View
542
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
Transformasi Penerapan Nilai
Wajar (Fair Value)
& ImplikasinyaRengganis Kartomo, MAPPI
(Cert)Praktisi Penilai
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Agenda1. Model Nilai Wajar2. Penilaian Nilai Wajar3. Penerapan Fair
Value Accounting (FVA)
4. Kesimpulan
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Alasan Penerapan Model Nilai Wajar Komparabilitas waktu pengukuran Mencerminkan realitas pasar untuk
aset dan kewajiban Dasar yang realistis untuk
pembuatan keputusan investasi Peningkatan transparansi yang dapat
diukur antar perusahaan/entitas Prinsip ’Mark To Market’
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
“Accounting is a social construct, not a pure science. Nevertheless, because it involves quantification, there is a tendency to believe that accounting, and therefore the rules standard-setters make, is analogous to mathematics, with only one correct answer that must, by definition, be adopted for each item in a set of financial statements. In fact, financial reporting is a matter of careful judgement within a framework of generally understood principles and conventions.” (source: Ernst & Young, 2005)
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Pengukuran Nilai Wajar
Active market Quoted price
No active market Valuation technique
Level 1-observable market prices of identical or similar aset
Level 2-accepted model or valuation technique w significant inputs from the market
Level 3-the current cost (recoverable amount)
Level 4-depend significantly on entity specific expectations
Asumsi Going Concern
Value in Exchange vs Value in Use
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Peran Penilai
• Menetapkan Dasar Penilaian• Penentuan Metodologi Penilaian• Asumsi Penilaian dan Kondisi
Pembatas• Pelaporan secara memadai
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Pengaturan Dalam SPI
SPI IVSSPI 1 Nilai Pasar sebagai Dasar Penilaian
IVS 1 Market Value Basis of Valuation
SPI 2 Dasar Penilaian Selain Nilai Pasar
IVS 2 Bases other than Market Value
PPI 1 Penilaian untuk Pelaporan Keuangan
IVA 1 Valuation for Financial Reporting
PPI 3 Penilaian Aset Sektor Publik untuk Pelaporan Keuangan*
IVA 3 Valuation of Public Sector Assets for Financial Reporting
PPPI 8 – Pendekatan Biaya untuk Pelaporan Keuangan*
GN 8 The Cost Approach for Financial Reporting (DRC)
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Dasar Penilaian sesuai SPIAktiva Tetap
Nilai Pasar (SPI 1-3.1) Nilai Pasar untuk Penggunaan yang Ada
(SPI 1-3.11) Nilai Dalam Penggunaan (SPI 2-3.1)
Aset Investasi Nilai Pasar (SPI 1-3.1)
Aset Persediaan Nilai Realisasi Bersih (SPI 2-3.14)
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Aset Sektor Publik• IPSAS 16 merujuk kepada IAS 40 – Investment
Property yang memberikan panduan untuk identifikasi properti investasi di sektor publik, yaitu:
• Mensyaratkan bahwa pengakuan awal dari property investasi adalah sebagai biaya dan menjelaskan bahwa apabila aset diperoleh tanpa biaya atau pada biaya nominal, biaya tersebut harus dicatatkan pada Nilai Wajarnya pada tanggal pengakuan awalnya di laporan keuangan;
• Mensyaratkan bahwa setelah pengakuan awal tersebut, properti investasi harus diukur secara konsisten berdasarkan model Nilai Wajar atau model biaya
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Aset Sektor Publik
• Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik (International Public Sector Accounting Standards – IPSASs)
• Di Indonesia diatur di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
• Perkembangan terakhir dari IPSAS adalah dikeluarkannya IPSAS 16 – Investment Property dan IPSAS 17 – Property, Plant & Equipment
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
IPSAS 16Merujuk kepada IAS 40 – Investment Property
• Mensyaratkan bahwa pengakuan awal dari property investasi adalah sebagai biaya dan menjelaskan bahwa apabila aset diperoleh tanpa biaya atau pada biaya nominal, biaya tersebut harus dicatatkan pada Nilai Wajarnya pada tanggal pengakuan awalnya di laporan keuangan;
• Mensyaratkan bahwa setelah pengakuan awal tersebut, properti investasi harus diukur secara konsisten berdasarkan model Nilai Wajar atau model biaya
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
IPSAS 17Merujuk kepada IAS 16 – Property, Plant & Equipment
•Pengakuan dan pengukuran awal dari Aktiva Tetap (Properti, mesin dan peralatan) dilakukan pada biaya perolehan dan menjelaskan bahwa apabila aset diperoleh tanpa biaya atau pada biaya nominal, biaya tersebut harus dicatatkan pada Nilai Wajar pada tanggal pengakuan awalnya di laporan keuangan
•Selanjutnya diukur pada biaya (benchmark treatment) atau direvaluasi menjadi Nilai Wajarnya (alternative treatment) dikurangi dengan akumulasi depresiasi atau kerugian penurunan nilai untuk kedua opsi tersebut
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Penggunaan IVSPenggunaan IVS Penggunaan International Valuation Standards (IVS)
yang mengadopsi IFRS semakin meluas, dimana penggunaan referensi adalah 36% mengacu kepada IVS dan 38% mengacu ke ‘Red Book’ RICS (Royal Institute of Chartered Surveyors – standar lokal Inggris)
Apabila perusahaan dari Inggris dikecualikan, 40% menggunakan IVS dan 24% ‘Red Book’
Dari seluruh perusahaan yang dianalisis, telah menggunakan 10 standar penilaian/panduan penilaian
Hanya setengah dari perusahaan yang disurvey menyatakan definisi dari Nilai Pasar atau Nilai Wajar dalam laporan keuangannya. Hanya 34% yang secara akurat memberikan definisi yang tepat mengenai Nilai Pasar (sesuai definisi IVS) atau Nilai Wajar (sesuai definisi IASB – International Accounting Standards Board).
