Upload
melly-lydea
View
10.974
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Citation preview
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro
DISUSUN OLEH:
Melly Lydea
Ria Nurfitriani Dewi
Rizki Fauzi
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI BISNIS
PENDIDIKAN AKUNTANSI
2010/2011
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul „Pengangguran‟ ini, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan dampak dari pengangguran terhadap masyarakat baik di
Indonesia maupun di negara lainnya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari Bapak Yana Rohmana S.Pd, dosen mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro, serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa
yang akan datang.
Bandung, Maret 2011
Penulis
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
1.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 5
2.1 Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan
Kerja ......................................................................................................................... 5
2.1.1 Sistem Upah Tenaga Kerja yang Berlaku di Indonesia ................................... 7
2.2 Pengangguran ........................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Pengangguran .................................................................................... 8
2.2.2 Anatomi Pengangguran ................................................................................... 9
2.2.3 Jenis-Jenis Pengangguran ............................................................................. 12
2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran ............................................................. 18
2.2.5 Kondisi Pengangguran dan Ketenagakerjaan di Indonesia ........................... 25
2.2.6 Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran ............................................ 27
2.2.7 Sajian Data Pengangguran Di Indonesia ...................................................... 31
2.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran .................................................... 38
2.2.9 Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran ...... 40
2.2.10 Solusi Mengatasi Pengangguran ................................................................. 46
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 52
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 52
3.2 Saran ....................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 54
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di
Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi
mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan
yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka
dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran
terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia
lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi
para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya
pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain;
perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis
ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
peraturan yang menghambat inventasi,
hambatan dalam proses ekspor impor, dll.
Sejak krisis pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan
Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga
tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan
menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5
juta pertahun.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Berdasarkan data BPS Tahun 2010, jumlah angkatan kerja di Indonesia
pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu
orang dibanding angka jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang
dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta orang atau
bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9
juta orang. Sedangkan, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada
Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT
Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar
7,87 persen. Angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau
bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta
orang.
Dari tahun ke tahun, pengangguran di Indonesia semakin bertambah, hal
tersebut mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis
mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja
dan kesempatan kerja?
2. Apa definisi pengangguran?
3. Bagaimana anatomi pengangguran?
4. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
5. Apa yang menjadi penyebab masalah pengangguran di Indonesia?
6. Bagaimana kondisi pengangguran dan ketenagakerjaan di Indonesia?
7. Apakah dampak yang diakibatkan dari pengangguran?
8. Bagaimana sajian data pengangguran di Indonesia?
9. Apakah peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran?
10. Bagaimana upaya untuk mengatasi pengangguran?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul ”Pengangguran” adalah
sebagai berikut:
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
1. Mengetahui hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan
kerja, dan kesempatan kerja.
2. Mengetahui definisi pengangguran.
3. Mengetahui anatomi pengangguran.
4. Mengetahui jenis-jenis pengangguran.
5. Mengetahui apa yang menjadi penyebab masalah pengangguran di
Indonesia.
6. Mengetahui kondisi pengangguran dan ketenagakerjaan di Indonesia.
7. Mengetahui dampak yang diakibatkan dari pengangguran.
8. Mengetahui data-data tentang pengangguran.
9. Mengetahui peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran,
dan
10. Mengetahui upaya untuk mengatasi pengangguran.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini, diperlukan pengumpulan data serta
sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang pertama browsing di
internet, kedua dengan membaca buku-buku, ketiga dengan membaca media
cetak, dan keempat dengan pengetahuan yang penulis miliki.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah masalah Pengangguran di Indonesia ini disusun dengan urutan
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah,tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini terdapat pembahasan yang terdiri dari definisi
pengangguran, jenis-jenis pengangguran, penyebab masalah pengangguran
di Indonesia, keadaan pengangguran di Indonesia, kondisi pengangguran
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
dan ketenagakerjaan di Indonesia, dampak yang diakibatkan dari
pengangguran, sajian data pengangguran di Indonesia, peran kebijakan
pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan upaya untuk mengatasi
pengangguran.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran terhadap masalah
pengangguran di Indonesia.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang
penulis gunakan untukpembuatan makalah ini.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
BAB II
PEMBAHASAN
Fakta membuktikan bahwa dari 150.000.000 penduduk Indonesia, 60%
diantaranya adalah angkatan kerja yang potensial. Dalam masa pembangunan yang
dicanangkan pemerintah sekarang ini, jelas merupakan modal dasar bagi
kelancaran pembangunan. Angkatan kerja yang sedemikian besar, jelas sekali
mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian bangsa.
Hanya saja masalahnya adalah pemerintah maupun pihak swasta belum
mempunyai kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja yang bisa menyerap
seluruh angkatan kerja potensial yang ada. Sehingga timbullah masalah
pengangguran baik tersembunyi maupun terbuka pada semua tingkat pendidikan
yang disandang tenaga kerja.
2.1 Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan
Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah
negara. Penduduk suatu negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok
penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di negara-
negara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berusia
antara 15 dan 64 tahun.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, penduduk bukan usia
kerja adalah penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk negara-
negara maju penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14
tahun dan mereka yang berumur 64 tahun ke atas.
Tenaga kerja juga dapat di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok
angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah
penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas), baik yang bekerja maupun yang
tidak bekerja. Kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok usia produktif.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Namun, tidak semua angkatan kerja dalam suatu negara mendapat kesempatan
bekerja.
Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja
yang membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal
27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 itu
jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan
kerja.
Jumlah penduduk Indonesia merupakan keempat terbesar di dunia setelah
RRC, India, dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata
1,46%, sehingga pada tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 222
juta orang (data BPS Maret 2006). Sejalan dengan pertumbuhan penduduk tersebut,
jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja juga meningkat. Pada tahun 1980, jumlah
angkatan kerja Indonesia mencapai 106,8 juta orang pada bulan Februari 2006
(data BPS). Dengan demikian, dapat kita katakan semakin besar jumlah penduduk,
semakin besar pula jumlah angkatan kerjanya.
Angkatan kerja ini membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya,
baik negara berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduk
(termasuk angkatan kerjanya) lebih besar daripada laju pertumbuhan lapangan
kerja. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak
bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran
berhubungan erat dengan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin
banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu negara, semakin besar pula
kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara,
semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga
semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak bekerja disebut
penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja, sedang mencari
kerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru.
Adapun upaya peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan melalui :
1. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya melalui latihan kerja,
2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja, misalnya dengan meningkatkan
profesionalisme,
3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia, misalnya peningkatan gizi,
kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
2.1.1 Sistem Upah Tenaga Kerja yang Berlaku di Indonesia
Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, yaitu :
a. Upah menurut waktu, sistem upah dimana besarnya upah didasarkan pada
lama bekerja seseorang.Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per
minggu atau per bulan. Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari /
minggu
b. Upah menurut satuan hasil. Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan
pada jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Satuan hasil dihitung
per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan berat. Misal upah
pemetik daun teh dihitung per kilo
c. Upah borongan. Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas
kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya
upah untuk memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll.
d. Sistem bonus. Sistem bonus adalah pembayaran tambahan diluar upah
atau gaji yang ditujukan untuk merangsang (memberi insentif) agar
pekerja dapat menjalankan tugasnya lebih baik dan penuh tanggungjawab,
dengan harapan keuntungan lebih tinggi. Makin tinggi keuntungan yang
diperoleh makin besar bonus yang diberikan pada pekerja.
e. Sistem mitra usaha. Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian
diberikan dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak
diberikan kepada perorangan melainkan pada organisasi pekerja di
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan
dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan
dan mitra kerja.
