pajak Indonesia cabang Jambi. Saat ini Beliau juga
menjadi tenaga pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Lokasi Kantor beralamat di Jalan Multatuli No 17 Kelurahan Mayang
Mangurai, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi. Kehadiran kantor tersebut
merupakan wujud dari perkembangan ekonomi masyarakat Jambi semakin
banyak. Kegiatan usaha yang dilakukan dalam bentuk barang atau jasa tidak akan
terpisah dari Pajak. Pajak yang dimaksud ialah Pajak Pusat dan Pajak daerah. Era
digital yang pesat mempengaruhi perkembangan pelayanan perpajakan sehingga
untuk proses pelaporan dan pembayaran menggunakan data elektronik. Sehingga
memudahkan Wahib Pajak dalam hal pelaporan pajak. Tetapi hal ini dalam
prakteknya masih sulit karena tidak didukung dengan kemampuan pengetahuaan
masyarakat saat ini.
38
3.1.2 Tugas dan Fungsi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
Kantor ini didirikan selain untuk membantu masyarakat dalam proses
pengurusan perpajakan pusat juga membantu untuk mensosialisasikan aturan
perpajakan melalui pelatihan perpajakan. Pelatihan pajak ini tidak ditujukan pada
perusahaan saja melainkan mahasiswa dan masyarakat umum. Pelatihan tersebut
lebih menyelaraskan praktek dan teori sehingga tidak jauh ketimpangan yang ada.
Pelatihan ini juga diisi pengajar/instruktur yang berpengalaman mulai dari
konsultan pajak, pegawai pajak dan dosen.
Pemeriksaan Pajak menjadi hal yang dihindari oleh Wajib Pajak. Kantor
ini memberikan solusi yang perlu dihadapi dalam rangka pemeriksaan pajak oleh
petugas Pajak. Pemeriksaan perlu dihadapi dengan bijak, karena perbedaan dalam
analisi dan menafsirkan sesuatu. Jasa yang juga diberikan berupa pendampingan
pemeriksaan.
39
3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda
Syafis
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
Sumber : Kantor Konsulan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
3.1.4 Visi dan Misi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kantor Konsutan Pajak
Kamadie Sumanda Syafis mengemban visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi
Yang menjadi misi pada Kantor Konsutan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
adalah menjadi Konsultan Pajak terbaik di Provinsi Jambi tahun 2030.
2. Misi
Yang menjadi misi pada Kantor Konsutan Pajak Kamadie Sumanda Syafis
adalah:
a. Mengemban keilmuan serta keterampilan dibidang Perpajakan dan
Akuntansi
Pegawai Tetap dan Pegawai Magang
PimpinanKamadie Sumanda
Syafis
Staf Div. Akuntansi dan Kerjasama
-
Staf Div. KonsultanDimas Agung Ramadhan
40
b. Meningkatkan keilmuan Klien di bidang Perpajakan dan Akuntansi
c. Memberikan pemahaman Perpajakan yang baik terhadap seluruh
masyarakat.
41
3.2 Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-Faktur Web-Based
Semua dokumen yang telah diunggah pada aplikasi e-Faktur 3.0 akan
otomatis tersaji di e-Faktur Web-Based. e-Faktur Web-Based adalah aplikasi yang
dapat digunakan untuk melaporkan SPT Masa PPN. e-Faktur Web-Based dapat
diakses pada alamat https://web-efaktur.pajak.go.id. Untuk mengakses aplikasi ini,
gunakanlah browser yang telah terinstal dengan sertifikat elektronik yang telah
dimiliki.
1. Buka aplikasi menggunakan browser, disarankan menggunakan browser
Chrome/Firefox. (dalam pelaporan ini saya menggunakan browser Chrome)
42
2. Buka menu setelan dan cari dengan ketik kata kunci “sertifikat”, kemudian
klik “kelola sertifikat”. Langkah ini adalah salah satu syarat untuk
menggunakan E-Faktur Web-Based.
3. Setelah daftar sertifikat yang ada di browser muncul, klik import dan pilih
sertifikat elektronik Anda dan masukkan PASSPHRASE. Kemudian tutup
browser anda.
