128
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

  • Upload
    lynga

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

REPRESENTASI MOD SEBAGAI GAYA HIDUP DI KOMUNITAS

“BEAT BOYS” BANDUNG

Penelitian Culture Studies dengan Pendekatan Interaksionisme Simbolik

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Ilmu Komunikasi

Oleh :

Gita Khalida

10080006041

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BIDANG KAJIAN JURNALISTIK

2010

Page 3: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

LEMBAR PENGESAHAN

REPRESENTASI MOD SEBAGAI GAYA HIDUP DI KOMUNITAS “BEAT BOYS” BANDUNG

Studi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies

Disusun Oleh:

Gita Khalida

10080006041

Bidang Kajian Ilmu Jurnalistik

Menyetujui

Pembimbing

Ferry Darmawan, S. Sos., M.Ds

Mengetahui

Ketua Bidang Kajian Jurnalistik

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Ema Khotimah Dra., S.Pd., M.Si.

Page 4: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Arahkanlah wawasanm

kepadaNya, kerjakan

orang yang mu

agamanya menjadi be

mu lurus-lurus dengan bertobat kepadaNya. Ber

nlah shalat dan janganlah kamu menjadi golonga

usyrik! Yaitu golongan orang-orang yang memec

eberapa aliran, tiap-tiap golongan merasa bangg

aliran yang ada pada mereka.Ar-Ru

rtakwalah

an orang-

cah belah

ga dengan

um:31-32

Page 5: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

ABSTRAK

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan antara satu pihak dan pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana, dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.

Fenomena-fenomena komunikasi antara komunitas-komunitas berbeda budaya tampaknya semakin rumit sejalan dengan semakin beraneka ragamnya konsep diri, minat, kepentingan, gaya hidup, kelompok rujukan, sistem kepercayaan, dan nilai-nilai yang berkembang. Gaya hidup yang berasal dari luar negeri misalnya, dapat dianut oleh orang-orang di Indonesia seperti gaya hidup Mod.

Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya (sumber). Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Gaya hidup yang dilakoni anak muda di Bandung pun ada beberapa macam, seperti gaya hidup Mod yang dilakoni oleh komunitas “Beat Boys”. Mod adalah (diambil dari kata modernist) merupakan sebuah subkultur anak muda dikalangan working class yang berkembang pada akhir 1950-an di Inggris dengan obsesi terhadap fashion musik dan skuter. Komunitas “Beat Boys” adalah komunitas yang melakoni Mod sebagai gaya hidup yang terbentuk tanggal 29 Maret 2008.

Penelitian ini memfokuskan diri pada gaya hidup komunitas “Beat Boys”, penulis melihat dari sudut pandang gaya hidup komunitas “Beat Boys” yang memiliki banyak makna dan kode didalamnya dan terpacu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai kehadiran gaya hidup Mod dalam komunitas “Beat Boys”.

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, formasi permasalahan yang diajukan penulis pada penelitian ini adalah “Representasi Mod sebagai Gaya Hidup di Komunitas “Beat Boys” Bandung”, sedangkan tujuan penelitian yang ingin diketahui adalah bagaimana gaya hidup komunitas “Beat Boys” Bandung, bagaimana pola komunikasi yang dibangun oleh anggota komunitas “Beat Boys” Bandung, dan bagaimana pesan simbolik yang dipergunakan oleh anggota komunitas “Beat Boys” Bandung dalam mengaplikasikan gaya hidup mereka.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik. Key informan, sebagai kunci untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi kepustakaan sebagai penguat data lapangan yang berkaitan dengan representasi gaya hidup Mod komunitas “Beat Boys”.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunitas “Beat Boys” mempunyai tiga elemen utama dalam melakoni gaya hidup Mod, yaitu fashion, musik, dan skuter. Komunitas “Beat Boys” mempunyai kualitas komunikasi dalam dan meluas, dalam artian menembus kepribadian yang paling tersembunyi, menampakan perilaku dalam suasana privat sekalipun. Pesan simbolik yang ingin disampaikan dengan menggunakan atribut Mod adalah perlawanan simbolik terhadap tatanan kelas yang�berkuasa. Presentasi-diri yang ingin diperlihatkan dari penggunaan ketiga atribut Modtersebut menandai satu sama lainnya siapa dan apa mereka dan situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku berlangsung dalam konteks identitas sosial, makna, dan definisi situasi.

Page 6: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

���

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Syukur alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya karena berkat pertolongan-Nya penulis

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat akhir untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Bandung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit bantuan moral maupun

materiil yang telah penulis terima, yang sangat besar artinya dan merupakan

bantuan yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan dan dorongan dari pihak lain, penulisan skripsi ini tidaklah mungkin

dapat dengan cepat terwujud.

Sungguh sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata sebagai ucapan

terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dorongan hingga selesainya penulisan skripsi ini, namun pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT yang telah mengijinkan dan meridhoi penulis dalam

menyelesaikan penelitian skripsi mengenai gaya hidup.

2. DR. O. Hasbiansyah Drs., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Bandung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

selama ini bagi penulis.

3. Ferry Darmawan, S. Sos., M.Ds., selaku Dosen Pembimbing atas segala

bantuan, bimbingan dan waktu yang diberikan, serta koreksi yang tak

terhingga nilainya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi selama ini.

Page 7: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

����

4. Ema Khotimah Dra., S.Pd., M.Si., selaku Ketua Bidang Kajian Jurnalistik,

yang telah banyak memberikan gambaran dan arahan bagaimana ruang

lingkup kerja kajian Jurnalistik.

5. Hj. Kiki Zakiah Dra,.M.Si selaku selaku Dosen Wali yang telah memberikan

bimbingan, masukan serta dorongan selama masa perkuliahan pada penulis.

6. Para dosen penguji pada pelaksanaan sidang komprehensif dan sidang skripsi

yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan kelancaran pada

penulis pada saat jalannya sidang, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

7. Seluruh Pimpinan Fakultas Ilmu Komunikasi beserta segenap staff pengajar

dan staff administrasi yang telah banyak membantu penulis selama

menempuh pendidikan di Bidang Kajian Jurnalistik Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Bandung.

8. A Uki, A Wino, A Uge, A Daud, dan Kumbang yang telah mengijinkan

penulis melakukan aplikasi dan riset tentang gaya hidup Mod dan segenap

crew “Beat Boys” lainnya.

9. Pa. Gustaff yang telah membantu penulis menamabah referensi tentang gaya

hidup.

10. My beloved parents Mamam Ike dan Babap Benny yang telah memberikan

doanya, kasih sayangnya juga dorongan yang tak ternilai kepada penulis.

11. My two funny fairy Taci dan Tasa yang selalu membuatku tertawa dan mau

mendengarkan kisahku.

12. Keluarga besar Soedarbo dan Goembira atas segala do’a dan dukungannya.

13. Culin, Osiie, Upiw yang selalu menemani, membantu, berbagi semuanya

disetiap harinya.

Page 8: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

�����

14. Geng Ceriwis Kikiw, Momon, Lili, Dindut, Ade, Ebhel, Donna, Ateh, Adut

yang telah menemaniku semenjak Taaruf sampai sidang skrpsi tak lupa Vira

dan Tweety yang sekarang menghilang entah kemana.

15. Untuk teman-teman kuliah yang lain semenjak semester pertama hingga

sekarang, juga Sarah yang telah bersama-sama menempuh seminar,

wawancara, dan sidang UP bersama.

16. Untuk semua orang yang aku sayang dan sayang aku.

17. Lagu-lagu, laptop dan USB yang membantu pengerjaan skripsiku.

Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis selama mendapat balasan dari Allah SWT..Amien..

Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam

penulisan selanjutnya dapat lebih baik.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan ilmiah bagi yang memerlukan dan

membutuhkan…amiien.

Wassalammu’alaikum

Bandung, Juli 2010

Penulis,

Gita Khalida

Page 9: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

����

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iv

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………11 1.3 Identifikasi Masalah…………………………………………………11 1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………12 1.5 Kegunaan Penelitian………………………………………………...12 1.6 Alasan Pemilihan Masalah…………………………………………..13 1.7 Pengertian Istilah…………………………………………………… 14 1.8 Kerangka Pemikiran………………………………………………... 16 1.9 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 22 1.10 Waktu Penelitian……………………………………………….. 23 1.11 Validitas dan Realibilitas………………………………………. 24

BAB II : KAJIAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Komunikasi ……………………………………………... 25

2.1.1 Hakikat Komunikasi………………………………………25

2.1.2 Definisi Komunikasi…………………………………….. 26

2.1.3 Fungsi Komunikasi……………………………………… 29

2.1.4 Konteks-konteks Komunikasi…………………………… 31

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok………………………… 33

2.2.1 Definisi Komunikasi kelompok………………………….. 33

2.2.2 Kelompok Primer dan Sekunder……………………..….. 35

2.2.3 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi................ 36

Page 10: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

���

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok .......................................................................................... 37

2.2.5 Karakteristik Komunikasi Kelompok.............................. 37

2.2.6 Komunitas........................................................................ 38

2.3 Tinjauan Gaya Hidup....................................................................... 39

2.3.1 Hakikat Tentang Gaya Hidup…………………………….…. 39

2.3.2 Definisi Gaya Hidup…………………………………...…… 41

2.3.3 Teori Gaya Hidup Menurut Adler........................................... 43

2.4 Teori Interaksionisme Simbolik....................................................... 46

2.5 Komunikasi Verbal……………………………………………….…….54

2.6 Komunikasi Non Verbal.................................................................. 59

2.6.1 Karakteristik dan Fungsi Komunikasi Nonverbal………..…..60

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian……………………………………………………61

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif…………………………………..64

3.2 Cultural Studies…………………………………………………………..67

3.3 Metodologi Interaksionis Simbolik………………………………………72

3.4 Objek Penelitian………………………………………………………….73

3.4.1 Sejarah Mod……………………………………………………73

3.4.2 Gaya Hidup Komunitas Mod………………………………….74

3.4.3 Komunitas “Beat Boys”………………………..……………. 80

BAB IV: PEMBAHASAN

4.1 Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”………………………………..….86

4.1.1 Tiga Elemen Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”….……....90

4.2 Pola Komunikasi Komunitas “Beat Boys”………………………………95

4.3 Pesan Simbolik Komunitas “Beat Boys”……………………………..…99

4.4 Validitas dan Realibilitas………………………………………………...103

Page 11: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

����

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..106

5.1.1 Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”…………………….…106

5.1.2 Pola Komunikasi yang Dibangun Komunitas “Beat Boys”..106

5.1.3 Pesan Simbolik yang digunakan Komunitas “Beat Boys”....107

5.2 Saran………………………………………………………………….....107

5.2.1 Saran bagi Penulis Lain……………………………………...107

5.2.2 Saran bagi Komunitas “Beat Boys”……………………..…..108

DAFTAR BAGAN………………………………………………………….…..vi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………vii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….…ix

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…x

LAMPIRAN

Page 12: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

�����

DAFTAR BAGAN

• Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran (data penulis)

Page 13: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

������

DAFTAR GAMBAR

• Gambar 1.1 Lambang Mod (sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Mod_%28subculture%29)

• Gambar 3.1 Visualisasi Gaya Hidup komunitas Mod di Inggris 1960-an (http://theinvisibleagent.wordpress.com/2009/05/03/1960s-vintage-vespa/)

• Gambar 3.2 Lambang Mod (sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Mod_%28subculture%29)

• Gambar 3.3 Beberapa Anggota Komunitas “Beat Boys” (http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

• Gambar 4.1 Visualisasi Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys” (sumber: http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

• Gambar 4.2 Ciri Khas Busana komunitas “Beat Boys” (sumber: http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

• Gambar 4.3 Gig’s Sunny Sunday Afternoon (sumber: dokumentasi pribadi)

• Gambar 4.4 Kegiatan Komunitas “Beat Boys” (http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

• foto 4.5.1 Lucky Airlangga, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi) • foto 4.5.2 Daud Fallahien, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi • (foto 4.5.3 Erwino Sakti, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi) • foto 4.5.4 Geri Gilban Rizali, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi

pribadi • foto 4.5.6 Gustaff H. Iskandar, pengamat gaya hidup, salah satu penulis

buku “resisensi Gaya Hidup, teori dan realitas, dokumentasi pribadi) • (gambar 4.5.7 buku yang salah satu isinya ditulis oleh Gustaff H.

Iskandar, http://www.belbuk.com/images )

Page 14: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

����

DAFTAR TABEL

• 3.1 Perbandingan antara Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif dalam Mulyana, 2008: 147)

• Tabel 4.1 Gaya Hidup Komunitas Beat Boys dianalisis dengan Pendekatan Culture Studies (data penulis)

• Tabel 4.2 Pola Komunikasi Komunitas “Beat Boys” dengan analisis Komunikasi Kelompok (data penulis)

• Tabel 4.3 Bahasa “Slank” yang sering digunakan Komunitas “Beat Boys” (data penulis)

• Tabel 4.4 Pesan Simbolik Komunitas “Beat Boys” Dianalisis Menggunakan Pendekatan Interaksi Simbolik (data penulis)

• Tabel 4.5 tabel Validitas dan Realibilitas

Page 15: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia semakin cepat berubah, dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan

teknologi sudah sedemikian pesatnya memberikan dampak yang menyentuh

segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang pesat dan

menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Dalam

perkembangan terakhir, dimana dunia informasi menjadi sangat penting bagi

aspek kehidupan, maka komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan

menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Metode, fasilitas dan perangkanya pun sudah berkembang maju sedemikian

modernya, sehingga sekarang dunia seakan tidak ada batasan lagi, manusia dapat

berhubungan satu sama lain dengan begitu mudah dan cepatnya.

Fenomena-fenomena komunikasi antara komunitas-komunitas berbeda

budaya tampaknya semakin rumit sejalan dengan semakin beraneka ragamnya

konsep diri, minat, kepentingan, gaya hidup, kelompok rujukan, sistem

kepercayaan, dan nilai-nilai yang berkembang. Gaya hidup yang berasal dari luar

negeri misalnya, dapat dianut oleh orang-orang di Indonesia seperti gaya hidup

Mod.

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan antara satu

pihak dan pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana,

dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak dalam otak seseorang untuk

mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi

Page 16: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak

langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode

tulisan. (http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/distorsi-pesan-dalam-

sebuah-komunikasi/)

Melalui komunkasi, gaya hidup akan mudah digeneralisasikan. Mod sebagai

gaya hidup, misalnya. Gaya hidup yang berasal dari Inggris ini biasa diterapkan

di Indonesia salah satunya adalah karena faktor komunikasi. Mod (diambil dari

kata modernist) merupakan sebuah subkultur anak muda dikalangan working

class 1yang berkembang pada akhir 1950-an dengan obsesi terhadap fashion,

musik, dan skuter. Mod terbentuk setelah golongan Teddy boys 2yang hilang

ditelan jaman. Sebagai subkultur yang terus berkembang hingga kini, Mod terus

bergerak. Gelombang pertama Mod pada tahun 1958 ditandai oleh fenomena para

remaja yang menyadari keberadaan mereka sebagai sebuah kelompok modern.

Kultur Mod pada gelombang ini dimulai dengan penolakan sikap kampungan dan

kasar dari selera tahun 50-an peninggalan Teddy Boys.

Kata Mod adalah istilah yang meliputi beberapa sub-adegan yang berbeda.

Terry Rawlings mengatakan sejarah subkultur Mod sulit untuk ditentukan, ia

mengatakan subkultur sebagai “semi-rahasia misterius dunia”, manager The

Who3, Peter Maeden 4meringkas dengan menggunakan istilah “Clean Living,

Under Difficult Circumstances” (hidup bersih dalam keadaan sulit). Seiring

��������������������������������������������������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������!�"� ��#�����������������������������������������������������������������������$�The Who adalah grup musik rock Inggris yang dibentuk pada tahun 1964�%�Terry Rawlings (lahir di London Inggris pada tahun 1933) dia adalah seorang editor film dan musik dengan beberapa nominasi BAFTA dan satu nominasi Academy Award.�

Page 17: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

berjalannya waktu, kapasitas definisi Mod melebar hingga menyentuh elemen-

elemen lifestyle, fashion, musik, bahkan kendaraan yang dipakai.

Mod sebagai gaya hidup mempunyai simbol-simbol yang dapat disampaikan.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari bagaimana

penggunaan waktu (aktivitas); minat tentang pentingnya lingkungannya; dan

pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya( Lull, 1998; lampiran) .

Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam

bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.

Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya

hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang

lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan

image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan

dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Kode visual yang direpresentasikan seseorang akan dapat dianalisis dengan

menggunakan interaksi simbolik, interaksi simbolik adalah interaksi yang

memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran.

Simbolik berasal dari kata ’simbol’ yakni tanda yang muncul dari hasil

kesepakatan bersama. Bagaimana suatu hal menjadi perspektif bersama,

bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang hanya dipahami

oleh orang-orang yang melakukannya, bagaimana tindakan dan perspektif

tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi subyek, semua dikaji oleh para

interaksionis simbolik. interaksi simbolik bertumpu pada penafsiran atas

pemaknaan subyektif (simbolik) yang muncul dari hasil interaksi. Interaksi

merupakan proses dan tepat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang

dijalankan.

Page 18: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang

bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang

muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan

proses interaksi tersebut bersifat simbolik, di mana makna-makna dibentuk oleh

akal budi manusia. Semua interaksi antarindividu manusia melibatkan suatu

pertukaran simbol (komunikasi), dengan kata lain, melalui interaksi, kita

membangun sebuah pemahaman yang fleksibel tentang diri sendiri-siapakah anda

sebgai seseorang.(sumber : http//:[email protected])

Ketika seseorang mengidentifikasi dirinya dengan pertanyaan “siapakah

saya?”, hal itu berkaitan erat dengan identitas diri, identitas sering kali didapatkan

bukan melalui usaha perorangan, tetapi melalui usaha koletif kelompok dan

timbal balik antara manusia. Kelompok adalah sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut (Metodologi Penelitian Kualitatif, Deddy

Mulyana, 2005: halaman). Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan

komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi

berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Adapun menurut Michael Burgoon

(dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi

secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang

mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota

yang lain secara tepat

Sementara komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara

seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua

Page 19: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak.

Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu

kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil; jika

jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi

kelompok besar.

