View
215
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Makalah ini berisi tentang bagaimana cara membuat kompos dan tersedia berbagai sumber didalamnya
Citation preview
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 1/34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Era modern ini, ilmu pengetahuan terkait tentang alam telah
berkembang dengan pesat. Setiap bulan banyak sekali penemuan-penemuan
baru telah ditemukan oleh ahli maupun kaum terpelajar. Hal ini tentunya dapat
membantu juga dalam bidang pertanian. Di Indonesia hampir 30% mata
pencaharian masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan produk pertanian yang baik guna meningkatkan sektor
pertanian, maka diperlukan unsur – unsur yang dapat membuat tanaman subur.
Salah satunya adalah pupuk. Pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik salah satunya adalah kompos. Kompos adalah bahan –
bahan organik yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antaramikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Kompos banyak sekali macamnya,
kami akan membahas salah satunya mengenai kompos kotoran hewan yang
dicampur dengan dedaunan.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah-sampah organik termasuk daun- daun yang sudah tua ternyata
memiliki nilai lebih dan bisa berguna. Salah satu pemanfaatan daun yang
sudah tua adalah untuk pembuatan kompos. Kompos adalah pupuk yang
berasal dari bahan-bahan alamiah atau organik dan tentunya bersifat ramah
lingkungan. Selama ini, banyak para petani yang menggunakan pupuk buatan.
Salah satu alasan penggunaan pupuk buatan tersebut adalah karena praktis.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 2/34
2
Pemakaian pupuk buatan tersebut bisa mengurangi unsur hara yang dimiliki
tanah bahkan menghilangkan kesuburan tanah. Ternyata masih banyak orang
yang belum mengetahui akan kerugian pupuk buatan dibalik
keuntungan sesaat yang diberikan. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan
yaitu dengan pemanfaatan daun- daun yang sudah tua dan berguguran untuk
dijadikan kompos atau pupuk alamiah.
Daun-daun yang sudah tua dan berguguran sebaiknya tidak dibuang
begitu saja ditempat pembuangan akhir. Pemanfaatan lebih lanjut harus
dilakukan untuk mengurangi masalah timbunan sampah. Salah satu
pemanfaatan daun yang sudah tua adalah dengan menyulapnya kembali
menjadi sesuatu yang berguna yaitu kompos.
Kompos seperti multivitamin untuk tanah pertanian, kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Dari alam untuk alam, daun yang bersifat alamiah pada akhirnya juga
akan dikembalikan lagi ke dalam habitat aslinya, yaitu pupuk kompos. Tanah
akan lebih menerima sesuatu yang bersifat alami dibandingkan dengan sesuatu
yang non alami.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 3/34
3
2. Tujuan
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum mata kuliah Teknik
Pengelolaan Lingkungan Industri, kami melakukan pembuatan Pupuk kompos. Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan kami untuk membuat
laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui bagaimana peranan dari mikroorganisme dalam proses
pembuatan pupuk kompos.
2. Mengetahui bagaimana proses pembuatan pupuk kompos. Selain
untuk media latihan dan tugas kami, kami juga berharap agar makalah ini berguna bagi masyarakat serta bagi pembaca. Kami menyusun makalah ini
sedemikian rupa sehingga para pembaca mudah untuk memahami dan
mempraktekkan membuat kompos.
3. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan laporan kompos sebagai berikut:
1. Menuliskan pengalaman penulis mengenai pembuatan kompos
2. Sumber pustaka bagi pembaca dalam praktikum pembuatan
kompos maupun makalah pembuatan kompos
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 4/34
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk
lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan (Crawford, 2003).
Menurut Outerbridge (1991), proses pembuatan kompos membutuhkan
bahan organik tidak stabil seperti ekskreta ayam, oksigen, air, dan
mikroorganisme. Mikroorganisme mengambil air, oksigen dari udara, dan
makanan dari bahan organik. Mikroorganisme selanjutnya melepaskan
karbondioksida (CO2), air, dan energi, yang selanjutnya berkembang biak dan
akhirnya mati. Sebagian dari energi yang dilepaskan tersebut digunakan untuk
pertumbuhan dan gerakan, sisanya dibebaskan sebagai panas. Akibatnya,
setumpuk bahan kompos melewati tahap-tahapa penghangatan, temperatur
puncak, pendinginan, dan pematangan.
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang
granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 5/34
5
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Menurut Richard (2005), mikroorganisme yang bekerja pada proses
pengomposan adalah jamur, bakteri, dan actinomycetes. Pada kondisi optimal
tumpukan kompos akan mencapai temperatur sekitar 50 sampai 65°C (120 sampai
150°F), yang disebabkan oleh proses panas metabolisme mikroorganisme dan
panas ini dapat menjadi indikator bahwa proses pembuatan kompos berjalan
sempurna. Dalam proses ini terjadi proses kimiawi dimana pertumbuhan
mikroorganisme memerlukan campuran nutrien yang benar terutama campurankarbon dan nitrogen.
Bentuk fisik bahan kompos berupa ukuran partikel dan kadar airnya sangat
berpengaruh pada proses pembentukan kompos dan juga panas yang dapat
dihasilkan selama proses dekomposisi berlangsung. Beberapa faktor penting yang
harus diperhatikan dalam proses pembuatan kompos, antara lain : kadar air bahan,
temperatur saat pengomposan, pH, bau yang ditimbulkan (odor ), keberadaan jasad
renik dalam bahan yang dikomposkan (bakteri, cacing, jamur), padatan bahan
kompos (volatile solids) (Richard, 2005).
