Upload
others
View
44
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROSES SPASIAL RELOKASI WARGA BANTARAN BENGAWAN
SOLO KECAMATAN JEBRES TAHUN 2010
(Studi Kasus Relokasi Sistem Cluster, untuk Memperkaya Materi Geografi
SMA Kelas X pada SK Menganalisis Unsur-unsur Geosfer,
KD Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya Terhadap Kehidupan di Muka Bumi)
Gunawan Tri Nugroho ¹*, Gamal Rindarjono², dan Singgih Prihadi²
¹Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS, Surakarta.
²Dosen Program Pendidikan Gegrafi, PIPS, FKIP, UNS, Surakarta.
*Keperluan konfirmasi, Telp: 08995274788, e-mail: [email protected]
ABSTRACK
The purposes of this study are: (1) To find out land conversion process of
Bengawan Solo flood plain land area in Kecamatan Jebres, Surakarta, before and
after relocation had been done. (2) To find out the relocation process of
Bengawan Solo flood plain citizen, Kecamatan Jebres, Surakarta to new place.
(3) To find out compatibility level of relocation place as new settlement area for
Bengawan Solo river basin citizen Kecamatan Jebres Surakarta.
This research belongs to descriptive qualitative study. Population amount
of houses that had been relocated are 287. The amount samples had been taken in
this study is 122 houses. This study had been done in 3 settlement relocation
cluster in Kecamatan Mojosongo. Technique of data collection used interviews,
questioners and documentations. Data analysis technique used spatial analysis
technique process, descriptive qualitative and evaluation analysis. Validity data
test had been done using triangulation data technique then enhanced by member
checking in order to make data more valid.
The conclusion of this study are: (1) The process of land conversion that
occurred at Bengawan Solo river banks, especially in Pucang Sawit and
kelurahan Sewu is done by long time, it is proved by they can obtain land
certificates because at that time there was no regulations for river area. (2)
Kecamatan Mojosongo is destination of relocation program with cluster system.
Cluster System is an option given from City Government to residents who life’s at
state land (does not have land certificate) and then the citizens approved it. (3)
Three cluster locations are Pucangmojo, Mipitan Sewu, and Ngemplak Sutan.
Pucangmojo has average distance to PUSKESMAS and school, gives increase in
income, and far from flooding disaster. Mipitan Sewu has average distance to
PUSKESMAS and school, gives increase in income, but potential get flooding
disaster. Ngemplak Sutan has long distance from a PUSKESMAS and school, not
gives increase in income, and far from flood disaster.
Keyword: relocation, Bengawan Solo, cluster.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN
Kota Surakarta, yang merupakan salah satu daerah yang dilewati aliran
Bengawan Solo tidak luput dari bencana banjir pula. Pada tahun 2007 beberapa
daerah bantaran dan juga anak Bengawan Solo terkena luapan air Bengawan Solo.
Kejadian ini merupakan bencana yang sangat besar setelah beberapa tahun
sebelumya tidak ada kejadian banjir sebesar ini. Banjir tahun 2007 di Solo
setidaknya menenggelamkan kurang lebih 1500 rumah warga di 6 Kelurahan yang
berada Surakarta. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh,
status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan
bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang
baru. Program relokasi di Kota Surakarta telah dilakukan sejak tahun 2008 dengan
target memindahkan 1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi
merupakan daerah bantaran Bengawan Solo dan anak Begawan Solo yang
tersebar di 6 kelurahan yaitu Pucangsawit, Sewu, Semanggi, Sangkrah,
Joyosuran, dan Jebres. Program relokasi di Kota Surakarta dilakukan dengan
memberi bantuan hibah kepada masyarakat yang akan direlokasi sebesar Rp. 22,3
juta yang pelaksanaanya diatur dalam petunjuk teknis program relokasi Kota
Surakarta.