2.2 Pengangguran
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan
secara aktif mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang
menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau
sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang baru di dalam waktu 4
minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu adalah untuk
mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu
pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan keinginan jika suatu pekerjaan
kebetulan akan muncul.
2.2.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran sendiri memilki banyak definisi. Adapun beberapa definisi
arti pengangguran diantaranya:
1. Menurut Sadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya.
2. Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini
tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
3. Menurut Dumairy
Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan
lengkap ibarat orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari
pekerjaan.
4. Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan
kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
5. Berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan
pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan
kerja.
6. Menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari
pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jika peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi
dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di
negara tersebut tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan jumlah angkatan kerja
diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat
penganggurannya rendah. Tingkat pengangguran itu sendiri adalah perbandingan
antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
2.2.2 Anatomi Pengangguran
Anatomi pengangguran dibentuk sekitar 3 faktor pokok dari perilaku
pengangguran, yaitu:
1. Terdapat arus keluar masuk yang besar dari individu-individu dari
pengangguran setiap bulan, dan sebagian besar orang-orang yang menjadi
penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap menganggur hanya untuk waktu
yang singkat.
2. Banyak diantara para penganggur merupakan orang-orang yang akan menjadi
menganggur untuk waktu yang sangat lama.
3. Terdapat perbedaan yang besar dari tingkat pengangguran pada kelompok-
kelompok yang berbeda dalam angkatan kerja.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
a. Arus Masuk dan Keluar dari Pengangguran
Gambar di atas memperlihatkan bagaimana orang-orang memasuki dan
meninggalkan pool (kelompok) pengangguran. Pengangguran sendiri disebabkan oleh
satu diantara empat alasan :
1) Orang itu mungkin orang yang baru masuk ke dalam angkatan kerja, mencari
pekerjaan untuk yang pertama kali, jika tidak orang yang masuk kembali adalah
seseorang yang kembali ke angkatan kerja setelah tidak mencari pekerjaan
selama lebih dari 4 minggu.
2) Seseorang mungkin meninggalkan pekerjaan untuk mencari pekerjaan lain dan
mendaftar sebagai penganggur sambil mencari kerja.
3) Orang itu mungkin diberhentikan (Definisi pemberhentian adalah penskorsan
tanpa pembayaran yang berakhir atau diharapkan berakhir lebih dari 7 hari
berturut-turut dan diprakarsai oleh majikan tanpa merugikan pihak pekerja).
Berarti pekerja itu tidak dipecat , namun bisa jadi perusahaan hanya melakukan
giliran pemberhentian di antara tenaga kerjanya untuk beberapa hari.
4) Pekerja mungkin kehilangan pekerjaan untuk mana tidak ada harapan untuk
kembali lagi, karena dia dipecat atau karena perusahaan menutup perusahaannya.
Cara terakhir ini untuk menjadi menganggur disebut sebagai pemberhentian
dengan tidak suka rela.
Sumber arus-masuk ke dalam pool pengangguran ini mempunyai imbangan
dalam arus-keluar dari pool pengangguran. Pada dasarnya ada tiga cara untuk keluar
dari pool pengangguran : (1) Seseorang mungkin dipekerjakan dalam pekerjaan yang
baru, (2) Seseorang yang diberhentikan mungkin dipanggil kembali, (3) Seseorang
yang menganggur mungkin berhenti mencari pekerjaan dan dengan demikian, menurut
Pool
Pengangguran
Arus Masuk: orang yang masuk ke angkatan
kerja, keluar dari pekerjaan dengan pemberhentian
tidak suka rela
Arus keluar : Penyewaan-penyewaan baru,
pemanggilan kembali dan penarikan kembali dari
angkatan kerja.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
definisi meninggalkan angkatan kerja. Orang seperti itu mungkin merencanakan segera
kembali mencari pekerjaan.
b. Lamanya Pengangguran
Masa pengangguran didefinisikan sebagai periode dimana seseorang tetap terus
menganggur. Dengan tingkat pengangguran yang tertentu, semakin singkat masa
pengangguran dimana individu itu menganggur, semakin besar arus tersebut.
Misalnya, dalam suatu kasus menemukan tingkat pengangguran 10 persen dengan 5
orang menjadi menganggur selama 1 bulan tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur
berakhir dalam sebulan, sedangkan 1 dari 5 berakhir 6 bulan dan masa pengangguran
menyeluruh rata-rata berakhir kurang dari 2 bulan. Akibatnya, ada gerakan keluar
masuk yang besar dari tenaga kerja melalui pool pengangguran.
c. Tingkat Pengangguran dan Waktu Menganggur
Lamanya rata-rata dari masa pengangguran adalah sangat singkat, kurang lebih
2 bulan dan sebagian besar masa pengangguran berakhir di dalam sebulan. Tetapi,
masih banyak orang-orang yang menganggur dalam jangka waktu yang lama.
Jadi, memang dengan mengetahui fakta bahwa masa pengangguran berakhir
bilamana seseorang ditarik dari angkatan kerja atau mendapatkan pekerjaan, adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa masa-masa pengangguran di
dalam setahun dan benar-benar tidak bekerja sama sekali dalam tahun ini.
d. Frekuensi Pengangguran
Frekuensi pengangguran adalah jumlah waktu rata-rata per peiode dimana
pekerja-pekerja itu menjadi penganggur. Ada dua faktor penentu yang poko dari
frekuensi pengangguran, yaitu : yang pertama adalah perubahan permintaan akan
tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan yang berbeda di dalam perekonomian. faktor
penentu kedua dalah tingakat dimana para pekerja baru memasuki angkatan kerja.
Semakin cepat para pekerja baru memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat laju
pertumbuhan angkatan kerja dan semakin tinggi tingakat penganggurannya. Bahkan,
apabila permintaan agregat adalah konstan, beberapa perusahaan bertumbuh dan
beberapa menurun. Perusahaan yang menurun akan kehilangan tenaga kerja dan
perusahaan yang bertumbuh akan menyewa tenaga kerja lebih banyak.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
2.2.3 Jenis-Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,
a. Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam
kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima
pekerjaan lain.
b. Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam
kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada
jenis pengangguran berikut:
Jenis Pengangguran
Berdasarkan Jam Kerja
1. Pengangguran Sukarela
2. Pengangguran Terpaksa
Berdasarkan penyebab terjadinya
1. Pengangguran Friksional
2. Pengangguran Siklikal
3. Pengangguran Struktural
4. Pengangguran Teknologi
Berdasarkan cirinya
1. Pengangguran Terbuka
2. Pengangguran Tersembunyi
3. Pengangguran Bermusim
4. Pengangguran Setengah
Menganggur
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
a. Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak
dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah
dianggap mencapai kesempatan kerja penuh (full employment).
Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran normal atau pengangguran friksional.
b. Pengangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan konsisten.
Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha
menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja baru digunakan dan
pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan
agregat menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan agregat
ini membuat perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup
usahanya. Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi
dalam siklus konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan
masa depresi perekonomian. Pada masa resesi dan depresi banyak
perusahaan memberhentikan pekerjanya karena ketidakmampuan untuk
memberikan upah sehingga terjadi pengangguaran besar-besaran.
Pengangguran karena hal tersebut dinamakan pengangguran siklikal.
c. Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan
terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran.
Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama,
adanya barang baru yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi
mengurangi permintaan atas barang tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah
sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Keempat, ekspor produksi industri
sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara
lain. Kemunduran tersebut akan menyebabkan kegiatan produksi dalam
industri tersebut menurun. Hal ini menyebabkan sebagian pekerja terpaksa
diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut
sebagai pengangguran struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
d. Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat juga disebabkan oleh adanya penggantian
tenaga kerja oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Contohnya, racun gulma
dan rumput bisa mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan
perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin telah
mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong
rumput, membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di pabrik-pabrik, robot
telah menggantikan kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh
pengangguran mesin dan kemajuan teknologi ini dinamakan pengangguran
teknologi.
