View
30
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PELAKSANAAN METODE AN-NAHDLIYAH DAN
METODE BASMALAH PADA EKSTRAKURIKULER
BTQ KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MLARAK
PONOROGO
SKRIPSI
OLEH :
ROHMATUL WASIAH
NIM : 210316126
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2020
ABSTRAK
Wasiah, Rohmatul. 2020. Pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan Metode
BASMALAH Pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Fery
Diantoro, M.Pd.I.
Kata Kunci : Ekstrakurikuler, BTQ, Metode An-Nahdliyah, Metode BASMALAH
Dalam rangka meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo, pembelajaran Al-Qur’an diperlukan sebuah metode
pembelajaran yang dengannya akan membuat peserta didik lebih mudah dalam
mempelajari Al-Qur’an. Metode yang digunakan di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
menjadikan kombinasi metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH sebagai
metode pembelajaran Al-Qur’an, Karena metode tersebut dianggap praktis dan sesuai
untuk pembelajaran para pemula yaitu dalam hal ini sasarannya adalah kelas VII.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latarbelakang dilaksanakannya
ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (2) mengetahui
bagaimana pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII. (2) mengetahui faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan metode AnNahdliyah dan metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VI. (3) mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas
VII.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) serta dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa (1) latarbelakang dilaksanakannya
ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo adalah untuk
membantu siswa meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an. (2) Pelaksanaan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII
di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo di antaranya persiapan bembelajaran, proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. (3) Faktor–faktor pendukungnya adalah a)
siswa sudah memiliki bekal pembelajaran Al-Qur’an diluar sekolah, b) terfasilitasi
jilid dan prestasinya, c) guru BTQ yang mumpuni, d) waktu disiapkan dari sekolahan.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah a) minat siswa yang tidak konsisten, b) siswa
membolos. (4) Tingkat keberhasilan pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
dapat dikatakan sesuai harapan, Hal ini terbukti dari hasil evaluasi bersama para guru
ekstrakurikuler keagamaan pada hasil akhir semester siswa yang dituliskan kedalam
rapot.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang memiliki peran
penting dalam kehidupan. Salah satu hal mendasarinya adalah dasar
religius yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan Islam lebih
bermakna. Semua dasar pendidikan menjadikan agama sebagai
sumbernya agar pendidikan yang dilaksanakan bernilai sebagai ibadah.
Sehingga harapan besar bagi pendidikan Islam yaitu tercapainya
pendidikan Islam yang ideal.1
Penting bagi manusia memahami Islam secara menyeluruh,
dengan memahami sumber hukum dan pedoman utamanya yaitu Al-
Qur’an, dengan besar harapan agar umat Islam menjadi pemeluk agama
yang yakin dan mantap terhadap agamanya. Al-Qur’an dijadikan sebagai
pedoman atau sandaran, Al-Qur’an dijadikan petunjuk bagi umat Islam
dalam memahami ajaran-ajaran agamanya. Tentunya umat Islam harus
mempelajari Al-Qur’an sebagai sumber pertamanya dan Hadits sebagai
sumber kedua.1
Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab akhir
zaman. Al-Qur’an dijadikan sumber agama Islam pertama dan utama.
1 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, cetakan 1,
(Yogyakarta : Teras, 2011), 54. 1 Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam. Cetakan 1,
(Ponorogo : STAIN Po PRESS), 71.
2
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dan
dijadikan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an memberikan
petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari’ah dan akhlak dengan
jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan
tersebut. Dengan demikian maka mempelajari Al-Qur’an adalah suatu
kewajiban bagi umat Islam.2
Pada masa lalu, orang yang belajar Al-Qur’an membutuhkan
waktu yang cukup lama, tidak hanya berbulan-bulan, bahkan
membutuhkan waktu bertahun-tahun. Namun belakangan ini, sudah
banyak ditemukan metode untuk belajar cepat membaca Al-Qur’an,
misalnya metode Qira’ati, An-Nahdliyah, Iqra’, Ummi, Yanbu’ Al-
Qur’an, Al-Barqi, dan 10 jam belajar membaca Al-Qur’an. Masing-
masing metode menawarkan kemudahan dan kecepatan tertentu dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an, dengan syarat pelajar benar-benar
punya keinginan kuat untuk bisa membaca Al-Qur’an.3
Mempelajari Al-Qur’an pada era saat ini terkesan lebih mudah,
ada alat bantu seperti kaset-kaset rekaman yang dapat memudahkan
hafalan ayat ataupun surat-surat dalam Al-Qur’an, sekarang ini, Al-
Qur’an dapat direkam dengan upaya agar daya ingat, kemampuan
2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1994), 37. 3 Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga,
Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta : TH Press, 2007),
13.
3
menghafal juga meningkat. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
senantiasa dilakukan secara terus menerus atau konsisten.4
Modul belajar Al-Qur’an disekolah dapat dilaksanakan melalui
kegiatan ekstrakurikuler BTQ. Di SMP Mlarak menerapkan kegiatan
ekstrakurikuler BTQ bagi kelas VII dengan mengkombinasikan dua
metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH. Dilatarbelakangi dari banyaknya siswa kelas VII yang
belum baik dan benar dalam membaca Al-Qur’an, ada yang belum hafal
huruf-huruf hijaiyah, ada yang belum bisa menulis arab dengan benar dan
siswa kadang mudah bosan pada saat pembelajaran berlangsung.
Mengingat begitu pentingnya kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
bagi siswa, maka diperlukan adanya kesadaran dari pengelola sekolah,
untuk memberikan bimbingan khusus kepada peserta didiknya agar dapat
menguasai ilmu Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Karena dengan
kemampuan membaca Al-Qur’an tersebut, akan berpengaruh dalam
pengamalan ajaran Islam serta pembelajaran agama Islam yang ia
pelajari.
Untuk mendukung pembelajaran membaca Alqur’an diperlukan
sebuah model atau metode pembelajaran yang dengannya akan membuat
peserta didik lebih mudah dalam mempelajari Al-Qur’an. Metode yang
digunakan di SMP Negeri ini menjadikan metode An-Nahdliyah dan
4 Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Berdialog Dengan Al-Qur’an, cetakan
III, Bandung : Mizan, 1997), 28.
4
metode BASMALAH sebagai metode pembelajaran Al-Qur’an, Karena
metode tersebut dianggap praktis dan sesuai untuk pembelajaran para
pemula yaitu dalam hal ini sasarannya adalah kelas VII. Selain itu dengan
metode BASMALAH maka peserta didik diharapkan mampu
meningkatkan minat dan motivasinya dalam hal belajar baca tulis Al-
Qur’an dan dengan metode An-Nahdliyah ini guru terbantu dengan
petunjuk-petunjuk mengenai cara membaca, hukum-hukum tajwid serta
petunjuk penggunaan ketukan pada jilid An-Nahdliyah dan ada pula buku
pedoman khusus pembelajaran membaca Al-Qur’an menggunakan
metode An-Nahdliyah tersebut. Metode ini lebih menekankan pada
kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. sehingga dengan ketukan
bacaan peserta didik akan sesuai dan seragam, baik panjang dan
pendeknya dari sebuah bacaan Al-Qur’an.
Pembelajaran Al-Qur’an pada era sekarang sangatlah penting,
apalagi diharapkan dengan adanya metode tersebut juga sesuai dengan
lingkungan belajar dan kondisi siswanya. Pada kegiatan pembelajaran Al-
Qur’an yang diterapkan di SMP Negeri 1 Mlarak ini misalnya, disini
pembelajaran Al-Qur’an dilaksanakan dengan menggunakan metode
BASMALAH atau kepanjangan dari (Belajar Al-Qur’an Sambil Bermain
Agar Lebih Asyik Dan Mudah). Metode ini telah diterapkan pada
kegiatan Eksrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo, hal
tersebut dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an siswa kelas VII dengan pertimbangan karena metode ini dianggap
5
lebih mudah dan praktis. Metode tersebut yang kemudian juga
dikombinasikan dengan metode An-Nahdliyah.
Berkenaan dengan permasalahan yang melatarbelakangi
pelaksanan Ekstrakurikuler BTQ yang kuat sekali pengaruhnya dalam
meningkatkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an, maka dari itu menarik
untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang pembelajaran Al-
Qur’an di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo dengan judul : “Pelaksanaan
Metode An-Nahdliyah dan Metode BASMALAH Pada Ekstrakurikuler
BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.”
B. FOKUS PENELITIAN
Berangkat dari latar belakang diatas, penelitian ini difokuskan
pada pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan Metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
C. RUMUSAN MASALAH
Berpegang teguh pada latar belakang dan fokus penelitian diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya ekstrakurikuler BTQ
kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo?
2. Bagaimana pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan Metode
BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo?
6
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
Metode An-Nahdliyah dan Metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo?
4. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan Metode An-Nahdliyah
dan Metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hal apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya
ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan
Metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan Metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
4. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Metode An-
Nahdliyah dan Metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
7
E. MANFAAT PENELITIAN
Setelah diketahui tujuan dari penelitian di atas maka hasil
penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan khazanah
mengenai pengajaran Al-Qur’an dengan menggunakan Metode An-
Nahdliyah dan Metode BASMALAH.
2. Praktis
a. Bagi SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yang menjadi fokus
penelitian hasil studi ini, diharapkan bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna
meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) peserta
didik.
b. Bagi pendidik dapat memberikan masukkan dalam mengambil
langkah-langkah atau cara untuk meningkatkan kualitas dalam
pembinaan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
khususnya pelajaran tentang Al-Qur’an.
c. Bagi peserta didik dapat memberikan wawasan tentang masukan
tentang pentingnya mempelajari dan memahami Al-Qur’an
khususnya dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an.
8
d. Bagi peneliti dapat menjadi pengalaman berharga serta menambah
wawasan tentang pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan
Metode An-Nahdliyah dan BASMALAH.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan
memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam skripsi
ini, dan dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan
pembahasan-pembahasan yang dipaparkan secara sistematis, antara lain :
BAB I, Merupakan pendahuluan yang didalamnya memuat latar
belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II , berisi telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori
yang meliputi : Pengertian Ekstrakurikuler, Baca Tulis Al-Qur’an,
metode An-Nahdliyah, dan metode BASMALAH.
BAB III, berisi metodologi penelitian yang terdiri dari
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data
dan sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.
BAB IV, berisi mengenai deskripsi data, baik itu deskripsi data
data secara umum dan deskripsi data secara khusus.
9
BAB V, berisi mengenai pembahasan terhadap temuan-temuan
yang didapatkan dari lapangan yang dianalisis untuk mengetahui
hasilnya.
BAB VI, Merupakan bab terakhir yang berisi penutup, meliputi
kesimpulan dan saran. Pada bab ini pembaca akan mudah mengambil
intisari dari penelitan dari skripsi ini.
10
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelaahan terhadap penelitian terdahul, maka
penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan antara lain
:
Pertama, Penelitian Lindah Kurniatin pada tahun 2019,
mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo tentang
“PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE
AN-NAHDLIYAH PADA SANTRI USIA LANJUT (STUDI KASUS DI
DUKUH PAKEL DESA POHIJO KECAMATAN SAMPUNG
KABUPATEN PONOROGO) TAHUN 2019”
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, pada penelitian
ini menjelaskan tentang Penerapan metode An-Nahdliyah pada santri usia
lanjut di dukuh Pakel desa Pohijo kecamatan Sampung kabupaten
Ponorogo. Hasil penelitiannya yaitu Pembelajaran membaca Al-Qur’an
pada santri usia lanjut dengan metode An-Nahdliyah di dukuh Pakel desa
Pohijo kecamatan Sampung kabupaten Ponorogo, dilaksanakan setiap
hari, setelah sholat Maghrib hingga menjelang sholat Isya’ dan
berlangsung selama kurang lebih 40 menit. Pembelajaran terbagi menjadi
tiga tahapan, yaitu pembukaan, inti dan penutupan. Meski dengan konsep
11
yang sederhana, pembelajaran membaca Al-Qur’an sudah berlangsung
dengan lancar.
Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah keduanya sama-sama menggunakan metode
kualitatif dan sama-sama membahas mengenai metode pembelajaran Al-
Qur’an metode An-Nahdliyah, namun yang membedakan adalah
penelitian diatas menggunakan metode An-Nahdliyah pada santri usia
lanjut sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pelaksanaan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH yang sasarannya adalah
peserta didik kelas VII SMP.
Kedua, Penelitian M. Ulfi Fahrul Fanani pada tahun 2015,
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung tentang
“PENERAPAN METODE AN-NAHDLIYAH DALAM BELAJAR
MEMBACA AL-QUR’AN DI TPQ BAITUL QUDUS BAKALAN
WONODADI BLITAR”. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif, pada penelitian ini menjelaskan tentang penerapan metode An-
nahdliyah dalam belajar membaca Al-Qur’an di TPQ Baitul Qudus
Bakalan Wonodadi Blitar. Dengan hasil penelitiannya yaitu bahwa
Penerapan metode An-Nahdliyah dalam belajar membaca Al-Qur’an di
TPQ Baitul Qudus sudah berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dengan
adanya usaha yang sungguh-sungguh dari pihak ustadz dan ustadzah untuk
12
melakukan usaha peningkatan kualitas baca Al-Qur’an. Ditunjukkan dari
usaha yaitu :
a. Dengan diterapkannya empat metode yaitu metode demonstrasi,
metode drill, metode tanya jawab dan metode ceramah dan melalui
pengelolaan pengajaran
b. Melalui pengelolaan pengajaran
Dalam pengelolaan pengajaran di TPQ Baitul Qudus ini, santri
dikatakan tamat belajar dan berhak wisuda apabila telah
menyelesaikan dua program yang dicanangkan yaitu: Program Buku
Paket (PBP), Program Sorogan Al-Qur’an (PSQ).
Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah keduanya sama-sama menggunakan metode
kualitatif dan sama-sama membahas mengenai metode pembelajaran Al-
Qur’an An-Nahdliyah, namun yang membedakan adalah penelitian diatas
menggunakan metode An-Nahdliyah pada pembelajaran Al-Qur’an di
TPQ, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pembelajaran
Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH yang
sasarannya adalah peserta didik kelas VII SMP.
Ketiga, Penelitian oleh Agung Kurniawan pada tahun 2010,
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang “EFEKTIFITAS
METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN (BTQ)
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SMA
13
FATAHILLAH CILEDUG TANGERANG”. Penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif, pada penelitian ini menjelaskan tentang efektifitas
metode pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an Siswa SMA Fatahillah Ciledug Tangerang dengan
hasil penelitiannya yaitu : metode komunikasi dalam pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur’an (BTQ) berjalan dengan efektif terutama terhadap
kemajuan dalam membaca Al-Qur’an. Dari sini terbukti bahwa adanya
korelasi positif dan signifikan bahwa metode pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an (BTQ) berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa kelas X SMA Fatahillah Ciledug Tangerang.
Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah keduanya sama-sama membahas mengenai
metode An-Nahdliyah dalam pembelajaran Al-Qur’an dalam kegiatan
Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)nya, namun yang membedakan adalah
penelitian diatas menggunakan penelitian kuantitatif dengan menjadikan
metode komunikasi sebagai metode dalam pembelajaran Al-Qur’an dalam
kegiatan BTQ di SMA, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan penelitian kualitatif yang berkaitan dengan pembelajaran
Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH yang
sasarannya adalah peserta didik kelas VII SMP.
Keempat, Jurnal oleh Monica Subastia dkk yaitu jurnal
pengabdian kualitatif dengan menggunakan metode sosialisasi pada tahun
2017, dengan judul “METODE BISMILLAH METODE BELAJAR AL-
14
QUR’AN UNTUK ANAK TUNA RUNGU”. Pengabdian ini
dilaksanakan selama 5 bulan di Yayasan Pendidikan dan Penyantunan
Anak Luar Biasa (YPPALB-B) Kota Magelang. hasil kesimpulan pada
jurnal ini menjelaskan bahwa:
1) Anak penyandang tuna rungu memiliki kekurangan dalam belajar baca
tulis Al-Qur’an.
2) Anak tuna rungu memiliki kemampuan motorik yang cukup bagus.
3) Metode yang menggunakan plastisin dapat membantu belajar anak tuna
rungu dan dapat memperkuat hafalan.
4) Metode BISMILAH merupakan metode pembelajaran baca tulis Al-
Qur’an dengan cara bermain agar asyik dan mudah.
Persamaan jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah keduanya sama-sama membahas mengenai metode dalam
pembelajaran Al-Qur’an dalam kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ).
sama-sama menggunakan metode BASMALAH, namun yang
membedakan adalah jurnal tersebut membahas pelaksanaan metode
BASMALAH pada anak tuna rungu. sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah pembelajaran Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH yang sasarannya adalah peserta didik kelas VII
SMP.
Dari keempat penelitian terdahulu ada beberapa kesamaan
mengenai penggunaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH
dalam pembelajaran Al-Qur’an. Hal yang membedakan dengan penelitian
15
terdahulu adalah pada penelitian terdahulu hanya terfokus pada satu
metode pembelajaran saja. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih
dalam meneliti terkait adanya pelaksanaan dari kedua metode
pembelajaran Al-Qur'an yaitu metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH yang dilaksanakan pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
B. Kajian Teori
1. Ekstrakurikuler
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekstrakurikuler
yaitu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam
kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.1
Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Suryosubroto
menjelaskan bahwa kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan
tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan
kegiatan pilihan. Sedangkan definisi kegiatan ekstrakurikuler
menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah kegiatan
yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di
sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
1 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka,
2005), 291.
16
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Menurut Suryosubroto
kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur
program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.2
Menurut Wildan Zulkarnain, kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal pelajaran, tetapi
menunjang secara tidak langsung terhadap kegiatan intrakurikuler.
Walaupun menunjang secara tidak langsung, tetapi efek jangka
panjangnya sangat penting bagi perkembangan pribadi peserta didik
secara utuh. Hal ini disebabkan kegiatannya memiliki fungsi utama
dalam menyalurkan atau mengembangkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar
bersosialisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, dan
sebagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran
biasa dan kebanyakan materinya pun di luar materi intrakurikuler,
serta dapat dilaksanakan disekolah maupun di luar sekolah. Setiap
peserta didik dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat
dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun
pilihan.3\
2 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cetakan pertama
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 271. 3 Wildan Zulkarnain, Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2018), 55.
17
b. Tujuan Dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler
Tujuan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah :
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan
satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.4
Tujuan ekstrakurikuler menurut Sopiatin yang dikutip oleh
Wildan Zulkarnain adalah menumbuhkembangkan pribadi peserta
didik yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan YME,
memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sosial, budaya, dan alam sekitarnya. Serta menanamkan sikap
sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab melalui
berbagai kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler tersebut diarahkan pada pembimbingan
kecakapan hidup peserta didik, yang meliputi: kecakapan individual,
4 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cetakan pertama
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 272.
18
kecakapan sosial, kecakapan vokasional, kecakapan intelektual, dan
pembimbingan kepemudaan.5
Sedangkan Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler,
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan telah menegaskan
bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal
pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung
program intrakurikuler dan kokurikuler.
Jadi, ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler adalah berupa
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung
program ekstrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan
minatnya serta pengembangan sikap yang ada pada program
intrakurikuler dan program kokurikuler.5
c. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Sopiatin yang dikutip oleh Wildan Zulkarnain,
terdapat dua jenis kegiatan ekstrakurikuler bila dilihat dari
hubungannya dengan pelajaran dikelas, yaitu kegiatan
ekstrakurikuler bersifat langsung dan kegiatan ekstrakurikuler tidak
langsung.
5 Wildan Zulkarnain, Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2018), 56. 5 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cetakan pertama
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 272.
19
1) Kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan langsung dengan
pelajaran dikelas bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Contohnya : olahraga, seni,
bimbingan belajar, dan karya ilmiah remaja.
2) Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak langsung berhubungan
dengan pelajaran dikelas bertujuan menyesuaikan diri peserta
didik dengan kehidupan integratif, dan memberikan keempatan
untuk bekerjasama mencapai tujuan-tujuan bersama.
Contohnya : paskibra, OSIS, Pramuka, dan MPR.6
2. Baca Tulis Al-Qur’an
a. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an
Membaca dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari
“baca“, yang secara sederhana dapat diartikan melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya
dalam hati), mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui kata-kata/bahasa tulis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “tulis”
memiliki beberapa arti, antara lain:
6 Wildan Zulkarnain, Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2018), 58.
20
1) Membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur, dsb).
2) Melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan: mengarang cerita; membuat surat;
berkirim surat.
3) Menggambar, melukis.7
Al-Qur’an adalah kalamullah ’AzzaWajalla yang
diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW
dengan berbahasa Arab. Dinamakan Al-Qur’an karena ia harus
selalu dibaca, difahami oleh setiap muslim dan membacanya
merupakan amalan yang berpahala.8
Menurut Muhammad Ali al-Shabuni yang konon telah
disepakati oleh para ulama, khususnya para ulama ushul fikih yaitu
: Al-Qur’an ialah kalam Allah yang (memiliki) mukjizat, diturunkan
kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara
malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada
kita dengan cara tawatur (mutawatir), yang dianggap ibadah dengan
membacanya, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan
surat An-Nas.9
7 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), 968. 8 Muhammad Sholeh Ashad, Rumus-Rumus Membaca Al-Qur’an secara
Tartil, (Surabaya : LPPQ Ziyadatusholihah unit 038 Kejapanan Gempol Pasuruan,
cetakan 1, 2000), 1. 9 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rajawali Pers,
2013), 23.
21
Dari beberapa penjelasan tersebut penulis menyimpulkan
bahwa baca tulis Al-Qur’an adalah kegiatan seseorang dalam proses
belajar bahasa Al-Qur’an dengan tata cara baca yang baik dan
mencoba menuangkan kata-kata Al-Qur’an dalam tulisan Arab
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Al-Qur’an yang benar dengan
tujuan beribadah kepada Allah SWT.
b. Tujuan Baca Tulis Al-Qur’an
Di dalam sebuah lembaga pastilah mempunyai program
tertentu dan juga memiliki tujuan di dalamnya, untuk itu tujuan baca
tulis Al-Qur’an adalah:
1) Mengentaskan siswa dari bahaya buta huruf hijaiyah atau huruf
Al-Qur’an.
2) Dapat membaca Al-Qur’an dengan benar, sesuai makhorijul
huruf dan dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
3) Dapat menulis huruf Al-Qur’an dengan benar dan rapi.
4) Dengan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar akan
berpengaruh kepada diri sendiri dan akan mempunyai
kepribadian yang baik.
Mendidik bukan hanya masalah transfer ilmu tetapi lebih
dari itu yakni dengan memberikan nilai-nilai positif bagi diri sendiri
dan orang lain, dalam hal ini adalah mengajak peserta didik untuk
berakhlak mulia. Pendidikan paling mulia di berikan orang tua
adalah pendidikan Al-Qur’an yang merupakan lambang agama
22
Islam yang paling asasi dan hakiki sehingga dapat menjunjung tinggi
nilai-nilai spiritual Islam.10
c. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an mempunyai banyak sekali
keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca
baacaan yang lain. Banyak hadits yang menjelaskan tentang
keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut:
1) Menjadi manusia yang terbaik
Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Utsman, bahwa Rasulullah
SAW bersabda : ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar
dan mengajarkan Al-Qur’an.” (HR. Bukhari).11
2) Mendapat ketenangan dan kasih sayang
Dalam hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda :
”Jika suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, yang di
dalamnya mereka membaca kitab Allah dan diantara mereka
saling mengkajinya, maka akan turun kepada mereka
ketenangan. Mereka akan dilingkupi kasih sayang dan dikitari
oleh para malaikat, serta Allah akan menyebut mereka di
hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
10 Istichomah, Skripsi “Pembinaan Kepribadian Muslim Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an Pada Siswa SMK Negeri 1 Pringapus
Kabupaten Semarang Tahun 2017/2018”. Institut Agama Islam Negeri Salatiga,
48-49. 11 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an
Qira’at Ashim dan Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), 55.
23
3) Bersama para malaikat
Rasulullah juga memberi kabar gembira bagi pembaca Al-Qur’an
bahwa ia akan bersama para malaikat yang mulia dan taat.
Rasulullah SAW bersabda : ”seseorang yang mahir membaca Al-
Qur’an akan bersama dengan para malaikat yang mulia dan taat.
Dan yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia terbata-bata serta
mengalami kesulitan dalam membacanya , maka ia mendapat dua
pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim).12
4) Mendapat Syafaat Al-Qur’an
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah dari Rasulullah
SAW bersabda : ”Bacalah Al-Qur’an maka sesungguhnya ia
akan datang besok pada hari kiamat memberi syafa’at bagi yang
membacanya.” (HR. Muslim).
5) Mendapat kebaikan membaca Al-Qur’an
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud Rasulullah SAW
bersabda :
”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-
Qur’an) mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan itu
dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan. Aku tidak berkata alif lam
12 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an Dan
Rahasia-Rahasia Keajaibannya, (Jogjakarta : DIVA Presss, 2009), 265-267.
24
mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim
satu huruf.” (HR. Thirmidzi).
6) Mendapat keberkahan Al-Qur’an
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Rasulullah SAW
bersabda :
”Sesungguhnya seseorang yang tidak ada dalam perutnya sesuatu
dari Al-Qur’an bagaikan rumah kosong.” (HR. Tirmidzi).13
d. Adab Membaca Al-Qur’an
Segala perbuatan yang dilakukan manusia memerlukan
etika dan adab untuk melakukannya, apalagi membaca Al-Qur’an
yang memiliki nilai yang sangat sakral dan beribadah agar mendapat
ridha dari Allah SWT yang dituju dalam ibadah tersebut. Membaca
Al-Qur’an tidak sama seperti membaca Koran atau buku-buku
lainnya yang merupakan kalam atau perkataan manusia belaka.
Membaca al-Qur’an adalah firman-firman Tuhan dan berkomunikasi
dengan Tuhan, maka seseorang yang membaca Al-Qur’an seolah-
olah berdialog dengan Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan adab yang
baik dan sopan di hadapan-Nya. Banyak adab membaca al-Qur’an
yang disebutkan oleh para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut
:
13 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an
Qira’at Ashim dan Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), 58-59.
25
1) Berguru secara Musyafahah.
Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat al-Qur’an terlebih
dahulu berguru dengan seorang guru yang ahli dalam bidang Al-
Qur’an secara langsung.
2) Niat Membaca dengan Ikhlas.
Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang
baik, yaitu niat beribadah yang ikhlas karena Allah untuk
mencari ridha Allah, bukan mencari ridha manusia untuk agar
mendapatkan pujian darinya atau ingin popularitas atau ingin
mendapatkan hadiah materi dan lain-lain.
3) Dalam Keadaan Bersuci.
Diantara adab membaca al-Qur’an adalah bersuci dari hadas
kecil, hadas besar, dan segala najis, sebab yang dibaca adalah
wahyu Allah atau firman Allah, bukan perkataan manusia.
4) Memilih Tempat yang Pantas dan Suci.
Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur’an. ada
beberapa tempat yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur’an,
seperti di WC, kamar mandi, pada saat buang air, di jalan, di
tempat-tempat kotor, dan lain-lain.
5) Menghadap Kiblat dan Berpakaian Sopan.
Pembaca Al-Qur’an disunnahkan menghadap kiblat secara
khusyu, tenang, menundukan kepala, dan berpakaian yang
sopan.
26
6) Bersiwak (Gosok Gigi).
