15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PROSES SPASIAL RELOKASI WARGA BANTARAN BENGAWAN SOLO KECAMATAN JEBRES TAHUN 2010 (Studi Kasus Relokasi Sistem Cluster, untuk Memperkaya Materi Geografi SMA Kelas X pada SK Menganalisis Unsur-unsur Geosfer, KD Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan di Muka Bumi) Gunawan Tri Nugroho ¹*, Gamal Rindarjono², dan Singgih Prihadi² ¹Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS, Surakarta. ²Dosen Program Pendidikan Gegrafi, PIPS, FKIP, UNS, Surakarta. *Keperluan konfirmasi, Telp: 08995274788, e-mail: [email protected] ABSTRACK The purposes of this study are: (1) To find out land conversion process of Bengawan Solo flood plain land area in Kecamatan Jebres, Surakarta, before and after relocation had been done. (2) To find out the relocation process of Bengawan Solo flood plain citizen, Kecamatan Jebres, Surakarta to new place. (3) To find out compatibility level of relocation place as new settlement area for Bengawan Solo river basin citizen Kecamatan Jebres Surakarta. This research belongs to descriptive qualitative study. Population amount of houses that had been relocated are 287. The amount samples had been taken in this study is 122 houses. This study had been done in 3 settlement relocation cluster in Kecamatan Mojosongo. Technique of data collection used interviews, questioners and documentations. Data analysis technique used spatial analysis technique process, descriptive qualitative and evaluation analysis. Validity data test had been done using triangulation data technique then enhanced by member checking in order to make data more valid. The conclusion of this study are: (1) The process of land conversion that occurred at Bengawan Solo river banks, especially in Pucang Sawit and kelurahan Sewu is done by long time, it is proved by they can obtain land certificates because at that time there was no regulations for river area. (2) Kecamatan Mojosongo is destination of relocation program with cluster system. Cluster System is an option given from City Government to residents who life’s at state land (does not have land certificate) and then the citizens approved it. (3) Three cluster locations are Pucangmojo, Mipitan Sewu, and Ngemplak Sutan. Pucangmojo has average distance to PUSKESMAS and school, gives increase in income, and far from flooding disaster. Mipitan Sewu has average distance to PUSKESMAS and school, gives increase in income, but potential get flooding disaster. Ngemplak Sutan has long distance from a PUSKESMAS and school, not gives increase in income, and far from flood disaster. Keyword: relocation, Bengawan Solo, cluster.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

  • Upload
    others

  • View
    44

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PROSES SPASIAL RELOKASI WARGA BANTARAN BENGAWAN

SOLO KECAMATAN JEBRES TAHUN 2010

(Studi Kasus Relokasi Sistem Cluster, untuk Memperkaya Materi Geografi

SMA Kelas X pada SK Menganalisis Unsur-unsur Geosfer,

KD Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya Terhadap Kehidupan di Muka Bumi)

Gunawan Tri Nugroho ¹*, Gamal Rindarjono², dan Singgih Prihadi²

¹Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS, Surakarta.

²Dosen Program Pendidikan Gegrafi, PIPS, FKIP, UNS, Surakarta.

*Keperluan konfirmasi, Telp: 08995274788, e-mail: [email protected]

ABSTRACK

The purposes of this study are: (1) To find out land conversion process of

Bengawan Solo flood plain land area in Kecamatan Jebres, Surakarta, before and

after relocation had been done. (2) To find out the relocation process of

Bengawan Solo flood plain citizen, Kecamatan Jebres, Surakarta to new place.

(3) To find out compatibility level of relocation place as new settlement area for

Bengawan Solo river basin citizen Kecamatan Jebres Surakarta.

This research belongs to descriptive qualitative study. Population amount

of houses that had been relocated are 287. The amount samples had been taken in

this study is 122 houses. This study had been done in 3 settlement relocation

cluster in Kecamatan Mojosongo. Technique of data collection used interviews,

questioners and documentations. Data analysis technique used spatial analysis

technique process, descriptive qualitative and evaluation analysis. Validity data

test had been done using triangulation data technique then enhanced by member

checking in order to make data more valid.

The conclusion of this study are: (1) The process of land conversion that

occurred at Bengawan Solo river banks, especially in Pucang Sawit and

kelurahan Sewu is done by long time, it is proved by they can obtain land

certificates because at that time there was no regulations for river area. (2)

Kecamatan Mojosongo is destination of relocation program with cluster system.