Salah satu daerah yang melaksanakan program relokasi adalah daerah
bantaran anak Bengawan Solo di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang diikuti 2
kelurahan yang melakukan program relokasi yaitu Kelurahan Sewu dan
Pucangsawit. Keberadaan serta kondisi komunitas yang telah lama
melangsungkan kehidupannya pada permukiman bantaran menjadikan
pelaksanaan program relokasi tidak mudah untuk dilakukan, namun demikian
program relokasi tetap dilaksanakan. Kedaan tersebut seperti memutus sebuah
rantai komunikasi dalam masyarakat kemudian mencoba memindahkanya ke
tempat lain, tentu dalam proses yang sulit tersebut terdapat upaya – upaya
pemerintah kota untuk membujuk warga agar bisa ikut serta dalam program
relokasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Relocation is perhaps the most difficult of all task involving resettlement,
because recreating living condition and, in some cases the settlement and living
patterns of entire communities, can be a very challenging and complex task”
(Asian Development Bank, 1998:55) (“Menjalankan proses relokasi mungkin
merupakan hal yang paling sulit dilakukan untuk membangun kembali sebuah
permukiman, karena menempatkan kembali sebuah masyarakat yang sebelumnya
memang sudah ada kehidupan masyarakat yang berjalan di situ, merupakan hal
yang kompleks dan rumit”).
Menurut Finch dalam Rindarjono (2012:19), Settlement atau permukiman
adalah kelompok satuan – satuan tempat tinggal atau kediaman manusia,
mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah serta jalan, dan fasilitas lain yang
digunakan sebagai sarana pelayanan manusia tersebut. Dari batasan tersebut jelas
bahwa permukiman bukan hanya kelompok bangunan tempat tinggal saja, tetapi
di dalamya juga termasuk semua sarana dan prasarana penunjang kehidupan
penghuninya.
Menoni dan Pesaro (2008:39) mengatakan bahwa relokasi membutuhkan
dana dan biaya yang besar, namun juga rerdapat keuntungan dalam
pelaksanaanya, diantaranya adalah yang pertamama biaya relokasi meliputi: (1)
Studi kelayakan relokasi. (2) Desain proyek dan anjuran ahli. (3) Aktivitas
pendukung umum (informasi, saran, persetujuan umun pembangunan). (4)
Bangunan akuisisi. (5) Sisa pembongkaran bangunan. (6) Naturalisasi kembali
daerah yang ditinggalkan. (7) Kompensasi atas kehilangan kualitas lingkungan di
lokasi permukiman yang baru. (8) Biaya pengganti (dana kompensasi) untuk
masyarakat umum dan pribadi.
Kedua adalah keuntungan relokasi meliputi: (1) Peningkatan kualitas
lingkungan di daerah yang ditinggalkan. (2) Pengurangan biaya penyelamatan. (3)
Pengaurangan biaya mitigasi bencana lainya. (4) Pengurangan biaya rekonstruksi.
(5) Pengurangan kerugian sistemik (reduction of systemic losses). (6)
Pengurangan biaya yang terkait dengan ketidaknyamanan sosial yang disebabkan
oleh keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Asian Devevelopment Bank (1998:57) ada empat tahap
pemilihan lokasi relokasi, yaitu: (1) Pemilihan lokasi dan alternatif: memilih
lokasi yang baik adalah unsur paling penting. Mulai dengan pilihan-pilihan
altematif, yang melibatkan pemukim kembali yang potensial dan penduduk
setempat dalam proses tersebut. (2) Studi kelayakan: melakukan studi kelayakan
lokasi alternatif dan mempertimbangkan potensi kawasan dari segi persamaan
ekologi, harga lahan, pekerjaan, kemungkinan untuk memperoleh kredit,
pemasaran dan peluang ekonomi lainnya untuk mata pencarian OTD dan
masyarakat setempat. (3) Susunan dan rancangan: susunan dan rancangan
kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan kebiasaan budaya.