Untuk meneliti apa itu Mod, penulis menganalisis menggunakan pendekatan

cultural studies. Cultural studies mencoba menjelaskan tentang fenomena

masyarakat kontemporer, dalam pengertian masyarakat informasi atau

masyarakat kapitalisme lanjut. Misalkan beberapa tema yang dikaji adalah

lifestyle, fashion, subculture, atau kelompok-kelompok monoritas. Asumsi yang

digunakan dalam hal ini adalah adanya konflik ideologi atau identitas di

masyarakat. Dalam situs

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/viewArticle/17678

Perhatian Cultural Studies mengenai budaya populer berkaitan dengan hal-hal

sebagai berikut :

Pertama, narasi Cultural Studies berupaya untuk mengeksplorasi bagaimana dan mengapa bentuk-bentuk budaya tertentu berkembang dan diterima dalam hubungan sosial kontemporer Kedua, narasi Cultural Studies berusaha mengeksplorasi bagaimana hegemoni kelompok dominan, posisi dan fungsinya dalam dunia produksi berkembang dan bergerak (Gramsci, 1971:12). Ketiga, asumsi tentang betapa perlunya untuk menyingkap bagaimana hubungan hegemoni yang baru bisa dipraktekkan di masa yang akan datang, bagaimana kelompok dan kelas subordinat bisa menjadi bagian dominan dan integral dari hegemoni yang baru. Keempat, sebagai konsekuensi tiga poin di atas adalah adanya kecenderungan Cultural Studies untuk memberikan perhatian pada persoalan politik praktis yang seringkali mengambil tindakan simpatik terhadap praktisi budaya yang dapat diidentifikasikan sebagai bentuk resistensi terhadap hubungan dominasi dan kepemimpinan yang ada.

Page 20: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunitas Mod mempunyai gaya berpakaian mereka sendiri yang

diistilahkan sebagai neoitalian style5. Sebuah gaya berpakaian rapi dilengkapi

dengan tatanan rambut rapi, klimis ataupun cepak. Meskipun gaya berpakaian

tiap generasi di berbagai jaman selalu berbeda-beda, satu hal pasti yang menjadi

pegangan bagi kaum mod adalah memperhatikan fashion secara stylish. Idealisme

fashion ini kemudian bertahan hingga saat ini dengan berbagai penambahan dan

penyesuaian sesuai selera tiap generasi.

Seperti halnya gaya hidup lain, Mod mempunyai cara berpakaian sendiri.

Pelaku Mod berpakaian sangat rapi dan necis dengan setelan jas buatan italia,

sepasang sepatu brogues6, parka (semacam mantel untuk berkendaraan),

Harrington dan menggunakan skuter (biasanya bermerk Lambretta dan Vespa).

Mereka biasanya menghabiskan waktu luang di cafe-cafe seputaran London,

sambil mendengarkan musik beraliran northern soul, RnB, mods dan ska.7 Karena

gaya hidup Mod sangat-sangat mengajar fesyen terutama merek-merek tertentu

seperti kemeja jaytex, fredperry, adidas, Ben Shermen, Baracuta, Merc London

dsb. Kesemua merk tersebut diidentikan dengan gaya hidup mod, karena merk

tersebut berkembang seiring dengan perkembangan gaya hidup Mod. Ide dasar

dari Mod adalah bagaimana caranya untuk terlihat bergaya seperti kaum borjuis.

Dari sekadar penggemar dan pengcover lagu–lagu R&B, mod meledak

menjadi semacam identitas nasional kaum muda Inggris ketika mereka mampu

mengeksplorasi dan mendefinisikan kembali R&B ke dalam bentuk yang lebih

�������������������������������������������������������������&�'���(����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������)���������������������������������������������������������*����������+�,���������������������������������������������-�����������������.&/*�����������������������������������������������0���*�������������������������������� �������������������������������1���������22�����3����

Page 21: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

liar dan maksimal serta melahirkan band–band seperti The Kinks8, The Small

Faces9, dan terutama setelah The Who mengeluarkan poster–poster bergambar

target peluru berjargon “Maximum R&B” dan merilis singel pertama “Can’t

Explain” disusul oleh singel “Anyway, Anyhow, Anywhere” serta album My

Generation yang memuat tembang dahsyat “My Generation”, semuanya di tahun

1965.

The Who dianggap sebagai pahlawan kaum mod, karena band yang

diotaki oleh Pete Townshend pada gitar, John Entwistle (meninggal pada 2002)

pada bass, Keith Moon (meninggal pada 1978) sebagai powerful drummer dan

sang vokalis karismatik Roger Daltrey selain mampu meramu dan

mantransformasikan kembali akar musik R&B ke dalam bentuk yang lebih segar

dan megah juga berjasa memperkenalkan berbagai atribut kaum mod kepada

dunia. Misalnya, memakai skuter lengkap dengan empat spion atas dan bawah

dalam cover album mereka (Quadrophenia) dls.

Kemampuan mod untuk menjadi sebuah subkultur dan terus bertahan dalam

tiap pergantian masa generasi, karena mod tidak melulu mendasarkan diri pada

genre musik melainkan juga mampu mewariskan berbagai elemen yang penting

bagi perkembangan life style, terutama bagi kalangan muda.

Mod dikenal karena memperkenalkan penggunaan skuter seperti vespa

atau Lambretta (salah satu kaum mod kemudian mengmabil merek ini sebagai

nama band mereka, The Lambrettas) sebagai alat transportasi mereka. Pada

�������������������������������������������������������������4����� �����������������������(�������������������������5����6�����7�����������������������������������������������3�������8����8�����������������.)%��.�����������9� ���������������������������������(�����������������������7�������:�����������������������������������.)&���������������������.).��:���������������������������,���������������3������7����� ������-���������-�������������1����������������������������������������������.)&���

Page 22: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

awalnya pilihan atas alat transportasi ini karena pada zaman itu di Inggris alat

transportasi umum seperti bus hanya ada sampai sore, yang membuat para kaum

muda yang harus keluar rumah membutuhkan transportasi yang lebih murah dari

mobil, juga karena kebanyakan komunitas Mod berasal dari kalangan kelas

pekerja yang hanya bisa hang out pada malam harinya. Pilihan atas skuter ini

juga didasarkan atas pertimbangan fashion, karena skuter dapat dimodifikasi

sedemikian rupa, hingga terlihat stylish. Era 60-an pemerintah Inggris

mewajibkan setiap motor untuk dilengkapi dengan minimal 1 (satu) buah kaca

spion, kaum mod justru menjawabnya dengan memasang 4, 6 bahkan 32 kaca

spion atas dasar tuntutan pemiliknya. Hal ini juga yang membuat perbedaan

mendasar dengan kaum rockers 10yang lebih memilih motor sport atau motor

besar sebagai alat transportasi mereka.

Selain itu, Mod juga dikenal karena identik dengan lambang lingkaran

(target) berwarna biru, merah dan putih. Lambang ini sebenarnya diambil dari

emblem identitas Royal Air Force (RAF), Angkatan Udara Inggris. Secara

historis, lambang ini pun tidak sepenuhnya berasal dari RAF, melainkan justru

terinspirasi dari bendera Prancis (perhatikan saja pilihan warna lingkaran

tersebut). Berawal dari Perang Dunia I, di mana lambang Union Jack 11Inggris

yang terdapat pada sisi pesawat mereka sekilas tampak sama dengan lambang

salib Jerman, musuh mereka. Sehingga dipandang perlu untuk memakai lambang

lain untuk menghindari insiden salah tembak.

��������������������������������������������������������������/�3� �������������� ������������������������������������������ ������������������������������������ ����� ��� ������������������ ����������������0�����-� ���������������(�����

Page 23: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Lambang ini kem

pelukis Jasper Jhons men

yang kemudian dipakai

sehingga kemudian diba

Penggunaan lambang ini

untuk mengangkat rasa b

lambang ini pun sering di

sum

Komunitas Beatb

begitu, kebiasaan kumpu

berlangsung sejak lima

sama pada Vespa dan

komunitas.

Eksistensi BeatB

melenceng. Di Indones

���������������������������������������������������!���������������;;�������������1�����������3���7���������� ��� �� ��������������� ������ �������� ������$�7��������������� ������

mudian menjelma menjadi bagian dari pop art

ngangkatnya sebagai tema lukisan. Lukisan targ

oleh The Who dalam berbagai tema fashion

aptis sebagai salah satu lambang identitas kau

oleh The Who salah satunya lebih dikarenakan

bangga sebagai warga negara Inggris. Oleh k

igunakan bersama–sama dengan bendera Union

Gambar 1.1 Lambang Mod

(Gambar 1.1, Lambang Mod,

mber : http://en.wikipedia.org/wiki/Mod_%28subculture%29)

boys sendiri berdiri tepatnya 29 Maret 2008.

ul-kumpul pengguna Vespa dan Lambretta13 in

tahun sebelumnya. Awalnya berangkat dari h

Lambretta, tetapi kemudian bersepakat me

Boys adalah untuk meluruskan kultur skut

ia, khususnya Bandung, komunitas Mod su

�������������<���������;;��� ��������5���������)/*������ ������������=����>������������3�����(��������������������������������� ����� ������������������������������ ������������������������?������������(������

t 12ketika

get inilah

n mereka,

um mod.

n strategi

karena itu

Jack.

Kendati

ni, sudah

hobi yang

embentuk

ter yang

udah ada

�������������� ���

Page 24: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

semenjak tahun 90-an akhir. Pertama kali muncul di Jakarta. Lalu sekitar tahun

2003, kemunculannya di Bandung berawal dari komunitas soul scooter yang

sering berkumpul di toko Emperor14. Beat Boys mempunyai arti “hentakan anak

muda”.

Meski komunitas ini mengadopsi konsep dan gaya hidup kaum Mod, tidak

otomatis meninggalkan tradisi Indonesia. Di satu sisi, mereka mengambil spirit

kaum Mod, tak lain kaum muda yang penampilan dan dandanannya selalu rapi.

Di sisi lain, spirit itu mencoba diadaptasikan dalam keindonesiaan. Misalnya,

kaum Mod cenderung menolak komunitas lain dari kalangan hedonis Inggris.

Akan tetapi, Beatboys tetap mencoba adaptif dengan komunitas lain walau tidak

harus menanggalkan sikap dan filosofi yang mereka pegang.

Pesan yang ingin disampaikan dari gaya hidup Mod adalah mereka

menganggap Mod sebagai cara hidup atau way of life. Mod adalah sebuah kultur

yang berpikir modern, dapat menerima pemikiran-pemikiran atau kultur baru dari

mana saja, tanpa melupakan budayanya sendiri. Mempunyai semangat

penampilan dan dandanan yang selalu rapi, serta tidak lupa penyamarataan kelas,

dalam artian penyeragaman kelas, tidak membeda-bedakan status sosial.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

Bagaimana Komunitas “Beat Boys” Bandung merepresentasikan Mod sebagai

gaya hidup?

��������������������������������������������������������������%���5������������7� ��1���������������������

Page 25: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

1.3 Identifikasi Masalah

Selanjutnya, rumusan masalah diatas dapat dibuat pernyataan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana gaya hidup komunitas “Beat Boys” Bandung?

2. Bagaimana pola komunikasi yang dibangun oleh anggota komunitas

“Beat Boys” Bandung?

3. Bagaimana pesan simbolik yang dipergunakan oleh anggota komunitas

“Beat Boys” Bandung dalam mengaplikasikan gaya hidup mereka?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gaya hidup komunitas “Beat Boys” Bandung

2. Untuk mengetahui pola komunikasi yang dibangun oleh anggota

komunitas “Beat Boys” Bandung

3. Untuk mengetahui pesan simbolik yang dipergunakan oleh anggota

komunitas “Beat Boys” Bandung dalam mengaplikasikan gaya hidupnya.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

• Penulis berharap penelitian ini nantinya dapat berguna bagi ilmu

komunikasi secara khusus dan ilmu sosial secara umum, terutama

dengan menggunakan teori interaksi simbolik melalui pendekatan

culture studies

Page 26: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

• Mengembangkan ilmu komunikasi khususnya pada teori interaksi

simbolik dalam perspektif budaya komunitas “Beat Boys”, karena

komunitas “Beat Boys” adalah sebuah komunitas yang diadaptasi

dari komunitas Mod yang tumbuh pertama kalinya di masyarakat

Inggris, serta mengimplementasikan teori ke dalam realitas.

• Memberikan gambaran bagaimana gaya hidup dapat menjadi salah

satu sarana komunikasi

• Memberikan pemahaman bagaimana seorang penulis

mempresentasikan ide-idenya berdasarkan atas fenomena

disekitarnya

1.5.2 Kegunaan Praktis

Penulis harapkan hasil analisis interaksi simbolik dengan

pendekatan culture studies dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca

bahwa gaya hidup Mod dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda

serta mudah-mudahan pembaca mendapatkan pelajaran dari uraian yang

penulis buat, agar bisa diambil maknanya, baik dan buruknya, juga

memperkaya wawasan kita khususnya dalam wacana gaya hidup.

1.6 Alasan Pemilihan Masalah

Penulis memiliki beberapa alasan dalam memilih masalah, sebagai berikut :

1. Pada saat ini gaya hidup semakin berkembang sehingga sangat menarik

untuk diamati dan dianalisis bagaimana suatu gaya hidup dapat muncul

Page 27: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dan diminati. Mod merupakan gaya hidup yang tersegmentasi yang

menarik untuk diteliti.

2. Gaya hidup adalah suatu hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Mod

sebagai gaya hidup merupakan sesuatu yang sangat penting mengingat

bahwa penerapan suatu gaya hidup akan memberikan akibat baik atau

buruk bagi orang yang bersangkutan.

3. Menerapkan Mod sebagai gaya hidup merupakan pilihan bagi orang-

orang atau komunitas tertentu sehingga perlu untuk dianalisis.

1.7 Pengertian istilah

1. Mod adalah (diambil dari kata modernist) merupakan sebuah subkultur

anak muda dikalangan working class yang berkembang pada akhir 1950-

an engan obsesi terhadap fashion, musik dan skuter. Mod terbentuk

setelah golongan teddy boys yang hilang ditelan jaman. Sebagai subkultur

yang terus berkembang hingga kini, Mod terus bergerak. Gelombang

pertama Mod pada tahun 1958 ditandai oleh fenomena para remaja yang

menyadari keberadaan mereka sebagai sebuah kelompok modern. Kultur

Mod pada gelombang ini dimulai dengan penolakan sikap kampungan dan

kasar dari selera tahun 50-an peninggalan Teddy Boys.

2. Gaya Hidup adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari

bagaimana penggunaan waktu (aktivitas); minat tentang pentingnya

lingkungannya; dan pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia

sekelilingnya. .(James Lull, 1998; lampiran)

Page 28: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

3. Culture Studies mencoba menjelaskan tentang fenomena masyarakat

kontemporer, dalam pengertian masyarakat informasi atau masyarakat

kapitalisme lanjut. Misalkan beberapa tema yang dikaji adalah lifestyle,

fashion, subculture, atau kelompok-kelompok monoritas. Asumsi yang

digunakan dalam hal ini adalah adanya konflik ideologi atau identitas di

masyarakat.(John Storey, 13;2008)

4. Identitas adalah istilah ini, dari sudut budaya, mengacu pada rasa

memiliki, rasa aman, rasa diakui, dan rasa berarti yang dapat dirasakan

oleh seseorang sebagai anggota suatu kelompok yang terikat bersama oleh

nilai dan gaya hidup yang sama.(James Lull, 1998; lampiran)

5. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam

komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki

maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan

sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin

communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari

communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau

banyak.(James Lull, 1998; lampiran)

6. Subkultur adalah sekelompok orang yang mempunyai nilai dan gaya

hidup berbeda dari budaya dominan atau yang merupakan arus utama, dan

dengan cara demikian menyatukan kelompok itu dan menciptakan

identitas bagi para anggotanya. Subkultur dapat melingkupi seluruh atau

sebagian cara hidup, dapat bertentangan dengan budaya arus utama atau

hidup berdampingan dengannya sebagai sebuah alternative yang

melengkapi, tidak-menentang. .(James Lull, 1998; lampiran)

Page 29: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

7. Interaksi Simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus

dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. (Deddy Mulyana, 2008:68)

1.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran yang menjadi dasar acuan dan

titik tolak penulis sebelum melakukan penelitian. Untuk itu, kegunaan kerangka

pemikiran dalam sebuah penelitian sangatlah penting. Pada penelitian ini penulis

mencoba meneliti mengenai interaksi simbolis gaya hidup komunitas “Beat

Boys” Bandung.

Bagan 1.1

Bagan Kerangka Pemikiran

(data penulis)

Dari sekian banyak pengertian komunikasi yang ada, ada beberapa pengertian

komunikasi yang dirasa sesuai dengan penelitian penulis. Diantara sekian banyak

pengertian komunikasi, pengertian komunikasi yang dirasa sesuai adalah

pengertian komunikasi dari Tubbs dan Moss, dalam pengertiannya

mendefinisikan komunikasi sebagai : “proses penciptaan makna antara dua orang

atau lebih.” Sedangkan Gudy Kunst dan Kim mendefinisikan komunikasi sebagai

Page 30: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

“proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-

orang.” (Mulyana, 2005: 59).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa objek penelitian ini adalah

interaksi simbolik gaya hidup komunitas “Beat Boys”, jadi penulis melihat gaya

hidup komunitas Mod “Beat Boys” lewat perspektif interaksi simbolik. Gaya

Hidup adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari bagaimana

penggunaan waktu (aktivitas); minat tentang pentingnya lingkungannya; dan

pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya. (James Lull, 1998;

lampiran) lingkungan tempat seseorang berinteraksi dengan yang lainnya karena

mempunyai kesamaan gaya hidup.

Gaya hidup seseorang berlangsung dalam sebuah komunitas, individu-

individu sebagai bagian dari struktur sosial (kelompok) cenderung untuk menjalin

hubungan satu sama lain. Salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat dapat

berhubungan, adalah dengan menjalin komunikasi secara terbuka (mempunyai

ketertaikan yang sama terhadap suatu hal). Menurut Weber, tindakan bermakna

sosial sejauh, berdasarkan makna subjektifnya yang diberikan oleh individu atau

individu-individu, tindakan itu mempertimbangkan perilaku yang lain dan

karenanya diorintasikan dalam penampilannya. (dalam Mulyana, 2008: 61)

Dalam suatu kelompok, pasti ada interaksi yang terjadi, jadi dapat dipastikan

pula ada komunikasi yang terjadi di dalamnya. Adapun menurut Michael

Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai

interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang

mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota

yang lain secara tepat.

Page 31: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama, sedangkan

kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy

Mulyana, 2005).

Manusia adalah makhluk sosial. Hampir semua yang kita lakukan dalam

kehidupan kita berkaitan dengan orang lain. Ketimbang memandang perilaku

sosial sebagai produk interaksi, teori sosial memusatkan perhatian pada kualitas

alamiah yang terkandung dalam individu manusia.

Teori sosial mempunyai sub teori, yaitu teori tindakan, teori tindakan

menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada kehidupan

sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu sama lain dalam kondisi

sosial secara individual, bukan tingkat makro yakni cara seluruh struktur

masyarakat memengaruhi perilaku individu. Para ahli dalam teori tindakan

berpendapat bahwa kita sebagai tidak boleh berpikir tentang masyarakat sebagai

struktur-struktur yang sudah ada, yang tidak tergantung pada interaksi individual.

Bagi teori tindakan, masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan

penyebab. (dalam Jones, 2009: 24). Teori tindakan menekankan bahwa kita

memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai

dunia di sekeliling.

