View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI FLOCCULATING
AGENT TERHADAP REDISPERSIBILITAS SUSPENSI
ALUMINIUM HIDROKSIDA DAN MAGNESIUM
HIDROKSIDA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Diploma III
Jurusan Farmasi
Disusun oleh:
SARAH AYU RODOTUL JANNAH
P17335112040
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Karya Tulis Ilmiah dengan judul
PENGARUH JENIS KONSENTRASI FLOCCULATING AGENT
TERHADAP REDISPERSIBILITAS SUSPENSI ALUMINIUM
HIDROKSIDA DAN MAGNESIUM HIDROKSIDA
Disusun Oleh :
Sarah Ayu Rodotul Jannah
P17335112040
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang
Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing
Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt.
NIP : 198611272015032003
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Dra. Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si.
NIP : 196308111994032001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Bandung
Tanggal 27 Juli 2015
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI FLOCCULATING AGENT
TERHADAP REDISPERSIBILITAS SUSPENSI ALUMINIUM
HIDROKSIDA DAN MAGNESIUM HIROKSIDA
Disusun Oleh :
Sarah Ayu Rodotul Jannah
P17335112040
Penguji :
Tanda Tangan
Ketua : Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt. ( )
NIP : 198611272015032003
Anggota : Dra. Atan Tachjamirah, M.Kes., Apt ( )
NIP : -
Anggota : MH. Ruseno, M.Si., Apt ( )
NIP :197307012005011008
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR PERSEMBAHAN
Halaman persembahan ini berisi ungkapan terimakasih saya kepada
mereka yang telah memberi dukungan, doa, dan kebersamaan selama
pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Yang utama dari segalanya Allah SWT. Cinta dan kasih sayang-Mu
telah memberikanku kekuatan untuk membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan tepat waktu.
The best parent I ever had, Abah Evan A. Fauzi Ridwanullah, SH dan
Mamah Ating Kartini, terimakasih atas segala dukungan berupa doa dan
materi yang telah kalian beri selama 21 tahun ini.
The one and only my grandma, Ny. Entin yang selalu mendoakan
cucunya agar cepat wisuda.
My brothers, Rizky A. Qolyubi dan Rinaldi Moch. Qolyubi yang sudah
membantu menyemangati Ayu selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Especially thanks for Bu Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt yang telah
membimbing saya dari mulai penyusunan proposal hingga pembuatan Karya
Tulis Ilmiah.
Thanks for my friends yang ikut menjadi saksi berakhirnya Karya
Tulis Ilmiah saya dan memiliki gelar Amd.Farm.
v
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI FLOCCULATING AGENT
TERHADAP REDISPERSIBILITAS SUSPENSI ALUMINIUM
HIDROKSIDA DAN MAGNESIUM HIDROKSIDA
SARAH AYU RODOTUL JANNAH – P17335112040
ABSTRAK
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida merupakan obat antasida yang
tidak larut dalam air sehingga harus diformulasikan ke dalam bentuk sediaan
suspensi. Suspensi terdiri dari dua fase yang tidak saling campur dan cenderung
memisah pada penyimpanan sehingga memerlukan bahan pemflokula seperti
sorbitol, NaCl, dan CaCl2 agar suspensi cepat mengendap namun mudah
terdispersi kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan sorbitol, NaCl, dan CaCl2 sebagai bahan pemflokula terhadap
redispersibilitas suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
Untuk mengetahui redispersibilitas, maka dilakukan evaluasi yaitu: uji
kemampuan redispersi, volume sedimentasi, dan derajat flokulasi. Suspensi
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida dibuat dengan penambahan
sorbitol dengan konsentrasi 50%, NaCl dengan konsentrasi 0.05%, serta CaCl2
dengan konsentrasi 1.75%. Data uji redispersibilitas dianalisis menggunakan IBM
SPSS statistics 20 dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukan uji
kemampuan redispersi mempunyai nilai p>0.05 sehingga tidak adanya pengaruh
jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap kemampuan redispersi suspensi
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida, sedangkan pada uji volume
sedimentasi dan derajat flokulasi mempunyi nilai p<0.05 sehingga adanya
pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap volume sedimentasi
dan derajat flokulasi suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
Pada penelitian ini formula yang menggunakan CaCl2 dengan konsentrasi 1.75%
menunjukan volume sedimentasi dan derajat flokulasi yang baik dari ketiga
formula suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
Kata kunci: suspensi, aluminium hidroksida, magnesium hidroksida,
redispersibilitas, bahan pemflokula.
vi
THE INFLUENCE TYPE AND CONCENTRATION OF FLOCCULATING
AGENT TOWARD REDISPERSIBILITY ALUMINUM HYDROXIDE AND
MAGNESIUM HYDROXIDE SUSPENSION
SARAH AYU RODOTUL JANNAH – P17335112040
ABSTRACT
Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide are component of antacid, both
insoluble in water that made it possible to be formed as suspension.In the system
of suspension, active ingredients usually separated out in the bottom of the bottle,
and form cake that difficult to redisperse (dispersed over). To overcome that
obstacle, formula usually added anti flocculatingagent. The objective of this
research such as sorbitol, NaCl, and CaCl2. The aimed of this research was to
find out the influence of sorbitol, NaCl, and CaCl2 as flocculating agent to the
redispersibility of Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide suspension.
concentration of each flocculating agent used in the formula were sorbitol 50%,
NaCl 0.05%, and CaCl2 1.75%. redispersibility was evaluated by three
parameters, which were sedimentation volume, redispers, and degree of
flocculation. Redispersibility test data was analyzed using IBM SPSS statistics 20
with Kruskal-Wallis test. The result of redispersibility of each formula had a
p>0.05it mean that not influence type dan concertration flocculating ag ent in
redispers of Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide suspension, while
sedimentation volume and degree of flocculation result the value p<0.05 that have
influence type and concentration flocculating agent in sedimentation volume and
degree of flocculation of Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide
suspension. This research shown formulation with CaCl21.75 % was the best
formula influencing sedimentation volume and degree of flocculation of three
formulation Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide suspension.
Keywords: suspension, aluminum hydroxide, magnesium hydroxide,
redispersibility, flocculating agent.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bertujuan
untuk memenuhi syarat menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Farmasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas
dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Ibu Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt selaku dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam membimbing
serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilimah ini.
2) Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Bandung, Ibu Dra. Mimin Kusmiati., Msi yang telah
menyetujui judul Karya Tulis Ilimah ini.
3) Bapak/Ibu dosen Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Bandung atas bekal ilmu, wawasan, serta pengalaman
yang diajarkan selama ini.
4) Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari, Karya Tulis Ilimah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis, memohon maaf sebesar-
besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilimah ini. Semoga Karya Tulis Ilimah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bandung, Juli 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………....……………………………………………………… v
ABSTRACT……………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….... xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………..…..……………………….………................ 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………...………...………............ 3
1.3 Tujuan Penelitian…….………………………………..……………………... 3
1.4 Manfaat……………………………………...……………………….....…... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 5
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................. 5
2.2 Kerangka Konsep…………………..………………………………...……. 17
2.3 Hipotesis………………………………………………………….........…… 17
2.4 Variabel Penelitian……………………………………………..…………... 18
2.5 Definisi Operasional………………………………………….……………. 18
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………... 20
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian………………………………..… 20
3.2 Populasi dan Sampel…………………………………………………..…….. 20
3.3 Tempat dan Waktu………...…………………………………………...……. 21
3.4 Cara Pengumpulan Data……………………………………………..……… 21
3.5 Alat dan Bahan………………...…………………………………………….. 22
3.6 Cara Kerja dan Evaluasi Sediaan……………….…………………………… 22
3.7 Formulasi Sediaan...……..………………………………………………….. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….. 26
4.1 Hasil………………..………………………………………………………... 26
ix
4.2 Pembahasan………………………...………………………………………... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 35
5.1 Kesimpulan……………………………..…………………………………… 35
5.2 Saran……………………………………..………………………………….. 35
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 36
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 pH sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3……………….…………….…... 39
Lampiran 2 Volume sedimentasi sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3……..………... 40
Lampiran 3 Kemampuan redispersi sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3………..…... 41
Lampiran 4 Hasil uji volume sedimentasi ….……………………….………... 42
Lampiran 5 Hasil uji derajat flokulasi………………………………………… 43
Lampiran 6 Hasil uji kemampuan redispersi .……………..………………..… 44
Lampiran 7 Hasil analisis data IBM SPSS Statistics 20……………….……... 45
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kimia Natrium CMC…………………………...………. 14
Gambar 2.2 Struktur kimia asam benzoat……………………………...……. 15
Gambar 2.3 Struktur kimia natrium sakarin..……………………………….. 15
Gambar 2.4 Struktur kimia propilenglikol…………………...……………….. 16
Gambar 2.5 Struktur kimia sorbitol………………………………..…………. 17
Gambar 2.6 Kerangka konsep………………………………...………………. 17
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian…………..…………………………. 20
Tabel 3.2 Formulasi sediaan suspensi ………………………………………... 25
Tabel 4.1 Hasil optimasi natrium CMC pada sediaan suspensi Aluminium
Hidroksida dan Magnesium Hidroksida ………………..………….
26
Tabel 4.2 Hasil evaluasi organoleptis sediaan suspensi……………………… 26
Tabel 4.3 Hasil viskositas sediaan suspensi….…………………….…………. 27
Tabel 4.4 Hasil pengujian pH sediaan suspensi……..………………………... 27
Tabel 4.5 Hasil pengukuran volume sedimentasi sediaan suspensi……..……. 28
Tabel 4.6 Hasil perhitungan derajat flokulasi sediaan suspensi …......……...... 28
Tabel 4.7 Hasil pengukuran kemampuan redispersi sediaan suspensi…..……. 29
Tabel 4.8 Hasil analisis data sediaan suspensi………………………………... 30
xiii
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN NAMA Pemakaian pertama kali
pada halaman
F0 Formula deflokulasi (kontrol negatif) 22
F1 Formula satu 22
F2 Formula dua 22
F3 Formula tiga 22
Fk Formula flokulasi (kontrol positif) 22
Vu Volume sedimentasi akhir 23
V0 Volume sedimentasi awal 23
F Hasil volume sedimentasi 23
ß Derajat flokulasi 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung zat aktif yang tidak
larut namun dapat terdispersi sempurna dalam cairan pembawa. Zat aktif yang
tidak larut akan menyebabkan partikel turun karena adanya gaya gravitasi
sehingga partikel tersebut cepat mengendap. Selain itu, dosis tidak merata karena
jumlah zat aktif yang tertuang dalam sendok tidak sesuai. Agar dosis merata,
maka ditambahkan suspending agent. Suspending agent berfungsi untuk
meningkatkan kekentalan, mencegah penurunan partikel, dan memperlambat
pengendapan. Suspending agent digolongan menjadi empat, antara lain: golongan
polisakarida, golongan selulosa larut air, golongan tanah liat, dan golongan
sintetik (Ansel, 2005).
Suspensi memiliki dua tipe yaitu suspensi deflokulasi dan flokulasi.
Suspensi deflokulasi yaitu suatu suspensi yang memiliki partikel dalam keadaan
terpisah satu dengan yang lainnya, endapan terbentuk lambat dan akan
membentuk cake yang sulit untuk terdispersi kembali, serta formulasi tipe
deflokulasi tanpa penambahan flocculating agent. Suspensi flokulasi merupakan
suspensi yang terbentuk agregat bebas, endapan tidak membentuk cake yang keras
dan padat sehingga mudah terdispersi kembali, serta formulasi tipe flokulasi
dengan penambahan flocculating agent (Syamsuni, 2008).
2
Dalam penyimpanan sediaan suspensi, partikel akan turun dan membentuk
suatu agregat sehingga dalam formulasi diberikan flocculating agent (Aulton,
2013). Flocculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap
namun mudah terdispersi kembali. Jenis flocculating agent yaitu surfaktan,
polimer hidrofilik, clays, dan elektrolit. Pada penelitian ini akan dikembangkan
formula suspensi dengan penambahan variasi flocculating agent dengan
menggunakan zat aktif sebagai model yaitu Magnesium Hidroksida dan
Aluminum Hidroksida. Flocculating agent yang akan digunakan yaitu sorbitol
dengan konsentrasi 50%, NaCl dengan konsentrasi 0,05%, dan CaCl2 dengan
konsentrasi 1.75%.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jenis dan konsentrasi
flocculating agent terhadap redispersibilitas sediaan suspensi. Redispersibilitas
meliputi volume sedimentasi, dari volume sedimentasi akan didapat derajat
flokulasi dan kemampuan suspensi untuk terdispersi kembali (Aulton, 2013).
Zat aktif yang akan digunakan yaitu Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida yang berperan sebagai model untuk mengetahui pengaruh flocculating
agent terhadap redispersibilitas bahan aktif dalam sediaan suspensi. Zat aktif ini
berkhasiat sebagai antasida. Antasida merupakan senyawa yang mempunyai
kemampuan untuk menetralkan asam klorida (lambung) atau mengikatnya (ISFI,
2008). Kelarutan dari Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida yaitu
tidak larut dalam air sehingga dapat sediaan suspensi (Rowe, 2009).
3
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap
redispersibilitas sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap
redispersibilitas sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui redispersibilitas suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida dengan penambahan flocculating agent sorbitol
pada konsentrasi 50%.
2) Mengetahui formulasi suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida dengan penambahan flocculating agent CaCl2 pada konsentrasi
1.75%.
3) Mengetahui formulasi suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida dengan penambahan flocculating agent NaCl pada konsentrasi
0,05%.
4) Mengetahui jenis flocculating agent yang paling baik diantara ketiga
flocculating agent yang digunakan terhadap redispersibilitas pada sediaan
suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Mengetahui redispersibilitas sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida dengan penambahan flocculating agent yang berbeda.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Mengetahui informasi mengenai flocculating agent yang baik untuk sediaan
suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
2) Menambah pengetahuan pembaca mengenai suspensi Aluminium
Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Sistem Dispersi
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
terdispersi, terdisitribusi ke seluruh medium kontinyu atau medium dispersi.
Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-
partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel-partikel yang ukurannya
diukur dalam milimeter. Beberapa suspensi dan emulsi bisa mengandung suatu
jangkauan ukuran partikel dari mulai ukuran partikel-partikel kecil yang terletak
pada daerah koloid sampai yang terletak dalam daerah ukuran partikel kasar
Dispersi molekular bersifat homogen dan membentuk larutan sebenarnya. Partikel
yang terletak dalam jangkauan ukuran koloid mempunyai luas permukaan yang
sangat besar dibandingkan dengan luas permukaan partikel-partikel yang lebih
besar dengan volume yang sama (Martin, 2008).
Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang didispersikan, sistem dispersi
dibedakan atas dispersi kasar, dispersi halus, dan dispersi molekular. Dispersi
kasar atau suspensi adalah sistem dua fase yang heterogen, tidak jernih, dan
memiliki diameter partikel lebih besar dari 10-5
cm. Partikel-partikel suspensi
dapat dilihat menggunakan mikroskop biasa, mudah diendapkan dan tidak dapat
melewati kertas saring biasa maupun membran semipermiabel. Dispersi halus atau
koloid adalah sistem dua fase yang ketercampurannya berada dalam heterogen
6
dan homogen, agak keruh, serta memiliki diameter partikel 10-7
sampai 10-6
cm.
Partikel-partikel koloid tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop biasa, tetapi
dapat dilihat dengan mikroskop ultra, mudah diendapkan, dan tidak dapat
melewati kertas saring biasa maupun membran semipermiabel. Dispersi molekuler
atau larutan adalah sistem satu fase, homogen, jernih, dan memiliki diameter tidak
lebih dari 10-7
cm. Partikel-partikel larutan tidak dapat dilihat dengan mikroskop
biasa maupun mikroskop ultra, tidak mudah diendapkan, dan dapat melewati
kertas saring biasa maupun membran semipermiabel. (Sumardjo, 2006).
2.1.2 Suspensi
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair (Depkes RI, 2014). Suspensi dalam bidang
farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut
terdispersi dalam suatu medium cair. Partikel-partikel tersebut kebanyakan
mempunyai diameter lebih besar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa dari partikel
tersebut bila dilihat di bawah mikroskop menunjukkan adanya gerak Brown jika
dispersi mempunyai viskositas rendah (Martin, 2008).
Syarat sediaan suspensi antara lain harus mengandung zat antimikroba yang
sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur; sesuai sifatnya,
partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila
didiamkan, pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan
pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan maka
ditambahkan zat untuk meningkatkan kekentalan (Depkes RI, 2014).
7
Macam-macam bentuk suspensi antara lain suspensi oral, sediaan cair
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral; suspensi topikal,
sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit; suspensi tetes telinga, sediaan cair
mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga
bagian luar; suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata
(Depkes RI, 2014).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi
(Syamsuni, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
1) Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas
penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan semakin besar,
akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk
memeperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2) Kekentalan (Viskositas). Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula
kecepatan aliran cairan tersebut, semakin kental suatu cairan kecepatan
alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan
8
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turun partikel yang ada di
dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau viskositas
cairan, gerakan turun partikel akan diperlambat. Namun kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan Hukum Stokes.
V = kecepatan aliran
d = diameter partikel
ρo = bobot jenis caira
η = viskositas cairan
g = gravitasi
ρ = bobot jenis partikel
3) Jumlah partikel (konsentrasi). Semakin besar konsentrasi partikel, makin
besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu singkat,
4) Sifat atau muatan partikel. Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan
demikian, ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan
bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alam, maka tidak dapat mempengaruhinya. Jika partikel
mengendap, maka akan mundah tersuspensi kembali dengan pengocokan
ringan. Partikel yag mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh
𝑉 =𝑑2 𝜌 − 𝜌0 𝑔
𝜂
9
suatu kekuatan untuk membentuk agregasi dan selanjutnya membentuk
compacted cake. Peristiwa ini disebut caking.
Sistem pembentukan suspensi yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi.
Perbedaan deflokulasi dan flokulasi sebagai berikut:
Deflokulasi:
1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya.
2) Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap
terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling kecil.
3) Sedimen terbentuk lambat.
4) Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
kembali.
5) Tampilan suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi:
1) Partikel merupakan agregat yang bebas.
2) Sedimentasi terjadi cepat.
3) Sedimen terbentuk cepat.
4) Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula.
5) Tampilan suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi cairan yang jernih dan nyata.
10
2.1.3 Uji Redispersibilitas
Redispersibilitas meliputi uji volume sedimentasi, derajat flokulasi, dan
kemampuan redispersi. Selain itu, didukung oleh uji organoleptis, uji viskositas,
dan uji pH.
1) Organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk mengukur tingkat penerimaan sediaan
yaitu menilai perubahan rasa, warna, dan bau.
2) Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer stormer tipe
viskotester VT-02
3) Pengujian pH
Penetapan pH dilakukan dengan mengukur pH sediaan dengan
menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan
yang sesuai.
4) Volume Sedimentasi
Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan (Martin, 2008).
Penafsiran hasil:
F=1 dinyatakan sebagai “Flocculation equilibrium”, merupakan sediaan
yang baik. Demikian pula bila F mendekati 1 (Martin, 2008).
F= Vu/Vo
11
F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan (Martin,
2008).
5) Derajat flokulasi
Perbandingan antara volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (F)
terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Fo)
Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi tinggi
yang mungkin sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan
yang minimum maka dilakukan dengan cara mengencerkan suspensi dengan
penambahan pembawa yaitu dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang
tidak larut (Lachman, 2008).
6) Kemampuan redispersi
Kemampuan suatu sediaan untuk terdispersi kembali secara sempurna
setelah mengalami pengendapan selama penyimpanan (Maryam, 2013).
2.1.4 Flocculating Agent
Untuk menghindari cake, perlu untuk mencegah aglomerasi partikel menjadi
kristal atau massa yang lebih besar. Salah satu metode umum untuk mencegah
kohesi yang kaku dari partikel kecil dalam pembentukan suspesi yang disengaja
dari agregasi yang kurang kaku dirubah dari partikel lemah ke ikatan partikel.
(Ansel, 2014).
Ada beberapa metode mempersiapkan suspensi flokulasi, pilihan tergantung
pada jenis obat dan jenis produk diinginkan. Misalnya, dalam persiapan dari
ß= F/Fo
12
suspensi oral obat, clays diencerkan dengan bentonit magma yang umumnya
bekerja sebagai focculating agent. Clays dapat membantu pembentukan floc.
Selain itu, elektrolit dapat juga bertindak sebagai flocculating agent dengan
mengurangi hambatan listrik antara partikel dari suspensi dan membentuk
jembatan sehingga menghubungkan ikatan partikel. Surfaktan juga dapat
menginduksi flokulasi partikel dalam suspensi dan meningkatkan volume
sedimentasi. (Ansel, 2014).
Flocculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel
berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Flocculating
agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah
diredispersi kembali. Flocculating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok
yaitu:
1) Surfaktan
Surfaktan ionik dan nonionik dapat digunakan sebagai flocculating agent.
Konsentrasi yang digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Konsentrasi yang
tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking.
2) Polimer hidrofilik
Polimer baru seperti xantin gum digunakan sebagai flocculating agent
dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer
hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga
berfungsi untuk membentuk flok longgar (flocculating agent). Penggunaan
tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem
flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa
13
pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menghambat pengikatan
silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer pada permukaan satu
partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
3) Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan
dapat berperan sebagai flocculating agent pada pembuatan obat yang
disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup.
4) Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik (Na. Asetat, fosfat, sitrat) pada suspensi
dapat menurunkan potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan
flokulasi. Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit
untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter ionnya.
Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari
mono di-valensi disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit
berlebihan atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah
masing¬masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan
konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya
suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi etilen sulfat,
suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh
AlCl3. Elektrolit sebagai flocculating agent jarang digunakan di industri.
14
2.1.5 Bahan-bahan Tambahan Suspensi
1) Natrium CMC
Natrium CMC atau sodium carboxymethylcellulose digunakan sebagai
suspending agent . berwarna putih, tidak berbau , tidak berasa , berbentuk serbuk
granular, dapat terjadi higroskopis pada pengeringan. Natrium CMC mempunyai
kelarutan praktis larut dalam aseton, etanol 95% dan touluen, serta sangat mudah
terdispersi dalam air berbagai suhu. Natrium CMC tidak bercampur dengan
larutan asam kuat dan logam seperti aluminium, merkuri, dan seng. natrium
CMC juga bercampur dengan xanthan.
Gambar 2.1 Struktur kimia Natrium CMC.
2) Asam Benzoat
Asam benzoat berwarna putih atau serbuk kristal berwarna putih, tidak
berasa dan tidak berbau atau memiliki bau yang khas. Kelarutan asam benzoat
dapat ditingkatkan dengan penambahan asam sitrat atau natrium asetat. Asam
15
benzoat dapat bereaksi dengan asam organik, misalnya dengan alkalis atau logam
berat.
Gambar 2.2 Struktur kimia asam benzoat
3) Natrium Sakarin
Natrium sakarin atau Saccharin sodium berwarna putih, bau aromatik,
berbentuk serbuk kristal. Digunakan sebagai pemanis.
Gambar 2.3 Struktur kimia Natrium sakarin
16
4) Propilenglikol
Propilenglikol digunakan sebagai pembasah atau wetting agent pada
sediaan suspensi. Pemerian dari propilenglikol yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
sedikit manis. Larut dalam eter, etanol 95%, kloroform, dan air.
Gambar 2.4 Struktur kimia propilenglikol
5) Sorbitol
Sorbitol berbau lemah, berwarna putih, berbentuk kristal, dan higroskopik.
Larut dalam 0,5 bagian air. Sorbitol harus disimpan ditempat sejuk dan kering.
Gambar 2.5 Struktur kimia sorbitol
6) NaCl
Sodium chloride atau NaCl berbentuk serbuk berwarna putih, memiliki
rasa asin. Mudah larut dalam etanol, larut dalam 10 bagian gliserin, larut dalam
2,8 bagian air.
17
7) CaCl2
Kalsium klorid berbentuk kristal berwarna putih dan higroskopis. Sangat
larut dalam air dan etanol 95%. Inkompatibel dengan larutan karbonat, fosfat,
sulfat.
2.1.6 Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida
1) Aluminium Hidroksida
Aluminium Hidroksida berbentuk hydrogel putih, mempunyai kelarutan
larut dalam alkali hidroksida dan asam mineral. Tidak kompatibel dengan fosfat,
sulfat, karbonat dan borat anion.
2) Magnesium Hidroksida
Magnesium Hidroksida berbentuk serbuk putih, praktis tidak larut dalam air,
kloroform, eter, dan alkohol. Larut dalam asam encer.
2.2 Kerangka Konsep
Gambar 2.6 Kerangka konsep
2.3 Hipotesis
1) Hipotesis alternatif (Ha) pada penelitian ini adalah adanya pengaruh jenis
dan konsentrasi flocculating agent terhadap redispersibilitas sediaann
suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
Flocculating agent
Sorbitol 50%, NaCl 0,05%,
dan CaCl2 1,75%
Redispersibilitas
18
2) Hipotesis nol (Ho) pada penelitian ini adalah tidak adanya pengaruh jenis
dan konsentrasi flocculating agent terhadap redispersibilitas sediaan
suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
2.4 Variabel Penelitian
1) Variabel terikat
Varaibel terikat dalam penelitian ini adalah evaluasi sediaan suspensi yaitu
redispersibilitas.
2) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah flocculating agent yaitu sorbitol
dengan konsentrasi 50%, CaCl2 dengan konsentrasi 1.75%, serta NaCl
dengan konsentrasi 0,05%.
2.5 Definisi Operasional
1) Variabel terikat yaitu redispersibilitas yang meliputi volume sedimentasi,
derajat flokulasi, dan kemampuan redispersi. Volume sedimentasi
merupakan perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume
awal (Vo) sebelum terjadi pengendapan dengan menggunakan alat ukur
tabung sedimentasi, serta hasil ukur bila F=1 dinyatakan sebagai
“Flocculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik. Demikian pula
bila F mendekati 1 (Martin, 2008). Derajat flokulasi merupakan
perbandingan volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (F) terhadap
volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Fo) menggunakan tabung
19
sedimentasi. Hasil ukur akan didapat nilai ß (derajat flokulasi). Kemampuan
redispersi merupakan kemampuan suatu sediaan suspense yang dapat
terdispersi kembali pada waktu tertentu dengan mengukur perosentase
kemampuan redispersi dengan menggunakan botol. Bernilai 100% jika
dalam sekali pembalikan botol, suspensi dapat terdispersi sempurna. Jika
setiap pembalikan suspense belum terdispersi sempurna, maka akan terjadi
pengurangan 5% dari nilai 100%.
2) Variabel bebas yaitu flocculating agent. Flocculating agent merupakan
bahan dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama
membentuk suatu agregat atau floc. Flocculating agent dapat menyebabkan
suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah terdispersi kembali.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Penelitian merupakan penelitian true experiment mengenai pengaruh
perbandingan flocculating agent terhadap uji redispersibilitas. Desain penelitian
yang akan dilakukan yaitu post test only group design dengan menggunakan
kontrol serta pemilihan sampel secara random.
Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian
Pretest Perlakuan Postest
Kontrol R - Y0 O0
Eksperimen 1 R - Y1 O1
Eksperimen 2 R - Y2 O2
Eksperimen 3 R - Y3 O3
Keterangan:
Y0 : Sampel kontrol
Y1 : Sampel formula 1 (menggunakan sorbitol)
Y2 : Sampel formula 2 (menggunakan NaCl)
Y3 : Sampel formula 3 (menggunakan CaCl2)
O0 : Observasi kontrol
O1 : Observasi formula 1 (menggunakan sorbitol)
O2 : Observasi formula 2 (menggunakan NaCl)
O3 : Observasi formula 3 (menggunakan CaCl2)
R : Pengambilan sampel secara random
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh suspensi yang menggunakan
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida dengan menggunakan
flocculating agent sorbitol, NaCl, dan CaCl2.
21
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil secara random.
3.2.3 Penentuan Jumlah Ulangan
Pada penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Penentuan
jumlah ulangan dilakukan dengan menghitung dalam rumus Federer.
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
(n-1) (4) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4 ≥ 19
n ≥ 4.75
keterangan:
n : Jumlah pengulangan
t : Treatment atau perlakuan
3.2.4 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu sampel yang diambil secara random.
3.3 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Bandung Jurusan Farmasi, Jl. Eyckman No.
24 Bandung pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015.
3.4 Cara Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengukuran langsung volume sedimentasi dan derajat
flokulasi. Kemampuan redispersi diperoleh dari analisis data menggunakan IBM
SPSS statistics 20.