Cluster System is an option given from City Government to residents who life’s at

state land (does not have land certificate) and then the citizens approved it. (3)

Three cluster locations are Pucangmojo, Mipitan Sewu, and Ngemplak Sutan.

Pucangmojo has average distance to PUSKESMAS and school, gives increase in

income, and far from flooding disaster. Mipitan Sewu has average distance to

PUSKESMAS and school, gives increase in income, but potential get flooding

disaster. Ngemplak Sutan has long distance from a PUSKESMAS and school, not

gives increase in income, and far from flood disaster.

Keyword: relocation, Bengawan Solo, cluster.

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENDAHULUAN

Kota Surakarta, yang merupakan salah satu daerah yang dilewati aliran

Bengawan Solo tidak luput dari bencana banjir pula. Pada tahun 2007 beberapa

daerah bantaran dan juga anak Bengawan Solo terkena luapan air Bengawan Solo.

Kejadian ini merupakan bencana yang sangat besar setelah beberapa tahun

sebelumya tidak ada kejadian banjir sebesar ini. Banjir tahun 2007 di Solo

setidaknya menenggelamkan kurang lebih 1500 rumah warga di 6 Kelurahan yang

berada Surakarta. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk

memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh,

status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan

bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang

baru. Program relokasi di Kota Surakarta telah dilakukan sejak tahun 2008 dengan

target memindahkan 1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi

merupakan daerah bantaran Bengawan Solo dan anak Begawan Solo yang

tersebar di 6 kelurahan yaitu Pucangsawit, Sewu, Semanggi, Sangkrah,

Joyosuran, dan Jebres. Program relokasi di Kota Surakarta dilakukan dengan

memberi bantuan hibah kepada masyarakat yang akan direlokasi sebesar Rp. 22,3

juta yang pelaksanaanya diatur dalam petunjuk teknis program relokasi Kota

Surakarta.

Salah satu daerah yang melaksanakan program relokasi adalah daerah

bantaran anak Bengawan Solo di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang diikuti 2

kelurahan yang melakukan program relokasi yaitu Kelurahan Sewu dan

Pucangsawit. Keberadaan serta kondisi komunitas yang telah lama

melangsungkan kehidupannya pada permukiman bantaran menjadikan

pelaksanaan program relokasi tidak mudah untuk dilakukan, namun demikian

program relokasi tetap dilaksanakan. Kedaan tersebut seperti memutus sebuah

rantai komunikasi dalam masyarakat kemudian mencoba memindahkanya ke

tempat lain, tentu dalam proses yang sulit tersebut terdapat upaya – upaya

pemerintah kota untuk membujuk warga agar bisa ikut serta dalam program

relokasi tersebut.

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Relocation is perhaps the most difficult of all task involving resettlement,

because recreating living condition and, in some cases the settlement and living

patterns of entire communities, can be a very challenging and complex task”

(Asian Development Bank, 1998:55) (“Menjalankan proses relokasi mungkin

merupakan hal yang paling sulit dilakukan untuk membangun kembali sebuah

permukiman, karena menempatkan kembali sebuah masyarakat yang sebelumnya

memang sudah ada kehidupan masyarakat yang berjalan di situ, merupakan hal

yang kompleks dan rumit”).

Menurut Finch dalam Rindarjono (2012:19), Settlement atau permukiman

adalah kelompok satuan – satuan tempat tinggal atau kediaman manusia,

mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah serta jalan, dan fasilitas lain yang

digunakan sebagai sarana pelayanan manusia tersebut. Dari batasan tersebut jelas

bahwa permukiman bukan hanya kelompok bangunan tempat tinggal saja, tetapi

di dalamya juga termasuk semua sarana dan prasarana penunjang kehidupan

penghuninya.

Menoni dan Pesaro (2008:39) mengatakan bahwa relokasi membutuhkan

dana dan biaya yang besar, namun juga rerdapat keuntungan dalam

pelaksanaanya, diantaranya adalah yang pertamama biaya relokasi meliputi: (1)

Studi kelayakan relokasi. (2) Desain proyek dan anjuran ahli. (3) Aktivitas

pendukung umum (informasi, saran, persetujuan umun pembangunan). (4)

Bangunan akuisisi. (5) Sisa pembongkaran bangunan. (6) Naturalisasi kembali

daerah yang ditinggalkan. (7) Kompensasi atas kehilangan kualitas lingkungan di

lokasi permukiman yang baru. (8) Biaya pengganti (dana kompensasi) untuk

masyarakat umum dan pribadi.

