Upload
vuhuong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE STAD DILENGKAPI
MEDIA MODUL DAN Ms. POWERPOINT TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
HUKUM DASAR KELAS X SMA NEGERI 1
NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN AJARAN
2008/2009
Skripsi
Oleh:
FRANSISCA ETY YUNI EKAWATI
K 3304030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE STAD DILENGKAPI
MEDIA MODUL DAN Ms. POWERPOINT TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
HUKUM DASAR KELAS X SMA NEGERI 1
NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN AJARAN
2008/2009
Skripsi
Oleh:
FRANSISCA ETY YUNI EKAWATI
K 3304030
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Elfi Susanti VH, S.Si., M.Si.
NIP. 132 206 587
Pembimbing II
Dra. Haryono, M.Pd.
NIP. 130 529 712
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Ketua : Dra. Hj. Kus Sri Martini Msi
Sekretaris :.Drs. J. S. Sukardjo,Msi
Anggota I : Elfi Susanti VH, Ssi,Msi
Anggota II : Drs. Haryono. M.Pd
Tanda Tangan
…………….
……………..
……………..
………………
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 131 658 563
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Fransisca Ety Yuni Ekawati. STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE
STAD DILENGKAPI MEDIA MODUL DAN Ms. POWERPOINT TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HUKUM DASAR KELAS X
SMA NEGERI I NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Maret 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan metode
STAD dilengkapi media Ms. Powerpoint dapat memberikan prestasi belajar lebih
baik daripada pelaksanaan metode pembelajaran kooperative STAD dilengkapi
modul pada materi hukum dasar kelas X SMAN I Ngemplak Boyolali Tahun
Ajaran 2008/2009.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain
“Perluasan Randomized Group Pretest-posttest Design”. Sampel menggunakan 3
kelas yaitu kelas eksperiment 1, kelas eksperiment 2 dan kelas control pada
SMAN I Ngemplak Boyolali tahun ajaran 2008/2009. Pada awal kegiatan
dilakukan pretest kemudian siswa diberi perlakuan dengan meggunakan metode
STAD dilengkapi modul untuk kelas eksperiment 1 dan untuk kelas eksperiment 2
menggunakan metode STAD dilengkapi powerpoint. Dan pada akhir materi
dilakukan posttest. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji t-satu
pihak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dilengkapi media
power point menghasilkan prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih tinggi
daripada metode STAD dilengkapi media modul, terbukti dari uji t-pihak kanan
dihasilkan bahwa t hitung =1,8361> t tabel = 1,67 untuk aspek kognitif dan t hitung
=1,7497 > t tabel = 1,67 untuk aspek afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Fransisca Ety Yuni Ekawati. A COMPARATIVE STUDY ON THE USE OF
STAD METHOD COMPLETED WITH THE MODULE MEDIA AND Ms.
POWERPOINT ON THE STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN BASIC LAW
MATERIAL OF GRADE X OF SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI IN
THE SCHOOL YEARS OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University.
This research aims to find out whether the implementation of STAD
method completed with Ms. Powerpoint can provide the achievement better than
the implementation of STAD cooperative learning method completed with
module in the basic law material of grade X of SMAN 1 Ngemplak Boyolali in
the School Years of 2008/2009.
This research employed an experimental method with the “Extension of
Randomized Group Pretest-Posttest Design”. The sample used included 3 classes:
experiment class 1, experiment class 2, and control class in SMAN 1 Ngemplak
Boyolali in the School Years of 2008/2009. In the beginning of activity, the
pretest was conducted and then the students were given treatment using the STAD
method completed with module for the experiment class 1 and STAD method
completed with powerpoint for the experiment class 2. And in the end of material,
the posttest was conducted. The data obtained was analyzed using one-side t-test.
The result of research shows that the STAD method completed with
powerpoint media provides the cognitive and affective learning achievement
higher than the STAD method completed with the module media, it can be seen
from the result of right side-t test that t statistic = 1.8361 > t table = 1.67 for the
cognitive aspect and t statistic = 1.7497 > t table = 1.67 for the affective aspect.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Syukuri segala yang kita dapat pada hari ini, dan perjuangkan dengan keras apa yang ingin
kita dapat esok hari.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
Bapak & Mamah tercinta,
Adikku adit,
My katalisatorku_Eko,
Teman-teman cubby,
Ank2 angkatan 04,
Semua sahabat terdekat_Qoe,
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga setelah melalui perjuangan panjang penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia Jurusan P.MIPA
FKIP UNS Surakarta.
Banyak hambatan dan kesulitan-kesulitan dalam penelitian dan
penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya hambatan dan kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih secara tulus ikhlas kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang
telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S., selaku Ketua Program Studi Kimia Jurusan
P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Elfi Susanti VH, S.Si., M.Si., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Drs. Haryono, M.Pd., selaku pembimbing II atas bimbingan dan
petunjuknya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tri Wahyudi., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Ngemplak
Boyolali yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tryout dan penelitian.
7. Ibu Winarsi, S.Pd., selaku Guru Kimia SMA Negeri I Ngemplak Boyolali atas
bimbingan, petunjuk dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.
8. Bapak Stefanus Edi Murdiarso dan Mama Sarwati atas doa, pengorbanan,
cinta kasih, dan segala yang kalian berikan untukku.
9. Adik Adit yang memberikan aku pacuan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Mas Eko yang memberikan aku semangat, motivasi, dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
11. Teman-teman cubbyku, Via, Fajar, Lia, Rani, Ning, Muji, dan Indah yang
memberikan semangat padaku .
12. Semua teman P.Kimia’04 yang selalu kompak.
13. Berbagai pihak yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu yang
telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi sempurnanya penulisan ini.
Akhirnya semoga Tuhan membalas kebaikan beliau-beliau diatas.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Januari 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN. ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 4
D. Perumusan Masalah ............................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7
1. Belajar .......................................................................... 7
2. Konstruktivisme ........................................................... 12
3. Pembelajaran kooperatif .............................................. 14
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .......................... 18
5. Media Pembelajaran ..................................................... 22
6. Motivasi ....................................................................... 30
7. Prestasi Belajar ............................................................. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
8. Hukum Dasart Kimia dan Perhitungan Kimia ............. 33
B. Kerangka Berpikir ............................................................... 45
C. Hipotesis Tindakan .............................................................. 46
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 47
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 47
B. Metode Penelitian ................................................................ 47
C. Populasi Sampel .................................................................. 48
D. Variabel Penelitian .............................................................. 48
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 49
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 54
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 57
A. Deskripsi Data ..................................................................... 57
1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Hukum Dasar....... 57
2. Selisih Nilai Kognitif pada Materi Hukum Dasar ........ 57
3. Nilai Afektif Materi Hukum Dasar .............................. 58
B. Hasil Penelitian dan Prasarat Analisis ................................. 59
1. Uji Normalitas .............................................................. 59
2. Uji T-Matching ............................................................ 60
C. Pengujian Hipotesis ............................................................. 60
1. Uji Hipotesis untuk Nilai Kognitif ............................... 60
2. Uji Hipotesis untuk Nilai Afektif ................................. 61
D. Pembahasan ......................................................................... 61
1. Penilaian Kognitif ........................................................ 61
2. Penilaian Afektif .......................................................... 64
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 66
A. Simpulan ................................................................................... 66
B. Implikasi ................................................................................... 66
C. Saran ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67
LAMPIRAN ............................................................................................ 69
PERIJINAN ............................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tabel Perkembangan Individu.............................. 20
Tabel 2. Tabel Penghargaan Tim................................ 21
Tabel 3. Data perbandingan tetap (Proust)................................. 34
Tabel 4. Tabel pereaksi pembatas..... 43
Tabel 5. Bagan desaign ”Perluasan Randomized Control Group
Pretest-Postest Desaign”.........................
48
Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian.................................................... 57
Tabel 7. Distribusi nilai afektif.......................................................... 58
Tabel 8. Uji normalitas selisih nilai kognitif..................................... 59
Tabel 9. Uji normalitas nilai afektif................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Unsur-Unsur Belajar............................................................. 8
Gambar 2. Bagan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan
Hasil Belajar..........................................................................
9
Gambar 3. Kerucut pengalaman Dale................. 25
Gambar 4. Diagram kerangka pemikiran............................................ 45
Gambar 5. Histrogram Prestasi belajar kognitif kelas eksperiment I,
eksperiment 2 dan kontrol....................................................
58
Gambar 6. Histrogram Prestasi belajar kognitif kelas eksperiment I,
eksperiment 2 dan kontrol.....................................................
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus dan Sistem Penilaian........................................... 69
Lampiran 2. Rencana Program Pembelajaran (RPP)........................... 73
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Kognitif.......................................... 88
Lampiran 4. Instrument penelitian...................................... 91
Lampiran 5. Kunci jawaban soal test kognitif................... 100
Lampiran 6. Indikator angket penilaian aspek kognitif....................... 101
Lampiran 7. Alat penilaian aspek afektif............................................ 102
Lampiran 8. Pedoman penialaian aspek afektif..................... 105
Lampiran 9. Media pembelajaran................................................ 108
Lampiran 10. Daftar nilai......... 129
Lampiran 11. Dasar pembagian kelompok STAD............................. 132
Lampiran 12. Data induk........ 136
Lampiran 13. Uji normalitas................... 137
Lampiran 14. Uji T-matching................................................ 149
Lampiran 15. Uji T-pihak kanan........................... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar dan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa, maka diharapkan para guru kimia dapat
memberikan motivasi dan mengajarkan materi kimia dengan lebih menarik dan
bersahabat, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
anggapan yang keliru selama ini bahwa kimia merupakan mata pelajaran sulit bagi
siswa SMA akan hilang dari mereka. Untuk menyajikan materi kimia menjadi
lebih menarik, guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode
mengajarnya dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa, sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Metode
mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan
pengajarannya.
Metode mengajar adalah cara menyajikan materi pelajaran guna
mencapai tujuan belajar. Metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung
kelancaran proses belajar dan tercapainya hasil belajar yang memuaskan. Untuk
mencapai hal tersebut guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode
belajar yang tepat, efisien, serta efektif sesuai dengan materi yang diajarkan.
Perlu dilakukan reformasi metode pembelajaran dan mengingat
pentingnya interaksi yang kooperatif, maka penerapan strategi pembelajaran
kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Menurut pandangan teori
motivasi, struktur tujuan kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian
rupa sehingga keberhasilan salah satu anggota kelompok diakibatkan oleh
keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk menciptakan tujuan dari
salah satu anggota, maka salah seorang anggota harus membantu kelompoknya
dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin,
1995:5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Metode STAD merupakan metode alternatif yang baik untuk diterapkan
pada siswa SMA. Penekanan pada metode ini adalah dengan ” Mengajar sedikit
dan lebih banyak mempelajari”. Pelajaran bukan hanya bertindak sebagai sisi
umpan balik siswa tetapi juga mendorong regu bekerja dan berprestasi (CHIJ St.
Joseph Convent. 2007: 1-12). STAD selain mempercepat hasil belajar juga
mempunyai efek positif non akademik antara lain motivasi, suka bersekolah, dan
bekerjasama dalam kelompok. Kebanyakan guru berhadapan dengan kelas yang
heterogen, dan itu membuat guru kewalahan untuk melayani kebutuhan semua
siswa dalam kelas. Pendekatan STAD dengan bekerjasama mengambil keuntungan
dari heterogenitas dan memiliki harapan siswa dapat belajar antara satu dengan
yang lain (Dion G Norman. 2005: 102-113)
Pada penggunaan metode pembelajaran STAD dapat dilengkapi dengan
pemanfaatan media elektronik berupa modul dan power point. Pemanfaatan media
elektronik ini juga dapat mengatasi kebosanan siswa yang mendapatkan materi
pelajaran kimia melalui metode ceramah saja. Modul kimia merupakan paket
belajar mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis yang meliputi
serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai tujuan
belajar kimia. Modul kimia dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran disekolah, baik waktu, maupun tenaga untuk mencapai
tujuan yang optimal. Microsoft powerpoint merupakan program aplikasi untuk
presentasi yang paling populer dan paling banyak digunakan saat ini. Dalam
penggunaaan program ini guru dapat mengemas materi dengan menarik. Porsi
atau peranan guru dalam penggunaan media ini lebih banyak dibanding dengan
penggunaan modul.