3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini terjadi karena pertambahan lapangan pekerjaan
yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam
perekonomian banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Efek
dari keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang adalah
mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara
nyata dan sepenuh waktu sehingga dinamakan pengangguran terbuka.
Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, dapat
dilakukan dengan rumus berikut :
Tingkat pengangguran terbuka =
b. Pengangguran Tersembunyi
Di negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam
suatu kegiatan ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan ini
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan
restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani
dengan anggita keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang
sangat kecil.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat
melakukan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau para
petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Selain itu, para petani tidak
begitu aktif antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila
dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan petani tidak
melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.Untuk menghitung angka pengangguranmusiman menggunakan
rumus :
Angka pengangguran musiman =
d. Setengah Menganggur
Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa
ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang
pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya
terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang
mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris: underemployed. Untuk
menghitung berapa besar tingkat setengah menganggur, dapat dilakukan
dengan rumus berikut :
Tingkat setengah menganggur =
4. Pembagian Jenis Pengangguran Menurut Departemen Tenaga Kerja
Adapun pembagian jenis pengangguran menurut Departemen Tenaga Kerja
adalah :
1. Pengangguran Muda
Tenaga kerja kelompok umur 15-25 tahun yang belum bekerja dan baru
memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
2. Pengangguran Musiman
Seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan karena pola kegiatannya
bersifat musiman.
3. Pengangguran Peralihan (Frictional Unemployment)
Mereka yang menganggur karena tidak tahu bahwa ada lowongan yang
sesuai dengan keinginannya.
4. Pengangguran Sukarela
Seorang yang memilih untuk lebih baik menganggur dari pada menerima
pekerjaan dengan upah lebih rendah dari biasanya.
5. Pengangguran Terpaksa
Orang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun mereka bersedia
menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.
6. Pengangguran Tua
Mereka yang telah berumur di atas 56 tahun karena sesuatu sebab tidak
dapat menjalankan kariernya sampai usia cukup tua untuk mengundurkan
diri dari pekerjaan.
7. Pengangguran Bersiklus
Pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat
kegiatan perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan penurunan
dalam keseluruhan kegitan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan
pemulihan yang berkelanjutan dari resesi.
8. Pengangguran Kunjungtural
Pengangguran yang terjadi dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya
produksi atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan
efektif terhadap barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan
produksi sehingga mengakibatkan pengurangan buruh).
9. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman muncul dalam industri tertentu dengan adanya
perubahan musim dalam kegiatan ekonomi pertanian, industri konstruksi
dan industri wisata semuanya menunjukkan pola pekerjaan musiman yang
jelas.
10. Pengangguran Sektoral
Pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
11. Pengangguran Sementara
Keadaan ketika pekerja untuk sementara menganggur atau sedang tidak
bekerja.
12. Pengangguran Struktural
Pengangguran yang disebabkan oleh perubahan di dalam struktur ekonomi
yang berasal dari faktor tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi
industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja.
Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara
lowongan pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur
tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di
tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekrejaan itu.
13. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi dapat terjadi ketika mesin menggantikan manusia.
14. Pengangguran Tersamar
Istilah pengangguran tersamar menggambarkan gejala dimana meskipun
tidak seorangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja
dipekerjakan dalam tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan
baik oleh lebih sedikit pekerja.
15. Pengangguran Terselubung
Keadaan menganggur suatu angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena
mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu. Istilah
pengangguran terselubung mengacu kepada kenyataan bahwa meskipun
tidak ada satu orangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja
dipekerjakan untuk tugas-tugas yang sebelutnya dapat dilaksanakan dengan
baik oleh lebih sedikit pekerja (misalnya ketika perusahaan menimbun
tenaga kerja).
16. Pengangguran Tersembunyi
Gejala yang meskipun tidak ada seorang pun yang menganggur, sejumlah
besar tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan
dengan baik oleh tenga kerja yang lebih sedikit jumlahnya. Sebagai contoh,
kondisi tersebut dapat dikatakan dialami oleh suatu negara yang padat
penduduknya dengan pertanian non moneter, yang apabila tidak dengan
atau tanpa perubahan dalam teknik produksi,pengurangan tenaga kerja
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
pertanian dalam jumlah besar tidak akan menyebabkan berkurangnya
keseluruhan volume pertanian.
17. Pengangguran Tersisa. Pengangguran yang terdiri dari orang-orang yang
sulit untuk ditempatkan, orang cacat atau orang-orang yang sedang tidak
bekerja dan karenanya secara teknis menganggur.
2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran
dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya :
1. Perubahan Struktural.
Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis
pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara
kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang
diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi.
Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap
produksi nasional (regional). Bila sektor industri memberikan kontribusi paling
besar terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur
perekonomian tersebut adalah industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985).
Katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi
dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya
kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika persyaratan ini
tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak
terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.
2. Pengaruh Musim.
Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi
sering pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru,
misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk
(full employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat
menjelang, sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan
terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan
membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (derived
demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida B.R., 2003).
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan
kerja (pengangguran friksional).
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis
(misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki
informasi yang lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka
kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin
juga karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan
si pencari kerja, sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah
lebih baik tidak bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi.
Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi karena perkembangan (dinamika)
ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga membawa dampak terhadap
permintaan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi demikian
sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu mengikuti perubahan jaman
dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan
lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa
diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
4. Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai
daya ungkit terhadap perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek
multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap kenaikan output
(pendapatan). Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti halnya
investasi) yang mempunyai dampak terhadap meningkatnya output yaitu
pengeluaran konsumsi otonom, investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan
ekspor (Gordon, 1993). Secara otomatis meningkatnya output akan
membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja dan
input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat
ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi. Hubungan antara
kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja)
dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan tenaga kerja (Payaman
J. Simanjuntak, 1985 : 82) atau dapat ditulis dalam bentuk lain menjadi :
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
%ΔL = Eks (%ΔQ)
Keterangan :
Eks = koefisien elastisitas penyerapan tenaga kerja
L = tenaga kerja yang digunakan
Q = output (PDB atau dapat pula PDRB)
Elastisitas penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan
tenaga kerja yang terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi
(LPE = %ΔQ). Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu
atau elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah
lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi
inilah yang sangat diharapkan, karena pola hubungan sedemikian
mencerminkan kegiatan ekonomi yang pada karya (labor intensive). Artinya
perubahan kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap perubahan laju
pertumbuhan ekonomi (economic growth rate).
Rumus di atas dapat pula digunakan untuk melakukan prediksi
kebutuhan tenaga kerja pada sektor tertentu untuk perioda tertentu. Misalnya,
bila besarnya koefisien elastisitas penyerapan kerja (Eks) dan laju pertumbuhan
ekonomi (%ΔQ) sudah diketahui (given), maka dengan menggunakan
persamaan (2) laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang diinginkan
(%ΔL) dapat diperkirakan (ceteris paribus). Formula ini dapat pula diterapkan
pada level yang lebih rendah lagi, misalnya Kabupaten, Kota atau tingkat
Kecamatan sekalipun.
5. Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki
keahlian akan memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan
potensi dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian
dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan
latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja
lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan belajar
perusahaan) (Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
6. Diskriminasi.
Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race
discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain, misalnya pada sektor
pendidikan, ekonomi, hukum, Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan
diskriminatif terjadi di bidang ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan
dirasakan adalah hilangnya kesempatan berusaha dan kesulitan akses pada
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (modal, alam dan informasi, dll). Situasi
inilah yang pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan lapangan kerja
itu sendiri. Jadi beban ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan
disriminatif di bidang ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan
dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik,
dampak selanjutnya adalah terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka
panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.