Kedua adalah keuntungan relokasi meliputi: (1) Peningkatan kualitas

lingkungan di daerah yang ditinggalkan. (2) Pengurangan biaya penyelamatan. (3)

Pengaurangan biaya mitigasi bencana lainya. (4) Pengurangan biaya rekonstruksi.

(5) Pengurangan kerugian sistemik (reduction of systemic losses). (6)

Pengurangan biaya yang terkait dengan ketidaknyamanan sosial yang disebabkan

oleh keadaan darurat.

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Asian Devevelopment Bank (1998:57) ada empat tahap

pemilihan lokasi relokasi, yaitu: (1) Pemilihan lokasi dan alternatif: memilih

lokasi yang baik adalah unsur paling penting. Mulai dengan pilihan-pilihan

altematif, yang melibatkan pemukim kembali yang potensial dan penduduk

setempat dalam proses tersebut. (2) Studi kelayakan: melakukan studi kelayakan

lokasi alternatif dan mempertimbangkan potensi kawasan dari segi persamaan

ekologi, harga lahan, pekerjaan, kemungkinan untuk memperoleh kredit,

pemasaran dan peluang ekonomi lainnya untuk mata pencarian OTD dan

masyarakat setempat. (3) Susunan dan rancangan: susunan dan rancangan

kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan kebiasaan budaya.

Mengidentifikasi lokasi sekarang terhadap berbagai prasarana fisik dan sosial di

masyarakat yang terkena dampak: bagaimana anggota keluarga, kerabat, terkait

satu sama lain di kawasan sekarang, serta berapa, sering dan siapa (jenis

kelamin/umur) yang menggunakan berbagai sarana dan prasarana sosial. Penting

memahami pola pemukiman dan rancangan yang ada supaya dapat menaksir

kebutuhan di kawasan pemukiman yang baru. Masukan masyarakat harus menjadi

bagian integral proses rancangan. (4) Pembangunan lokasi pemukiman kembali :

luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal

sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali harus diijinkan

membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang sudah

disediakan oleh IP. Seluruh sarana dan prasarana fisik dan sosial harus sudah siap

sebelum pemukim diminta untuk pindah ke lokasi. Organisasi OTD dan

perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan lokasi

pemukiman kembali.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang

wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: (1) Terwujudnya

keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. (2) Terwujudnya

keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia. (3) Terwujudnya pelindungan

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat

pemanfaatan ruang (Monev, 2011: bappeda.majalengkakab.go.id)

Dari pendaluhuan yang telah disampaikan maka tujuan penelitian ini

adalah: (1) Untuk mengetahui proses alihfungsi lahan daerah bantaran Bengawan

Solo di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi

dilakukan. (2) Untuk mengetahui proses relokasi warga bantaran Bengawan Solo,

Kecamatan Jebres Kota Surakarta ke daerah yang baru. (3) Untuk mengetahui

tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai daerah permukiman baru warga

bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mengambil dua lokasi yang pertama yaitu di kawasan

bantaran Bengawan Solo, Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang merupakan

daerah asal relokasi. Daerah tersebut yang memang menjadi daerah langganan

banjir, akan tetapi kejadian banjir besar tahun 2007 membuat daerah Bantaran

Bengawan Solo ini, direlokasi ke tempat lain. Lokasi yang kedua merupakan

daerah penelitian yang berada di Kelurahan Mojosongo yang merupakan daerah

tujuan relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Proses alih fungsi lahan daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan

Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi dilakukan dengan melalui

analisis proses. Dengan menggunakan data berupa cirta google earth sebelum dan

sesudah dilakukanya relokasi maka diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai.

Data dari citra tersebut selanjutnya diperkuat data wawancara dari lapangan.