Stoikiometri merupakan perhitungan kimia yang didasarkan pada
hukum-hukum dasar kimia. Materi Hukum Dasar dan Stoikiometri merupakan
materi yang menjadi momok bagi para siswa. Mereka seringkali kesukaran dalam
mengaplikasikan rumusan perhitungan kimia, seringkali siswa merasa bosan
dalam mengikuti pelajaran. Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya kelas X
dan dari wawancara dengan guru kimia di sekolah tersebut dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Negeri I Ngemplak Boyolali. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi
pelajaran kimia, khususnya pada sub materi pembelajaran hukum dasar dan
stokiometri, yaitu dengan metode ceramah.
2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media
yang telah tersedia di sekolah tersebut, khususnya untuk mata pelajaran kimia.
3. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia.
4. Banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran stokiometri,
sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar kimia pada materi pembelajaran
tersebut.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan
suatu tindakan pada materi pembelajaran yang bersangkutan, yaitu pemanfaatan
media pembelajaran, strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Kondisi siswa yang terdapat di SMAN I Ngemplak Boyolali
adalah siswa yang kurang aktif, khususnya dalam mengikuti mata pelajaran
kimia. Salah satu cara yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah
dengan siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah,
mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian
menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai tangung jawab terhadap
tugasnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti terdorong untuk
mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian
berjudul:” Studi Komparasi Penggunaan Metode STAD Dilengkapi dengan Modul
Dan Ms.Powerpoint Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Hukum Dasar
Kelas X SMAN I Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Apakah metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media Ms
PowerPoint sesuai dengan materi Hukum Dasar?
2. Apakah metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media modul
sesuai dengan materi Hukum Dasar?
3. Apakah metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media Ms
PowerPoint dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa pada
materi Hukum Dasar?
4. Apakah metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media modul dapat
meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa pada materi Hukum
Dasar?
5. Apakah pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media
modul dapat memberikan prestasi belajar lebih baik daripada pelaksanaan
metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media komputer Ms
PowerPoint pada materi Hukum Dasar?
C. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan
pembatasan masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri I
Ngemplak Boyolali semester I tahun pelajaran 2008/2009.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)
dilengkapi media modul dan komputer program Ms PowerPoint berbantuan
LCD. Penggunaan media komputer program Ms PowerPoint dihubungkan
dengan proyektor LCD dan disampaikan secara klasikal.
3. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hukum
Dasar dan Perhitungan Kimia pada sub materi pembelajaran Stokiometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
4. Penilaian
Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi
aspek kognitif dan aspek afektif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
” Apakah pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media
komputer Ms PowerPoint dapat memberikan prestasi belajar lebih baik daripada
pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media modul pada
materi Hukum Dasar Kelas X SMAN I Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran
2008/2009?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini bertujuan:
” Untuk mengetahui pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD
dilengkapi media komputer Ms PowerPoint dapat memberikan prestasi belajar
lebih baik daripada pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD
dilengkapi media modul pada materi Hukum Dasar Kelas X SMAN I Ngemplak
Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009?” .
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Informasi mengenai penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD
dilengkapi media modul dan komputer program Ms PowerPoint
berbantuan LCD pada sub materi pembelajan hukum dasar.
b. Dapat membantu siswa dalam memahami materi kimia khususnya pada
sub materi pembelajaran Hukum Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan metode
pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi media modul dan komputer
program Ms PowerPoint berbantuan LCD untuk kegiatan pembelajaran
pada mata pelajaran eksak yang lain.
b. Sumbangan bagi guru dalam membantu meningkatkan kualitas
pendidikan melalui pemilihan metode pembelajaran dalam proses
pembelajaran khususnya mata pelajaran Kimia di SMA Negeri I
Ngemplak Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Manusia adalah makhluk yang mengusahakan sendiri apa yang
dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir. Untuk itu
manusia dilengkapi Tuhan dengan akal, sehingga dengan adanya akal dia bisa
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan bentuk kegiatan
yang dapat mengembangkan potensi tersebut. Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk yang belajar. UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan harus
diletakkan pada empat pilar, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar
melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live
together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (E. Mulyasa, 2003: 17).
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari ilmu
pengetahuan guna menguasai ketrampilan tertentu. Belajar pada hakikatnya
adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada individu
yang belajar (Depdiknas, 2003: 6). Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu
adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen, dan
perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan(Gino, dkk, 1998:
6).
Banyak definisi belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, dengan
pemikiran dari berbagai sudut pandang berbeda. Jika ditinjau dari uraian di atas,
belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
siswa dengan sumber-sumber belajar atau objek belajar, baik yang sengaja
dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang namun dapat
dimanfaatkan. Perolehan belajar, disamping penguasaan materi pembelajaran itu
sendiri, dapat juga berupa kemampuan-kemampuan lain. Seorang siswa dapat
belajar bagaimana caranya belajar dari pengalaman belajar yang dialami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar,
misalnya siswa mengerjakan tugas, melakukan pemecahan masalah, mengamati
suatu gejala, percobaan dan lain-lain. Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan
fungsi otak. Perkembangan dan cara fungsi otak dipengaruhi oleh hasil interaksi
dengan objek belajar atau lingkungan (Sardiman AM.1990:43).
Dalam belajar ada tiga unsur yang perlu diamati dan dipelajari. Pertama,
unsur pengalaman kita sebut dengan stimulus eksternal (lingkungan atau sumber-
sumber belajar). Kedua, unsur-unsur internal yang berada pada tataran kognitif
seperti berfikir untuk mencapai pemahaman. Ketiga, unsur pemahaman sebagai
hasil dari proses belajar yang pada gilirannya akan mengubah penampakan dari
luar. Penampakan perilaku ini dapat berupa sikap atau ketrampilan atau skill
tertentu. Unsur-unsur belajar tersebut dapat ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai
berikut:
Stimulus Proses-Proses Kognitif, Afektif,
Eksternal Kognitif Psikomotorik
Gambar 1. Unsur-Unsur Belajar (Ratna Wilis Dahar, 1989: 17-21)
Prinsip-prinsip belajar sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang
siswa agar dapat berhasil dalam belajarnya. Beberapa prinsip belajar di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar.
2) Belajar harus memiliki tujuan yang searah.
3) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan
membangkitkan motivasi belajar.
4) Belajar harus memiliki tekad dan kemampuan yang keras dan tidak
mudah putus asa.
5) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan.
6) Belajar memerlukan latihan.
7) Belajar memerlukan metode yang tepat.
8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seorang guru dapat merencanakan dan mendesain sebuah model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan
karakter siswa yang diajar apabila telah dengan cermat memahami pengertian
belajar dan prinsip-prinsip belajar.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
seorang siswa dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar
(Ngalim Purwanto, 1997 : 87)
Pada Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa siswa merupakan bahan
mentah yang perlu diolah dalam suatu kegiatan belajar (Raw Input), dalam hal ini
pengalaman belajar diperoleh melalui proses belajar mengajar (Teaching Learning
Process). Dalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah
faktor lingkungan (Environmental Input) dan sejumlah faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasi (Instrumental Input) guna menunjang tercapainya
keluaran yang dikehendaki (Output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu
sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.
b. Teori Belajar Kognitif
Dalam kurikulum 2004 khususnya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pembelajaran kimia menggunakan pendekatan ketrampilan
proses yaitu pendekatan pada proses pembelajaran yang menekankan pada
pembentukan ketrampilan memperoleh pengetahuan dan mampu
Environmental Input
Raw Input Output
Instrumental Input
Teaching Learning Process
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mengkomunikasikan hasilnya. Proses pembelajaran kimia di SMA lebih
menitikberatkan pada pembentukan pengetahuan dan ketrampilan yang sukar
diamati. Penekanan tersebut dapat diwujudkan apabila pada proses
pembelajarannya menerapkan teori pembelajaran kognitif. Teori pembelajaran
kognitif menjelaskan tentang pembelajaran yang berpusat pada proses-proses
mental siswa yang kurang dapat diamati (Ratna Wilis Dahar, 1989: 18).
Menurut pandangan psikologi kognitif, belajar merupakan hasil interaksi
antara apa yang diketahui, informasi yang diketahui, dan apa yang dilakukan
ketika belajar. Ahli psikologi kognitif beranggapan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran siswa. Salah satu tokoh yang mengembangkan teori
belajar ini adalah Piaget.
Menurut J. Bruner, belajar tidak akan berjalan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Kegiatan pemahaman konsep memiliki dua komponen yaitu
pembentukan konsep dan pemahaman konsep. Dan konsep yang terbentuk akan
mengalami perkembangan terus-menerus. Car belajar yang baik adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai pada suatu kesimpulan.
Menurut J. Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses genetik,
yaitu proses yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin
meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai suatu yang dapat
didefinisiskan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau
kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatf. Anak
diatas 11 tahun berada pada tahap formal operation dimana anak tidak lagi
terbatas pada objek-objek yang konkret namun mereka dapat memandang
kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya, dapat
mengorganisasikan situasi atau masalah, dan dapat berfikir dengan betul(dapat
berfikir logis, mengerti hubungan sebab-akibat, memecahkan masalah atau
berfikir secara alamiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Terdapat 4 macam belajar menurut Ausubel dan Robinson yaitu
meaningful learning, rote reception, meaningful discovery, rote discovery.
Langkah pertama dalam belajar adalah proses menerima dan menemukan
(reception dan discovery) dan selanjutnya adalah usaha mengingat atau menguasai
apa yang dipelajari agar kemudian dat digunakan. Jika seseorang berusaha
menguasai informasi baru itu dengan menghubungkan dengan apa yang diketahui,
terjadilah belajar bermakna. Jika seseorang hanya berusaha mengingat informasi
baru itu, terjadilah menghafal(rote learbing). Sehingga belajar merupakan
asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk belajar
kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasikan isi atau
materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan
proses asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif orang yang belajar.
Menurut pandanagn psikologi kognitif, belajar merupakan hasil interaksi
antara apa yang diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan
ketika belajar. Ahli psikologi kognitif beranggapan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran siswa. Teori-teori ini dikembangkan oleh Vygostsky dan
Piaget. Menurut Vygotsky bahwa belajar tidak sama dengan perkembangan, tetapi
belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan proses
perkembangan intelektual. Piaget berpendapat bahwa ” belajar mengandung
makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan
akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah
diketahui melalui belajar”(Nana Sudjana.1996:15).
Belajar dapat didefinisiskan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan
lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Namun yang dikatakan
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah yang terjadi secara sadar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bertujuan dan terarah,
dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
2. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pandangan yang didasarkan premis bahwa
semua orang mengkonstruksi prespektifnya sendiri tentang dunia lewat
pengalaman individual dan skema. Setiap orang akan menggenerasi “aturan” dan
“model mentalnya” sendiri yang digunakan untuk memberi arti pada
pengalamannya. Konstruktivisme menekankan, menitikberatkan pada
mempersiapkan siswa untuk memecahkan masalah dalam situasi yang ambigu.
Dengan pola pendekatan ini para siswa diajak secara aktif mempelajari konsep-
konsep dan prinsip-prinsip baru yang diperkenalkan kepada mereka. Intinya
konstruktivisme merupakan teori tentang bagaimana siswa mengkonstruksi
pengetahuan dari pengalaman. Pembentukan pengetahuan menurut model
konstruktivisme terjadi akibat subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif
dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini,
subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu
sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Prose penyesuaian ini
terjadi terus menerus melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah dalam proses pembelajaran siswalah yang harus
mendapatkan penekanan. Penekanan belajar siswa secar aktif perlu
dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kongnitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan
adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret dilaboratorium, diskusi
dengan teman sejawat, yang kemudian dikotemplasikan dan dijadikan ide dan
pengembangan konsep baru. Karena aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak
terfokus pada si pendidik melainkan pembelajar. Proses pembelajaran yang terjadi
menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
siswa dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap
organisme menyususn pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental
dan menerapkannya dalam pembelajaran. Suatu proses aktif dimana individu
berinteraksi dengan lingkungannya dan mentransformasikan kedalam pikirannya
dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada didalam pikirannya. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran
kostruktifitis, yaitu:
a. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang
relevan
b. Mengutamakan proses
c. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial
d. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman dan
dalam perkembangan intelektual ada tiga hal yang menjadi perhatian
yaitu struktur, isis, dan fingsi
Tahapan pembelajaran pola pendekatan konstruktivisme:
a. Menyegarkan struktur kognitif siswa agar dapat berkembang dengan
konsep-konsep dan prinsip baru yang akan diterima dalam proses
pembelajaran
b. Memperkenalkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip baru yang akan
diterima dalam proses pembelajaran.
c. Siswa diberi situasi masalah yang terkait dengan konsep-konsep dann
prinsip yang baru dipelajari.
d. Tahap ekspansi yaitu para siswa diminta untuk belajar sendiri
berbagai aplikasi dan perluasan berbagai konsep dan prinsip yang
telah dipelajari.