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah bersiwak atau gosok
gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an, agar harum
bau mulutnya dan bersih dari sisa-sisa makanan atau bau yang
tidak enak.
7) Membaca Ta’awwudz.
Disunnahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum
membaca Al-Qur’an. membaca ta’awwudz hanya dikhususkan
untuk akan membaca Al-Qur’an saja.14 Seandainya ia melewati
sekelompok orang kemudian ia memberikan salam kepada
mereka dan hendak kembali membaca lagi, maka sebaiknya ia
mengulangi ta’awudz. Para Imam Qira’at mengutamakan
bacaan ta’awudz secara jahar.15
8) Membaca Al-Qur’an dengan Tartil.
Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, tidak
terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan
makhraj dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam
Ilmu Tajwid.
14 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Keanehan Bacaan Al-Qur’an
Qira’at Ashim dan Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), 35-41. 15 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992),
22.
27
9) Merenungkan Makna Al-Qur’an.
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah merenungkan arti
ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu dengan menggerakkan
hati untuk memahami kata-kata Al-Qur’an yang dibaca
semampunya atau yang digerakkan lidah. sehingga mudah
untuk memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik
kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
10) Khusyu dan Khudhu.
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah khusyu dan khudhu.
Khusyu dan khudhu artinya merendahkan hati dan seluruh
anggota tubuh kepada Allah SWT sehingga Al-Qur’an yang
dibaca mempunyai pengaruh bagi pembacanya.
11) Memperindah Suara.
Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus
akan lebih menembus hati. Usahakan perindah suara dengan
membaca Al-Qur’an dan sangat disayangkan seseorang yang
diberi nikmat suara indah lagi merdu tidak digunakan untuk
membaca Al-Qur’an.
12) Menyaringkan Suara.
Masalah menyaringkan suara dalam membaca Al-Qur’an ada
beberapa hadits yang menerangkannya tentang keutamaannya,
tetapi juga ada beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan
pelan dan atau perlahan-lahan (israr).
28
13) Tidak dipotong dengan Pembicaraan Lain.
Bahwa membaca Al-Qur’an adalah dialog dengan Tuhan,
karena Al-Qur’an adalah firman-Nya. Maka diantara adabnya
adalah tidak memotong bacaannya dengan pembicaraan lain
atau ngobrol dengan orang lain, apalagi sambil tertawa-tawa
atau bermain-main.
14) Tidak Melupakan Ayat-Ayat yang Sudah dihafal.
Seorang yang sudah hafal Al-Qur’an atau hafal sebagian surah
Al-Qur’an, hendaknya tidak sengaja melupakannya. Apa yang
sudah dihafal di luar kepala atau yang sudah disimpan di dalam
hati jangan dilupakan begitu saja. Akan tetapi hendaknya selalu
diingat, ditadaruskan, dan di mudzakarahkan, misalnya selalu
dibaca, baik dalam shalat sunnah maupun di luar shalat, tadarus,
dan lain-lain.16
3. Metode An-Nahdliyah
a. Selayang pandang perjalanan metode An-Nahdliyah
Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca
Al-Qur’an yang muncul di Kabupaten Tulungagung, Propinsi Jawa
Timur. Metode ini disusun oleh sebuah Lembaga Pendidikan
Ma’arif NU cabang Tulungagung bersama dengan para Kyai dan
16 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, Keanehan Baca Al-Qur’an
Qira’at Ashim dari Hafash, (Jakarta : Amzah, 2013), 41-46.
29
para ahli di bidang pengajaran Al-Qur’an serta tokoh-tokoh
pendidikan merumuskan metode pembelajaran Al-Qur’an
dilingkungan NU (Nahdliyin), yaitu yang diberi nama “Metode
Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah”, yang pada
perkembangan selanjutnya, metode An-Nahdliyah pada tanggal 16
Februari 1993 mendapatkan rekomendasi dari PW LP Ma’arif NU
Jawa Timur dan izin hak cipta dari Departemen Kehakiman RI
Nomer : 008997-009002 tahun 1993. Dan perkembangan metode ini
sangat pesat di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan
wilayah-wilayah lain di luar jawa.17
Metode An-Nahdliyah adalah sebuah metode cepat tanggap
membaca Al-Qur’an yang dikemas secara berjenjang satu sampai
enam jilid. Istilah Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah
dikarenakan memang metodeloginya menggunakan sistem klasikal
penuh. Cara belajar dengan menggunakan hitungan ketukan stik
secara berirama.
Metode pengajaran Al-Qur’an metode An-Nahdliyah
dikembangkan dengan “Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an”
dikembangkan dengan maksud agar :
17 Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, (Tulungagung:
MABIN TPQ An-Nahdliyah, 2015), 1-2.
30
1) Tumbuh sikap kebangkitan kembali untuk belajar dan mengajar
Al-Qur’an.
2) Tumbuh sikap cepat tanggap terhadap belajar dan mengajar Al-
Qur’an.18
b. Ciri Khusus Metode An-Nahdliyah
Metode An-Nahdliyah adalah metode yang memiliki ciri
khusus yang berbeda dengan metode lain. Adapun ciri khusus dari
metode an-Nahdliyah adalah sebagai berikut:
1) Materi pelajaran disusun secara berjenjang dalam buku paket 6
jilid.
2) Pengenalan huruf sekaligus diawali dengan latihan dan
pemantapan makharijul huruf dan sifatul huruf.
3) Penerapan qaidah tajwid dilaksanakan secara praktis dan dipandu
dengan titian murattal.
4) Santri lebih dituntut memiliki pengertian yang dipandu dengan
asas CBSA melalui pendekatan keterampilan proses.
5) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara klasikal untuk
tutorial dengan materi yang sama agar terjadi proses musafahah.
6) Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan.
7) Metode ini merupakan pengembangan dari Qaidah Baghdadiyah.
18 LP. Ma’arif NU Cabang Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman
Pendidikan Al-Qur’an metode An-Nahdliyah, (Tulungagung: MABIN TPQ
Ma’arif, 1993), 9.
31
c. Metode Penyampaian An-Nahdliyah
Metode penyampaian yang dipakai dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
1) Metode demonstrasi, yaitu tutor memberikan contoh secara
praktis dalam melafalkan huruf dan cara membaca hukum
bacaan.
2) Metode driil, yaitu santri disuruh berlatih melafalkan sesuai
dengan makhraj dan hukum bacaan sebagaimana yang
dicontohkan oleh ustadz.
3) Tanya jawab, yaitu ustadz memberikan pertanyaan kepada santri
atau sebaliknya.
4) Metode ceramah, yaitu ustadz memberikan penjelasan sesuai
dengan pokok bahasan yang diajarkan.
Kalau ditinjau dari tingkat usia santri, maka dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu :
a. Kategori usia anak-anak : umur 5-13 tahun.
b. Kategori usia remaja : umur 13-21 tahun.
c. Kategori usia dewasa : umur 21 tahun keatas
Perbedaan kategori ini tidak mempengaruhi metode
pengajaran yang dilakukan. Namun demikian ada muatan materi
yang sesuai tingkat kecerdasan peserta didik. Dengan alokasi waktu
dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Adapun dalam
32
kegiatan belajar mengajar bisa dikelompokkan berdasarkan tingkat
kemampuannya.19
d. Inti Pelajaran Jilid An-Nahdliyah
1) Inti pelajaran jilid I
a) Pengenalan huruf
b) Makharijul huruf
c) Titian murattal
d) Pengenalan angka arab dengan simulasi halaman
e) Do’a iftitah dan do’a Al-Qur’an20
2) Inti pelajaran jilid II
a) Merangkai huruf
b) Bacaan panjang / Mad Thabi’i
c) Pelengkapan harakat
d) Syakal (harakat)
e) Pengenalan angka Arab
f) Menghafal do’a pada halaman terakhir21
3) Inti pelajaran jilid III
a) Lanjutan Mad Thabi’i
19 Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, (Tulungagung:
MABIN TPQ An-Nahdliyah, 2015), 19-20. 20 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid I,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2014), iv. 21 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid II,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2014), iv.
33
b) Ta’ Marbuthah
c) Memperkenalkan cara membaca sukun (huruf mati)
d) Alif Fariqah
e) Ikhfa’
f) Hamzah Washal
g) Menghafalkan do’a yang berada dihalaman akhir22
4) Inti pelajaran jilid IV
a) Menyampaikan lafadh niat berwudlu dan shalat yang terletak
pada halaman 30-31
b) Lafadh niat ini agar disampaikan lebih dulu sebelum materi
lain
c) Bacaan Idzhar Qamariyah
d) Lanjutan cara membaca sukun / huruf mati
e) Bacaan Idzhar Syafawi
f) Bacaan Idzhar Halqiyah
g) Bacaan Mad Wajib Muttashil
h) Menghafal do’a dihalaman akhir23
5) Inti pelajaran jilid V
a) Bacaan Mad lein
b) Tanda tasydid
22 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid III,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2014), iv. 23 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid IV,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2015), iv.
34
c) Bacaan-bacaan Ghunnah, Idzghom bighunnah, Idzghom maal
ghunnah, Idzghom bila ghunnah dan Iqlab.
d) Cara membaca lafadz Jalalah
e) Bacaan Ikhfa’ Syafawi
f) Menghafalal do’a dihalaman terakhir 24
6) Inti pelajaran jilid VI
a) Idhom Syamsiyyah (alif lam yang diikuti huruf bertasydid)
b) Qolqolah (dal, ba’, jim, qof, dan tho’ sukun)
c) Mad lazim Kilmi Mutsaqqol / Mukhoffaf
d) Tata cara membaca akhir ayat Mad Aridl dan Mad Iwadh
e) Mad Lazim Harfi
f) Tanda-tanda Waqof
g) Surat-surat pilihan25
4. Metode BASMALAH
a. Latar belakang dasar pemikiran metode BASMALAH
Metode BASMALAH atau kepanjangan dari (Belajar Al-
Qur’an Sambil Bermain Agar Lebih Asyik Dan Mudah) adalah
Metode yang dibuat oleh Abi Rossamoon Lie’izzati Maula,
Berangkat dari keprihatian beliau yang mendalam yang sudah
24 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid V,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2014), iv. 25 LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid VI,
(Tulungagung : LP Ma’arif NU, 2015), iv.
35
bertahun-tahun terjun langsung di TPQ dan membimbing anak-anak
yang amat manis dan solih atau solihah untuk membaca al Qur’an
sekian lamanya, namun sewaktu mereka menginjakkan kaki di SMP
apalagi SMA, maka nilai-nilai kesolihan warisan TPQ-nya nyaris
tidak tersisa sedikit pun, maka Abi Rossamoon Lie’izzati Maula
bertekad mencari metode alternatif yang efektif untuk mengentaskan
anak-anak dari buta huruf Al-Qur’an dan menanamkan akhlak dan
akidah yang kokoh di otak dan qalbu anak-anak. Yang pada akhirnya
metode tersebut dikenal dengan sebutan metode BASMALAH.
Pada suatu hari, Abi Rossamoon Lie’izzati Maula terinspirasi
untuk menciptakan metode pembelajaran baca tulis Al-Qur’an
untuknya dan anak-anak seusianya dengan metode khusus yang
berbasis permainan dan nyanyian yang akrab dan digemari mereka.
Metode ini berupa kartu simulasi yang terdiri dari 30 lembar, yang
setiap lembarnya berisi satu huruf dengan berbagai variasi dan letak
tulisannya beserta semua tanda baca yang terdapat di dalam Al-
Qur’an.
metode pembelajaran Al-Qur’an yang progresif dan
berorientasi pada pembelajaran al Qur’an secara terpadu, meliputi
cara membaca, menulis, tajwid dan pemahaman artinya, agar semua
pecinta Al-Qur’an menjadi figur keteladanan masyarakat, yang
dapat dipraktikka secera efektif di segala lapisan umur. Berangkat
36
dari sinilah, maka BASMALAH hadir untuk mereformasi metode
baca tulis Al-Qur’an. 26
Dalam menerapkan metode belajar Baca Tulis Al-Qur’an
Khususnya huruf hijaiyah dengan Metode BASMALAH (Belajar
Al-Qur’an Sambil Bermain Agar lebih Asyik dan Mudah) ini
sangatlah penting untuk mengenalkan metode Berbasis belajar
sambil bermain yang tentunya akan menambah semangat dan
antusias dari peserta didik sendiri agar peserta didik lebih mudah
dalam belajar Baca Tulis Al-Qur’an.27
Adapun signifikansi metode Basmalah adalah: hemat,
cepat, dan praktis.
1) Hemat: hanya terdiri dari beberapa kartu yang harganya sangat
terjangkau.
2) Praktis: dapat dibawa dan dipraktikkan di mana saja, baik
perorangan mauapun berkelompok.
3) Simple: dengan memahami satu atau dua kartu (huruf), maka
dipastikan akan mampu mengaplikasikannya pada huruf lainnya.
26 Abi Rossamoon Lie’izzati Maula, BASMALAH: 45 menit bisa membaca
dan menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta V o l
. V I I N o . I (J a n u a r i 2 0 1 1), 66-67. 27 Monica Subastia dkk, Metode Bismillah Metode Belajar AlQur’an
Untuk Anak Tuna Rungu, Jurnal TARBIYATUNA Vol. 8 No. 2 (Desember, 2017),
119.
37
4) Singkat: jika satu kartu dapat difahami dalam satu menit, maka
tidak lebih dari setengah jam, kita sudah dapat menguasai metode
Basmalah.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Basmalah untuk
remaja – dewasa.
1) Guru menuliskan huruf abjad lengkap, baik yang sudah berharokat
ataupun yang belum berharokat, kemudian mengajak santri dan
menyanyikannya dengan versi sholawat (untuk abatatsa) dan
istighfar (untuk alif ba’ ta’).
2) Guru mengambil kartu yang memiliki kemiripan tulisan.