Kemudian untuk mengetahui proses relokasi warga bantaran Bengawan

Solo Kecamatan Jebres, Kota Surakarta ke daerah yang baru adalah analisis

deskriptif. Data berupa wawancara terhadap pihak – pihak yang terkait, dan

mengetahui kronologis proses evaluasi, yang berupa kata – kata selanjutnya di

analisis tingkat kebenaranya antara satu informan ke informan yang lainya. Dari

data tersebut diharapkan dapat diperoleh kronologis relokasi secara benar.

Untuk mengetahui tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai

daerah permukiman baru warga bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta, analisis evaluasi dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dengan

cara mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Data yang berupa hasil kuesioner

dan hasil wawancara dapat menunjukkan tingkat ketercapaian program relokasi.

Dibantu dengan tehnik skoring yang hiharapkan dapat menampilkan tingkat

kecocokan daerah sebagai daerah tujuan relokasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Proses Relokasi Bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Sistem

Cluster

Proses alih fungsi lahan daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan

Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi dilakukan. Pada Tahun

2006, penggunaan lahan di Kelurahan Mojosongo masih banyak lahan kosong,

kurang lebih 50% dari total daerah administrasi Kelurahan Mojosongo masih

kosong. Karakteristik daerah Mojosongo yang relatif tandus, sulit mendapatkan

air tanah dangkal, dan pembangunan infrastruktur yang tidak banyak menjadikan

daerah tersebut kurang diminati sebagai daerah hunian.

Pada daerah bantaran sungai Bengawan Solo, tahun 2006 masih terdapat

banyak permukiman. Permukiman didaerah bantaran ini sudah ada lama, warga

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengatakan bahwa perkumian itu sudah ada kira-kira 50 tahun yang lalu. Dalam

wawancara yang telah penulis lakukan pembetukan permukiman bantaran sudah

berlangsung lama, sehingga bisa mendapatkan sertifikat kepemilikan rumah.

Keadaan tanah kosong di daerah bantaran ini, lama kelamaan menjadikan suatu

pemukiman yang padat walaupun sebenarnya peruntukan tidak untuk

permukiman.

Latar Belakang Program Relokasi Di Kota Surakarta. Kejadian banjir

besar di Surakarta tahun 2007 menjadi latar belakang diadakanya program

relokasi. Relokasi atau ressletlement memindahkan permukiman di bantaran

Bengawan Solo dan juga di bantaran anak sungainya yang tiap tahun telah

menjadi daerah langganan banjir. Banjir pada daerah tersebut terjadi dia antara

bulan Desember dan Januari.

Bencana banjir tahun 2007 merupakan salah satu bencana besar yang

pernah melanda kota Surakarta. Banjir pada tahun 2007 meneggelamkan sebagian

besar daerah Bantaran Bengawan Solo dan bantaran anak sungainya, kejadian ini

mendapat tanggapan dari pemerintah kota Surakarta dengan mengeluarkan

kebijaksanaan melalui SK Walikota Nomor: 362.05/25/1/2008 tentang

Pembentukan Tim Dan Kelompok Kerja Penanganan Pasca Bencana Banjir Kota

Surakarta. Dalam Surat Keputusan tersebut salah satu upaya yang dilakukan untuk

mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan merelokasi permukiman warga

bantaran sungai.

Relokasi permukiman adalah solusi permanen untuk warga bantaran

sungai yang telah menjadi daerah langganan banjir, yang merupakan langkah

pemindahan permukiman dari lokasi yang rawan bencana ke lokasi permukiman

yang lebih aman. Relokasi juga merupakan program pengembalian fungsi

bantaran sungai sebagai daerah hijau dan juga daerah resapan air.

Sasaran program relokasi yaitu rumah di daerah bantaran sungai sebanyak

1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi merupakan daerah bantaran

Sungai Bengawan Solo dan anak sungai Begawan solo yang tersebar di 6

kelurahan. Berikut adalah kelurahan yang mendapatkan bantuan program relokasi

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

di Kota Surakarta. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi jumlah rumah yang terkena

program relokasi:

Tabel Rekapitulasi Pelaksanaan Program Relokasi Banjir Bengawan Solo Sampai

tahun 2013

No Kelurahan Jml

Korban

(Rumah)