Konsekuensi dari konstruktivisme:
a. Semuanya terfokus pada pebelajar dalam berfikir tentang
belajar(bukan hanya materi yang diajarkan)
b. Pengajar yang menerapkan konstrutivisme bertindak sebagai fasilitator
proses akuisisi pengetahuan dan ketrampilan, sebagai pembimbing
atau nara sumber yang bertujuan untuk menyusun lingkungan belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai pemahaman mereka
sendiri tentang informasi yang diberikan, sehingga guru dituntut
memiliki keprofesionalan yang tinggi.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam
kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok
(Arends, 1997: 111). Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik
dikelompokkan secara arif dan proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam
suatu kelompok dapat didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu
dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis pekerjaan yang diberikan,
wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, dan berdasarkan lotre atau
random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik
dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan
belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok
yang kuat dan ada kelompok yang lemah (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).
Bekerja sama berarti melakukan sesuatu bersama saling membantu dan
bekerja sebagai tim (kelompok). Jadi, pembelajaran kooperatif berarti belajar
bersama, saling membantu pembelajaran agar setiap anggota baik. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam)
berdasarkan prestasi siswa mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, dan jenis
kelamin (Slavin: 1995: 3). Selanjutnya Slavin (1995: 3) menjelaskan belajar
kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual
seperti interaksi sosial, pertanggungjawaban individu dan kerja sama dengan
kelompok. Dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi
dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Menurut Devies (1982: 31)
kegiatan belajar individual maupun belajar bersama dalam kelompok harus
didukung oleh inisiatif dari masing-masing pribadi karena kegiatan belajar
menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh siswa aktif berinteraksi
dengan lingkungan, dalam arti pengetahuan itu merupakan sebuah proses. Dalam
perkembangannya, teori pengembangan Piaget adalah model konstruktivisme.
Konstruksi pengetahuan dari pengalaman dan proses ini khas bagi setiap individu.
Landasan filosofi konstruktivisme menurut Depdiknas (2002: 2) adalah filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi
siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri.
Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau
suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir orang
tersebut (E. Mulyasa, 2003: 238). Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan
masalah (problem solving) dan menemukan (inquiry) sesuatu yang berguna bagi
dirinya.
Dalam model pembelajaran konstruktivisme, strategi pokok yang
diperlukan adalah pembelajaran bermakna (meaningful learning). Agar suatu
informasi pengetahuan dapat dipahami, maka harus bermakna secara potensial.
Dalam meaningful learning, setiap unsur materi ajar harus diolah dan
diinterpresentasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal (make senses) dan
bermakna (meaningful) bagi siswa. Dengan pendekatan pembelajaran ini,
pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik karena masuk otak melalui
proses masuk akal.
Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan
memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin ilmu kimia dimana dalam hal
ini perkembangan dalam dunia kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini
mutlak diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik
diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri dalam belajar secara
sendiri dan pendidikan dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat
pengetahuan yang mengarah lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik
benar-benar memahami mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah
dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif
membagi pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran
konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif.
Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan
konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan
masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam
kelompok yang terdiri sekitar 4 orang untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam
pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat untuk menghasilkan
pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan
inilah yang disebut pengajaran gotong royong atau cooperative learning (Slavin,
1995: 2).
Strategi tersebut di atas juga memerlukan tukar pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam kerangka mencapai pemahaman yang sama atas materi
pelajaran. Oleh karena pembelajaran model konstruktivisme, akan terjadi
pembelajaran yang melibatkan negosiasi dan interpretasi. Kondisi penyesuaian
pikiran ini dilakukan siswa dengan guru, antara sesama siswa atau antara siswa
dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, dalam konstruktivisme ini
diperlukan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) agar pembelajaran
ideal (E. Mulyasa, 2003: 239). Dengan demikian tercipta hubungan kerjasama
antara guru dengan siswa yang dapat tercipta jika guru mampu memfasilitasi
siswa.
Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus
dilakukan serta diperbaiki antara lain:
a. STAD (Student Teams Achievement Division);
b. TGT (Teams Games Tournament);
c. Jigsaw;
d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition);
e. TAI (Team Assisted Individualization).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan
dipelajari yaitu:
a. Group Investigation;
b. Learning Together;
c. Complex Instruction;
d. Structural Dyadic Methods (Slavin, 1995: 9-10).
Menurut Slavin (1995: 2), metode kooperatif mempunyai kelebihan-
kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan siswa;
b. Meningkatkan rasa percaya diri;
c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;
d. Memperbaiki hubungan antarkelompok.
Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:
a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;
b. Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk.
Keberhasilan dari proses belajar kooperatif karena 5 prinsip, yaitu:
a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan
pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah
seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang
lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan,
mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada
anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa dilakukan
oleh anggota yang lain.
b. Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota
kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial,
ataupun tingkat kecerdasan.
c. Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu
sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya
sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.
d. Ketrampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga
kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang
dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.
e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama
kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan
dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok maka
mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.
Dalam metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu
sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan
mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa
dapat bekeja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa
dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini
akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir
untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilannya.
4. Pembelajaran Koperatif Tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division) dikembangkan oleh Robert
E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin, yang merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif paling sederhana. Arends (1997: 119)
menyatakan bahwa metode STAD adalah metode yang berdasarkan pada
pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi menjadi kelompok untuk
bekerjasama dalam tim kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang akan
diberikan. Dalam metode STAD dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan
ketrampilan siswa dalam kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Secara umum pembelajaran kooperatif STAD terdiri dari 5 komponen
utama, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
a. Presentasi Kelas
Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi
kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau
pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa juga presentasi menggunakan audio
visual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya
karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa
harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian,
siswa dituntut untuk bersunguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang
diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan
membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan
mempengaruhi skor dari tim mereka.
b. Tim atau Kelompok
Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi,
jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa
semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk
mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim
dapat mengerjakan dengan baik.
Sesudah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-
sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal
ini siswa mendiskusikan masalah atau kesulian yang ada, membandingkan
jawaban dari masing-masing anggota tim, dan membetulkan kesalahan konsep
dari anggota tim.
Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam
setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja
yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah bekerjasama
dengan baik.
c. Kuis
Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di
kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
siswa diberi kuis secara individu. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara
individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya
diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap
individu.
d. Skor Perkembangan Individu
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika
mereka mengerjakan dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor ”cukup” yang
berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama. Setelah siswa mendapatkan nilai,
maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari skor kuis dan
berusaha untuk melampaui skor cukup.
Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan
tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih
keras dan lebih baik daripada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin
siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.
Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan
membandingkan skor tes materi yang lalu dengan yang baru. Untuk skor tes
dengan skala 100 berlaku ketentuan sebagai berikut:
Tabel `1. Tabel Skor Perkembangan Individu
Skor Individu Skor Perkembangan Individu
Turun lebih dari 10 5
Turun sampai dengan 10 10
Tetap atau naik sampai dengan 10 20
Naik lebih dari 10 30
Tetap di puncak atau maksimal 30
e. Pengakuan / Penghargaan Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan atau hadiah jika dapat melampaui
kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tingkatan pemahaman siswa. Penghargaan yang akan diperoleh tim tersebut
berdasarkan skor rata-rata tim dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Penghargaan Tim
Rata-rata Skor Kelompok Penghargaan
15 Good Team (Tim Baik)
20 Great Team (Tim Hebat)
25 Super Team (Tim Istimewa)
Dalam pelaksaanya, metode pembelajaran kooperatif STAD
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Penyajian Materi Pelajaran
Pada tahap ini, bahan atau materi pelajaran kimia diperkenalkan melalui
pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini, maka perlu ditekankan pada:
1) Pendahuluan
Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari
peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk
memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang telah diajarkan.
2) Pengembangan
a) Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai
b) Pembelejaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna
dan bukan hafalan.
c) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau
salah.
d) Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok masalahnya.
3) Praktek Terkendali
a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan.
b) Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan soal.
c) Pemberian tugas kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Kegiatan Kelompok
Selama kegiatan kelompok masing-masing siswa bertugas mempelajari
materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman sekelompok untuk
menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan dan
kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan selanjutnya saling
mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Apabila diantara teman
sekelompok tersebut ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok yang
lain membantunya.
Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan untuk
diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai suatu
permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya
kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada gurunya.
c. Kuis (individu)
Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta atau
memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Hal ini untuk
mengetahui pemahaman materi setiap individu dan selanjutnya akan diadakan
perbaikan skor dimana pemberian skor didasarkan skor pretest dan posttest.
(Slavin, 1995: 71-84)
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar (Arief S.
Sadiman, 1996: 6). Menurut Assosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Asociation of Education and Communication Technology atau AECT), media
atau bahan adalah perangkat lunak (soft ware) dan perangkat keras (hard ware).
Perangkat lunak berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan
dengan menggunakan peralatan. Sedangkan perangkat keras merupakan sarana
untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sehubungan dengan pendidikan, pengertian media tidak terlepas dari
kegiatan belajar mengajar. Menurut Oemar Hamalik (1989: 12), media pendidikan
adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Sedangkan menurut Arief S. Sadiman (1996: 5), media
mempunyai pengertian yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan minat, serta perhatian peserta didik sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu
ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 1996: 11).
Dari pengertian di atas, media pembelajaran dapat diartikan sebagai
perangkat lunak dan atau perangkat keras yang dapat digunakan untuk
menciptakan proses belajar.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman (1996: 16-17), secara umum media
pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan biaya indera.
3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif siswa.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami
kesulitan bila semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan
media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama
c. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam memilih media pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa
faktor terkait, sehingga media tersebut dapat mendukung pencapaian tujuan yang
ditetapkan. Arief S. Sadiman (1996: 82) mengatakan bahwa beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan misalnya tujuan instruksional yang akan dicapai,
karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan
(audiovisual, gerak dan seterusnya), keadaan latar belakang lingkungan, kodisi
setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Pertimbangan lain
pemilihan media pembelajaran antara lain:
a) Potensi peserta didik,
b) Relevansi dengan karakteristik daerah
c) Tingkat perkembanagn fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual
peserta didik,
d) Manfaat bagi peserta didik,
e) Struktur keilmuan,
f) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,
g) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
h) Alokasi waktu
Bantuan untuk memilih media dapat diperhatikan kerucut pengalaman,
seperti yang dikembangkan oleh Dale (1969). Kerucut pengalaman karya Dale
yang mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari pengalaman langsung
yang tertuju dan kemudian meningkat melalui tingkat-tingkat yang dianggap
abstrak sampai pada lambang verbal, seperti terlihat pada gambar 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
abstrak verbal
simbol visual
visual
radio
film
tv
wisata
demonstrasi
partisipasi
observasi
konkret pengalaman langsung
Gambar 3. Kerucut Pengalaman Dale
(Yusuf Hadimiarso, 1984: 50)
d. Klasifikasi Media Pembelajaran
Klasifikasikan media pembelajaran berdasarkan atas bentuk sebagai
berikut:
1) Media pandang (visual media), yaitu media untuk dilihat. Media pandang
tersebut meliputi antara lain:
a) Foto grafik, misalnya: Slide, Film, Strip, OHP.
b) Grafik, misalnya: Chart, OHP, papan tulis.
c) Benda nyata, misalnya: contoh dan model.