Lebih banyak hal yang dibicarakan tentang tindakan sosial daripada

interpretasi terhadap tindakan. Dalam kehidupan, ketika kita berinteraksi dengan

orang lain, mereka ingin kita mencapai interpretasi tertentu dari tindakan mereka

– mereka ingin kita berpikir satu hal tentang mereka bukan hal yang lain.

Page 32: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Simbol gaya hidup seperti pakaian, musik, dan kendaraan seringkali dapat

mengkomunikasikan makna-makna, dan mengorganisasi interpretasi orang lain

secara cukup tepat, dan digunakan untuk berinteraksi secara bermakna satu sama

lain, hal itu merupakan interaksi sosial yang bermakna.

Interaksi simbolik merupakan suatu faham yang menyatakan bahwa setiap

hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan

kelompok, kemudian kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah

karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya peda diri

masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi.(Effendy : 1989,352).

Pengaruh interaksionisme yang paling umum adalah pandangan bahwa

kita mengguankaan interpretasi orang lain sebagai bukti “kita pikir siapa kita”

(konstruksi citra diri). Berarti, citra diri – kesadaran identitas kita – adalah produk

dari cara orang lain berpikir tentang kita. Kita bertemu dengan banyak orang,

semua menanggapi kelakuan kita sesuai dengan simbolisasi yang kita bangun.

Mereka menginterpretasikan perilaku kita sesuai dengan bukti yang tersedia bagi

mereka, kemudian mereka bertindak kepada kita berdasarkan interpretasi tersebut

( Jones, 2009:142 ).

Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis

berikut :

Pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespons

lingkungan, termasuk objek fisik dan objek sosial berdasarkan makna yang

dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua,

makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek,

melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Apa saja bisa dijadikan

simbol, dan karena itu hubungan logis antara nama atau simbol dengan objek

Page 33: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

yang dirujuknya. Melalui penggunaan simbol itulah, manusia dapat berbagi

pengalaman dan pengetahuan tentang dunia. Ketiga, makna yang

diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan

perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. (dalam Mulyana, 2008:

71-72)

George Ritzer (dalam Mulyana, 2008:73) meringkaskan teori interaksi

simbolik ke dalam prinsip-prinsip, sebagai berikut :

1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir.

2. Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi sosial. 3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang

memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yang berfikir.

4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia.

5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi.

6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kamampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relative, dan kemudian memilih salah satunya.

7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat.

Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang

berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme

simbolik adalah fenomenologi. Namun, dibanding penelitian naturalistik dan

etnografi yang juga memanfaatkan fenomenologi, interaksonisme simbolik

memiliki paradigma penelitian tersendiri. Model penelitian ini pun mulai

bergeser dari awalnya, jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kulturl antar

personal, sekarang telah berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau

kelompok.

Page 34: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas

manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (dalam

Mulyana, 2008: 68).

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari

sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus

dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur

perilaku mereka dengan mempertimbangkan pandangan orang lain sebagai orang

yang sama-sama berinteraksi. Perilaku seseorang yang berinteraksi dapat dilihat

dari bagaimana mereka mendefinisikan orang lain, situasi, objek, dan

mendefinisikan diri mereka sendiri.

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”, perilaku

manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di

sekeliling mereka.

Gaya hidup Mod, komunitas “Beat Boys” Bandung terjadi, karena para

anggotanya mempunyai ketertarikan yang sama pada suatu hal, seperti musik,

fashion, dan kendaraan. Karena dalam sebuah komunitas terdapat interaksi yang

terjadi, pasti ada komunikasi yang berlangsung didalamnya. Komunikasi yang

terjadi disinilah yang dapat dianalisis dengan perspektif interaksi simbolik,

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku

manusia yang terpantul dalam komunikasi.

Bahasa nonverbal yang sangat berkaitan dengan teori interaksi simbolik yang

lebih menekankan pada makna mempunyai padanan dengan bahasa verbal.

Dalam sebuah komunitas, karena kedekatan dan intensitas pertemuan yang

Page 35: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

mempunyai kuantitas, sering terdapat bahasa-bahasa verbal yang hanya

kelompok tersebut mengerti yang menandakan kedekatan.

1.10 Teknik Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan : menggunakan buku-buku dan referensi lainnya

yang relevan sebagai penunjang penelitian, mengumpulkan berita-

berita dari media massa, seperti surat kabar, majalah, tabloid, sampai

situs-itus di Internet.

b. Wawancara : dalam penelitian ini diperlukan untuk mencari

informasi seputar Mod sebagai gaya hidup dengan berbagai pihak

yang berkaitan dengan penelitian, dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan dan tidak menutup kemungkinan secara tulisan.

Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang

tidak mungkin diperoleh lewat observasi.Disini penulis melakukan

wawancara kepada beberapa narasumber (key informan) yang

mengetahui seluk beluk Mod juga paham tentang Mod Sebagai Gaya

Hidup Komunitas Beat Boys Bandung. Maka, narasumber dalam

wawancara yaitu:

1. Lucky Airlangga sebagai anggota Beat Boys Bandung.

2. Erwino Sakti sebagai anggota Beat Boys Bandung.

3. Daud Fallahien sebagai anggota Beat Boys Bandung

4. Gerry Gilban Rizali sebagai anggota Beat Boys Bandung

5. Roni Anwar sebagai anggota Beat Boys Bandung

6. Gustaf H. Iskandar sebagai Pengamat Life Style

Penulis memilih narasumber No.1-5 karena kelimanya adalah

anggota dari komunitas “Beat Boys ” Bandung, sedangkan

Page 36: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

narasumber No. 6 adalah pengamat gaya hidup, serta telah

membuat karya tulis yang telah dibukukan yang berjudul

“Resistensi Gaya Hidup, Teori dan Realitas”.

c. Observasi : penulis akan melihat pemahaman yang tidak terucapkan,

bagaimana teori digunakan langsung, dan sudut pandang responden

yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survey.

Observasi ini diperlukan jika informan tidak bersedia atau tidak

mungkin diwawancarai.

1.11 Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis bersifat observasi langsung, untuk

mengetahui apa saja yang dilakukan, kebiasaan, dan makna yang terjandung

didalamnya. Penelitian ini berlangsung sekitar lima bulan, mulai tanggal 5 Maret

2010- 27 Juli 2010.

Page 37: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

1.12 Validitas dan Reliabilitas

Reliabilitas dalam riset kualitatif adalah istrumen utama nya. Adapun

untuk reliabilitas terhadap data yang penulis peroleh. Penulis akan

menyajikannya sebagaimana yang dicantumkan oleh Cristine Daymon, sebagai

Audit Trail, yang berarti melakukan dokumentasi terperinci selama riset

berlangsung, melakukan dokumentasi terhadap semua bahan yang di dapat,

seperti dokumentasi mengenai gaya hidup dari berbagai sumber (litelatur,

internet, dan majalah/tabloid), dokumentasi wawancara dengan Lucky, Daud,

Erwino, Uge, dan Kumbang sebagai pelaku Mod komunitas ”Beat Boys” dan

dokumentasi hasil wawancara dengan Gustaff Harriman Iskandar sebagai

pengamat gaya hidup dan salah satu penulis dalam buku ”Resistensi Gaya Hidup,

Teori dan Realitas”.

Jika data-data tersebut benar-benar memenuhi kriteria realibilitas,

selanjutnya adalah validitas. Validitas internal adalah sejauh mana temuan-

temuan riset memang ”benar” dan apakah benar-benar mencerminkan tujuan riset

dan realitas sosial dari semua pihak yang berpartisipasi.

Page 38: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Hakikat Komunikasi

Di manapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita selalu

membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Komunikasi adalah suatu topik

yang amat sering dierbincangkan di berbagai kalangan.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Ingris berasal dari

bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi,

yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara

sama.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar

ataupun yang salah. Seperti juga model ataupun teori, definisi harus dilihat dari

kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan

mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya

“Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik” atau terlalu

luas, misalnya “ Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau

lebih”1.

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari

definisi-definisi komunikasi. Definisi pertama adalah tingkat observasi (level of

������������������������������������������������������������������������8�������1����6�����(���� ����� ���,���������������!//&������3������3���� ����������������������%�*%!��

Page 39: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

observation), atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan

(intentionality). Sebagian definisi mencakup hanya pengiriman dan penerimaan

pesan yang disengaja; sedangkan sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat

ini. Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara

implicit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak

seperti itu.

Sebagaimana dikemukakan John R. Wenburgh dan William W. Wilmot

juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka

pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah,

komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

2.1.2 Definisi Komunikasi

Lewat komunikasi orang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk

istilah “komunikasi” itu sendiri. Hingga kini, terdapat ratusan definisi komunikasi

yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali suatu definisi komuniksi berbeda

atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya. Tahun 1976 saja Fank Dance

dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan.

Sekarang jumlah definisi yang telah dikemukakan para ahli tentu jauh lebih

banyak lagi.

Agar dapat mempermudah pemahaman tentang definisi komunikasi, para

ahli mengelompokan definisi komunikasi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah :

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael

Burgoon (dalam Mulyana, 2005: 61) disebut sebagai “definisi

berorientasi sumber”. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi

Page 40: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang

untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator.

• Definisi komunikasi menurut Bernard Berelson dan Gary A.

Steiner

“transmisi, informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan

sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol – kata-kata,

gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses

transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi”. Apabila

dilihat dari pembahasan, pengertian tersebut berkaitan dengan

atribut gaya hidup Mod yang dipakai seperti cara berpakaian,

dan penggunaan skuter yang mengidentifikasikan

keanggotaanya sebagai komunitas “Beat Boys”.

• Defrinisi komunikasi menurut Theodore M. Newcomb

”setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu

transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif,

dari sumber kepada penerimanya”

b. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-

akibat, yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi

dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan

satu arah. Namun, pandangan kedua ini masih membedakan para

Page 41: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap

berorintasi sumber, meskipun kedua peran itu dianggap bergantian.

Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi

kedua ini adalah umpan balik (feedback), yakni apa yang disampaikan

penerima pesan kepada sumber pesan sebagai petunjuk mengenai

efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya.

c. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena

makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat

pribadi. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain

yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang

lain tersebut atas pesan-pesan anda, dan pada gilirannya, mengubah

penafsiran anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya.

Komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengaja atau tidak,

dan bahkan menghasilkan respon yang tidak dapat diamati. Dalam

komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah menafsirkan

perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku

nonverbalnya.

• Definisi komunikasi menurut John R. Wenburg dan William

W. Wilmot :

“komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna”

• Definisi komunikasi menurut Judy C. Persons dan Paul E.

Nelsons :

Page 42: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

‘komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna”2

seperti inti dari interaksi simbolik, pertukaran simbol yang

diberi makna.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

William I. Gorden (dalam Mulyana, 2005: 5) membagi komunikasi

menjadi empat fungsi, yaitu :

a. Komunikasi Sosial

Komunikasi yang melibatkan individu denagn lingkungan sosialnya.

Komunikasilah yang memungkinkan individu membngun suatu

kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk

menafsirkan sitausi apapun dia hadapi. Fungsi komunikasi sebagai

komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu

untuk membangun konsep diri kita.

Dengan melakukan komunikasi berarti telah melakukan

pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan diri kita

mengenai siapa diri kita. George Herbert Mead (dalam Mulyana,

2005: 10) mengatakan setiap manusia mengambangkan konsep

dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu

dilakukan melalui komunikasi. Teori Mead tentang konsep diri ini

berlaku pula bagi pembentukan identitas etnik dalam arti bahwa

konsep diri diletakkan dalam konteks keetnikan, sehingga diri

dipandang spesifik secara budaya dan berlandaskan keetnikan.

�������������������������������������������������������������!����������8�������1�����6����(���� ����� ���,���������������!//&������3������3���� ����������������������)�*).�

Page 43: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Selain itu dengan melakukan komunikasi berarti telah menyatakan

eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkkan dirinya, hal

ini disebut dengan aktualisasi diri. Ketika kita berbicara dengan orang

lain, berarti kita telah menunjukan eksistensi kita. Dengan

komunikasi, seseorang berarti berusaha untuk menunjukkan

aktualisasinya pada orang lain.

Dengan komunikasi juga, berarti kita memupuk hubungan dengan

orang lain. Komunikasi dengan bentuk apapun, adalah bentuk dasar

adaptasi terhadap lingkungan. Melalui komunikasi pula dapat

memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan

mental kita. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapat

memeuhi kebutuhan emosional dan intelektual kita.

b. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif ini dapat dilakukan baik sendirian ataupun

dalam kelompok. Komunikasi ekspresif dilakukan untuk menjadi

instrument dalam menyampaikan perasaan-perasaan seseorang. Emosi

ini disampaikan terutama dengan pesan-pesan nonverbal. Komunikasi

ekspresif berguna untuk menunjang komunikasi verbal.

c. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif.

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Komunikasi

ritual ini contohnya apabila sedang diadakan upacara bendera, pda

salah satu sesinya para peserta menyayikan lagu Indonesia Raya.

Komunikasi ritual ini sering bersifat ekspresif, menyatakan perasaan

terdalam seseorang.

Page 44: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

d. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental diantaranya ialah menginformasikan,

mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakina dan mengubah

perilaku, atau juga menghibur. Komunikasi instrumental mengandung

tujuan untuk persuasive atau rujukan. Komunikasi instrumental ini

terdiri dari tujuan jangka panjang (pujian, kesan baik, simpati),

sedangkan tujuan jangka pendek yang harus diaraih dengan

kemampuan berkomunikasi (bernegosiasi, pidato, keahlian menulis).

Tujuannya adalah untuk mengubah sikap, pandangan, perilaku, atau

bahkan keyakinan.

2.1.4 Konteks-konteks Komunikasi

Kategorisasi berdasarkan tingkat paling lazim digunakan untuk melihat

konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta

komunikasi paling sedikit hingga komunikasi komunikasi yang melibatkan

jumlah peserta paling banyak. Terdapat empat tingkat komunikasi yang

disepakati banyak pakar. (dalam Mulyana, 2005: 69-77)

Komunikasi intra pribadi, adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita

sadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan

komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya.

Sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan

diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain).

Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan

komunikasi kita dengan diri sendiri.

Page 45: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunikasi antar pribadi, adalah komunikasi antara orang-orang secara

tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain

secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dari

komunikasi antar pribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua

orang, cirri-cirinya sebagai berikut : pihak-pihak yang berkomunikasi berada

dalam jarak yang sangat dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan

menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun

nonverbal. Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau

membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra untuk

mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan.

Komunikasi publik, adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan

sejumlah besar orang, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi

demikian sering disebut juga pidato, ceramah, atau kuliah umum. Komunikasi

public biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi

antar pribadi, karena komunikasi public menuntut persiapan yang cermat,

mempersiapkan untuk bertemu banyak orang.

Komunikasi organisasi, adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu

organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan

yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah

komunikasi menurut struktur organisasi, sedangkan komunikasi informal tidak

bergantung pada struktur organisasi.

Komunikasi massa, adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik

cetak maupun elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

dilembagakan, yang ditujukan pada sejumlah orang yang tersebar di banyak

tempat, anonim dan heterogen.

Page 46: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunikasi kelompok, adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi

yang dilakukan kelompok kecil tersebut. Komunikasi kelompok dengan

sendirinya melibatkan komunikasi antar pribadi.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Kelompok

2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah

keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite

yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi

kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori

komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Adapun

menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi

kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,

dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,

pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat

karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Telah banyak

klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam

kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

Page 47: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Adapun pengertian komunikasi kelompok menurut Alvin A. Goldberg adalah

suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu

berinteraksi dalam kelompok kecil, dan bukan deskripsi mengenai bagaimana

seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-

cara bagaimana yang harus ditempuh. Sebab, bagaimanapun juga dari sudut

pandang komunikasi kelompok sudah dapat dibayangkan bahwa dalam jangka

panjang pemusatan perhatian pada deskripsi dan analisa mungkin akan berguna

dalam menguatkan proses diskusi kelompok daripada seperangkat aturan yang

paling baik sekalipun.(dalam Goldberg, 1985: 8)

Sedangkan menurut Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)

mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara

tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi

informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya

dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Sementara komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara

seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua

orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak.

Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu

kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil; jika

jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi

kelompok besar.

2.2.2 Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)

mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-

Page 48: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan

kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-

anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati

kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik

komunikasinya, sebagai berikut: Kualitas komunikasi pada kelompok primer

bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang

paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita

tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala

yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder

komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Perbedaan antara kelompok primer dan

sekunder :

1. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan

kelompok sekunder nonpersonal.

2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan

daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

3. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan

kelompok sekunder instrumental.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan

kelompok sekunder formal.

2.2.3 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi

• Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)

Page 49: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan.

Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan

sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan

melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi

ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam

kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-

rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh

anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota

berikutnya untuk setuju juga.

• Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan

kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.

Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah.

Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-

menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini

terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang

menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi

kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan

adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah

yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah

yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,

respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-

peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

Page 50: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

• Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila

sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak

mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi

mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota

kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan

menentang lebih keras.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a.

melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya.

Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance)

tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok

dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka

keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh

anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya

dalam kegiatan kelompok.

Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik

kelompok, yaitu:

a. ukuran kelompok.

b. jaringan komunikasi.

c. kohesi kelompok.

Page 51: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

2.2.5 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma

dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-

orang dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan yang lainnya. Kadang-

kadang norma yang disebut oleh para sosiolog dengan nama “hukum” (law)

ataupun “aturan” (rule), yaitu prilaku-prilaku apa saja yang pantas dan tidak

pantas untuk dilakukan untuk suatu kelompok.

Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima,

maka peran (role) merupakan pola-pola prilaku yang diharapkan dari setiap

anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi

tugas dan fungsi pemeliharaan

2.2.6 Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang

berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam

komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah

kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas

yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang

berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". (James Lull, 1998;

lampiran)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community)

yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk

pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk

mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa

komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada

Page 52: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

pengalaman dan emosi bersama dan komunikasi berperan dan menjelaskan

kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk-bentuk

komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama, dan bahasa, dan masing-

masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap,

perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas

tersebut.

2.3 Tinjauan Gaya Hidup

2.3.1 Hakikat Tentang Gaya Hidup

Gaya hidup dipahami sebagai adaptasi aktif individu terhadap

kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan

bersosialisasi dengan orang lain. Cara berpakaian, konsumsi makanan termasuk

penggunaan zat-zat adiktif, cara kerja, dan bagaimana individu mengisi

kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup. Kepribadian

dianggap sebagai penentu gaya hidup, dan oleh karena kepribadian setiap

manusia unik, gaya hidup pun unik. Gaya hidup dipahami sebagai tata cara hidup

yang mencerminkan sikap-sikap dan nilai dari seseorang (Hujatnikajenong, 2006:

36).