7. Laju Pertumbuhan Penduduk
Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya
adalah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya
karakteristik sebagai berikut :
(a) tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang
memadai,
(b) rendahnya anggaran pendidikan,
(c) rendahnya tingkat kesehatan,
(d) tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja,
(e) rendahnya pembentukan modal,
(f) rendahnya kualitas tenaga kependidikan,
(g) rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset
dsb),
(h) rendahnya daya beli masyarakat,
(i) minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi,
(j) masih rendahnya pemahaman tentang arti penting pendidikan, dan
(k) rendahnya fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat.
Bila kendala-kendala di atas bisa dieliminir atau bahkan dapat
ditemukan pemecahannya, maka persoalan pertumbuhan penduduk tidak akan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
terlalu jadi masalah. Bahkan boleh jadi bisa menjadi pedorong pembangunan
(Aris Ananta, 1990). Tapi kenyataannya, hampir setiap negara berkembang
selalu dihadapkan kepada persoalan kependudukan yang serius yang
pemecahannya sangat kompleks sekali (Kindleberger-Herrick, 1977). Bisa
dibayangkan berapa anggaran yang harus tersedia untuk menghidmat
pendidikan bila persoalan ketenagakerjaan yang terjadi seperti di atas. Arinya
anggaran 20 % yang dicanangkan dari APBN harus betul-betul direalisasikan
tanpa ditunda-tunda lebih lama lagi. Tapi lagi-lagi persoalannya,
pemerintahpun tidak selalu siap dengan anggaran sejumlah itu. Ia pun harus
menghadapi berbagai persoalan lainnya yang sama-sama membutuhkan
anggaran dan penyelesaian secara cepat, misalnya : pengembalian utang negara
yang semakin menumpuk, menyelesaikan berbagai penyimpangan anggaran
negara, pencurian hutan, korupsi dan segudang persoalan lainnya yang sudah
lama menanti penyelesaian.
8. Aggregate Demand Unemployment
Pengangguran ini muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi,
sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya permintaan tenaga kerja (low
derived demand). Sebaliknya, bila permintaan output tinggi (high aggregate
demand), bukan hanya akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi
malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini
dapat mengurangi pengangguran struktural dan friksional yang terjadi
sebelumnya.
Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar
kehidupan dan tekanan psikologis. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa
selalu ada pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang Profesor Ilmu Ekonomi di
Harvard University dalam bukunya Macro economics menyatakan bahwa ada dua
alasan adanya pengangguran yaitu: pencarian kerja yang sesuai dan kekakuan upah
riil.
2.2.4.1 Pencarian Kerja yang Sesuai
Salah satu alasan adanya pengangguran adalah dibutuhkan waktu untuk
mencocokan antara pekerja dengan pekerjaan. Model ekuilibrium pasar tenaga
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
kerja agregat mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan seluruh pekerjaan adalah
identik, sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk seluruh pekerjaan. Jika hal
ini benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak
menyebabkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera
mendapatkan pekerjaan baru pada tingkat keseimbangan pasar. Dalam
kenyataannya para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan yang berbeda,
dan pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi
tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna. Untuk semua alasan
ini, mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta usaha dan cenderung
mengurangi tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu
yang di butuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional
(friksional unemployment).
Pengangguran friksional tidak bisa dielakan dalam perekonomian yang
sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang yang di konsumsi
perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan
terhadap barang bergeser, permintaan terhadap tenaga kerja yang memproduksi
barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut perubahan
komposisi permintaan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran sektoral.
Pergeseran sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan hubungan kerja dan
pengangguran friksional. Selain itu para pekerja dapat di PHK ketika perusahaan
mereka bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian mereka tidak
dibutuhkan lagi.
2.2.4.2 Kekakuan Upah Riil
Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity).
Gagalnya upah melakukan penyusuaian sampai penawaran tenaga kerja sama
dengan permintaannya. Gambar 2.2, menunjukan mengapa kekakuan upah
menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di atas tingkat yang
menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang di
tawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan
yang langka diantara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat
perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran, pengangguran yang
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran
structural (structural unemployment).
Pengaruh Kekakuan Upah Pada Tingkat Pengangguran
Untuk memahami kekakuan upah dan pengangguran struktural, kita harus
mengkaji mengapa pasar tenaga kerja tidak berada pada tingkat keseimbangan
penawaran dan permintaan. Hal ini dikarenakan perusahaan gagal menurunkan
upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja. Sekarang kita akan membahas tiga
hal yang menyebabkan kekakuan upah yaitu: undang-undang upah minimum,
kekuatan serikat pekerja, dan efesiensi upah.
a. Undang-Undang Upah Minimum: undang-undang upah minimum menetapkan
tingkat upah minimal yang harus di bayar perusahaan kepada para
karyawannya. Bagi sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak
berpengaruh, karena mereka menikmati upah di atas upah minimum. Bagi
sebagian lainnya, terutama yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman,
upah minimum meningkatkan upah mereka diatas tingkat ekuilibriumnya.
Karena itu, upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta
perusahaan.
b. Serikat Pekerja: penyebab dari kekakuan upah yang kedua adalah kekuatan
monopoli serikat pekerja. Upah para pekerja yang tergabung dalam serikat
pekerja tidak ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaannya,
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
tetapi oleh kekuatan tawar-menawar kolektif antara pimpinan serikat pekerja
dengan manajemen perusahaan. Kesepakatan akhir yang meningkatkan upah
diatas tingkat keseimbangan dan memungkinkan perusahaan untuk
memutuskan berapa banyak pekerja yang perlu diterima. Hasilnya adalah
penurunan jumlah pekerja yang dipekerjakan, tingkat perolehan kerja yang
lebih rendah, dan kenaikan pengangguran struktural.
c. Upah Efisiensi: teori upah efisiensi menyatakan bahwa upah yang tinggi
mebuat para pekerja lebih produktif. Sehingga perusahaan lebih
mempertahankan pegawailama dan mengurangi perekrutan pegawai baru.
2.2.5 Kondisi Pengangguran dan Ketenagakerjaan di Indonesia
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dalam pembangunan
ekonomi di negara ini pengangguran merupakan masalah yang rumit dan lebih
serius daripada masalah perubahan dalam disribusi pendapatan yang kurang
menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara-negara
berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang
lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya masalah
pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin serius.
Masalah pengangguran akan menimbulkan dampak yang negatif bagi
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dampak negatif dari pengangguran
adalah kian beragamnya tindakan kriminal, makin banyaknya jumlah anak jalanan,
pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya sudah menjadi patologi
sosial atau kuman penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus yang sulit di
berantas. Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban
sosial yang tidak bernilai. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak di
hargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban sosial dari
penyakit sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di
pecahkan dan dicari jalan keluarnya.
Namun demikian, perlu disyukuri karena kondisi ketenagakerjaan di
Indonesia dalam satu tahun terakhir atau hingga kuartal pertama tahun 2010
menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini digambarkan dengan adanya
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka
pengangguran. Pada kuartal pertama tahun 2010 jumlah angkatan kerja mencapai
116 juta orang naik 2,26 juta orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya kuartal
yang sama tahun 2009 yang sebesar 113,74 juta orang. Sedangkan penduduk yang
bekerja juga terjadi peningkatan, pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 107,41
juta orang naik dari kuartal pertama tahun 2009 sebesar 2,92 juta orang yang
sebelumnya 104,49 juta orang. Sementara itu, untuk jumlah pengangguran di
Indonesia pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 8,59 juta orang atau 7,41
persen dari total angkatan kerja, mengalami penurunan sekitar 670 ribu orang jika
di bandingkan dengan tahun sebelumnya atau kuartal pertama tahun 2009 yang
sebesar 8,14 persen.