2) Media dengar (audio media), yaitu media untuk didengar suaranya. Tergolong
didalamnya antara lain tape recorder, radio, telepon, dan lain-lain.
a) Media pandang dengar (audiovisual media), yaitu media untuk dilihat dan
didengar suaranya, misalnya: televisi, sound film, dan lain-lain.
b) Media bahasa (tulis), misalnya: buku, majalah, surat kabar.
e. Modul
Pada kurikulum saat ini (KTSP) penggunaan modul sebagai sebuah
sistem pengajaran sangat diperlukan. Modul Kimia merupakan paket belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mandiri yang dirancang dan direncanakan secara sistematis yang meliputi
serangkaian pengalaman belajar guna membantu siswa untuk mencapai tujuan
belajar kimia. Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk
digunakan oleh peserta didik, disertai pedoman penggunaannya (E. Mulyasa,
2003: 98). Modul juga merupakan seprangkat bahan ajar yang disajikan secara
sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator atau guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan
sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Modul harus mampu
menjelaskan dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan usianya. Modul juga merupakan seperangkat bahan ajar
mandiri yang disajikan secara sistematis sehingga memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan kecepatan belajarnya tanpa tergantung pada orang lain atau dengan
bimbingan yang sangat terbatas dari guru. Dengan kata lain modul adalah
seperangkat bahan ajar mandiri yang disajikan secara sistematis.
Menuliskan bahan ajar modul berarti mengajarkan sesuatu bahan ajar
melalui tulisan. Oleh karena itu prinsip yang digunakan dalam menuliskan modul
sama dengan yang digunakan dalam pengajaran biasa, bedanya bahasa yang
digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahas buku teks
yang sangat formal.
Komponen dalam penyususunan bahan ajar modul antara lain, deskripsi
singkat isi materi, relevansi isi dengan pengalaman siswa, kegunaan mempelajari
dan hubungannya dengan materi lain, menuliskan tujuan pembelajaran,
menuliskan materi, memberikan contoh soal dan latian soal, rangkuman, evaluasi.
Menurut E. Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa pada umumnya modul terdiri
dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar
kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Pengembangan modul
harus memasukkan karakteristik, self intructional, self contained, stand alone,
adaptif, user friendly. Tugas utama guru kimia dalam sistem modul adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengorganisasikan dan mengatur proses pembelajaran dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
a. Persiapan, yaitu menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif;
b. Pelaksanaan, yaitu proses interaksi antara guru dan siswa, yang diwujudkan
siswa belajar sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuannya, sedangkan
guru membantu siswa yang kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas;
c. Evaluasi, yaitu berupa pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta didik
sampai dengan penentuan siswa yang telah mencapai taraf belajar tuntas.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa modul kimia
dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah,
baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
Dengan sistem modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak
mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan
petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta
melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dalam kaitan ini siswa dapat
maju sesuai dengan irama dan kemampuan masing-masing siswa yang mengikuti
alur pembelajaran kimia dan lebih banyak waktu untuk berinteraksi baik secara
individu maupun secara kelompok.
Modul adalah suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas
suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai
sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Pelajaran dengan
modul akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara
masing-masing karena setiap siswa akan menggunakan cara yang berbeda untuk
memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang dan kebiasaan masing-
masing.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan materi tertentu yang disusun secara
sistematis dan terdiri atas berbagai komponen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
f. Media Komputer Program Ms PowerPoint Berbantuan LCD
Pada saat ini, bahan ajar kimia merupakan salah satu sumber belajar
yang telah dikemas dalam berbagai bentuk, misalnya media cetak (buku teks,
modul, majalah atau jurnal ilmiah), rekaman audio visual, software komputer, dan
lain-lain.
Pemanfaatan teknologi canggih dalam sistem pengelolaan pendidikan
dewasa ini merupakan kebutuhan manajemen sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan penggunaan teknologi
komputer dalam rangka pengelolaan sistem informasi pendidikan sebagai suatu
keharusan manajerial guna meningkatkan efisiensi, mutu, dan produktifitas
pengelolaan pendidikan sebagai bagian integral dari pembangunan.
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media
tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dimanfaatkan itu
dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media
tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah komputer berprogram Power
Point dan dihubungkan dengan LCD proyektor. Media komputer dan LCD
proyektor merupakan media rancang yang mana didalam penggunaannya sangat
diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa, misalnya dengan
program MS Power Point agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras (hardware)
yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan
satu unit komputer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD proyektor.
Dengan demikian hendaknya media ini menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran (http://www.smamujahidin-ptk.sch.id/cetak.php?id=35: 16 Juli
2007).
Menurut Oemar Hamalik (1989: 18), komputer merupakan salah satu
teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat, dan dengan hasil yang akurat. Proses pembelajaran membutuhkan
peran komputer karena komputer bukan saja berfungsi sebagai alat bantu, namun
juga dapat sebagai bagian dari metode pembelajaran itu sendiri. Sebagai sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
metode pembelajaran, komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi
sebagai salah satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber
belajar bagi seorang siswa.
Percival dan Ellington mendefinisikan komputer sebagai alat yang dapat
menerima informasi, diterapkan untuk prosedur pemrosesan informasi, dan
memberikan hasil informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.
Penggunaan komputer hanyalan untuk membantu siswa dalam
memahami konsep pelajaran, sedangkan penyelesaian soal tetap diserahkan pada
kemampuan siswa. Teknis penggunaan komputer sebagai media pembelajaran ini
bisa dilakukan dengan cara:
a) Tiap satu atau dua siswa memegang satu komputer yang software-nya telah
disiapkan oleh guru dan proses pembelajarannya dilakukan dalam
laboratorium komputer.
b) Proses pembelajaran proyektor LCD yang mampu memproyeksikan tanpilan
pada monitor komputer ke media lain (misal tembok kelas) dengan perbesaran
yang bisa diatur.
Dari dua cara di atas, nampaknya cara kedua (b) akan lebih mencapai sasaran
karena perhatian siswa lebih fokus pada yang disajikan melalui proyektor LCD.
Lain jika siswa memegang komputer sendiri, ada kemungkinan siswa akan
bermain-main sendiri, tidak fokus pada materi pelajaran atau malah menganggap
pelajaran tersebut sebagai pelajaran komputer.
Mikrosoft PowerPoint adalah program aplikasi presentasi yang paling
populer dan paling banyak digunakan saat ini. Dengan menggunakan Mikrosoft
PowerPoint kita dapat merancang dan membuat presentasi yang profesional
dengan secara mudah dan cepat (Budi Permana, 2001: 1). Microsoft PowerPoint
atau sering disingkat Ms PowerPoint atau PowerPoint atau MPP merupakan
piranti lunak yang biasanya digunakan untuk menyajikan presentasi dalam
seminar, workshop, penataran, dan sebagainya oleh penyaji
(http://suaramerdeka.com/harian/ 0604/03/ragam03.htm :16 Juli 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Microsoft PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah
program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam
paket aplikasi kantoran mereka. PowerPoint berjalan di atas komputer PC
berbasis sistem operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang
menggunakan sistem operasi Apple Mac OS. Aplikasi ini sangat banyak
digunakan, apalagi oleh kalangan perkantoran dan pebisnis, para pendidik, siswa,
dan trainer. Dalam PowerPoint, seperti halnya perangkat lunak pengolah
presentasi lainnya, objek teks, grafik, video, suara, dan objek-objek lainnya
diposisikan dalam beberapa halaman individual yang disebut dengan "slide".
Istilah slide dalam PowerPoint ini memiliki analogi yang sama dengan slide
dalam proyektor biasa, yang telah kuno, akibat munculnya perangkat lunak
komputer yang mampu mengolah presentasi semacam PowerPoint. Setiap slide
dapat dicetak atau ditampilkan dalam layar dan dapat dinavigasikan melalui
perintah dari si presenter. (http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_PowerPoint).
Dengan menggunakan komputer, kita tidak perlu menulis atau
menggambar sendiri ide-ide yang akan disajikan. Bahan diketik menggunakan MS
PowerPoint, untuk kemudian ditampilkan melalui LCD Projektor. Kelebihan
lainnya menggunakan program PowerPoint, kita dapat menambah animasi suara
dan latar belakang, sehingga sajian menjadi lebih menarik. Penggunaan media
komputer dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas
peserta didik dalam proses belajarnya. Hal ini dikarenakan pengembangan
program pembelajaran yang menggunakan komputer tersebut dirancang dengan
menggukan program PowerPoint yang memungkinkan para siswa melakukan
eksplorasi sendiri, berlatih dengan latihan yang disediakan secara terpadu serta di
dalam program tersebut .
6. Motivasi
Ahli-ahli psikologi berpendapat bahwa dalam diri individu ada sesuatu
yang menentukan perilaku yang bekerja secara tertentu untuk mempengaruhi
perilaku tersebut. Penentuan perilaku tersebut disebut dengan istilah motif motif
ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu. Seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto(1997:60) dalam buku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pshycology Understanding of Behavior, motif adalah suatu pernyataan kompleks
didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan kesuatu
tujuan. Penentuan perilaku tersebut disebut dengan motif. Motif merupakan sebab;
alasan untuk berbuat. Berdasarkan pengertian motif dan motivasi dapat dikatakan
bahwa motif adalah kecenderungan seseorang yang bersifat potensial dan
berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ketujuan tertentu, sedangkan
motivasi adalah keadaan yang timbul dari diri subyek akibat interaksi antara motif
dan aspek-aspek situasi yang diamati, yang relevan dengan motif tersebut serta
mengaktifkan perilaku.
Biggs dan Telfer seperti yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono
(1999:32) berpendapat bahwa siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam
belajar. Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan
yaitu:
a. Motivasi instrumental
Siswa belajar karena didorong oleh karena ada hadiah atau takut akan
hukuman
b. Motivasi sosial
Siswa belajar untuk menyelenggarakan tugas, dalam hal ini keterlibatan pada
tugas menonjol
c. Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Motivasi berprestasi tinggi
Siswa berrmotivasi berprestasi tinggi lebih berkeinginan meraih
keberhasilan. Siswa tersebut lebih merasa terlibat dalam tugas-tugas dan
tidak menyukai kegagalan. Dalam hal ini guru harus menyalurkan
semangat kerja keras siswa.
2. Motivasi berprestasi rendah
Siswa bermotivasi berprestasi rendah umumnya lebih suka menghindarkan
diri dari kegagalan. Guru diharapkan mampu berkreasi dalam kegiatan-
kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
d. Motivasi intrinsik
Siswa berkeinginan untuk belajar karena keinginan sendiri.
Motivasi instrumental dan sosial merupakan kondisi eksternal, sedangkan
motivasi berprestasi dan intrinsik merupakan kondisi internal
Menurut Winkel (1987:97-98) ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas yang menantang
b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri tanpa harus diperintah terus-
menerus
c. Keinginan yang kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan diatas taraf
yang telah dicapai sebelumnya
d. Orientasi masa depan, maksudnya kegiatan belajar dipandang sebagai jalan
menuju realisasi cita-cita.
e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman untuk menyelesaikan
tugas bersama bukan dasar simpati atau perasaan senang.
f. Adanya keuletan dalam belajar walaupun menghadapi rintanagan.
7. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang
hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan test pada akhir pendidikan.
Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa
tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar
mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar
dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dimaksudkan sebagai kurikulum
untuk mengembangkan kompetensi siswa, yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan sikap serta minat siswa, pada setiap mata pelajaran yang
tercantum dalam kurikulum tersebut. Oleh karena itu penilaian hasil belajar dalam
pelaksanaan KBK perlu dilakukan berdasarkan informasi selengkapnya mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mengenai siswa yang bersangkutan agar maksud tersebut terlaksana. Beberapa
karakteristik Kurikulum berbasis kompetensi adalah:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
ataupun klasikal
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
c. Penyampain dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang
memenuhi unsur edukatif
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan siswa dalam usaha belajar
yang dilakukan. Prestasi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk test. Nilai test
tersebut adalah angka yang menunjukan jumlah hasil prestasi setelah siawa
mendapatkan pelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini penilaian yang
diterapkan meliputi 3 aspek yaitu, aspek kognitif, aspek kognitif, dan aspek
psikomotor. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan
kemampuan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak prilaku seperti minat,
sikap, dan nilai. Sedangkan psikomotor adalah aspek yang berhubungan dengan
aktifitas fisik
8. Hukum Dasar Kimia dan Perhitungan Kimia
a. Hukum Lavoisier (Hukum Kekekalan Massa)
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat sebelum dan
sesudah reaksi. Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi kemudian menimbang
zat sesudah bereaksi. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Lavoisier menyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang disebut
Hukum Kekekalan Massa: ”Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Perubahan yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari umumnya
berlangsung dalam wadah terbuka. Misalnya reaksi pembakaran kertas. Sebagian
besar hasil reaksi pada pembakaran kertas adalah gas, sehingga massa zat yang
tertinggal menjadi lebih sedikit dari massa kertas mula-mula. Jika pembakaran
dilakukan diruang tertutup maka dapat dipastikan massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama, karena tidak ada zat yang hilang.