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Roadmap Konvergensi Standar Akuntansi Lokal di Asia Cina – mulai 1 Januari 2007 untuk
perusahan terbuka Hongkong – mulai 1 Januari 2005 India - 1 April 2011 Jepang – mulai 2008 Korsel – mulai 2009 Singapore – sudah mengadopsi IFRS Indonesia? – PSAK 16 dan PSAK 13
mulai 1 Januari 2008
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Fair Value Accounting (FVA) vs Mixed System (MS) Fair Value Accounting (FVA) Mixed System (MS)
Biaya Historikal Yang lebih rendah antara biaya dan
MV FVA
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Preferensi terhadap FVA
Ekonom dan regulator pasar modal Why?
FVA cenderung memperkecil tingkat asimetri antara investor dan manajemen
FVA memberi informasi secara lebih akurat dan up-to-date mengenai kesempatan investasi, kondisi pasar dan perusahaan
FVA memfasilitasi harga saham dan menghilangkan problem kontrol
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
FVA mempengaruhi Dinamika Harga Aset
Harga aset yang meningkat dapat memperkuat posisi neraca Neraca yg lebih kuat memungkinkan
pembiayaan yg lebih besar Pembiayaan yg lebih besar menyebabkan
meningkatnya harga aset Harga aset yang menurun
menyebabkan Hutang memperbesar pengaruh dari
perubahan harga FVA mempercepat proses ini
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Preferensi terhadap Mixed System
Praktisi, bank dan regulator asuransi
Why? Banyak instrumen keuangan yang
tidak memiliki pasar atau hanya memiliki pasar yang sangat terbatas
Penerapan FVA sulit untuk diverifikasi dan dapat menimbulkan manipulasi pendapatan
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Hal terburuk dalam penerapan FVA adalah apabila harga pasar bergerak keluar dari ekuilibrium harga yang sebenarnya
Contoh: Ketidakseimbangan pasar yang menyebabkan masalah perbankan di berbagai negara, yaitu pembiayaan real estat komersial
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Booming real estate sering diikuti oleh krisis perbankan
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Dinamika Harga ternyata serupa di berbagai negara..
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Pasar real estat komersial rawan terhadap gelombang
optimisme Suplai tidak dapat bertambah dalam
waktu singkat (‘long lag’) Mark Carey’s model mengenai harga
tanah – harga meningkat dikarenakan: Peningkatan dalam harga pokok Peningkatan jumlah investor Peningkatan dalam keragaman motivasi
Sumber pembiayaan yang tersedia bagi investor
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Pembiayaan Bank turut mempengaruhi harga real estat
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Pembiayaan perbankan terkonsentrasi
di sektor real estat Why?
Estimasi yang terlalu rendah terhadap resiko Data yang lemah dan analisis yang tidak memadai Disaster myopia
Remedies? Upgrade kualitas data dan analisis atas
investasi real estat Meningkatkan fungsi pasar real estat
komersial REIT dapat membawa lebih banyak ekuitas ke
industri Derivatif real estat dapat menurunkan pengaruh
optimisme pasar yang berlebihan
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
In the Down Phase..
Under FVA ‘Bubbles’ akan berakhir lebih cepat Kemungkinan ‘evergreening’ lebih
kecil Kelalaian pengawasan lebih kecil Resolusi dan restrukturisasi terjadi
lebih cepat
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Danish Example..
Denmark adalah satu2nya negara Skandinavia yang tidak mengalami krisis perbankan yang parah pada saat terjadinya booming real estat komersial
Denmark adalah satu2nya negara Skandinavia yang menggunakan FVA
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Kesimpulan Penerapan FVA sesuai dengan IFRS
perlu didukung dengan Standar Penilaian untuk penerapan model Nilai Wajar secara lebih konsisten
Standar Penilaian Indonesia (SPI) merujuk kepada International Valuation Standards (IVS) yang mengadopsi IFRS
Penerapan model Nilai Wajar akan lebih bermanfaat bagi dunia investasi karena prinsip ‘mark to market’
Penerapan Nilai Wajar (Fair Value) dalam Penilaian Aset Tetap pada Sistem Akuntansi di Indonesia
Terima Kasih
Recommended