111859081-penugsan-PPOK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

PENUGASAN BLOK RESPIRASI

Disusun oleh :

Astri N.S(06711058)Muhammad Zuhdan F(09711162)Ayuningtyas Dyah KS (09711168)

Tutor: dr. Yenny Dyah Cahyaningrum Kelompok : 15

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2010I. Resume kasus

Seorang laki-laki 45 tahun mengeluh batuk lama sejak 2 tahunyang lalu kadang-kadang disertai dahak dan sesak nafas. Saat periksa ke dokter, pasien tersebut mengaku seorang perokok berat sejak 20 tahun lalu. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang dokter meyatakan bahwa pasien tersebut menderita penyakit paru opbstruktif kronis (PPOK). Dokter lalu memberikan terapi antibiotik, ekspektoran, mukolitik dan salbutamol. Pasien menanyakan tentang bagaimana kelanjutan dari penyakitnya setelah minum obat tersebut.

II. Analisis Kasus dengan pendekatan EBM

A. Step I : Menentukan Problem Pasien1. Problem diagnosisa. Bagaimana cara menegakkan diagnosis untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)?

2. Problem terapia. Terapi apa yang tepat diberikan untuk Penyakit paru Obstruktif Kronis (PPOK)?b. Apakah pemberian terapi kombinasi antibiotik, ekspektoran, mukolitik dan salbutamol efektif untuk pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)?c. Berapa dosis Antibiotik, ekspektoran, mukolitik, dan salbutamol yang tepat untuk pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)?

3. Problem harm (bahaya/efek samping)/etiologi a. Apakah kebiasaan pasien merokok merupakan factor resiko untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)?b. Apakah efek samping dari pemberian antibiotik, ekspektoran, mukolitik dan salbutamol?

4. Problem prognosisa. Bagaimana kemungkinan, prognosis dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)?

5. Problem ekonomi (cost effective)a. Apakah penggunaan salbutamol lebih murah bila dibandingkan dengan salmeterol?

B. Step II : Analisis PICOBerdasarkan kasusPatient/Problem (P)Laki-laki, 45 tahun dengan PPOK, riwayat merokok (+)

Intervention (I)-

Comparison (C)Salbutamol, Ekspektoran, Antibiotik, Mukolitik

Outcome (O)Efektivitas terapi?

C. Step III : Menyusun Good Clinical Answerable QuestionApakah terapi dengan menggunakan indacaterol lebih efektif untuk penanganan kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) bila dibanding dengan salbutamol, dan salmeterole-fluticasone?

D. Step IV : Penelusuran Evidence

Onset of action of indacaterol in patients with COPD: Comparison with salbutamol and salmeterol-fluticasone.

Balint, B., Watz, H., Amos, C., et al, International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, May 2010, pp: 311318. Abstract Background: Indacaterol is a novel, inhaled once-daily ultra-long-acting 2-agonist for the treatment of chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

Objectives: This study compared the onset of action of single doses of indacaterol 150 and 300 g with salbutamol 200 g, salmeterol-fluticasone 50/500 g, and placebo in moderateto-severe COPD patients.

Methods: This was a multicenter, randomized, double-blind, placebo-controlled crossover study. The primary variable was forced expiratory volume in one second (FEV1) at five minutes postdose.

Results: Out of 89 patients randomized (mean age 62 years), 86 completed the study. At five minutes postdose, both indacaterol doses were statistically and clinically superior to placebo (P