10
 1 STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK: TEKNIS SEKRETARIAT oleh  Aloma Sarumaha  Disampaikan pada Pertemua n Penyusunan Program Kerja (r egio) Bidang Keagamaan dan Pendidikan Daerah Program Bimbingan Masyarakat Katolik Regio Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara di Makassar, Sulawesi Selatan, 11 Juli 2013 1. PENDAHULUAN . a. Latar belakang. Setiap orang dan/atau institusi dalam melaksanakan sesuatu hal terlebih dahulu membuat ancangan. Ancangan dibuat berdasarkan rujukan tertentu. Rujukan itu dipengaruhi oleh pengalaman atau imej, bayangan atau angan-angan tertentu dan lingkungan sosial. Tujuan akhir pembuatan ancangan adalah untuk mencocokkan dan/atau memastikan apakah kebutuhan dan kenyataan memenuhi syarat untuk menjadi kebutuhan pribadi atau bersama, atau tidak. Jika pada tataran Ditjen Bimas Katolik, hal kebutuhan itu dapat berwujud SDM. SDM Ditjen Bimas Katolik (di Pusat) berjumlah 101 orang. Ini artinya ada 101 item kebutuhan minimal yang perlu diperhatikan, diakomodasi untuk suatu tujuan tertentu. 1  Lalu bagaimana kalau digeneralisasi untuk pendukung program bimbingan masyarakat Katolik sampai ke Daerah? Pasti lebih menarik lagi. Mengakomodasi kebutuhan 101 orang tidaklah mudah, karena kebutuhan itu memiliki karakter yang tidak seragam. Untuk mempermudah melakukan identifikasi, maka tidak jarang dibuat norma atau kriteria. Norma atau kriteria itulah yang akan  berfungsi melakuka n penyeleksian kebutuhan-keb utuhan yang seringkali muncul dengan motif  tertentu; ia perlu dikelompokkan menjadi kebutuhan yang bersifat representatif (privat atau publik) . Pengelompokkan kebutuhan (privat & publik) memerlukan kemampuan tertentu, sensitifitas tertentu. Sensitifitas akan berfungsi dengan baik bila setiap individu memahami dan mengalami benar tugas dan fungsinya. Kalau individu merasa asing dengan tusinya, maka sensitifitas akan kesulitan bekerja. Untuk membantu terbinanya sensitifitas, maka pada tingkat institusi didorong untuk merumuskan seperangkat ketentuan guna menghindari dan/atau mengarahkan ke mana suatu kebutuhan direncanakan atau dikelola. Rangkaian ketentuan tersebut dikenal dengan nama aturan, yang aktual dalam beberapa undang-unda ng, peraturan  pemerintah, peraturan menteri dan peraturan direktur jenderal sesuai dengan isu. Kehadiran aturan-aturan tersebut mengharapkan bahwa orang-orang yang terkait dengan isu itu harus mampu memahami dan melaksanakannya (di sini aspek compliance  aktif). Kemampuan SDM (akademik     konseptual maupun praksis - terampil) adalah faktor kunci dalam menyusun program kerja atau merencanakan sesuatu. Dengan kata lain, menghasilkan rencana kerja yang bermutu dipengaruhi oleh kemampuan menyusun, mengorganisasi data dan informasi yang tersedia. Dan semua ini tidak dapat dilepaskan dari bagaimana seseorang memahami ketentuan yang ada secara  baik dan bena r. Membuat rencana kerja bukan sesuatu yang sulit. Tetapi ketika rencana kerja tersebut dikaitkan dengan tugas dan fungsi, masalah yang kemudian timbul adalah  bagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan pelaksana an tusi menjadi item rencana kerja. Secara manajerial siapa saja yang terkait, atau apa indikator disebut sebagai  perencana an i nstitusi? Atau bagaiman a meranca ng sesuatu perencanaan yang sesuai dengan ketentuan dan mengakamodasi kebutuhan institusi? Persoalan seringkali muncul ketika belajar bersama memahami aturan yang ada. Memahami diktum 1  Mudah-mudahan dengan empat putaran pertemuan ini dapat membantu kita untuk mengidentifikasi potret pegawai atau aset Ditjen Bimas Katolik secara keseluruhan.  

1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    1

    STRATEGI PELAKSANAAN

    PROGRAM BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK:

    TEKNIS SEKRETARIATolehAloma Sarumaha

    Disampaikan padaPertemuan Penyusunan Program Kerja (regio)

    Bidang Keagamaan dan Pendidikan Daerah Program Bimbingan Masyarakat KatolikRegio Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara

    di Makassar, Sulawesi Selatan, 11 Juli 2013

    1. PENDAHULUAN.

    a. Latar belakang.