Proses Pengomposan
Proses pengomposan berdasarkan suhu lingkungan dapat dibagi menjadi
empat tahap I atau tahap mesofil, tahap ke II atau tahap termofil, tahap ke III atau
tahap pendinginan, dan tahap ke IV atau tahap pemasakan (Palmisano dan Barlaz,
1996).
Menurut Triatmojo (2002) pada tahap I (tahap mesofil) yaitu masa kompos
mendekati suhu lingkungan yaitu 20 sampai 40ºC. Pada tahap ini terbentuk asam-
asam organik yang diikuti penurunan pH sekitar 5 sampai 6. Perkembangan
mikroorganisme menyebabkan suhu meningkat dengan cepat lebih dari 40ºC dan
mulailah tahap termofil. Populasi pergantian mikroorganisme selama proses
pengomposan dapat dilihat pada tabel 1.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 6/34
6
Tabel 1. Pergantian populasi mikroorganisme selama proses pengomposan
Organisme Tahap
Mesofil
Tahap
Termofil
Tahap
Pendinginan
Jumlah Spesies
yang Ada
(CFU g-1 Massa Kering)
Bacteria
Mesofil 108 106 1011 6
Termofil 104 109 107 1
Actinomycetes
Termofil 104 108 105 14
Jamur
Mesofil 106 103 105 18
Termofil 103 107 106 16
Sumber : Sylvia et al . (2005).
Tahap II (tahap termofil) terjadi peningkatan suhu kompos lebih dari 40ºC
yaitu suhu antara 50 sampai 70ºC. Terjadi penurunan populasi mikroorganisme
mesofil yang akan digantikan mikroorganisme termofil. Pada tahap ini terjadi
degradasi bahan organik menjadi lebih intensif hingga menyebabkan peningkatan
pH sekitar 7 sampai 9 (Triatmojo, 2002). Peningkatan suhu termofil dapat dicapai
bila pasokan udara dalam timbunan kompos cukup.
Tahap III atau tahap pendinginan merupakan tahap stabilisasi limbah dan
mineralisasi. Suhu mengalami penurunan dibawah 40ºC yang menyebabkan
aktivitas mikroorganisme termofil digantikan oleh mikroorganisme mesofil. Suhu
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 7/34
7
akan terus menurun hingga mendekati suhu lingkungan 30ºC dan pH akan sedikit
turun.
Tahap IV atau tahap pemasakan merupakan tahap akhir pemanasan,
sehingga laju rekasi perubahan senyawa kimia dan fisika terjadi secara lambat.
Mikroorganisme yang berperan dalam tahap pemasakan masih bersifat anaerobik
yang berpengaruh pada hasil fermentasi, seperti reduksi senyawa nitrogen dan
sulfur yang menghasilkan gas amoniak, asam lemak, dan hidrogen sulfida
(memproduksi bau tidak sedap pada kompos tahap pemasakan). Senyawa antara
pada tahap pemasakan juga dapat mengganggu aktivitas perkecambahan benih
dan tanaman, seperti asam asetat dan senyawa fenolik (Sylvia et al ., 2005).
Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan
Rasio C/N
Menurut Outerbridge (1991), proses pembuatan kompos kompos
tergantung pada kerja mikroorganisme yang memerlukan sumber karbon untuk
mendapatkan energi dan bahan bagi sel-sel baru, bersama dengan pasokan
nitrogen untuk protein sel. Nitrogen merupakan unsur hara paling penting.
Perbandingan karbon dan nitrogen (C/N) berkisar antara 25-35 : 1. Jika
perbandingan jauh lebih tinggi, proses metabolisme membutuhkan waktu lama
sebelum karbon dioksidasi menjadi karbon dioksida, sedangkan jika perbandingan
lebih kecil, maka nitrogen yang merupakan komponen penting pada kompos akan
dibebaskan sebagai amonia.
Ukuran Partikel Menurut Sylvia et al . (2005), ukuran partikel berperan dalam pergerakan
oksigen ke dalam tumpukan kompos (melalui pengaruh porositas), akses
mikroorganisme dan enzim untuk substrat. Partikel ukuran besar mendifusikan
oksigen akibat rata-rata pori besar. Namun, partikel yang lebih besar juga
meminimalkan permukaan spesifik dari substrat, yang merupakan rasio luas
permukaan dengan volume, sehingga sebagian besar substrat tidak terakses pada
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 8/34
8
mikroorganisme atau enzim mereka. Pengomposan yang efisien membutuhkan
akses terhadap oksigen dan nutrien di partikel.
Aerasi
Sistem pengomposan bertujuan untuk mempertahankan kondisi aerob
selama proses. Pengomposan pada kondisi aerob meningkatkan laju dekomposisi,
sehingga terjadi peningkatan temperatur. Apabila aerasi tidak terhambat, maka
tidak dihasilkan bau tidak sedap (Holmes, 1983).
Menurut Outerbridge (1991), tidak adanya udara (kondisi anaerobik) akan
menimbulkan perkembangbiakan berbagai macam mikroorganisme yang
menyebabkan pengawetan keasaman dan pembusukan tumpukan yang
menimbulkan bau busuk. Aerasi diperoleh melalui gerakan alami dari udara ke
dalam tumpukan kompos, dengan membolak-balik.
