View
61
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
pf
Citation preview
4. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan
keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
5. Aliran-aliran dalam filsafat
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.
a. Aliran-aliran metafisika
Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut
Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsure pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah: " Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
" Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
b. Aliran-aliran etika
Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.
2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).
3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat).
4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan).
c. Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya:
" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia.
" Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya.
" Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.
" Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya:
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.
" Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.
d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat
Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah:
1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.
2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya.
3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
Fungsi Filsafat Dalam Kehidupan
Untuk apa orang belajar filsafat? Pertanyaan semacam ini sering dilontarkan kepada para pembelajar filsafat, karena merka melihat bahwa secara material, filsafat tidak memiliki sumbangsih. Menurut saya, kunci peradaban bermula dari filsafat yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai kehidupan. Namun, pembahasan kali ini berbicara perihal beberapa catatan pokok fungsi filsafat yang saya bagi menjadi dua: fungsi filsafat pada umumnya, dan fungsi filsafat dalam kehidupan intelektual bangsa Indonesia pada khususnya.
Fungsi Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
Pertama secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
Jalur kedua melalui jalur sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat:
(1) suatu penertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
(2) Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi secara kritis dan argumentatif.
(3) Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam serta kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.
Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.
2. Filsafat di Indonesia
Filsafat tidak hanya berguna pada umumnya, melainkan mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Ada beberapa filsafat secara khusus dibangsa ini antaralain:
(1) bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan dengan perubahan pandangan hidup, nilai-niali, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
(2) Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan- kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
(3) Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih terjadi. Jadi filsafat membuat sanggup untuk tidak tertipu oleh slogan-slogan ideologis, untuk melihat secara terbuka masalah-masalah masalh sosial secara percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung.
(4) Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.
(5) Salah satu fungsi terpenting filsafat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakanya dialog daantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila. Jadi filsafat adalah dasar bagus bagi dialog antar agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama tertentu itupun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para agamawan memerlukan filsafat supaya dapat berbicara satu sama laindan bersama-sama memecahkan masalah-masalah nasional.
Fungsi dan Tujuan, serta Peranan Filsafat Ilmu
Dalam rangkumannya, Muslih mengutarakan bahwa filsafat ilmu berfungsi untuk mengetahui struktur logis yang bekerja di balik kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangan ilmu, baik itu ilmu alam, ilmu sosial, juga ilmu humaniora, dan bahkan ilmu agama. (Muslih, 2003) Senada dengan ulasan Muslih, Rizal Mustansyir dan Misnal Munir menegaskan fungsi filsafat ilmu yang meletakkan pendasaran logis terhadap metode keilmuwan, dimana setiap orang dapat memahami serta menelaah metode tersebut secara logis-rasional dan menggunakannya. Selain itu filsafat ilmu juga menjadi sarana pengujian penalaran ilmiah, terhadap suatu penemuan ilmiah sehingga secara bersamaan orang juga dapat mengkritisi asumsi dan metode keilmuwan tersebut.
Selain tujuan di atas, filsafat ilmu juga memiliki peranan yang membedakan ruang lingkup studinya dari studi ilmu yang lebih khusus (ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, dan termasuk juga ilmu agama). Jika ilmu khusus mengarahkan metodologinya pada penyelidikan tentang hukum yang beraku pada perilaku alam, sosial, dan kekhususan lainnya, maka filsafat ilmu memiliki peranan dengan lebih mengarahkan kajiannya tentang hakikat dari ilmu khusus seperti hakikat ilmu alam, hakikat sosial, dsb. (Muslih, 2003) Pada taraf tertentu, filsafat ilmu tidak saja berperan dalam mengarahkan pola pikir para filosof dan aliran pemikiran di antara
mereka, tetapi pada kehidupan sosial, filsafat ilmu juga sangat berperan dalam melahirkan pola hidup bahkan pandangan hidup masyarakat di era tertentu. Sebagai missal, “pola pikir saintifik yang mengusung rasionalisasai pada akhirnya muncul sebagai sebuah peradaban modern, yakni peradaban yang menuntut efisiensi, kompetitif, dinamis, dsb.”. (Muslih, 2003)
http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/fungsi-dan-filsafat-ilmu.html
FUNGSI DAN FILSAFAT ILMU
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai
kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu
Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan
sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada
kebijaksanaan.
Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang
mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian
sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu
terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al-Qur’an disamping Al-Furqon
(Pembeda), dan dengan demikian kitab suci ini juga berarti Filsafat. Oleh karena itu umat
islam yang menolak filsafat seakan secara tidak sengaja menolak Al-Qur,an itu sendiri yang
mengkaji kehidupan ini secara mendalam, bukan paksaan (dogma), dan secara seimbang
mendialektikakan logika, etika dan estetika.
Dengan demikian apabila para pakar menganggap bahwa ilmu tertua serta induk
segala ilmu adalah filsapat, sehingga pada tingkat terahir pendidikan keilmuan senantiasa
diberi gelar Philosophy Doctor disingkat Ph.D., maka di dalam Al Qur’an juga terkandung
segala disiplin ilmu ilmu mulai dari ilmu-ilmu social sampai dengan ilmu-ilmu eksakta
Filsafat menela’ah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari sudut intinya yang mutlak,
terdalam tetapi tidak berubah ( Notonagoro ), atau perenungan yang sedalam-
dalamnyatentang sebab ada dan perbuat, kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada
mengapa yang penghabisan ( Drijarkara ), menjawab pertanyaan terakhir, tidak dangkaldan
dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekacauan pengertian
sehari-hari ( Bertrand Russel ).
Filsapat tentang air bukan sekedar mengetahui bahwa air adalah untuk minum, atau
air harus diletakan dalam bejana karena air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
yang lebih rendah, tetapi juga menguraikan air itu sampai pada komponen substansinya,
dengan begitu filsafat air adalah mempelajari sedalam-dalamnya tentang air, apakah air
dalam keadaan padat (Es), dalam keadaan menguap (Gas), atau dalam keadaan mencair serta
dengan segala ketentuan hukum yang berlaku pada setiap keadaan bagi air.
Seorang pembantu rumah tangga yang diperintah oleh majikannya menyiram bunga
pada jam 4 sore, tetap saja menyiram bunga dengan memakai paying karena hari sedang
hujan lebat. Hal ini adalah karena pembantu rumah tangga yang patuh ini tidak mengetahui
filsafat menyiram bunga, apabila yang bersangkutan mengetahui bahwa hakikat terdalam
dalam dari menyiram bunga adalah agar tanaman itu segar berkat air yang disiramkan, maka
tidak perlu dilakukan penyiraman bila telah kena hujan, kecuali kalau tanaman tersebut tidak
kena hujan karena tertutup oleh atap.
Karena pada awal tulisan ini penulis mendevinisikan filsafat dengan berfikir dan
merasa sedalam-dalamnya, maka perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir
dengan merasa karena berfikir adalah kegiatan logika, sedangkan merasa adalah kegiatan
estetika dan etika. Oleh karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan filsafat
pengetahuan, hal mana dalam pengetahuan tersebut terkandung ilmu (logika), moral (etika)
dan seni (estetika).
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada prinsipnya kita melihat bukti dalam sejarah ternyata umat islam jaman
pertengahan berjasa dalam pembangunan, antara lain : Bidang Sains, Eksakta, Aqidah, Sosial
dalam sejarah, tercatat pula ulama yang mendalami agama dapat menjadi filosof dan dokter,
seperti ibnu sina. Dalam bidang akidah dan akhlak adalah merupakan kesaksian iman dan
pernyataan pengetahuan tentang realitas, orang islam memandang bahwa berbagai sains, ilmu
alam dan ilmu sosial sebagai ragam bukti yang menunjuk pada kebenaran yang paling
pundamental dalam islam, oleh karena itu semangat ilmiah merupakan 1[1]bagian yang teradu
dari tauhid atau aqidah, semangat imiah para ilmuan mengalir dari kesadaran mereka akan
tauhida atau akidah, dalam literatur dijelaskan mengenai sumbangan umat islam terhadap
ilmu-ilmu ekstra, antara lain sumbangan uamt islam terhadap matematika, astronomi, Kimia
dan Iptek.