Mengidentifikasi lokasi sekarang terhadap berbagai prasarana fisik dan sosial di
masyarakat yang terkena dampak: bagaimana anggota keluarga, kerabat, terkait
satu sama lain di kawasan sekarang, serta berapa, sering dan siapa (jenis
kelamin/umur) yang menggunakan berbagai sarana dan prasarana sosial. Penting
memahami pola pemukiman dan rancangan yang ada supaya dapat menaksir
kebutuhan di kawasan pemukiman yang baru. Masukan masyarakat harus menjadi
bagian integral proses rancangan. (4) Pembangunan lokasi pemukiman kembali :
luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal
sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali harus diijinkan
membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang sudah
disediakan oleh IP. Seluruh sarana dan prasarana fisik dan sosial harus sudah siap
sebelum pemukim diminta untuk pindah ke lokasi. Organisasi OTD dan
perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan lokasi
pemukiman kembali.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: (1) Terwujudnya
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. (2) Terwujudnya
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia. (3) Terwujudnya pelindungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang (Monev, 2011: bappeda.majalengkakab.go.id)
Dari pendaluhuan yang telah disampaikan maka tujuan penelitian ini
adalah: (1) Untuk mengetahui proses alihfungsi lahan daerah bantaran Bengawan
Solo di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi
dilakukan. (2) Untuk mengetahui proses relokasi warga bantaran Bengawan Solo,
Kecamatan Jebres Kota Surakarta ke daerah yang baru. (3) Untuk mengetahui
tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai daerah permukiman baru warga
bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini mengambil dua lokasi yang pertama yaitu di kawasan
bantaran Bengawan Solo, Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang merupakan
daerah asal relokasi. Daerah tersebut yang memang menjadi daerah langganan
banjir, akan tetapi kejadian banjir besar tahun 2007 membuat daerah Bantaran
Bengawan Solo ini, direlokasi ke tempat lain. Lokasi yang kedua merupakan
daerah penelitian yang berada di Kelurahan Mojosongo yang merupakan daerah
tujuan relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
Proses alih fungsi lahan daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi dilakukan dengan melalui
analisis proses. Dengan menggunakan data berupa cirta google earth sebelum dan
sesudah dilakukanya relokasi maka diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai.
Data dari citra tersebut selanjutnya diperkuat data wawancara dari lapangan.
Kemudian untuk mengetahui proses relokasi warga bantaran Bengawan
Solo Kecamatan Jebres, Kota Surakarta ke daerah yang baru adalah analisis
deskriptif. Data berupa wawancara terhadap pihak – pihak yang terkait, dan
mengetahui kronologis proses evaluasi, yang berupa kata – kata selanjutnya di
analisis tingkat kebenaranya antara satu informan ke informan yang lainya. Dari
data tersebut diharapkan dapat diperoleh kronologis relokasi secara benar.
Untuk mengetahui tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai
daerah permukiman baru warga bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta, analisis evaluasi dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dengan
cara mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Data yang berupa hasil kuesioner
dan hasil wawancara dapat menunjukkan tingkat ketercapaian program relokasi.
Dibantu dengan tehnik skoring yang hiharapkan dapat menampilkan tingkat
kecocokan daerah sebagai daerah tujuan relokasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Proses Relokasi Bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Sistem
Cluster
Proses alih fungsi lahan daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta, sebelum dan sesudah relokasi dilakukan. Pada Tahun
2006, penggunaan lahan di Kelurahan Mojosongo masih banyak lahan kosong,
kurang lebih 50% dari total daerah administrasi Kelurahan Mojosongo masih
kosong. Karakteristik daerah Mojosongo yang relatif tandus, sulit mendapatkan
air tanah dangkal, dan pembangunan infrastruktur yang tidak banyak menjadikan
daerah tersebut kurang diminati sebagai daerah hunian.
Pada daerah bantaran sungai Bengawan Solo, tahun 2006 masih terdapat
banyak permukiman. Permukiman didaerah bantaran ini sudah ada lama, warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengatakan bahwa perkumian itu sudah ada kira-kira 50 tahun yang lalu. Dalam
wawancara yang telah penulis lakukan pembetukan permukiman bantaran sudah
berlangsung lama, sehingga bisa mendapatkan sertifikat kepemilikan rumah.