Ketika satu gaya hidup menyebar kepada banyak orang dan menjadi mode

yang diikuti, pemahaman terhadap gaya hidup sebagai suatu keunikan tidak

memadai lagi digunakan. Gaya hidup bukan lagi semata tata cara atau kebiasaan

pribadi dan unik dari individu, tetapi menjadi sesuatu yang diadopsi oleh

sekelompok orang. Sebuah gaya hidup bisa menjadi populer dan diikuti oleh

banyak orang. Sifat unik dari gaya hidup tidak lagi dipertahankan. Orang tak

segan-segan mengikuti gaya hidup yang dianggap baik oleh banyak orang.

Page 53: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Beberapa kritikus memandang pengadopsian gaya hidup tertentu oleh banyak

orang sebagai indikasi dari masifikasi, pemassalan yang disebabkan oleh

ketidakmampuan mereka menemukan jati dirinya. Seiring dengan perkembangan

gejala gaya hidup itu, kajian tentangnya tak lagi menggunakan sudut pandang

psikologi individual. Kajian gaya hidup perlu melibatkan sudut pandang ilmu

sosial yang menempatkan manusia sebagai individu dalam masyarakat dan

dipengaruhi oleh kehidupan bersama. Pengertian gaya hidup pun bergeser

menjadi tata cara hidup yang mencerminkan sikap-sikap, nilai, dan norma

kelompok sosial tertentu. (Hujatnikajenong, 2006: 37)

Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun kolektif,

mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup mencakup

sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola respons terhadap hidup, serta

terutama perlengkapan untuk hidup (Hujatnikajenong, 2006:37). Cara bukan

sesuatu yang alamiah, melainkan hal yang ditemukan, diadopsi atau diciptakan,

dikembangkan, dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai

tujuan tertentu. Untuk dapat dikuasai, sebuah cara harus diketahui, digunakan,

dan dibiasakan. Selain itu, sebuah cara bisa melibatkan penggunaan alat-alat

tertentu.

2.3.2 Definisi Gaya Hidup

Gaya Hidup adalah pola hidup seseorang yang diidentifikasikan dari

bagaimana penggunaan waktu (aktivitas); minat tentang pentingnya

lingkungannya; dan pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya.

(James Lull, 1998; lampiran)

Life style atau dalam bahasa Indonesia gaya hidup adalah perilaku seseorang

yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan

Page 54: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan

frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan

konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia

ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan

bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status

sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-

simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku

konsumsinya.

Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan

istilah budaya. Memang budaya dapat didefinisikan sebagai: “keseluruhan gaya

hidup suatu masyarakat – kebiasaan/adat-istiadat, sikap dan nilai-nilai mereka,

serta pemahaman yang sama yang menyatukan mereka sebagai suatu

masyarakat” (Kepart, 1982:93). Gaya hidup adalah seperangkat praktik dan sikap

yang masuk akal dalam konteks tertentu.

Masyarakat mengadopsi gaya hidup, dari proses belajar yang mereka

dapatkan dari berbagai media seperti majalah, Koran, buku, internet, televisi,

radio, dll. Dari proses inilah masyarakat memilih mana yang paling cocok dengan

kepribadiannya, sehingga mereka dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan

gaya hidup yang mereka pilih.

Pada saat ini sistem globalisasi telah menghilangkan batas-batas budaya

lokal, nasional, maupun regional, sehingga arus gelombang gaya hidup global

dengan mudahnya berpindah-pindah tempat dengan perantara media massa. Akan

tetapi, gaya hidup yang berkembang saat ini lebih beragam, mengambang dan

tidak hanya dimiliki oleh satu masyarakat khusus, bahkan para konsumer pun

dapat memilih dan membeli gaya hidupnya sendiri. Bahkan menurut Alvin

Page 55: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Toffler saat ini terjadi kekacauan nilai yang diakibatkan oleh runtuhnya sistem

nilai tradisional yang mapan sehingga yang ada hanyalah nilai-nilai terbatas

seperti kotak-kotak nilai. Gaya hidup memang menawarkan rasa identitas dan

sekaligus alat untuk menghindari kebingungan karena begitu banyak pilihan.

(dalam Skripsi Tubagus Anugerah 10080002065, 2008: 28)

Manusia bergerak dalam tanda-tanda yang berkemampuan meletakkan

pada dirinya suatu diskursus tertentu yang mampu meminjaminya sebuah

identitas. Pada tataran kehidupan tertentu, diskursus ini menjadi gaya hidup

ketika diambil dan diangkat dalam kesadaran berperilaku. Gaya hidup, dengan

demikian manifestasinya selalu berada dalam ranah kesadaran. Meski dorongan

untuk bergaya bisa jadi memang berasal dari ranah ketidaksadaran. Karena

berada pada ranah kesadaran, maka gaya hidup selalu pula berada pada ranah

kemasukakalan bagi orang yang memanifestasikannya.

2.3.3 Teori Gaya Hidup Menurut Adler

Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi

yang sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan

kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka.

Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang berjuang untuk mencapai superioritas atau kompetensi

personal

2. Setiap orang mengembangkan gaya hidup dan rencana hidup yang sebagian

disadar atau direncanakan dan sebagian tidak disadari.

Page 56: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

a. Gaya hidup seseorang mengindikasikan pendekatan yang konsisten pada

banyak situasi

b. Rencana hidup dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan

mengarah pada tujuan yang diperjuangkan seseorang untuk dicapai

3. Kualitas kepribadian yang sehat adalah kapasitas untuk mencapai “fellow

feeling” atau Gemeinschaftgefuhli, yang fokus pada kesehjateraan orang lain.

Adler menyebunya minat sosial.

4. Ego merupakan bagian dari jiwa yang kreatif. Menciptakan realitas baru

melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut

dengan fictional goals.

• Inferioriy dan Superiority

Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan

inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan

berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti

merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau

keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap

orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur

membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih

matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik

dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba

untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal

seseorang.

Page 57: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat

membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority

complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex

selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan

inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini

bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten,

berprestasi dan kreatif.

• Social Interest

Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain

yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku

seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu

lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu

menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang

anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat

membantu anak untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan

cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam

lingkungan sosialnya.

Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai

superior dengan cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat

mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik,

psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya

memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan

Page 58: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan

cara kerja sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi.

Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan tercapainya

tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas

personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang

sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior

dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.

• Style of Life

Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap

manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan

dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu

dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara

yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam

mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup

tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna

yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik

seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur

kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka

berjuang untuk mencapai hal tersebut.

Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan

oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan

dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut.

Page 59: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan

dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.

2.4 Teori Interaksionisme Simbolik

Teori sosial mempunyai sub teori, yaitu teori tindakan, teori tindakan

menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada kehidupan

sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu sama lain dalam kondisi

sosial secara individual, bukan tingkat makro yakni cara seluruh struktur

masyarakat memengaruhi perilaku individu. Mereka berpendapat bahwa kita

tidak boleh berpikir tentang masyarakat sebagai struktur-struktur yang sudah ada,

yang tidak tergantung pada interaksi individual. Bagi teori tindakan, masyarakat

adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan penyebab. (dalam Jones, 2009:

24)

Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan

sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia di sekeliling.

Lebih banyak hal yang dibicarakan tentang tindakan sosial daripada

interpretasi terhadap tindakan. Dalam kehidupan, ketika kita berinteraksi dengan

orang lain, mereka ingin kita mencapai interpretasi tertentu dari tindakan mereka

– mereka ingin kita berpikir satu hal tentang mereka bukan hal yang lain.

Simbol gaya hidup seperti pakaian, musik, dan kendaraan seringkali dapat

mengkomunikasikan makna-makna, dan mengorganisasi interpretasi orang lain

secara cukup tepat, dan digunakan untuk berinteraksi secara bermakna satu sama

lain, hal itu merupakan interaksi sosial yang bermakna.

Perspektif interaksi simbolik memunculkan bahwa makna dan tindakan itu

sesungguhnya saling mempengaruhi dan proses interpretif yang terjadi di

Page 60: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dalamnya melibatkan pertukaran makna, suatu transaksi dimana sebab dan akibat

tidak dapat dibedakan. Manusia bertindak dengan mempertimbangkan segala hal

yang diamati dan mengarahkan perilakunya pada suatu perbuatan sebagaimana

yang ia interpretasikan. (Mulyana, 2007: 29)

Menurut pandangan interaksi simbolik, manusi dipandang sebagai pelaku,

pelaksana, pencipta, dan pengarah bagi dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk

yang memiliki jiwa dan semangat bebas dilihat dari kualitas manusia yang

tercipta secara sosial. Tindakan tidak selalu diarahkan pada diri sendiri, namun

juga ada alternative-alternatif lain, seperti emosi, luapan perasaan, dan kebiasaan-

kebiasaan lain. Hal ini membawa kita pada respons yang dilakukan tanpa

berpikir, tanpa pemecahan masalah, tanpa mempertimbangkan masa lalu dan

masa depan, dan tanpa pengambilan peran yang ditetapkan secara baku.

Interaksi Simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus dan

menimbulkan interpretasi atau penafsiran3.Sementra menurut Mead, esensi

interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia,

yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (Mulyana,

2008:68).

Menurut Bluumer (Spardley, 1997:7, dalam Suwardi Endraswara, UGM

Press) ada beberapa premis interaksionisme simbolik yang perlu dipahami

peneliti budaya, yaitu sebagai berikut :

Pertama, manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh

berbagai hal itu kepada mereka.

Kedua, dasar interasionisme simbolik adalah “makna berbagai hal itu berasal

dari, atau muncul dari interasi sosial seorang dengan orang lain.” Kebudayaan �������������������������������������������������������������$�(dalam http//:[email protected])�

Page 61: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

sebagai suatu sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki,

dipertahankan, dan didefinisikan dalam konteks orang yang berinteraksi.

Ketiga, dari interaksionisme simbolik bahwa makna ditangani atau dimodifikasi

melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya

dengan berbagi hal yang dia hadapi.

Di samping tiga premis tersebut, Muhadjir ( 2000: 184-185, dalam

Suwardi Endraswara, UGM Press) menambahkan tujuh proposisi, yakni :

Pertama, perilaku manusia itu mempunyai makna di balik yang menggejala.

Kedua, pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumbernya ke dalam interaksi

sosial. Ketiga, komunitas manusia itu merupakan proses yang berkembang

holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga. Keempat, pemaknaan

berlaku menurut penafsiran fenomenologi, yaitu sejalan dengan tujuan, maksud

dan bukan berdasarkan mekanik. Kelima, konsep mental manusia berkembang

secara dialektik. Keenam, perilaku manusia itu, wajar, konstruktif, dan kreatif,

bukan elementer-reaktif. Ketujuh, perlu menggunakan metode introspeksi

simpatetik, menekankan pendekatan intuitif untuk menangkap makna.

Melalui premis dan proposisi di atas, muncul tujuh prinsip

interaksionisme simbolik dalam Muhadjir ( 2000: 184-185, dalam Suwardi

Endraswara, UGM Press) yaitu :

1. Simbol dan interaksi menyatu. Karena itu, tidak cukup seorang peneliti hanya merekam fakta, melaikan harus sampai pada konteks.

2. Karena simbol juga bersifat personal, diperlukan pemahaman tentang jati diri pribadi subyek penelitian.

3. Peneliti sekaligus mengaitkan antara simbol pribadi dengan komunitas budaya yang mengintarinya.

4. Perlu direkam situasi yang melukiskan simbol. 5. Metode perlu merefleksikan bentuk perilaku dan prosesnya. 6. Perlu menangkap makna dibalik fenomena. 7. Ketika memasuki lapangan, sekedar mengarahkan pemikiran subyek,

akan lebih baik.

Page 62: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Dalam setiap gerak, perilaku budaya akan berinteraksi dengan yang lain.

Pada saat itu, mereka secaa langsung maupun tidak langsung telah memberikan

stock of culture yang luar biasa banyaknya.

Menurut pandangan model interaksionisme simbolik, perilaku budaya

akan berusaha menegakkan aturan-aturan, hukum, dan norma yang berlaku bagi

komunitasnya. Jadi, bukan sebaliknya interaksi mereka dibingkai oleh aturan-

aturan mati, melainkan melalui interaksi simboik akan muncul aturan-aturan yang

disepakati secara kolektif. Makna budaya akan tergantung proses interaksi

perilaku. Makna biasanya muncul dalam satuan interaksi yang kompleks, dan

kadang-kadang juga dalam interkasi kecil antar individu.

Interaksi selalu berorientasi ke masa depan, kepada apa yang akan

dilakukan oleh orang lain, dan satu-satunya cara bagi seseorang untuk menduga

masa depan adalah dengan cara saling mengambil peranan.

Dalam deskripsi Mead, proses “pengambilan peran” menduduki tempat

penting. Interaksi berarti bahwa peserta masing-masing memindahkan diri

mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Dengan demikian, mereka

mencoba mencari arti maksud yang oleh pihak lain diberikan kepada aksinya,

sehingga komunikasi dan interaksi dimungkinkan. Jadi, interaksi tidak hanya

berlangsung melalui gerak-gerak saja, melainkan terutama melalui simbol-simbol

yang perlu dipahami dan dimengerti maknanya. (dalam Sobur, 2009:195)

Intraksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum tentang

komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer memisahkan

tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari interaksionisme

simbolik. Masing-masing hal tersebut mengidentifikasikan sebuah konsep sentral

Page 63: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

mengenai tradisi yang dimaksud (Littlejohn, 1996:159-160 dalam Mulyana,

2008:196) :

1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol.

2. Berbagai makna dipelajari melalaui interaksi di antara orang-orang. Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok-kelompok sosial.

3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-orang.

4. Tingkal laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian masa lampau saja, namun juga dilakukan secara sengaja.

5. Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.

6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi.

7. Kita tidak bisa memahami pengalaman seorang individu dengan mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui.

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari

sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus

dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur

perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi

mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan pada orang lain, situasi,

objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka.

Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls,

tuntutan budaya, atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanya berdasarkan

definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka.

Dalam pandangan interaksi simbolik, proses sosial dalam kehidupan

kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan aturan-

aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok.

Page 64: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Penggunaan simbol yang dapat menunjukan sebuah makna tertentu,

bukanlah sebuah proses interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan

resmi, melainkan hasil dari proses interasi sosial.

Makna adalah produk interasi sosial, karena itu makna tidak melekat pada

objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu

dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya

objek fisik, tindakan atau peristiwa, bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan

atau peristiwa itu. (Arnold M Rose 1974:143 dalam Deddy Mulyana 2001:72)

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan

individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam

kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan

objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah

pemaknaan. Respon yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal

ataupun didapat dari proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana

individu tersebut mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi, peranan

individu sendirilah yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon

dalam kehidupan sosialnya.

Makna yang merupakan hasil interpretasi individu dapat berubah dari

waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan dari faktor-faktor yang berkaitan

dengan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan

adanya perubahan terhadap hasil interpretasi barunya. Dan hal tersebut didukung

pula dengan faktor bahwa individu mampu melakukan proses mental, yakni

berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud

proses membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lalukan.

Page 65: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Individu dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari dan

memikirkan alernatif kata yang akan ia ucapkan.

Menurut pandangan Mead, perilaku merupakan produk dari penafsiran

individu atas objek di sekitarnya. Makna yang mereka berikan kepada objek

berasal dari interaksi sosial dan dapat berubah selama interaksi itu berlangsung.

Konsep tentang “self” atau diri merupakan inti dari teori interaksi simbolik. Mead

menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial

individu dengan orang lain. (Deddy mulyana, 2001:73)

Diri sendiri (the self), dalam pandangan ahli interaksionisme simbolik

merupakan objek sosial dalam hubungan dengan orang lain dsebuah proses

interaksi. Dengan demikian individu melihat dirinya sendiri ketika ia berinteraksi

dengan orang lain4.

Interaksi selalu berorientasi ke masa depan, kepada apa yang akan

dilakukan oleh orang lain, dan satu-satunya cara bagi seseorang untuk menduga

masa depan adalah dengan cara saling mengambil peranan.

Dalam deskripsi Mead, proses “pengambilan peran” menduduki tempat

penting. Interaksi berarti bahwa peserta masing-masing memindahkan diri

mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Dengan demikian, mereka

mencoba mencari arti maksud yang oleh pihak lain diberikan kepada aksinya,

sehingga komunikasi dan interaksi dimungkinkan. Jadi, interaksi tidak hanya

�������������������������������������������������������������

%�(dalam : http://wwisanggeni.blog.friendster.com)

Page 66: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

berlangsung melalui gerak-gerak saja, melainkan terutama melalui simbol-simbol

yang perlu dipahami dan dimengerti maknanya. (dalam Sobur : 2009)

2.4.3 Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal

(Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol,

dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan

dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama

untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa

hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok

sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua

kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa.

Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan

dirangkaikan supaya memberi arti.

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi

merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan

pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan

pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga

fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

Page 67: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,

Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya

bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

• Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja

yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada

masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

• Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul

dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka

untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan

lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

• Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri

kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

• Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:

orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata

tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas,

tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya

bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Page 68: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-

buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

• Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi

dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang

sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna

yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat;

kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang

berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

• Kata-kata mengandung bias budaya.

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai

kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak

mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir

sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun

dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari

budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka

mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang

Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di

Palembang dan Malaysia) berarti kamu.

Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang

artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang

sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita

memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan

pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut

Page 69: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari

budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama,

ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal

pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

• Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian),

penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan

kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika

melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul

10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang

bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama,

apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk

mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan

pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang

bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen,

yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah

kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara

jam-jam kerjanya.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam

bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian

(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik

(lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam

berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana

Page 70: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan

kesalahpahaman.

2.4.4 Komunikasi Non Verbal

Dalam “bahasa” komunikasi, simbol sering kali diistilahkan sebagai

lamabang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk

sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi

kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya

disepakati bersama.

Diam, sama kuatnya dengan pesan-pesan verbal yang diucapkan dalam

kata-kata. Dengan berdiam diri maka anda telah berkomunikasi secara nonverbal.

Terkadang mungkin tanpa suara, tanpa kata, atau mungkin dengan suara bernada

tinggi maupun rendah, dengan gerakan tubuh atau anggota tubuh, anda tetap

melakukan komunikasi nonverbal. Meskipun anda berdiam diri, namun

pernyataan wajah anda pun bisa menunjukan komunikasi antar pribadi dan

memberikan pesan dengan makna tertentu terhadap orang lain. Ingatlah ada

banyak pendapat yang menyatakan bahwa : diam itu emas. Satu gambar sama

nilainya dengan seribu kata.

Andapun dapat berkomunikasi melaui tanda-tanda, pakaian, melalui objek

lain (artefak) yang mengelilingimu. Demikian pula peradaban merupakan bagian

dari komunikasi nonverbal yang dapat dilakukan beurlang-ualng kali (bergantung

pada siapa anda raba) dalam situasi, konteks, budaya mana rabaan itu dilakukan.