Kelembaban (moistur e content )
Kelembaban merupakan faktor utama dalam pengomposan aerob.
Kelembaban dibawah 20 % menyebabkan pengomposan terhenti. Jika
kelembaban diatas 55 %, air akan mulai mengisi ruang antara bahan,
menyebabkan pengurangan jumlah oksigen dan terbentuk kondisi anaerob,
sehingga temperatur menurun dan menimbulkan bau tidak sedap (Holmes, 1981).
Temperatur/suhu
Ketika bahan organik yang dikumpulkan menjadi satu untuk
pengomposan, sebagian energi yang dilepaskan oleh penguraian bahan
dibebaskan sebagai panas, dan menyebabkan kenaikan suhu. Semakin tinggitemperatur akan semakin banyak oksigen (kondisi aerasi dan air) dan
meningkatkan proses dekomposisi. Suhu 55 sampai 60 °C dapat membunuh
hampir semua gulma dan patogen (Outerbridge, 1991).
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 9/34
9
pH
pH digunakan untuk mengevaluasi hasil metabolisme mikroorganisme di
lingkungan. pH kompos bervariasi dengan waktu selama proses pengomposan dan
digunakan sebagai indikator dekomposisi dalam massa kompos. pH awal bahan
pengomposan sekitar 5,0 sampai 7,0. Setelah tiga hari pengomposan, pH menurun
menjadi 5,0 atau kurang karena hasil penguraiannya adalah asam organik
sederhana dan kemudian meningkat sekitar 8,5 sebagai akibat sisa dari proses
aerob (protein diuraikan dan amonia dilepaskan). Pengomposan pada kondisi
anaerob menyebabkan pH turun sekitar 4,5 (Holmes, 1981; Outerbridge, 1991).
Kandungan Hara
Ekskreta ayam merupakan hasil sampingan dari limbah peternakan yang
memiliki kandungan P dan K. Selain unsur makro, ekskreta juga memiliki unsur
mikro seperti Ca, Mg, Cu, Mn, dan S (Adianto, 1993).
Lama pengomposan
Menurut Outerbridge (1991), kecepatan kemajuan pengomposan ke arah
produk akhir yang matang tergantung pada beberapa faktor proses, seperti
pasokan unsur hara (rasio C/N bahan), ukuran partikel, kelembaban, aerasi, pH,
suhu, dan aditif (penambahan aktivator biologi/inokulan). Kompos matang dapat
selesai dalam waktu 8 sampai 16 minggu.
Mikroorganisme
Menurut Outerbridge (1991), pengomposan timbul dari kegiatanmikroorganisme, sehingga diharapkan bahwa proses pengomposan akan lebih
baik dengan penambahan inokulan dari kultur mikroorganisme. Mikroorganisme
berkembangbiak dengan sangat cepat, dan dalam beberapa hari jumlah mereka
dapat mencapai titik maksimum yang dimungkinkan oleh kondisi lingkungan
dalam tumpukan kompos. Mikroorganisme yang umum terdapat pada kompos
dapat dilihat pada Tabel 2. Mikroorganisme yang berperan dalam proses
pengomposan, seperti bakteri mendominasi semua tahap proses; jamur sering
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 10/34
10
muncul setelah satu minggu; dan aktinomisetes membantu selama masa akhir
(pemasakan).
Tabel 2. Mikroorganisme umum pada kompos
Jenis Mikroorganisme Bakteri Fungi
Mesofil
Pseudomonas spp. Alternaria spp.
Achromobacter spp. Cladosporium spp.
Bacillus spp. Aspergillus spp.
Flavobacterium spp. Mucor spp.
Clostridium spp. Humicola spp.
Streptomyces spp. Penicillium spp.
Termofil
Bacillus spp. Aspergillus fumigatus
Streptomyces spp. Mucor pusillus
Thermoactinomyces spp. Chaetomium
thermophile
Thermus spp. Humicola lanuginosa
Thermomonospora spp. Absidia ramosa
Microployspora spp. Sporotrichum
thermophile
Torula thermophile
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 11/34
11
Thermoascus
aurantiacus
Sumber : Sylvia et al . (2005)
Bahan Penyusun Kompos
Serbuk gergaji
Serbuk gergaji memiliki kandungan air kering sampai sedang. Sebagai
bahan baku kompos serbuk gergaji bernilai sedang hingga baik walau tidak
seluruh komponen bahan dirombak dengan sempurna. Serbuk gergaji ada yang berasal dari kayu lunak dan ada pula kayu keras. Kekerasan jenis kayu
menentukan lamanya proses pengomposan karena kandungan lignin didalamnya.
Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam kayu, asal daerah penanaman, dan
umur kayu. Makin halus ukuran partikel serbuk gergaji makin baik daya serap air
dan bau yang dimilikinya. Unsur hara serbuk gergaji yaitu C : 50%, N : 0,25%, P :
0,20%, K : 0%, C/N : 200 (Mindawati dkk, 1998).
Molasses
Molasses atau yang lebih dikenal dengan tetes tebu adalah hasil samping
dari hasil pembuatan gula tebu. Molasses merupakan media fermentasi yang baik,
karena masih mengandung kadar gula sekitar 48 sampai 50% (Migo et al., 1993).