Keadaan tanah kosong di daerah bantaran ini, lama kelamaan menjadikan suatu
pemukiman yang padat walaupun sebenarnya peruntukan tidak untuk
permukiman.
Latar Belakang Program Relokasi Di Kota Surakarta. Kejadian banjir
besar di Surakarta tahun 2007 menjadi latar belakang diadakanya program
relokasi. Relokasi atau ressletlement memindahkan permukiman di bantaran
Bengawan Solo dan juga di bantaran anak sungainya yang tiap tahun telah
menjadi daerah langganan banjir. Banjir pada daerah tersebut terjadi dia antara
bulan Desember dan Januari.
Bencana banjir tahun 2007 merupakan salah satu bencana besar yang
pernah melanda kota Surakarta. Banjir pada tahun 2007 meneggelamkan sebagian
besar daerah Bantaran Bengawan Solo dan bantaran anak sungainya, kejadian ini
mendapat tanggapan dari pemerintah kota Surakarta dengan mengeluarkan
kebijaksanaan melalui SK Walikota Nomor: 362.05/25/1/2008 tentang
Pembentukan Tim Dan Kelompok Kerja Penanganan Pasca Bencana Banjir Kota
Surakarta. Dalam Surat Keputusan tersebut salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan merelokasi permukiman warga
bantaran sungai.
Relokasi permukiman adalah solusi permanen untuk warga bantaran
sungai yang telah menjadi daerah langganan banjir, yang merupakan langkah
pemindahan permukiman dari lokasi yang rawan bencana ke lokasi permukiman
yang lebih aman. Relokasi juga merupakan program pengembalian fungsi
bantaran sungai sebagai daerah hijau dan juga daerah resapan air.
Sasaran program relokasi yaitu rumah di daerah bantaran sungai sebanyak
1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi merupakan daerah bantaran
Sungai Bengawan Solo dan anak sungai Begawan solo yang tersebar di 6
kelurahan. Berikut adalah kelurahan yang mendapatkan bantuan program relokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di Kota Surakarta. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi jumlah rumah yang terkena
program relokasi:
Tabel Rekapitulasi Pelaksanaan Program Relokasi Banjir Bengawan Solo Sampai
tahun 2013
No Kelurahan Jml
Korban
(Rumah)
Sudah Relolasi Belum Direlokasi
TN HM TN HM
Tanah Rumah Tanah Rumah
1 Jebres 218 172 0 0 0 4 3
2 Pucangsawit 300 274 23 10 55 16 4
3 Sewu 363 249 30 33 18 49 106
4 Sangkrah 294 111 21 28 0 12 145
5 Semanggi 339 170 45 84 21 33 78
6 Joyosuran 57 48 0 0 0 7 11
Jumlah 1.024 119 155 94 121 347
Nb: 49 rumah belum terdaftar
Sumber: BAPERMAS Surakarta
Program relokasi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Bangunan yang berada di atas tanah hak
milik. (2) Bangunan yang berada di atas tanah negara yang digolongkan sebagai
bangunan illegal/liar. Pada daerah bantaran Bengawan Solo di Kecamatan Jebres
relokasi atas bangunan yang berada pada tanah negara (warga menyebutnya
dengan “lemah Bengawan”) sudah selesai dilakukan di Kelurahan Pucangsawit
dan Sewu, sedangkan relokasi pada tanah hak milik yang berada pada Kelurahan
Sewu, sampai saat penelitian ini dilakukan belum juga terealisasi.
Pada Kelurahan Pucangsawit yang menerima bantuan relokasi, detailnya
adalah 112 rumah direlokasi di Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo dan 96
rumah di Kedung Lumbu, Kelurahan Mojosongo. Sisa dari kelompok
Pucangsawit yaitu 92 warga yang merupakan warga yang mempunyai sertifikat
hak milik atas tanah mendapat ganti rugi tanah dan bangunan yang kemudian
pindah tersebar di daerah Kota Surakarta dan Sukoharjo sesuai keinginan masing-
masing.