Akan tetapi dari pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini berasarl dari
Negara lain, sehingga umat islam seakan-akan tidak peduli dan lupa untuk menjadikan
sebagai arahan atau gambaran dari tokoh-tokoh islam yang telah sangat berjasa itu, justru
umat Isalam sekarang ini sangat menyedihkan dari bahwa sekarang ini, dunia islam
merupakan kawasan yang paling terbelakang dan pula jauh tertinggal oleh Negara-negara
yang menganut agama islam.
Ironisnya dari pernyataan ini bahwa umat islam, mayoritas seakan-akan antara lain :
tidak akan disiplin hokum islam, tergiur oleh budaya Non Islam, sehingga tidak
memperdulikan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, oleh karenanya maka kami mencoba membuat makalah ini, karena sangat erat
hubungannya dengan kemampuan meneliti yang dimiliki perngkat pemikir sesuai bidangnya
masing-masing, sehingga umat islam berupaya menjadi pencipta Ilmu Pengetahuan dan
teknologi, tidak saja hanya dapat menjual bahan mentah misalkan, tetapi juga bahan jadi dan
buah pemikiran, selain untuk dapat menarik minat pemuda menjadi ilmuan yang baik
khususnya dan umat islam dapat memikirkan hidup dan kehidupan sesuai syari’at islam itu
sendiri.
Dengan harapan mudah-mudahan makalah ini dapat mnunjang peluang dan wawasan
dalam mencapai imu alamiah dan amal ilmiah, segingga ilmuan itu sendiri dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
1
- Perumusan Masalah
Pada dasarnya yang menjadi pokok perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Pengertian filsafat
2. Pengertian ilmu
3. Konsep Dasar Ilmu
4. Cabang-cabang filsafat
- Tujuan Penulisan
- Pada prinsipnya penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan khusus, untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah filsafat ilmu.
2. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui tentang arti, arah dan fungsi filsafat ilmu
- Untuk mengetahui karakteristik filsafat ilmu
- Agar seseorang berfikir secara serius
- Supaya berfikir philosof
- Supaya menjadi warga Negara yang baik
- Agar memiliki pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan akal budi
(rasio) mengenai sebab-sebab atas hukum tentang kebenaran
- Sistematika penulisan
Makalah ini disusun sebanyak tiga bab. Yang masing-masing bab dijelaskan
dalam sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, perumusan
masalah tujuan penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : Kajian Pustaka tentang fungsi dan arah filsafat ilmu yang meliputi :
- Pengertian filsafat
- Pengertian ilmu
- Arah filsafat
- Konsep dasar ilmu
- Cabang-cabang filsafat
- Teratasan filsafat
- Stela’ahan filsafat
- Kedudukan dan fungsi filsafat ilmu
- Manfaat mempelajari filsafat
BAB III : Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-saran
BAB II
FUNGSI DAN ARAH FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah suatu teori melalui penelitian yang merupakan pengetahuan yang benar
dan criteria menentukan kebenaran secara ilmiah.
Alkisah bertanyalah seorang awan kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, “Coba
sebutkan kapada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini
berdasarkan pengetahuannya !”
Filsafat itu menarik nafas panjang dan bertun :
- Ada orang ang tahu di tahunya
- Ada orang yang tahu di tidaktahunya
- Ada orang yang tidak ditahunya
- Ada orang yang tidak di tidaktahunya
“Bagimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?” sambung
orang awam itu : penuh hasrat dalam ketidaktahuannya.
