Upload
buidan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Khalayak Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan tentang pengertian khalayak dan karakteristik khalayak, arti penting pesan
nonverbal secara psikilogis, dan klasifikasi pesan nonverbal.
I. Pengantar Khalayak (audience) merupakan factor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran
keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesan-pesan yang
disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai pada khalayak sasaran,
dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan
komunikator.
Menurut Schramm, seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai
upayanya dari “apa yang harus dikatakan” , “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau
“bagaimana cara mengatakannya”, melainkan terlebih dahulu mempertanyakan “siapa
yang akan menjadi sasaran penyempaian pesan”.
Dalam proses komuniksi massa, implikasi dari pernyataan Schramm tersebut di atas
adalah, bahwa sebelum komunikator mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan
yang disampaikannya, khalayak terlebih dahulu mempengaruhi
Komunikator. Itulah sebabnya komunikator akan berusaha mengumpulkan data dan
informasi mengenai karakteristik dari individu atau kelompok, atau warga khalayak yang
akan dijadikan sasaran. Atas dasar hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan
“apa” yang akan disampaikan dan “bagaimana” cara menyampaikannya.
II. Pengertian khalayak
Konsep “khalayak” (audience) dalam konteks komunikasi telah dikenal sejak jaman
Yunani Kuno. Pada masa itu pengertian khalayak menunjuk pada sekumpulan orang
yang menonton suatu pertunjukan (misalnya drama, atau pertandingan).
Dengan demikian pengertian khalayak di sini adalah sekumpulan orang yang
terorganisir pada waktu dan tempat tertentu, di mana masing-masing secara sukarela
datang ke suatu tempat karena memiliki perhatian yang sama serta tujuan yang lebih
kurang sama, yaitu ingin memperoleh hiburan.
Sejalan perkembangan jaman, pengertian khalayak tersebut di atas sudah tidak lagi
memadai untuk menggambarkan kondisi nyata dari khalayak. Perubahan yang terjadi
dalam masyarakat, khususnya perubahan yang terjadi dalam hal teknologi
komunikasitelah mengubah konsepsi khalayak dari rumusan awalnya.
Kehadiran teknologi mesin cetak telah melahirkan khalayak pembaca yang tidak lagi
terbatas pada dimensi ruang dan waktu. Munculnya komersialisasi media massa telah
memperluas skala operasi media massa dari hanya sekedar institusi sosial menjadi
institusi ekonomi.
Jadi pada masa sekarang ini konsepsi khalayak menunjuk pada sekumpulan orang yang
terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan yang
jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbata), tersebar secara luas, banyak di
antaranya yang tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya, dan heterogen dalam
hal ciri-ciri sosio ekonomi dan demografinya.
III. Karakteristik Khalayak1. Khalayak sebagai penggarap informasi
Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima
(khalayak) bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan pasda saat berhadapan
dengan “bentuk informasi” tertentu akan melakukan “decoding” (pemecahan
atau penginterpretasian kode). Akhirnya, tidak semua isi informasi akan diserap
oleh si penerima secara utuh. Artinya, satu atau beberapa bagian dari isi pesan
itu tidak akan dicerna atau diolah karena tidak masuk dalam kerangka
pengetahuan dan pengalaman hidupnya, atau karena dipandang tidak sesuai
dengan keperluan, minat, dan keinginannya.
Beberapa studi menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan seseorang secara
signifikan turut mempengaruhi derajat pengolahan informasi yang smpai kepada
dirinya. Orang yang latar belakang pendidikannya relative ‘tinggi’, di samping
tinggi rasa ingin tahunya tentang sesuatu, juga cenderung lebih kritis, selektif,
dan banyak pertimbangan dibandingkan dengan orang yang latar belakang
pendidikannya lebih rendah. Itulah sebabnya mempengaruhi sikap dan pendapat
orang yang berpendidikan tinggi jauh lebih sulit dibandingkan dengan orang yang
latar belakang pendidikannya lebih rendah.
2. Khalayak sebagai “problem solver”Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang mereka hadapi.
Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara-cara pemecahannya.
Dari pihak penerima pesan (khalayak), salah satu fungsi yang diharapkan dari
penyebaran informasi melalui media massa adalah , bahwa informasi tersebut
mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan
demikian informasi atau pesan yang dipandang tidak membantu mereka dalam
memecahkan permasalahan atau malah mungkin menambah
kesulitan/permaslahan baru, jelas tidak akan mendapat perahtian mereka.
3. Khalayak sebagi mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak
sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi
bisa melalui berbagai tahap dan barisan.
Proses penyebaran informasi yang demikian lazim disebut sebagai “multi-step
flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah menerima informasi
dari suatu medium kemungkinan besar akan kembali meneruskan informasi
tersebut kepada orang-orang lainnya.
Dan orang-orang yang menerima informasi inipun selanjutnya akan
menyampaiakan kembali ke orang-orang lainnya.
Dalam proses pengolahan informasi terjadi proses seleksi yang mencakup
perhatian (selective attention), persepsi (selective perception), dan daya ingat
(selective recall).
4. Khalayak yang mencari pembelaPada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan dan diliputi rasa
ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu yang baru yang
mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor-faktor lainnya.
Dalam keadaan demikian orang tersebut akan berupaya mencari data dan
informasi yang dipandang bisa mendukung atau membela keyakinannya.
Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat menajdi “pembela”
keyakinan merupakan salah satu factor yang mendorong terjadinya seleksi
media. Dengan perkataan lain, seseorang memilih satua medium tertentu
dengan alasan bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu
mendukung atau memperkuat keyakinannya.
5. Khalayak sebagai anggota kelompokSebagai mahluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok
yang diikutinya, baik secara formal maupun informal.
Yang dimaksud dengan kelompok formal di sini antara lain ABRI, KORPRI,
Serikat Buruh, dll, sedangkan yang termasuk kelompok informal misalnya
kelompok-kelompok hobi seperti pencinta alam, kelompok olah raga, dll.
6. Khalayak sebagai Kelompok
Secara sosiologis masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri bisa menyangkut cirri demografis seperti
jenis kelamin, usia, pekerjaan, sukubangsa, dan bisa juga brdasarkan cirri-ciri
nondemografis seperti nilai, hobi, orientasi, dan lain-lain.
Cara berbicara dengan kalangan orang tua tentunya berbeda dengan kalangan
anak muda. Kaitannya dengan proses penyebaran informasi melalui media
massa adalah, bahwa diperlukan adanya “segmentasi” khalayak. Melalui
segmentasi ini khalayak dipandang sebagai suatu kelompok yang secara relative
mempunyai ciri-ciri yang tidak terlalu beragam. Dengan demikian, penyajian
pesan/informasi dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik dari kelompok khalayak sasaran.
7. Selera Khalayak
Dalam kaitannya dengan media massa seperti surat kabar dan majalah, selera
khalayak ini bisa menyangkut aspek-aspek jenis isi informasi, (misalnya
informasi politik, ekonomi, sosial, budaya), teknik penyajian (bentuk huruf, lay
out), atau bentuk/formatnya (surat kabar, majalah, tabloid, sheet).
Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu
diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan
dituju. Selera khalayak ini bisa juga berubah-ubah.
IV. Pesan Nonverbal A. Fungsi Pesan Nonverbal Menurut Mark L. Knapp ada 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi : mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal;
misalnya setelah saya menjealskan penolakan saya, saya menggelengkan
kepala berkali-kali.
2. Substitusi : menggantikan lambang-lambang verbal; misalnya tanpa sepatah
katapun Anda berkata, Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan
mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi : menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain
terhadap pean verbal. Misalnya, Anda memuji prestasi kawan Anda dengan
mencibirkan bibir Anda dan berkata “Hebat, kau memang hebat”.
4. Komplemen : melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
5. Aksentuasi : menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya;
Misalnya Anda mengungkapkan betap jengkelnya Anda denga memukul
mimbar.
B. Arti Penting Pesan Nonverbal secara psikologis
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi.
Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak
menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada
gilirannya orang lainpun lebih banyak membaca pikiran kita lewatpetunjuk-
petunjuk nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
Anda boleh menulis surat kepada pacara Anda dan mengungkapkan
Gelora kerinduan Anda. Anda tertegun, Anda tidak menemukan kata-
kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah
diungkapkan melalui pesan nonverbal.
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas.
Fungsi metakomuniaktif artinya memberikan informasi tambahan
yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komuhnikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal.
Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien.
Dalam paparan verbal terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari
yang diperlukan), repetisi, ambiguity (kata-kata yang bermakna ganda),
dan abstraksi.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu
kepada orang lain secara implisit atau tersirat. Sugesti paling efektif disampaikan
melalui pesan-pesan nonverbal.
C. Klasifikasi Pesan NonverbalLarry A. Samovar dan Richard E. Porter mengklasifikasikan pesan-pesan
nonverbal ke dalam 2 kategori utama, yaitu “
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan
dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan,
bau-bauan, dan parabahasa.
2. Ruang, waktu, dan diam.
John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan klasifikasi lain dari pesan
nonverbal, sebagai berikut :
1. isyarat-isyarat nonverbal perilaku (behavioral)
2. isyarat-isyarat nonverbal bersifat publik sepeerti ukuran ruangan dan
faktor-faktor situasi lainnya.
Bahasa tubuh Ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa tubuh adalah kinesika
(kinesics). Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh seorang ahli bahasa nonverbal, Ray
L. Birdwhistell.
Setiap anggota tubuh manusia seperti wajah, tangan, kepala, kaki, dan bahkan seluruh
anggota tubuh kita dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
Isyarat TanganKita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan.
Misalnya, orang yang sedang menelepon, meskipun lawan bicara tidak melihat, ia
menggerak-gerakkan tangannya. Isyarat tangan atau ”berbicara dengan tangan” disebut
emblem, mempunyai makna dalam suatu budaya. Desmond Morris et. al,
mengumpulkan 20 isyarat tangan yang sama tapi mempunyai makna yang berbeda
dalam budaya yang berbeda. Sementara seorang Arab menginventarisir paling tidak
247 isyarat tangan yang berlainan yang digunakan orng Arab untuk melengkapi suatu
pembicaraan.
Negara-negara di mana orang-orangnya dikenal sebagai “berbicara dengan tangan”
adalah : Perancis, Italia, Spanyol, Mexico, Arab, dan India. Sementara bangsa-bangsa
yang termasuk hemat atau jarang menggunakan isyarat tangan ketika mereka berbicra
adalah beberapa suku Indian di Bolivia. Karena iklimnya dingin, mereka meletakkan
tangan mereka di bawah syal atau selimut, dan oleh karena itu mereka lebih
mengandalkan ekspresi wajah dan mata.