Contoh:
Pada pembakaran 2,4 gram magnesium diudara, dihasilkan 4 gram oksida
magnesium. Berapa gram oksigen yang dipakai dalam reaksi itu?
Jawab:
Massa oksigen yang dipakai = 4 gram – 2,4 gram = 1,6 gram
b. Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap)
Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan satu sifat penting dari
senyawa, yang disebut Hukum Perbandingan Tetap. Berdasarkan penelitian
terhadap berbagai senyawa yang dilakukannya, Proust menyimpulkan
bahwa:”Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu
dan tetap”. Senyawa yang sama, meskipun berasal dari daerah yang berbeda atau
dibuat dengan cara cara-cara berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama.
Hal tersebut dapat dilihat data berikut:
Asal garam Massa garam
(gram)
Massa
Natrium(gram)
Massa Klorin
(gram)
Massa
Na:Cl
Indramayu 2 0,786 1,214 1:1,54
Madura 1,5 0,59 0,91 1:1,54
Impor 2,5 0,983 1,517 1:1,54
Tabel 3: data perbandingan tetap
Perbandingan massa Na terhadap Cl tetap yaitu 1:1,54 sehingga sesuai
dengan hukum Proust.
Contoh:
Perbandingan massa Magnesium(Mg) dengan Oksigen(O) dalam Magnesium
Oksida(MgO) adalah 3:2. pada suatu percobaan, direaksikan 10 gram Magnesium
dengan 8 gram Oksigen. Tentukanlah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. massa Magnesium Oksida yang terbentuk,
b. massa pereaksi yang bersisa
Jawab:
Magnesium(Mg) + Oksigen(O) Magnesium Oksida(MgO)
Perbandingan massa Mg : O : MgO = 3 : 2 : 5
Massa Mg yang direaksikan = 10 gram, berarti dikalikan dengan 3,33 (dari 10/3)
Massa O yang direaksikan = 8 gram, berarti dikalikan dengan 4 (dari 8/2)
Oleh karena dikalikan dengan bilangan yang lebih besar, maka O bersisa.
Massa Magnesium Oksida yang terbentuk = 5 x 3,33 gram = 16,67 gram.
Massa pereaksi yang bersisa ( Oksigen) = selisih massa pereaksi dengan massa
produk = (10 g + 8 g) -16,67 g = 1,33 g
c. Hukum Dalton (Hukum Kelipatan Berganda)
Hukum dasar ketiga ini dikemukakan oleh John Dolton dan dikenal
sebgai hukum kelipatan berganda. Hukum kelipatan berganda berkaitan dengan
pasangan unsur yang akan membentuk lebih dari satu senyawa. Contohnya adalah
pasangan karbon dengan oksigen yang akan membentuk lebih dari satu senyawa,
yaitu karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Menurut Dalton jika
massa dari salah satu unsur dalam kedua senyawa tersebut sama, maka
perbandingan massa unsur yang satu lagi dalam kedua senyawa itu merupakan
bilangan bulat dan sederhana.
Contoh:
Belerang (S) dan Oksigen (O) membentuk dua jenis senyawa. Kadar belerang
dalam senyawa I dan II berturut turut adalah 50% dan 40%. Apakah Hukum
Dalton berlaku untuk senyawa tersebut?
Jawab:
Hukum Dalton mengatakan bahwa jika massa salah satu unsur dalam suatu
senyawa adalah sama, maka perbandingan massa unsur yang lain dalam kedua
senyawa itu haruslah merupakan perbandingan bulat dan sederhana. Oleh karena
itu yang harus dilakukan adalah:
1) Menentukan perbandingan massa S : O dalam masing-masing senyawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Membuat salah satu unsur sama
3) Membandingkan massa unsur yang satunya lagi
Senyawa I terdiri dari 50 % Belerang, berarti massa Oksigen adalah 50 %.
Senyawa II terdiri atas 40% Belerang, berarti massa Oksigen adalah 60%
Massa S : O dalam senyawa I = 50 : 50 = 1: 1
Massa S :O dalam senyawa II = 40 : 60 = 2: 3 atau 1 :1,5
Jika massa S dalam senyawa I = senyawa II, misal sama-sama 1 gram, maka
massa O senyawa I : senyawa II = 1: 1,5 = 2 : 3. Perbandingan tersebut
merupakan perbandingan bulat dan sederhana. Kedua senyawa itu memenuhi
Hukum Dalton.
d. Persamaan Reaksi
Menyetarakan reaksi kimia dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu
menuliskan rumus kimia reaktan dan menyetarakan koefisien sehingga jumlah
atom dikedua ruas sama.
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tetapkan koefisien suatu zat sama dengan satu(biasanya senyawa
yang paling depan), sedangkan koefisien yang lain dengan
menggunakan huruf a,b,c,d,dan seterusnya.
Setarakan semua unsur yang diberi koefisien sehingga membentuk
suatu persamaan matematis.
Selesaikan persamaan matematis yang terbentuk. Jika ada angka
pecahan buatlah angka pecahan tersebut menjadi bulat.
Masukkan angka yang dihasilkan pada persamaan reksi.
Ujilah kesetaraan reaksi itu. Jika sudah setara, perhitungan yang
anda buat benar/salah.
Contoh soal:
1. Setarakan reaksi antara besi (III) oksida dengan air aki (asam sulfat)
membentuk besi (III) sulfat dan air!
Reaksi besi (III) oksida dengan air aki (asam sulfat) dapat ditulis sebagai berikut
Fe2O3(s) + H2SO4(aq) Fe2(SO4)3(aq) + H2O(l)
Hirarki konsep:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tetapkan koefisien suatu zat sama dengan satu(biasanya senyawa yang paling
depan), sedangkan koefisien yang lain dengan menggunakan huruf a,b,c,d,dan
seterusnya.
Fe2O3(s) + a H2SO4(aq) b Fe2(SO4)3(aq) + c H2O(l)
Setarakan semua unsur yang diberi koefisien sehingga membentuk suatu
persamaan matematis.
Fe2O3(s) + a H2SO4(aq) b Fe2(SO4)3(aq) + c H2O(l)
Atom Ruas kiri Ruas kanan
Fe 2 2b
O 3 + 4a 12 b + c
H 2a 2c
S a 3b
Selesaikan persamaan matematis yang terbentuk. Jika ada angka pecahan
buatlah angka pecahan tersebut menjadi bulat.
2 = 2b, 3 + 4a = 12 b + c, 2a = 2c, a = 3b
sehingga diperoleh a= 3, b=1, c=3
Masukkan angka yang dihasilkan pada persamaan reksi.
Fe2O3(s) + 3 H2SO4(aq) Fe2(SO4)3(aq) + 3 H2O(l)
e. Hukum Gay Lussac Dan Hipotesis Avogadro.
Henry Cavendish (1731-1810), seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris,
menemukan fakta bahwa perbandingan volum hidrogen : volum oksigen dalam
membentuk air adalah 2:1, dengan syarat kedua gas itu diukur pada suhu (T) dan
tekanan (P) yang sama. Pada tahun 1809, Josheph Louise Gay Lussac ( 1778-
1850) asal Perancis tertarik pada penemuan tersebut, kemudian melakukan
percobaan terhadap berbagai reaksi gas dan menemukan hasil sebagai berikut:
1. Pada reaksi antara gas Hidrogen dengan gas Klorin membentuk gas hidrogen
klorida, perbandingan volumnya adalah 1:1:2
2. Pada reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen membentuk uap air,
perbandingan volumnya 2:1:2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Pada reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk amonia,
perbandingan volunya 1:3:2
Gay Lussac menyimpulkan penemuannya dalam suatu hukum yang
disebut Hukum Perbandingan Volum, sebagai berikut: ” Bila diukur pada suhu
dan tekanan yang sama volume gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi berbanding
dengan bilangan bulat dan sederhana”.
Namun para ahli, termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan
Hukum Perbandingan Volum yang dikemukakan oleh Gay Lussac. Barulah pada
tahun 1811, Amadeo Avogadro (1776-1856) dari Italia, mengemukakan bahwa
partikel unsur tidak harus berupa atom yang berdiri sendiri tetapi dapat juga
berupa gabungan dari beberapa atom yang disebut molekul unsur. Avogadro dapat
menjelaskan hukum perbandingan volum dengan mengajukan hipotesis sebagai
berikut:” Pda suhu dan tekanan yang sama, semua gas bervolume sama
mengandung jumlah molekul yang sama pula”. Jadi perbandingan volum gas-gas
itu juga merupakan perbandingan jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi.
Dengan kata lain, perbandingan volum gas-gas yang bereaksi sama dengan
koefisien reaksinya.
f. Konsep mol
a) Pengertian mol
Mol merupakan satuan jumlah dalam ilmu kimia. Satu lusin adalah 12
satuan maka satu mol adalah jumlah atom dalam 12 gram karbon C-12. jumlah ini
pertama kali dihitung oleh Johann Loscchmidt dari jerman tahun 1865 yaitu
sebanyak 6,02 x 1023
butir (tetapan Avogadro). Secara umum, mol adalah jumlah
zat yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel yang
terdapat dalam 12 gram C-12(6,02 X 1023
). Partikel disini dapat berupa atom,
molekul atau ion.
Dalam 1 mol partikel (molekul, atom, ion) mempunyai jumlah partikel
yang sama.
Contoh: 1 mol unsur besi (Fe) mengandung 6,02 X 1023
atom Fe
1 mol unsur oksigen (O2) mengandung 6,02 X 1023
atom O2
1 mol senyawa air (H2O) mengandung 6,02 X 1023
atom H2O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1 mol ion sulfat (SO4 -2
) mengandung 6,02 X 1023
atom SO4 -2
Hirarki konsep menentukan jumlah partikel
Hitung jumlah partikel dengan perkalian antara mol yang diketahui
denagn L (bilangan Avogadro)
Syarat kondisional
Untuk molekul, tidak dikalikan dengan jumlah angk indeks(atom).
Untuk atom, dikalikan jumlah atom pada satu molekul
Misal rumus molekul C2H4 terdiri dari 2 atom C dan 4 atom H
Contoh soal:
1. hitung jumlah molekul dalam 0,25 mol H2O?
Jawab:
Jumlah molekul dalam 0,25 mol H2O = 0,25 mol x 6,02 X 1023
molekul
= 1,5 x 1023
molekul
2. hitung jumlah atom dalam 3 mol metana (CH4)?
Jawab:
Jumlah atom dalam 3 mol metana ( CH4) =n 3 x 5 x 6,02 X 1023
atom
b) Hubungan mol dan massa
Tetapan Avogadro(6,02 X 1023
) adalah jumlah atom dalam 12 gram
karbon. Massa satu mol yang dinyatakan dalam gram disebut massa molar(Mm)
m = n x Mm
m = massa (gram)
n = jumlah mol (mol)
Mm= massa molar (gram/mol)
Hirarki konsep
Menghitung massa dengan mengalikan mol dikali massa molar
Syarat kondisional
Contoh soal:
1. jika diketahui massa masing-masing gas oksigen dan gas karbondioksida adalah
sama yaitu 1 gram, hitung besar mol masing-masing? (Ar H= 1, Ar C= 12, Ar
O=16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
jawab:
gas oksigen (O2) memiliki massa molar (Mm) = 32 gram/ mol
mol O2 = massa / massa molar
=1/32 mol = 0,03
gas karbondioksida memiliki massa molar (Mm) = 44 gram / mol
mol CO2 = massa/ Massa molar
= 1/44 mol = 0,02
c) Hubungan mol dengan Volume
Dasar konsep:
Tiga buah hukum dalam kimia yang berlaku bagi gas-gas dan sama sekali
tidak dapat diterapkan pada padatan dan cairan. Ketiga hukum itu yaitu, hukum
gay lussac, hukum avogadro, dan hukum keadaan standar.
”Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama akan memiliki
volume sama”
Mol gas I = Mol gas II
Volume gas I Volume gas II
Pada tahun 1860, Stanislao Cannizzaro (1826-1910) dari Italia mengemukakan
hasil eksperimen bahwa setiap 1 mol apa saja pada suhu 00C dan tekana 1 atm
memiliki volume 22,4 liter (STP)
Hirarki konsep:
Setarakan reaksi
Hitung mol unsur yang diketahui
Perbandingan mol, mol sebanding dengan koefisien
Syarat kondisional
Pada STP, Mol = liter STP / 22,4
Pada non STP, menggunakan avogadro atau PV=Nrt
Konversi satuan mol ke volume
Contoh soal:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. 245 gram KCLO3 (Mr = 122,5) dipanaskan sehingga terurai menjadi KCl dan
gas O2 menurut reaksi?