    Setiap orang dan/atau institusi dalam melaksanakan sesuatu hal terlebih dahulumembuat ancangan. Ancangan dibuat berdasarkan rujukan tertentu. Rujukan itudipengaruhi oleh pengalaman atau imej, bayangan atau angan-angan tertentu danlingkungan sosial. Tujuan akhir pembuatan ancangan adalah untuk mencocokkandan/atau memastikan apakah kebutuhan dankenyataanmemenuhi syarat untukmenjadi kebutuhan pribadi atau bersama, atau tidak. Jika pada tataran Ditjen Bimas

    Katolik, hal kebutuhan itu dapat berwujud SDM. SDM Ditjen Bimas Katolik (diPusat) berjumlah 101 orang. Ini artinya ada 101 item kebutuhan minimal yang perludiperhatikan, diakomodasi untuk suatu tujuan tertentu.

    1Lalu bagaimana kalau

    digeneralisasi untuk pendukung program bimbingan masyarakat Katolik sampai keDaerah? Pasti lebih menarik lagi.

    Mengakomodasi kebutuhan 101 orang tidaklah mudah, karena kebutuhan itumemiliki karakter yang tidak seragam. Untuk mempermudah melakukan identifikasi,maka tidak jarang dibuat norma ataukriteria. Norma atau kriteria itulah yang akanberfungsi melakukan penyeleksian kebutuhan-kebutuhan yang seringkali munculdengan motif tertentu; ia perlu dikelompokkan menjadi kebutuhan yang bersifat

    representatif (privat atau publik).

    Pengelompokkan kebutuhan (privat & publik) memerlukan kemampuantertentu, sensitifitas tertentu. Sensitifitas akan berfungsi dengan baik bila setiapindividu memahami dan mengalami benar tugas dan fungsinya. Kalau individumerasa asing dengan tusinya, maka sensitifitas akan kesulitan bekerja. Untukmembantu terbinanya sensitifitas, maka pada tingkat institusi didorong untukmerumuskan seperangkat ketentuan guna menghindari dan/atau mengarahkan kemana suatu kebutuhan direncanakan atau dikelola. Rangkaian ketentuan tersebutdikenal dengan nama aturan, yang aktual dalam beberapa undang-undang, peraturanpemerintah, peraturan menteri dan peraturan direktur jenderal sesuai dengan isu.Kehadiran aturan-aturan tersebut mengharapkan bahwa orang-orang yang terkaitdengan isu itu harus mampu memahami dan melaksanakannya (di sini aspekcomplianceaktif).

    Kemampuan SDM(akademikkonseptual maupun praksis - terampil) adalahfaktor kunci dalam menyusun program kerja atau merencanakan sesuatu. Dengankata lain, menghasilkan rencana kerja yang bermutu dipengaruhi oleh kemampuanmenyusun, mengorganisasi data dan informasi yang tersedia. Dan semua ini tidak

    dapat dilepaskan dari bagaimana seseorang memahami ketentuan yang ada secarabaik dan benar.

    Membuat rencana kerja bukan sesuatu yang sulit. Tetapi ketika rencana kerja

    tersebut dikaitkan dengan tugas dan fungsi, masalah yang kemudian timbul adalahbagaimana dinamika pemenuhan kebutuhan pelaksanaan tusi menjadi item rencanakerja. Secara manajerial siapa saja yang terkait, atau apa indikator disebut sebagaiperencanaan institusi? Atau bagaimana merancang sesuatu perencanaan yang sesuaidengan ketentuan dan mengakamodasi kebutuhan institusi? Persoalan seringkalimuncul ketika belajar bersama memahami aturan yang ada. Memahami diktum

    1Mudah-mudahan dengan empat putaranpertemuan ini dapat membantu kita untuk mengidentifikasi potret pegawaiatau aset Ditjen Bimas Katolik secara keseluruhan.

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    2

    aturan untuk dibawa ke tataran praktis2 kurang berhasil. Karena itu maka yang lebih

    banyak dikembangkan adalah (kemampuan/keterampilan) menafsir secaraberkepanjangan, sehingga isu yang mau dibahas atau dikerjakan makin lama makin

    menjauh, belum lagi ketika dilihat dari segi waktu. Akhirnya yang ada terkesantambal sulam.

    Pengalaman dengan rencana kerja DBK, sering terungkap, perencanaan tidakakurat, abal-abal, asal-asalan karena tidak mencakup keinginan yang

    diharapkan, itu bukan maunya kami, tidak tahu kok jadinya begitu.Ungkapan-ungkapan seperti itu menurut saya adalah wajar. Mengapa wajar, karenaadakalanya isu rencana kerja sering ber-motif-kan kepentingan (yang terkemasdengan rapi dalam jargon tertentu, misalnya demi kemajuan masyarakat Katolikatau demi mitra kerja). Dalam hal tersebut, aspek pentingnya dan urgensinyasering kali menjadi norma belaka. Oleh sebab itu, terjadinya kekurangan sana sini

    menjadi sebuah dinamika yang perlu disikapi dengan tenang, sabar, dan arif.