“Mudah saja” Jawab filsafat itu” ketahuilah apa ang kamu tau dan ketahuilah apa
yang tidak kamu tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahw
tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gemuli sejak di bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Bersifat tentang ilmu berarti kita berterus
terang kepada diri kita sendiri :
- Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu ?
- Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan
lainnya yang bukan ilmu ?
- Bagaimana saya ketahui bahwa itu merupakan pengetahuan yang benar ?
- Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran scara ilmiah ?
- Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ?
- Apakah kegunaan yang sebenarnya ?
Dmikian juga berfilsafat berarti berendah diri hati mengevaluasi segenap pengetahuan
yang telah kita ketahui ;
- Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam
kehidupan ini ?
- Dibatas manakah ilmu mulai dan dibatas manakah dia bekerja ?
- Kemanakah saya harus berpaling dibatas ketidaktahuan ini ?
- Apakah kelebihan dan keuntungan limu ?
Mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, namun secara sadar
memanfaatkan untuk lebih jujur dalam mencintaimu
B. Pengertian Filsafat
Menurut hasbullah bahri, filsafat adalah pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan sebagainya.
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang
tangadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan
galaksi da lembah dibawhnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan
yang ditatapnya. Karakteristik filsafat yang pertama adalah filsafat menyuruh seorang
ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin
melihat hakikat ilmu dalam kontelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan
ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu
membawa kebahagiaan kepada dirinya.
Seringkali melihat seorang ilmuan yang picik, ahli fisika menulis memandang rendah
kepada ahli ilmu social. Lulusan IPA merasa lebih tinggi dari lulusan IPS. Atau lebih lagi,
seorang ilmuan memandang rendah kepada pengetahuan lain. Mereka meremehkan
moral, agama dan dilai etika mereka para ahli yang berada dibawah tempurung disiplin
keilmuannya masing-masing, sebaiknya tengadah ke bintang-bintang dan tercengang :
Lho, kok masih ada langit lain di luar tempurung kita. Dan lalu kitapun menyadari
kebodohan, kekurangan dari kelemahan kita sendiri yang saya tahu simpul sokrates, ialah
bahwa saya tidak tahu apa-apa!.
Kerendahan sokretes ini bukanlah cverbalisme yang sekedar basa-basi. Seorang yang
berpikir filsafat selain tengadah kebintang-bintang, juga membongkar tempat secara
fundamental. Nilai karakteristik berfikir filsafat yang kedua yakni sifat mendasar. Dia
tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar ?
bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah criteria itu
sendiri benar ?
Lalu benar sendiri itu apa ? seperti sebuah lingkaran maka pertanyaan itu melingkar
dan menyusun sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik yang awalpun sekaligus
akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar ? memang demikian secara terus
terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan dan bahkan kita
yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini
kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang ketiga yakni sifat
spekulatif.
Kita mulai mengernyitkan kening dan timbul kecurigaan tehadap filsafat : bukanlah
spekulasi ini suatu dasar yang tidak bias diandalkan.? Seorang filusuf menjawab.
Memang namum hal ini tak bias diandalkan, menyusun sebuah lingkaran kita harus mulai
dari sebuah titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam
prosesnya, baik dari titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa
dalam prosesnya baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan
spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak, dan tugas utama filsafat
adalah menetapkan dasar-dasar yang dipandang paling berperang dalam sensitif sebagai
analan dalam proses. Yang disebut sahih? Apakah yang disebut logis ? apakah yang
disebut benar ?apakah ala mini teratur atau kacau ? apakah hidup ini adalah tujuannya
atau abjad? Apakah hukum yang mengatur alam dan segenap semua kehidupan?
Nama asal fisika adalah filsafat alam (Natural Philosophy) dan nama asal ekonomi
adalah filsafat moral (moral Philosophy) dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu maka
terdapatlah taraf peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang penjelajahan filsafat
menjadi sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini orang tida lagi
mempermasalahkan moral secara keseluruhan melainkan dikaitkan dengan kegitan
manusia dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, walaupun demikian dalam taraf ini secara
konseptual ilmu masih merupakan penerapan etika (Applied Ethic) dalam kegiatan
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya metode yang dipakai adalah normatif dan
memenuhi dan dedaktif berdasarkan asas-asas moral ang filsafati.