Waktu dan ruang/jarak juga menggambarkan pesan nonverbal antar

pribadi. Prosemik adalah bahasa jarak, yang merupakan studi tentang jarak fisik

Page 71: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

ketika orang berkomunikasi yang mamp memperlihatkan mertapa jarang maupun

akrabnya dua orang.

Komunikasi nonverbal acapkali dipergunakan untuk menggambarkan

perasaan, emosi. Jika pesan yang anda terima melalui sistem verbal, tidak

menunjukan kekuatan pesan, maka anda dapat menerima tanda-tanda nonverbal

lainnya sebagai pendukung.

2.4.1.1 Karakteristik dan Fungsi Komunikasi Nonverbal

karakterisik komunikasi nonverbal sebagai berikut :

1. Prinsip umum komunikasi antar pribadi adalah manusia tidak dapat

menghindari komunikasi

Demikian pun anda tidak mungkin tidak menggunakan pesan nonverbal.

Itulah prinsip pertama. Diam juga adalah komunikasi.

2. Pernyataan pesan dan emosi.

Komunikasi nonverbal adalah model utama, bagaimana anda menyatakan

perasaan dan emosi. Anda selalu mengkomunikasikan tentang isi dan

tugas melalui komunikasi verbal. Bahasa verbal biasanya mengacu pada

pernyataan informasi kognitif; sedangkan nonverbal mengacu pada

pertukaran perasaan, emosi dengan orang lain dalam proses human

relation.

3. Informasi tentang isi dan relasi.

Komunikasi nonverbal selalu meliputi informasi tentang isi dari pesan

verbal. Komunikasi nonverbal member saya suatu tanda bahwa anda

memerlukan penjelasan terhadap pesan verbal. Dengan tanda yang sama

anda dapat menunjukan keinginan mendapatkan relasi.

Page 72: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

4. Reliabilitas dari pesan nonverbal

Pesan verbal ternyata dipandang lebih reliable daripada pesan nonverbal. Dalam

beberpa situasi antar pribadi pesan verbal ternyata tidak reliable sehingga perlu

komunikasi nonverbal.

Page 73: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

BAB III

METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mendekati jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi

adalah suatu pendekatan untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi

dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk

melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu

kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami

data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.

Seperti juga teori, metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan

tidak bisa dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah

penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan

peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan

kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya. Metode penelitian adalah

teknik-teknik spesifik dalam penelitian. Sebagian orang menganggap bahwa

metode penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi

menyamakan metode penelitian dengan teknik penelitian. Perbedaan perspektif

subjektif dan objektif (dalam Mulyana, 2008: 147) :

Page 74: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Tabel 3.1

Perbandingan antara Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif

Prinsip Tentang Perspektif Objektif Perspektif Subjektif

Sifat realitas

Sifat Manusia

(komunikator

atau peserta

komunikasi)

Sifat hubungan

dalam dan

menganai realitas

(komunikasi)

Hubungan antara

penelitian

dengan subjek

penelitian

Realitas (komunikasi)

diasumsikan tunggal, nyata

(objektif), eksternal, statis,

dan dapat dipecah-pecah dan

diatur oleh hukum-hukum

yang berlaku tetap dan

universal (meskipun

kenyataannya bersifat

probabilistik)

Aktor (komunikator) bersifat

pasif dan reaktif; perilaku

(komunikasi) dikendalikan

oleh situasi atau lingkungan

Terdapat hubungan sebab-

akibat (sebab nyata atau

variabel bebas yang

mendahului akibatnya atau

variabel terikat)

Peneliti bertindak sebagai

pengamat yang otonom,

terpisah atau beranjak dari

subjek penelitian, dan

berjangka-pendek.

Realitas (komunikasi)

bersifat ganda, rumit, semu,

dinamis (mudah berubah),

dikonstruksikan, dan holistik;

kebenaran realitas bersifat

relatif

Aktor (komunikator) bersifat

aktif, kreatif, dan memiliki

kemampuan bebas; perilaku

(komunikasi) secara internal

dikendalikan oleh individu.

Semua entitas secara simultan

saling mempengaruhi,

sehingga peneliti tidak

mungkin membedakan sebab

dari akibat.

Setaraf, empati, akrab,

interaktif, timbal balik, saling

mempengaruhi, dan

berjangka lama.

Page 75: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Tujuan

penelitian

Metode

penelitian

Analisis

Kriteria kualitas

penelitian

Menangani hal-hal bersifat

umum, dengan sempel

besar/representative

(lazimnya acak);menguji

teori; meramalkan peristiwa

serupa pada saat mendatang

(dus, perilaku komunikasi

dapat diramalkan karena

pelaziman lingkungan);

mencari generalisasi yang tak

terikat oleh konteks dan

waktu; menekankan

penelitian tentang efek

komunikasi

Deskriptif (wawancara

berstruktur, pengamatan

berstruktur), survey

(korelasional), eksperimen;

tekanannya pada pencarian

penjelasan kausal dan

mekanistik atas fenomena

komunikasi.

Deduktif; dilakukan setelah

data terkumpul; lazimnya

menggunakan statistik.

Objektivitas, reliabilitas, dan

validitas (menekankan

kesepakatan para peneliti,

Menangani hal-hal bersifat

khusus, bukan hanya perilaku

terbuka, tetapi juga proses

yang tak terucapkan, dengan

sampel kecil/ purposif,

memahami peristiwa yang

punya makna historis;

menekankan perbedaan

individu; mengembangkan

hipotesis (teori) yang terikat

oleh konteks dan waktu;

membuat penilaian

etis/estetis atas fenomena

(komunikasi) spesifik.

Deskriptif (wawancara tak

berstruktur/mendalam,

pengamatan berperan serta),

analisis dokumen, studi

kasus, studi historis-kritis;

penafsiran sangat ditekan

alih-alih pengamatan objektif.

Induktif; berkesinambungan

sejak awal hingga akhir;

mencari model, pola, atau

tema.

Otensitas, yakni sejauh mana

temuan penelitian

mencerminkan penghayatan

Page 76: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Peran nilai

kuantifikasi, dan replikasi

penelitian)

Nilai, etika, dan pilihan

moral peneliti tidak boleh

mencampuri proses

penelitian; penelitian yang

bebas-nilai dijamin oleh

metodologi objektif yang

digunakan.

subjek yang diteliti

(komunikator).

Nilai, etika, dan pilihan moral

peneliti melekat dalam proses

penelitian (penelitian masalah

penelitian, tujuan penelitian,

paradigm, teori dan metode/

teknik analisis yang

digunakan,dsb).

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan metode yang secara keseluruhan

memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk

deskriptif. Sebagai bagian dari perkembangan ilmu sosial, kualitas penafsiran

dalam metode kualitatif dengan demikian dibatasi oleh hakikat fakta-fakta sosial.

Artinya, fakta sosial adalah fakta-fakta sebagaimana ditafsirkan oleh subjek.

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain metodologi adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam

hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel

Page 77: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

(dalam Moleong, 2004;4)

Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Peneliti kualitatif bukanlah mencari

“kebenaran” mutlak. Peneliti kualitatif melihat dunia dari segi pandangannya atau

dari pandangan respondenya, karena setiap manusia mempunyai cara pandang

yang berbeda dalam melihat suatu hal. “kebenaran” bagi dunia kualitatif

bergantung pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam masyarakat ilmuan.

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut naturalistik,

karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, apa adanya, tanpa

dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif berdasarkan

atas dasar positivisme. Positivisme berpendirian bahwa kebenaran hanya satu,

sama bagi semua orang, dan dapat diperoleh adari lingkungan. Peneliti itu

objektif, terpisah dari dunia yang diamatinya, serta bebas nilai. (dalam Moleong,

1989: 10-11)

Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif, melainkan

makna-makna yang terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong

timbulnya gejala sosial tersebut. Sesuai dengan namanya, penelitian kualitatif

mempertahankan hakikat nilai-nilai. Oleh kerena itulah penelitian kualitatif

dipertentangkan denagn penelitian kuantitatif yang bersifat bebas nilai. Ciri

penting metode kualitatif:

Page 78: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan

hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian

sehingga makna selalu berubah.

3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek

peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung di

antaranya.

4. Desain dan kerangka penelitian besifat sementara sebab penelitian bersifat

terbuka.

5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya

masing-masing.

Alasan penulis memilih metode ini didasarkan pada anggapan bahwa

fenomena gaya hidup komunitas “Beat Boys” berisikan realitas fakta dan pesan-

pesan moral yang terkandung didalamnya sangat tepat diteliti secara mendalam.

Karena itu, peneliti menganggap penelitian kualitatif dapat memenuhi kapasitas

dari akar permasalahan yang penulis angkat. Penelitian ini menitikberatkan pada

segi alamiah dan berdasar pada karekter komunitas “Beat Boys”. Arah

penyusunan penelitian menitik beratkan kepada interaksi simbolik yang

disampaikan oleh komunitas “Beat Boys”, dilihat dari gaya hidupnya.

Seperti telah disinggung sebelumnya, penelitian tersebut dilihat dari sudut

komunikasi, penelitian ini berupaya untuk meneliti pola interaksi simbolik berupa

gaya hidup dari komunitas “Beat Boys” dan pesan moral yang terdapat dalam

gaya hidupnya yang dapat memikat pola pikir masyarakat mengenai nilai yang

Page 79: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

terkandung. Dalam penelitian kualitatif ini, interaksi simbolis dan temuan yang

ada pada gaya hidup komunitas “Beat Boys” akan dipaparkan secara deskriptif.

Karena objek adalah sebuah komunitas yang menganut gaya hidup Mod, yang

memunculkan interaksi simbolik maka penelitian diteliti dengan teori interaksi

simbolik, disertakan juga pendekatan culture studies untuk menganalis budaya

subkultur gaya hidup komunitas “Beat Boys” agar lebih terarah.

3.2 Cultural Studies

Dalam buku How to Do Media and Cultural Studies karya Jane Stokes

(2006: 19) menyebutkan : penelitian ke dalam media dan budaya dapat dibagi

menjadi tiga wilayah besar, dengan masing-masing memiliki kecenderungan

paradigma tertentu: teks, industri, dan khalayak. Di dalam masing-masing

wilayah ini, secara teoritis dimungkinkan untuk menggunakan metode apapun

yang digunakan dalam ilmu sosial atau humaniora. Namun dalam praktik maupun

konvensi, masing-masing wilayah memiliki tatanan metode yang berbeda terkait

dengan hal tersebut. Terkadang, penggunaan sebuah metode khusus mempelajari

sebuah fenomena tertentu didasarkan pada prinsip-prinsip epistimologis yang

tepat, tetapi kadang-kadang semua itu sekedar konvensi.

Dalam meneliti fenomena representasi Mod sebagai gaya hidup

komunitas “Beat Boys” tersebut masuk ke dalam wilayah khalayak, karena objek

yang diteliti adalah sebuah komunitas. Komunitas yang memaknai sebuah

budaya.

Cultural studies adalah sebuah pilihan pemaknaan budaya. Jika dipandang

dari aspek ontologis, cultural studies adalah upaya merefleksikan masalah-

Page 80: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

masalah yang muncul pada era transisi antara gejala modernisme dan

postmodernisme (Panju, 2002:59, dalam dalam Suwardi Endraswara, UGM

Press).

Ciri pokok Cultural Studies adalah pemakaian pemahaman positivistik. Di

dalamnya harus ada peninjauan unsur-unsur budaya dari sekian banyak

kebudayaan pada suatu wilayah. Usaha perbandingan tersebut, tak lain sebagai

arah mencari perampatan (generalisasi) dari suatu ciri, pengertian, keteraturan

struktural yang diperoleh – secara induktif dari penelitian kebudayaan tertentu.

Berbagai hal yang harus digali dalam cultural studies :

1. Persepsi, bagaimana tanggapan perilaku budaya satu dengan yang lain

ketika menerima atau menolak budaya yang hadir.

2. Kognisi, yaitu membandingkan pola pemikiran pendukung budaya

masing-masing.

3. Kepribadian dan jati diri, yaitu membandingkan kepribadian dan jati diri

pemilik budaya masing-masing.

Hubungan tersebut akan membentuk varian-varian budaya satu sama lain,

sehingga dapat ditentukan mana budaya transformasi dan mana budaya asli.

Salah satu pondasi terpenting bagi pendekatan yang memandang budaya

sebagai kegiatan sehari-hari adalah pemahaman tentang konstruksi sosial atas

realita. Dalam perspektif ini, realitas dipahamai dan diabaikan, diperbincangkan

dan dilupakan, dihidupi atau dimatikan, dikelola atau dirusak, dimanfaatkan atau

dihindari, berdasarkan sistem konstruksi yang beredar di kalangan warga

masyarakat.

Page 81: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Tugas cultural studies adalah membongkar dan memaparkan unsur-unsur

penyusunan konstruk tersebut dengan cara kerjanya, agar manusia sebagai subjek

dapat melibatkan diri secara aktif dalam dunia konstruksi.

Perhatian cultural studies terutama diberikan kepada kelompok atau individu

pelaku budaya yang terpinggirkan, yang suaranya tidak didengarkan, yang

kehadirannya diabaikan. Berkaitan dengannya, beberpa konsep terpenting dalam

pendekatan konstruksi sosial atas realitas adalah hegemoni dan identitas.

Cultural studies memberi perhatian terhadap kelompok minoritas dan

memandang realitas terdiri atas banyak konflik yang masing-masing mewakili

identitasnya. Dan konflik yang dimaksud adalah konflik ideologi.

Cultural studies atau biasa disebut kajian budaya adalah bidang yang

majemuk, berisi sebagai perspektif yang saling bersaing, yang melalui produksi

teori, berusaha mengintervensi politik kebudayaan. Kajian budaya mempelajari

kebudayaan sebagai praktik-praktik pemaknaan dalam konteks kekuasaan sosial.

Kisah pertama kajian budaya adalah pergeseran dari pemahaman

kebudayaan sebagai seni menuju pandangan bahwa kebudayaan sebagai sifat

keseharian, yang mencakup “keseluruhan cara hidup”. Kisah kedua kajian budaya

adalah tentang kedudukan kebudayaan dalam suatu formasi sosial, atau hubungan

antara kebudayaan dan praktik-praktik sosial lainnya seperti praktik ekonomi dan

politik. Kajia budaya menolak gagasan mengenai kebudayaan sebagai sesuatu

yang dideterminasi oleh kekautaan-kekuatan ekonomi, dan memilih

memahaminya sebagai kumpulan makna dan praktik otonom yang punya

logikanya sendiri. Logika ini disejajarkan dengan transformasi konsep

Page 82: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

kebudayaan yang semula adalah konsep pinggiran dalam ilmu-ilmu humaniora

dan sosial menjadi salah konsep utama dalam penelitiannya.

Cultural Studies sangat erat kaitannya dengan komunikasi, sebagaimana

kita ketahui, era penelitian komunikasi, area penelitian komunikasi sangatlah

luas, meliputi minat sejarahwan peradaban dan teorisi sosial, yang selalu

mengambil dari ide bahasa dan komunikasi sebagai elemen dasar dalam definisi

humanitas dan dalam konstruksi budaya. Gagasan komunikasi melibatkan

penggunaan dan penerapan sarana komunikasi, mulai dari penggunaan bahasa

hingga produksi dan reproduksi realitas sosial melalui media.

Simon During, dalam pengantar buku The Cultural Studies Reader

(1993), menunjukkan dua jalur genealogi cultural studies. Jalur pertama adalah

mereka yang melihat kebudayaan sebagai efek hegemoni. Dalam bingkai

hegemoni inilah kebudayaan terletak. Kebudayaan bukanlah ekspresi sistem nilai

suatu komunitas yang mencerminkan identitas kolektif, melainkan alat yang

memungkinkan hegemoni itu berfungsi dalam sistem dominasi. Perintis jalur ini

adalah Raymond Williams, Marxis dari Inggris, ketika ia mengkritik fenomena

terlepasnya "budaya" dari "masyarakat" dan terpisahnya "budaya tinggi" dari

"budaya sebagai cara hidup sehari-hari". Cultural studies jenis ini lebih

menekankan pembacaan budaya sebagai tindakan kontra hegemoni, resistensi

terhadap kuasa "dari atas", dan pembelaan terhadap subkultur.

Sedangkan cultural studies jalur kedua, yang mendapat banyak pengaruh dari

pemikiran poststrukturalisme Perancis, terutama Michel Foucault, menggeser

perhatiannya dari kontra hegemoni dan resistensi terhadap kuasa "dari atas"

menuju perayaan terhadap kemajemukan satuan-satuan kecil. Kebudayaan dilihat

Page 83: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

sebagai wacana pendisiplinan dan normalisasi, yang tidak tepat dihadapi dengan

macro-politics karena relasi kuasa bukanlah melulu bersifat vertikal (negara

versus masyarakat). Bagi Foucault, kekuasaan bersifat menyebar dan merata

dalam setiap hubungan dalam masyarakat, dan karena itu hanya bisa dihadapi

dengan semacam micro-politics, yang pernah dirumuskannya sebagai

insurrection of the subjugated knowledges (membangkitkan pengetahuan-

pengetahuan yang tertekan).

Dalam http://www.visi-bookstore.com/product/417/41/Teori-

Teori_Kebudayaan, ada tiga karakteristik yang menonjol pada cultural studies :

Pertama, penolakan terhadap esensialisme dalam kebudayaan. Melihat kebudayaan sebagai efek hegemoni dengan sendirinya mengakui proses konstruksi sosialnya. Budaya tidak terbentuk secara alamiah, given dan menyatu dengan komunitas tertentu, melainkan selalu dikonstruksikan. Dan dalam proses konstruksi, pertarungan memperebutkan pemaknaan pun terjadi.

Selain merupakan konstruksi sosial, budaya juga selalu bersifat hibrida. Tidak ada yang tetap dan tegas dalam identitas budaya. Juga tidak ada yang murni dan monolitik. Budaya merupakan situs bagi proses negosiasi yang tak putus-putus yang dilakukan oleh para pelaku kebudayaan itu sebagai respons terhadap kondisi kekiniannya. Dengan demikian, sebutan "Jawa", "Islam" atau "Barat" selalu bersifat kompleks dan majemuk karena konteks mereka yang juga kompleks dan majemuk.