Kelurahan Sewu juga sudah melakukan relokasi, tetapi warganya yang
tinggal di bantaran Bengawan Solo belum semuanya melaksanakan relokasi.
Warga Kelurahan Sewu yang sudah melaksanakan relokasi adalah warga bantaran
dengan status tanah negara. Warga Kelurahan sewu yang sudah melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
program relokasi ini jumlahnya 81 rumah yang pindah ke daerah Mipitan,
Kelurahan Mojosongo. Sedangkan warga yang mempunyai sertifikat kepemilikan
tanah, belum pindah karna proses ganti rugi tanah yang terkendala. Kendala ganti
rugi tersebut meliputi hilangnya sertifikat dan juga tanah warisan yang belum
dipecah.
Tujuan dan sasaran program relokasi di Kota Surakarta. Di dalam petunjuk
pelaksanaan relokasi bantaran Bengawan Solo yang dilaksanakan olen Pemerintah
Kota Surakarta tidak dituliskan tujuan program relokasi, sehingga dilakukan
wawancara untuk mengetahui tujuan program relokasi dengan Kabid
BAPERMAS, BP, dan PKK kota Surakarta. Berdasarkan wawancara maka dapat
disimpulkan tujuan relokasi adalah: (1) Memindahkan/merelokasi rumah-rumah
tidak layak huni yang berada di bantaran ke lokasi yang lebih aman dan layak. (2)
Menata lahan banataran untuk Mengembalikan fungsi bantaran sungai sebagai
lahan hijau. Dengan demikian sasaran kelompok dari program ini adalah
masyarakat yang menempati lahan dibantaran sungai.
Kepanitiaan pelaksana program relokasi di Kota Surakarta. Dalam
program relokasi di kota Surakarta agar berjalan dengan baik, maka ada beberapa
pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Masing-masing pihak tersebut
memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Berikut adalah kelembagaan dalam
pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta.
Kemompok kerja program relokasi tingkat kota. Kelompok kerja program
relokasi pada tingkat kota memiliki tugas dan fungsi: (1) Mengkoordinir
pelaksanaan pemberian bantuan program relokasi kepada warga penerima. (2)
Melakukan verifikasi pengajuan permohonan bantuan program Relokasi. (3)
Menetapkan warga penerima program relokasi. (4) Melaksanakan sosialisasi,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program relokasi. (5) Melaksanakan
pengadaan tanah dalam rangka untuk merelokasi pemukiman. (6) Menyusun
guidance dan site plan bangunan relokasi. (7) Menetapkan dan menyerahkan ganti
rugi atas tanah yang haknya akan dilepas atau diserahkan termasuk bangunan,
tanaman dan benda-benda lain yang berada di atas tanah. Tim program relokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada tingkat kota terdiri dari beberapa instansi dengan Bapermas PP PA dan KB
sebagai leading sektornya.
Kelompok kerja tingkat kelurahan. Dalam Pelaksanaan program relokasi
dibentuk Pokja Induk sebagai kelompok kerja tingkat kelurahan yang dilegitimasi
dengan SK Walikota. Pokja induk di pilih berdasarkan musyawarah bersama
warga dengan kelurahan dan LMPK. Pokja induk memiliki fungsi dan tugas
sebagai berikut: (1) Menginventarisasi atau mendata warga yang berhak
mendapatkan bantuan program relokasi. (2) Mengiringi proses relokasi. (3)
Membuat laporan pertanggungjawaban penyerahan bantuan (SPJ) serta
mendokumentasian semua kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kelompok kerja tingkat kelompok permukiman. Pada tingkat kelompok
(penerima program) dibentuk Sub Pokja. Sub Pokja ini dibentuk untuk mewakili
dari masyarakat yang menerima program. SubPokja memiliki tugas dan fungsi
untuk mendampingi masyarakat penerima program dalam proses pembangunan
rumah serta mengusulkan rencana kebutuhan pembangunan kepada Kelompok
Kerja.