22
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi Magnesium
Hidroksida dan Aluminium Hidroksida yaitu perkamen, spatel, timbangan analitik
(Mettler Toledo), beker gelas (Pyrex), mortir, stamper, batang pengaduk (Pyrex),
corong (Pyrex), kaca arloji (Pyrex), gelas ukur 10 ml (Pyrex), gelas ukur 150 ml,
pipet, tabung sedimentasi (Pyrex), viscometer, botol 100 ml.
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi Magnesium
Hidroksida dan Aluminium Hidroksida yaitu Magnesium Hidroksida (Konoshima
Chemical Co., Ltd), Aluminum Hidroksida (Quadrant), Natrium CMC
(Quadrant), asam benzoat (Quadrant), Na. Sakarin (Quadrant), propilenglikol
(Quadrant), sorbitol (Brataco), NaCl (Brataco), CaCL2 (Brataco).
3.6 Cara Kerja dan Evaluasi Sediaan
3.6.1 Membuat Sediaan Suspensi
Bahan aktif dan eksipien ditimbang. Bahan aktif yang digunakan yaitu
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida serta eksipien yang digunakan
yaitu Natrium CMC sebagai suspending agent; asam benzoat sebagai pengawet;
Natrium sakarin sebagai pemanis; NaCl, CaCl2, dan sorbitol sebagai flocculating
agent; serta propilenglikol sebagai pembasah.
Setelah penimbangan zat aktif dan eksipien, langkah selanjutnya yaitu
membuat suspending agent dengan menaburkan Natrium CMC diatas air hingga
terbasahi semua dan membentuk mucilage. Tahap selanjutnya yaitu membasahi
23
zat aktif dengan propilenglikol sehingga zat aktif menjadi basah. Lalu melarutkan
asam benzoat yang digunakan sebagai pengawet dan Na. Sakarin sebagai pemanis
dengan aquadest.
Selanjutnya melarutkan flocculating agent pada F1 menggunakan sorbitol
yang dilarutkan dengan aquadest. F2 menggunakan NaCl sebagai flocculating
agent dilarukan dengan aquadest. F3 menggunakan CaCl2 yang dilarutkan dengan
aquadest Suspending agent yang telah dikembangkan ditambahkan kedalam zat
aktif yang telah dibasahi, digerus sampai homogen. Lalu dimasukkan larutan asam
benzoat ke dalam mortir yang berisi campuran suspending agent dan zat aktif, lalu
ditambahkan flocculating agent yang telah dilarutkan, kemudian dimasukkan
pemanis yaitu Na. sakarin, dan yang terakhir yaitu ditambahkan aquadest hingga
60ml.
3.6.2 Evaluasi Sediaan
1) Organoleptis
Evaluasi organoleptis suspensi dilakukan dengan alat indera manusia untuk
mengukur tingkat penerimaan sediaan yaitu menilai perubahan rasa, warna, dan
bau.
2) Viskositas
Suspensi yang telah dibuat sebanyak 120ml kemudian diletakkan pada
wadah, selanjutnya dipasang spindle 1 paada alat. Viskositas sediaan suspensi
dapat dilihat dari pergerakan jarum penunjuk viskositas.
24
3) Pengujian pH
Penetapan pH dilakukan dengan mengukur pH sediaan dengan
menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan
yang sesuai. Kemudian elektroda dicelupkan kedalam sediaan. Nilai pH
ditunjukkan pada layar.
4) Volume Sedimentasi
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala, volume
yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati
volume akhir dengan terjadinya sedimentasi.Volume terakhir tersebut diukur (Vu)
dan hitung volume sedimentasi (F)
5) Derajat Flokulasi
Derajat flokulsai dihitung dari volume sedimentasi akhir suspensi flokulasi
dengan volume sedimentasi suspensi deflokulasi.
6) Kemampuan Redispersi
Evaluasi dilakukan dengan cara botol diputar 180 derajat dan balik ke posisi
semula. Lakukan berulang kali dengan konstan. Bernilai 100% jika dalam sekali
pembalikan tabung, suspensi dapat terdispersi sempurna. Jika setiap pembalikan
suspensi belum terdispersi sempurna maka akan terjadi pengurangan 5% dari nilai
100% (Maryam, 2013).
3.7 Formulasi Sediaan
Formula sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida terdapat pada tabel 3.2.
25
Tabel 3.2 Formula sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida
Nama Bahan F0
(%)
F1
(%)
F2
(%)
F3
(%)
Fungsi
Aluminium hidroksida 4 4 4 4 Zat aktif
Magnesium hidroksida 4 4 4 4 Zat aktif
Natrium CMC 2 1,2 2 2 Suspending agent
Asam benzoat 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Natrium Sakarin 0,1 0,1 0,1 0,1 Pemanis
Propilenglikol 2 2 2 2 Pembasah
Sorbitol - 50 - - Flocculating agent
NaCl - - 0,05 - Flocculating agent
CaCl2 - - - 1,75 Flocculating agent
Ol. Menthae piperitae qs qs Qs qs Pewangi
Aquadest (hingga) 100 100 100 100 Pembawa
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Optimasi Natrium CMC sebagai Suspending Agent
Hasil optimasi didapat setelah melakukan pembuatan sediaan sebanyak
tiga kali. Konsentrasi natrium CMC didapat dari optimasi ketiga. Konsentrasi
natrium CMC dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil optimasi natrium CMC pada sediaan suspensi
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida
Formula F0
(1)
F0
(2)
F0
(3)
F1
(1)
F1
(2)
F1
(3)
F2
(1)
F2
(2)
F2
(3)
F3
(1)
F3
(2)
F3
(3)
Konsentrasi
(%)
1
1.5
2
1
2
1.2
1
1.5
2
1
1.5
2
4.1.2 Evaluasi
4.1.2.1 Organoleptis
Hasil evaluasi organoleptis meliputi bau, rasa dan warna dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil evaluasi organoleptis sediaan suspensi
Formula Bau Rasa Warna
Fk Bau khas oleum menthae piperitae Mint Putih susu
F0 Bau khas oleum menthae piperitae Mint Putih susu
F1 Bau khas oleum menthae piperitae Mint Putih susu
F2 Bau khas oleum menthae piperitae Mint Putih susu
F3 Bau khas oleum menthae piperitae Mint Putih susu
27
4.1.2.2 Viskositas
Viskositas F0, F1, F2, dan F3 telah dioptimasi supaya memiliki nilai yang
sama dengan viskositas kontrol positif. Dari hasil pengujian diperoleh hasil dari
hari pertama formulasi suspensi dengan viskositas 15 dPas. Nilai viskositas
masing-masing formula ditampilkan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil viskositas sediaan suspensi
Formula Fk F0 F1 F3 F3
Viskositas
(dPas)
15 15 15 15 15
4.1.2.3 Pengujian pH
Dari hasil pengujian pH pada hari pertama formulasi suspensi, didapat pH
terbesar pada F2 yaitu 9.06 dan pH terkecil pada F0 yaitu 8.50. Nilai pH
ditampilkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil pengujian pH sediaan suspensi
Formula Fk F0 F1 F2 F3
pH 8.56 8.50 8.58 9.06 8.56
4.1.2.4 Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi yang mendekati nilai 1 terdapat pada Fk dengan nilai
F yaitu 0.99 dan nilai yang mendekati Fk yaitu F3. F3 dinyatakan sebagai formula
suspensi yang baik karena nilai F mendekati 1. Nilai volume sedimentasi dapat
dilihat pada tabel 4.5.