    Untuk menjembatani kesulitan-kesulitan tersebut, maka salah satu aksi yangdilaksanakan adalah sosialisasikepada seluruh pendukung kerja, yang dalam kontekspertemuan ini, peserta penyusunan Program Ditjen Bimas Katolik: kondisi riilkita dalam aspek perencanaan, bagaimana rencana kerja yang sudah disusun bersama,dilaksanakan, berjumpa dengan situasi baru yang mungkin belum terpikirkan, danakhirnya harus memutuskan melaksanakannya.

    Setiap orang diharapkan mampu melakukanproses identifikasiterhadap tusi masing-masing. Hasil identifikasi (diagnosa) dapat membantu untuk membuatpenggolongan(klasifikasi). Penggolongan akan membantu untuk membuat prognosis (ramalankemungkinan ke depan), dan hasil akhir adalah rancangan terapi (item aktivitas)yang dianggap mampu menjawab dan/atau memenuhi kebutuhan tersebut. Hal-hal itu

    masih pada tataran akademik, bagian berikut menyangkut menaksir nilai setiap item(anggaran).3

    b. Dasar pemikiran.

    Secara umum

    4

    dua dasar hukum yang akan memandu kita dalam bekerja, yaituPeraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L,5dan

    2Misalnya terminologi program, kegiatan pokok, dan subkegiatan. Apakah ada karakter sesuatu disebut atau dilabelsebagai program, kegiatan pokok atau subkegiatan. Seperti apa bahasa operasional yang digunakan untuknya?

    Dalam dunia pendidikan misalnya dikenal istilah kata operasional: mampu menyebutkan, mampu menghitung,

    mampu menggambar, mampu meng-hubungkan satu hal ke hal lainnya, dst. 3Umum diketahui, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana kerja dan anggaranadalah 1) wajar[realistis, sejalan dengan tujuan dan mudah digunakan sebagai dasar pelaksanaan operasional semua aktivitas]; 2)proses dan prosedur yang baku dan dapat berjalan secara sistematis, transparan dan tepat waktu; 3) didasarkan pada

    bahan dan data serta informasi yang lengkap dan terpercaya; 4) mempunyai tingkat akurasi perhitungan dan

    kebenaran analisas yang maksimal; dan 5) fleksibel atau dapat direvisi dan disesuaikan dengan perubahan yangterjadi sepanjang diperlukan.

    4PMK Nomor 37 Tahun 2012 tentang Satuan Biaya TA 2013 tgl. 9 Maret 2012, dapat juga dijadikan rujukan sejauhmemungkinkan untuk berbicara pada tingkat itu.

    5Dalam PP 90/2010, pasal 2 ayat [1] disebutkan bahwa Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam

    rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan negara. Oleh karena itu, maka dalampasal 4 ayat (2) ditegaskan bahwa menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran wajib menyusun

    RKA-K/L atas bagian anggaran yang dikuasainya. Pendekatan yang digunakan untuk menyusun adalah

    kerangka pengeluaran jangka menengah [cara kerja: menyusun proyeksi/rencana kerangka asumsi

    ekonomi makro untuk jangka menengah; menyusun proyeksi/rencana/target-target fiskal seperti tax ratio,

    defisit, dan rasio utang pemerintah jangka menengah; rencana kerangka anggaran penerimaan,

    pengeluaran dan pembiayaan jangka menengah (medium term budget framework) yang menghasilkan

    pagu total belanja pemerintah (resources envelope); mendistribusi pagu total belanja jangka menengah ke

    amsing-masing K/L (line ministries ceilings) yang merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran belanja

    dalam jangka menengah; dan menjabarkan pengeluaran jangka menengah masing-masing K/L ke masing-masing program dan kegiatan berdasarkan indikasi pagu jangka menengah yang telah ditetapkan] ,

    penganggaran terpadu [dengan cara mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di

    lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-K/L], dan penganggaran berbasis kinerja (pasal 5

    ayat [1])[pendekatan dalam sistem penganggaran yang mmperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan

    kinerja yang diharapkan serta efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Kinerja adalah prestasi kerja

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    3

    Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Agama.

    c. Tujuan dan hasil yang ingin dicapai.

    Sesi ini bertujuan:

    1) Menginformasikan kepada peserta bahwa perencanaan adalah urat nadi

    bagaimana Ditjen Bimas Katolik melayani masyarakat Katolik Indonesia,

    melalui Program Bimbingan Masyarakat Katolik, yang terekam dalamprofil rencana kerja atau RKA-K/L. Kalau bagian ini menjadi urat nadi,maka yang lain adalah denyut dan cairan darah. Urat nadi adalah saluran, yang

    berusaha membungkus cairan darah agar dapat bekerja dengan baik dan benar;terbebas dari kemungkinan datangnya sumbatan mendadak.