Kedua, penghargaan terhadap budaya sehari-hari, terutama budaya pop dan media. Cultural studies tidak sekadar mendekonstruksi kanon dalam budaya dan melumerkan pemisahan antara "budaya tinggi" dan "budaya massa", tetapi juga menyambut dan merayakan budaya massa ini. Mereka menolak pendapat yang melihat budaya massa semata-mata sebagai komoditas kapitalisme yang selalu berdampak homogenisasi, pengulangan, dan penyeragaman. Karena dalam praktiknya, orang menerima dan menggunakan budaya massa tidak dengan sikap pasif, melainkan aktif memaknainya dengan kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda. Penjual Warung Tegal menonton telenovela Amerika Latin di televisi sekadar untuk selingan sembari melayani pembeli, ibu-ibu rumah tangga menontonnya untuk bahan obrolan di pasar atau di meja makan, dan penyair melihatnya untuk cari inspirasi atau bahan guyon. Penerimaan mereka terhadap budaya massa tidak dengan sendirinya membuat mereka terkooptasi atau teralienasi. Dengan kata lain, konsumen selalu punya kebebasan dalam proses negosiasi untuk memaknai (decoding) citraan budaya massa, dengan cara memiuhkannya dari maksud sang pemilik modal atau menjadikannya sebagai kesenangan belaka.

Page 84: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Sesungguhnya, naiknya pamor budaya sehari-hari di mata cultural studies ini tidak bisa dilepaskan dari semakin mendunianya gaya hidup yang dijajakan media massa yang sekaligus mengubah nilai yang ada di dalamnya. Konsumerisme, misalnya, yang dulunya dikecam karena tidak berangkat dari kebutuhan riil sang konsumen tetapi berdasar kebutuhan yang diciptakan oleh citra media kini justru merupakan simbol dan ekspresi menjadi manusia kontemporer.

Dalam konteks mendunianya budaya media yang ditopang dengan pasar global inilah cultural studies yang semula bertumbuh di dunia akademi Barat kini juga merambah ke seluruh dunia.

Ketiga, kuatnya sikap politis. Cultural studies, baik dari jalur Gramsci maupun Foucault, adalah suatu agenda politik dalam dunia akademi. Perhatian mereka adalah penelanjangan terhadap hubungan kuasa yang timpang dalam kebudayaan, melalui pembacaan terhadap pelbagai dokumen sosial.

3.3 Metodologi Interaksionis Simbolik

Intraksionisme simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah

tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus

dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah alih-alih lingkungan yang

artificial seperti eksperimen. Denzin (dalam Mulyana, 2008: 149)

mengemukakan tujuh prinsip metodologis berdasarkan teori interaksi

simbolik, yaitu :

• Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas • Peneliti harus mengambil perspektif atau peran orang lain yang

bertindak (the acting other) dan memandang dunia dari sudut pandang subjek; namun dalam berbat demikian peneliti harus membedakan antara konsepsi realitas kehidupan sehari-hari dengan konsepsi ilmiah mengenai realitas tersebut

• Peneliti harus mengaitkan simbol dan definisi subjek dengan hubungan sosial dan kelompok-kelompok yang memberikan konsepsi demikian

• Seting perilaku dalam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat

• Metode penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, juga bentuk perilaku yang statis

• Pelaksanaan penelitian paling baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik

Page 85: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

• Pengunaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan (sensitizing) dan kemudian operasional; teori yang layak menjadi teori formal, bukan teori agung (grand theory) atau teori menengah (middle-range theory); dan proposisi yang dibangun menjadi interaksional dan universal

Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun juga

sekaligus orientasi metodologis.

3.4 Objek Penelitian

3.4.1 Sejarah Mod

Mod adalah sebuah gaya hidup yang berasal dari negara Inggris. Mod

(diambil dari kata modernist) merupakan sebuah subkultur anak muda di

kalangan working class yang berkembang pada akhir 1950an dengan obsesi

terhadap fashion dan musik, pencampuran antara budaya working class Inggris

dengan budaya yang dibawa imigran Jamaika. Mod merupakan sebuah fenomena,

genre, atau jenis musik tertentu yang mempengaruhi kehidupan suatu generasi.

Mod terbagi kedalam tiga elemen penting, yaitu musik, fashion, dan kendaraan

(skuter).

Mod adalah sebuah subkultur yang menjadi satu fenomena sosial yang

kompleks, dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi

ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan

kesempurnaan dari gaya personal mereka, dikenal memiliki kesadaran yang

tinggi akan fashion. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan

Italian motor scooters. Puncak kejayaan era Mod ini terjadi dari tahun 1962

sampai akhir tahun 70an dan menyebar luas ke seluruh dunia dan sampai saat ini

menjadi budaya dunia.

Page 86: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Adalah mudah untuk menunjukkan penyebab sosial yang berkontribusi

terhadap hal ini: penyebab paling jelas pastinya adalah tingkat pengangguran

yang tinggi dan semakin meningkat (khususnya di daerah urban dan kalangan

pemuda). Kebangkitan mode itu meliputi pakaian, musik, dan gaya hidup gerakan

asal 1960-an: selera pakaian bergaya dan dapat dikenali dengan cepat; selera akan

band orisinal yang diasosiasikan dengan Mod 1960-an (seperti The Who);dan

tentunya, sepeda motor vespa skuter yang dimodifikasi dengan seksama.

Sebagian besar kebangkitan Mod berfokus pada musik. Mod tidak hanya

memiliki bandnya sendiri, tetapi juga tempat pelbagai peristiwa dan label

independen. (Thwaites, 2009: 276-278)

3.4.2 Gaya Hidup Komunitas Mod

Mod terbagi atas tiga elemen utama, yaitu fesyen, musik, dan kendaraan.

Fesyen komunitas Mod mudah dikenali dari gaya busana yang rapi. Seperti

halnya budaya anak muda lain, Mod mempunyai cara berpakaian sendiri. Para

Mod berpakaian sangat rapi dan necis, setelan jas buatan italia, sepasang sepatu

brogues, parka (semacam mantel untuk berkendaraan), dan yang terpenting dari

semuanya, skuter (biasanya bermerk Lambretta dan Vespa). Mereka biasanya

nongkrong di kafe-kafe seputaran London, sambil mendengarkan musik beraliran

soul, RnB, dan ska. Satu hal yang paling penting diingat, bahwa Mod sangat-

sangat mengajar fesyen terutama merek-merek tertentu seperti kemeja jaytex,

fredperry, adidas, Lonsdale, Paul Smith, Ben Shermen, Merc London, Baracuta,

Page 87: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Doc. Martens, Levi’s dsb. Hal itu karena ide dasar dari Mod adalah bagaimana

caranya untuk terlihat lebih cool dan bergaya dibanding orang-orang lain.

Gambar 3.1

Gaya Hidup Komunitas Mod di Inggris tahun 1960-an

(gambar 3.1 Gaya hidup komunitas Mod era ’60-an, http://theinvisibleagent.wordpress.com/2009/05/03/1960s-vintage-vespa/)

Karena sebenarnya setelan italia tidak terjangkau oleh kantong kelas

pekerja, jadi mereka bekerja keras mengumpulkan uang, untuk terlihat

fashionable dibandingkan yang lain, mempunyai setelan yang sama dengan bos,

agar mereka tidak dilecehkan. Kadangkala mereka harus mengumpulkan uang

selama tiga bulan untuk mendapatkan setelan tersebut. Komunitas Mod

mempunyai motto “clean living, under difficult circumstances”, yang berarti

hidup bersih dalam keadaan sulit, yang mempunyai makna harus bekerja keras

untuk mendapatkan apa yang dimau, walaupun ada saja rintangan yang harus

dihadapi, karena keinginan untuk hidup mapan tidak semudah membalikan

Page 88: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

telapak tangan, tidak diberikan begitu saja. Bisa dibilang kaum Mod adalah kelas

pekerja yang menginginkan kemapanan.

Komunitas Mod adalah mereka dari kalangan working class yang ingin

dianggap, eksis, di era tahun 60-an yang berkuasa adalah kalangan bangsawan,

mereka menginginkan persamaan kelas, mereka ingin diliat, mereka berusaha

untuk tampil beda, dengan dandanan yang dandy, spionnnya yang banyak di

skuter mereka adalah karena menentang kebijakan yang ada di inggris.

Terjadinya krisis buruh di era 60-an, membuat mereka ingin membuat

perlawanan dengan membuat perbedaan dengan orang lain. Perlawanan working

class kepada bangsawan (budaya tanding). Bahkan ada istilah “I don’t need the

boss, but the boss need us, f*** the boss.”

Mod meledak menjadi semacam identitas nasional kaum muda Inggris ketika

mereka mampu mengeksplorasi dan mendefinisikan kembali R&B ke dalam

bentuk yang lebih liar dan maksimal serta melahirkan band–band seperti The

Kinks, The Small Faces, dan terutama setelah The Who mengeluarkan poster–

poster bergambar target peluru berjargon “Maximum R&B” dan merilis singel

pertama “Can’t Explain” disusul oleh singel “Anyway, Anyhow, Anywhere” serta

album My Generation yang memuat tembang dahsyat “My Generation”,

semuanya di tahun 1965.

The Who dianggap sebagai pahlawan kaum mod, karena band yang diotaki

oleh Pete Townshend pada gitar, John Entwistle (meninggal pada 2002) pada

bass, Keith Moon (meninggal pada 1978) sebagai powerful drummer dan sang

vokalis karismatik Roger Daltrey selain mampu meramu dan

mantransformasikan kembali akar musik R&B ke dalam bentuk yang lebih segar

Page 89: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dan megah juga berjasa memperkenalkan berbagai atribut kaum mod kepada

dunia. Misalnya, memakai skuter lengkap dengan empat spion atas dan bawah

dalam cover album mereka (Quadrophenia).

The Who juga dikenal karena ide mereka untuk menghadirkan opera rock ke

dalam suatu double album, Tommy (1969) dan Quadrophenia (1973). Opera rock

merupakan konsep baru, yaitu keseluruhan lagu pada album tersebut saling

terkait satu sama lain dan memiliki tema dasar yang sama serta para personel pun

memiliki personifikasi karakter masing masing seakan-akan sedang bermain

sandiwara/opera.

Mod juga dikenal karena memperkenalkan penggunaan skuter seperti Vespa

atau Lambretta (salah satu kaum mod kemudian mengambil merek in sebagai

nama band mereka, The Lambrettas) sebagai alat transportasi mereka. Pada

awalnya pilihan atas alat transportasi ini karena pada zaman itu di Inggris alat

transportasi umum seperti bus hanya ada sampai sore, kaum mod yang

kebanyakan kelas pekerja hanya bisa hang out pada jam-jam tersebut, setelah

menyelesaikan pekerjaan mereka, tetapi mereka membutuhkan transportasi yang

lebih murah dari mobil. Pilihan atas skuter ini juga didasarkan atas pertimbangan

fashion yang mengutamakan stylish. Skuter menjadi pilihan karena terasa lebih

modis dan sangat terbuka untuk dimodifikasi dalam berbagai bentuk yang lebih

stylish. Contohnya, ketika di era 60-an pemerintah Inggris mewajibkan setiap

motor untuk dilengkapi dengan minimal 1 (satu) buah kaca spion, kaum mod

justru menjawabnya dengan memasang 4, 6 bahkan 32 kaca spion atas dasar

tuntutan.

Page 90: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Kaum Mod juga ada yang disebut dengan “weekenders”, “weekenders”

adalah sebutan bagi mereka yang senang pesta-pesta pada akhir pekan, mengingat

status mereka sebagai kelas pekerja yang bekerja lima hari seminggu, dari Senin

hingga Jum’at dan hanya mempunyai waktu lauang di akhir pekan. Pesta-pesta

tersebut biasanya diadakan di café-café sambil memainkan musik dari band-band

komunitas Mod ( mereka menyebutnya gig’s). Dalam gig’s tersebut para

“weekenders” bersenang-senang menikmati musik sambil berjoget ala ska (biasa

disebut pogo), minum-minum, melepas lelah, refreshing, setelah lima hari

bekerja. Pada saat itu “weekenders” kebanyakan mengonsumsi “Jumping Pill’s”

(zat psikotropika) agar lebih bersemangat. Acara musik tersebut juga menjadi

ajang kumpul-kumpul memamerkan skuter mereka yang telah dimodifikasi

sedemikian rupa, sehingga skuternya terlihat lebih gaya dibandingkan dengan

skuter lainnya.

Selain itu, Mod juga dikenal karena identik dengan lambang lingkaran (target)

berwarna biru, merah dan putih. Lambang ini sebenarnya diambil dari emblem

identitas Royal Air Force (RAF), Angkatan Udara Inggris. Secara historis,

lambang ini pun tidak sepenuhnya berasal dari RAF, melainkan justru terinspirasi

dari bendera Prancis. Berawal dari Perang Dunia I, di mana lambang Union Jack

1Inggris yang terdapat pada sisi pesawat mereka sekilas tampak sama dengan

lambang salib Jerman, musuh mereka. Sehingga dipandang perlu untuk memakai

lambang lain untuk menghindari insiden salah tembak.

���������������������������������������������������������������0�����-� ���������������(�����

Page 91: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Lambang ini kemudia

Jasper Jhons mengangka

kemudian dipakai oleh T

kemudian dibaptis sebag

lambang ini oleh The

mengangkat rasa bangga

ini pun sering digunakan

( sumber : htt

Kemampuan mod

dalam tiap pergantian ma

pada genre musik melain

penting bagi perkembang

Karena musik po

laku dan semakin berkem

diasosiasikan dengan ke

��������������������������������������������������!���������������;;���������1�����������3���7��������� �� ������������������ �������� ��������� �������

an menjelma menjadi bagian dari pop art 2ketik

atnya sebagai tema lukisan. Lukisan target ini

The Who dalam berbagai tema fashion mereka,

gai salah satu lambang identitas kaum mod. Pen

Who salah satunya lebih dikarenakan strate

sebagai warga negara Inggris. Oleh karena itu

bersama–sama dengan bendera Union Jack.

Gambar 3.2

Lambang Mod

tp://en.wikipedia.org/wiki/Mod_%28subculture%

d untuk menjadi sebuah subkultur dan terus berta

asa generasi, karena mod tidak melulu mendasark

nkan juga mampu mewariskan berbagai elemen y

gan life style, terutama bagi kalangan muda.

opuler merupakan komoditas internasional yan

mbang, pada penghujung 1970-an banyak mu

ebangkitan Mod Inggris urban telah berhasil

�����������<���������;;��� ��������5���������)/*������ ���������=����>������������3�����(���������������������������� ����� ���������������������������� ���������

ka pelukis

ilah yang

sehingga

nggunaan

egi untuk

lambang

%29)

ahan

kan diri

yang

ng sangat

usik yang

maju ke

���������������� ������ ������

Page 92: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

berbagai belahan dunia lainnya, dan telah mengambil kehidupan yang sangat jauh

dari kondisi tempat kemunculannya, mereka mengambil dan mengolah ulang

tanda dari budaya yang hampir satu generasi jauhnya. (Thwaites, 2009: 276-278)

Mod revival, pada era tersebut band yang mendominasi adalah band-band

yang beraliran ska seperti the special, Madness, dsb. Musik yang diusung

kebanyakan pada era mod revival berpengaruh pada musik tahun ’80 ( era New

Wave). Pertengahan ’90 banyak bermunculan band sak seperti mighty-mighty

bostone, save veris era ini lebih dikenal dengan Ska revival ke 2 (kebangkitan

band2 ska geneerasi ke 2) yang berbarengan dengan bermunculannya band-band

ska di Indonesia, yang memperkenalkan budaya ska yang termasuk kedalam gaya

hidup Mod. Saking booming pengaruh dari ska revival ini, mengakibatkan

ekspose media.

���� ������ ������������������������� ��������� ���� ���� @�������AB�����

&/C� �������� @���AB)/C� �������� @���� 3��������AB+/C� ���� ��� ��� ������� @'�5�

���AB�����4/��������./C�

3.4.3 Komunitas “Beat Boys”

Mod adalah budaya dunia, dari negeri asalnya di Inggris sana menyebar ke

seluruh dunia, Asia, bahkan sampai ke Indonesia budaya Mod sudah banyak

dianut oleh sebagian orang. Pertama kali budaya Mod masuk ke Indonesia yaitu

di Jakarta tahun 90-an, tetapi pada saat itu yang mengenal budaya Mod masih

sangat sedkit. Orang-orang mengenal Mod lewat berbagai media, pada saat itu

khususnya media cetak seperti majalah, buku, dsb, juga lewat film-film

Page 93: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

bertemakan Mod, karena pada saat itu internet belum teralu membudaya, hanya

segelintir orang saja yang mengetahui adanya budaya Mod melalui akses internet,

lalu dengan informasi dari mulut ke mulut, mengobrol, berdiskusi antar anggota

komunitas, menyebarlah budaya Mod ke daerah lainnya yaitu Bandung.

Pada awalnya komunitas Mod di Bandung sendiri masih terpecah-pecah,

sekitar tahun 2003, kemunculannya berawal dari kebiasaan kumpul-kumpul

pengguna Vespa dan Lambretta yang berangkat dari hobi yang sama.

” masing-masing pada waktu itu punya tempat tongkrongannya sendiri,

Bandung kan kecil jadi kalo maen kemana-maen kemana masih pada kenal,

temennya itu-itu lagi, tapi mempunyai selera yang sama akan hal kendaraan,

musik, dan fashion yang ngebeat, saling share, akhirnya mengerucut-mengerucut

dan bersepakat membentuk komunitas Mod, yaitu Beat Boys3”

Atas dasar kesepkatan bersama, setelah bertukar pikiran dengaan crew

lainnya, Bang John yang pada saat itu adalah manager The Rock Café

menawarkan untuk launching “Beat Boys”, pada akhirnya terbentuklah “Beat

Boys” pada tanggal 29 Maret 2008 di The Rock Café Bandung.

Gambar 3.3

Beberapa Anggota Komunitas “Beat Boys”

�������������������������������������������������������������$���5������������<5������������� �����������������������4�-����!/�/�

Page 94: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

(http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

Komunitas “Beat Boys” ini awalnya sering berkumpul di Twank café, jalan

Geusan Ulun (Sultan Agung), di café tersebut mereka sering bertemu untuk

sekedar silaturahmi, sharing, atau membicarakan hobby mereka yaitu musik dan

skuter, bahkan ada juga yang berbisnis. Di café tersebut juga kadangkala

diadakan acara-acara musik, tentunya musik-musik yang mereka senangi, musik-

musik beraliran brit-pop, r n’b, dan ska. Tetapi akhirnya karena satu dan lain hal,

tempat berkumpul komunitas “Beat Boys” berpindah ke jalan Cihampelas,

tepatnya di Cihampelas bawah, dekat bengkel knalpot. Tak hanya di Twank café,

acara musik komunitas Mod, khususnya “Beat Boys” juga sering diadakan di café

Envy, yang terletak diantara jalan Asia-afrika dengan Jalan Sunda, acara tersebut

bertemekan “Sunny Sunday Afternoon”, dalam acara tersebut semua komunitas

Mod, pecinta musik Rn’B, Ska, band-band era ’60-an dan Britpop berkumpul,

bersenang-senang menikmati acara. Pengisi acaranya pun mayoritas dari crew

“Beat Boys” karena kebanyakan dari mereka adalah musisi, mereka memainkan

musik dub, reggae, rocksteady, dan Britpop. Musik-musik yang sering dibawakan

idola mereka.