Tetes tebu dapat digunakan sebagai pupuk atau untuk pembuatan ragi
(Wardiyono, 2007).
Mikroorganisme
Pusat dari proses pengomposan adalah mikroorganisme dan kemampuan
mikroorganisme dalam mendekomposisi. Populasi mikroorganisme selama
berlangsungnya perombakan senyawa organik akan terus berubah. Penambahan
kultur mikroorganisme khusus diharapkan dapat meningkatkan laju dekomposisi
senyawa organik (Sylvia et al., 2005; Outerbridge, 1991).
Effective Microorganism (EM) adalah kultur campuran dari
mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian
besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 12/34
12
laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi.
EM mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik sehingga
sangat bagus digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik atau
kotoran hewan, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan
aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen (Anonimus, 2007).
Abu
Abu ditambahkan dalam pengomposan untuk menetralisasi keasaman.
Kapur juga mengandung Ca, K, dan Mg dalam kompos yang dibuat (Rosmarkam
& Yuwono, 2002).
Kapur
Kapur dapat ditambahkan untuk meningkatkan metabolisme
mikroorganisme. Kapur dapat melapisi permukaan substrat organik dengan suatu
film partikel koloid yang membantu menahan air pada permukaan, sehingga
membantu cara kerja mikroorganisme dalam mendekomposisi substrat
(Outerbridge, 1991).
Ciri-ciri Kompos Matang
Kompos yang sudah masak memiliki warna coklat kehitaman, tekstur
remah, dan kadar air 50% (Derikx et al ., 1990; Rosmarkam & Yuwono, 2002;
McKinley & Vestal, 1985). Standar rasio C/N kompos yaitu antara 10 sampai 20
(SNI, 2004). Menurut Sylvia et al . (2005), kompos matang yang berasal dari
ekskreta ayam memiliki kandungan nitrogen 4,5 %; fosfor 0,8 %; kalium 0,7 %;
kalsium 1,8 %; magnesium 0,4 %, dan rasio C/N 7.
Kualitas Kimia Kompos
Kemasakkan kompos dapat ditentukan secara kimiawi, yaitu berdasar
rasio C/N, kapasitas tukar kation, N anorganik dan tingkat kelembaban bahan
organik. Faktor lain yang menentukan mutu kompos adalah kandungan bahan
organik, kadar air, kandungan bahan penyusunnya, banyaknya patogen (bibit
penyakit), pH, tingkat kemasakan, ukuran partikel dan bau (Zucconi dan Bertoldi
1987, cit Triatmojo 2002).
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 13/34
13
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kualitas kimia kompos
berpengaruh terhadap kesuburan tanah, antara lain :
a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman
yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak
tentu dan relatif kecil.
b. Bahan organik akan memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah
menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar.
c. Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah berat.
d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air (water holding capasity),
sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih
baanyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga..
e. Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik,
menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran) dan
meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut
(lempungan).
f. Bahan organik meningkatkan KPK (kapasitas pertukaran kation),
sehingga kemampuan mengikat ion menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jika
tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, harra
tanaman tidak mudah tercuci.
g. Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat
tinggi maupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan
makanan lebih terjamin.
h. Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity)
terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i.
Bahan organik mengandung mikroorganisme dalam jumlah cukup yang berperan dalam dekomposisi bahan organik.
Menurut SNI (2004) standar kualitas kompos yang baik untuk kadar air
maksimal sebesar 50%, bahan organik minimal 27%, C organik minimal 9,8%, N
total minimal 0,04%, K total minimal 0,2% dan rasio C/N minimal sebesar 10 dan
maksimal 20. Haga (1998) cit Triatmojo (2002) menyatakan bahwa diharapkan
kompos memiliki kandungan N lebih dari 1,2%, P2O5 lebih dari 0,5% dan K 2O
lebih dari 0,3%. Menurut Sarwono dan Arianto (2006), kompos yang baik
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 14/34
14
mengandung 0,79% N; 1,28% P2O5; 0,88% K 2O; 1,74% CaO; 0,45% MgO; dan
22,53% C-organik
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Bahan-bahan yang dapat dijadikan kompos ada dua macam,yaitu :
1. Organik
Misalnya daun tanaman, rumput-rumputan, potongan sayur, dan
sebagainya.
2. Organik Olahan
Bahan-bahan yang berasal dari sisa makanan seperti nasi, bekas sayuran,
sisa roti, sisa masakan, dan semacamnya.
Asal Bahan
1. Pertanian
Limbah dan
residu
tanaman
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung,
semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut
kelapa
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 15/34
15
Limbah & residu
ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan
biogas
Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air
2. Industri
Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah
kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan
Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah
pengolahan minyak kelapa sawit
3. Limbah rumah tangga
Sampah Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota
Proses pengomposan adalah proses bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Kompos dari sampah
organik pasar atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan beberapa
metode, diantaranya :
A. Metode Konvensional
Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos
ditimbun dan ditutup dengan kain terpal.Selain kain terpal dapat digunakan
pula karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari
jaring plastik.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 16/34
16
B. Metode komposter
Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah
merupakan material sisa yang tidak diinginkan.60%- 70% sampah yangdihasilkan adalah sampah organik/sampah basah (sampah rumah tangga,
sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar
dll). Pengomposan dengan teknologi komposter adalah proses penguraian
sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai
dan Organik Agent (bahan mineral organik).