C. Konsep Dasar Ilmu
Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat
dan mendasarkan sepenuhnya kepada hakekat alam sebagaimana darinya. Pada tahap
peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang seharusnya sedangan dalam
tahap-tahap terakhir ini, ilmu mendasarkan kepada penemuan alamiah sebagaimana
adanya.
Dalam menyusun pengetahuan alam dan sisinya ini maka manusia tidak lagi
mempergunakan metode yang bersifat normatif dan dedukatif melainkan kombinasi
antara dedukatif dan induktif dengan dan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang
dikenal sebagai metode logika Hypothetic verifikatif “tiap limu dimulai dengan filsafat
dan diakhiri dengan seni.” Ujar Will Durant”. Muncul dalam hipotesis dan berkembang
kebersihan.”
Aguste Comte (1798-1857) membagi tingkat perkembangan pengetahuan tersebut
diatas kedalam tahapan sekaligus, metapisik dan pasitif. Dalam tahap pertama maka atas
dligilah yang dijadikat postykat ilmiah sehingga ilmu merupakan dedukasi atau
penjabaran dari ajaran religi, tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika
(kebenaran) wujud yang menjadi objek penela’ahan yang terbatas dari dogma religi dan
mengembangkan system pengetahuan diatas dasar postulat metafisik tersebut.
Dengan demikian kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada
dimulai dengan speulasi. Dari serangkaian inilah kita dapat memilih buah pikiran yang
dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa
menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan
lain berkembang diatas kebenaran, tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk
maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan yang
disebut indah dan jelek tidak mungkin kita membicarakan tentang kesenian.
D. Teratasan Filsafat
Will Durant telah mengembangkan bahwa filsafat diibaratkan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan-pasukan infantri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu, filsafat yang memenangkan tempat
berpijak bagi kegiatan keilmuan setelah itu ilmuwan yang membelah gunung dan
merebah tuhan menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat
diandalkan setelah pengarahan dilakukan maka filsafatpun pergi. Dia kembali menjelajah
laut lepas, berspekulasi dan meneratas. Seorang yang skeptis akan berkata, sudah lebih
dadri dua ribu tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu
memang kelihatannya demikian, dan kesalah pahaman ini dapat segera dihilangkan,
sekiranya dapat menyadari bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan prionir, bukan
pengetahuan yang bersifat merinci. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah
dimenangkan kapada ilmu pengetahuan-pengetahuan lainnya. Semua ilmu baik ilmu-ilmu
alam maupun ilmu social, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat.
Issal Newton (1642-1627) menulis hokum-hukum fisiknya sebagai Philoshopil naturalis
perinsipia matematika (1689) dan adan smith (1723-1790) Bapak ilmu ekonomi menulis
buku The Wealth of Nations (1776) dalam fungsinya sebagai professor of moral
Philoshopy di Chiversitas Glaslow.
Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah (ilmu) dimana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif dalam proses Verifikasi yang obyektif.
E. Tela’ah filsafat
Filsafat berfungsi sebagai penela’ah yang intensif untuk mengarahkan suatu proses di
dalam upaya menentukan hakekat-hakekat yang akan dicapai. Apakah sebenarnya yang
ditela’ah filsafat ?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menela’ah segala permasalahan
yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia, sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia
mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu, diapun mulai
menambah pertanyaan yang lain. Tentu saja tiap kurun waktu zaman mempunyai masalah
yang merupakan mode pada waktu itu.
Selaras dengan usaha peningkatan-peningkatan kemampuan penalaran maka filsafat
ilmu menjadi “Ngetop” sedangkan dalam masa-masa yang akan datang maka yang akan
menjadi perhatian kemungkinan besar bukan lagi filsafat ilmu, melainkan filsafat moral
yang berkaitan denga ilmu.