Petunjuk pelaksanaan program relokasi di Kota Surakarta. Pelaksanaan
relokasi merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah kota
Surakarta dalam rangka untuk memindahkan masyarakat yang bertempat tinggal
di daerah bantaran Sungai Bengwan Solo dan anak sungai yang terkena bencana
banjir serta dalam rangka untuk menata daerah bantaran sungai. Dalam
melaksanakan program relokasi, pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan
prosedur dalam pelaksanaanya. Berikut adalah prosedur dalam pelaksanaan
program relokasi di Kota Surakarta.
Pengajuan bantuan program relokasi. Sebelum mendapatkan dana bantuan
program relokasi yang diberikan oleh pemerintah kota, maka prosedur yang
dilaksanakan pertama kali yaitu pengusulan permohonan bantuan program
relokasi. Dalam pengusulan tersebut ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu:
Pertama adalah rembug warga. Dalam rembug warga yang dilakukan
adalah musyawarah antara calon penerima dana bantuan program relokasi dengan
Pokja yang difasilitasi oleh kelurahan. Materi yang disampaikan dalam rembug
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
warga tersebut yaitu menyepakati susunan kelompok kerja di tingkat kelurahan
dan menunjuk sub Pokja serta mengidentifikasi kelengkapan data calon penerima
program.
Kedua adalah pengajuan proposal. Pengajuan proposal permohonan
bantuan program dilakukan secara kolektif oleh Pokja. Proposal tersebut terdiri
atas: (1) Daftar calon penerima program. (2) KTP dan KK calon warga penerima
program (3) Daftar susunan Pokja Kelurahan. (4) Surat perjanjian yang
menyatakan untuk tidak memindahtangankan kepada pihak lain minimal 5 tahun.
Ketiga adalah verifikasi pengusulan/proposal. Verifikasi dilakukan untuk
menetapkan warga yang akan mendapatkan program bantuan dengan SK
Walikota. Persayaratan yang diverifikasi yaitu: (1) Status kependudukan calaon
penerima program (WPH). (2) Penerima program adalah pemilik tanah dan
bangunan. (3) Kondisi rumah calaon penerima program. Setelah dilakukan
verifikasi selanjutnya ditetapkan daftar Warga Penerima program dengan
keputusan Walikota Surakarta.
Keempat adalah pengajuan bantuan program. Setelah ditetapkannya daftar
warga penerima program melalui SK Walikota, Bapermas PP PA dan KB akan
mengajukan permohonan kepada Walikota melalui DPPKAD untuk mencairkan
dana bantuan program relokasi.
Pencairan dana bantuan program relokasi. Untuk mencairkan dana bantuan
program relokasi ada beberpa proses yang dilakukan. (1) Melakukan penelitian
dan kelengkapan berkas proposal yang diajukan oleh Pokja. Penelitian berkas
tersebut meliputi : Surat keterangan siap jual beli dari notaries dan site plan lokasi
yang dijadikan sebagai lokasi relokasi. (2) Melaksanakan proses perjanjian hibah
daerah yang ditandatangani oleh warga penerima program. Setelah kedua proses
tersebut terlaksana maka Pemerintah kota melalui DPPKAD menyerahkan dana
bantuan program relokasi secara bertahap melalui rekening ketua Pokja.
Penggunaan dana bantuan program. Dana bantuan program relokasi yang
diberikan pemerintah kota kepada warga dalam pelaksanaannya harus digunakan
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Penggunaan dana bantuan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
relokasi adalah pembelian tanah = Rp. 12.000.000, pembangunan rumah = Rp.
8.500.000, fasilitas umum = Rp. 1.800.000.