43
4. Buka kembali browser anda, dengan mengakses alamat https://web-
efaktur.pajak.go.id. Jika instalasi sertifikat elektronik telah berhasil, maka
saat Anda mengakses aplikasi e-Faktur Web-Based, NPWP dan Nama akan
langsung ditampilkan pada aplikasi. Pada saat anda akan mengakses
aplikasi ini dilain waktu, aplikasi tidak akan meminta untuk menginstal
sertifikat elektronik kembali. Karena jika telah berhasil menginstal,
sertifikat elektronik akan tetap tersimpan dalam browser selama tidak
dihapus dari browser.
5. Selanjutnya masukkan password Akun PKP yang digunakan untuk login
pada aplikasi efaktur.pajak.go.id. Klik “login”
44
6. Setelah berhasil login, terdapat tiga menu yang tersedia, yaitu Profil PKP,
Administrasi SPT, dan Download CSV Prepop. Pilih Menu Administrasi
SPT kemudian pilih Sub Menu Monitoring SPT.
7. Ketik Tahun Pajak yang ingin dilaporkan. Selanjutnya klik Tampilkan
(untuk melihat laporan Masa sebelumnya). Untuk membuat SPT yang akan
dilaporkan klik tombol Posting SPT.
45
8. Setelah posting SPT akan muncul dialog box yang berisi Masa Pelaporan
(Masa Pajak dan Tahun Pajak yang akan dibuat) dan Pembetukan ke (SPT
pembetulan ke berapa yang akan dibuat). Setelah semua terisi sesuai yang
ingin dilaporkan, kemudian klik submit, hasil posting akan muncul di Daftar
SPT.
9. Setelah SPT berhasil diposting akan muncul keterangan Sukses Posting.
Dan akan terdapat 3 kotak pada kolom Action, Buka (untuk mengisi SPT),
Hapus (untuk menghapus SPT), Cetak ( untuk mencetak SPT). Selanjutnya
klik kotak Buka.
46
10. Untuk Pelaporan e-Faktur Web-Based ini, data Pajak Keluaran dan Pajak
Masukan yang telah berhasil diupload pada aplikasi e-Faktur 3.0 secara
otomatis akan muncul dalam e-Faktur Web-Based, sehingga anda tidak
perlu input data lagi, cukup lakukan cek ulang apakah telah sesuai nilainya
dengan yang di aplikasi.
11. Selanjutnya melakukan input data pada Lampiran AB bagian I mengisi
jumlah penyerahan BKP/JKP yang digunggung (jika tidak ada skip saja)
47
12. Mengisi kompensasi pajak masukan masa sebelumnya (dilihat dari BPE
bulan lalu)
13. Centang pernyataan, kemudian submit.
0 0
48
14. Jika SPT lebih bayar, maka centang bagian H angka 1.1 dan 3.1
15. Selanjutnya centang pernyataan, isi alamat, jabatan, tanggal dan nama
penandatangan.
49
16. Setelah berhasil submit SPT induk, pada kolom Action klik tombol lapor.
Tunggu beberapa saat sampai aplikasi selesai memproses pelaporan SPT
17. Tunggu beberapa saat sampai aplikasi selesai memproses pelaporan SPT.
Kemudian akan muncul dialog box, lalu klik “Lapor”.
50
18. Jika pelaporan berhasil maka isi kolom Status akan berubah menjadi
“Sukses Lapor” dan kolom Action akan berubah menjadi menu “Lihat
BPE” dan “Cetak SPT”.
19. Untuk mencetak SPT, klik Cetak SPT. Dengan begitu pelaporan SPT
Masa PPN telah berhasil dilaporkan. Untuk melihat Bukti Penerimaan
Elektronik klik “Lihat BPE”. Untuk melihat contoh Bukti Penerimaan
Elektronik status SPT Nihil dan Kurang Bayar (Lampiran 3).
51
3.3 Kendala Yang Dihadapi Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda
Syafis dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Menggunakan e-Faktur Web-Based
Pelaksanaan kegiatan magang pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie
Sumanda Syafis mempunyai kendala dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan e-Faktur Web-Based. Kendala
tersebut meliputi :
1. Masalah error system pada laman e-Faktur Web-Based saat login. Error
system pada aplikasi e-Faktur Web-Based seringkali disebabkan oleh
banyaknya pengguna yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada waktu yang bersamaan. Masalah ini
mengakibatkan harus menunggu beberapa waktu untuk dapat login kembali.