Sudah Relolasi Belum Direlokasi

TN HM TN HM

Tanah Rumah Tanah Rumah

1 Jebres 218 172 0 0 0 4 3

2 Pucangsawit 300 274 23 10 55 16 4

3 Sewu 363 249 30 33 18 49 106

4 Sangkrah 294 111 21 28 0 12 145

5 Semanggi 339 170 45 84 21 33 78

6 Joyosuran 57 48 0 0 0 7 11

Jumlah 1.024 119 155 94 121 347

Nb: 49 rumah belum terdaftar

Sumber: BAPERMAS Surakarta

Program relokasi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Bangunan yang berada di atas tanah hak

milik. (2) Bangunan yang berada di atas tanah negara yang digolongkan sebagai

bangunan illegal/liar. Pada daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan Jebres

relokasi atas bangunan yang berada pada tanah negara (warga menyebutnya

dengan “lemah Bengawan”) sudah selesai dilakukan di Kelurahan Pucangsawit

dan Sewu, sedangkan relokasi pada tanah hak milik yang berada pada Kelurahan

Sewu, sampai saat penelitian ini dilakukan belum juga terealisasi.

Pada Kelurahan Pucangsawit yang menerima bantuan relokasi, detailnya

adalah 112 rumah direlokasi di Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo dan 96

rumah di Kedung Lumbu, Kelurahan Mojosongo. Sisa dari kelompok

Pucangsawit yaitu 92 warga yang merupakan warga yang mempunyai sertifikat

hak milik atas tanah mendapat ganti rugi tanah dan bangunan yang kemudian

pindah tersebar di daerah Kota Surakarta dan Sukoharjo sesuai keinginan masing-

masing.

Kelurahan Sewu juga sudah melakukan relokasi, tetapi warganya yang

tinggal di bantaran Bengawan Solo belum semuanya melaksanakan relokasi.

Warga Kelurahan Sewu yang sudah melaksanakan relokasi adalah warga bantaran

dengan status tanah negara. Warga Kelurahan sewu yang sudah melaksanakan

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program relokasi ini jumlahnya 81 rumah yang pindah ke daerah Mipitan,

Kelurahan Mojosongo. Sedangkan warga yang mempunyai sertifikat kepemilikan

tanah, belum pindah karna proses ganti rugi tanah yang terkendala. Kendala ganti

rugi tersebut meliputi hilangnya sertifikat dan juga tanah warisan yang belum

dipecah.

Tujuan dan sasaran program relokasi di Kota Surakarta. Di dalam petunjuk

pelaksanaan relokasi bantaran Bengawan Solo yang dilaksanakan olen Pemerintah

Kota Surakarta tidak dituliskan tujuan program relokasi, sehingga dilakukan

wawancara untuk mengetahui tujuan program relokasi dengan Kabid

BAPERMAS, BP, dan PKK kota Surakarta. Berdasarkan wawancara maka dapat

disimpulkan tujuan relokasi adalah: (1) Memindahkan/merelokasi rumah-rumah

tidak layak huni yang berada di bantaran ke lokasi yang lebih aman dan layak. (2)

Menata lahan banataran untuk Mengembalikan fungsi bantaran sungai sebagai

lahan hijau. Dengan demikian sasaran kelompok dari program ini adalah

masyarakat yang menempati lahan dibantaran sungai.

Kepanitiaan pelaksana program relokasi di Kota Surakarta. Dalam

program relokasi di kota Surakarta agar berjalan dengan baik, maka ada beberapa

pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Masing-masing pihak tersebut

memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Berikut adalah kelembagaan dalam

pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta.

Kemompok kerja program relokasi tingkat kota. Kelompok kerja program

relokasi pada tingkat kota memiliki tugas dan fungsi: (1) Mengkoordinir

pelaksanaan pemberian bantuan program relokasi kepada warga penerima. (2)

Melakukan verifikasi pengajuan permohonan bantuan program Relokasi. (3)

Menetapkan warga penerima program relokasi. (4) Melaksanakan sosialisasi,

monitoring dan evaluasi pelaksanaan program relokasi. (5) Melaksanakan

pengadaan tanah dalam rangka untuk merelokasi pemukiman. (6) Menyusun

guidance dan site plan bangunan relokasi. (7) Menetapkan dan menyerahkan ganti

rugi atas tanah yang haknya akan dilepas atau diserahkan termasuk bangunan,

tanaman dan benda-benda lain yang berada di atas tanah. Tim program relokasi

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada tingkat kota terdiri dari beberapa instansi dengan Bapermas PP PA dan KB

sebagai leading sektornya.