Sekitar bulan April 2010, dengan kesamaan visi dan misi, “Beat Boys”

menjadi komunitas yang terorganisir, walaupun pada awal mula komunitas ini

terbentuk tidak ada struktur formal. Kebetulan Uge diberi kepercayaan menjadi

kordinator, kumbang sebagai PR, Wino sebagai bendahara, dan Bayu sekertaris.

“Disini bukan organisasi, tapi komunitas yang terorganisir. Alhamdulilah

sekarang Beat Boys sudah lebih berkemabang, kita juga Insyaallah akhir bulan

Juni atau Juli, bakalan buka cabang di Surabaya, perwakilan di Surabaya,

Page 95: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

kebetulan mereka juga sangat antusias dengan Beat Boys dan dinamakan Beat

Boys Modernism Surabaya”.

Page 96: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahasa tentang Representasi Mod

sebagai Gaya Hidup di Komunitas “Beat Boys” Bandung dengan menggunakan

langkah-langkah pendekatan culture studies, komunikasi kelompok, dan interaksi

simbolik.

Adapun yang dibahas pada bab ini adalah gaya hidup, pola komunikasi,

dan pesan simboik komunitas “Beat Boys”. Pembahasan akan dimulai secara

satu persatu sesuai dengan identifikasi masalah. Pada bab ini akan mengikuti pola

prosedur analisis sebagai berikut :

Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan penelitian intepretatif, alat bedah penelitian ini menggabungkan

pendekatan culture studies, komunikasi kelompok, dan interaksi simbolik yang

menjadi bahan analisis subjek penelitian. Objek yang dianalisis adalah komunitas

“Beat Boys” yang melakoni gaya hidup Mod. Pertanyaan dalam penelitian ini

berdasarkan pada gaya hidup yang direpresentasikan komunitas “Beat Boys”.

Key informan, sebagai kunci untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan

penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi

kepustakaan sebagai penguat data lapangan. Akhir dari kerangka tersebut akan

menghasilkan suatu jawaban dari penelitian yang ditanyakan pada pertanyaan

penelitian.

Subkulutur adalah kultur – komunitas dengan sistem nilai dan perilaku

tertentu – yang berada dalam suatu kultur dominan yang lebih besar dan berbeda

Page 97: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dari kultur konvensional tersebut. Inti dari subkultur, yang membedakannya dari

pengelompokan sosial lainnya di dalam suatu kultur dominan konvensional,

adalah kesadarannya akan gaya dan perbedaannya dalam gaya – dalam cara

berpakaian, pilihan musik, hobi, pola komunikasi, cara bicara, isi pembicaraan,

bahkan hingga cara berpikir.

Seseorang yang mempunyai ketertarikan yang sama pada suatua hal,

biasanya membentuk suatu komunitas, mereka mempunyai kesadaran akan ikatan

yang sama yang membentuk mereka. Anggota kelompok merasa terikat dengan

kelompok – ada sense of belonging – yang tidak dimiliki orang yang bukan

anggota, serta nasib anggota kelompok saling bergantung, sehingga hasil setiap

orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain (Baron dan Byrne, 1979 :

5587, dalam Rakhmat, 2005: 142)

Pada sebuah komunitas, setiap anggota kerap berkomunikasi mengenai

hal-hal yang mereka senangi seperti gaya hidup. Gaya hidup yang berkembang

saat ini lebih beragam dan tidak hanya dimiliki oleh satu masyarakat khusus.

Gaya hidup menawarkan rasa identitas dan sekaligus alat untuk menghindari

kebingungan karena begitu banyak pilihan. (dalam Hujatnikajenong, 2006: 38).

Gaya hidup tertentu mempunyai kekhasan tertentu, seperti musik, fashion,

dan kendaraan, ketiga hal tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan teori

interaksi simbolik. interaksi simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna

khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran.

Dalam interaksi simbolik, manusia secara aktif menciptakan citra diri,

dalam hal ini citra diri komunitas “Beat Boys”. Manusia segera belajar bahwa

Page 98: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

orang lain akan menginterpretasi kita, kemampuan interpretif kita memungkinkan

kita memanipulasi interpretasi ini sesuai dengan pandangan kita terhadap diri

kita. (dalam Jones, 2009: 145) Kita memainkan peran kita dengan sedemikian

rupa agar orang lain menginterpretaikan kita sesuai dengan apa yang kita

kehendaki.

Dalam proses interaksi, melibatkan dua belah pihak, yaitu yang

merepresentasikan dan yang mengostruksi, hal tersebut ada dalam sebuah

kelompok, atau yang lebih ditekankan disini adalah komunitas. Kelompok atau

komunitas adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy

Mulyana, 2005).

Berikut ini adalah gambaran visual komunitas “Beat Boys” yang peneliti

angkat dalam bentuk penelitian yang menjadi subjek penelitian.

Gambar 4.1

Visualisasi Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”

(sumber: http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

Page 99: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Visualisasi gaya hidup tersebut akan dibahas dengan menggunakan

pendekatan culture studies, teori komunikasi kelompok, dan teori interaksi

simbolik.

Langkah pertama yang akan dilakukan adalah dengan mendefinisikan

objek analisis. Sebelum memulai, kita perlu memutuskan apa objek analisis kita.

Idealnya, berhubungan dengan hipotesis, objek analisis haruslah sesuatu yang

memungkinkan untuk kita menguji hipotesis.

Ke-dua, mengumpulkan teks, memutuskan apa yang ingin diamati, serta

mengaitkannya dengan teori. Ke-tiga, menerangkan isi teks secara terperinci. Ke-

empat menafsirkan teks tersebut. Mendiskusikan makna dan implikasi tanda. Ke-

lima, menjelaskan kode-kode kultural. Jenis pengetahuan kultural apa saja yang

yang diperlukan untuk memahami objek penelitian. Ke-enam, membuat

generalisasi. Apa yang dapat dikatakan mengenai bagaimana teks yang menjadi

penelitian bisa menjadi bermakna. Langkah terakhir adalah dengan membuat

kesimpulan dan menegaskan mengenai hasil dari penelitian tersebut.

4.1 Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”

Tabel 4.1

Gaya Hidup Komunitas Beat Boys dianalisis dengan Pendekatan Culture Studies

Objek Satuan Analisis

Komunitas Beat Boys • Fashion

• Musik

• Skuter

Page 100: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunitas Mod yang pada awal terbentuknya adalah sebagai perlawanan

kepada kaum borjuis. Mereka melakukan perlawanan dengan menggunakan

simbol-simbol berupa pakaian yang identik dengan kaum tersebut. Mereka ingin

memperlihatkan bahwa kelas pekerja juga dapat berpenampilan rapi seperti para

kaum borjuis, dari hasil keringat mereka sendiri. Gaya hidup perlawanan tersebut

lama-kelamaan menjadi merambah ke ranah musik, dan kendaraan.

Cultural Studies bertujuan meneliti/mengkaji berbagai kebudayaan dan

praktik budaya serta kaitannya dengan kekuasaan. Tujuannya adalah untuk

mengungkapkan dimensi kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu mempengaruhi

berbagai bentuk kebudayaan. Pokok soal sesungguhnya yang membedakan kajian

budaya dengan displin lainnya, yaitu hubungan kajian budaya dengan soal-soal

kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan dan representasi dari

dan ‘untuk’ kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan, terutama kelompok

kelas, gender dan ras, tapi juga kelompok usia, kecacatan, kebangsaan, dan

sebagainya.

(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/viewArticle/17678.)

Gaya hidup komunitas Mod yang menginginkan penyamarataan kelas

antara kaum borjuis dan kaum pekerja direpresentasikan dengan budaya

perlawanan berupa penggunaan atribut yang sama dengan yang dikenakan kaum

borjuis khususnya pakaian. Tetapi dengan begitu, membuat kaum Mod menjadi

konsumtif, hal ini merupakan dampak yang disebabkan oleh faktor kekuasaan.

Komunitas “Beat Boys” adalah komunitas yang para anggotanya

melakoni gaya hidup Mod, mereka yang ingin dianggap, ingin eksis, mereka

yang menginginkan persamaan kelas, mereka ingin diliat, dan mereka berusaha

Page 101: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

untuk tampil beda, dengan dandanan yang dandy.1 Mereka ingin membuat

perlawanan dengan membuat perbedaan dengan orang lain. Mereka ingin

memperlihatkan bahwa mereka dapat hidup mapan seperti para eksekutif dari

hasil keringat sendiri yang bersumber dari hobby mereka (wirawasta).

Eksistensi BeatBoys adalah untuk meluruskan kultur skuter yang

melenceng. Di Indonesia orang-orang yang memakai vespa atau Lambretta sering

diidentikan dengan orang tua atau gembel, karena ada salah satu komunitas

pengguna skuter yang mendandani skuternya dengan barang-barang rongsokan,

tengkorak, bahkan penampilan motor yang tidak terawat, padahal awalnya skuter

di negeri asalnya digunakan oleh anak muda yang berpenampilan rapi, dan

stylish.

Komunitas ”Beat Boys” tidak mengadopsi atau mengaplikasikan budaya

mod yang idealis, mereka tidak benar-benar mengadopsi mod jaman dulu,

disesuaikan dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Karena jamanya saja

sudah berbeda, dulu komunitas mod Inggris memilih skuter karena harganya yang

murah, tetapi sekarang apalagi di Bandung harga skuter sudah termasuk mahal.

Gaya hidup komunitas “Beat Boys” hampir sama dengan gaya hidup Mod

dari negeri asalnya, terdiri atas tiga elemen penting, yaitu musik, fesyen, dan

skuter, seperti yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya, yang membedakannya

adalah ideologinya, menurut Daud “komunitas kita adalah komunitas Mod

Indonesia, mempunyai nilai-nilai keIndonesiaan dalam implementasinya,

misalnya saja cara berpakaian kita tidak melulu mengenakan parka, liat iklim di

Indonesia juga, lalu di luar kan mereka minum-minum sudah biasa, di komunitas ���������������������������������������������������������������8�������������������������������� ����������������� �����

Page 102: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Beat Boys tidak semua anggotanya suka minum-minum, “ 2Perbedaan kultur

budaya menyebabkan perbedaan pengadaptasian gaya hidup.

Persamaan ideologi komunitas dari gaya hidup Mod yang mempunyai

perbedaan generasi dan domisili ini adalah modern, modern disini diartikan

sebagai kaum muda yang berpikir jauh kedepan, kreatif, dan visioner. Serta

persamaan kelas, tidak membeda-bedakan status sosial.

Dengan budaya konsumtif yang dilakoni kaum Mod, justru menjadi

motivasi untuk komunitas ”Beat Boys”, dengan keinginan mendapatkan barang-

barang yang identik dengan kaum Mod, yang merepresentasikan mereka adalah

komunitas ”Beat Boys”, mereka menjadi lebih giat bekerja.

Keadaan kesejahteraan sosial dan ekonomi dinilai sangat tidak adil.

Kelompok yang merasa dirugikan, karena kondisi struktur cipataan sangat

berperan menyebabkan kondisi ini, berusaha dengan keterbatasan yang ada tetap

ingin dapat menikmati hidup dengan cara melakukan redefinisi budaya atau

menjadi subkultur agar terasa lebih nyaman.

Kaum muda yang sedang dalam masa transisi, mencari jati diri, biasanya

hadir fase bersifat memberontak, juga pada masyarakat modern karena tingkat

kompleksitas sangat tinggi. pengakuan atas penolakan. Cultural Studies

mengisyaratkan bahwa konsep penolakan bukan merupakan soal kebenaran atau

kesalahan, melainkan hal utilitas dan nilai.

penolakan merupakan suatu sikap bertahan dari kelas pekerja terhadap

kultur berkuasa, yang mana kelompok terkahir jauh lebih diuntungkan dalam

�������������������������������������������������������������!���5������������8������������� ���������������������!/�1����!/�/�

Page 103: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

dinamika ekspansi kapitalisme. Reaksi ini ditujukan pada ketidak seimbangan

akan pembagian kekuasaan yang bermuara pada ketimpangan dalam

kesejahteraan ekonomi – sosial. Pertahanan diperlukan agar dengan identitas

tertentu eksisitensi hidup tetap berlangsung sesuai harapan. (Teguh Iman

Prasetya, Subkultur Kaum Muda,

http://[email protected])

4.1.1 Tiga Elemen Gaya Hidup Komunitas ”Beat Boys”

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntunan lingkungan (tertulis atau

tidak), nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara

kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda

menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara berpakaian.

Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai

simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Sebagian orang

berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan

kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern, atau

berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti juga rumah,

kendaraan, dan perhiasan, digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang

diinginkan pemakaianya. Pemakai busana itu mengharapkan bahwa kita

mempunyai citra terhadapnya sebagaimana yang diinginkannya.

Kita memang cenderung mempersepsi dan memperakukan orang yang

sama dengan cara berbeda bila ia mengenakan pakaian berbeda (dalam Mulyana,

Page 104: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

2005: 347). Model busana manusia dan cara menggenakannya bergantung pada

budaya masing-masing pemakainya.

Busana adalah salah satu dari rentang penandaan yang paling jelas dari

penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari

yang lain, dan selanjutnya, diidentifikasi sebagai suatu kelompok tertentu (

Ibrahim, 2009 : x dalam Barnard ). Dalam pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pakaian juga dapat membedakan suatu kelompok dengan kelompok

lainnya, seperti komunitas “Beat Boys” mempunyai ciri khas busana yang sering

digunakan, selain menggunakam pakaian yang rapi, ada juga beberapa pakaian

yang sering diidentikan dengan komunitas Mod, khususnya “Beat Boys”, yaitu :

Polo shirt, jaket Harrington, Parka, kemeja, Sweater, Stapresst Jeans, Three Suit

Button, kesemua pakaian tersebut pasti bermerek Fred Perry, Ben Shermen,

Baracuta, dan Merc. London. Merek-merek tersebut merupakan merek-merek

yang lahir dan berkembang dengan komunitas Mod.

Gambar 4. 2

Ciri Khas Busana komunitas “Beat Boys”

(http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

Page 105: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Selain pakaian, aksesoris juga menjadi salah satu hal yang penting,

aksesoris yang sering digunakan komunitas Mod adalah swedian Shoes (Clarck),

boot Doc. Marteen, watch, Pork Pie cap.

Musik dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan

dengan kata-kata. musik sebagai suatu bentuk estetika masuk ke dalam perasaan

estetis dimana seorang akan senang apabila mendengar yang indah, merasa

nyaman, merasa senang, merasa bahagia, sedih, dan lain-lain sebagai dasar

memulai membentuk suatu ide sekaligus sebagai objek-nya.

Musik merupkan salah satu bagian dari tiga elemen penting gaya hidup

Mod. Musik komunitas Mod identik dengan The Who. The Who dianggap

sebagai pahlawan kaum mod, begitu juga dengan komunitas “Beat Boys”, karena

The Who berjasa memperkenalkan berbagai atribut kaum mod kepada dunia.

Misalnya, memakai skuter lengkap dengan empat spion atas dan bawah dalam

cover album mereka (Quadrophenia) dls.

Musik kaum mod tidak harus selalu beraliran british pop, tetapi ada juga

Genre seperti jamaican ska, rocksteady dan musik soul. Karena Mod merupakan

budaya yang bercampur antara budaya Inggris dan Jamaika, seperti yang

dikatakan Kumbang, anggota komunitas “Beat Boys”, “Mod itu budaya mix dari

kultur jamaika dan inggris itu sendiri, mereka kebanyakan dari working class”.

Kultur yang juga dibawa adalah kultur dari segi musik. Jadi, anggota komunitas

“Beat Boys” selain menyukai musik-musik british pop seperti yang dibawakan

The Who, The Kinks, The Lambretass dsb, mereka juga menyukai musik-musik

seperti ska, rocksteady, 2tone, dan soul yang dibawakan oleh The specials, Long

Shot Party, Save Verris ,dls.

Page 106: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Komunitas “Beat Boys” sering mengadakan acara musik di café Envy,

yang terletak diantara jalan Asia-afrika dengan Jalan Sunda, acara tersebut

bertemekan “Sunny Sunday Afternoon”, dalam acara tersebut semua komunitas

Mod, pecinta musik Rn’B, Ska, dan Britpop berkumpul. Pengisi acaranya pun

mayoritas dari crew “Beat Boys” karena kebanyakan dari mereka adalah musisi,

mereka memainkan musik-musik yang sering dibawakan idola mereka.

Gambar 4.3

Gig’s Sunny Sunday Afternoon

Kendaraan tidak kalah penting dari dua elemen lainnya, skuter seperti

Vespa atau Lambretta sebagai pilihan alat transportasi komunitas “Beat Boys”,

hampir semua anggotanya memakai skuter. Mereka mendandani skuternya agar

terlihat berbeda dengan yang lain, mulai dari kaca spion, warna body skuter,

aksesoris seperti bendera-bendera, sandaran jok belakang, bahkan joknya sendiri.

����������������������������������������������������������������������������������������

Page 107: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Ciri khas, pembeda dari komunitas lain adalah “Mods Moven”, kegiatan

yang berisi sosial, olahraga, gigs, event, undangan event, touring, bentuk

kegiatan-kegiatan positif, tujuannya adalah untuk mempererat persaudaraan, tali

silaturahmi antara crew Beat Boys 3 pada khususnya dan komunitas lain pada

umumnya. Olahraga yang biasa dilakukan adalah jogging di Lembang, dan

Futsal.

Gambar 4.4 Kegiatan Komunitas “Beat Boys”

�������������������������������������������������������������$�������������� ������������������

(http://www.facebook/beatboysindonesia.com)

Page 108: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

4.2 Pola Komunikasi Komunitas “Beat Boys”

Tabel 4.2

Pola Komunikasi Komunitas “Beat Boys” dengan analisis Komunikasi Kelompok

Objek Satuan Analisis

Komunitas

Beat Boys

• Termasuk kedalam kelompok primer

• Konformitas

• Efek positif fasilitas sosial

• Ukuran kelompok menyebabkan terjalinnya komunikasi

yang baik

• Hampir tidak ada aturan baku asalkan “Respect Each

Other (saling menghargai)

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting

yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat

luas, kebudayaan menyangkut 'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal

dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi

pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara

dalam 'bahasa' yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.

Komunitas ini mempunyai tujuan yaitu sebagai eksistensi individu yang

diakumulasikan dan direpresentasikan dibawah naungan komunitas ”Beat Boys”,

komunitas yang berbagi konsep-konsep yang sama mengenai gaya hidup Mod.

Dalam sebuah masyarakat maju, bagian terbesar dari tindakan kelompok

terdiri atas pola-pola yang stabil dan selalu berulang yang memiliki makna yang

umum dan tetap bagi anggota mereka.