28
Tabel 4.5 Hasil pengukuran volume sedimentasi sediaan suspensi
Formula
Vu
(ml)
V0
(ml)
F= Vu/ V0
Fk 59.4 60 0.99
F0 54.2 60 0.90
F1 55.8 60 0.93
F2 57 60 0.95
F3 57.8 60 0.96
4.1.2.5 Derajat Flokulasi
Hasil pengujian derajat flokulasi didapat nilai ß rata-rata dari Fk yaitu
1.098 merupakan nilai ß terbesar diantara formula lain. ß yang mendekati Fk yaitu
terdapat pada F3 yaitu 1.065. Derajat flokulasi dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan derajat flokulasi sediaan suspensi
F F0 ß = F/F0 ß rata-rata
Fk1 1 0.9 1.111
1.098
Fk2 1 0.9 1.111
Fk3 0.98 0.9 1.089
Fk4 0.98 0.9 1.089
Fk5 0.98 0.9 1.089
F11 0.95 0.9 1.056
1.029
F12 0.91 0.9 1.011
F13 0.91 0.9 1.011
F14 0.91 0.9 1.011
F15 0.95 0.9 1.056
F21 0.93 0.9 1.033
1.053
F22 0.95 0.9 1.056
F23 0.93 0.9 1.033
F24 0.98 0.9 1.089
F25 0.95 0.9 1.056
29
Lanjutan tabel 4.6
F31 0.95 0.9 1.056
1.065
F32 0.96 0.9 1.067
F33 0.96 0.9 1.067
F34 0.96 0.9 1.067
F35 0.96 0.9 1.067
4.1.2.6 Kemampuan Redispersi
Hasil pengujian kemampuan redispersi pada penyimpanan sediaan
suspensi hari ke-5 sampai hari ke-7 menunjukkan nilai 100%. Penyimpanan hari
ke-14, hari ke-21, dan hari ke-30 ada penurunan pada F0, F1, F2, dan
F3..Kemampuan redispersi yang paling baik terdapat pada F3. Nilai kemampuan
redispersi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.8 Hasil pengukuran kemampuan redispersi
Hari ke- 3 5 7 14 21 30
Fk 100% 100% 100% 100% 100% 100%
F0 100% 100% 100% 91.6% 93.3% 91.6%
F1 100% 100% 100% 85.0% 86.6% 83.3%
F2 100% 100% 100% 100% 100% 90.0%
F3 100% 100% 100% 98.3% 100% 91.6%
4.1.2.7 Hasil Analisis Data
Hasil analisis data sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida yaitu adanya perbedaan bermakna flocculating agent pada
volume sedimentasi dan derajat flokulasi dalam sediaan suspensi Aluminium
Hidroksida dan Magnesium Hidroksida serta tidak adanya perbedaan bermakna
flocculating agent pada kemampuan redispersi dalam sediaan suspensi
30
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida. Data ditampilkan pada tabel
4.7.
Tabel 4.7 Hasil analisis data sediaan suspensi
Parameter p value Kesimpulan
Kemampuan redispersi 0.174 Tidak bermakna
Volume sedimentasi 0.001 Bermakna
Derajat flokulasi 0.000 Bermakna
4.2 Pembahasan
Formula yang dibuat yaitu empat buah formula, perbedaan dari keempat
formula tersebut ada dalam jenis dan konsentrasi flocculating agent yang berbeda.
F0 yaitu sediaan suspensi magnesium hidroksida dan aluminum hidroksida tanpa
menggunakan flocculating agent atau bisa disebut dengan suspensi deflokulasi.
F1, F2, dan F3 yaitu sediaan suspensi Magnesium Hidroksida dan Aluminum
Hidroksida menggunakan flocculating agent yang berbeda atau bisa disebut
dengan suspensi flokulasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan
konsentrasi flocculating agent terhadap redispersibilitas sediaan suspensi
Magnesium Hidroksida dan Aluminum Hidroksida. Untuk pembanding,
dibutuhkan sediaan suspensi yang berada di pasaran dan yang dipakai yaitu
sediaan suspensi DOEN sebagai kontrol positif.
Optimasi dilakukan sebelum penelitian, hal ini dikarenakan viskositas dari
suspending agent sediaan suspensi magnesium hidroksida dan aluminum
hidroksida disesuaikan dengan sediaan suspensi kontrol positif. Viskositas diukur
dengan menggunakan alat viskotester VT-02 spindle nomor 2, viskositas dari
sediaan suspensi kontrol positif yaitu 15 dPas. Optimasi dilakukan sebanyak tiga
31
kali, hasil yang didapat viskositas dari seluruh formula yaitu 15 dPas. F1
ditambahkan Natrium CMC sebanyak 1.2%, F0, F2 dan F3 ditambahkan Natrium
CMC sebanyak 2%. Setelah mendapatkan konsentrasi yang sesuai untu masing-
masing formula maka dilakukan pembuatan sediaan suspensi Aluminium
Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.
Evaluasi yang dilakukan meliputi organoleptis, uji pH, viskositas, volume
sedimentasi, derajat flokulasi, dan kemampuan redispersi. Uji organoleptis
dilakukan dengan melihat warna, mencium bau, dan rasa. Uji organoleptis
dilakukan pada hari pertama sediaan dibuat. Hasil dari uji organoleptis sediaan
magnesium hidroksida dan aluminum hidroksida yaitu berwarna putih susu, rasa
manis dan sedikit rasa mint, bau khas oleum menthae piperitae. Hal ini
dikarenakan zat aktif tidak larut dalam air sehingga partikel zat aktif terdispersi
merata dalam medium dispersi dan ukuran molekulnya besar sehingga tertangkap
mata, berbeda dengan larutan yang memiliki ukuran kurang dari 100nm sehingga
tidak tampak atau transparan.
Uji pH dilakukan untuk melihat pH suspensi Fk (kontrol positif) dengan
keempat formula yang dibuat. Uji pH dihitung dengan alat pH meter. Hasil dari
evaluasi yang dilakukan, pH dari keempat formula tersebut menunjukkan bahwa
hasil pH mendekati suspensi Fk (kontrol positif).
Evaluasi volume sedimentasi dilakukan setelah 4 minggu sediaan suspensi
magnesium hidroksida dan aluminum hidroksida disimpan. Fk, F0, F1, F2, dan F3
dimasukkan ke dalam gelas ukur 100ml masing-masing 5 gelas ukur sebanyak
60ml. untuk mengetahui volume sedimentasi, disimpan selama 4 minggu. Hasil
32
dari evaluasi volume sedimentasi menunjukkan bahwa Fk, F0, F1, F2, dan F3
mendekati nilai 1 sehingga sediaan tersebut dikatakan baik. Volume sedimentasi
dari sediaan suspensi magnesium hidroksida dan aluminum hidroksida ini
berwarna putih keruh tidak bening. Volume sedimentasi F3 yaitu 0.96 mendekati
volume sedimentasi Fk. Hasil dari volume sedimentasi diolah menggunakan IBM
SPSS Statistics 20 dan hasilnya yaitu F3 memiliki nilai signifikan terkecil terhadap
Fk sehingga F3 merupakan sediaan yang paling baik dari keempat formula. F3
merupakan sediaan yang mennggunakan CaCl2 sebagai flocculating agent.