Kelompok kerja tingkat kelurahan. Dalam Pelaksanaan program relokasi

dibentuk Pokja Induk sebagai kelompok kerja tingkat kelurahan yang dilegitimasi

dengan SK Walikota. Pokja induk di pilih berdasarkan musyawarah bersama

warga dengan kelurahan dan LMPK. Pokja induk memiliki fungsi dan tugas

sebagai berikut: (1) Menginventarisasi atau mendata warga yang berhak

mendapatkan bantuan program relokasi. (2) Mengiringi proses relokasi. (3)

Membuat laporan pertanggungjawaban penyerahan bantuan (SPJ) serta

mendokumentasian semua kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kelompok kerja tingkat kelompok permukiman. Pada tingkat kelompok

(penerima program) dibentuk Sub Pokja. Sub Pokja ini dibentuk untuk mewakili

dari masyarakat yang menerima program. SubPokja memiliki tugas dan fungsi

untuk mendampingi masyarakat penerima program dalam proses pembangunan

rumah serta mengusulkan rencana kebutuhan pembangunan kepada Kelompok

Kerja.

Petunjuk pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta. Pelaksanaan

relokasi merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah kota

Surakarta dalam rangka untuk memindahkan masyarakat yang bertempat tinggal

di daerah bantaran Sungai Bengwan Solo dan anak sungai yang terkena bencana

banjir serta dalam rangka untuk menata daerah bantaran sungai. Dalam

melaksanakan program relokasi, pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan

prosedur dalam pelaksanaanya. Berikut adalah prosedur dalam pelaksanaan

program relokasi di Kota Surakarta.

Pengajuan bantuan program relokasi. Sebelum mendapatkan dana bantuan

program relokasi yang diberikan oleh pemerintah kota, maka prosedur yang

dilaksanakan pertama kali yaitu pengusulan permohonan bantuan program

relokasi. Dalam pengusulan tersebut ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu:

Pertama adalah rembug warga. Dalam rembug warga yang dilakukan

adalah musyawarah antara calon penerima dana bantuan program relokasi dengan

Pokja yang difasilitasi oleh kelurahan. Materi yang disampaikan dalam rembug

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

warga tersebut yaitu menyepakati susunan kelompok kerja di tingkat kelurahan

dan menunjuk sub Pokja serta mengidentifikasi kelengkapan data calon penerima

program.

Kedua adalah pengajuan proposal. Pengajuan proposal permohonan

bantuan program dilakukan secara kolektif oleh Pokja. Proposal tersebut terdiri

atas: (1) Daftar calon penerima program. (2) KTP dan KK calon warga penerima

program (3) Daftar susunan Pokja Kelurahan. (4) Surat perjanjian yang

menyatakan untuk tidak memindahtangankan kepada pihak lain minimal 5 tahun.

Ketiga adalah verifikasi pengusulan/proposal. Verifikasi dilakukan untuk

menetapkan warga yang akan mendapatkan program bantuan dengan SK

Walikota. Persayaratan yang diverifikasi yaitu: (1) Status kependudukan calaon

penerima program (WPH). (2) Penerima program adalah pemilik tanah dan

bangunan. (3) Kondisi rumah calaon penerima program. Setelah dilakukan

verifikasi selanjutnya ditetapkan daftar Warga Penerima program dengan

keputusan Walikota Surakarta.

Keempat adalah pengajuan bantuan program. Setelah ditetapkannya daftar

warga penerima program melalui SK Walikota, Bapermas PP PA dan KB akan

mengajukan permohonan kepada Walikota melalui DPPKAD untuk mencairkan

dana bantuan program relokasi.

Pencairan dana bantuan program relokasi. Untuk mencairkan dana bantuan

program relokasi ada beberpa proses yang dilakukan. (1) Melakukan penelitian

dan kelengkapan berkas proposal yang diajukan oleh Pokja. Penelitian berkas

tersebut meliputi : Surat keterangan siap jual beli dari notaries dan site plan lokasi

yang dijadikan sebagai lokasi relokasi. (2) Melaksanakan proses perjanjian hibah

daerah yang ditandatangani oleh warga penerima program. Setelah kedua proses

tersebut terlaksana maka Pemerintah kota melalui DPPKAD menyerahkan dana

bantuan program relokasi secara bertahap melalui rekening ketua Pokja.