    2) Supaya aliran darah dalam saluran bekerja baik, maka setiap peserta dituntut

    untuk mulai belajar bersama mencermati item tugas dan fungsi atau uraiantugas masing-masing secara intensif, efektif, dan selektif yang hasilnya

    dituangkan dalam seperangkat catatan sebagai coredari tugas dan fungsi yangharus diemban.

    3) Dengan lancarnya aliran darah dalam saluran yang baik, maka denyut nadinyaakan berkembang harmonis, di mana setiap orang akan tampak cerah, segar-telapak tangan memerah, ringan tidak berada dalam tekanan kecemasan ataudepresi berkepanjangan: sehat. Dalam situasi itulah, maka koordinasi,

    komunikasi dan disipl in ker ja dalam rangka mewujudkan LK yang bermu tudi depan mata tidak sulit untuk digenggam/dimiliki.

    d. Hasil

    Karena itu, hasil yang mau dicapai adalah:

    1) Peserta memahami bahwa perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan

    institusi bukan urusan satu orang atau sekelompok orang atau bagian tertentu.Tetapi urusan semua pendukung atau pegawai. Oleh karena itu sumbangandan kehadiranberbagai pihak atau setiap orang sangat berarti, bermakna danmenentukan (perlu komitmen bersama). Tiap orang akan tergerak untukmembuat catatan-catatan yang pada akhirnya dapat di-rekayasa ataudimanipulasi sebagai item kegiatan atau rencana kerja.

    6

    2) Peserta merasa bahwa memiliki tanggung jawabuntuk mulai mencermati itemuraian tugasnya masing-masing, dan secara berjenjang membuat laporanatau

    telaahan sebagai cikal bakal bahan rencana kerja DBK.

    2. POSISI SEKRETARIAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGANMASYARAKAT KATOLIK.

    Perlu dikemukakan dahulu bahwa keseluruhan aktivitas sekretariat bermuara untukmemfasilitasiDirektorat Jenderal Bimas Katolik dalam melaksanakan tugas dan fungsimemberikan bimbingan kepada Masyarakat Katolik Indonesia.

    yang berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas yang

    terukur], dengan tetap memperhatikan klasifikasi anggaran yaitu klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis

    belanja (pasal 5 ayat [2]). Instrumen yang digunakan adalah indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasikinerja (pasal 5 ayat [3].

    6Sebuah item kegiatantidak datang atau muncul begitu saja. Ia harus melalui sebuah pergumulan antara

    kenyataan dan harapan. Ia merupakan sebuah jawaban tentatif terhadap masalah bimbingan masyarakat

    Katolik.Kalau mungkin mengikuti Giddens, menjadi jalan tengah?.

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    4

    Bagaimana Ditjen Bimas Katolik bekerja dituntun oleh Visi dan Misi.7 Visi dan Misi

    Ditjen Bimas Katolik8

    adalah bangunan roh atas upaya untuk mensejahterakanmasyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Katolik menjadi seratus persen katolik dan

    seratus persen pancasilais. Salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan cita-cita ituadalah mengajak mitra kerja. Tujuan mulia itu dipercaya akan diproses melalui Program

    Bimbingan Masyarakat Katolik,9dengan tiga kegiatan utama.

    a. PMA Nomor 10 tahun 2010: Tugas dan Fungsi Sekretariat.

    Di depan sudah dikemukakan bahwa perencanaan adalah kunci bagaimanasebuah institusi berkembang atau melaksanakan tugas dan fungsinya. Oleh sebab itu

    kalau perencanaan memble, maka dapat diduga institusi akan memble ataumelempem juga. Fakta melempem ini dapat saja dilabel dengan nama ah sepertiyang lalu lagi, tidak ada perubahanatau ah itu-itu saja. Apakah label itu salah?Menurut saya tidak. Itu wajar, karena setiap orang menginginkan perubahan. Hanyamemang ada perubahan yang sifatnya radikal (revolusi) dan ada perubahan yangsifatnya alamiah (evolusi). Setiap omelan atau kritikan harus diterima dengan hatiterbuka dan ditempatkan sebagai sebuah motivasi (bdk. Bernard Bass) atau ungkapanlain dari rasa memiliki yang bernilai tinggi terhadap kemajuan komunitas atauorganisasi (Bdk. Stephen Robins, Sondang Siagian). Bentuk dukungan tiap orangtidak selalu sama, ada yang berwujud senyum, kumpalan tangan, nasihat, pujian,cuek, diam, atau malah tenang saja. Keragaman ini tidak dapat dilepaskan dari faktorbudaya [komunikasi budaya; sekalipun individu sudah bercampur dengan individulain, secara budaya ada yang tidak dapat diadaptasikan]. Dan ini tidak bolehdipaksakan karena sesuatu itu diharapkan tumbuh dari hati yang tulus (motif murniuntuk organisasi) karena akan mempunyai dampak pada kesehatan (kalau dipaksakanakan tidak baik pada kesehatan). Masalahnya, kita sudah terl anjur menerima danmengamini bahwa kalau kita didukung oleh seseorang terwujud dalam bentuk pujianatau senyum; selain itu berarti tidak cocok, karena itu dianggap berseberangan, dankarena berseberangan, maka siapa pun akan berusaha memproduksi reaksi yangmembuatnya aman. Seperti apa mekanisme memproduksi reaksi? Setiap individu