Setelah mengetahui nilai F pada masing-masing formula, dapat diketahui
derajat flokulasi (ß) dari masing-masing formula. Nilai ß dihasilkan dari
perbandingan volume sedimentasi sediaan suspensi flokulasi (F) dengan volume
sedimentasi sediaan suspensi deflokulasi (F0). Nilai ß yang paling besar terdapat
pada F3 sehingga sediaan yang paling baik yaitu terdapat pada F3 karena semakin
tinggi nilai F maka nilai ß yang dihasilkan akan tinggi. Kemudian, nilai ß diolah
menggunakan IBM SPSS Statistics 20 dan nilai signifikan yang paling kecil dari
keempat formula yaitu F3 sehingga F3 merupakan sediaan yang paling baik karena
mendekati nilai signifikan Fk.
Evaluasi selanjutnya yaitu kemampuan redispersi yang dilakukan dengan 6
titik. Titik pertama yaitu sediaan yang telah disimpan selama 3 hari, titil kedua
yaitu sediaan yang telah disimpan selama 5 hari, titik ketiga yaitu sediaan yang
telah disimpan hari ke 7, titik keempat yaitu sediaan yang telah disimpan selama 2
minggu, titik kelima yaitu sediaan yang telah disimpan selama 3 minggu, dan titik
keenam yaitu sediaan yang telah disimpan selama 4 minggu. Hasil dari
33
kemampuan redispersi diuji dengan IBM SPSS statistics 20 dan nilai signifikan
yang paling kecil dari keempat formula yaitu F2 sehingga F2 merupakan sediaan
yang paling baik karena kemungkingan CaCl2 dapat meningkatkan flokulasi dan
menurunkan zeta potensial partikel.
Ketiga parameter redispersibilitas meliputi kemampuan redispersi, volume
sedimentasi, dan derajat flokulasi diolah kembali menggunakan IBM SPSS
statistics 20 dengan uji Kruskal-Wallis hasilnya yaitu kemampuan redispersi Ho
diterima, artinya tidak ada perbedaan bermakna pada pengaruh jenis dan
konsentrasi flocculating agent terhadap kemampuan redispersi sediaan suspensi
Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida, sedangkan volume
sedimentasi, dan derajat flokulasi hasilnya yaitu Ho ditolak, artinya ada perbedaan
bermakna pada pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap
volume sedimentasi dan derajat flokulasi sediaan suspensi Aluminium Hidroksida
dan Magnesium Hidroksida.
Hal ini terjadi karena suspending agent yang digunakan yaitu CMC. Na
dapat berperan sebagai flocculating agent tipe polimer hidrofilik karena senyawa
ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang, menyebabkan
adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam
sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta
mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi (Ansel, 2014).
Kemampuan redispersi pada keempat formula tidak berbeda bermakna
bisa terjadi karena waktu penyimpanan kurang maksimal dan viskositas dari
sediaan besar. Volume sedimentasi dan derajat flokulasi dari keempat formula
34
berbeda bermakna terjadi karena setiap formula memiliki volume sedimentasi
yang berbeda. Keuntungan dari CaCl2 yaitu harga terjangkau dan mudah didapat.
Hasilnya pun mendekati formula kontrol positif.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap volume
sedimentasi dan derajat flokulasi suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida.
2. Tidak adanya pengaruh jenis dan konsentrasi flocculating agent terhadap
kemampuan redispersi suspensi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida.
3. F3 yaitu formula yang menggunakan CaCl2 dengan konsentrasi 1.75%
sebagai flocculating agent menunjukan volume sedimentasi dan derajat
flokulasi paling baik dari ketiga formula suspensi Aluminium Hidroksida
dan Magnesium Hidroksida
5.1.1 Saran
1. Waktu penyimpanan sediaan suspensi Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil volume
sedimentasi sehingga kemampuan redispersi dan derajat flokulasi mendapat
hasil yang baik.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap uji kemampuan redispersi yang
lebih luas dan mendalam, karena penelitian yang dilakukan belum
menjangkau hasil yang maksimal karena keterbatasan waktu.
36
DAFTAR PUSTAKA
Akil, HAM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Ansel, Howard C and Loyd V. Allen, Jr. 2011. Pharmaceutical Dosages Form
and Drugs Delivery System. 10th
edition. Philadelphia: Wolters Kluwers,
Lippincott Williams & Wilkins.
Aulton, Michael and Kevin M.G Taylor. 2013. Aulton’s Pharmaceutics The
Design and Manufacture of Medicines. 4 th
edition. London: Churchill
Livingstone Elsevier.
Bagus, D dkk. 2011. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Suspensi Kloramfenikol
Akademi Analisa Farmasi dan Makanan. Malang: Putra Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi kedua. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
ISFI. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Lachman, L dkk. 1994. Teori dan Praktek lndustri Farmasi II. Edisi III. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
37
Martin, Alfred dkk.2008. Farmasi Fisik; Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Maryam, Siti. 2013. Formulasi dan Evaluasi Stabilias Fisik Suspensi Ibuprofen
dengan Menggunakan Carbopol 934 sebagai Bahan Pensuspensi. Dalam
Jurnal Publikasi.
Moghimipour, Eskandar dkk. 2013. Rheological behavior and stability of
ciprofloxacin suspension: Impact of structural vehicles and flocculating
agent. Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research.
Volume 4 issue 3. Iran.
Rowe, C Raymond dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th
Edition. London: Pharmaceutical Press.
Siswanto, Agus dkk. 2008. Pengaruh Sorbitol sebagai Bahan Pemflokula
Terhadap Stabilitas Suspensi Asam Mefenamat. ISBN 978-979-951 08-6-
0. Yogyakarta: ISFI.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI
Penerbitan.
Suwardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Cetakan pertama. Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja. 2007.Obat-Obat Penting. Edisi VI cetakan
pertama. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
38
Ushasri, B dkk. 2011. Evaluation of Coccinia India mucilage as suspending agent
in paracetamol suspension. IJDFR. Volume 2 Issue 6. India: ISSN 2229-
5054.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. pH sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3
pH sediaan Fk pH sediaan F0
pH sediaan F1 pH sediaan F2
pH sediaan F3
40
Lampiran 2. Volume sedimentasi sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3
Volume sedimentasi sediaan Fk
Volume sedimentasi sediaan F0
Volume sedimentasi sediaan F1 Volume sedimentasi sediaan F2
Volume sedimentasi sediaan F3
41
Lampiran 3. Kemampuan redispersi sediaan Fk, F0, F1, F2, dan F3
42
Lampiran 4. Hasil uji volume sedimentasi
Vu
(ml)
V0
(ml)
F= Vu/ V0
Fk1 60 60 1
Fk2 60 60 1
Fk3 59 60 0.98
Fk4 59 60 0.98
Fk5 59 60 0.98
Rata-rata
Fk
59.4 60 0.99
F01 56 60 0.93
F02 56 60 0.93
F03 50 60 0.83
F04 56 60 0.93
F05 53 60 0.88
Rata-rata
F0
54.2 60 0.90
F11 57 60 0.95
F12 55 60 0.91
F13 55 60 0.91
F14 55 60 0.91
F15 57 60 0.95
Rata-rata
F1
55.8 60 0.93
F21 56 60 0.93
F22 57 60 0.95
F23 56 60 0.93
F24 59 60 0.98
F25 57 60 0.95
Rata-rata
F2
57 60 0.95
F31 57 60 0.95
F32 58 60 0.96
F33 58 60 0.96
F34 58 60 0.96
F35 58 60 0.96
Rata-rata
F3
57.8 60 0.96
43
Lampiran 5. Hasil uji derajat flokulasi
F F0 ß = F/F0 ß rata-rata
Fk1 1 0.9 1.111
1.098
Fk2 1 0.9 1.111
Fk3 0.98 0.9 1.089
Fk4 0.98 0.9 1.089
Fk5 0.98 0.9 1.089
F11 0.95 0.9 1.056
1.029
F12 0.91 0.9 1.011
F13 0.91 0.9 1.011
F14 0.91 0.9 1.011
F15 0.95 0.9 1.056
F21 0.93 0.9 1.033
1.053
F22 0.95 0.9 1.056
F23 0.93 0.9 1.033
F24 0.98 0.9 1.089
F25 0.95 0.9 1.056
F31 0.95 0.9 1.056
1.065
F32 0.96 0.9 1.067
F33 0.96 0.9 1.067
F34 0.96 0.9 1.067
F35 0.96 0.9 1.067
44
Lampiran 6. Hasil uji kemampuan redispersi
Hari ke- 3 5 7 14 21 30
Fk (1) 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Fk (2) 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Fk (3) 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Rata-rata
Fk
100% 100% 100% 100% 100% 100%
F0 (1) 100% 100% 100% 90% 100% 90%
F0 (2) 100% 100% 100% 95% 90% 95%
F0 (3) 100% 100% 100% 95% 90% 90%
Rata-rata
F0
100% 100% 100% 91.6% 93.3% 91.6%
F1 (1) 100% 100% 100% 90% 85% 90%
F1 (2) 100% 100% 100% 85% 85% 80%
F1 (3) 100% 100% 100% 80% 80% 80%
Rata-rata
F1
100% 100% 100% 85% 86.6% 83.3%
F2 (1) 100% 100% 100% 100% 100% 90%
F2 (2) 100% 100% 100% 100% 100% 85%
F2 (3) 100% 100% 100% 100% 100% 95%
Rata-rata
F2
100% 100% 100% 100% 100% 90%
F3 (1) 100% 100% 100% 100% 100% 95%
F3 (2) 100% 100% 100% 95% 100% 90%
F3 (3) 100% 100% 100% 100% 100% 90%
Rata-rata
F3
100% 100% 100% 98.3% 100% 91.6%
45
Lampiran 7. Hasil analisis data IBM SPSS Statistics 20
46
Tests of Normalityc,d
formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kemampuan redispersi
F0 .277 5 .200* .767 5 .042
F1 .301 5 .158 .783 5 .059
F2 .473 5 .001 .552 5 .000
F3 .335 5 .069 .677 5 .005
volume sedimentasi
F0 .349 5 .046 .771 5 .046
F1 .367 5 .026 .684 5 .006
F2 .261 5 .200* .862 5 .236
F3 .473 5 .001 .552 5 .000
Fk .367 5 .026 .684 5 .006
derajat flokulasi
F1 .367 5 .026 .684 5 .006
F2 .367 5 .026 .684 5 .006
F3 .255 5 .200* .866 5 .249
Fk .473 5 .001 .552 5 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. kemampuan redispersi is constant when formula = Fk. It has been omitted.
d. derajat flokulasi is constant when formula = F0. It has been omitted.
47
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable
(I) formula (J) formula Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kemampuan
redispersi
F0
F1 4.32000 3.11530 .181 -2.1784 10.8184
F2 -2.70000 3.11530 .396 -9.1984 3.7984
F3 -2.68000 3.11530 .400 -9.1784 3.8184
Fk -4.70000 3.11530 .147 -11.1984 1.7984
F1
F0 -4.32000 3.11530 .181 -10.8184 2.1784
F2 -7.02000* 3.11530 .036 -13.5184 -.5216
F3 -7.00000* 3.11530 .036 -13.4984 -.5016
Fk -9.02000* 3.11530 .009 -15.5184 -2.5216
F2
F0 2.70000 3.11530 .396 -3.7984 9.1984
F1 7.02000* 3.11530 .036 .5216 13.5184
F3 .02000 3.11530 .995 -6.4784 6.5184
Fk -2.00000 3.11530 .528 -8.4984 4.4984
F3
F0 2.68000 3.11530 .400 -3.8184 9.1784
F1 7.00000* 3.11530 .036 .5016 13.4984
F2 -.02000 3.11530 .995 -6.5184 6.4784
Fk -2.02000 3.11530 .524 -8.5184 4.4784
Fk
F0 4.70000 3.11530 .147 -1.7984 11.1984
F1 9.02000* 3.11530 .009 2.5216 15.5184
F2 2.00000 3.11530 .528 -4.4984 8.4984
F3 2.02000 3.11530 .524 -4.4784 8.5184
volume
sedimentasi
F0
F1 -.02600 .01559 .111 -.0585 .0065
F2 -.04800* .01559 .006 -.0805 -.0155
F3 -.05800* .01559 .001 -.0905 -.0255
Fk -.08800* .01559 .000 -.1205 -.0555
F1
F0 .02600 .01559 .111 -.0065 .0585
F2 -.02200 .01559 .174 -.0545 .0105
F3 -.03200 .01559 .053 -.0645 .0005
Fk -.06200* .01559 .001 -.0945 -.0295
F2
F0 .04800* .01559 .006 .0155 .0805
F1 .02200 .01559 .174 -.0105 .0545
F3 -.01000 .01559 .529 -.0425 .0225
Fk -.04000* .01559 .018 -.0725 -.0075
F3 F0 .05800* .01559 .001 .0255 .0905
48
Test Statisticsa,b
kemampuan
redispersi
volume
sedimentasi
derajat flokulasi
Chi-Square 6.361 18.373 20.846
df 4 4 4
Asymp. Sig. .174 .001 .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
F1 .03200 .01559 .053 -.0005 .0645
F2 .01000 .01559 .529 -.0225 .0425
Fk -.03000 .01559 .069 -.0625 .0025
Fk
F0 .08800* .01559 .000 .0555 .1205
F1 .06200* .01559 .001 .0295 .0945
F2 .04000* .01559 .018 .0075 .0725
F3 .03000 .01559 .069 -.0025 .0625
derajat flokulasi
F0
F1 -.09780* .01022 .000 -.1191 -.0765
F2 -.02900* .01022 .010 -.0503 -.0077
F3 -.05340* .01022 .000 -.0747 -.0321
Fk -.06480* .01022 .000 -.0861 -.0435
F1
F0 .09780* .01022 .000 .0765 .1191
F2 .06880* .01022 .000 .0475 .0901
F3 .04440* .01022 .000 .0231 .0657
Fk .03300* .01022 .004 .0117 .0543
F2
F0 .02900* .01022 .010 .0077 .0503
F1 -.06880* .01022 .000 -.0901 -.0475
F3 -.02440* .01022 .027 -.0457 -.0031
Fk -.03580* .01022 .002 -.0571 -.0145
F3
F0 .05340* .01022 .000 .0321 .0747
F1 -.04440* .01022 .000 -.0657 -.0231
F2 .02440* .01022 .027 .0031 .0457
Fk -.01140 .01022 .278 -.0327 .0099
Fk
F0 .06480* .01022 .000 .0435 .0861
F1 -.03300* .01022 .004 -.0543 -.0117
F2 .03580* .01022 .002 .0145 .0571
F3 .01140 .01022 .278 -.0099 .0327
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
49
Recommended