Bantuan yang diberikan tersebut termasuk pembayaran pajak yang harus
ditanggung oleh penerima program seperti biaya balik nama. Walaupun dana
fasilitas umum sudah dianggarkan, tapi ada kasus tidak dibangunnya fasilitas
umum. Seperti yang terjadi pada permukiman Ngemplak Sutan yang lupa
dinggarkan untuk membangun sarana beribadah (mushola). Dengan adanya
kejadian tersebut, ada salah seorang warga yang meng hibahkan tanahnya untuk di
bangun sebuah mushola.
Pelaksanaan Program relokasi. Program pertama adalah sistem clustering,
yang ditawarkan Pemerintah Kota Solo kepada warga bantaran. Tipe clustering
ada di 3 tempat yaitu Pucang Mojo, Ngemplak Sutan, dan satu lagi yaitu Mipitan.
Sistem clustering memudahkan warga untuk pindah, sehingga warga tidak repot
mencari tanah sendiri karena Perintah Kota sudah memberi tawaran lokasi untuk
permukiman baru.
Pilihan kedua adalah pelaksanaan program relokasi dilakukan oleh
masyarakat sendiri sesuai hasil musyawarah rembug warga penerima program.
Warga cenderung memilih lokasi baru sendiri, sehingga lokasi nya tersebar. Ada
ygn memilih di dalam kota Solo, ada juga yang memilih pindah ke luar kota Solo.
Dari dua jenis tipe relokasi tersebut, pembangunan rumah dilakukan secara
gotong royong, hal ini berarti warga membangun ruman sendiri,tanpa bantuan
tenaga pemerintah.
Pertanggungjawaban dibuat setelah program relokasi selesai dilakukan
sebagai laporan atas program yang dilaksanakan.WPH melalui Pokja membuat
laporan pertanggungjawaban atas penerimaan bantuan program. Laporan
pertanggung jawaban tersebut terdiri dari: (1) Rincian penggunaan bantuan. (2)
Foto kondisi rumah setelah relokasi. (3) Sertifikat tanah atas nama WPH dari
BPN.
Tingkat kecocokan daerah tujuan relokasi sebagai daerah permukiman
baru warga bantaran Bengawan Solo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Berikut
ini adalah deskripsi wilayah clustering relokasi yang berada di daerah Mojosongo:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertama adalah Kedung Tungkul (Pucangmojo). Lokasi ini dinamai warga
dengan sebutan Pucangmojo, yang merupakan daerah pindahan dari bantaran
Bengawan Solo di wilayah administrasi kelurahan Pucangsawit. Kelurahan
Mojosongo mempunyai bentuklahan yang bergelombang sehingga lokasi ini juga
tergolong tidak rata (bergelombang).
Kedua adalah Ngemplak Sutan. Daerah relokasi Ngemplak Sutan
menampung 110 rumah warga pindahan dari Kelurahan Sewu. Sebetulnya ada
112 rumah warga yang dipindahkan ke permukiman baru ini, tapi 1 warga tidak
mau menempati, dan 1 lagi warga menyumbangkan tanah sebagai Mushola.
Pembangunan rumah di sini juga diserahkan seluruhnya ke warga, jadi warga
boleh membangun rumah sesuai model yang mereka inginkan. Sebagian besar
rumah warga masih sederhana dengan tembok belum diplester, ada juga beberapa
warga sudah ada yang memplester dan memasang keramik pada lantai, dan ada
juga yang sudah membangun rumah menjadi 2 lantai.
Ketiga adalah Mipitan Sewu. Lokasi Mipitan Sewu yang relatif dekat
dengan kampus Universitas Sebelas Maret menjadikan sebuah keuntungan. Di
sekitar lokasi ini tersebar banyak kos mahasiswa. Keadaan tersebut menjadikan
warung yang di dirikan oleh warga Mipitan Sewu laris. Permukiman ini bersih,
dan menurut peneliti kebanyakan rumah di sini lebih indah dibandingkan dua
lokasi relokasi sebelumnya. Lebih dari setengah dari keseluruhan rumah di
permukiman ini, temboknya sudah di plester dan mempunyai lantai keramik.