Naiknya jumlah penduduk yang bekerja pada kuartal pertama tahun 2010
ini terutama di sektor jasa kemasyarakatan yakni sebesar 1,62 juta orang (11,52 %)
dan di sektor pertanian sebesar 1,22 juta orang (2,92 %). Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan yakni sektor konsumsi sebesar 11,70 persen dan sektor
transportasi sebesar 4,91 persen. Dengan demikian sektor jasa kemasyarakatan,
industri dan perdagangan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja
pada kuartal pertama tahun 2010.Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan.
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja
dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan.Dari kategori status pekerjaan
utama pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan
kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik pada kuartal pertama tahun 2010 sebanyak 33,74 juta
(31,42%) pekerja Indonesia bekerja pada kegiatan/sektor formal ada 73,67 juta
orang (68,58%) bekerja pada sektor informal. Dari 107,41 orang yang bekerja pada
waktu yang sama, status pekerja utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan
yakni mencapai 30,72 juta atau sekitar 28,61 persen, kemudian diikuti berusaha
dibantu buruh tidak tetap (buru harian/borongan) sebesar 21,92 juta orang atau
20,41 persen dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang atau 19,05%,
sedangkan sisanya adalah berusaha dibantu buruh tetap.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
2.2.6 Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran
Bisa dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa dampak
pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung adalah
kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya pendidikan dan
kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban) pemerintah. Bila
pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka kemiskinan absolut bahkan
kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran di antaranya adalah :
a) Ketimpangan sosial. Ini terjadi karena tidak seluruh komponen masyarakat
menganggur, selalu ada sekelomok masyarakat yang nasibnya masih
beruntung, ia dapat bekerja dengan normal bahkan memperoleh penghasilan
yang berlebih.
b) Kecemburuan sosial. Hal ini terjadi karena terpicu oleh disparitas sosial
yang ada, misalnya ketimpangan pendapatan, status sosial dan kekuasaan.
c) Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor pendidikan dan
kesehatan.
d) Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial lainnya.
e) Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai jalan pintas untuk
mempertahankan hidup.
f) Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena money politic lebih dominan.
g) Disharmonisnya sistem rumah tangga, karena penopang kelangsungan
rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.
h) Meningkatnya sex komersial (pelacuran), sebagai representasi sulitnya
mencari lapangan kerja.
i) Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi langsung dari
ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).
j) Kekuasaan dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan
penghasilan yang dapat diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu
kekeliruan yang paling fatal, namun masyarakat cenderung berperilaku
seperti itu. Dirasakan sekali dengan uang segalanya jadi lancar,
menyenangkan, status sosial terangkat dan dihargai orang lain.
Adapun dampak lain yang terjadi karena pengangguran,
1) Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat
modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang
percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran
berdampak besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran
terhadap pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara
pengangguran dan indikator-indikator berikut ini :
a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita. Upah merupakan
salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan nasional. Apabila
tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan
semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan
semakin kecil.
b. Penerimaan Negara. Salah satu sumber penerimaan negara adalah
pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi
orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran
meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan
berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis. Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar
beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang
menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh
terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Biaya Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin
besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu
mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan,
dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak
kejahatan.
2) Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya
adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di
suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian,
seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini
terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional
riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu,
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal
dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang
tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga
pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak
yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi
akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan
investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian
industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
3) Dampak Pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan
Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap
individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian. Di negara-
negara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan
keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka
masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka
atau bantuan orang lain. Sedangkan di negara Indonesia, tidak terdapat
program asuransi pengangguran. Maka kehidupan penganggur harus
dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman batnuan keluarga dan
kawan-kawan. Keadaan ini bias menyebabkan pertengkaran dan
kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan. Ketrampilan
dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan
apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran
dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan
pekerja menjadi semakin merosot.
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan
yang memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai
tuntunan dan kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan
adakalanya disertai oleh aksi demonstrasi. Karena masyarakat akan
berpandangan bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan untuk
menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak percayaan pada
pemerintah.
d. Meningkatnya kriminalitas. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan
terpaksa melakukan tindakan kriminalitas guna memenuhi
kebutuhannya.
e. Meningkatnya kemiskinan. Hal ini karena mereka tidak memiliki lagi
sumber pendapatan.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
2.2.7 Sajian Data Pengangguran Di Indonesia
Grafik 2.1 Pengangguran Terbuka dari Tahun 2004-2010
Sumber :VIBIZnews.com
Tercatat tingka pengangguran di Indonesia (pengangguran terbuka) juga
masih mengkhawatirkan.Meskipun terus mengalami penurunan sejak mencapai
puncaknya di tahun 2005, tingkat pengangguran masih berada pada level 7%
hingga bulan Februari 2010.
Menurut sebuah laporan, tingkat pengangguran yang terjadi saat ini telah
menuntut agar pemerintah menciptakan lapangan kerja sebanyak lebih dari 12 juta
selama empat tahun mendatang. Target pemerintah untuk menciptakan lapangan
kerja sebesar 10.7 juta selama empat tahun ke depan dinilai tidak akan mencukupi
sebab pertumbuhan angkatan kerja adalah sebesar 3 juta jiwa per tahun.
Selain kebutuhan untuk menyerap angkatan kerja baru yang tumbuh setiap
tahun, saat ini ada 8.59 juta pengangguran terbuka yang dimiliki oleh Indonesia.
Angka pengangguran terbuka ini tentunya kurang merefleksikan tingkat
pengangguran yang sungguh-sungguh terjadi di Indonesia karena masih ada pola
pengangguran tertutup.
Dengan asumsi setiap 1% pertumbuhan ekonomi akan menyerap 300 – 400
rb lapangan kerja, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun harus
mencapai angka paling tidak 7%, hanya untuk menyerap angkatan kerja baru.
Dengan demikian pemerintah diharapkan harus lebih memahami kondisi yang
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
terjadi di masyarakat dan memberikan solusi kebijakan yang mampu meningkatkan
pembukaan lapangan kerja.
Grafik 2.2 Presentase Kekhawatiran Dalam Mencari Lapangan Pekerjaan
Survei kepercayaan konsumen DRI juga menunjukkan bahwa masyarakat
masih mengkhawatirkan beberapa faktor yang memang memengaruhi keadaan
ekonomi di daerah mereka selama ini.Tiga faktor utama yang memengaruhi
keadaan ekonomi di daerah mereka tersebut adalah kenaikan harga- harga bahan
makanan pokok, kenaikan harga dan kelangkaan BBM, serta ketersediaan lapangan
kerja.
Kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan harga-harga bahan makanan
pokok serta kenaikan harga dan kelangkaan BBM sudah berkurang cukup
signifikan dari puncaknya pada September 2008. Namun, kekhawatiran masyarakat
terhadap ketersediaan lapangan kerja justru masih relatif meningkat.
Pada November 2010, sekitar 30 persen dari masyarakat yang disurvei
masih merasa khawatir terhadap masalah ketersediaan lapangan kerja, naik dari 20
persen pada September 2008.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Grafik 2.3 Perbandingan Angka Pengangguran Antara Indonesia, Malaysia, Filipina
dan Singapura
Sumber :Harian Kompas 20 Desember 2010
Memang jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga Indonesia,
angka pengangguran di Indonesia masih relatif cukup tinggi. Pada Agustus 2010,
angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,14 persen. Angka ini relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan angka pengangguran di Malaysia sebesar 3,1 persen
atau angka pengangguran di Singapura yang mencapai 2,1 persen pada September
2010.