Penggunaan dana bantuan program. Dana bantuan program relokasi yang

diberikan pemerintah kota kepada warga dalam pelaksanaannya harus digunakan

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Penggunaan dana bantuan program

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

relokasi adalah pembelian tanah = Rp. 12.000.000, pembangunan rumah = Rp.

8.500.000, fasilitas umum = Rp. 1.800.000.

Bantuan yang diberikan tersebut termasuk pembayaran pajak yang harus

ditanggung oleh penerima program seperti biaya balik nama. Walaupun dana

fasilitas umum sudah dianggarkan, tapi ada kasus tidak dibangunnya fasilitas

umum. Seperti yang terjadi pada permukiman Ngemplak Sutan yang lupa

dinggarkan untuk membangun sarana beribadah (mushola). Dengan adanya

kejadian tersebut, ada salah seorang warga yang meng hibahkan tanahnya untuk di

bangun sebuah mushola.

Pelaksanaan Program relokasi. Program pertama adalah sistem clustering,

yang ditawarkan Pemerintah Kota Solo kepada warga bantaran. Tipe clustering

ada di 3 tempat yaitu Pucang Mojo, Ngemplak Sutan, dan satu lagi yaitu Mipitan.

Sistem clustering memudahkan warga untuk pindah, sehingga warga tidak repot

mencari tanah sendiri karena Perintah Kota sudah memberi tawaran lokasi untuk

permukiman baru.

Pilihan kedua adalah pelaksanaan program relokasi dilakukan oleh

masyarakat sendiri sesuai hasil musyawarah rembug warga penerima program.

Warga cenderung memilih lokasi baru sendiri, sehingga lokasi nya tersebar. Ada

ygn memilih di dalam kota Solo, ada juga yang memilih pindah ke luar kota Solo.

Dari dua jenis tipe relokasi tersebut, pembangunan rumah dilakukan secara

gotong royong, hal ini berarti warga membangun ruman sendiri,tanpa bantuan

tenaga pemerintah.

Pertanggungjawaban dibuat setelah program relokasi selesai dilakukan

sebagai laporan atas program yang dilaksanakan.WPH melalui Pokja membuat

laporan pertanggungjawaban atas penerimaan bantuan program. Laporan

pertanggung jawaban tersebut terdiri dari: (1) Rincian penggunaan bantuan. (2)

Foto kondisi rumah setelah relokasi. (3) Sertifikat tanah atas nama WPH dari

BPN.

Tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai daerah permukiman

baru warga bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Berikut

ini adalah deskripsi wilayah clustering relokasi yang berada di daerah Mojosongo:

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pertama adalah Kedung Tungkul (Pucangmojo). Lokasi ini dinamai warga

dengan sebutan Pucangmojo, yang merupakan daerah pindahan dari bantaran

Bengawan Solo di wilayah administrasi kelurahan Pucangsawit. Kelurahan

Mojosongo mempunyai bentuklahan yang bergelombang sehingga lokasi ini juga

tergolong tidak rata (bergelombang).

Kedua adalah Ngemplak Sutan. Daerah relokasi Ngemplak Sutan

menampung 110 rumah warga pindahan dari Kelurahan Sewu. Sebetulnya ada

112 rumah warga yang dipindahkan ke permukiman baru ini, tapi 1 warga tidak

mau menempati, dan 1 lagi warga menyumbangkan tanah sebagai Mushola.

Pembangunan rumah di sini juga diserahkan seluruhnya ke warga, jadi warga

boleh membangun rumah sesuai model yang mereka inginkan. Sebagian besar

rumah warga masih sederhana dengan tembok belum diplester, ada juga beberapa

warga sudah ada yang memplester dan memasang keramik pada lantai, dan ada

juga yang sudah membangun rumah menjadi 2 lantai.

Ketiga adalah Mipitan Sewu. Lokasi Mipitan Sewu yang relatif dekat

dengan kampus Universitas Sebelas Maret menjadikan sebuah keuntungan. Di

sekitar lokasi ini tersebar banyak kos mahasiswa. Keadaan tersebut menjadikan

warung yang di dirikan oleh warga Mipitan Sewu laris. Permukiman ini bersih,

dan menurut peneliti kebanyakan rumah di sini lebih indah dibandingkan dua

lokasi relokasi sebelumnya. Lebih dari setengah dari keseluruhan rumah di

permukiman ini, temboknya sudah di plester dan mempunyai lantai keramik.