KClO3 (s) KCl(s) + O2 (g)
berapa liter gas O2 yang etrbentuk, diukur dalam keadaan standar?
Jawab:
Langkah I : 2KClO3 (s) 2 KCl(s) + O2 (g)
Langkah II : Mol KClO3 = 245: 122,5 = 2 mol
Langkah III : konversi koefisien dengan mol yang akan dicari
Mol O2 = 3/2 x 2 mol = 3 mol
Langkah IV : syarat kondisional dalam keadaan STP maka
Langkah V : 1mol = 22,4 liter (STP)
Jadi 3 mol = 3 x 22,4 liter
= 67,2 liter
g. Hubungan koefisien reaksi dengan perbandingan mol
Koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol dari seluruh zat yang
ada pada persamaan reaksi, baik pereaksi sebelah ruas kiri maupun hasil reaksi
sebelah ruas kanan. Pada reaksi antara gas nitrogen(N2) dan gas hidrogen (H2)
menjadi gas amoniak(NH3).
N2 + 3 H2 2 NH3
1 molekul N2 + 3 molekul H2 2 molekul NH3
5 molekul N2 + 15 molekul H2 10 molekul NH3
(6 x 1023
) molekul N2 + (3 x 6 x 1023
) molekul H2 (2 x 6 x 1023
) molekul
NH3
1 mol N2 + 3 mol H2 2 mol NH3
jika salah satu sudah diketahui molnya, maka mol zat lain pada persamaan
tersebut dapat dicari dengan membandingkan koefisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mol A/ mol B = koefisien A / koefisien B (dibenakne)
Mol gas A = Koefisien gas A
Mol gas B Koefisien gas B
Hirarki konsep:
Menuliskan persamaan reaksi
Menyetarakan persamaan reaksi
Perbandingan mol sebanding dengan perbandingan koefisien
Contoh soal:
1. pada reaksi antara aluminium (Al) dengan asam klorida (HCl) menghasilkan
aluminium klorida (AlCl3) dan gas hidrogen (H2), tentukan perbandingan mol dan
koefisiennya?
Langkah I : Al + HCl AlCl3 + H2
Langkah II : 2 Al + 6 HCl AlCl3 + H2
Langkah 3 : perbandingan koefisien ~ perbandingan mol
Perbandingan mol Al : HCl : AlCl3 : H2 adalah 2 : 6 : 3 : 3
h. Hubungan koefisien reaksi dengan perbandingan volum
Berdasar hukum Gay Lussac “ pada temperatur dan tekanan yang sama,
perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume hasil reaksi merupakan
perbandingan bulat dan sederhana”
Hirarki konsep:
Tulis rumus molekul masing-masing zat
Tulis persamaan reaksidan setarakan
Perbandingan koefisien sebanding dengan perbandingan volume
Situasi konditional (STP/NON STP)
Pada STP (00C,1Atm), Mol = liter STP / 22,4
Pada non STP, menggunakan avogadro atau PV=Nrt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Contoh soal :
Pada reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen menghasilkan gas amonia.
Langkah I : Gas nitrogen : N2
Gas hidrogen : H2
Gas amoniaB : NH3
Langkah II : N2 (g) + H2 (g) NH3 (g)
Langkah III : N2 (g) + 3 H3 (g) 2 NH3 (g)
Langkah IV :
volume gas nitrogen : volume gas hidrogen : volume gas amonia
1 : 3 : 2
∑ molekul nitrogen : ∑molekul hidrogen : ∑ molekul amonia
1 : 3 : 2
i. Pereaksi pembatas
Pereaksi pembatas merupakan zat yang bereaksi habis dan membatasi
jalannya reaksi sehingga tidak ada reaksi lebih lanjut. Pereaksi pembatas
disebabkan oleh zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak dalam jumlah yang
ekuivalen, artinya tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi. Berikut
disajikan data percobaan aluminium direaksikan dengan oksigen membentuk
aluminium oksida, reaksinya sebagai berikut:
4 Al (s) + 3 O2 (g) 2 Al2O3 (s)
Jumlah mol pereaksi Jumlah mol
produk
Pereaksi
pembatas
Jumlah mol pereaksi
yang tersisa Al O2
4 3 2 Ekivalen -
4 4 2 Aluminium 1 mol O2
5 3 2 Oksigen 1 mol Al
2 1,5 1 Ekivalen -
0,6 0,4 0,27 Oksigen 0,07 mol Al
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasar data diatas hirarki konsep yang digunakan untuk menentukan reaksi
pembatas:
Menyatakan zat yang diketahui dalam mol
Pada keadaan mula-mula bagilah jumlah mol masing-masing pereaksi
dengan koefisien masing-masing
Pereaksi yang hasil bagiannya paling kecil adalah reaksi pembatas
Setelah diketahui jumlah reaksi pembatas yang dibutuhkan, kita dapat
menentukan jumlah hasil reaksi dengan konversi massa dengan mol.
Contoh soal:
1.sebanyak 8 gram metana dibakar dengan 40 gram oksigen berapa gram CO2
yang terbentuk. Tentukan yang berfungsi sebagai reaksi pembatas?
Langkah I : mol gas metana (CH4) = 8 = 0,5 mol
16
mol oksigen (O2) = 40 = 1,25 mol
32
langkah II & III : CH4 (g) + 2 O2 (g) CO2(g) + 2 H20(g)
Mula-mula 0,5 mol
1
1,25 mol
2
reaksi 0,5 mol 1,00 mol 0,5 mol 1,00 mol
sisa 0 0,25 mol 0,5 mol 1,00 mol
Jadi yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah CH4
Langkah IV : 0,5 mol x massa molar (Mm) CO2
= 0,5 MOL X 44 gram /mol
= 22 gram
(Unggul Sudarmo,2006:64-99)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Kerangka Berpikir
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada yang dilakukan oleh siswa,
sedangkan mengajar mengacu kepada yang dilakukan oleh guru sebagai
pemimpin belajar. Proses belajar mengajar berkaitan dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dan materi yang akan diberikan serta metode belajar mengajar
yang dipakai guru dan siswa dalam memberikan atau menerima materi tersebut.
Pembelajaran kimia yang dilaksanakan oleh guru tidak selamanya berhasil.
Pada saat yang sama tidak semua siswa dapat memahami dan menguasai materi
pelajaran dan ada siswa yang lambat dalam menerima pelajaran. Keberhasilan
proses belajar mengajar dapat mengukur kemampuan siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar. Penggunaan metode mengajar yang tepat akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Salah satu metode mengajar yang sampai sekarang digunakan di sekolah-
sekolah adalah metode ceramah yang memungkinkan siswa cenderung pasif
dalam proses belajar mengajar karena guru lebih banyak mendominasi. Untuk itu
perlu adanya metode mengajar yang sesuai. Metode pembelajaran kooperatif
dipandang cocok untuk membuat siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran kooperatif bermacam-macam, pada penelitian ini dipilih
metode STAD. Dimana STAD merupakan pembelajaran kalompok, siswa
diharapkan menyelesaikan permasalan secara kelompok. Metode ini akan
dilengkapi modul dan dilengkapi power point, yang diharapkan menumbuhkan
ketertarikan siswa.Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan
prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai
berikut. Gambar 4 : diagram kerangka pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat
dikemukakan hipotesis ”Penggunaan metode pembelajaran STAD dilengkapi
media power point lebih baik daripada penggunaan media modul pada materi
Hukum Dasar bagi siswa kelas X SMAN I Ngemplak Boyolali”.
Kelas eksperimen 1
Keadaan awal
Kelas eksperimen 2
Media modul
Media power point
Tes materi
reaksi
Prestasi belajar
kimia
Tes materi
reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Ngemplak Boyolali yang
berada di desa Ngemplak Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 2008/2009 yaitu
pada bulan September – November 2008.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain ”Perluasan
Randomized Control Group Pretest-Postest Design”. Pada awal kegiatan
penelitian, siswa dikenakan test awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan
awal siswa. Kemampuan awal siswa akan berguna untuk membuat kelompok-
kelompok belajar. Kemudian siswa diberi perlakuan dengan menggunakan metode
STAD dilengkapi media modul untuk kelas eksperimen 1 sedangkan kelas
eksperimen 2 menggunakan metode STAD yang dilengkapi media power point.
Pada akhir penelitian siswa dikenakan tes akhir (postest). Hasil kedua test tersebut
dipakai sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya
dengan analisis statistik yang digunakan.
Adapun bagan design ”Perluasan Randomized Control Group Pretest-
Postest Design” terhadap Tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 5. Bagan design ”Perluasan Randomized Control Group Pretest-
Postest Design”
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
E1
E2
C
T1
T1
T1
X1
X2
-
T2
T2
T2
Keterangan : E1 = kelompok eksperimen 1
E2 = kelompok eksperimen 2
C = kelompok kelas kontrol
T1 = prestasi siswa pada pokok bahasan Hukum Dasar sebelum
diberi perlakuan
T2 = prestasi siswa pada pokok bahasan Hukum Dasar setelah
diberi perlakuan
X1 = perlakuan dengan metode STAD dilengkapi modul
X2 = perlakuan dengan metode STAD dilengkapi power point
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
tahun ajaran 2008/2009.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dipilih tiga kelas satu kelas untuk kelas eksperimen I,
satu kelas untuk kelas eksperimen II dan satu kelas sebagai kontrol. Yang diambil
dengan cara random sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam
rangka menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran menggunakan metode STAD
dilengkapi modul dan dilengkapi power point.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pada akibat atau
pengaruh yang dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah prestasi belajar siswa mengenai pokok bahasan Hukum Dasar pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Dengan data ini dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan penggunaan
masing-masing media pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data tes dan data angket.
a. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada pokok bahasan hukum dasar dengan
menggunakan tes objektif
b. Data angket berupa nilai afektif pada pokok bahasan hukum dasar
2. Instrumen Penelitian
a. Aspek kognitif
1. Validitas soal
Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi
Produk Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
rxy =
])()(][)()([
))((
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
X : hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y : kriteria yang dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
rxy : koefisien validitas
N : jumlah subjek
Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan kritik
r produk momen. Apabila harga rxy > harga kritik, maka item soal tersebut
dikatakan valid.
Klasifikasi validitas soal:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
Item dikatakan valid bila harga rxy > r tabel (Masidjo, 1995: 243-246)
2. Reabilitas soal
Soal dinyatakan realibel bila memberikan hasil yang relatif sama
saat dilakukan kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20)
sebagai berikut:
r11 =
2
1
21
1 S
PQS
n
n
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas
n : jumlah item
S : standar deviasi
P : indeks kesukaran
Q :1-p
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tesebut kemudian
dikonsultasikan dengan r product momen. Apabilan harga r11 > r tabel maka
tes instrumen tesebut reliabel.
Klasifikasi reliabilitas soal:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah (Masidjo, 1995: 210-233)
3. Taraf kesukaran soal
Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukan denagan indeks kesukaran yaitu
menunjukkan sukar mudahnya suatu soal yang harganya dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:
IK =maxSN
B
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item.
N : kelompok siswa
Smax : besarnya skor yang dituntut suatu jawaban benar dari suatu item
Adapun kriterianya sebagi berikut:
0,81 – 1,00 : mudah sekali (MS)
0,61 – 0,81 : mudah (M)
0,41 – 0,60 : sedang/cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : sukar (S)
0,00 – 0,20 : sukar sekali (SS) (Masidjo, 1995: 189-192)
4. Taraf pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang tergolong kelompok atas (upper group)
dengan siswa yang tergolong kelompok bawah (lower group).
Rumus yang menentukan daya pembeda soal:
ID = maxSNKAatauNKB
KBKA
Keterangan:
ID : indeks diskriminatif
KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok bawah
NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau
kelompok bawah
NKA atau NKB X Smax : perbedaan jawaban benar dari siswa – siswa yang
tergolong atas dan bawah yang seharusnya
diperoleh.
Acuan penilaian daya pembeda soal:
0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : cukup membedakan soal (CM)
0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)
Negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo,1995: 198)
b. Aspek afektif
Instrumen penelitian pada aspek afektif berupa angket. Jenis angket yang
digunakan adalah angket essay dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebelum menyusun angket terlebih
dahulu dibuat konsep alat ukur yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang
hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun item-item angket. Penyusunan item angket berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tesebut
diuji cobakan dulu untuk mengetahui kualitas item angket.