Walaupun demikian, angka pengangguran di Indonesia sebenarnya sudah
menunjukkan tren menurun sejak tahun 2006. Pada tahun 2005, angka
pengangguran di Indonesia masih berkisar 11,24 persen. Namun, angka
pengangguran ini terus menurun hingga mencapai 7,14 persen pada tahun 2010.
Tren menurun ini merupakan perubahan signifikan dari tren naik sejak tahun 1998
ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Grafik 2.4 Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Tingkat Usia
Sumber :Harian Kompas 20 Desember 2010
Pengangguran di Indonesia didominasi pengangguran di daerah perkotaan.
Lebih dari 50 persen pengangguran ada di daerah perkotaan. Kenyataan ini sejalan
dengan hasil survei DRI pada November 2010 yang menunjukkan sekitar 31,1
persen responden di daerah perkotaan menyatakan kekhawatiran mereka terhadap
ketersediaan lapangan kerja. Persentase ini lebih banyak dibandingkan dengan 27,4
persen responden di daerah pedesaan yang mengkhawatirkan masalah yang sama.
Karakteristik lain dari pengangguran di Indonesia adalah angka
pengangguran usia muda ternyata lebih tinggi daripada angka pengangguran usia
kerja. Penduduk kelompok umur 20-24 tahun memiliki tingkat pengangguran yang
paling tinggi, diikuti oleh penduduk kelompok umur 15-19 tahun.
Hal ini sangat bisa dipahami karena penduduk kelompok umur muda yang
harus bekerja memang sulit bersaing dengan kelompok umur lain yang relatif
memiliki pengalaman dan pendidikan yang lebih baik.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan 2007, 2008, 2009 dan 2010
Jumlah pengangguran terbuka yang paling banyak adalah dari jenjang
lulusan SMA.Hal ini dikarenakan mereka yang lulusan SMA merasa gengsi bila
bekerja disektor mikro, maka dari itu mereka lebih memilih untuk
menganggur.Selain itu, mereka juga tidak punya skill untuk membuka usaha
sendiri. Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka pemerintah perlu
memberikan keahlian-keahlian dibangku sekolah sehingga mereka dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baik untuk dirinya sendiri juga orang lain.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Tabel 1.2 Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Status Pekerjaan Utama
Berdasakan data diatas pekerjaan utama yang paling banyak adalah buruh,
wirausaha serta usaha kecil menengah (UKM). Untuk memperluas lapangan
pekerjaan serta mengurangi tingkat pengangguran maka pemerintah perlu
melakukan tindakan riil yaitu meningkatkan investasi guna menambah lapangan
pekerjaan baru, menjaga stabilitas harga agar tidak adanya efisiensi pekerja dari
perusahaan sehingga tidak adanya pemutusan hubungan kerja, perlunya
meningkatkan kredit bagi usaha kecil dan menengah karena sektor ini memberi
lapangan pekerjaan yang sangat besar sehingga diperlukan peningkatan agar sektor
ini semakin berkembang.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Tabel 1.3 Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Bila kita amati dari data diatas pekerjaan utama yang paling banyak adalah
di sektor pertanian serta pariwisata dan perdagangan (perdagangan besar, eceran,
rumah makan, dan hotel). Hal ini sangat wajar karena negara kita adalah negara
agraris, maka menurut kami sektor pertanian perlu di tingkatkan karena dapat
menyediakan lapangan pekerjaan, namun dalam prakteknya diperlukan penanganan
yang serius, karena perlu pembenahan mulai dari penyediaan pupuk serta
mengurangi import dan lebih memakai hasil pertanian domestik. Disektor
pariwisata, Indonesia mempunyai potensi yang sangat tinggi karena masih banyak
objek wisata yang belum tereksplorasi. Dan dalam sektor perdagangan pemerintah
bisa mecanangkan cinta produk nasional untuk meningkatkan konsumsi nasional
guna menambah pendapatan negara juga memperluas lapangan pekerjaan.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Tabel 1.4 Penduduk Menurut Jenis Kegiatan
Berdasarkan data diatas angkatan kerja dari tahun ke tahun semakin
meningkat hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk
(demografi). Hal ini akan berdampak buruk apabila peningkatan jumlah angkatan
kerja tidak disertai dengan kesempatan kerja, sebagai mana kita lihat dari data
diatas tingkat pengangguran terbuka meningkat pada tahun 2005 mencapai 11,24%.
Untuk menekan laju pertumbuhan angkatan kerja maka perlu dilakukan penekanan
terhadap laju pertumbuhan penduduk, diantara nya dengan program keluarga
berencana.
2.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran
Inflasi yang tinggi akan mendorong produsen melakukan efisiensi terhadap
industrinya, seperti merasionalkan tenaga kerja atau melakukan perampingan
organisasi perusahaannya yang berakibat semakin bertambahnya jumlah
pengangguran. Penawaran tenaga kerja kian bertambah sedangkan permintaan
terhadap tenaga kerja kian berkurang. Tenaga kerja yang menganggur terpaksa
harus mau menerima upah yang rendah tidak jarang pula lebih rendah nilainya
daripada harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Tujuan utama dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan
masalah inflasi dan sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk
memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakn ekonomi makro harus harus
dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu
bersamaan menciptakan kesempatan kerja.
Kurva Phillips mebuktikan bahwa antara stabilitas dan kesempatan kerja
yang tinggi tidak mungkin terjadi bersamaan karena harus ada trade off. Jika ingin
mencapai kesempatan kerja yang tinggi, berarti sebagai konsekuensinaya harus
bersedia menanggung baban inflasi yang tinggi.
Gambar 2.2 Hubungan Inflasi dan Tingkat Pengangguran
Namun pada kenyataannya ada pergeseran kurva Phillips, yaitu dimana
pada kurun waktu tertentu terjadi terjadi kenaikan tingkat inflasi dan kenaikan
tingkat pengangguran. Terjadinya pergeseran kurva phillips tersebut disebabkan
dua faktor yaitu:
Bila kita lihat kurva Phillips diatas maka perhatikan titik a,b,c. Titik
tersebut merupakan alternatif trade off antara pengangguran dan inflasi
bila kita pemerintah menginginkan penurunan tingkat pengangguran
maka pemerintah harus rela menanggung tingkat inflasi yang lebih
tinggi.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
1. Demografi
Terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk yang selajutnya
meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja yang
semakin meningkat tidak dapat diserap oleh pasar tenaga kerjasehingga
memperparah jumlah pengangguran.
2. Keseimbangan pasar tenaga kerja
Dalam kodisi keseimbangan psasr tenaga kerja, secara alamiah
selalu terdapat pengangguran yang dinamakan pengangguran alamiah
(natural rate of unemployment). Yang menyebabkan terjadinya pergeseran
kurva phillips adalah dimana kebijakan fiskal dan moneter tidak dapat
menekan tingkat inflasi dan menanggung beban inflasi secara
kesinambungan atau jangka panjang sehingga tidakmampu menurunkan
tingkat pengangguran hingga di bawah tingkat pengangguran alamiah.
2.2.9 Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran
Di atas telah dijelaskan dampak negatif dari adanya pengangguran dalam
perekonomian.Untuk mengatsi dampak negatif tersebut pemerintah perlu secara
terus menerus berusaha mengatasi masalah pengangguran. Ada beberapa tujuan
dari kebijakan pemerintah diantaranya:
1. Tujuan bersifat ekonomi: kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah
berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi.