    tentu mempunyai gaya sendiri-sendiri.Dapat diibaratkan dengan tubuh manusia, jantung Ditjen Bimas Katolik adalah

    perencanaan. Tanpa perencanaan, maka dapat dipastikan bahwa kita semua akanmengalami kesusahan: kesusahan batin dan sosial. Kesusahan batin sudah bisaditebak-tebak, kesusahan sosial juga bisa ditebak misalnya kesempatan untukmelakukan pengamatan terhadap masyarakat Indonesia di berbagai tempat dapatterganggu.

    7KMA 7 Tahun 2010 Renstra Kemenag 2010-2014; Visi Kemenagterwujudnya masyarakat Indonesia yang taat

    beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir dan batin; Misi Kemenag1) meningkatkan kualitas kehidupanberagama, 2) meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama, 3) meningkatkan kualitas raudathul atfal, madrasah,perguruan tinggi agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, 4) meningkatkan kualitas penyelenggaraan

    haji, 5) mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. Secara skematis, untuk Ditjen BimasKatolik akan berpartisipasi pada 1) peningkatan kualitas kehidupan beragama, 2) peningkatan kualitas kerukunanumat beragama, 3) peningkatan kualitas pendidikan agama, pendidikan keagamaan [perguruan tinggi agama], dan 4)

    perwujudan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

    8Secara deskriptif visi Ditjen Bimas Katolik adalah terwujudnya masyarakat Katolik yang seratus persen Katolikdan seratus persen pancasilais dalam negara yang berbhinneka tunggal ika; misi Ditjen Bimas Katolik adalahmengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan dinamis dalam mencapai tujuan pembangunan

    bangsanya. Pada pertemuan putaran pertama di Grand Tropic Suite HotelJakarta tanggal 30 Maret 3 April 2012

    sudah diusulkan agar visi dan misi Ditjen Bimas Katolik dilihat kembali. Seiring dengan perubahan pada tingkatglobal dan nasional, maka berbagai instansi dituntut untuk melakukan penataan diri, termasuk di dalamnyapenyesuaian konsep dan metode kerja, termasuk Ditjen Bimas Katolik. Salah satu hal yang menonjol adalahperkembangan (atau perubahan] dari beberapa program dalam area kerja Ditjen Bimas Katolik menjadi satu program

    saja, yaitu Program Bimbingan Masyarakat Katolik. Penyesuaian ini berdampak pada penyesuaian deskripsi RenstraDitjen Bimas Katolik Tahun 2010-2014. Peserta pertemuan ini tentu diberi ruang untuk menyampaikan pendapat atauusul (dan sebaiknya dalam bentuk tertulis), misalnya mengenai deskripsi visi dan misi Ditjen Bimas Katolik.

    9Berdasarkan RPJM ke-2 (2010-2014) fokus pembangunan ditujukan untuk lebih memantapkan penataan

    kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian.

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    5

    1) Tugas dan fungsi Direktorat JenderalBimbingan Masyarakat Katolik.

    TUSI berdasarkan PMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Agama.

    a. Tugas.

    Dalam pasal 492 disebutkan bahwa Ditjen Bimas Katolik mempunyai

    tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknisdi bidang bimbingan masyarakat katolik.

    b. Fungsi.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka pasal 493 menegaskan bahwaDitjen Bimas Katolik menyelenggarakan fungsi:

    (a) perumusan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat katolik;(b) pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat katolik;(c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

    bimbingan masyarakat katolik;

    (d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bimbinganmasyarakat katolik, dan

    (e) pelaksanaan administrasi direktorat jenderal bimbingan masyarakatkatolik.

    Tugas dan fungsi tersebut operasional dalam tiga area, yaitu sekretariat DBK,

    direktorat urusan agama katolik dan direktorat pendidikan katolik (psl 494).Pasal 495 dan 496 menegaskan tugas dan fungsi sekretariat DBK.

    2) Tugas dan fungsi SekretariatDitjen Bimas Katolik.

    a. Tugas Sekretariat DBK adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaantugas, pelayanan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruhunit kerja di lingkungan DBK.

    b. Fungsi.