3) Huruf-huruf tersebut dibaca fatkhah, kasroh, dhommah, lalu
tanwin, tanda baca panjang, dan tanda baca sukun atau tasydid.28
28 Abi Rossamoon Lie’izzati Maula, BASMALAH: 45 menit bisa membaca
dan menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta V o l
. V I I N o . I (J a n u a r i 2 0 1 1), 71.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis Penelitian
Dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan angka, yang mana data dipeoleh
dari orang dan prilaku yang yang dapat diamati melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi, maka peneliti menganalisa dengan cara metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.1
Apabila dilihat dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang berusaha
meneliti atau melakukan studi observasi. Peneliti memilih jenis penelitian
field research karena penelitian tentang kombinasi Metode An-Nahdliyah
dengan Metode BASMALAH Pada Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), 6.
39
Negeri 1 Mlarak Ponorogo tidak hanya cukup dengan kajian teori saja, perlu
penelitian langsung ke lokasi yang diteliti, yang dikenal dengan istilah
observasi dan menggunakan pendekatan yang sistematis yang disebut
kualitatif. Dengan demikian data konkrit dari data primer dan sekunder yang
diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sebagai kesimpulan
akhir dari hasil penelitian.
B. Kehadiran peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperanserta, dengan pengamatan berperan serta ini peneliti memperoleh
kesempatan mengadakan pengamatan. Pengamatan berperanserta pada
dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara
secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.
Sebagai pengamat, peneliti berperanserta dalam kehidupan sehari-hari
subjeknya pada setiap situasi yang diinginkannya untuk dapat dipahaminya.
Jadi jelas tidak pada seluruh peristiwa ia perlu berperanserta. 2
C. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Kecamatan Mlarak
Ponorogo didirikan pada Tahun 1982, di atas tanah seluas 10.166 m2 dengan
alamat Jalan Raya Mlarak No 2, Desa Joresan, Kecamatan Mlarak kabupaten
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), 164.
40
Ponorogo yang merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Pertama Negeri
yang berada di kecamatan Mlarak.
Peneliti memilih lokasi tersebut karena melihat walaupun sekolah ini
adalah basicnya bukan sekolah agama tetapi sekolah ini banyak melakukan
kegiatan keagamaan yang dapat menunjang pendidikan agama peserta
didiknya, salah satunya kegiatan BTQ pada kelas VII yang baru berjalan
sekitar 2 tahun dan sudah menjadi ekstrakurikuler wajib pada kelas VII. Pada
kegiatan ekstrakurikuler ini, guru BTQ dalam pembelajaran Al-Qur’an
mengkombinasikan dua metode sekaligus yaitu metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH yang menekankan agar peserta didiknya dapat lebih
mudah belajar dan memahami baca tulis Al-Qur’an.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.3
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang di ambil peneliti
melalui wawancara dan observasi. Sumber data manusia meliputi:
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), 157.
41
a. Kepala SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (melalui wawancara), karena
kepala Sekolah ialah orang yang paling berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
b. Guru Ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
(melalui wawancara), karena dengan mewancarainya peneliti dapat
mengetahui bagaimana pelaksanaan Ekstrakurikuler BTQ kelas VII di
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
c. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (melalui
wawancara), karena dengan mewancarainya peneliti dapat
mengetahui bagaimana pelaksanaan BTQ dan perkembangan yang
dirasakan siswa kelas VII pada saat mengikuti kegiatan
Ekstrakurikuler BTQ.
2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data di luar kata-kata dan
dan tindakan yakni sumber data tertulis, antara lain:
a. Profil SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
b. Data guru-guru Ekstrakurikuler Keagamaan kelas VII
c. Data siswa BTQ kelas VII
d. Foto-foto kegiatan ekstrakurikuler BTQ kelas VII
42
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan beberapa teknik yang antara lain sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakkan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan
dengan sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.4
Observasi ini peneliti lakukan untuk memperoleh data berkaitan
dengan kegiatan ekstrakurikuler BTQ. Mulai persiapan pembelajaran,
proses pembelajaran ekstrakurikuler BTQ, evaluasi pembelajaran Al-
Qur’an siswa kelas VII dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan Metode An-Nahdliyah dan Metode BASMALAH Pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
2. Teknik wawancara
Wawancara dalam konteks penelitian kualitatif adalah sebuah proses
interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar
ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2016), 227.
43
mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan
trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.5
Wawancara penelitian ini menggunakan jenis wawancara
semiterstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-
dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.6
Data yang digali dari wawancara ini berkaitan dengan latar belakang
dilaksanakannya BTQ bagi kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo,
bagaimana pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH
pada Eekstrakurikuler BTQ kelas VII, serta mengetahui faktor-faktor
pendukung dan penghambat pada kegiatan ekstrakurikuler BTQ. Untuk
mendapat data tersebut maka peneliti akan mewawancarai beberapa
narasumber di antaranya :
a. Kepala SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (melalui wawancara), karena
kepala Sekolah ialah orang yang paling berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
5 Umar Sidiq dkk, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan,
(Ponorogo : CV. Nata Karya, 2019), 61-62. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2016), 233.
44
b. Guru Ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (melalui
wawancara), karena dengan mewancarainya peneliti dapat mengetahui
semua yang berkaitan dengan Ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo lebih detail lagi.
c. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo (melalui wawancara),
karena dengan mewancarainya peneliti dapat mengetahui bagaimana
pelaksanaan BTQ dan perkembangan yang dirasakan siswa kelas VII
pada saat mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler BTQ.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.7 Dalam penelitian kualitatif, dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. studi
dokumentasi yaitu mengumpukan dokumen dan data-data yang diperlukan
dalam permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara mendalam sehingga
dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu
kejadian.8
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2016), 240. 8 Umar Sidiq dkk, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan,
(Ponorogo : CV. Nata Karya, 2019), 73-74.
45
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kulitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin teori yang
“grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan
data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama
proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Analisis data dicari dan diusun secara sistematis dari data yang diperoleh
dari hasi wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
46
berlangsung secara terus menerus sampai datanya tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Langkah-langkah analisis model Miles dan Huberman
ditunjukkan pada gambar berikut :9
Oleh karena itu, setelah memperoleh data dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi, maka peneliti akan menggambarkan dengan
jelas fenomena yang ada pada ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo, meliputi apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya
ekstrakurikuler BTQ kelas VII, bagaimana pelaksanaan metode An-
Nahdliyah dan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII,
faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ, serta mengetahui tingkat
keberhasilan siswa kelas VII. Dengan cara memadukan hasil obsevasi dari
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung :
Alfabeta, 2016), 243-247
Data Display
(Penyajian
data)
Conclusions :
Verifying
(Kesimpulan
: penarikan
verifikasi)
Data reduction
(Reduksi data)
Data Collection
(Pengumpulan
data)
47
peneliti, hasil wawancara dengan berbagai macam komponen dan
dokumen terkait yang didapat, jika data yang diperoleh sesuai dengan tiga
hal di atas, maka data itu valid. Tetapi jika terdapat data yang tidak ada
kesesuaian dengan salah satunya, maka perlu diadakan penelitian ulang
untuk memperoleh keabsahan data.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Data yang sudah di dapat dari hasil penelitian, kemudian dilakukan
proses triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumplan data dan berbagai sumber data.
Mathinson mengemukakan bahwa “nilai dari teknik pengumpulan
data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
convergent (meluas), tidak konsisten atau kontrakdiksi. Oleh karena itu
dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengmpulan data, maka
data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan pasti.10
Teknik triangulasi yang yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin membedakan empat macam
10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2016), 241.
48
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi dengan sumber.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai
dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Penelitian dengan teknik triangulasi dengan sumber ini diharapkan
bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan,
pendapat, atau pemikiran.11
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), 330-331.
49
H. Tahap-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif secara umum ada
tiga tahap antara lain :
a. Tahap Pra lapangan
Ada enam tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika
penelitian lapangan. Enam tahapan tersebut, antara lain adalah menyusun
rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan
penelitian, menjajaki dan menilai lokasi penelitian, memilih dan
memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan lapangan
Tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:
1) Mengetahui latar penelitian dan persiapan diri.
2) Memasuki lapangan.
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data, yaitu kegiatan menganalisis secara keseluruhan data
yang diperoleh selama penelitian di lapangan kemudian menyimpulkan
hasil penelitian dalam bentuk laporan hasil penelitian. Tahap analisis data
ini dilaksanakan langsung di lapangan bersama-sama dengan
pengumpulan data.12
12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016), 127-149.
50
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Letak Geografis SMP Negeri 1 Mlarak
Lokasi ini bertempat di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo. SMP
ini merupakan satu-satunya SMP Negeri di kecamatan Mlarak yang
berlokasi di Jl. Raya Mlarak nomor 2 desa Joresan kecamatan Mlarak
kabupaten Ponorogo, didirikan sejak tahun 1982 diatas tanah seluas
10.166.5 m².1
2. Profil, Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Mlarak
a. Profil singkat
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Mlarak ini berdiri pada
tahun 1982 dan mendapatkan izin operasional ditahun yang sama.
Awalnya pelaksanaan KBM siswa SMP Negeri 1 Mlarak ini
dilaksanakan di SDN Kaponan yang masih satu kecamatan
dikarenakan belum adanya gedung ataupun fasilitas milik sendiri,
hal demikian berlangsung selama dua tahun lamanya. Baru di tahun
1984 SMP Negeri 1 Mlarak bisa memiliki gedung sekolah sendiri
yang bertempat di Jl. Raya Mlarak nomor 2 desa Joresan
kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.
1 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk dokumen nomor 01/D/19-
2/2020
51
SMP Negeri 1 Mlarak ini merupakan satu kesatuan dengan SMP 4
Ponorogo. Bisa dikatakan SMP Negeri 1 Mlarak merupakan
cabang dari SMP 4 Ponorogo. Pada masa itu pendidik di SMP
Negeri 1 Mlarak berjumlah sebanyak 12 orang guru yaitu :
1. Solekan (kepala sekolah pertama)
2. Ahmad Shodiq
3. Bibit Mujianto
4. Kuswandi
5. Jahidi
6. Nanik
7. Kartatik
8. Sri Harini
9. Darul Khoiri
10. Suyatno
11. Martin
12. Sahuri
Ke 12 guru tersebut mendidik 135 siswa SMP Negeri 1 Mlarak
dan perlahan megalami peningkatan dan perkembangan hingga
saat ini.2
2 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk dokumen nomor 02/D/19-
2/2020
52
b. Visi
Berprestasi, terampil dan berkepribadian yang berlandaskan iman
dan taqwa
Indikator Visi:
a) Berprestasi di bidang akademik
b) Berprestasi di bidang non-akademik
c) Mempunyai budi pekerti luhur
d) Terlaksananya Kegiatan Iman dan Taqwa
c. Misi
a) Mewujudkan sekolah sebagai pusat pendidikan dalam
mengembangkan logika, etika, estetika, dan praktek untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
b) Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga
mampu mendorong peserta didik untuk belajar rajin, berkreasi,
berkarya dan berinovasi untuk bekal masa depannya.
c) Mendidik, melatih, membimbing dan membina peserta didik
untuk gemar membaca, belajar dan bekerja, berlatih dalam
berkarya sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan
lingkungannya sebagai kader bangsa dan berkompetensi dalam
era globalisasi dengan menjujung tinggi nilai-nilai agama.
d) Membimbing dan melatih peserta didik berorganisasi untuk
menjadi kader bangsa yang tangguh dan berkualitas.
53
e) Meningkatkan pembelajaran, memenuhi sarana prasarana
dengan skala prioritas untuk menunjang peningkatan nilai akhir
tahun pelajaran.
f) Mengembangkan budaya lokal dan nasional melalui kesenian
tradisional dan modern.
g) Melaksanakan Budaya hidup bersih dan sehat sebagai wujud
pelestarian terhadap lingkungan.
d. Tujuan
1) Tujuan Jangka panjang
a) Memiliki Kurikulum yang dilengkapi dengan silabus
dan sistem penilaian yang berwawasan lingkungan
b) Semua guru melaksanakan penilaian pembelajaran secara
rutin dan terprogram
c) Meraih kejuaraan dalam lomba akademik tingkat
kabupaten, propinsi maupun nasional
d) Meraih kejuaraan pada kompetisi dan lomba dibidang seni
dan olah raga ditingkat propinsi
e) Meraih kejuaraan pada lomba dibidang kreatifitas peserta
didik ditingkat Propinsi
f) Terpenuhinya sarana kegiatan pembelajaran dengan
perangkat TIK untuk guru dan peserta didik dalam jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan
54
g) Tersedianya sarana prasarana kegiatan olah raga dan seni
yang semakin lengkap dan sesuai dengan standar dan
berwawasan lingkungan
h) Peserta didik lulus 100% dengan nilai rata-rata 7,5 dan
termasuk 10 besar tingkat kabupaten.
i) Semua peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi
j) Jumlah peserta didik yang diterima di sekolah Favorit
meningkat
k) Peserta didik tidak melanggar norma-norma susila dan
agama
l) Peserta didik menunjukkan perilaku yang sopan dan
bertutur kata yang santun.
m) Melaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
yang berorientasi aktif, inovatif, interaktif, inspiratif,
kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, berbobot dan
berwawasan Lingkungan
n) Peserta didik dari keluarga kurang mampu terbantu
kesulitannya
2) Tujuan Jangka Menengah
a) Memiliki Kurikulum lengkap dengan silabus dan system
penilaian
55
b) Meraih kejuaraan dalam lomba akademik tingkat
kabupaten, propinsi maupun nasional.
c) Meraih kejuaraan pada kompetisi dan lomba dibidang seni
dan olah raga ditingkat kabupaten dan propinsi
d) Meraih kejuaraan pada lomba dibidang kreatifitas peserta
didik ditingkat kabupaten dan propinsi
e) Terpenuhinya sarana kegiatan pembelajaran dengan
perangkat TIK untuk guru dan peserta didik yang
berwawasan lingkungan
f) Tersedianya sarana prasarana kegiatan olah raga dan seni
yang semakin lengkap dan sesuai dengan standar yang
berwawasan lingkungan
g) Peserta didik lulus 100% dengan nilai rata-rata 7,45 dan
termasuk 10 besar tingkat kabupaten.