Keadaan lokasi yang dekat dengan kampus, juga dimanfaatkan pemilik rumah

untuk mengkontrakkan rumahnya sebagai kos.

Tabel. Evaluasi Tingkat Kecocokan Permukiman Relokasi

Pucangmojo Ngemplak Sutan Mipitan Sewu

Akses terhadap

Puskesmas

SEDANG JAUH SEDANG

Akses terhadap

Sekolah

SEDANG JAUH SEDANG

Memberikan

pendapatan baru

YA TIDAK TIDAK

Potensi bencana

banjir

BAIK BAIK TIDAK

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan paparan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Proses alihfungsi lahan yang terjadi di

bantaran Bengawan Solo khususnya di Pucang Sawit dan kelurahan Sewu sudah

berlangsung lama, hal tersebut dibuktikan sebagian warga bisa memperoleh

setifikat tanah karena memang pada saat itu belum ada undang-undang yang

mengatur tentang sungai atau daerah bantaran. (2) Kelurahan Mojosongo adalah

daerah tujuan relokasi dengan sistem cluster. Sistem Clustering merupakan

pilihan yang diberikan Pemerintahan Kota untuk warga yang menempati tanah

negara (tidak mempunyai sertifikat) yang kemudian disetujui oleh warga. (3) Tiga

lokasi cluster adalah Pucangmojo, Mipitan Sewu dan Ngemplak Sutan.

Pucangmojo mempunyai jarak sedang terhadap PUSKESMAS dan sekolah,

memberikan kenaikan pendapatan, dan jauh dari bencana banjir. Mipitan Sewu

mempunyai jarak sedang terhadap PUSKESMAS dan sekolah, memberikan

peningkatan pendapatan akan tetapi rawan terjadi bencana banjir. Ngemplak

Sutan mempunyai jarak jauh dari PUSKESMAS dan sekolah, tidak memberikan

peningkatan pendapatan, dan jauh dari bencana banjir.

Berdasaikan uraian penelitian diatas , maka kesimpulan penelitian ini

adalah: relokasi merupakan proses spasial kompleks yang membutuhkan

perancanaan yang matang. Pemerintahan kota yang mempunyai lembaga penataan

kota seharusnya bisa memberikan lokasi permukiman yang jauh dari bencana dan

memberikan kehidupan yang lebih baik. Walikota dengan BAPESMAS sebagai

pelaksana dan perencana seharusnya meminta saran pada lembaga lain agar

pemilihan lokasi relokasi sistem cluster lebih baik dari sekarang.

Untuk pembelajaran mata pelajaran geografi SMA kelas X pada standar

kompentensi menganalisis unsur-unsur geosfer, KD menganalisis hidrosfer dan

dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi perlu diberikan tamabahan alokasi

waktu untuk lebih mendalam membahas tentang bencana yang menyangkut

hidrosfer. Pengetahuan tentang bencana hidosfer yang dialami siswa atau berada

di sekitar tempat tinggal siswa dapat harus diperoleh agar siswa dapat melakukan

antisipasi atau minimal bisa membaca tanda-tanda bencana yang akan terjadi.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROSES SPASIAL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

ADB (Asian Development Bank). 1998. Handbook on Ressletement, A Good

Guide to Practice.

Monev, 2011. Penataan Ruang. Diakses tanggal 1 April 2013:

http://bappeda.majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view

=article&id=33:pena

Menoni, Scira & Pesaro, Giulia. 2008. Is relocation a good answer to prevent

risk? Criteria to help decision makers choose candidates for relocation in

areas exposed to high hydrological hazards. Disaster Prevention

Management. Volume 17 No. 1, 2008.

Nuraini, I.F. 2011.Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Warga Bantaran

Sungai Bengawan Solo Di Surakarta Tahun 2010.Skripsi.Surakarta :

FISIP UNS.

Rindarjono, Moh. Gamal. 2012. SLUM, Kajian Permukiman Kumuh dalam

Perspektif Spasial. Yogyakarta: Media Perkasa.