    Untuk melaksanakan tugas itu, sekretariat menyelenggarakan fungsi:

    a) koordinasi dan penyusunan rencana dan program di lingkunganditjen;

    b) pelaksanaan urusan keuangan di lingkungan ditjen;c) penyiapan penyusunan organisasi dan tata laksana, kerja sama, dan

    hubungan masyarakat;

    d) penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuanhukum;

    e) pengelolaan kepegawaian di lingkungan ditjen;f) pengelolaan sistem informasi manajemen sistem pendidikan ditjen;

    dang) pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan dan

    barang milik/kekayaan negara di lingkungan ditjen.

    b. Bagaimana tugas dan fungsi operasional

    Untuk memahami bagaimana tugas dan fungsi sekretariat operasional, maka perludipahami apa tugas dan fungsi unit lainnya, yaitu Direktorat Urusan Agama danDirektorat Pendidikan Katolik.

    1) Tugas dan fungsi Direktorat Urusan Agama Katolik.

    Sementara itu pasal 514 dan 515 menegaskan tugas dan fungsi direktorat urusanagama Katolik.

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    6

    a. Tugas direktorat urusan agama katolik.

    Tugas direktorat urusan agama katolik adalah melaksanakan perumusankebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian bimbinganteknis dan evaluasi di bidang urusan agama katolik.

    b. Fungsi

    Untuk melaksanakan tugas tersebut, direktorat urusan agama katolik

    menyelenggarakan fungsi:a) perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan, dan

    pemberdayaan umat katolik;b) pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan dan

    pemberdayaan umat katolik;c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

    kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan umat katolik;d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan,

    penyuluhan dan pemberdayaan umat katolik; dane) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

    2) Tugas dan fungsi Direktorat Pendidikan Katolik.

    Pasal 430 dan 531 menegaskan tugas dan fungsi direktorat pendidikan katolik.

    a. Tugas.

    Tugas direktorat pendidikan katolik adalah melaksanakan perumusankebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian bimbinganteknis dan evaluasi di bidang pendidikan agama katolik.

    b. Fungsi.

    Untuk melaksanakan tugas tersebut, direktorat pendidikanmenyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan di bidang pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, pendidikan tinggi agama katolik;b) pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, pendidikan tinggi agama katolik;c) penyusunan standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan

    dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi agama katolik;d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pendidikan dasar,

    pendidikan menengah, pendidikan tinggi agama katolik;e) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

    Dari uraian tugas dan fungsi di atas, maka pertanyaan bagaimana tugas dan fungsi

    operasional dapat dijawab dengan cara:

    1) Tiap unit kerja belajar terus menerus memahami dan membongkar isipemahaman tersebut atas item tugas dan fungsi. Hasil pembongkaran dalambentuk item-item yang dianggap menjadi semacam jawaban atas dugaanmengenai apa konkritnya tugas yang harus dilaksanakan. Misalnya secarakeseluruhan tugas dikatakan merumuskan kebijakan ..... Dalam hal ini, tiapsatker mencoba merancang apa arti, ruang lingkup, isi - materi kebijakan.

    2) Penguasaan terhadap konsep kebijakan itulah yang akan menuntun setiappelaksana untuk menjabarkannya dalam bentuk pembuatanstandar, prosedur,dan kriteria atas bidang tugasnya. Misalnya, ketika salah satu isi kebijakanDirjen Bimas Katolik adalah Peningkatan Kualitas Kehidupan BeragamaMasyarakat Katolik, maka Direktorat Urusan Agama Katolik bekerja keras

    untuk menetapkan apa standar kualitas kehidupan beragama, apa prosedurnya,dan apa kriterianya. Dengan ketemunya apa, maka yang lainnya akan dengan

    mudah dijawab.

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    7

    3) Forum bersama menjadi medan kerja sama dalam meramu semua hal yangberkait dengan tugas dan fungsi, terlebih karena bidang tugas ini lebih banyakbersifat kualitatif.

    c. Model mekanisme kerjaambil bahan susun RKA-K/L 2012.

    Dari panorama atau uraian tugas dan fungsi di atas tampak bahwa ternyata tiga areakerja itu sangat menentukan ke arah mana atau bagaimana Ditjen Bimas Katolik

    memberikan pelayanan kepada Masyarakat Katolik Indonesia. Sinerji dari tiga areatersebut dapat digambarkan, seperti pada dua gambar di bawah ini.

    .