h) Semua peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi
i) Jumlah peserta didik yang diterima di sekolah Favorit
meningkat
j) Peserta didik bebas dari pelanggaran norma-norma susila
dan agama
k) Peserta didik menunjukkan perilaku yang sopan dan
bertutur kata yang santun kepada para pendidik, orang tua,
dan sesama teman
56
l) Melaksanakan pembelajaran berorentasi pada saintifik
dengan mengembangkan pembelajaran berbasis CTL
dengan nuansa aktif, inovatif, interaktif, inspiratif, kreatif,
efektif, menyenangkan, gembira, berbobot yang
berwawasan lingkungan
m) Peserta didik dari keluarga kurang mampu terbantu
kesulitannya
3) Tujuan Jangka Pendek
a) Memiliki Kurikulum lengkap dengan silabus dan system
penilaian yang berwawasan lingkungan
b) Meraih kejuaraan dalam lomba akademik tingkat
Kabupaten, dan Provinsi.
c) Meraih kejuaraan pada kompetisi dan lomba di bidang seni
dan olah raga di tingkat Kabupaten.
d) Meraih kejuaraan pada lomba dibidang kreatifitas peserta
didik ditingkat Kabupaten
e) Peserta didik lulus 100%
f) Semua peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi
g) Jumlah peserta didik yang diterima di sekolah faforit
meningkat
h) Peserta didik bebas dari pelanggaran norma-norma susila
dan agama
57
i) Peserta didik menunjukkan perilaku yang sopan dan
bertutur kata yang santun kepada para pendidik, orang tua,
dan sesama teman
j) Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific) berbasis penelitian/penelitian
(discovery/incuiry learning) untuk menghasilkan karya
kontekstual dan menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning)
k) Peserta didik dari keluarga kurang mampu terbantu
kesulitannya 3
3. Keadaan guru ekstrakurikuler keagamaan dan siswa kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo.
Tabel 4.1 Keadaan guru ekstrakurikuler keagamaan SMP Negeri 1
Mlarak Poorogo.
NO NAMA USTAD PENDAMPING
EKSTRAKURIKULER
1 Khoirul Anwar Ekstrakurikuler Tilawah
2 Imam Suhadi Ekstrakurikuler Tahsin
3 Sa’dulloh Ekstrakurikuler Tahfidz 1
4 Imam Mutajudin Ekstrakurikuler Tahfidz 2
5 Zainal Abidin Ekstrakurikuler BTQ
6 Toni Wibowo Ekstrakurikuler Kalighrafi
3 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk dokumen nomor 03/D/19-
2/2020
58
Guru ekstrakurikuler keagamaan ada 6 guru, 2 guru merupakan guru
PAI di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yaitu Bapak Zainal Abidin dan
Bapak Toni Wibowo. sedangkan 4 guru lainnya mendatangkan dari
luar.
Tabel 4.2 Data Umum siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
No Nama Rombel Tingkat
Kelas
Jumlah Siswa
L P Total
1 Kelas 7A 7 20 12 32
2 Kelas 7B 7 20 12 32
3 Kelas 7C 7 20 12 32
4 Kelas 7D 7 16 8 24
5 Kelas 7E 7 14 10 24
Jumlah siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo pada
tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 144 siswa.4
Tabel 4.3 Data siswa ekstrakurikuler BTQ kelas VII SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo
NO NAMA SISWA KELAS
1 Agus Saputra VII E
2 Amelia Muliana VII E
3 Andika Ardahani VII C
4 Anis Susilowati VII C
4 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk dokumen nomor 05/D/19-
2/2020
59
5 Arif Maulana VII B
6 Aulia Alfathan Haris VII C
7 Bayu Irawan Al Habibie VII C
8 Bima Dwi Andhika VII B
9 Cantika Juwita Hayu VII D
10 Dimas Rangga Ricahya VII C
11 Dimas Setiawan VII D
12 Doni Wahyono VII B
13 Erik Febriyana Sahrul VII E
14 Evlyentan Destya Yodja VII D
15 Faizal Hayunaji Tanjung VII B
16 Faridatul Khasanah VII E
17 Fitria Icca Erlitasari VII C
18 Gunturarya Putra VII C
19 Hendra Triyanto VII D
20 Juli Nurul Syahfitri VII C
21 Kevin Andrian VII D
22 M. Adi Surya Saputra VII C
23 Mahardika Try Sekti Armaji VII B
24 Makaella Nadya Zahwa VII E
25 Naufal Damar Virga VII A
26 Niko Beni Fibiansyah VII B
27 Novan Elo Elegarrobi VII C
28 Nurdhiansyah VII D
29 Reza Amru Febrianto VII D
30 Suci Kusuma Widyawati VII E
31 Thomas Verdi Andika VII C
32 Tri Yuli Nursanto VII C
33 Yoan Rafli Nurendra VII B
34 Yoga Dwi Bagus VII C
60
35 Zulfian VII E
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data latarbelakang dilaksanakannya ekstrakurikuler BTQ kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan formal maupun
non formal pasti memiliki tujuan agar para peserta didiknya dapat
mencapai keberhasilan dalam belajar sehingga dapat mencapai apa
yang diharapkan terlebih lagi bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Demikian juga dengan SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yang
juga mengharapkan agar lulusan SMP Negeri 1 Mlarak mendapatkan
ilmu yang bermanfaat, memiliki akhlak yang baik, serta pengamalan
agama yang baik pula.
Dengan demikian maka pendidikan agama merupakan hal
paling utama, meskipun sekolah ini bukan berbasic keagamaan namun
sekolah telah melaksanakan kebijakan-kebijakan demi terciptanya
lingkungan agamis di sekolah, salah satuya dengan diadakannya
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, salah satunya adalah
ekstrakurikuler BTQ yang dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis
setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak Edy
Suprianto, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo, yaitu sebagai berikut :
61
“Ekstrakurikuler BTQ sudah dilaksanakan sejak 2017, dan ini
memasuki tahun ke 3. Siswa masuk setiap Rabu dan kamis setelah
pelajaran selesai.”5
Dari permasalahan kurangnya kemampuan baca tulis Al-Qur’an
siswa kelas VII maka kegiatan ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo menjadikan ekstrakurikuler BTQ sebagai
ekstrakurikuler wajib bagi kelas VII.
Dari hasil wawancara saya dengan bapak Zainal Abidin selaku
guru PAI sekaligus guru BTQ SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo, beliau
menyatakan :
“Pada waktu itu, yang terlibat pertama kali mengawali adanya
ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
adalah kami guru PAI di SMP Negeri ini, yaitu saya sendiri,
bapak Ma’ruf, dan bapak Toni. Namun pada akhirnya ada
pelebaran kelas, maka kami mengambil tiga ustad dari luar
untuk mengajari siswa disini. Yaitu dua ustad tahfidz dan satu
ustad tilawah.”6
Dari situlah akhirnya dibentuklah tim khusus untuk
bermusyawarah menentukan metode yang cocok bagi siswa
eksrakurikuler BTQ agar siswa dapat lebih mudah dan cepat belajar
baca tulis Al-Qur’an, hingga pada akhirnya terpilihlah pembelajaran
Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH.
Dengan menggunakan dua metode sekaligus ini, besar harapan dan
kemungkinan bahwa pembelajaran Al-Qur’an menjadi lebih
5 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
01/W/19-2/2020. 6 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020.
62
menyenangkan dengan tetap memperhatikan tujuan utamanya yaitu
siswa kelas VII bisa memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang
baik.
Sebagaimana hasil wawancara saya dengan bapak Edy
Suprianto, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo, yaitu sebagai berikut :
“Karena kelas VII itu kan ada yang di SD nya belum bisa
mengaji ada yang belum. Kadang anak cocok dengan metode
ini, tetapi sebagian anak ada yang tidak cocok dengan metode
ini. Jadi diperlukan metode An-Nahdliyah dan juga Basmallah.
Ini cerita awalnya bermula dari tim bertemu yaitu saya, Pak
Ma’ruf, Pak Zainal, dan Pak Toni, kami bermusyawarah untuk
mencari metode yang sesuai dengan anak untuk
mengembangkan kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Dengan
harapan lulusannya juga pandai dalam agama terutama Al-
Qur’an.”7
Hal tersebut juga diungkapkan oleh guru PAI yaitu bapak Drs.
Ma’ruf yang mengatakan :
“Dikarenakan input SMP ini adalah output dari SD yang banyak
dari mereka belum memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an,
mereka masuk SMP ini belum bisa baca tulis Al-Qur’an
sedangkan tuntutan kurikulum muatannya salah satunya adalah
menuntut siswa agar mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih
dan benar. Karenanya siswa mengalami kesulitan, baca tulis Al-
Qur’an saja belum kenal, sedangkan di SMP mata pelajaran PAI
sudah banyak dalilnya. Bagi mereka yang belum mengenali
huruf hijaiyah pastilah kesulitan, oleh karena itu setelah
musyawarah dengan tim bersama kepala sekolah, maka
dipilihlah metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH
serta mewajibkan ekstrakurikuler BTQ bagi kelas VII.”8
7 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
01/W/19-2/2020
8 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
02/W/26-2/2020
63
Hal tersebut juga dikuatkan oleh ungkapan guru BTQ yaitu
bapak Zainal Abidin yang mengatakan :
“Karena banyaknya lulusan SMP Negeri 1 Mlarak yang tidak
bisa mengaji, dengan demikian kami mengharuskan siswa SMP
harus memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Sedangkan
pemilihan metode BASMALAH itu kan sifatnya belajar Al-
Qur’an yang membuat siswa senang terlebih dahulu, setelah
siswa senang maka otomatis belajar Al-Qur’an menjadi lebih
mengasyikkan, sedangkan metode An-Nahdliyah itu merupakan
metode belajar Al-Qur’an berupa ketukan, ketukan itu untuk
masuk pada bacaan tajwidnya. ”9
Dengan dilaksanakannya ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo ini maka besar harapan bahwa
ekstrakurikuler ini dapat menunjang sekaligus meningkatkan
kemampuan siswa yang dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan
baca tulis Al-Qur’an siswa.
Dari jumlah 144 siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak ini
terdapat 35 siswa yang belum memiliki kemampuan baca tulis Al-
Qur’an sehingga 35 siswa dikategorikan masuk pada kelas BTQ yang
nantinya akan dibimbing oleh guru BTQ yaitu Bapak Zainal Abidin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zainal Abidin,
beliau menyatakan bahwa :
“Kelas VII secara keseluruhan ada 144 siswa. Namun hanya 35
siswa yang ada di kelas BTQ. penentuan 35 siswa tersebut
adalah melalui seleksi dari tes ekstrakurikuler keagamaan
pilihan unggulan yaitu ada ekstrakurikuler tilawah, tahfidz, dan
tahsin. Apabila ada siswa yang ternyata belum mampu dikelas
ekstrakurikuler tersebut maka solusinya adalah dimasukkan
dikelas BTQ. Jadi tingkatan ekstrakurikuler keagamaan di SMP
9 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020.
64
Negeri 1 Mlarak adalah ke satu Tahfidz, ke dua tilawah, ke tiga
tahsin, ke empat kaligrafi. Dan bagi siswa yang belum mampu
baca tulis Al-Qur’an maka masuk dikelas BTQ.”10
Dengan demikian maka besar pengaruh pelaksanaan
ekstrakurikuler BTQ untuk membantu siswa untuk memiliki
kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Terlebih lagi adanya dua metode
pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH yang dianggap praktis, mudah, dan menyenangkan bagi
siswa yang belajar Al-Qur’an.
2. Data pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH
pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo
Metode merupakan komponen penting yang sangat berpengaruh
pada keberhasilan proses belajar mengajar. Awal mula dipilihnya
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH dalam pembelajaran
Al-Qur’an adalah melalui musyawarah tim. Pada saat itu yang terlibat
adalah kepala sekolah beserta tiga guru PAI SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo.
Adapun pelaksanaan metode An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo antara lain sebagai berikut :
10 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020
65
1) Persiapan pembelajaran
Pada persiapan pembelajaran ini, guru menyiapkan materi
berdasarkan apa yang sudah dipelajari dalam buku pedoman pengajaran
metode An-Nahdliyah, serta menyiapkan kartu simulasi huruf hijaiyah
yang digunakan untuk metode BASMALAH.
Gambar 4.1 Persiapan pembelajaran metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH
66
2) Proses pembelajaran
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a. Setelah bel tanda masuk ekstrakurikuler BTQ (pukul 13.30) semua
siswa sudah berada diruang kelas ekstrakurikuler BTQ yaitu dikelas
VIII E sambil menunggu kedatangan bapak guru.
b. Ketika guru sampai dikelas, siswa duduk tenang dan guru mengucapkan
salam.
c. Sebelum pembelajaran dimulai, guru dan siswa bersama-sama
membaca do’a.
d. Setelah berdo’a guru memandu hafalan surat pendek dan dilantunkan
dengan bersama-sama. (pukul 13.30 – 13.40 WIB)
Gambar 4.2 proses pembelajaran (Guru dan siswa berdoa dan
menghafal surat pendek bersama)
67
e. Setelah menghafal surat pendek, guru mengatur semua siswa untuk
duduk didepan kelas membentuk barisan 3 banjar, kemudian guru
membagikan kartu bertuliskan satu huruf hijaiyah pada masing-masing
kartu dan dibagikan secara acak. (pukul 13.40 – 13.50 WIB)
Gambar 4.3 Guru menunjuukkan kartu hijaiyah
68
f. Guru pada saat ini sedang menggunakan metode BASMALAH (Belajar
Al-Qur’an Sambil Bermain Agar lebih Asyik dan Mudah), guru
menyampaikan tata cara permainan ini, guru menjelaskan bahwa ketika
disebutkan huruf hijaiyahnya oleh guru, maka siswa tersebut
diharuskan mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan kartu
simulasi huruf hijaiyahnya. Kalau jawabannya benar, maka siswa
tersebut diperkenankan untuk duduk kembali ditempatnya. Demikian
seterusnya, jadi metode ini memang metode yang cukup praktis dan
tidak memerlukan waktu yang banyak, ini dilakukan dibagian awal
pembelajaran agar supaya siswa merasa senang dulu terhadap apa yang
akan mereka pelajari.