Gerakan KepalaDi beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “Tidak”, seperti di Bulgaria,
sedangkan isyarat untuk “Ya” adalah dengan menggelengkan kepala.
Di Yunani dan Timur Tengah, kata “Tidak” diisyaratkan dengan cara menyentakkan
kepalanya ke belakang dan menengadahkan wajah.
Sebagian orang di Arab dan Italia mengatakan “Tidak” dengan mengangkat dagu,
sebaliknya cara ini di Maori Selandia baru hal ini berarti “Ya”.
Di India Selatan, gelengan kepala berarti “Ya”, sedangkan di Indonesia hal ini berarti
“Tidak”.
Di Uni Emirat Arab, menggelengkan kepala berarti “ya”.
Di kebanyakan negara, orang yang duduk sambil menegakkan kepala di hadapan orang
yang berbicara berarti memperhatikan si pembicara. Di Australia, pembicara akan
menyangka Anda kecapekan atau mengantuk bila anda memejamkan mata. Akan
tetapi, orang Jepang yang tampak tertidur (mata terpejam dan kepala menunduk), ketika
orang presentasi, sebenarnya sedang menyimak presentasi tersebut dengan sungguh-
sungguh.
Postur tubuh dan posisi kakiPenelitian yang dilakukan oleh William Sheldon memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen.
Menurut Sheldon, bentuk tubuh yang gemuk (endomorph) berhubungan dengan sifat
malas dan tenang.
Bentuk tubuh yang atletis (mesomorph) berhubungan dengan sifat asertif dan percaya
diri, sedangkan tubuh yang kurus (ectomorph) berhubungan dengan sifat introvert yang
lebih menyenangi aktivitas mental daripada aktivitas fisik.
Prof. Hafied Cangara mengelompokkan kode nonverbal sebagai beikut :
1) Kinesics Ialah kode nonvebal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan yang bisa
dibedakanatas 5 jenis, yaitu :
1. Emblems
Ialah isyarat yang punya arti langung pada simbol yang dibat oleh gerakan
badan. Misalnya mengangkat jari V yang artinya victory atau menang;
mengangkat jempol yang berarti baik (Indonesia), tetapi berarti jelek (India).
Kerdipan mata berarti ”saya tidak sungguh-sungguh”
2. Illustrators
Ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan
sesuatu, misalnya mengenai besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu objek
yang dibicarakan. Pandangan ke bawah berarti kesedihan atau depresi
3. Affect displays
Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga
brpengaruh paada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, senyum,
mencibir, sinis, dn sebagainya. Hampir semua bangsa di dunia menilai perilaku
tertawa dan tersenyum sebagai lambang kebahagiaan, sedangkan menangis
adalah lambang kesedihan.
4. Regulators
Ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya
mengangguk tanda setuju atau menggeleng tanda menolak.
5. Adaptory
Ialah gerakan-gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan,
misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas meja, dan sebagainya.
Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan
kaki memberi isyarat seprti halnya posisi duduk. Bagi masyarakat Amerika dan Eropa,
posisi duduk dengan posisi kaki menyilang di atas kaki lainnya atau berdiri sambil
bertolak pinggang adalah hal biasa, tetapi bagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai
perbuatan yang kurang sopan. Begitu juga halnya menerima atau membri sesuatu
dengan tangan kiri, pada masyarakat Barat adalah sesuatu hal yang biasa, seangkan di
Indonesia adalah sesuatu yang kurang sopan.
2) Gerakan MataMata adalah alat komunikasi yang paling berarti dlam memberi isyarat tanpa kata.
Ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah cerminan isi hati seseorang. Hal ini
misalnya terbukti adanya ungkapan ””lirikan matanya memiliki arti” atau ”pandangan
matanya mengundang”.
Mark Knapp mengemukakan 4 fungsi utama gerakan mata sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh umpan balik dari lawan bicara. Misalnya dengan
mengucapkan bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut?
2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk
bicara
3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, di mana kontak mata akan
meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Sebebaliknya
orang yang merasa malu akan berusaha untuk menghinari terjadinya kontak
mata. Misalnya orang yang merasa bersalah atau berhutang akan menghindar
dari orang yang menagihnya.
4. Sebagai pengganti jarak fisik
Bagi orang yang berkunjung ke suatu pesat, tetapi tidak sempat berdekatan
karena banyaknya pengunjung, maka melalui kontak mata mereka dapat
emngatasi jarak pemisah.
3) Sentuhan (touching) Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan.
Menurut bentuknya, sentuhan badan dibagi atas 3 macam :
1. Kinesthetic
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain,
sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
2. Sosiofugal
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
Umumnya orang Amerika atau Asia Timur dalam menunjukkan persahabatan
ditandai dengan jabat tangan, sedangkan orng Arab dan Asia Selatan
menunjukkan persahabatan lewat sentuhan pundak atau berpelukan.
3. Thermal
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional
sebagai tanda persahabatan yang begitu intim, misalnya menepuk punggung
karena sudah lama tidak bertemu.
4. Paralanguage
Ialah isyarat yangditimbulkan dari tekanan atau irama suara sebagai penerima
pesan dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Misalnya kata
”datang-datanglah ke rumah” bisa diartikan `
betul-bertul mengundang kehadiran kita atau sekedar basa-basi.
Suatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari
etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa diartikan oleh etnik tertentu
sebagai perlakuan kasar, meski sesungguhna bukan begitu maksudnya, sebab hal
tersebut sudh menjadi kebiasaan etnik tersebut.
4) DiamBerbeda dengan tekanan suara, maka sikap diam juga sebagai kode nonverbal
yang mempunyai arti.Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata
mengandung arti negatif, tetapi bisa juga mengandung arti positif.
Dalam kehidupan sehari-hari, sikap berdiam diri sangast sulit ditebak,
apakah orang itu malu, penakut, cemas, atau marah. Banyak orang
mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakann sesuatu yang
menyakitkan orang lain, misalnya mengatkan ”tidak”.
Tetapi dengan bersikap diam, juga dapat menyebabkan orang bersikap
ragu. Karena itu, sikap diam tidak selamanya berarti menolak sesuatu,
tetapi tidak juga berarti menrima. Mungkin dalam hal ini, sikap diam
berarti ia ingin menyimpan rahasia tertentu, dan hanya ia-lah yang tahu.
Busana
Nilai-nilai agama, kebiasaan, lingkungan fisik, dan iklim, serta tujuan pencitraan
mempengaruhi orang cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat
musim yang berbeda akan menyesuaikan cara mereka berdandan dengan faktor
tersebut. Misalnya pada musim dingin, orang akan berpakaian yang tebal dan menutup
seluruh tubuh. Di Amerika, buasna warna teduh dikenakan untuk kegiatan bisnis dan
sosial. Di India dan Myanmar, orang menggunakan busana tradisional untuk kegiatan
bisnis, sebagaimana juga dilakukan oleh orang Arab.
Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian merupakan
cerminan dari kepribadiannya, misalnya apakah ia orang konservatif, religius, modern,
atau berjiwa muda. Bagi orang-orang tertentu, pakaian, rumah, kenderaan, perhiasan,
dan sebagainya dipakai untuk memproyeksikan citra mereka di hadapan masyarakat.
Mereka mempunyai persepsi bahwa dengan memakai pakaian tertentu mereka akan
dipandang tertentu pula oleh masyarakat.
Orientasi Ruang dan Jarak PribadiSetiap budaya mempunyai cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di
dalam rumah, di luar rumah, maupun ketika berhubungan dengan orang lain.
Edward T. Hall (antropolog), mengemukakan istilah proxemics sebagai bidang studi
yang mengkaji persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), yaitu cara manusia
menggunakan ruang dalam berkomunikasi. Beberapa ahli lainnya memperluas konsep
proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin
berpengaruh terhadap proses komunikasi seperti iklim, pencahayaan, dan kepadatan
penduduk.
Pencahayaan dapat mendorong atau menghalangi seseorang untuk berkomunikasi.
Cahaya yang terang sangat diharapkan dalam ruang kuliah dan ruang baca, karena
dibutuhkan untuk membaca dan menulis. Sementara di sebuah kafe atau tempat kencan
lainnya, dibutuhkan cahaya redup atau lebih lunak. Untuk keperluan pembicaraan yang
bersifat pribadi, baik di ruang terbuka maupun ruang tertutup adalah tidak mungkin
menggunakan cahaya yang terang benderang.
ParabahasaParabahasa atau vokalika (vocalics) mengacu pada aspek-aspek suara selain ucapan
yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi –rendah), intensitas
(volume), suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara gemetar, suitan, tawa,
erangan, desahan, gumaman, gerutuan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini
mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan
kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan,
kemarahan, dan ketakutan. Kadangkala kita bosan mendengar pembicaraan orang
bukan karena isi atau materi yang disampaikannya, melainkan karena disampaikan
dengan cara monoton dan lamban.
Satu contoh yang menarik dari parabahasa adalah ketika Presiden Habibie (waktu itu,
tahun 1999). Sebelum Habibie menyampaikan Laporan Pertanggungjawabannya di
hadapan Sidang MPR, para anggota majelis sudah bersuara ”Huuuuu...” Tidak sulit
untuk memaknai teriakan seperti itu, yaitu sikap penolakan dn pelecehan, meskipun
para anggota majelis itu belum mengucapkan sepatah katapun juga.
Meskipun aspek-aspek parabahasa ini berkaitan dengan komunikasi verbal, aspek-
aspek tersebut harus dianggap sebagai bagian dari komunikasi nonverbal, yang
menunjukkan kepada kita bagaimana perasaan pembicara
Mengenai pesannya, apakah ia percaya diri, gugup, atau menunjukkan aspek-aspek
emosional lainnya.
Satu contoh parabahasa yang lain adalah berbicara dengan suara yang keras.Di
Indonesia, suku bangsa yang dikenal dengan tekanan suaranya yang keras, selain
Batak, adalah sukubangs di Riau Kepualauan. Mereka biaa bebicara keras karena suara
mereka terkondisikan oleh alam, yaitu kerasnya tiupan angin dan ombak.
Bangsa yang cenderung bersuara keras ketika berkomunikasi adalah Bangsa Arab,
terutama ketika mereka brbicara kepada orang yang mereka sukai. Bagi orang Arab,
suara keras menandakan kekuatan dan ketulusan, sedangkan suara lemah
mengisyaratkan kelemahan atau tipu daya. Itulah sebabnya, bila kita tidak mengenal
karakter budya ini, boleh jadi kita menganggap suara keras mereka sebagai tanda
agresivitas, kekasaran atau kemarahan, bukan sebagai cerminan ketulusan atau
keranahan.