1. Validitas angket
Validitas dari instrumen angket ini adalah validitas konstruksi.
Suatu angket dikatakan memiliki validitas konstruksi.
Untuk menghitung validitas butir soal menggunakan rumus Korelasi
Produk Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
rxy =
])()(][)()([
))((
2222 YYNXXN
YXXYN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
N : banyaknya subjek
X : skor item (hasil pengukuran tes yang ditentukan validitasnya)
Y : skor total (kriteria yang dipakai)
Setelah memperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan
harga kritik r produk momen, apabila harga rxy > harga r kritik, maka item
soal tesebut dikatakan valid.
Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah (Masidjo, 1995: 243-246)
2. Reliabilitas angket
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukurann tesebut dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran
kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui realibilitas soal
digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20).
Rumus reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut:
rtt = α =
2
2
11
tS
Si
n
n
Keterangan :
rtt : koefisien reliabelitas instrumen
n : jumlah item
ƩSi2 : jumlah kuadrat S dari masing-masing item
St2 : kuadrat dari S total seluruh item
(Masidjo, 1995: 210-233)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Data yang diperlukan dianalisis dengan menggunakan uji t – satu pihak.
Oleh karena itu perlu dipenuhi uji prasyarat analisisnya yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak, maka
dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan rumus :
iio zSzMaxFL
Keterangan :
Lo = harga mutlak dari selisih F(zi) dan S(zi) yang terbesar
F(zi) = peluang bilangan baku dalam distribusi normal baku
S(zi) = proporsi cacah z < zi terhadap seluruh cacah zi
zi = bilangan baku, s
xxzi
1
s = simpangan baku
x = rata-rata sampel
Jika Lo < Ltabel dengan taraf dan jumlah sampel n, maka populasi
berdistribusi normal.
(Sudjana, 2002: 466)
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji perbandingan dua rata-rata
dengan uji – t atau uji pihak kanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
211
21
H
H o
Dimana
Ho : prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode STAD yang
dilengkapi modul lebih rendah atau sama dengan prestasi belajar pada
pembelajaran kimia dengan metode STAD yang dilengkapi power point
H1 : prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode STAD yang
dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar pada pembelajaran
kimia dengan metode STAD yang dilengkapi power point.
Keterangan :
1 = nilai rata-rata kelas eksperimen I
2 = nilai rata-rata kelas eksperimen II
Adapun rumusnya sebagai berikut :
21
21
11
nnS
xxt
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS
(Sudjana, 1996: 263)
Ho diterima jika thitung < ttabel, Ho ditolak jika thitung > ttabel.
Keterangan :
1x = nilai rata-rata tes kelas eksperimen I
2x = nilai rata-rata tes kelas eksperimen II
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen II
S = simpangan baku gabungan
S2 = varian sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
S12 = varians kelas eksperimen I
S22 = varians kelas eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada
materi hukum dasar yang meliputi prestasi kognitifdan afektif. Data-data tersebut
diambil dari kelas eksperimen 1 (STAD bermedia modul), kelas eksperimen 2
(STAD bermedia power point) dan kelas kontrol (metode konvensional). Jumlah
siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 120 siswa dari kelas X1, X2,
dan X3 SMA N1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2008/2009. Untuk lebih
jelasnya akan disajikan deskripsi data penelitian masing-masing variabel.
1. Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi
Data prestasi belajar siswa pada materi hukum dasar yang meliputi prestasi
kognitif, dan afektif untuk kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas
kontrol dengan sampel masing-masing sebanyak 40 siswa. Deskripsi data
penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Nilai Rata-Rata Eksperimen I Esperiment 2
Kontrol
Pretes kognitif
Postes kognitif
Selisih nilai kognitif
Afektif
23,10
54,80
31,70
80,05
25.50
61,50
36,00
81,83
23.80
50,20
26,40
76,73
2. Selisih Nilai Kognitif pada Materi Pokok Laju Reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Perbandingan distribusi mengenai nilai kognitif kelas eksperimen 1, kelas
eksperimen 2 dan kelas kontrol pada materi hukum dasar disajikan dalam Tabel 7
dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hukum Dasar
No Kelas
Interval Nilai
Tengah Eksp.
I %
Eksp. II
% Kon %
1 12.0 18.0 15.0 4 10.00% 2 5.00% 9 22.50%
2 18.1 24.1 21.1 6 15.00% 3 7.50% 12 30.00%
3 24.2 30.2 27.2 8 20.00% 6 15.00% 7 17.50%
4 30.3 36.3 33.3 10 25.00% 13 32.50% 5 12.50%
5 36.4 42.4 39.4 6 15.00% 6 15.00% 4 10.00%
6 42.5 48.5 45.5 3 7.50% 5 12.50% 3 7.50%
7 48.6 54.6 51.6 2 5.00% 3 7.50% 0 0.00%
8 54.7 60.7 57.7 1 2.50% 2 5.00% 0 0.00%
Jumlah 40 100.00% 40 100.00% 40 100.00%
Gambar 5. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen 1, Eksperimen
2, dan Kontrol
3. Nilai Afektif Materi Pokok Laju Reaksi
Perbandingan distribusi mengenai nilai afektif kelas eksperimen, kelas
eksperimen 2 dan kelas kontrol pada materi hukum dasar disajikan dalam Tabel 8
dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Materi Pokok Hukum Dasar
No Kelas
Interval Nilai
Tengah Eksp % Kon % Kon %
1 69.0 71.5 70.3 2 5.00% 1 2.50% 4 10.00%
2 71.6 74.1 72.9 4 10.00% 2 5.00% 7 17.50%
3 74.2 76.7 75.5 3 7.50% 1 2.50% 9 22.50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4 76.8 79.3 78.1 9 22.50% 10 25.00% 12 30.00%
5 79.4 81.9 80.7 7 17.50% 3 7.50% 4 10.00%
6 82.0 84.5 83.3 7 17.50% 11 27.50% 1 2.50%
7 84.6 87.1 85.9 6 15.00% 6 15.00% 0 0.00%
8 87.2 89.7 88.5 2 5.00% 6 15.00% 3 7.50%
Jumlah 40 100.00% 40 100.00% 40 100.00%
Gambar 6. Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas Eksperimen 1, Eksperimen 2,
dan Kontrol
B. Hasil Penelitian dan Prasarat Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas untuk menyelidiki apakah sampel penelitian ini
berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus normal. Uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors.
Hasil uji normalitas selisih nilai kognitif, dan nilai afektif tercantum dalam
lampiran. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel 9-10.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif
Kelompok
Siswa
Harga L Kesimpulan
Distribusi Hitung Tabel
Eksperimen 1 0,1383 0,1401 Normal
Eksperimen 2 0,1040 0,1401 Normal
Kontrol 0,1401 0,1401 Normal
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif
Kelompok Harga L Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Siswa Hitung Tabel Distribusi
Eksperimen 1 0,0551 0,1401 Normal
Eksperimen 2 0,0826 0,1401 Normal
Kontrol 0,1176 0,1401 Normal
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < Ltabel, sehingga
dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji T-Matching
Uji t-matching digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata
nilai pretest dari ketiga kelompok. Pada hasil uji t-matching kelas eksperiment I
dan kelas eksperiment 2, didapatkan t hitung = 1,4918 dan t tabel = 1,98. Jadi,
rata-rata nilai pretest siswa kelas eksperimen 1 sama dengan rata-rata nilai pretest
siswa kelas eksperimen 2.
Pada uji t- matching kelas eksperimet I dan kontrol didapatkan data t-
hitung = 0,5029 sedangkan t-tabel = 1,98. Jadi, rata-rata nilai pretest siswa kelas
eksperimen 1 sama dengan rata-rata nilai pretest siswa kelas kontrol.
Pada uji t-matching kelas eksperiment II dan kontrol didpatkan data t-
hitung = 1,2012, sedangkan t-tabel = 1,98. Jadi, rata-rata nilai pretest siswa kelas
eksperimen 2 sama dengan rata-rata nilai pretest siswa kelas kontrol. Dari ketiga
uji- t matching di atas, dapat disimpukan bahwa ketiga kelas memiliki rata-rata
nilai pretest yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis untuk Selisih Nilai Kognitif
Hasil uji t-pihak kanan untuk selisih nilai kognitif siswa kelas eksperiment
I dan kelas eksperiment 2 memiliki t-hitung = - 1,8361 sedangkan t-tabel 1,67,
sehingga rata-rata nilai kognitif kelas eksperiment I lebih rendah daripada kelas
eksperiment 2. Untuk uji t-pihak kanan untuk selisih nilai kognitif siswa kelas
eksperiment I dan kelas control memilki t-hitung = 2,3633 yang hasilnya lebih
besar dari t tabel, sehingga rata-rata nilai kognitif kelas eksperiment I lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
daripada kelas control. Sedangkan untuk uji t-pihak kanan untuk selisih nilai
kognitif siswa kelas eksperiment 2 dan kelas control memilki t-hitung = 4,1909
yang hasilnya lebih besar dari t tabel, sehingga rata-rata nilai kognitif kelas
eksperiment 2 lebih tinggi daripada kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis untuk Nilai Afektif
Hasil uji t-pihak kanan untuk selisih nilai afektif siswa kelas
eksperiment I dan kelas eksperiment 2 memiliki t-hitung = - 1,7497 sedangkan t-
tabel 1,67, sehingga rata-rata nilai afektif kelas eksperiment I lebih rendah
daripada kelas eksperiment 2. Untuk uji t-pihak kanan untuk selisih nilai afektif
siswa kelas eksperiment I dan kelas control memilki t-hitung = 3,2262 yang
hasilnya lebih besar dari t tabel, sehingga rata-rata nilai afektif kelas eksperiment I
lebih tinggi daripada kelas control. Sedangkan untuk uji t-pihak kanan untuk
selisih nilai afektif siswa kelas eksperiment 2 dan kelas control memilki t-hitung =
5,0513 yang hasilnya lebih besar dari t tabel, sehingga rata-rata nilai afektif kelas
eksperiment 2 lebih tinggi daripada kelas control.
C. Pembahasan
1. Penilaian Kognitif
Pada penelitian ini menggunakan 2 kelas eksperiment dan 1 kelas
kontrol. Pada kelas eksperiment dilakukan dengan metode STAD, dimana pada
awal pembelajaran di bentuk 10 kelompok masing-masing terdiri dari 4 anak.
Untuk penelitian ini terdiri dari 5 bagian materi masing-masing diakhiri dengan
soal-soal yang harus dikerjakan secara kelompok dan quis individual.
Yang membedakan kelas eksperiment 1 dan kelas eksperiment 2 adalah
penggunaan media pembelajaran. Pada kelas eksperiment 1, anak-anak
menggunakan media modul. Pada pembelajaran menggunakan media modul ini,
siswa melakukan pembelajaran di ruang komputer. Pada awal pelajaran guru
menjelaskan secara garis besar materi yang nanti akan disampaikan pada media
ini dan cara penggunaan media ini. Pada media modul disajikan materi lengkap
yang dilengkapi hirarki konsep dan disertai soal-soal yang mengukur ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
siswa pada akhir bab ataupun pada akhir materi. Tiap kelompok dapat menghadap
1 komputer ataupun 2 komputer untuk memudahkan mereka berdiskusi. Banyak
siswa yang merasa kebingungan dan menemukan berbagai permasalahan dengan
penggunaan metode dan media ini, namun kebingungan mereka didiskusikan
hingga mereka dapat menyelesaikannya. Anak-anak selain mendiskusikan materi
juga mendiskusikan soal-soal dalam modul itu yang nantinya akan digunakan
sebagai nilai kelompok. Anak-anak juga merasa senang dengan penggunaan
media modul elektronik yang belum pernah digunakan dalam pembelajaran
mereka selama ini. Guru disini sebatas mengawasi anak-anak dalam proses
diskusi karena tidak menutup kemungkinan terdapat anak yang tidak mengikuti
diskusi tetapi bermain komputer dengan membuka program lain ataupun jika
terdapat kesalahan pada komputer. Pada kelas eksperiment 1 ini terlihat anak-anak
tertarik pada media yang digunakan, mereka saling berdiskusi tentang isi modul,
baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Hal itu terlihat pada pengerjaan
tes secara kelompok. Anak-anak juga merasa senang disaat mereka tuntas dalam
suatu materi sehingga mendapatkan kode untuk masuk ke materi selanjutnya.