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas (50-70)oC. Suhu akan tetap
tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi.Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini
terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat
humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun
biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari
volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik(menggunakan
oksigen) atau anaerobik(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan
sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen
dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 17/34
17
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun,
proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan
dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat,
asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S
Proses pengomposan tergantung pada kondisi sebagai berikut:
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
Memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses
pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing
tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang
dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak
dipergunakan adalah mikroba, baik bakteri, actinomicetes, maupun
kapang/cendawan. Saat ini di pasaran banyak sekali beredar aktivator-
aktivator pengomposan, misalnya : Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp,
EM4, Stardec, Starbio, dll.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah activator yang
banyak dimanfaatkan untuk membuat kompos. Aktivator pengomposan ini
menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi
dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma
pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily
sp dan FPP (fungi pelapuk putih).
Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik).Aktivator ini
tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara
berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu
dan kelembaban agar proses
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 18/34
18
pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat
dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposkan
hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.
Teknologi Pengomposan
Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
1. Pengomposan dengan teknologi rendah (Low – Technology)
2. Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid – Technology)
3. Pengomposan dengan teknologi tinggi (High – Technology)
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teknik-teknik teknologi dalam
pembuatan kompos:
1. Pengomposan dengan Teknologi Rendah
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow
Composting.Kompos ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun
sejajar.Tumpukan secara berkala dibolak-balik untuk meningkatkan aerasi,
menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan menurunkan kelembaban
kompos.Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang besar. Lama
pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang tergantung pada
karakteristik bahan yang dikomposkan.
2. Pengomposan dengan Teknologi Sedang
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi
dengan menggunakan blower mekanik.Tumpukan kompos ditutup
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 19/34
19
dengan terpal plastik.Teknik ini dapat mempersingkat waktu
pengomposan hingga 3 – 5 minggu.
Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi
aerasi.Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa
udara.Seringkali ditambahkan pula cacing (vermikompos). Lama
pengomposan kurang lebih 2 – 3 minggu dan kompos akan matang
dalam waktu 2 bulan.
3. Pengomposan dengan Teknologi Tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus
untuk mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk
mengatur kondisi pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis.
Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
Rotary Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus
untuk proses pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan
dicampur pada saat dimasukkan ke dalam drum. Drum akan berputar
untuk mengaduk dan memberi aearasi pada kompos.
Box/Tunnel Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar. Bahan-bahan
mentah akan dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap
pengomposan berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya
menjadi produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer.Bak pengomposan
dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan
selanjutnya diaduk secara mekanik dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke
bak zona ke dua dan proses pematangan kompos dilanjutkan.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 20/34
20
· Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.
Strategi Mempercepat Proses Pengomposan
Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara
umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu:
1. Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses
pengomposan.2. Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan:
mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua.
Memanipulasi Kondisi Pengomposan
Strtegi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi
pengomposan.Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimummungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk
membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi
dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran
ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup
kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi
tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu
sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya.
Menggunakan Aktivator Pengomposan
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang
dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak
dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut
vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing.
Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri,
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 21/34
21
aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali
beredar aktivator-aktivator pengomposan.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPPI) dan saat ini telah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara MARROS Bio-Activa
dikembangkan oleh para peneliti mikroba tanah yang tergabung dalam sebuah
perusahaan swasta. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-
mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi
limbah-limbah padat organik. Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak
memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu
dan kelembapan agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat.
Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan
lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit
dikomposkan.
Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah
mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal
mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan.
Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas
dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat
digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:
1. Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.
2. Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.
3. Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.
4. Tingkat kesulitan pembuatan kompos
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 22/34
22
BAB III
METODE PERCOBAAN
Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan kompos ini adalah
metode konvensional atau metode sederhana
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
3.1.1 Waktu
Percobaan pembuatan kompos ini dilaksanakan pada Senin, 25
Maret 2013 pukul 07.30 WIB (pada kuliah praktikum Teknik
Pengolahan Limbah Industri) dan panen kompos dilakukan pada
Senin, 13 Mei 2013 pukul 07.30 s/d 10.00 WIB. Pembuatan kompos
dilakukan selama 7 minggu. Setiap seminggu sekali dilakukan
pengecekan penurunan ketinggian kompos, pH, dan temperatur
kompos.
3.1.2 Tempat
Pembuatan kompos dilaksanakan disamping gedung
laboratorium Akademi Kimia Analisis Bogor (di dekat IPAL AKA)
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada pembuatan kompos secara
konvensional ini diantaranya adalah sekop, ember, terpal lebar yang
telah dilubangi pada keempat sisinya, tali, 4 peralon berdiameter
kecil, 1 peralon berdiameter besar, termometer, pH meter, neraca
kasar, meteran, gelas piala, batang pengaduk, erlenmeyer, corong,
aluminium foil, kertas saring, kantung plastik, shaker dan pengayak.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 23/34
23
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pembuatan kompos ini adalah 10 kg
sampah kebun dengan perbandingan sampah coklat dan sampah
hijau dengan rasio 2:1, 1 kg serbuk gergaji, 1 kg pupuk kandang,
bakteri ecogat, dan air.