F. Cabang-Cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan
apa yang disebut salah, mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika)
serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang
filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni, pertama teori tentang ada : tentang hakekat
keberadaan zat, tentang hakekat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya
terangkum dalam metafisika dan keuda politik yakni kajian mengenai organisasi
social/pemerintahan yang ideal, kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian ang lebih spesifik
diantaranya filsafat ilmu. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup.
1. Epistimologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Matematika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
G. Kedudukan Dan Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakekat ilmu (Pengetahuan Ilmiah). Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologi ilmu tidak
membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social. Pembagian ini lebih merupakan
pembatasan masing-masing bidang yang ditela’ah yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu
social, dan tidak merincikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda
dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, dimana keduanya mempunyai cirri-
ciri kelimuan yang sama.
Menurut Radakrishnan pada Buku history of Filoshohy pungsi pilsafat yaitu
Kreatif,menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan
– jalan baru.Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan pada kita untuk menopang
dunia baru, yaitu mencetak manusia – manusia yang menjadikan penggolongan
berdasarkan nation, rasi dan keyakinan keagamaan mengabdi pada cita mulia
kemanusiaan.
Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai
pada hakikat, atau berpikir secara global (menyeluruh), atau berpikir dilihat dari berbagai
sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan.Berfikir yang demikian
ini sebadai upaya untuk dapat berfikir secara tepat dan benar serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Bahasan yang di cerna oleh ilmu filsafat sangat luas cakupannya. Poin yang utama
ditujunya adalah mencari hakikat kebenaran segala sesuatu. Baik dalam kebenaran
berfikir ( Logika ), kebenaran tingkah laku (Etika) Maupun dalam mencari hakikat
sesuatu yang ada dibalik alam nyata (metafisika), sehingga persoalannya adalah apakah
sesuatu itu hakiki (benar) atau maya(palsu).
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam – macam. Namun sekurang – kurangnya
ada 4 macam paedah Yaitu :
1. Agar terlatih berfikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsapat
4. Agar menjadi warga Negara yang baik
Menurut Fudyartanta (GAMA) ada 4 fungsi ilmu (pengetahuan ) Yaitu :
1. Fungsi Deskriftif : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau
masalah sehingga mudah dipelajari atau diteliti.
2. Fungsi Pengembangan : melanjutkan hasil temuan yang lalu dan menemukan hasil
ilmu pengetahuan yang baru.
3. Fungsi Prediksi : meramalkan kejadian – kejadian yang besar kemungkinan terjadi
sehingga manusia dapat mengambil tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha
menghadapinya.
4. Fungsi Kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa – peristiwa yang tidak
dikehendaki.
Tegasnya : Fungsi ilmu (pengetahuan) ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia didalam berbagai bidangnya.
Ilmu menjelaskan dengan 4 pola yaitu : dedukatif, probabilistic, ecologis dan genetic.
Penjelasan dedukatif adalah menjelaskan gejala dengan menarik kesimpulan secara logis
dan premis yang ditetapkan sebelumnya. Penjelasan probilistik adalah menjelaskan secara
indukatif dan sejumlah kasus dan bersifat mungkin. Penjelasan ecologis adalah penjelasan
yang bersifat fungsional dengan meletakan unsure dalam kaitannya dengan system.
Penjelasan genetic adalah tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan factor
yang timbul sebelumnya.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat
ilmu. Dimana ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu
yaitu yang bersifat konkrit yang artinya masalah tersebut terdapat dalam jangkauan
pengalaman manusia dan ilmu tidak memasalahkan akhirat. Selain bersifat konkrit, ilmu
juga mempunyai cirri sifat lain, yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu ada pada
dunia nyata dan ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta . Dari cirri – cirri
tersebut terdapat dalam ilmu, kita bias mengetahui fungsi dari filsafat ilmu dan arah dari
filsafat ilmu.