    Direktorat Urusan

    Agama Katolik

    DirektoratPendidikan

    Katolik

    Sekretariat Ditjen

    Bimas Katolik

    Ditjen BimasKatolik

    PMA 10/2010

    Gambar ini menunjukkan siklus yang simetris; tidak memperlihatkan mana yang pertama dan mana

    sesudahnya. Inti yang mau disampaikan adalah setiap komponen saling terkait untuk mengamankan yang

    ada di tengah. Satu tidak berfungsi, yang lain akan terganggu

    Sekretariat

    Ditjen Bimas

    Katolik

    DirektoratJenderalBimasKatolik

    DirektoratUrusan

    Agama

    Katolik

    DirektoratPendidikan

    Katolik

    Gambar ini menjelaskan bahwa sekretariat bertindak membackup perjalanan 2 direktorat mencapai

    cita-cita direktorat jenderal, yaitu tercapainya visi dan misi Ditjen Bimas Katolik

    VM

    DBK

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    8

    Dari gambar di atas, tampak dengan jelas bahwa seluruh gerak langkah organisasiterarah pada satu tujuan yang dicapai yaitu mewujudkan Direktorat Jenderal BimasKatolik yang mampu menjadi pelayan primabagi masyarakat Katolik Indonesia,

    dalam rangka memantapkan empat pilar kesatuan dan persatuan bangsa, yaituPancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

    Bila saya coba memahami dinamika kerja tiga unit besar di atas, maka dinamika itu

    secara keseluruhan dapat divisualkan [kurang lebih] sbb:

    Masyarakat Katolik Indonesia

    Unit

    Teknis

    Unit

    Teknis

    Unit

    Teknis

    Bagian

    Perencanaan &

    Sistem

    Informasi

    Ditjen Bimas

    Katolik

    Kementerian

    Agama RI

    Sekretaris

    Dirura Dirpekat

    Unit

    Teknis

    Keu

    OKp

    Umum

    Gambar di atas menggambarkan bagaimana cara atau mekanisme kerja Bagian

    Perencanaan dan Sistem Informasi Setditjen Bimas Katolik

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    9

    3. STRATEGI?

    Ketika topik Ini dilabel sebagai Strategi Pelaksanaan Program Bimbingan MasyarakatKatolik: Teknis Sekretariat, pertanyaannya di mana strategi yang dimaksud itu?

    Sebagaimana sudah saya sebutkan di atas bahwa organisasi akan menjadi organisasi yanghidup jika semua elemen ikut bergerak dengan baik dan berimbang sesuai dengan tusi

    masing-masing, mewujudkan tujuan bersama. Secara umum tugas dan fungsi Sekretariatmenggambarkan bagaimana koordinasi dilaksanakan di dalam tubuh Ditjen Bimas Katolik,

    yang dimotori oleh Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi. Tetapi secara operasionaldilakukan oleh unit kerja tertentu, termasuk kita di Daerah, Kepala Bidang, PembimasKatolik, Kapala Seksi dan Penyelenggara Bimas Katolik.

    Tanggung jawab untuk mewujudkan rencana kerja adalah tanggung jawab kita semuauntuk menyejahterakan Masyarakat Katolik Indonesia. Oleh karena itu kerja sama dankomitmen penuh menjadi dambaan kita bersama. Dan sebelum memberikan masukan, ada

    baiknya kita petakan dahulu tugas dan fungsikita masing-masing.

    Marilah bersama saling mengingatkan sesuai dengan gaya dan cara masing-masing; karena hanya melalui gaya dan cara itu seseorang mengalami kebahagiaannya disini dan di kemudian hari.

    Dalam kaitan dengan itu, untuk memantapkan roda aktivitas Ditjen Bimas Katolik,khususnya dalam pelaksanaan Program Bimbingan Masyarakat Katolik, makadirancang strategi kerjasebagai berikut:

    1. Memahami visi dan misiRKPRENSTRA Ditjen Bimas Katolik.

    2. Memastikan setiap pegawai memahami tugas dan fungsinya. Kepastian ini menjadibottom up. Bagaimana memastikan? Cara yang ditempuh adalah membaca danmenanggapi secara tertulis. Setiap individu diharapkan mampu mendeskripsimasalah yang dianggap sebagai instrumen penentuan item kegiatan. Sejauh itu

    kurang jalan dengan baikkarena belum terbiasa.

    3. Setiap pegawai melakukan inventarisasi aktivitasyang dianggap sebagai kebutuhan

    nyata subjek pelayanan untuk kemudian di-baptis menjadi item rencana kerja yangdapat diberi nilai sesuaiketentuan yang berlaku.

    4. Mengembangkan dan mempertahankan prinsip efisien, efektif, akuntabel, dengan

    semboyan kerja adalah antisipatif, luwes, objektif, menej, danaman. Semboyan inimengandung ke-PASTI-an (profesional, akuntabel, santun, transparan, dan ikhlas).