3.3 CARA KERJA
3.3.1 Pembuatan Kompos
Pembuatan kompos dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Disiapkan 10 kg sampah kebun dengan perbandingan antara
sampah coklat dan sampah hijau yaitu 2:1
2. Sampah tersebut dipotong/dicacah sampai berukuran ± 5 cm agar
udara dapat leluasa bergerak disela-sela sampah organik tersebut
3. Kedalam sebuah terpal yang telah dilubangi pada keempat sisi
dimasukkan peralon berdiameter kecil
4. Sampah coklat dan sampah hijau tersebut dicampur sampai
merata diatas terpal tadi
5. 1 kg (10% total) serbuk gergaji dan 1 kg pupuk kandang
ditimbang
6. Kedalam campuran sampah organik tersebut ditambahkan serbuk
gergaji dan dicampurkan hingga merata(homogen)
7. Pupuk kandang yang telah ditimbang tadi juga dicampurkan
hingga merata8. Bakteri ecogat ditambahkan pada campuran tersebut, campuran
juga ditambahkan sedikit air sampai terasa lembab lalu
dihomogenkan kembali dengan cara pengadukan
9. Setelah semua bahan tercampur merata/homogen, terpal diangkat
dan diikat namun sebelumnya, peralon berdiameter besar yang
berlubang dimasukkan pada bagian tengah
10. Temperatur dan ketinggian kompos diukur
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 24/34
24
11. Kompos dibiarkan selama ± 7 minggu sebelum panen kompos
dan dicek pH, temperatur dan penurunan ketinggiannya setiap
satu minggu sekali.
3.3.2 Pengecekan Kompos
Pengecekan kondisi kompos perlu dilakukan untuk mengetahui
keefisienan dan keberhasilan pembuatan kompos ini. Pengecekan
kompos ini dilakukan setiap seminggu sekali.
a) pH
Pengecekan pH dilakukan untuk mengetahui kondisi kompos
karena mikroba pada pengomposan bekerja pada pH 5,5 –
8. pH
kompos diukur dengan cara:
1. Terpal dibuka sedikit lalu diambil sejumlah contoh dari 3 titik
dan dimasukkan ke kantung plastik
2. Contoh ditimbang ± 5 gram dengan neraca analitik
3. Contoh tersebut dimasukkan erlenmeyer dan ditambahkan
100 mL aquadest
4. Erlenmeyer tersebut ditutup rapat dengan aluminium foil
5. Contoh di- shaker selama 5 menit pada kecepatan 120 rpm
6. Ekstrak tersebut disaring dengan kertas saring dan ditampung
pada gelas piala
7. Filtrat diukur pH-nya dengan pH meter
8. Hasil dicatat
9. Terpal ditutup rapat kembali
b) Temperatur
Pengomposan terjadi pada temperatur mesophilic (10 °C –
40 °C) dan thermophilic (diatas 42 °C) biasanya dilakukan pada
temperature 43 °C – 65 °C sebagai temperatur yang optimal
dalam proses pengomposan. Temperatur thermophilic lebih
disukai dalam pengomposan karena membunuh lebih banyak
patogen, kecambah dan larva lalat. Dalam beberapa proses
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 25/34
25
pengomposan, temperatur dapat saja melebihi 70 °C, karena
dampak dari dinding yang tidak dapat menghantar panas
(insulation) ketika sedang berjalannya kegiatan mikrobiologi.
Pada temperatur ini banyak mikroba mati dan proses
pengomposan dapat berhenti, kemudian temperatur turun hingga
mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang kembali.
Cara pengukuran temperatur kompos sebagai berikut:
1. Terpal dibuka sedikit lalu masukkan termometer kedalam
kompos
2. Didiamkan beberapa saat sampai stabil(tidak ada
kenaikan/penurunan pembacaan pada termometer)
3. Hasil dicatat
4. Terpal ditutup rapat kembali
c) Ketinggian
Kompos dinyatakan berhasil/efisien jika terjadi penurunan
ketinggian. untuk mengetahui penurunan ketinggian kompos
dilakukan dengan mengukur dengan meteran dari bagian dalam
peralon besar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengecekan kompos secara
berkala:
Tidak ada panas yang timbul
Hal ini disebabkan Oksigen, bahan nitrogen dan kelembaban
yang tidak cukup, oleh karena itu yang harus dilakukanadalah menambahkan sumber kaya nitrogen seperti kotoran
hewan dan potongan rumput, aduk komposnya dan siram
dengan air sehingga lembab
Daun daun lengket, rumput tidak terurai
Hal ini disebabkan aliran udara yang tidak cukup dan atau
kurang lembab, yang perlu dilakukan adalah menghindari
lapisan tebal yang hanya terdiri dari satu jenis material,
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 26/34
26
campurkan dengan jenis material yang lain dan aduk hingga
rata. Material yang tidak terurai di hancurkan atau dicacah
kecil kecil
Komposnya berbau seperti mentega asam tahu telur busuk
Hal ini disebabkan kekurangan oksigen atau tumpukan
kompos terlalu basah atau terlalu padat, yang perlu dilakukan
adalah Aduk tumpukan komposnya sehingga dapat dialiri
udara dan bernafas lega, lalu dpat juga ditambahkan bahan-
bahan kering yang kasar, seperti daun-daun kering untuk
menyerap air. Jika sangat bau, bahan kering ditambahkan
diatasnya dan tunggu sampai agak kering sedikit, baru
diaduk.