Mungkin di bangsa-bangsa lain aspek parabahasa bukan pada volume suara , akan
tetapi mungkin pada kecepataannya atau ”melodi”nya. Orang Amerika berbicara lebih
keras daripada orang Perancis; orang Malaysia berbicara lebih cepat daripada orang
Indonesia; orang Arab berbicara lebih cepat daripada orang Inggris; sementara orang
Thailand berbicara lebih bermelodi daripada orang Jepang.
MODUL PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Saluran Komunikasi Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang pemilihan karakteristik saluran komunikasi dan
karakteristik media, serta pemilihan karakteristik kreatif
I . Karakteristik Saluran KomunikasiSecara umum ada dua saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam upaya penyebarluasan pesan, yaitu saluran komunikasi personal dan saluran komunikasi nonpersonal atau disebut juga saluran media massa.
1. Saluran Komunikasi Personal Saluran komunikasi personal, baik yang bersifat langsung perseorangan maupun
melalui kelompok, lebih persuasive dibandingkan dengan saluran media massa.
Hal ini disebabkan karena beberapa factor sebagai berikut :
1) Penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara
langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi, dan manusiawi.
2) Penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapt dilakukan secar lebih
terperinci dan lebih fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi nyata.
3) Keterlibatan khalayak dalam proses komunikasi cukup tinggi.
4) Komunikator/sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik, dan tanggapan
dari khalayak atas isi pesan yang disampaikannya.
5) Komunikator/sumber dapat segera memberikan penjelasan apabila terdapat
kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak yang menrima pesan/khalayak
atas pesan yang disampaikannya.
Dalam hal dampaknya, upaya penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal
ini juga dipandang efektif. Dampak atau hasil komunikasi yang terjadi pda pihak yang
menerima tidak hanya menyangkut aspek kognitif dan afektif, tetapi juga sampai ke
aspek konatif/perilaku. Dengan perkataan lain, melalui saluran komunikasi personal
pihak sumber dapat mempengaruhi pihak penerima dalam hal pengetahuan,
Sikap, dan juga perilakunya. Akan tetapi, penggunaan saluran ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu daya jangkau dan kecepatan pesannya adalah terbatas.
2.Saluran Media MassaSaluran media massa mempunyai mempunyai daya jangkauan khalayak yang luas,
bahkan tidak terbatas serta kemampuannya cepat.
Pengertian media massa yang dimaksud tidak hanya terbatas pada surat kabar,
majalah, televise, radio, tetapi juga mencakup berbagai media lainnya seperti billboard,
leaflet, boolets, dan lain-lain. Namun, kelima factor yang disebutkan di atas yang
merupakan kelebihan yang dimiliki oleh saluran komunikasi personal, tidak dimiliki oleh
saluran media massa.
Dampak penyampaian pesan melalui media massa, umumnya hanya menyangkut
aspek kognitif. Oleh karena itu, penggunaan saluran media massa biasanya hanya
dititikberatkan pada upaya pembentukan kesadaran, pengetahuan, dan ingatan
khalayak atas sesuatu isi pesan.
Berikut ini akan diberikan gambaran perbedan antara saluran komunikasi personal dan
saluran media massa.
Perbedaan karakteristik saluran komunikasi personal dan saluran media massa
Karakteristik Saluran personal Saluran media massa
1.Arus pesan dua arah satu arah
2.Bentuk komunikasi langsung melalui media
3.Konteks pribadi umum/massal
4.feedback tinggi rendah
5.Selektivitas terpaan tinggi rendah
6.Kecepatan menjangkau
Khalayak lambat cepat
7.Efek/akibat/hasil pengatahuan, penambahan
perubahan sikap, dan pengetahuan
perilaku
Di samping saluran komunikasi personal dan media massa, masyarakat kita juga
mengenal adanya media lainnya yang disebut sebagai media tradisional. Media
tradsional ini mencakup berbagai bentuk kesenian seperti wayang golek, ludruk,
ketoprak, lenong betawi, dan sebaginya. Selain itu dikenal juga forum-forum komunikasi
seperti rembug desa, banjar, siapanan, dan lain-lain.
Media tradisional seperti ini juga efektif dipergunakan sebagai saluran komunikasi
persuasi atau promosi suatu idea tau produk. Hal ini dimungkinkan karena selain ia
popular dan dekat dengan masyarakat pendukungnya, penyampaian pesan pesan
melalui media tradisional ini dapat dilakukan sesuai dengan kerangka nilai budaya
masyarakat setempat.; yang perlu diperhatikan adalah bahwa penyisipan pesannya
harus disesuaikan dengan karakteristik komunikasi dari masing-masing medium
tradisional.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil komunikasi yang lebih optimal, akan lebih
baik bila dipergunakan kombinasi atau gabungan penggunaan saluran komunikasi
personal, saluran media massa, dan saluran media tradisional.
II. Pemilihan MediaPemilihan satu atau beberapa media komunikasi, seharusnya dilakukan paling tidak
atas dua pertimbangan sebagai berikut :
1.Pertimbangan mengenai karakteristik media
2. Pertimbangan yang menyangkut kreatif (isi dan teknis penyajian pesan)
1. Pertimbangan Karaktersitik Media
Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya.
Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan dan
kemampuan dari masing-masing medium.
Dalam hal ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasiApabila pesan yang ingin disampaikan ditujukan kepada masyarakat secara
luas, maka media seperti radio dan TV adalah pilihan yang tepat. Karena
selain kemampuan jangkauannya yang luas, juga kecepatan penetrasinya
tinggi.
2) Kebutuhan pemeliharaan memoriApabila penyampaian pesan lebih ditujukan pada upaya agar pesan-pesan
yang disampaikan tetap diingat oleh khalayak dalam kurun waktu yang
relative lebih lama, maka media seperti media luar ruang (misalnya billboard,
spanduk, poster, dan lain-lain) dan majalah lebih cocok. Media seperti ini
memiliki “life span” yang relative lebih panjang. Majalah lazimnya disimpan di
rumah sampai berbulan-bulan, sementara surat kabar hanya disimpan untuk
beberapa hari. Bahkan billboard dapat dipasang sampai bertahun-tahun.
3) Kebutuhan jangkauan khalayak yang selektifApabila pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk kelompok-
kelompok masyarakat segmen tertentu/khusus, maka media seperti surat
kabar dan majalah adalah lebih tepat.
Surat kabar dan majalah yang dipilih tentunya harus disesuaikan dengan
segmen khalayak yang dituju. Misalnya majalah wanita tepat untuk
mengiklankan produk-produk kosmetika.
4) Kebutuhan jangkauan khalayak localApabila khalayak sasaran yang ingin dijangkau bersifat local (misalnya
terbatas pada wilayah atau kabupaten tertentu), maka penggunaan media
seperti stasion siaran radio local, bioskop, dan media luar ruang adalah lebih
tepat.
5) Kebutuhan frekuensi tinggiApabila pesan-pesan yang disampaiakn membutuhkan frekuensi
penyampaian yang tinggi, maka penggunaan media seperti radio dan media
luar ruang akan lebih cocok.
2. Pertimbangan Kreatif (isi dan teknis) Karakteristik kreatif, yaitu yang berkaitan dengan isi, bentuk, dan teknis
penyajian pesan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih media yang cocok. Dalam prakteknya, pemilihan suatu medium
justru seringkali didasarkan pada karaktersitik kreatif.
Berikut ini adalah beberapa karaktersitik kreatif yang perlu diperhatikan
1) Kebutuhan gerakApabila pesan yang akan disampaikan menuntut unsur gerak sebagai factor
yang utama, maka media audio visual seperti TV dan film adalah yang tepat.
Contoh : gambaran tentang balap mobil dan iklan kenderaan bermotor.
2) Kebutuhan warnaApabila warna merupakan factor yang ingin ditonjolkan dari suatu pesan,
maka TV, film, dan juga majalah cocok untuk dipergunakan.
Misalnya gambaran tentang keindahan alam, iklan foto berwarna, kosmetika,
cat, dan lain-lain.
3) Kebutuhan suasanaApabila pesan yang akan disampaikan memberikan penekanan pada factor
suasana, maka media audio seperti radio dan media audio visual seperti TV
dan film lebih tepat menjadi pilihan.
Contoh : gambaran tentang semakin padatnya penduduk, kemacetan lalu
lintas, dan lain-lain.
4) Kebutuhan demonstrasi
Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut adanya demonstrasi yang
menggambarkan adanya tata cara, proses, atau hasil, maka media audio
visual seperti TV dan film lebih tepat.
Contoh : Penjelasan tentang tata cara memasak suatu jenis masakan, atau
tata cara pemilihan presiden dalam pemilu, dan lain-lain.
5) Kebutuhan deskripsiApabila pesan yang disampaikan memerlukan suatu uraian yang cukup
eksplisit, komprehensif, sistematis, dan terperinci, maka media cetak seperti
surat kabar, majalah, brosur, dan leaflet lebih cocok. Karena media cetak
memiliki kemampuan editorial yang lebih baik dibandingkan dengan media
elektronik.
Contoh : penjelasan tentang kontrasepsi KB, profil perusahaan dan produk-
produk yang dihasilkannya, dan lain-lain.
III. Konsep Alternatif tentang khalayak
1. Khalayak sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, dan pemirsaKumpulan inilah yang disebut sebagai audiens dalam bentuk yang paling dikenal dan
menjadi perhatian seluruh penelitian media. Fokusnya adalah pada jumlah total orang
yang dapat dijangkau oleh satuan isi media tertentu dan jumlah orang dalam
karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim.
Dalam praktek, penerapan konsep tersebut tidaklah sesederhana itu dan akhirnya
menimbulkan pertimbangan yang melebihi soal kuatitatif semata.
Clausse telah menunjukkan beberapa kelemahan untuk membedakan berbagai kadar
keikutsertaan dan keterlibatan audiens.
Audiens yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang tersedia untuk
menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian, semau yang memiliki
pesawat televisi adlah audiens televisi adlam artian tertentu.
Kedua, terdapat audiens yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan
kadar yang brbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler, pembeli surat kabar, dan
sebagainya.
Ketiga, ada bagian audiens sebenarnya yang mencatat penerimaan isi, dan yang
terakhir ada bagian lebih kecil yang mengendpkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima.