Page 109: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama

untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa

hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok

sosial untuk menggunakannya. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata

merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang

menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

Komunitas “Beat Boys” mempunyai “bahasa slank-nya” sendiri, dengan

hal itu mereka saling berkomunikasi, bahasa-bahasa seperti :

Tabel 4.3

Bahasa “Slank” yang sering digunakan Komunitas “Beat Boys”

Bahasa Artinya

Mod sengklek Gila

Quadro Mabuk

Migo Santai

ACAB Berjualan

Going Steady Tidak mudah menyerah

Keep moving Berjalan

Smart Dress Rapi

Ngebeat Dinamis

Mojo Keren

Skip Kikuk

(sumber: data penulis)

Page 110: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Fenomena tersebut, dinamakan pandangan retorika, dimana sebuah

kelompok memandang sesuatu hal yang telah, sedang dan akan terjadi lewat

sebuah pemaknaan realitas yang tercermin dari kesamaan pemaknaan realitas, hal

tersebut didasarkan pada intensitas pertemuan dan segala hal yang telah mereka

lalui bersama. Hal tersebut terjadi karena keakraban tingkat tinggi antar

anggotanya.

Komunitas “Beat Boys” mempunyai kualitas komunikasi dalam dan

meluas, dalam artian menembus kepribadian yang paling tersembunyi,

menampakan perilaku dalam suasana privat sekalipun. Selain berbagi tentang

hobby mereka, mereka juga terkdang menceritakan hal-hal pribadi mereka,

seperti masalah pekerjaan, keluarga, bahkan wanita. Kendala dalam komunikasi

diantara mereka bisa dibilang minim, karena mereka semenjak lama sudah

mempelajari karakter masing-masing anggota, mereka sudah mengetahui apa

yang harus mereka lakukan untuk saling berkomunikasi, apa yang disuka dan apa

yang tidak suka.

Komunitas ”Beat Boys” apabila dilihat dari fasilitasi, mempunyai dampak

positif, karena dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku

individu anggota kelompoknya, khususnya dalam bidang pekerjaan. Antar

anggota saling mendukung dan menyemangati untuk terus bekerja keras agar

mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Kecenderungan ke arah Polarisasi yang ekstrem tidak ada, masih dalam

ambang batas wajar, tidak mengarah menjadi rasis atau idealis, tetap masih

memegang nilai ketimuran.

Page 111: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Anggota komunitas ”Beat Boys” karena kuantitas pertemuan yang sudah

berlangsung cukup lama, dengan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak, pola

komunikasi yang terjalin antar anggota masih terawasi, sehingga masih dapat

saling berbagi dan saling mendukung sehingga menimbulkan keakraban antar

sesama anggota.

Kehidupan kelompok terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif anggota-

anggotanya. Kerja sama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud

orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita

lakukan selanjutnya. Jadi, kerja sama terdiri dari membaca tindakan dan maksud

orang lain serta menaggapinya dengan cara yang tepat.

Dengan mengetahui pola komunikasi yang terjalin antar komunitas ”Beat

Boys”, diharapkan dapat mengurangi gesekan-gesekan yang ada, dapat

menyelesaikan masalah langsung dari akarnya karena mengetahui apa penyebab

masalah yang timbul. Serta agar dapat saling mendukung ke arah yang lebih baik.

Page 112: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

4.3 Pesan Simbolik yang Digunakan Komunitas “Beat Boys”

Tabel 4.4

Pesan Simbolik Komunitas “Beat Boys” Dianalisis Menggunakan

Pendekatan Interaksi Simbolik

Objek Satuan Analisis

Komunitas

Beat Boys

• Atribut gaya hidup Mod digunakan sebagai sarana

untuk saling mengidentifikasi diri bahwa mereka

adalah bagian dari komunitas “Beat Boys”

Komunitas “Beat Boys” berkomunikasi melalui tindakan konsumsi.

Seperti yang diungkapkan Hebdige 1978: 94-95, dalam Storey 2008: 151-152 :

Subkultur-subkultur kaum muda adalah… beragam budaya konsumsi yang menyolok mata – bahkan ketika, sebagaimana pada komunitas skinhead dan punk, tipe konsumsi tertentu sangat ditolak mentah-mentah – dan melalui ritual khas konsumsilah, melalui gaya, subkultur ini sekaligus menguakkan identitas “rahasia”-nya dan mengkomunikasikan maknanya yang terlarang. Inilah pada dasarnya cara komoditas-komoditas digunakan di dalam subkultur yang memisahkan dari bentuk-bentuk kultural yang lebih ortodoks.

Gaya hidup, tampak dari luar dapat dipersempit melalui unsur fashion

yang digunakan manusia untuk menunjukan siapa dirinya diluar sana dengan

menggunakan identitas yang lain. Dengan menggunakan atribut fashion gaya

hidup Mod, komunitas “Beat Boys” ingin dilihat sebagai komunitas yang berpikir

modern, modern dalam segala hal, misalnya dapat menerima budaya baru dan

berbeda, walaupun tidak menelan mentah-mentah budaya tersebut,apapun yang

terjadi segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya, jadi harus pandai-pandai

Page 113: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

memilah-milah, tetapi setidaknya dengan terbuka akan hal-hal baru, akan

memperkaya pengetahuan dan wawasan pelaku Mod tersebut.

Subkultur kaum muda terlibat dalam bentuk-bentuk perlawanan simbolik

terhadap budaya dominan maupun budaya orangtua. Menjadi anggota kelompok

“Beat Boys” merupakan salah satu cara untuk menandai pembedaanya dari

masyarakat lain, hal itu dimaksudkan untuk mendefinisikan, mengekspresikan,

merefleksikan serta memperjelas pembedaan dan perbedaan kelompok. Hal itu

digunakan untuk menilai dan dinilai orang lain.

Gaya hidup yang dijalani seseorang, dengan demikian, melibatkan

keseluruhan diri orang itu dan seperangkat peralatan tertentu. Gaya hidup

merupakan hasil interaksi yang intens antara orang yang menjalankannya dan

peralatan yang digunakan, hasil interaksi antara subjek dan objek. Interaksi

subjek dan objek itu berlangsung didasari oleh serangkaian asumsi dan aturan

tertentu. Dalam konteks masyarakat tertentu, rangkaian asumsi dan aturan itu

adalah sikap, nilai, dan norma dari kelompok sosial tempat orang terlibat dalam

kesehariannya.

Sebagai kesatuan organik, gaya hidup merepresantasikan gagasan dan

pemikiran-pemikirannya melalui sebuah media yaitu cara komunitas tertentu

berpakaian, bermusik, dan kendaraan yang dipakai. Tanda mengartikan atau

merepresentasikan (menggambarkan) konsep-konsep, gagasan atau perasaan

sedemikian rupa yang memungkinkan seseorang ‘membaca’, men-kode ulang

atau menginterpretasikan maknanya.

Page 114: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Simbol gaya hidup seperti pakaian, musik, dan kendaraan seringkali dapat

mengkomunikasikan makna-makna, dan mengorganisasi interpretasi orang lain

secara cukup tepat, dan digunakan untuk berinteraksi secara bermakna satu sama

lain, hal itu merupakan interaksi sosial yang bermakna. Para anggota komunitas

“Beat Boys” saling mengidentifikasi dengan penggunaan simbol-simbol gaya

hidup Mod.

Pesan yang ingin disampaikan dari gaya hidup Mod oleh komunitas “Beat

Boys” adalah mereka menganggap Mod sebagai cara hidup atau way of life. Mod

adalah sebuah kultur yang berpikir modern, dapat menerima pemikiran-pemikiran

atau kultur baru dari mana saja, tanpa melupakan budayanya sendiri. Mempunyai

semangat penampilan dan dandanan yang selalu rapi, pekerja keras. Serta tidak

lupa penyamarataan kelas, dalam artian penyeragaman kelas, tidak membeda-

bedakan status sosial. Selain itu juga menunjukan pola pikir yang lebih matang,

karena dapat berbaur dengan segala komunitas.

Mod dianggap sebagai ekspresi dari keprihatinan dan posisi-posisi struktural

tersembunyi kelompok-kelompok muda. Simbol-simbol yang sebelumnya tidak

terkait kemudian dipadukan untuk menciptakan makna-makna baru. Seperti

komunitas Mod yang pada awalnya membuat perlawanan dengan menggunakan

simbol-simbol berupa pakaian yang identik dengan kaum tersebut. Mereka ingin

memperlihatkan bahwa kelas pekerja juga dapat berpenampilan rapi seperti para

kaum borjuis dari hasil keringat mereka sendiri lama kelamaan merambah ke

musik dan alat transportasi. Gaya tersebut merepresentasikan suatu brikolase

simbol yang membentuk suatu ekspresi yang koheren dan bermakna.

Page 115: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Intinya adalah perlawanan simbolik� subkultur merupakan sikap terhadap

pemaknaan ulang, sedang suatu proses redefinisi tersebut disebut brikolase, dan

homologi yang merupakan relasi sinkronik yang tercipta antara kelompok

particular terhadap dunia baru mereka yang telah di

redefiniskan.(http://www.teguh

[email protected]/subkultur/dan/kaum/muda)

Page 116: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

4.3.Validitas dan Realibilitas

Tabel 4.5

Tabel Validitas dan Realibilitas

INSTRUMEN REALIBILITAS VALIDITAS 1. Lucky Airlangga Pelaku Mod “Beat Boys”

(foto 4.5.1 Lucky Airlangga, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi)

2. Daud Fallahien Pelaku Mod “Beat Boys”

(foto 4.5.2 Daud Fallahien, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi)

3. Erwino Sakti Pelaku Mod “Beat Boys”

(foto 4.5.3 Erwino Sakti, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi)

Page 117: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

4. Geri Gilban Rizali Pelaku Mod “Beat Boys”

(foto 4.5.4 Geri Gilban Rizali, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi)

5. Roni Anwar Pelaku Mod “Beat Boys”

(foto 4.5.5 Roni Anwar, pelaku Mod Beat Boys, dokumentasi pribadi)

6. Gustaff Harriman Iskandar

(foto 4.5.6 Gustaff H. Iskandar, pengamat gaya hidup, salah satu penulis buku “resisensi Gaya Hidup, teori dan realitas, dokumentasi pribadi)

Pengamat Gaya Hidup, salah satu penulis buku “Resistensi Gaya Hidup, Teori dan Realitas”

(gambar 4.5.7 buku yang salah satu isinya ditulis oleh Gustaff H. Iskandar, http://www.belbuk.com/images )

7. Sumber Litelatur Contoh salah satu pengertian kelompok dari buku Ilmu Komunikasi suatu pengantar: Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

Mulyana, Deddy M.A., Ph.D., 2005, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Page 118: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

8. Sumber Internet Contoh kutipan dari internet: Semua interaksi antarindividu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol (komunikasi), dengan kata lain, melalui interaksi, kita membangun sebuah pemahaman yang fleksibel tentang diri sendiri-siapakah anda sebgai seseorang

http//:www. bambangkusumawijaya@ wordpress.com�

Page 119: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai representasi gaya hidup Mod di

Komunitas “Beat Boys” Bandung, maka penulis menarik kesimpulan sebagai

berikut :

5.1.1 Gaya Hidup Komunitas “Beat Boys”

Komunitas “Beat Boys” Bandung tidak mengadopsi mentah-mentah gaya

hidup Mod dari negeri asalnya yaitu Inggris, mereka mengimplementasikan gaya

hidup Mod keIndonesiaan. Gaya hidup komunitas “Beat Boys’ terbagi atas tiga

elemen utama, yaitu fashion, musik, dan skuter. Ketiga atribut tersebut apabila

dilihat dari kaca mata culture studies pada awalnya merupakan perlawanan

simbolik terhadap tatanan kelas yang berkuasa, tetapi untuk saat ini, ketiga atribut

tersebut merupakan pembeda dari gaya hidup lainnya

5.1.2. Pola komunikasi yang dibangun oleh anggota komunitas “Beat Boys”

Bandung

Pola komunikasi yang dikembangkan oleh komunitas “Beat Boys” adalah

komunikasi kelompok, karena mereka mempunyai tujuan bersama yang

berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama

Page 120: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut sehingga

menimbulkan keakraban antar anggotanya.

Komunitas “Beat Boys” mempunyai kualitas komunikasi dalam dan

meluas, dalam artian menembus kepribadian yang paling tersembunyi,

menampakan perilaku dalam suasana privat sekalipun. Komunitas ”Beat Boys”

apabila dilihat dari fasilitasi, mempunyai dampak positif, karena dianggap-

menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu anggota

kelompoknya, khususnya dalam bidang pekerjaan.

5.1.3 Pesan Simbolik yang Digunakan Komunitas “Beat Boys”

Awal mula komunitas “Beat Boys” terbentuk adalah para anggotanya

yang mempunyai kesamaan minat akan skuter, mereka saling

mengidentifikasikan simbol gaya hidup seperti pakaian, musik, dan kendaraan

seringkali dapat mengkomunikasikan makna-makna, dan mengorganisasi

interpretasi orang lain secara cukup tepat, dan digunakan untuk berinteraksi

secara bermakna satu sama lain, hal itu merupakan interaksi sosial yang

bermakna. Para anggota komunitas “Beat Boys” saling mengidentifikasi dengan

penggunaan simbol-simbol gaya hidup Mod.

Tujuan bersama yang ingin mereka capai adalah memberikan pesan

kepada khalayak, bahwa komunitas “Beat Boys” adalah Pesan yang ingin

disampaikan dari gaya hidup Mod oleh komunitas “Beat Boys” adalah mereka

menganggap Mod sebagai cara hidup atau way of life. Mod adalah sebuah kultur

yang berpikir modern, dapat menerima pemikiran-pemikiran atau kultur baru dari

mana saja, tanpa melupakan budayanya sendiri. Mempunyai semangat

Page 121: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

penampilan dan dandanan yang selalu rapi, pekerja keras. Serta tidak lupa

penyamarataan kelas, dalam artian penyeragaman kelas, tidak membeda-bedakan

status sosial. Selain itu juga menunjukan pola pikir yang lebih matang, karena

dapat berbaur dengan segala komunitas.

Page 122: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

DAFTAR PUSTAKA

Daymon, Christine dan Immy Holloway, 2008, Riset Kualitatif, PT. Bentang

pustaka, Yogyakarta.

Fiske, John, 2007, Cultural and Communication Studies, Jalasutra,

Yogyakarta.

Goldberg, Alvin A., Carl E. Larson, 1985, Komunikasi Kelompok, proses-

proses diskusi dan penerapannya, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Hujatnikajennong, Agung, 2006, Resistensi Gaya Hidup, Teori dan Realitas,

Jalasutra, Yogyakarta.

Ibrahim, Idy Subandi, 2007, Budaya Populer Sebagai Komunikasi, Jalasutra,

Yogyakarta.

Liliweri, Alo DR. M.S., 1994, Komunikasi Verbal dan Nonverbal, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

LittleJohn, Stephen W., Karen A. Foss, 2009, Teori Komunikasi, Theories of

Human Communication, Salemba Humanika, Edisi 9, Jakarta

Lull, James, 1998, Media Komunikasi Kebudayaan, Suatu Pendekatan

Global, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Moleong, Lexy J., Dr., 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja

Rosda Karya, Bandung.

Page 123: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Mulyana, Deddy Prof., M.A., P.Hd., dan Dr. Solatun M.Si., 2006, Metode

Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Mulyana, Deddy DR. M.A. 2008, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja

Rosda Karya, Bandung.

Mulyana, Deddy M.A., Ph.D., 2005, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, PT.

Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin, 2005, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung

Sobur, Alex Drs. M.Si., 2009, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosda

Karya, Bandung.

Soekanto, Soerjono Prof., Dr., S.H., M.H., 2005, Sosiologi suatu pengantar,

PT. raja Grafindo Persada, cetrakan ketigapuluh delapan, Jakarta.

Stokes, Jane, 2006, How to Do Media and Cultural Studies, PT. Bentang

Pustaka, Yogyakarta

Storey, Jhon, 2008, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Jalasutra,

Yogyakarta.

Page 124: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

Tubbs, Stuart L., dan Sylvia Moss, 2008, Human Communication, Prinsip-

Prinsip Dasar, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

• Sumber lain:

http://wwisanggeni.blog.friendster.com/2006/10/interaksi-simbolik/

http://indonesia.siutao.com/tetesan/komunikasi.php

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/viewArticle/17678.

http://rinexzan.multiply.com/journal/item/1/dramaturgi

Page 125: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN KOMUNITAS “BEAT BOYS”

PERTANYAAN TENTANG MOD

1. Apa itu Mod?

2. Sejarah Mod?

3. Ideologi/filosofi Mod?

4. Awal mula Mod masuk ke Indonesia?

5. Apa yang menjadi syarat bagi seseorang agar bisa melakoni Mod?

PERTANYAAN TENTANG KOMUNITAS “BEAT BOYS”

1. Awal mula terbentuk?

2. Pencetusnya?

3. Tujuan dibentuknya komunitas “Beat Boys”?

4. Kegiatan?

5. Apa yang membedakan komunitas “Beat Boys” dengan komunitas lain?

PERTANYAAN TENTANG KONSEP DIRI KOMUNITAS “BEAT BOYS”

1. Apa saja objek yang khas dari komunitas “Beat Boys”?

2. Bagaimana konsep diri yang ingin ditampilkan oleh komunitas “Beat Boys”?

3. Bagaimana penerapan gaya hidup Mod di kehidupan sehari-hari?

4. Tujuan anda menjadi pelaku Mod?

5. Apa yang anda dapatkan dengan menjadi pelaku Mod komunitas “Beat Boys?

Page 126: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GUSTAFF H. ISKANDAR

1. Menurut anda, apa itu gaya hidup?

2. Menurut pengamatan anda selama ini, kenapa seseorang melakoni gaya hidup

tertentu?

3. Apa yang ingin mereka representasikan?

4. Bagaimana perkembangan gaya hidup di Bandung selama ini?

Page 127: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

DATA NARASUMBER

1. Nama : Lucky Airlangga (Uky)

Alamat : Komp. Cibaligo Permai No. 84

Hp : 022-93218482

Ttl : Balikpapan, 25 February 1982

2. Nama : Daud Fallahien (Daud)

Alamat : Jl. Kendang No. 3 Bandung

Hp : 085624347938

Ttl : Bandung, 20 February

3. Nama : Erwino Sakti (Wino)

Alamat : jl. Cipaku Indah I no. 10

Hp : 08882000107

Ttl : Bandung, 24 Agustus 1976

4. Nama : Geri Gilban Rizali (Uge)

Alamat : jl. Cihampelas 93A

Hp : 022-93385937

Ttl : Bandung, 21 November 1976

5. Nama : Roni Anwar (Kumbang)

Alamat : Jl. Phh. Mustopa gg. Sukapada No.1

Hp : 085720370669

Ttl : Bandung, 8 Agustus 1981

6. Nama : Gustaff Harriman Iskandar

Alamat : Jl. Kyai Gede Utama No. 8

Hp : 0818890702

Ttl : 1974

Page 128: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files/10-2174_Fulltext_Duplikat.pdfStudi Kualitatif Analisis Interaksi Simbolik dengan Pendekatan Culture Studies Disusun Oleh:

DOKUMENTASI KEGIATAN KOMUNITAS “BEAT BOYS”

Buku yang wajib dibaca oleh komunitas Mod