    Oleh karena itu kita akan mulai dengan mencermati apakah item kebutuhan ataurencana kerja yang kita hasilkan betul adalah tugas kita. Aktivitas DBK kalaudiringkas ada dalam tiga area yaitu pembinaan, bantuan, dan pengadaan &pengiriman. Kelihatan tidak semua hal dilakukan dalam bentuk pertemuanpembinaan; ia bisa dalam bentuk bantuan: baik dalam bentuk dana maupun dalam

    bentuk barang atau jasa (bdk. Perpres 54 Tahun 2010).

    Oleh karena itu, maka komitmen Ditjen Bimas Katolikadalah:1. Dalam hal perencanaan, Sekretariat akan bersama-sama semua unit terkait untuk

    menggali (bagaimana cara menggali metodologi), merancang dan menetapkanitem-item rencana kerja sesuai kriteria yang ada atau berlaku dan skala prioritas yangjelas.

    2. Dalam hal anggaran, Sekretariat akan bersama-sama dengan semua tusi terkaitmelakukan pengkajian, penghitungan satuan atau besaran biaya sesuai kriteria yangberlaku dengan tetap mempertahankan prinsip pengelolaan dan penggunaan anggaran.

    Tentu rencana dan anggaran harus didukung oleh datadan sistem informasi yang

    andal, dapat dipercaya. Oleh karena itu, Sekretariat akan bersama-sama dengansemua tusi terkait untuk melakukan up date datadan sistem informasi yang berlaku

    di birokrasi, khususnya Ditjen Bimas Katolik Kemenag. Selain itu, sejauhmanastrategi yang sudah dibangun ini akan ditentukan oleh bagaimana kita melakukanpelaporan & evaluasi. Sekretariat akan bersama-sama dengan semua tusi terkaitmencermati kasus-kasus yang dialami dan merancang instrumen-instrumen yang

  • 5/26/2018 1MAKASSARSTRATEGIPELAKSANAANPROGRAMBIMASKATOLIKTEKNISSEKRETARIAT

    http:///reader/full/1makassarstrategipelaksanaanprogrambimaskatolikteknissekret

    10

    dapat digunakan sebagai kriteria pelaporan dan evaluasi pelaksanaan programBimbingan Masyarakat Katolik (tiap unit memberi masukan secara tertulis).

    Hal-hal itulah yang akan kita jadikan sebagai alat untuk merancang anggaran denganpendekatan PBB (performance based budgeting), yaitu penganggaran dengan didasarkanpada kebutuhan riil biaya untuk menunjang pelaksanaan program dalam rangka mencapaioutput dan outcome10yang ditetapkan sebagai indikator kinerja; dengan prinsip efisiensi,efektif, dan ekonomis.

    4. PENUTUP.

    Menyusun sebuah rencana atau program kerja yang baik, yang mewakili kebutuhan

    masyarakat Katolik tidak dapat dilakukan dengan seorang diri atau sepihak; tetapimembutuhkan kerja sama yang solid semua pihak yang terkait. Karena melibatkan semuapihak, maka tantangan terbesar yang perlu dimaklumi bersama adalah keberanian untukbersabar (kesabaran yang tinggi) atas situasi & kondisi yang dialami, dan fokus padapersoalan yang dihadapi.

    11 Karena itu dapat dikemukakan bahwa strategi pelaksanaan

    program bimbingan masyarakat Katolik, dari sisi sekretariat adalah meningkatkankoordinasi[fungsi fasilitatif] dengan melibatkan semua pihak terkait sesuai dengan posisi

    masing-masing. Terkait dengan penyusunan rencana/program kerja ini, maka koordinasiitu tekanannya pada bagaimana menggerakkan pihak terkait melalui informasi yang sesuaidengan bidang tugas dan fungsinya, termotivasi untuk merancang [dan menghasilkandokumen] rencana kerjanya, untuk periode satu tahun.

    Keterlibatan positif semua unit terkait dapat menjadi input untuk Bagian Ortala danKepegawaian, utamanya dalam hal pembinaan dan pengembangan SDM, agar semakinprofesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi memperkokoh persatuan dan kesatuanbangsa demi menegakkan NKRI. Mungkin ini salah satu titik kulminasi perwujudan visi

    dan misi Ditjen Bimas Katolik?

    Demikian, terima kasih.

    10Output dan outcome dari program dan kegiatan yang akan dicapai dirumuskan dengan kualitas dan kuantitas

    terukur sejalan dengan besaran penggunaan anggaran.11Umumnya suasana kerja yang melibatkan banyak pihak membuka ruang debat yang menarik. Hal ini dapat dilatarioleh semangat untuk memberi yang terbaik. Selain itu dalam kasus-kasus tertentu, jika pihak terkait kurangmenguasai situasi dan materi situasi dapat berubah fungsi menjadi ruang debat kusir. Karena itu fokus pada

    masalah menjadi penting sebagai alat untuk meredam perdebatan yang kadang tidak berujung. Setiap orang harusbanyak sabar untuk menemukan hasil yang diharapkan.