Keadaan lokasi yang dekat dengan kampus, juga dimanfaatkan pemilik rumah
untuk mengkontrakkan rumahnya sebagai kos.
Tabel. Evaluasi Tingkat Kecocokan Permukiman Relokasi
Pucangmojo Ngemplak Sutan Mipitan Sewu
Akses terhadap
Puskesmas
SEDANG JAUH SEDANG
Akses terhadap
Sekolah
SEDANG JAUH SEDANG
Memberikan
pendapatan baru
YA TIDAK TIDAK
Potensi bencana
banjir
BAIK BAIK TIDAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Proses alihfungsi lahan yang terjadi di
bantaran Bengawan Solo khususnya di Pucang Sawit dan kelurahan Sewu sudah
berlangsung lama, hal tersebut dibuktikan sebagian warga bisa memperoleh
setifikat tanah karena memang pada saat itu belum ada undang-undang yang
mengatur tentang sungai atau daerah bantaran. (2) Kelurahan Mojosongo adalah
daerah tujuan relokasi dengan sistem cluster. Sistem Clustering merupakan
pilihan yang diberikan Pemerintahan Kota untuk warga yang menempati tanah
negara (tidak mempunyai sertifikat) yang kemudian disetujui oleh warga. (3) Tiga
lokasi cluster adalah Pucangmojo, Mipitan Sewu dan Ngemplak Sutan.
Pucangmojo mempunyai jarak sedang terhadap PUSKESMAS dan sekolah,
memberikan kenaikan pendapatan, dan jauh dari bencana banjir. Mipitan Sewu
mempunyai jarak sedang terhadap PUSKESMAS dan sekolah, memberikan
peningkatan pendapatan akan tetapi rawan terjadi bencana banjir. Ngemplak
Sutan mempunyai jarak jauh dari PUSKESMAS dan sekolah, tidak memberikan
peningkatan pendapatan, dan jauh dari bencana banjir.
Berdasaikan uraian penelitian diatas , maka kesimpulan penelitian ini
adalah: relokasi merupakan proses spasial kompleks yang membutuhkan
perancanaan yang matang. Pemerintahan kota yang mempunyai lembaga penataan
kota seharusnya bisa memberikan lokasi permukiman yang jauh dari bencana dan
memberikan kehidupan yang lebih baik. Walikota dengan BAPESMAS sebagai
pelaksana dan perencana seharusnya meminta saran pada lembaga lain agar
pemilihan lokasi relokasi sistem cluster lebih baik dari sekarang.
Untuk pembelajaran mata pelajaran geografi SMA kelas X pada standar
kompentensi menganalisis unsur-unsur geosfer, KD menganalisis hidrosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi perlu diberikan tamabahan alokasi
waktu untuk lebih mendalam membahas tentang bencana yang menyangkut
hidrosfer. Pengetahuan tentang bencana hidosfer yang dialami siswa atau berada
di sekitar tempat tinggal siswa dapat harus diperoleh agar siswa dapat melakukan
antisipasi atau minimal bisa membaca tanda-tanda bencana yang akan terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
ADB (Asian Development Bank). 1998. Handbook on Ressletement, A Good
Guide to Practice.
Monev, 2011. Penataan Ruang. Diakses tanggal 1 April 2013:
http://bappeda.majalengkakab.go.id/index.php?option=com_content&view
=article&id=33:pena
Menoni, Scira & Pesaro, Giulia. 2008. Is relocation a good answer to prevent
risk? Criteria to help decision makers choose candidates for relocation in
areas exposed to high hydrological hazards. Disaster Prevention
Management. Volume 17 No. 1, 2008.
Nuraini, I.F. 2011.Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Warga Bantaran
Sungai Bengawan Solo Di Surakarta Tahun 2010.Skripsi.Surakarta :
FISIP UNS.
Rindarjono, Moh. Gamal. 2012. SLUM, Kajian Permukiman Kumuh dalam
Perspektif Spasial. Yogyakarta: Media Perkasa.