Untuk menghindari kendala tersebut sebaiknya pengguna e-Faktur Web-
Based melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) lebih awal.
2. Kesalahan Input nominal yang dilakukan oleh lawan transaksi. Jika masalah
ini terjadi, maka kita harus melaporkan hal tersebut kepada lawan transaksi
untuk melakukan perbaikan faktur.
3. Sertifikat Elektronik tidak valid juga menjadi salah satu kendala yang
muncul dalam e-Faktur Web-Based. Sertifikat Elektronik yang tidak valid
akan terjadi jika sertifikat yang kita pakai telah habis masa waktunya atau
telah kadaluarsa. Jika hal ini terjadi, maka kita harus memelakukan
pengajuan Sertifikat Elektronik baru.
52
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta hasil selama
magang pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) Pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis telah
berjalan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan dilakukan dengan
menggunakan e-Faktur Web-Based.
2. Selama pelaksanaan kegiatan magang, kendala yang dihadapi oleh Kantor
Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis dalam Pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah masalah
error system pada laman e-Faktur Web-Based saat login. Masalah ini
mengakibatkan harus menunggu beberapa waktu untuk dapat login kembali.
4.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang timbul dalam Tata Cara Pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Konsultan
Pajak Kamadie Sumanda Syafis serta kesimpulan dari masalah pokok laporan,
saran-saran berikut diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat dan
menjadi referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :
53
1. Error system pada aplikasi e-Faktur Web-Based seringkali disebabkan oleh
banyaknya pengguna yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada waktu yang bersamaan. Sebaiknya
pengguna e-Faktur Web-Based melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih awal untuk menghindari
hal tersebut.
2. Dikarenakan aplikasi ini masih baru, dan pengguna khususnya PKP masih
membutuhkan bimbingan untuk menggunakan aplikasi ini. Oleh sebab itu,
diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan sosialisasi terkait PPN
khususnya dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan e-Faktur Web-Based.
54
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2019. Perpajakan, Edisi 2019. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara: Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah: Jakarta.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
151/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara
Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak: Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
16/PJ/2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik: Jakarta.
Republik Indonesia. 2020. Pengumuman Nomor PENG-11/PJ.09/2020 Tentang
Implementasi Nasional Aplikasi E-Faktur Desktop Versi 3.0: Jakarta.
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi 10, Buku1. Salemba Empat:
Jakarta.
Sukardji, Untung. 2017. Pokok-Pokok PPN Indonesia, Edisi Revisi 2015. Rajawali
Pers: Depok.
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia, Edisi 12, Buku1. Salemba Empat: Jakarta.
55
LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Kegiatan Magang
56
Lampiran 2 Contoh Faktur Pajak
57
Lampiran 3 Formulir Permintaan Sertifikat Elektronik
58
Lampiran 4 Contoh Bukti Penerimaan Elektronik SPT PPN status Nihil dan
Kurang Bayar.
59
Lampiran 5 Laporan Catatan Harian Magang
Hari kerja pada Kantor Konsultan Pajak Kamadie Sumanda Syafis adalah Senin,
Rabu, Jumat. Selain hari tersebut adalah hari libur kantor dikarenakan covid-19.
Kantor dapat saja masuk selain hari yang disebutkan jika pihak kantor telah
memberi pengumuman.