Guru BTQ yaitu bapak Zainal Abidin mengatakan :
“Pemilihan metode BASMALAH itu kan sifatnya belajar Al-
Qur’an yang membuat siswa senang terlebih dahulu, setelah
69
siswa senang maka otomatis belajar Al-Qur’an menjadi lebih
mengasyikkan.”11
g. Setelah permainan selesai, guru menulis untuk jilid 2 dan 4 dipapan
tulis, ini disesuaikan dari tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa. (pukul 13.50 – 13.53 WIB). Seperti yang dikatakan oleh bapak
Zainal Abidin, yaitu :
“saya mengambil penulisan jilid 2 dan 4 tentunya juga melihat
kemampuan siswa, kalau dijilid 1 siswa baru mengenal huruf
hijaiyahnya saja, maka di jilid 2 siswa juga sudah mulai dilatih
untuk mengenal huruf hijaiyah yang bisa disambung dengan
huruf hijaiyah yang lain atau tidak. Dijilid 4 diperuntukkan bagi
siswa yang sedang jilid 4, 5, dan 6. kelihatannya mudah, tapi
ketika klasikal ternyata mereka kadang juga belum pas dengan
ketukan saya. Jadi metode An-Nahdliyah ini cocok sekali untuk
menyamakan bacaan. Kalau pendek ya dibaca pendek, panjang
ya dibaca panjang. Demikian kalau bertemu hukum-hukum
tajwid yang lain.”12
Gambar 4.4 Guru menulis di papan tulis persiapan klasikal metode An-
Nahdliyah
11 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020. 12 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020.
70
h. Guru memandu siswa membaca tulisannya dipapan tulis (klasikal
metode An-Nahdliyah). (pukul 13.53 – 14.05 WIB)
Gambar 4.5 Klasikal metode An-Nahdliyah
71
i. Setelah itu, siswa menulis dibuku tulis sesuai apa yang nantinya hendak
dibaca / melanjutkan halaman selanjutnya sesuai keterangan terakhir
dalam buku prestasi. (Pukul 14.05 – 14.15)
Gambar 4.6 Siswa menulis di buku tulis
j. Siswa yang sudah selesai menulis, mereka kemudian mengumpulkan
buku tulisnya sekaligus mengaji satu persatu berdasarkan urutan
pengumpulan bukunya.
k. Guru menyimak bacaan siswa. (pukul 14.15 – 15.30)
72
Gambar 4.7 Guru menyimak bacaan siswa
l. Guru mengoreksi dan menilai tulisan siswa dan langsung
mengembalikannya. (pukul 14.15 – 15.30)
73
Gambar 4.8 Guru mengoreksi tulisan siswa
m. Siswa yang sudah mengaji dan menulis diperkenankan untuk
menandatangani absen ekstrakurikuler BTQnya dan diperbolehkan
meninggalkan ruang kelas untuk menuju aula sekolah persiapan sholat
Asyar berjamaah.
74
Gambar 4.9 Absensi siswa ekstrakurikuler BTQ
n. Setelah guru dan siswa selesai sholat berjamaah, barulah guru
memimpin do’a penutup, melantunkan surat Al-Asr dan sholawat
sebagai akhir kegiatan ekstrakurikuler.13
Pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH ini juga diperkuat dengan pernyataan guru BTQ yaitu
bapak Zainal Abidin dalam wawancara sebagai berikut:
13 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk observasi nomor 01/O/26-
2/2020
75
“Jadi setelah berdoa bersama, saya memandu hafalan surat
pendek siswa. Setelah menghafal surat pendek, saya mengatur
semua siswa untuk duduk didepan kelas membentuk barisan 3
banjar, kemudian saya bagikan kartu bertuliskan satu huruf
hijaiyah pada masing-masing kartu dan membagikannya secara
acak. Saya juga menyampaikan tata caranya, metode ini
memang metode yang cukup praktis dan tidak memerlukan
waktu yang banyak, kalau saya melakukannya di awal
pembelajaran agar supaya siswa merasa senang dulu terhadap
apa yang akan mereka pelajari. Setelah permainan metode
BASMALAH ini selesai, barulah saya menulis untuk jilid 2 dan
4 dipapan tulis, ini disesuaikan dari tingkat kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa, Jadi papan tulis dibagi 2 bagian,
karena kelas BTQ itu campur, ada yang jilid 2,3,4, dan
seterusnya. Maka dari itu saya ambil penulisan untuk dibaca
bersamanya adalah jilid 2 dan 4. Barulah setelah siap saya
memandu siswa membaca tulisan dipapan tulis atau biasa
dikenal dengan klasikal metode An-Nahdliyah. Setelah itu, saya
suruh siswa menulis dibuku tulis sesuai apa yang nantinya
hendak dibaca atau melanjutkan halaman selanjutnya sesuai
keterangan terakhir dalam buku prestasi. Siswa yang sudah
selesai menulis, mereka kemudian mengumpulkan buku
tulisnya sekaligus mengaji satu persatu berdasarkan urutan
pengumpulan bukunya, Ini biar mereka tertib. Ketika saya
menyimak bacaan siswa, saya juga sekaligus mengoreksi dan
menilai tulisan siswa dan langsung mengembalikannya. Bagi
siswa yang sudah mengaji dan menulis langsung
menandatangani absen ekstrakurikuler BTQnya dan
diperbolehkan meninggalkan ruang kelas untuk menuju aula
sekolah persiapan sholat Asyar berjamaah. Nanti kegiatan
penutupnya itu setelah selesai sholat berjamaah, imam sholat
(guru) membaca do’a penutup, melantunkan surat Al-Asr dan
sholawat sebagai akhir kegiatan ekstrakurikuler.”14
Hal itu serupa dengan pernyataan siswa bernama Juli Nurul
Syahfitri kelas VII C yang mengatakan :
“Guru masuk, mengucap salam kemudian berdoa bersama dan
hafalan surat pendek, kemudian permainan kartu hijaiyah,
barulah kita mengaji bersama pakai ketukan dengan membaca
tulisan guru dipapan tulis. setelah itu kita masing-masing
menulis apa yang akan kita baca sesuai buku jilid kita, jadi
14 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020
76
masing-masing beda-beda nulisnya. Kan jilid ngajinya masing-
masing juga beda. Setelah itu buku dikumpulkan, kita disimak
sambil guru mengoreksi tulisan kita dibuku. Baru kalau sudah
selesai membaca dan menulis, kami boleh tanda tangan hadir
dan meninggalkan kelas menuju aula sekolah untuk sholat
berjamaah.”15
3) Evaluasi
Evaluasi pembelajaran Al-Qur’an menggunakan kombinasi metode
An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH ini dilakukan secara
kontinyu dan berkelanjutan, yaitu pada setiap siswa ketika selesai
membaca dan menulis yang dituliskan guru pada lembar prestasinya,
yang didalamnya tercantum tanggal, nama guru, halaman, nilai serta
tanda tangan guru. pada akhir semester juga dilakukan evaluasi dan
mencamtumkan nilai ekstrakurikuler keagamaan kedalam rapot.
Sebagaimana penjelasan guru BTQ yaitu bapak Zainal Abidin
yang mengatakan bahwa :
“evaluasi dilakukan secara kontinyu. Kartu prestasi siswa juga
merupakan evaluasi harian yang juga dinilai. Ada juga evaluasi
pada setiap akhir semester dengan ujian tulis. semua guru
ekstrakurikuler keagamaan melakukan evaluasi bersama yang
dituliskan kedalam rapot”16
Dari hasil penilaian tersebut maka akan diketahui peningkatan
kemampuan siswa terhadap pembelajaran Al-Qur’an yang sudah
dilakukan. Adapun hasil dari pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan
15 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
04/W/27-2/2020 16 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020
77
metode BASMALAH pada ekstrakurikuler kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo selama ini cukup bagus.
Sebagaimana hasil wawancara dengan guru BTQ yaitu bapak
Zainal Abidin yang mengatakan bahwa :
“Presentase yang minat dengan pelaksanaan kombinasi metode
An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH cukup banyak, jadi
faktor keberhasilannya lebih banyak. Kemarin hasil dari voting
khusus kelas VII ada hampir 150 siswa itu 75% menunjang
kegiatan ekstrakurikuler BTQ.”17
Siswa sendiri juga merasa senang dengan metode pembelajaran
Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh guru BTQ. Sebagaimana hasil
wawancara dengan siswa yang bernama Juli Nurul Shahfitri kelas VII
C yang mengatakan :
“pembelajarannya menarik, tidak membosankan.”18
Hal ini sama dengan hasil wawancara dengan siswa yang
bernama Anis Susilowati kelas VII C yang mengatakan :
“pembelajarannya menarik dan lebih mudah difahami.”19
Ada juga hasil wawancara dengan siswa yang bernama
Evlyentan Destya Yodja kelas VII D yang mengatakan :
“Menarik karena seru.”20
17 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020 18 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
04/W/27-2/2020 19 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
05/W/27-2/2020 20 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
06/W/11-3/2020
78
Cantika Juwita Hayu kelas VII D juga mengatakan :
“Menarik karena tidak monoton dan bisa kompak membacanya
bersama teman-teman.”21
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran BTQ dengan menggunakan metode
An-Nahdliyah dan metode BASMALAH adalah menarik dan
menyenangkan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
mengasyikkan.
3. Data faktor – faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada
ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Adanya pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode
An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo ini dalam prosesnya
pasti memiliki faktor pendukung dan penghambatnya.
Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah
yaitu bapak Edy Suprianto, M.Pd. yang mengatakan bahwa :
“Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler BTQ ini adalah 1)
siswa sudah memiliki bekal pembelajaran Al-Qur’an diluar
sekolah, 2) terfasilitasi jilid dan prestasinya, 3) guru BTQ yang
mumpuni. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu 1) minat
21 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
07/W/11-3/2020
79
siswa yang tidak konsisten, 2) masih ada satu atau dua siswa
yang membolos kegiatan ekstrakurikuler BTQ.”22
Selain itu, bapak Zainal Abidin juga mengatakan bahwa :
“Faktor pendukungnya yaitu waktu disiapkan dari sekolahan,
Fasilitas ada (prestasi, jilid An-Nahdliyah, dan alat penunjang
yang lainnya), kalau penghambatnya ya ada siswa membolos,
siswa malas, siswa yang cenderung tidak mampu baca tulis Al-
Qur’an juga membolos, tapi itu dalam satu kelas ada dua sampai
tiga siswa yang tidak ikut ekstrakurikuler BTQ, presentasenya
masih banyak yang minat jadi faktor keberhasilannya lebih
tinggi.”23
Selain dari guru BTQ juga ada siswa bernama Evlyentan Destya
Yodja kelas VII D yang mengatakan :
“Faktor pendukungnya yaitu guru BTQnya baik dan ramah,
disediakan jilid dan prestasi juga dari sekolah, kalau faktor
penghambat itu kadang teman-teman yang sudah selesai
menulis ketika menunggu panggilan pak guru untuk mengaji,
mereka ramai sendiri. suasana kelas menjadi ramai.”24
Hal yang sama juga diungkakan oleh Anis Susilowati kelas VII
C yang mengatakan :
“Faktor pendukungnya yaitu disediakan jilid dan prestasi dari
sekolah, kalau faktor penghambat itu masih ada teman yang
tidak ikut ekstrakurikuler BTQ.”25
22 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
01/W/19-2/2020 23 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020 24 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
06/W/11-3/2020 25 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
05/W/27-2/2020
80
Berdasarkan hasil wawancara, siswa bernama Makaella Nadya
Zahwa kelas VII E mengatakan :
“Faktor pendukungnya yaitu buku pestasi dan jilid disediakan
sekolah. kalau faktor penghambat dari saya pribadi, motivasi
saya kurang karena bacaan mengaji saya belum baik.”26
Ada juga siswa bernama Faridatul Kasanah kelas VII E yang
mengatakan :
“Faktor pendukungnya yaitu buku pestasi dan jilid disediakan
sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler BTQ ini gratis. kalau
faktor penghambatnya itu masih ada beberapa yang tidak
mengikuti ekstrakurikuler BTQ.”27
Dari penjelasan tesebut, faktor pendukung yang paling dominan
adalah disediakannya fasilitas jilid dan prestasi bagi siswa. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah motivasi siswa yang kurang serta masih
adanya siswa yang membolos pada kegiatan ekstrakurikuler BTQ.
Untuk mengatasi hal tersebut guru senantiasa menasihati dan
menyemangati siswa untuk senantiasa semangat belajar dan bagi siswa
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler maka siswa tersebut diberi sanksi
berupa hafalan surat dalam juz 30 juga menulis pernyataan yang berisi
berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.
26 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
08/W/12-3/2020 27 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
09/W/12-3/2020
81
Hal demikian sama dengan pernyataan bapak Zainal Abidin,
yaitu :
“Kalau ada yang melanggar peraturan, maka paginya siswa itu
dipanggil untuk diberi sanksi berupa menghafalkan beberapa
surat juz 30, bisa baca atau tidak tetap harus menghafal. Siswa
juga diminta membuat surat pernyataan berjanji untuk tidak
mengulangi lagi kesalahannya”28
Hasil wawancara dengan Cantika Juwita Hayu juga mengatakan
hal yang sama, yaitu :
“Guru memberi sanksi siswa yang membolos dengan menulis
surat pernyataan berjanji tidak mengulangi perbuatannya
lagi.”29
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah sudah
berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk siswanya, seperti
memfasilitasi pembelajaran BTQ, guru yang senantiasa membimbing
dan juga bisa menegur dengan kasih sayang seperti memberi sanksi
dengan hafalan surat pilihan dalam juz 30 dan menulis surat pernyataan
agar dapat memberikan efek jera.