Komposnya berbau seperti ammonia
Hal ini disebabkan tidak cukupnya bahan karbon dalam
kompos. Yang perlu dilakukan adalah menambahkan bahan
carbon seperti serbuk gergaji, sekam padi, daun-daunan dsb
3.3.3 Panen Kompos
Setelah beberapa minggu melakukan pengomposan, kompos
dapat dipanen agar dapat dimanfaatkan hasilnya. Adapun tatacara
panen kompos yaitu :
1. Ikatan pada terpal dibuka dan dilebarkan
2. Peralon berdiameter besar maupun kecil dilepaskan dari terpal
3. Kompos diratakan dan dijemur dibawah sinar matahari
4.
Setelah dirasa kompos telah kering, kompos diayak untuk memisahkan dari partikel yang besar
5. Partikel yang kecil/halus ditampung dan siap untuk dipakai
6. Partikel yang besar yang tidak terurai dapat dicacah kembali dan
digunakan untuk pembuatan kompos selanjutnya.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 27/34
27
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
Minggu ke- Suhu (oC ) pH Tinggi
Kompos
Bobot
Kompos
1( tanggal 1
April
2013)
1. 30,0
2. 31,0
3. 31,0 8,02
36,00 cm
28,00 cm
5,0000 kg
2 (tanggal 8
April 2013
)
1. 28,5
2.
28,0
3. 28,0 7,83
36,00 cm
16,00 cm
5,0000 kg
3 (tanggal 15
April
2013)
1. 28,0
2. 28,7
3. 27,7 7,92
36,00 cm
13,10 cm
5,0000 kg
Pelaksanaan Panen Kompos
Panen kompos dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013, sampah yang
telah terdekomposisi dipisahkan dengan sampah yang masih dalam bentuk
kasar dengan cara disaring. Kompos yang terpisah ditimbang bobotnya dan
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 28/34
28
didapatkan kompos murninya sebanyak ± 3,0000 kg. Dan kompos siap untuk
digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kualitas tanah
menjadi tanah yang subur.
Pembahasan
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan
organik seperti tanaman , hewan ,atau limbah organik lainnya. Pembuatan
kompos dilakukan pada suatu tempat yang terlindung dari panas dan hujan.
Untuk mempercepat perombakan dan pematangan serta menambah unsur
hara, maka ditambahkan campuran kapur dan kotoran ternak. Bahan yang
digunakan sebagai sumber kompos berupa limbah seperti sampah coklat sisa-
sisa tanaman yang telah berguguran dan mengering dan sampah hijau sisa
tanaman dan sampah pasar. Pupuk kompos berfungsi untuk memperbaiki
kesuburan tanah dan sekaligus meningkatkan produktivitas lahan dan
tanaman.
Pada saat praktikum, digunakan bahan baku pembuatan kompos berupa
sampah hijau dan sampah coklat dengan komposisi sampah hijau 1 kg dan
sampah coklat 4 kg yang telah dipotong kecil-kecil atau diperkecil
ukurannya. Kemudian dicampur menjadi satu antara sampah hijau dan
sampah coklat diatas terpal untuk dihomogenkan dengan bantuan alat seperti
sapu lidi atau tongkat. Setelah itu, dilakukan penambahan serbuk gergaji
dengan cara ditaburkan secara merata pada tumpukan sampah yang telah
dihomogenkan diatas terpal tersebut dan ditambahkan bakteri ecogate untuk
membantu proses dekomposisi senyawa organik. Lalu ditambahkan air
sampai sampai lembab. Kemudian terpal ditutup rapi dengan diberi lubang
pada bagian tiga sudut terpal ,dan pralon ditempatkan di tiga lubang tersebut
agar air hasil dekomposisi senyawa organik dapat mengalir keluar dari terpal.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 29/34
29
Sampah dipotong kecil-kecil bertujuan untuk memperkecil ukuran sampah
tersebut yang dapat mempercepat proses pembusukan baik secara alami
maupun dengan mikroba. Kemudian dilakukan homogenisasi antara sampah
hijau dengan coklat bertujuan agar proses pembusukannya merata, tidak hanya
sampah hijau atau coklat saja. Dalam homogenisasi dapat digunakan bantuan
alat apapun asalkan dapat membantu dalam homogenisasi sampah.
Penambahan serbuk gergaji dan mikroba memiliki peranan yang penting yaitu
untuk menurunkan pH dan mempercepat proses penguraian atau dekomposisi
dedaunan agar menjadi busuk, tentunya untuk menjaga kehidupan mikroba
maka perlu disesuaikan kondisinya yaitu suasana lembab dengan cara
menambahkan air pada bahan sampah.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada minggu pertama tanggal 1
April 2013, kompos mengalami proses dekomposisi awal(proses permulaan)
ditandai dengan penurunan tinggi kompos dari tinggi awal kompos 36 cm
menjadi 28 cm. Namun pH dan temperatur masih sesuai dengan bahan dan
lingkungan yang ada yaitu pH 8,02 dan suhu kompos 31oC sehingga untuk
menurunkan pH ditambahkan serbuk gergaji.