Antusias anak-anak dalam mengikuti pembelajaran juga sangat besar, hal itu
terlihat pada keaktifan siswa pada saat pembahasan soal posttest. Untuk proses
pembelajaran pada kelompok eksperiment ini membutuhkan waktu yang sedikit
lama dibanding kelompok eksperiment 2 atau kontrol, hal ini dikarenakan waktu
yang dibutuhkan siswa untuk tuntas suatu materi berbeda-beda. Pada akhir
pelajaran diadakan postest untuk mengetahui skor kemajuan siswa. Yang nantinya
nilai kemajuan tiap siswa dihitung dan dirata-rata dengan nilai teman satu
kelompok untuk menentukan tim atau kelompok terbaik. Pada penghargaan
pertama yang mendapatkan penghargaan tim super adalah kelompok I dan V
sedangkan untuk tim yang mendapat predikat tim sangat baik adalah kelompok
III,VII dan IX, sisanya mendapat tim baik. Pada penghargaan kedua tidak ada
yang mendapat predikat tim super dan sangat baik, yang mendapat tim baik adalah
kelompok I, III, IV, VI, VII dan IX, sisanya mendapat penghargaan cukup baik.
Pada penghargaan ketiga yang mendapat tim super adalah kelompok I, III dan IX,
sedangkan yang mendapat predikat tim sangat baik adalah kelompok IV, V, VI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dan X, sisanya tim baik. Pada penghargaan keempat yang mendapat penghargaan
tim super adalah kelompok 1V dan yang mendapat tim sangat baik adalah
kelompok II, VII dan IX, sedangkan yang mendapat tim baik adalah kelompok I,
VIII dan X. Dan sisanya adalah tim cukup baik. Pada penghargaan terakhir yang
mendapat tim super adalah kelompok III dan X, sedangkan yang mendapat
penghargaan tim sangat baik adalah X dan VI sedangkan yang mendapat tim baik
adalah I, II dan IV, sisanya adalah tim cukup baik. Dari hasil tersebut dapat kita
lihat bahwa dengan adanya pemberian penghargaan maka siswa termotivasi untuk
mendapatkan nilai yang lebih baik dan terjadi persaingan antar kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif STAD yang dilengkapi media modul secara umum
memiliki kelebihan:
1. siswa mendapatkan media modul dengan materi yang lebih
terperinci serta terdapat hierarki konsep untuk menyelesaikan soal
stokiometri
2. siswa dapat mengulang materi sesuai kemampuannya
3. siswa dapat menghadap pada 1 komputer
4. siswa mendapat latihan soal pada akhir materi dan sebagai syarat
untuk melanjutkan ke materi yang lain
Pada kelas eksperiment 2 secara garis besar memiliki urutan pelaksanaan
yang sama, tetapi pada kelas eksperiment 2 yang dilengkapi dengan media power
point diberikan materi secara ringkas dan penjelasannya dilakukan oleh guru.
Siswa disini mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru serta melihat
tampilan dari power point. Hal ini dapat meminimumkan adanya salah konsep
pada siswa. Dengan pemberian materi melalui power point siswa menjadi lebih
antusias dalam menerima materi, hal itu terlihat dari beberapa pertanyaan yang
dikemukakan siswa, terutama pada pemecahan contoh soal stokiometri dan
konsep hukum dasar. Setelah materi diberikan, anak-anak menyelesaikan soal
dalam kelompok. Disini terjadi diskusi untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.
Terlihat saling debat karena beda pendapat antar anggota kelompok. Tiap anggota
berusaha mempertahankan argumennya. Selama diskusi berlangsung terlihat
keaktifan siswa dalam berdiskusi, dan terlihat pula siswa yang sudah paham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pengerjaannya memberitahu siswa yang kurang paham. Pada kelas ini, keaktifan
siswa sangat terlihat dari pada kelas eksperiment 2. Siswa pada kelas ini, lebih
sering bertanya terutama pada penyelesaian soal dan pembahasan soal. Pada akhir
pelajaran diberikan post test untuk mengetahui nilai individul siswa yang akhirnya
dihitung skor kemajuan mereka. Dari skor kemajuan dan nilai kelompok dirata-
rata untuk menentukan penghargaan tim. Pada penghargaan pertama yang
mendapat tim super adalah kelompok I, II, V dan VII sedangkan yang
mendapatkan nilai tim sangat baik adalah kelompok III, VI, VII dan X, sisanya
tim baik. Pada penghargaan kedua yang mendapat tim super adalah III dan yang
mendapat tim sangat baik adalah kelompok IX, VII, II dan I, sisanya mendapat
penghargaan cukup baik. Pada penghargaan ketiga yang mendapat tim super
adalah II dan VII, sedangkan mendapat tim sangat baik adalah kelompok X dan
III, sisanya merupakan tim baik. Pada penghargaan keempat tidak ada yang
mendapat penghargaan tim super, dan yang mendapatkan penghargaan tim sangat
baik kelompok X dan VII sedangkan yang mendapatkan penghargaan tim baik
adalah kelompok IX dan sisanya kelompok cukup baik. Pada penghargaan kelima
yang mendapat predikat tim super adalah kelompok I dan V, sedangkan yang
mendapat predikat tim sangat baik adalah kelompok IX, VI dan VII, sisanya
kelompok cukup baik. Penggunaan metode STAD dan media pada kelas
eksperiment dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga menunjang kemampuan
kognitif siswa.
Di dalam STAD diperlukan hubungan kerjasama yang baik dan
ketrampilan siswa dalam kelompok sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Pada pembelajaran STAD ini siswa menyelesaikan persoalan-persoalan melalui
diskusi kelompok. Guru bertindak jika dalam kelompok terjadi kesalahan dalam
mengidentifikasi kesalahan. Jadi, dalam hal ini pendidik bertindak sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup
menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar.
Penguasaan materi seperti yang diterapkan pada metode STAD ini, akan
membuat siswa lebih mudah mengingatnya, sementara itu bagi siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
membantu teman dalam kelompoknya juga secara tidak langsung memperdalam
pengetahuannya. Suasana belajar menjadi sangat menyenangkan dan siswa tidak
merasa jenuh.
Salah satu komponen dalam STAD adalah penilaian dan pengakuan tim
yang didasarkan pada criteria tertentu. Suatu tim dikatakan tim super jika mereka
memiliki nilai rata-rata kemajuan tertentu sesuai kriteria. Tim-tim tersebut akan
mendapatkan penghargaan berupa sertifikat. Adanya hal seperti ini biasanya akan
memotivasi siswa dalam belajar untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
Selama pembelajaran terjadi bermacam-macam interaksi antara lain,
interaksi antar anggota kelompok, interaksi antar kelompok dan interaksi
kelompok dengan guru. Dalam interaksi antar anggota kelompok terjadi diskusi
dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa yang mampu dapat membantu teman
kelompoknya yang kurang paham. Selama diskusi berlangsung juga terjadi
interaksi antara guru dengan anggota kelompok, dimana guru bertindak
mengawasi jalannya diskusi serta memberi pengarahan.
Pada kelas kontrol diajarkan sistem pembelajaran dengan metode ceramah.
Dimana siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Dalam hal
ini kemampuan siswa disamaratakan dan tidak diperhatikan, sehingga materi yang
diajarkan juga belum tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing individu
melainkan diberi secara seragam terhadap seluruh anggota kelas. Hal ini
menyebabkan potensi dalam diri siswa cenderung bersifat pasif dan inisiatif.
Permasalahan lain yang ditimbulkan adalah siswa kurang yang mampu menyerap
materi akan tertekan apabila materi yang diberikan terlalu cepat. Dan juga
sebaliknya siswa yang pandai akan merasa bosan jika terdapat materi yang
diulang-ulang. Disini guru sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dikelas
mendominasi pelajaran.
Dari data pada tabel 7 dan gambar 5 didapatkan data prestasi belajar
aspek kognitif pada pembelajaran kimia dengan metode STAD dilengkapi power
point lebih baik dari pada STAD dilengkapi modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Penilaian Afektif
Aspek afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral siswa terhadap sesuatau. Metode yang digunakan
untuk mengukur hasil afektif pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
angket. Namun dalam hal ini diperlukan kejujuran dalam mengungkap
karakteristik afektif diri sendiri.
Pada kelas ekperiment siswa tertarik dengan penggunaan media yang
belum pernah diterapkan dalam pembelajaran mereka selama ini. Selain itu siswa
juga mendapatkan motivasi eksternal dengn adanya penghargaan yang diberikan
guru pada tim terbaik. Sehingga siswa lebih berantusias dalam mengikuti
pelajaran, hal itu terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
oleh siswa. Pada kelas eksperiment juga dituntut kerjasama kelompok dalam
memecahkan permasalahan, serta adanya persaingan antar tim atau kelompok
dalam mendapatkan predikat kelompok super. Adanya pemberian penghargaan
dapat memicu motivasi eksternal dari siswa. Dan siswa berusaha mempertahankan
nilai tersebut. Pada kelas ekperiment 1, siswa dituntut untuk belajar mandiri
dengan menggunakan modul. Sedangkan pada kelas eksperiment 2, siswa masih
mendapat bimbingan dari guru. Hal inilah yang menyebabkan siswa kelas
eksperiment 1 masih merasa kesulitan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
dengan metode STAD yang dilengkapi media mampu memberikan suasana yang
berbeda dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah menangkap isi
materi. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa lebih banyak membutuhkan guru
untuk mendapatkan konsep baru, sehingga siswa menjadi kurang aktif, kurang
tanggung jawab, dan kurang percaya pada diri mereka sendiri.
Berdasarkan data pada tabel 8 dan gambar 6 dapat dilihat kelas
eksperiment 2 lebih baik daripada ekperiment 1. Dan nilai afektif kelas
eksperiment lebih baik dari pada kelas control.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dilengkapi media
power point menghasilkan prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih tinggi
daripada metode STAD dilengkapi media modul, terbukti dari uji t-pihak kanan
dihasilkan bahwa t hitung – 1,8361> t tabel = 1,67 untuk aspek kognitif dan t hitung –
1,7497 > t tabel = 1,67 untuk aspek afektif.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses
belajar mengajar, guru memiliki suatu metode serta media untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami
konsep suatu materi pembelajaran kimia khususnya materi pokok hukum dasar
sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai
optimal. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan
siswa seperti STAD dilengkapi media modul ataupun powerpoint
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Sebaiknya guru mencoba bentuk pembelajaran STAD dilengkapi media
power point, karena dari hasil penelitian menghasilkan prestasi belajar
kognitif dan afektif yang lebih tinggi pada materi pokok hukum dasar.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan metode STAD
dilengkapi media power point dalam pembelajaran kimia pada materi
pokok yang lain.
3. Kepada guru disarankan agar dalam pembelajaran di kelas selalu
mengupayakan penggunaan media atau metode yang menarik bagi siswa
sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk
memahami materi yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 1997. Classroom Instructions and Management. Boston:
Massachusetts Burr Ridge.
Arief. S. sadiman, et al. 1996. Media Pendidikan, pengertian, pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom Dikbud dan PT Raya Grafindo
Jakarta.
Budi Permana. 2001. Seri Penuntun Praktis Mikrosoft PowerPoint 2002. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Depdiknas. 2002. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Kimia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Depdiknas.
. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian Portofolio Mata
Pelajaran Kimia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Depdiknas.
Devies K. I. 1982. Pengelolaan Belajar. Terjemahan Sudarsono, dkk. Jakarta:
CV. Rajawali dan Pusat antar Universitas di UT.
Dimyati dan Madjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Gino, dkk. 1998.Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_PowerPoint. 2007. Mikrosoft PowerPoint.
Wikimedia Foundation Inc. (diakses tanggal 30 januari 2008)
http://suaramerdeka.com/harian/0604/03/ragam03.htm. Indra Yunan Y. 2006.
Komputer untuk Pembelajran Matematika. (diakses tanggal 16 juni
2008,10:30)
Masidjo I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Nana Sudjana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
.Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1989. Komputerisasi Pendidikan Nasional, Komputerisasi,
Informasi, Edukasi. Bandung: Mandar Maju.
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Sardiman AM. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusamedia.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Unggul Sudarmo. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: PHIBETA.
Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Yusuf Hadimiarso, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Press.