Dalam hal ini ada tiga pertimbangan utama:
a) Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah untuk
mengatasi pengangguran merupakan usaha yang terus-menerus. Dengan
perkataaan lain, ini merupakan usaha dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran
diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan
menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka,
untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius,
tambahan lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun
ke tahun.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi
bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan
ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja
bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi
keadaan yang seperti ini usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi
pengangguran perlu ditingkatkan.
b) Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, kenaikan
kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan
dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.
Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan
pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah
kemakmuran masyarakat. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat
adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian,
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang
semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi
juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini
kemakmuran masyarakat akan bertambah.
c) Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin
tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan.
Maka semakin besar penganguran,semakin banyak golongan tenaga
kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran
yang terlalu besar cenderung untuk menurunkan upah golongan
berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi
tuntuan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari
kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan
kesempatan kerja dapat dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
2. Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial
dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi.
Tanpa kesetabilan sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
ekonomi tidak akan dapat dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan politik:
a) Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga, ditinjau dari
segi mikro , tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. apabila
kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja, berbagai
masalah akan timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai
kemampuan terbatas untuk melakukan pembelanjaaan. Maka secara
langsung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran keluarga. Kedua
pengangguran mengurangi kemampuan keluarga dalam membiayai
pendidikan anak-anaknya. Sehingga perlunya ada perluasan kesempatan
kerja. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,
kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga,
merupakan masalah lain yang ditimbulkan oleh pengangguran.
b) Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak pengangguran
menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di lain
pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk
berbelanja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya
tabungan maupun penghasilan lain pengangguran semakin
meningkatkan tindak kejahatan, dimana motif kejahatan sebagian besar
adalah faktor ekonomi, dengan demikian usaha mengatasi
pengangguran berarti juga mengurangi tingakat tindakan kejahatan.
c) Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat kemakmuran
masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik
tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi
yang cepat dan terus menerus. Pengangguran merupakan salah satu
sumber/penyebab dari ketidak stabilan politik karena pengangguran
membuat masyararakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah.
Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup
untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat
penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi
dan mengemukakan kritik kepada pemimpin-pemimpin pemerintah.
Hal-hal seperti ini akan menimbulkan halangan untuk melakukan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Senagai akibatnya
perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan
keadaan pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat
melakukan tinfakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Dua kebijakan pemerintah yaitu :
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan pemerintah untuk mengatur pengeluaran pemerintah serta
mengatur besarnya tarif pajak.
Grafik a. Efek Kebijakan Fiskal :
Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)
Masalah pengangguran muncul karena pengeluaran agregat (A
berada di bawah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai
tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (A ). Jarak antara A dan A
dinamakan jurang deflasi, jurang deflasi adalah jumlah kekurangan
pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
kerja penuh. Dalam grafik a. dimisalkan keseimbangan asal di capai di titk
. keseimbangan ini menunjujukan pendapatan nasional adalah dan
dalam dalam keseimbangan ini pengangguran berlaku.untk mengatasinya
pemerintah menambah pengeluaran pemerintah sebanyak ∆G dan
pertambahan pengeluaran ini memindahkan pengeluaran pemerintah dari
A KE A . perubahan tersebut berarti keseimbangan bergeser pula dari
ke . Perubahan in akan akan menambah kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran.
Grafik b. Efek Pengurangan Pajak :
Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)
Dalam grafik b, yang menunjukan efek pengurangan pajak pada
keseimbangn pendapatan nasional,juga dimisalkan keseimbangan yang asal
adalah di . Pengurangan pajak sebesar ∆T (yang sama nilainya dengan
∆G) akan menambah pendapatan disposibel rumah tangga sebesar
∆ =∆T. perubahan disposibel itu akan adalah kuarang dari ∆G, yaitu
hanya sebesar: ∆C=MPC.∆G. Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
memindahkan pengeluaran agregat menjadi A dan keseimbangan
menjadi . Maka pendapatan nasional bertambah dari ke dan oleh
sebab itu kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.
2. Kebijakan moneter
Kebijakan pemerintah untuk mengatur tingkat suku bunga.
Gambar c. Efek Kebijakan Moneter
Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)
Pengeluaran agregat yang mula-mula berlaku dalam perekonomian
ditunjukan oleh A dan pendapatan nasional di . Untuk mengatasi
pengangguran dan menggalakan kegiatan ekonomi bank sentral menambah
penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan menggalakan
para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar . Pertambahan
investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari A ke A dan
memindahkan keseimbangan dari ke . Dengan demikian pendapatan
nasional meningkat menjadi . Peningkatan ini menambah kesempatan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
kerja dan mengurangi pengangguran, akan tetapi kegiatan ini berlaku pada
harga yang tidak mengalami perubahan.
2.2.10 Solusi Mengatasi Pengangguran
a. Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan
mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.
Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.
Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru
di bidang agraris dan sektor lain.
Memberikan bantuan pinjaman lunak dan bantuan lainj untuk
memacu kehidupan industri kecil.
b. Cara mengatasi pengangguran konjungtural
Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai
dan akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian,
perusahaan harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga
kerjanya.
Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga para
investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
c. Cara mengatasi pengangguran struktural
Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga
kerja di sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang mengalami
perubahan sektor ekonomi.
Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.
Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.
d. Cara mengatasi pengangguran musiman
Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah digeluti. Hal
tersebut dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan lain pada saat
musim – musim tertentu ( biasanya saat petani meninggu panen.
Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain
kepada masyarakat.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
e. Cara mengatasi pengangguran deflasionar
Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga kerja yang
akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya menjadi
tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan
tenaga ahli.
Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran lain,
menarik investor baru sangat perlu dilakukan.
f. Cara mengatasi pengangguran teknologi
Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan
teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan
teknologi pada sekolah-sekolah.
Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.
Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru yang
harus disampaikan pada anak.