Catatan Harian 01 Februari 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Perkenalan
Penginstalan Aplikasi
Catatan Harian 02 Februari 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Cetak Bukti Potong PPh
Catatan Harian 03 Februari 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Cetak Bukti Potong PPh
Catatan Harian 04 Februari 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
60
08.30-15.00 WIB Cetak Bukti Potong PPh
Catatan Harian 05 Februari 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Belajar tentang Pajak Penghasilan
Catatan Harian 08 Februari 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Latihan soal PPh Pasal 21
Catatan Harian 09 Februari 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB
Cetak Bukti Potong PPh
Penyusunan SPT menggunakan e-SPT
Input data SPT Tidak Final
Catatan Harian 10 Februari 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Pembahasan soal PPh Pasal 21
61
Catatan Harian 11 Februari 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input Bukti Potong Tidak Final
Catatan Harian 12 Februari 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB LIBUR NASIONAL
Catatan Harian 15 Februari 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Masa PPh Badan
Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 16 Februari 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 17 Februari 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
62
Catatan Harian 18 Februari 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Catatan Harian 19 Februari 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Latihan pelaporan PPN menggunakan e-Faktur
dengan Aplikasi Simulasi (Dummy)
Catatan Harian 22 Februari 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Get data PPN menggunakan e-Faktur 3.0
Lapor PPN menggunkan e-Faktur Web-Based
Catatan Harian 23 Februari 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Scan dokumen
Catatan Harian 24 Februari 2021
Rabu
63
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 25 Februari 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Mengerjakan Laporan Tugas Akhir
Catatan Harian 26 Februari 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Webinar Perpajakan
Catatan Harian 01 Maret 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan Orang Pribadi
Pembuatan CSV
Catatan Harian 02 Maret 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Scan dokumen
Lapor SPT Tahunan Orang Pribadi
64
Catatan Harian 03 Maret 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 04 Maret 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan PPh Badan
Merekap Dasar Pengenaan Pajak PPN
Catatan Harian 05 Maret 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Merekap pembayaran PPh
Mengerjakan Laporan Tugas Akhir
Catatan Harian 08 Maret 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Catatan Harian 09 Maret 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
65
08.30-15.00 WIB Mengerjakan Laporan Tugas Akhir
Catatan Harian 10 Maret 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input Bukti Potong PPh
Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 11 Maret 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB LIBUR NASIONAL
Catatan Harian 12 Maret 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB LIBUR NASIONAL
Catatan Harian 15 Maret 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input Bukti Potong Orang Pribadi
Input Bukti Potong Orang Pribadi Tenaga Ahli
66
Catatan Harian 16 Maret 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Membuat Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak Final
Catatan Harian 17 Maret 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 18 Maret 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Catatan Harian 19 Maret 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Catatan Harian 22 Maret 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (Tenaga
Ahli)
67
Catatan Harian 23 Maret 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 24 Maret 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Get data PPN menggunakan e-Faktur 3.0
Lapor PPN menggunkan e-Faktur Web-Based
Catatan Harian 25 Maret 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan Orang Pribadi
Lapor SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 26 Maret 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Membuat Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak Final
Catatan Harian 29 Maret 2021
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
68
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 30 Maret 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 31 Maret 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 01 April 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Tahunan Orang Pribadi
Catatan Harian 02 April 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB LIBUR NASIONAL
Catatan Harian 05 April 2021
Senin
69
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 06April 2021
Selasa
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Mengerjakan Laporan Tugas Akhir
Catatan Harian 07 April 2021
Rabu
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Lapor SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 08 April 2021
Kamis
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Scan dokumen
Catatan Harian 09 April 2021
Jumat
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Input data SPT Masa PPh Badan
Catatan Harian 12 April 2021
70
Senin
Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
08.30-15.00 WIB Penjemputan Mahasiswa oleh Dosen Pembimbing
Lapangan
71
Lampiran 6 Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Program Studi : Perpajakan
1. Nama Lengkap : Sonia Ginawati Br Simarmata
2. No. HP : 085215085714
3. Tempat/Tanggal Lahir : Lawe Desky, 13 Agustus 1999
4. Alamat Rumah : Lawe Desky, Kec. Babul Makmur, Kab.Aceh
Tenggara, Aceh.
5. Alamat : Lorong Hasanah 3, RT 22, No 92, Kel. Simp. 3
Sipin, Kec. Kota Baru, Jambi.
6. e-mail : soniasimarmata13@gmail.com
7. Riwayat Pendidikan
No Nama Pendidikan Tempat
Tahun Spesialis Bidang
Dari Sampai
1 SD ST YOSEPH Aceh 2005 2011 UMUM
2 SMPS HKBP
NOMMENSEN Aceh 2011 2014 UMUM
3
SMA SWASTA
PANTI
HARAPAN
Aceh 2014 2017 IPS
4 UNIVERSITAS
JAMBI Jambi 2018 2021 PERPAJAKAN
8. Kursus dan Pelatihan
Waktu Kursus Tempat
2021 Magang Kantor Konsultan Pajak
Kamadie Sumanda Syafis
2021
Pelatihan Perpajakan Brevet
A dan B Terpadu Oleh
Politeknik Negeri Padang
Online Via Zoom
9. Prestasi dan Penghargaan yang pernah diperoleh
Jambi, 24 Juni 2021
Sonia Ginawati Br Simarmata
NIM : C0D018065
Recommended