Pada minggu kedua, tanggal 8 April 2013 terjadi penurunan pH dari
8,02 menjadi 7,83, mengindikasikan bahwa suasana kompos dalam terpal
tersebu menjadi sedikit asam dan temperatur turun dari 31oC menjadi 28,5oC
hal ini menunjukkan sejalan dengan adanya aktivitas mikroba (khususnya
bakteri yang indigenous/ asli) didalam bahan , seharusnya temperatur
mengalami kenaikan untuk menghasilkan asam organik, tetapi kenyataannya
temperatur menjadi turun.
Pada minggu ketiga, terjadi sedikit kenaikan temperatur dari 28,5oC
menjadi 28,7oC , aktifitas bakteri mesofilik akan terhenti , kemudian diganti
oleh kelompok termofilik. Bersamaan dengan pergantian ini maka amoniak
dan gas nitrogen akan dihasilkan, sehingga nilai pH akan berubah menjadi
basa. Jika temperatur turun kembali hingga akhirnya berkisar seperti
temperatur asal . Maka fasa ini disebut fasa pendinginan dan akhirnya hasil
kompos siap untuk digunakan.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 30/34
30
Pada saat dilakukan panen kompos , sampah yang telah
terdekomposisi dipisahkan dengan sampah yang masih dalam bentuk kasar
dengan cara disaring/diayak. Kompos yang terpisah ditimbang bobotnya dan
didapatkan kompos murninya sebanyak ± 3 kg. Kompos telah siap untuk
digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kualitas tanah
menjadi tanah yang subur.
Kompos yang dihasilkan hanya ± 3 kg, jumlah ini hanya 60% dari
bobot bahan baku yang digunakan, artinya dalam pembuatan kompos dengan
metode ini tidak cukup efisien. Hal ini dapat dikarenakan oleh metode yang
digunakan tidak cocok, terdapat kesalahan dari praktika, ataupun dari faktor
lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa faktor yang
memungkinkandapat mempengaruhi dalam proses pengomposan adalah:
a) Pemisahan Bahan : Bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk
didegradasi/diurai, harus dipisahkan/dikeluarkan. Bahkan bahan-bahan
tertentu yang bersifat toksikserta dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan bahan,
antara lain missal residu pestisida.
b) Bentuk Bahan : Lebih kecil dan homogen bentuk bahan proses
pengomposan akan lebih cepat dan baik. Karena dengan lebih kecil dan
homogen, lebih luas permukaan bahan yang dijadikan substrat bagi
aktivitas mikroba. Juga pengaruhnya terhadap kelancaran diffus oksigen
yang diperlukan untuk pengeluaran CO2 yang dihasilkan.
c) Nutrien: seperti pula jasad hidup lainnya, untuk aktivitas mikroba
didalam tumpukan sampah memerlukan sumber nutrient karbohidrat
misalnya antara 20-40% yang digunakan akan diassimilasikan menjadi
komponen sel dan CO2, kalau bandingan sumber karbohidrat yang
terdapat didalamnya (C/N-rasio) = 10 : 1.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 31/34
31
d) Kadar air bahan : Tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, missal
kadar air optimum didalam proses pengomposan mempunyai nilai antara
50 – 70, terutama selama proses fase pertama . Kadang-kadang dalam
keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampai 85% missal pada
jerami.
Kondisi optimum yang diperlukan agar proses pengomposan berjalan
cepat dan aman disertai hasil yang baik dan memenuhi syarat yaitu bahwa
disamping bentuk dan sifat bahan, juga faktor lingkungan abiotik yang
menyertainya, disertai cara pengerjaannya
Gambar 1.2 Pencacahan bahan sampah basah dengan pisau
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 32/34
32
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil praktikum pembuatan kompos yang telah dilakukan,
bahan baku kompos yang digunakan sebesar ± 5,kg , bobot murni kompos
yang dihasilkan sebesar ± 3 kg. Pembuatan kompos tidak efisien
dikarenakan kompos yang diperoleh hanya 60% dari jumlah bahan baku
yang digunakan, dan hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor.
B. Saran
Untuk mendapatkan produk kompos yang optimal, disarankan
untuk memperhatikan pemisahan bahan , bentuk bahan , nutrient dan
kadar air bahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian
pembahasan. Selain itu, kondisi optimum yang diperlukan agar proses
pengomposan berjalan cepat dan aman, kemudian disertai hasil yang baik
dan memenuhi syarat yaitu bahwa selain bentuk dan sifat bahan, juga
faktor lingkungan abiotik yang menyertainya diperhatikan, dan disertai
cara pengerjaannya.
7/16/2019 Makalah Kompos dengan metode tradiosional
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kompos-dengan-metode-tradiosional 33/34
33
DAFTAR PUSTAKA
Djadjaningrat, Surna T dan Harry Harsono
Amir.1993. Penilaian secara Cepat Sumber-sumber Pencemar
Air, tanah dan udara. Yogyakarta : UGM press
Prof. Drs. Unus Suriawiria.2008. Mikrobiologi Air .Bandung :
Penerbit PT ALUMNI ( Hal : 233- 259)
Pulford, Ian dan Hugh flowers.2006. Enviromental Chemistry at
A glance.New Delhi : Blackwell publishing
http://sutomodiriku.wordpress.com/pengertian-kompos-dan-
cara-pembuatannya/
Recommended