Terdapat beberapa alternatif (cara) lain yang bisa dilakukan dalam
rangka mengatasi masalah pengangguran. Cara ini mengikuti dua pola (jalur),
yaitu lewat jalur demand for labour, dan supply of labour. Upaya mengatasi
pengangguran lewat jalur permintaan tenaga kerja berkaitan dengan penciptaan
lapangan kerja baru secara langsung. Jalur ini biasanya berhubungan dengan
aspek-aspek sebagai berikut :
a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam (misalnya lahan). Hal ini bisa
dilakukan apabila masyarakat diberi peluang (akses) terhadap penguasaan
(paling tidak) penggarapan lahan. Tidak hanya sampai di situ, pemerintah
pun harus memberikan fasilitasi yang kondusif agar masyarakat mampu
mengelola lahan dengan optimal dan aman karena kepastian hukumnya
jelas,
b. Akses pada sumber-sumber modal. Akses pada sumber modal sangat
menentukan bagi pengembangan usaha sekaligus kesempatan kerja (sama
seperti sumberdaya tanah/lahan). Ketika kemudhan-kemudahan diciptakan
untuk masyarakat lapisan bawah, dan pembinaan pun dilakukan, maka
dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh masyarakat,
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
c. Peningkatan investasi (pembentukan modal, capital formation). Investasi
bisa bersumber dari pihak internal maupun eksternal. Dari internal bisa
didapat lewat pemupukan tabungan (dana pihak ketiga) masyarakat dan dari
eksternal melalui peningkatan arus investasi (penanaman modal) dari pihak
luar. Bila dua sumber ini lancar dan kenaikannya cukup signifikan, maka
dampaknya akan terasa pada gairah usaha dan otomatis terhadap
permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja),
d. Kerjasama. Kerjasama akan sangat bergantung pada kredibilitas
pemerintah, situasi objektif wilayah (peluang pasar, potensi wilayah,
keamanan, politik dan kelembagaan yang mendukung sistem
pemerintahan). Bila hal ini telah dipastikan kondusif, maka investor
cenderung siap melakukan kerjasama (pengembangan wilayah), sehingga
pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah dan
kesempatan kerja,
e. Perluasan pasar. Tahap ini tercipta setelah tahap kerjasama dan arus
investasi masuk ke suatu wilayah. Artinya tahap ini sebagai konsekuensi
dari existing situation yang ada sebelumnya. Perluasan pasar dapat
ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya dengan perbaikan kualitas
(TQM), penguatan akses informasi, memahami prilaku pesaing, memahami
kehendak buyer dan lancarnya delivery order system,
f. Pembinaan usaha. Terdapat ragam upaya yang bisa dilakukan dalam
rangka pembinaan usaha (paket-paket pembinaan usaha sudah banyak
tersedia). Tetapi yang paling penting dari itu semua adalah jiwa wirausaha
yang dilandasi dengan nilai-nilai transendental yang nampaknya masih
perlu ditingkatkan. Artinya harus dipahami oleh semua, bahwa segala usaha
dan upaya yang dilakukan, harus ditujukan hanya semata untuk mengabdi
kepada Tuhan dan bermaksud ingin memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi yang lain (manusia dan alam/lingkungan sekitar),
g. Pengembangan usaha padat karya (labor intensive). Usaha padat karya
adalah jenis karakteristik usaha yang paling cocok untuk negara
berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk tinggi. Seperti
halnya negara Indonesia. Tetapi bukan berarti kita menolak semua
teknologi yang terjadi saat ini. Teknologi tetap dibutuhkan, dengan catatan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
tidak akan mempersulit (mempersempit) lapangan kerja baru, ramah
lingkungan, terjangkau biayanya dan adaptasinya dapat dengan mudah
diserap dan diimplementasi oleh tenaga kerja domestik, dan
h. Kebijakan pemerintah. Suasana kondusif dapat tercipta karena pemerintah
dan pemerintah daerah melakukan fasilitasi dan memberikan berbagai
kemudahan (insentif ekonomi) bagi pengembangan usaha. Berbagai
peraturan yang diciptakan bertujuan untuk memberikan motivasi dan
semangat usaha, tidak sebaliknya (menjadikan pengusaha atau kegiatan
usaha menjadi objek penghasilan semata). Budaya pendekatan proyek
(project oriented) harus diubah menjadi budaya social benefit. Artinya
semua usaha yang dilakukan pemerintah tidak melulu profit seeking
(memburu laba) dalam rangka mendongkrak economic growth semata,
tetapi lebih jauh dari itu bagaimana “kue pertumbuhan” itu mengalir dan
bermanfaat bagi masyarakat kecil yang sekarang sedang terancam bahaya
kelaparan.
Sedangkan lewat jalur supply of labor lebih terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia (human capital formation). Implementasi
praktis lewat jalur ini, seperti disarankan beberapa ahli (Reynolds, Masters and
Moser, 1986; Ehrenberg-Smith, 1988; Sudarman Damin, 2003) adalah dengan
model-model kegiatan sebagai berikut :
a. Primary and high school education (peningkatan dan penguatan
pendidikan dasar dan menengah). Bagaimana caranya supaya kegiatan ini
dapat berjalan dengan efektif ? Biasanya (seharusnya) ini dilakukan oleh
pemerintah. Mekanismenya adalah dengan penyediaan anggaran yang
cukup memadai. Tanpa dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan
berjalan dengan baik, karena model pendidikan ini bersifat massal. Artinya
harus diikuti oleh semua warga yang telah masuk pada usia sekolah,
b. College and postgraduate education (kursus-kursus dan pendidikan
lanjutan, misalnya Perguruan Tinggi). Pendanaan program ini tidak menjadi
kewajiban negara sepenuhnya, tetapi tetap subsidi anggaran di sektor ini
harus diberikan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
c. Training provided by employers on the job (pelatihan yang disediakan
langsung oleh perusahaan terkait langsung dengan pekerjaan). Program ini
merupakan kebutuhan perusahaan dalam rangka penajaman wilayah
garapan (jobs) yang akan langsung ditangani di perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini bisa tidak terkait dengan program subsidi pemerintah.
Kegiatan ini akan beragam sekali tergantung spesifikasi bidang usaha yang
dikembangkan oleh perusahaan,
d. Accumulated of skill through continued work experience (peningkatan
keahlian melalui pengalaman kerja). Keahlian ini tentunya tidak didapat
dari bangku sekolah, atau pendidikan formal lainnya, tetapi diperoleh
melalui pengalaman kerja secara langsung (learning by doing). Akumulasi
pengetahuan sedemikian biasanya memiliki kedalaman yang mantap pada
bidangnya dan berkonsekuensi pada harga yang mahal. Sekarang upaya
kearah itu dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi antara pendidikan
formal dengan terjun langsung (harus menempuh waktu tertentu) pada
bidang usaha yang relevan,
e. Government training programs for displaced or disadvantaged workers
(pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengganti tenaga
kerja yang akan pensiun). Program ini bisa sepenuhnya dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mempersiapakan tenaga kerja yang siap bekerja
untuk mengganti tenaga kerja yang akan pensiun. Sebetulnya kondisi yang
sama dapat juga dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mempersiapakan
tenaga kerja pengganti yang lebih produktif dan semangat baru,
f. Memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan. Fasilitas dan pelayanan
kesehatan sangat diperlukan oleh tenaga kerja, karena akan terkait langsung
dengan produktifitas dan semangat kerja. Bahkan secara permanen semua
warga seharusnya mendapatakan pelayanan asuransi yang memadai, tidak
hanya tenaga kerja, dan
g. Migrasi. Migrasi bisa ditolelir sepanjang disertai beberapa syarat : (i) tenaga
kerja memiliki keahlian yang memadai sesuai dipersyaratkan di tempat
tujuan mereka bekerja, (ii) tingkat kepadatan penduduk di daerah tujuan
masih kondusif, (iii) sudah tidak ada lagi potensi daerah asal yang bisa
dikembangkan, (iv) upah yang akan diterima lebih baik daripada di daerah
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
asal, dan (v) perlakuan terhadap tenaga kerja di daerah tujuan tidak
menyimpang.
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan,
banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran
di Indonesia ialah terdapat pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan
tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia sendiri menempati urutan
ke 133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya
maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di Negara
tersebut. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah
membuat suatu program untuk menampung para pengangguran. Selain
mengharapkan bantuan dari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga
harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi
seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal sebagai
berikut ;
1. Memperluas lapangan pekerjaan,
2. Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada
masyarakat,
3. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja,
4. Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah-
sekolah
5. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan,
6. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan)
kerja yang kosong,
7. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran,
dan
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
8. Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang
agraris dan sektor lain
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bps.go.id
http://www.datastatistik-indonesia.com
http://www.dephan.go.id
http://www.google.co.id
http://www.jurnal-ekonomi.org
Hubbard, Ron. 1983. Masalah Pekerjaan. Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.
Keynes, John Maynard.1991. Teori Umum Megenai Kesempatan Kerja, Bungan
dan Uang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mankiw, N.Gregory. 2003. Teori Ekonomi Makro Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus. 1995. Makroekonomi Edisi
Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Teori Makroekonomi.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers.
Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta:
PT. Media Global Edukasi.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1992. Ketenagakerjaan, Kewirausahaan, dan
Pembangunan Ekonomi. PT. Pustaka LP3ES.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perrsada.
Susanti, Hera dan Widyanti, Moh. Ihsan. 1998. Indikator-Indikator Makroekonomi.
Jakarta: Lembaga Penerbitan Fak. Eko UI Edisi Ke-3.