Filsafat ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah dalam ilmu, bagaimana proses
mendapatkan ilmu dan apakah kegunaan ilmutersebut. Objek atau hakekat sesuatu
dipelajari dalan antology, cara mendapatkannya dipelajari dalan pistemology, dan
kegunaannya dipelajari dalam aksiologi. Dari kajian – kajian yang terdapat dalam ilmu
filsafat ilmu kita bias mengetahui kembali fungsi dari arah filsafat ilmu. Oleh karena itu
fungsi filsafat ilmu adalah :
1. Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam ilmu
2. untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu
3. untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut
4. untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang – cabang pengetahuan yang
termasuk kedalam objek kajian dari filsafat ilmu.
Sedangkan arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji
filsafat lebih dalam tentang “benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah – jelek”
etika yang masing – masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk
mengetahui tentang filsafat ilmu. Filsafat yang mengkaji tentang salah – benar disebut
loga, filsafat yang mengkaji tentang baik – buruk disebut etika dan filsafat yang mengkaji
tentang indah – jelek disebut estetika.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu –satunya cara dalam
mendapatkan pengetahuan. Demikian juga ilmu bukan satu –satunya produk dari kegiatan
berfikir menurut langkah – langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai
berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratan –
persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya mencakup dua criteria utama
yakni,pertama berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan fikiran yang logis, kedua
pernyataan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris. Persyaratn
pertama mengharuskan alur jalan pikiran kita untuk konsisten dengan pengetahuan ilmiah
yang telah ada sedangkan persyaratan kedua mengharuskan kita untuk menerima
pernyatan yang didukung oleh fakta sebagai pernyataan yang benar secara ilmiah.
Pernyataan yang telang diuji kebenarannya ini kemudian diperkaya khasanah
pengetahuan pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan komulatif.
Kebenaran ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja pernyataan yang
sekarang logis kemudian akan bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru atau
pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di tentang oleh penemuan baru,
kebenaran ilmiah terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan.
Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa
karakteristik dari ilmu.Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian maka berfikir secara rasional
inipun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat
di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai karakteristik yang kedua yakni alur jalan
fikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian
maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara
empiris. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke tiga yakni pengujian
secara empiris sebagai criteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara
logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah dan memperkaya
khajanah pengetahuan ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa pernyataan
yang sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka ilmu
mensyaratkan karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seseorang yang secara benar yang memahami filsafat sebagai salah satu ilmu berarti
seseorang tersebut mampu mengetahui fungsi dan filsafah hidup yang dapat membenarkan
dampak secara langsung untuk pembenaran dalam kehidupan kita sehari-hari
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu ( pengetahuan ilmiah )
Dari hakikat berfikir ilmiah maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dan
ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mampercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, kedua alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan
pengetahuan yang telah ada, ketiga yakni pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran
objektif, ke empat yakni mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Arah dari filsafash ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih
dalam tentang “benar-salah”, ”baik-buruk”, dan “indah-jelek” yang masing-masing sifat
tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang filsafat ilmu.
Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, tentunya banyak hal-hal yang
perlu diperbaiki serta langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan dari metode penulisan, kata-kata atau pun kalamat-kalimat yang belum
sumpurna di dalamnya
Adapun cara penilaian,hak dan tidaknya kami serahkan kepada para pembaca, mudah-
madahan dapat memberikan bantuan doa atas terselenggaranya penulisan makalah ini semoga
anda dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.
DAFTAR PUSTAKA
S. Suria Sumantri Jujun, Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 2005
Muzakir, Drs. A. Ahmad Syadali, MA. Filsafat Ilmu, Pustaka Setia Bandung, 1991
Syafii Inu Kencana, Pengantar Filsafat Ilmu. Refika Aditama Bandung, 2004
S. Suria Sumantri Jujun, Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta 1990
Tafsir Ahmad. Dr. Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya, Bandung. 1990
Ansori H. Endang Saefudin, Th. A., Ilmu Filsafat dan Agama
Recommended