Clausse mengemukakn hal ini dengan mengacu pad serangkaian penyusutan, dari
populasi masyarakat secara menyeluruh, kemudian publik potensial bagi suatu pesan,
hingga publik efektif yang benar-benar mengikut, sampai dengan publik pesan tertentu,
dan akhirnya publik yang benar-benar terpengaruh oleh komunikasi.
2. Khalayak sebagai massaMassa seringkali sangat besar, lebih besar dari kebanyakan kelompok, kerumunan atau
publik. Para anggota massa tersebar luas dan biasanya tidak saling mengenal satu
sama lain. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan identitas diri, serta tidak mampu
bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Massa
ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang
selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi “disetir” untuk
melakukan suatu tindakan.
Aidiens sebagai massa lebih menekankan pada ukurannya yang besar, heterogenitas,
penyebaran, dan anonimitasny serta lemahnya organisasi sosial dan komposisi yang
selalu berubah dengan cepat dan tidak konsisten.
Massa tidak memiliki keberadaan/eksistensi yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka
yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak
mungkin.
Menurut Raymond William, tidak ada massa rakyat, yang ada hanya cara pandang
orang-orang sebagai massa. Meskipun demikian, hal itu telah cenderung menjadi
standar untuk memutuskan audiens, semakin mendekati pengertian massa, telah
menyamakan massa dengan audiens bagi media massa.
3. Khalayak sebagai publik atau kelompok sosialUnsur penting dalam versi audiens ini adalah praeksistensi dari kelompok sosial yang
aktif, interaktif, dan sebagian besar otonom yang sebagian besar dilayani oleh media
tertentu, tetapi keberadaannya tidak tergantung pada media.
Gagasan tetang publik telah dibahas melalui sosiologi dan teori demokrasi liberal.
Misalnya gagasan telah didefinisikan oleh Dewey sebagi pengelompokan orang-orang
secara politis yang terwujud sebagai unit sosial melalui pengakuan bersama atas
masalah bersama yang perlu ditanggulangi. Pengelompokan seperti ini memerlukan
berbagai sarana komunikasi bagi pengembangan dan kesinambungannya.
Meskipun demikian, kita dapat melihat adanya bukti tentang eksistensi berbagai
bentukan audiens yang berciri publik. Hampir seluruh masyarkat memiliki publik yang
mengetahui, yaitu bagian audiens yang paling aktif dalam kehidupan politik dn sosial
serta memiliki banyak sumber informasi, khususnya golongan elit, pembentukan opini,
dan pers spesialis. Bukti kedua, banyak negara menguasai beberapa pers partai
tertentu atau pers yang memang memiliki hubungan politik dengan kelompok
pembacanya. Di sini keanggotaan atau pendukung partai tertentu membentuk publik
yang juga adlah audiens.
Bukti ketiga, terdapat audiens lokal atau komunitas bagi publikasi yang bersifat lokal.
Dalam hal ini audiens cenderung serupa dengan anggota, khususnya anggota yang
paling aktif dari komunitas yang ad sebelumnya, yaitu kelompok sosial.
Bukti terakhir, terdapat sangat banyak audiens tertentu yang terbentuk atas dasar isu,
minat, atau bidang keahlian yang mungkin memiliki bentuk interaksi lainnya dn bukan
sekedar penciptaan pasokan media.
4. Kahalayak sebagai pasar Audiens sebagai pasar muncul sebagai akibat perkembangan ekonomi. Produk media
merupakan komoditi atau jasa ayng ditawarkan untuk dijual kepada sekumpulan
konsumen tertentu yang potensial, bersaing dengan produk media lainnya.
Audiens sebagai pasar berarti sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial
ekonomi yang diketahui yang merupakan sasaran suatu medium atau pesan.
Konsep audiens seabgai pasar ini mirip dengan audiens sebagai massa. Dalam arti
jumlahnya yang besar. Yang perlu diperhatikan adalah soal selera dalam kaitannya
dengan produk media yang akan menjadi minat mereka.
Audiens dipandang memiliki signifikansi rangkap bagi media, sebagai perangkat calon
konsumen produk dan sebagai audiens jenis iklan tertentu. Yang merupakan sumber
pendapatan media yang penting.
Dengan demikian, pasar bagi produk media juga mungkin merupakan pasar bagi produk
lainnya. Meskipun media komersial perlu memandang audiensnya sebagai pasar dlam
arti itu dan adakalanya mencirikan audiens tertentu dalam hubungannya dengan gaya
hidup dan pola konsumsi, ada sejumlah konsekuensi pendekatan ini terhadap cara
memandang audiens.
IV. Tipologi Formasi Kahalayak
1. Kelompok atau publikIstilah ini muncul sejalan dengan pengelompokan sosial yang ada (misalnya
komunitas, keanggotaan minoritas politis, religius atau etnis) dan dengan
karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya, dan
sebagainya.
Tipe ini angat cocok dengan konsep audiens sebagai publik seperti yang sudah
dijelaskan. Di sini mungkin sekali terdapat beberapa ikatan normatif di antara
audiens dan sumber, dan di dalam audiens mungkin terjadi interaksi dan
kesadaran identitas serta tujuan tertentu. Audiens seperti ini mungkin lebih stabil
sepanjang waktu daripada tipe audiens lain. Para anggotanya bertahan lama,
tanggap terhadap, dan memiliki partisipasi tertentu pada apa yang ditawarkan.