28 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020 29 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
07/W/11-3/2020
82
4. Data tingkat keberhasilan pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Dari hasil diterapkannya pelaksanaan metode An-Nahdliyah
dan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ ini sangat
membantu kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo meningkat.
Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan guru BTQ yaitu
bapak Zainal Abidin yang mengatakan :
“Dari evaluasi bersama hasil akhir semester yang dituliskan
kedalam rapot itu menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis
Al-Qur’an adalah cukup baik.”29
Selain dari guru BTQ juga ada siswa bernama Cantika Juwita
Hayu kelas VII D yang mengatakan :
“Setelah saya mengikuti ekstrakurikuler BTQ ada peningkatan
ketika membaca Al-Qur’an saya bisa lebih fasih dan lancar,
prestasinya dulu pernah dapat C sekarang bisa dapat B.”30
Juli Nurul Syahfitri kelas VII C mengatakan:
“Ada peningkatan, beberapa kali prestasinya B sekarang bisa
dapat A, hafalan juga semakin lancar”31
29 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020 30 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
07/W/11-3/2020 31 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
04/W/27-2/2020
83
Makaella Nadya Zahwa kelas VII E mengungkapkan :
“Bacaan Al-Qur’an saya semakin baik dan tulisan arab saya juga
semakin rapi”32
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa bernama
Faridatul Khasanah kelas VII E mengatakan :
“Ada peningkatan, baca tulis saya semakin baik.”33
Dikatakan diatas bahwa banyak peningkatan kemampuan baca
tulis Al-Qur’an setelah dilaksanakannya kombinasi metode An-
Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ
kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo. Hal ni juga terbukti dari
adanya peningkatan yang dapat dilihat dari prestasi siswanya yang
secara konsisten mengalami peningkatan.34
Berdasarkan data wawancara dan observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa adanya peningkatan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an siswa kelas VII setelah dilaksanakannya metode An-Nahdliyah
dan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo.
32 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
08/W/12-3/2020 33 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
09/W/12-3/2020 34 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk observasi nomor 01/O/26-
2/2020.
84
Tabel 4.4 Hasil Data Khusus
No Rumusan Masalah Temuan
1 Apa yang
melatarbelakangi
dilaksanakannya
ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di
SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo?
1. Dari permasalahan kurangnya
kemampuan baca tulis Al-
Qur’an siswa kelas VII maka
kegiatan ekstrakurikuler BTQ
di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo menjadikan
ekstrakurikuler BTQ sebagai
ekstrakurikuler wajib bagi
kelas VII.
2. Ekstrakurikuler BTQ sudah
dilaksanakan semenjak tahun
2017.
3. Pada tahun 2017, yang terlibat
pertama kali mengawali adanya
ekstrakurikuler keagamaan di
SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo adalah guru PAI di
SMP Negeri 1 Mlarak ini, yaitu
bapak Zainal Abidin, bapak
Ma’ruf, dan bapak Toni.
Namun ketika akhirnya ada
pelebaran kelas, maka pihak
sekolah mengambil tiga ustad
dari luar untuk mengajari siswa
kelas VII. Yaitu dua ustad
tahfidz dan satu ustad tilawah.
85
4. Pemilihan pembelajaran Al-
Qur’an dengan metode An-
Nahdliyah dan metode
BASMALAH adalah dengan
musyawarah tim khusus yaitu
kepada sekolah beserta tiga guru
PAI SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo hingga pada akhirnya
terpilihlah pembelajaran Al-
Qur’an dengan metode An-
Nahdliyah dan metode
BASMALAH.
2 Bagaimana
pelaksanaan
kombinasi Metode
An-Nahdliyah
dengan Metode
BASMALAH pada
Ekstrakurikuler
BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo?
Pelaksanaan kombinasi metode
An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo antara lain
terbagi tiga tahap, yaitu :
a. Persiapan pembelajaran
b. Proses pembelajaran
c. Evaluasi
3 Apa faktor-faktor
pendukung dan
penghambat dalam
pelaksanaan Metode
An-Nahdliyah dan
Metode
BASMALAH pada
Ekstrakurikuler
Faktor pendukung pelaksanaan
Metode An-Nahdliyah dan Metode
BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo:
a. siswa sudah memiliki bekal
pembelajaran Al-Qur’an diluar
sekolah.
86
BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo?
b. terfasilitasi jilid dan prestasinya
c. guru BTQ yang mumpuni
d. waktu disiapkan dari sekolahan
Faktor penghambat pelaksanaan
Metode An-Nahdliyah dan Metode
BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo:
a. minat siswa yang tidak
konsisten.
b. masih ada beberapa siswa yang
membolos pada saat kegiatan
ekstrakurikuler BTQ.
4 Bagaimana tingkat
keberhasilan
pelaksanaan Metode
An-Nahdliyah dan
Metode
BASMALAH pada
Ekstrakurikuler
BTQ Kelas VII di
SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo?
a. Banyak peningkatan
kemampuan baca tulis Al-
Qur’an setelah dilaksanakannya
pembelajaran Al-Qur’an dengan
metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ kelas VII
di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo.
b. Adanya peningkatan yang dapat
dilihat dari prestasi siswanya
yang secara konsisten
mengalami peningkatan
86
BAB V
ANALISIS DATA
A. Data latarbelakang dilaksanakannya ekstrakurikuler BTQ kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan formal maupun
non formal pasti memiliki tujuan agar para peserta didiknya dapat
mencapai keberhasilan dalam belajar sehingga dapat mencapai apa
yang diharapkan terlebih lagi bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Demikian juga dengan SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yang
juga mengharapkan agar lulusan SMP Negeri 1 Mlarak mendapatkan
ilmu yang bermanfaat, memiliki akhlak yang baik, serta pengamalan
agama yang baik pula.
Dengan demikian maka pendidikan agama merupakan hal
paling utama, meskipun sekolah ini bukan berbasic keagamaan namun
sekolah telah melaksanakan kebijakan-kebijakan demi terciptanya
lingkungan agamis di sekolah, salah satuya dengan diadakannya
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, salah satunya adalah
ekstrakurikuler BTQ yang dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis
setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Menurut Wildan Zulkarnain, kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal pelajaran, tetapi
menunjang secara tidak langsung terhadap kegiatan intrakurikuler.
87
Walaupun menunjang secara tidak langsung, tetapi efek jangka
panjangnya sangat penting bagi perkembangan pribadi peserta didik
secara utuh.1 salah satu ekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan
di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo adalah ekstrakurikuler BTQ yang
dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis setelah kegiatan pembelajaran
selesai.
Menurut Suryosubroto kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran
biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan
kemampuan siswa.2 Oleh karena itu, dikarenakan pentingnya
meningkatkan wawasan pengetahuan dan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an maka ekstrakurikuler BTQ ini diwajibkan bagi kelas VII.
Dari permasalahan kurangnya kemampuan baca tulis Al-Qur’an
siswa kelas VII maka kegiatan ekstrakurikuler BTQ di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo menjadikan ekstrakurikuler BTQ sebagai
ekstrakurikuler wajib bagi kelas VII. Dari situlah akhirnya dibentuklah
tim khusus yaitu pak Edy selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Mlarak,
pak Ma’ruf, pak Zainal, dan pak Toni selaku guru PAI SMP Negeri 1
Mlarak untuk bermusyawarah menentukan metode apa yang cocok bagi
1 Wildan Zulkarnain, Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2018), 55. 2 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cetakan pertama
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 271.
88
siswa, hingga pada akhirnya terpilihlah pembelajaran Al-Qur’an
dengan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH.3
Dengan menggunakan dua metode sekaligus ini, besar harapan
dan kemungkinan bahwa pembelajaran Al-Qur’an menjadi lebih
menyenangkan dengan tetap memperhatikan tujuan utamanya yaitu
siswa kelas VII bisa memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang
baik.
Metode An-Nahdliyah adalah sebuah metode cepat tanggap
membaca Al-Qur’an yang dikemas secara berjenjang satu sampai enam
jilid. Istilah Cepat Tanggap Belajar Al-Quran An-Nahdliyah
dikarenakan memang metodeloginya menggunakan sistem klasikal
penuh. Cara belajar dengan menggunakan hitungan ketukan stik secara
berirama.4
Metode BASMALAH atau kepanjangan dari (Belajar Al-
Qur’an Sambil Bermain Agar Lebih Asyik Dan Mudah) adalah Metode
yang dibuat oleh Abi Rossamoon Lie’izzati Maula.5
Kedua metode tersebut kemudian dipilih karena sesuai dengan
input SMP yang merupakan output dari SD yang banyak dari mereka
3 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
01/W/19-2/2020 4 LP. Ma’arif NU Cabang Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman
Pendidikan Al-Qur’an metode An-Nahdliyah, (Tulungagung: MABIN TPQ
Ma’arif, 1993), 9. 5 Abi Rossamoon Lie’izzati Maula, BASMALAH: 45 menit bisa membaca
dan menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta V o l
. V I I N o . I (J a n u a r i 2 0 1 1), 66.
89
belum memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an, sedangkan tuntutan
kurikulum muatannya salah satunya adalah menuntut siswa agar
mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar. siswa kelas VII
yang belum mengenali huruf hijaiyah pastilah mengalami kesulitan,
baca tulis Al-Qur’an belum mengenali, sedangkan di SMP mata
pelajaran PAI sudah banyak dalilnya.6
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa ekstrakurikuler BTQ
erat kaitannya dengan pembelajaran PAI karena PAI pun juga banyak
dalil yang harus difahami dan diamalkan. Sehingga ekstrakurikuler
BTQ diharapkan dapat memaksimalkan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an siswa.
Dalam metode terdapat muatan materi yang sesuai tingkat
kecerdasan peserta didik. Dengan alokasi waktu dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Adapun dalam kegiatan belajar mengajar
bisa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya.7
Maka dari itu, SMP Negeri 1 Mlarak juga mengelompokkan
siswanya yang belum memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an. dari
jumlah 144 siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak ini terdapat 35
siswa yang belum memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an sehingga
6 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
02/W/26-2/2020 7 Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, (Tulungagung:
MABIN TPQ An-Nahdliyah, 2015), 19-20.
90
35 siswa dikategorikan masuk pada kelas BTQ yang nantinya akan
dibimbing oleh guru BTQ yaitu Bapak Zainal Abidin.
penentuan 35 siswa tersebut adalah melalui seleksi dari tes
ekstrakurikuler keagamaan pilihan unggulan yaitu ada ekstrakurikuler
tilawah, tahfidz, dan tahsin. Apabila ada siswa yang ternyata belum
mampu dikelas ekstrakurikuler tersebut maka solusinya adalah
dimasukkan dikelas BTQ. Jadi tingkatan ekstrakurikuler keagamaan di
SMP Negeri 1 Mlarak adalah ke satu Tahfidz, ke dua tilawah, ke tiga
tahsin, ke empat kaligrafi. Dan bagi siswa yang belum mampu baca tulis
Al-Qur’an maka masuk dikelas BTQ.8
Hal tersebut dapat dianalisis bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler
BTQ memiliki pengaruh yang besar untuk membantu siswa untuk
memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an. Terlebih lagi adanya dua
metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH yang dianggap praktis, mudah, dan
menyenangkan bagi siswa yang belajar Al-Qur’an.
8 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020
91
A. Analisis Pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo
Metode merupakan komponen penting yang sangat berpengaruh
pada keberhasilan proses belajar mengajar. Melalui metode pembelajaran
Al-Qur’an yang progresif dan berorientasi pada pembelajaran al Qur’an
secara terpadu, meliputi cara membaca, menulis, tajwid dan pemahaman
artinya, agar semua pecinta Al-Qur’an menjadi figur keteladanan
masyarakat, yang dapat dipraktikkan secera efektif di segala lapisan
umur.9
Adapun pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah dengan
metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri
1 Mlarak Ponorogo
1. Persiapan pembelajaran
Pada persiapan pembelajaran ini, guru menyiapkan materi
berdasarkan apa yang sudah dipelajari dalam buku pedoman
pengajaran metode An-Nahdliyah, serta menyiapkan kartu simulasi
huruf hijaiyah yang digunakan untuk metode BASMALAH.
2. Proses pembelajaran
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
9 Abi Rossamoon Lie’izzati Maula, BASMALAH: 45 menit bisa membaca
dan menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta V o l
. V I I N o . I (J a n u a r i 2 0 1 1), 66-67.
92
a. Setelah bel tanda masuk ekstrakurikuler BTQ (pukul 13.30) semua
siswa sudah berada diruang kelas ekstrakurikuler BTQ yaitu
dikelas VIII E sambil menunggu kedatangan bapak guru.
b. Ketika guru sampai dikelas, siswa duduk tenang dan guru
mengucapkan salam.
c. Sebelum pembelajaran dimulai, guru dan siswa bersama-sama
membaca do’a.
d. Setelah berdo’a guru memandu hafalan surat pendek dan
dilantunkan dengan bersama-sama (pukul 13.30 – 13.40 WIB).10
e. Setelah menghafal surat pendek, guru mengatur semua siswa untuk
duduk didepan kelas membentuk barisan 3 banjar, kemudian guru
membagikan kartu bertuliskan satu huruf hijaiyah pada masing-
masing kartu dan dibagikan secara acak. Metode ini berupa kartu
simulasi yang terdiri dari 30 lembar.11
f. Guru pada saat ini sedang menggunakan metode BASMALAH
(Belajar Al-Qur’an Sambil Bermain Agar lebih Asyik dan Mudah),
guru menyampaikan tata cara permainan ini, guru menjelaskan
bahwa ketika disebutkan huruf hijaiyahnya oleh guru, maka siswa
tersebut diharuskan mengangkat tangan kanannya dan
menunjukkan kartu simulasi huruf hijaiyahnya. Kalau jawabannya
10 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk observasi nomor 01/O/26-
2/2020 11 Abi Rossamoon Lie’izzati Maula, BASMALAH: 45 menit bisa membaca
dan menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta V o l
. V I I N o . I (J a n u a r i 2 0 1 1), 66-67.