2. Kelompok KepuasanAudiens dalam pengertian ini terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan
individu tertentu yang ada terlepas dari media, tetapi berkaitan dengan, misalnya
isu politik atau sosial.
Tipe audiens ini, yang didasarkan pada kebutuhan atau tujuan tertentu, juga
mungkin agak homogen dilihat dari segi komposisinya, aktif dalam
mengungkapkan permintaan yang membentuk penawaran, dan juga selektif.
Akan tetapi tipe audiens ini bukanlah kelompok sosial, melainkan kumpulan dari
individu-individu yang terwujud dalam perilaku konsumen. Mereka termasuk
kategori pasar atau kumpulan dari apa yang telah dijelaskan di depan. Aktivitas
dan selektivitas rasional terungkap dalam perilaku dan para anggota biasanya
tak akan melihat diri mereka sebagai kelompok atau pasar khusus.
3. Kelompok penggemar atau budaya cita rasa
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu
akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya/intelektual tertentu.
Tipe audiens ini terdiri dari kelompok penggemar atau pengikut pengarang,
kepribadian, gaya tetapi tidak memiliki suatu definisi atau kategori sosial yang
jelas. Komposisinya akan berubah sepanjang waktu, meskipun beberapa
audiens seperti itu mungkin juga stabil. Eksistensinya seleuruhnya tergantung
pada isi yang ditawarkan dan bila isi ini berubah, audiensi pasti bubar atau
memperbarui diri.
Kadang-kadang jenis audiens ini didorong oleh media untuk membentuk diri
menjadi kelompok sosial (seperti klub penggemar) atau mereka secara spontan
mentransformasikan diri menjadi kelompok sosial.
4. Audiens mediumBerasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber
media tertentu misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi.
Ada banyak contoh saluran audiens medium, dan loyalitas pada saluran juga
didorong oleh media karena alsan komersial. Apakah terbentuk secara spontan
atau oleh manipulasi, loyalitas seperti itu dapat memberi beberapa karakteristik
publik atau kelompok sosial pada jenis audiens ini seperti stabilitas, batas-batas,
dan kesadaran identitas.
Akan tetapi, bagi kebanyakan media yang beorientasi komersial, audiens jenis ini
lebih mirip dengan kumpulan atau pasar. Anggotanya umumnya adalah
pelanggan produk media yang dibicarakan atau produk lain yang diiklankan oleh
media tersebut.
V. Pengaruh Khalayak terhadap Isi MediaMeskipun telah terbukti bahwa kompetensi dan kekuasaan audiens untuk
mempengaruhi produsen/penyalur sangat bergantung pada karakter dan lingkungan
audiens bersangkutan, tetapi ada sejumlah mekanisme umum yang mewujudkan
hubungan timbal balik antara pengirim dan penerima. Mekanisme tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kritik dan Penggemar
Konsep audiens atau kelompok pembaca yang tradisional mengasumsikan 2
unsur penting dari tanggapan yang dilembagakan. Satu di antaranya adalah kritik
yang terutama berfungsi untuk kepentingan publik kelas menengah dan
berkaitan dengan jenis isi yang lebih elit.
Jajaran perhatian kritis yang dilembagakan telah cukup melebar sehingga
meliputi televisi, musik, film, dan surat kabar, yang sebagian merupakan
perluasan persyaratan media sendiri sebagai suatu industri.
2. Pertanggung jawaban yang dilembagakanSekarang terdapat banyak tuntutan audiens, sebagai kelompok kepentingan
dalam masyarkat, untuk mempengaruhi isi media.
Timbulnya siaran radio publik telah merangsang banyak perkembangan seperti
itu, karena radio dan televisi seringkali ditetapkan sebagai pelayanan dengan
beban tanggung jawab kepada publik secara menyeluruh.
3. PasarMenurut kebanyakan pendukung kebebasan media, sarana pengendalian dan
pengaruh yang utama dan terbaik adalah pelaksanaan pilihan bebas dalam
kondisi pasar bbebas.
4. Umpan balik langsungBentuk tradisional tanggapan bagi audiens telah dilembagakan oleh media
sendiri dalam bentuk ”surat kepada redaksi” dan hubungan telepon ke stasiun
radio dan televisi. Meskipun demikian, ada keraguan tentang nilai sesungguhnya
sebagai umpan balik, karena sangaat mudah dimanipulasi oleh media sendiri.
Bagi media berskala besar, diragukan apakah tanggapan langsung seperti itu
dapat mengungkapkan keinginan audiens atau dapat menyampaikan informasi
kepada media.
5. Pemanfaatan Citra MediaAda bentuk pengaruh atas isi media yang sangat tidak langsung dan tidak
memadai melalui praktek yang dilakukan sumber media dalam membangun citra
audiens atau calon audiens sebagai sasaran pesan yang dibentuk. Eksistensi
kecenderungan ini telah dibuktikan secara luas dan telah disimpulkan bahwa
citra audiens boleh jadi dibentuk oleh kepentingan profesional sendiri atau
merupakan pengalaman sosial yang sangat sempit.
6. PenelitianYang paling relevan dalam hal ini adalah jenis penelitian yang dilakukan media
untuk memedomani operasinya sendiri. Penelitian memainkan peran kreatif
dalam mempertemukan tujuan komunikator dengan kebutuhan, kepentingan,
dan kapasitas publik.