93
benar, maka siswa tersebut diperkenankan untuk duduk kembali
ditempatnya. Demikian seterusnya, jadi metode ini memang
metode yang cukup praktis dan tidak memerlukan waktu yang
banyak, ini dilakukan dibagian awal pembelajaran agar supaya
siswa merasa senang dulu terhadap apa yang akan mereka pelajari
(pukul 13.40 – 13.50 WIB).
Dalam menerapkan metode belajar Baca Tulis Al-Qur’an
Khususnya huruf hijaiyah dengan Metode BASMALAH (Belajar
Al-Qur’an Sambil Bermain Agar lebih Asyik dan Mudah) ini
sangatlah penting untuk mengenalkan metode Berbasis belajar
sambil bermain yang tentunya akan menambah semangat dan
antusias dari peserta didik sendiri agar peserta didik lebih mudah
dalam belajar Baca Tulis Al-Qur’an.12
g. Muatan materi di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan peserta didik
juga dengan alokasi waktu dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Adapun dalam kegiatan belajar mengajar bisa
dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya.13
12 Monica Subastia dkk, Metode Bismillah Metode Belajar AlQur’an Untuk
Anak Tuna Rungu, Jurnal TARBIYATUNA Vol. 8 No. 2 (Desember, 2017), 119. 13 Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-
Nahdliyah Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah, (Tulungagung:
MABIN TPQ An-Nahdliyah, 2015), 19-20.
94
Setelah permainan selesai, guru menulis untuk jilid 2 dan 4 dipapan
tulis, ini disesuaikan dari tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa (pukul 13.50 – 13.53 WIB).
h. Guru memandu siswa membaca tulisannya dipapan tulis (klasikal
metode An-Nahdliyah) (pukul 13.53 – 14.05 WIB).
i. Setelah itu, siswa menulis dibuku tulis sesuai apa yang nantinya
hendak dibaca / melanjutkan halaman selanjutnya sesuai keterangan
terakhir dalam buku prestasi (pukul 14.05 – 15.30 WIB).
j. Siswa yang sudah selesai menulis, mereka kemudian mengumpulkan
buku tulisnya sekaligus mengaji satu persatu berdasarkan urutan
pengumpulan bukunya.
k. Guru menyimak bacaan siswa (pukul 14.05 – 15.30 WIB).
l. Guru mengoreksi dan menilai tulisan siswa dan langsung
mengembalikannya.
m. Siswa yang sudah mengaji dan menulis diperkenankan untuk
menandatangani absen ekstrakurikuler BTQnya dan diperbolehkan
meninggalkan ruang kelas untuk menuju aula sekolah persiapan
sholat Asyar berjamaah.
n. Setelah guru dan siswa selesai sholat berjamaah, barulah guru
memimpin do’a penutup, melantunkan surat Al-Asr dan sholawat
sebagai akhir kegiatan ekstrakurikuler.14
14 Lihat temuan data penelitian dalam bentuk observasi nomor 01/O/26-
2/2020
95
Dari data diatas dapat dianalisis bahwa pelaksanaan
pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH dilaksanakan sesuai kreatifitas
pengembangan metode dari guru BTQ yaitu melaksanakan metode
An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH dalam satu kegiatan
pembelajaran.
B. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran Al-Qur’an menggunakan kombinasi
metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH ini dilakukan
secara kontinyu dan berkelanjutan, yaitu pada setiap siswa ketika
selesai membaca dan menulis yang dituliskan guru pada lembar
prestasinya, yang didalamnya tercantum tanggal, nama guru, halaman,
nilai serta tanda tangan guru. pada akhir semester juga dilakukan
evaluasi dan mencamtumkan nilai ekstrakurikuler kedalam rapot.15
Pada tahap ini guru dan siswa benar-benar merasakan adanya
peningkatan baca tulis Al-Qur’an pada siswa, melihat dari prestasi dan
rapot bisa menjadi bukti kuat adanya proses belajar dengan
menggunakan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH
berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan.
15 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/2020
96
Dari data diatas dapat dianalisis bahwa Proses pelaksanaan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo berjalan sesuai yang
diharapkan.
C. Analisis faktor –faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Adanya pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan kombinasi
metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler
BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo ini dalam prosesnya pasti
memiliki faktor pendukung dan penghambatnya.
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru BTQ dan juga
beberapa siswa, dapat diketahui bahwa kepala sekolah, guru BTQ dan juga
beberapa siswa menjawab pertanyaan dengan jujur dan berterus terang apa
adanya. Misalnya ketika mengatakan faktor pendukung pelaksanaan
kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH yaitu
terfasilitasinya jilid dan prestasi bagi siswa dan pengajar BTQ yang
mumpuni. Juga berterus terang mengatakan faktor penghambat pelaksanaan
kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH yaitu minat
yang tidak konsisten dan juga masih adanya siswa yang membolos pada saat
kegiatan ekstrakurikuler BTQ.
97
Dari data diatas dapat dianalisis bahwa faktor-faktor pendukung
kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada
Ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yaitu :
1. Siswa sudah memiliki bekal pembelajaran Al-Qur’an diluar sekolah
2. Terfasilitasi jilid dan prestasi bagi siswa
3. Guru BTQ yang mumpuni
4. Tersedianya waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler BTQ
Sedangkan faktor-faktor penghambat kombinasi metode An-
Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo yaitu :
1. Minat siswa yang tidak konsisten
2. Masih ada siswa yang membolos pada saat kegiatan ekstrakurikuler BTQ
D. Analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan kombinasi metode An-
Nahdliyah dengan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
Dalam pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo telah menunjukkan hasil yang baik, hal ini sesuai dengan tujuan
Kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan langsung dengan pelajaran
dikelas yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.16
16 Wildan Zulkarnain, Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2018), 58.
98
Tingkat keberhasilan pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah
dengan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo bisa dilihat dari evaluasi bersama hasil akhir
semester yang dituliskan kedalam prestasi dan rapot yang menunjukkan
bahwa kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa adalah cukup baik.17
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa tingkat keberhasilan
pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode BASMALAH
pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo dapat
dilihat dari beberapa hal berikut ini :
1. Berdasarkan hasil evaluasi bersama pada hasil akhir semester yang
dituliskan kedalam rapot itu menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis
Al-Qur’an siswa kelas VII adalah cukup baik.
2. Adanya peningkatan nilai prestasi harian siswa ketika ekstrakurikuler
BTQ.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa banyak terjadi
peningkatan kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang dirasakan guru dan siswa
setelah dilaksanakannya kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH pada Ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak
Ponorogo.
17 Lihat deskripsi kegiatan pengumpulan data melalui wawancara nomor
03/W/26-2/202
99
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan metode An-
Nahdliyah dan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII
di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari permasalahan kurangnya kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa
kelas VII maka SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo menjadikan
ekstrakurikuler BTQ sebagai ekstrakurikuler wajib bagi kelas VII.
Ekstrakurikuler BTQ ini sudah dilaksanakan semenjak tahun 2017.
Pada tahun 2017, yang terlibat pertama kali mengawali adanya
ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo adalah
guru PAI di SMP Negeri 1 Mlarak ini, yaitu bapak Zainal Abidin, bapak
Ma’ruf, dan bapak Toni. Namun ketika akhirnya ada pelebaran kelas,
maka pihak sekolah mengambil tiga ustad dari luar untuk mengajari
siswa kelas VII. Yaitu dua ustad tahfidz dan satu ustad tilawah.
Pemilihan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH adalah dengan musyawarah tim khusus yaitu
kepada sekolah beserta tiga guru PAI SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
hingga pada akhirnya terpilihlah pembelajaran Al-Qur’an dengan
metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH.
100
2. Pelaksanaan kombinasi metode An-Nahdliyah dengan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo di antaranya persiapan bembelajaran, proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Persiapan pembelajaran guru
menyiapkan materi berdasarkan apa yang sudah dipelajari dalam buku
pedoman pengajaran metode An-Nahdliyah, serta menyiapkan kartu
simulasi huruf hijaiyah yang digunakan untuk metode BASMALAH.
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai kreatifitas pengembangan
metode dari guru BTQ yaitu menggunakan metode An-Nahdliyah dan
metode BASMALAH dalam satu kegiatan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan, yaitu pada
setiap siswa ketika selesai membaca dan menulis yang dituliskan guru
pada lembar prestasinya, pada akhir semester juga dilakukan evaluasi
dan mencamtumkan nilai ekstrakurikuler keagamaan kedalam rapot.
3. Faktor –faktor pendukung dalam pelaksanaan metode An-Nahdliyah
dan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP
Negeri 1 Mlarak Ponorogo adalah a) siswa sudah memiliki bekal
pembelajaran Al-Qur’an diluar sekolah, b) terfasilitasi jilid dan
prestasinya, c) guru BTQ yang mumpuni, d) waktu disiapkan dari
sekolahan. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan metode An-
Nahdliyah dan metode BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas
VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo adalah a) minat siswa yang
101
tidak konsisten, 2) masih ada beberapa siswa yang membolos pada saat
kegiatan ekstrakurikuler BTQ.
4. Tingkat keberhasilan pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode
BASMALAH pada ekstrakurikuler BTQ kelas VII di SMP Negeri 1
Mlarak Ponorogo dapat dikatakan sesuai harapan, dengan adanya
pelaksanaan metode An-Nahdliyah dan metode BASMALAH ini
sangat membantu kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo semakin meningkat. Hal ini terbukti
dari hasil evaluasi bersama para guru ekstrakurikuler keagamaan pada
hasil akhir semester siswa yang dituliskan kedalam rapot. Hal itu
menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa kelas VII
adalah cukup baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian, sebagai pertimbangan bagi
pihak-pihak terkait, peneliti memberi saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi lembaga pendidikan SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo
diaharapkan terus meningkatkan kualitas pembelajaran AL-Qur’an
agar tercapai tujuan yang diharapkan yaitu menjadikan lulusannya
memiliki kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang baik.
2. Bagi guru BTQ atau Ustad perlu adanya upaya untuk memaksimalkan
proses pembelajaran agar segala sesuatunya dapat dicapai dengan
maksimal dan memuaskan.
102
3. Bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Mlarak Ponorogo perlu
ditingkankan lagi semangat dan minat belajar Al-Qur’annya. Tetap
dilanjutkan belajarnya diluar sekolah misalnya dirumah atau di masjid
bersama orang tua atapun guru mengaji agar kemampuan baca tulis Al-
Qur’annya semakin baik.
103
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. Seluk Beluk Al-Qur’an, Jakarta : Rineka Cipta, 1992.
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Annuri, Ahmad. Panduan Tahsin Dan Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid,
Jakarta : Al-Kautsar, 2010.
Ashad, Muhammad Sholeh. Rumus-Rumus Membaca Al-Qur’an secara Tartil,
Surabaya : LPPQ Ziyadatusholihah unit 038 Kejapanan Gempol
Pasuruan, cetakan 1, 2000.
Badwilan, Ahmad Salim. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an Dan Rahasia-
Rahasia Keajaibannya, Jogjakarta : DIVA Presss, 2009.
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Metodologi
Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta : TH Press, 2007.
Istichomah, Skripsi “Pembinaan Kepribadian Muslim Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an Pada Siswa SMK Negeri 1
Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2017/2018”. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. (Diakses 10 Desember 2019).
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at, Keanehan Baca Al-Qur’an Qira’at
Ashim dari Hafash, Jakarta : Amzah, 2013.
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid I, Tulungagung : LP
Ma’arif NU, 2014.
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid II, Tulungagung :
LP Ma’arif NU, 2014.
104
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid III, Tulungagung :
LP Ma’arif NU, 2014.
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid IV, Tulungagung :
LP Ma’arif NU, 2015.
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid V, Tulungagung : LP
Ma’arif NU, 2014.
LP MA’ARIF NU, Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an Jilid VI, (Tulungagung :
LP Ma’arif NU, 2015.
Maula, Abi Rossamoon Lie’izzati. BASMALAH: 45 menit bisa membaca dan
menulis Al-Qur’an, Jurnal Studi Al-Qur’an Universitas Negeri Jakarta
V o l . V I I N o . I J a n u a r i 2 0 1 1. (diakses 1 Januari 2020)
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nafis, Muhammad Muntahibun. Ilmu Pendidikan Islam, cetakan 1, Yogyakarta
: Teras, 2011.
Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an An-Nahdliyah
Tulungagung, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an
Metode Cepat Tanggap Belajar Al-Qur’an An-Nahdliyah,
Tulungagung: MABIN TPQ An-Nahdliyah, 2015.
Prahara, Erwin Yudi. Materi Pendidikan Agama Islam. Cetakan 1, Ponorogo :
STAIN Po PRESS.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan, 1994.
105
Sidiq, Umar dkk, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, Ponorogo
: CV. Nata Karya, 2019.
Subastia, Monica dkk, Metode Bismillah Metode Belajar AlQur’an Untuk Anak
Tuna Rungu, Jurnal TARBIYATUNA Vol. 8 No. 2 Desember, 2017.
(Diakses 1 Januari 2020).
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, cetakan pertama, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta, 2016.
Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Berdialog Dengan Al-Qur’an, cetakan III,
Bandung : Mizan, 1997.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka,
1988.
Zulkarnain, Wildan. Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah, Jakarta : Bumi
Aksara, 2018.
Recommended