Upload
juwita-desturia
View
117
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
praktikum biokimia pangan
Citation preview
LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN
KARBOHIDRAT IUJI BARFOED
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan
Oleh :
Nama : Juwita Desturia Putri PuretaNRP : 123020106Kel/Meja : D / 9Asisten : Nadya RahmawatiTgl. Percobaan : 18 Maret 2014
LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
2014I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.
1.1. Latar Belakang Percobaan Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam
arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja . Yang termasuk dalam monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, ribosa, pentosa, heksosa.
Monosakarida dan beberapa disakarida memiliki sifat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida dan gugus keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu+
dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu.
1.2. Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan uji barfoed adalah untuk
mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi.
1.3. Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan uji barfoed adalah berdasarkan
adanya gugus karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam suasana asam membentuk Cu2O (endapan warna merah bata).
1.4.Reaksi Pecobaan
O O C + Cu2+ Cu2O + C HGugus karbonil kompleks endapan kupriBebas dari KH ion merah bata sulfat
Gambar 8. Reaksi Percobaan Uji Barfoed
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
II METODE PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode Percobaan.
2.1. Bahan yang DigunakanBahan yang digunakan dalam Uji Barfoed adalah biskuit
oat bits, larutan glukosa, susu ultra, pocari sweat, dan madu rasa.
2.2. Pereaksi yang DigunakanPereaksi yang digunakan dalam Uji Barfoed adalah 13,3
g Cu-asetat dalam 200 ml air, ditambah 1,9 ml asam asetat glacial.
2.3. Alat yang DigunakanAlat yang digunakam dalam Uji Barfoed adalah tabung
reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas kimia, dan water bath.
2.4. Metode Percobaan
1ml larutan Panaskan 15 Amati terbentuknyaKarbohidrat + menit endapan merah bata1,5 ml larutanBarfoed
Gambar 9. Metode Percobaan Uji Barfoed
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
III HASIL PENGAMATAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji BarfoedSampel Pereaksi Warna Hasil
Sebelum pemanasan
Sesudah pemanasan
F (biskuit oat bits)
Larutan barfoed(13,3 g Cu-asetat dalam 200ml air, ditambah 1,9 ml asam asetat glacial)
Biru Biru + endapan -
M (larutan glukosa)
Biru Endapan merah bata +
H (susu ultra)
Biru Biru + putih -
K (pocari sweat)
Biru biru-
B (madu rasa)
Biru Endapan merah bata
+
(Sumber : Juwita dan Yoga, Kelompok D, Meja 9, 2014)Keterangan : (+) mengandung gula monosakarida pereduksi
(-) tidak mengandung gula monosakarida pereduksi.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Gambar 10. Hasil Pengamatan Uji Barfoed
3.2. PembahasanBerdasarkan hasil pengamatan Uji Barfoed dapat
diketahui bahwa sampel m (larutan glukosa dan b(madu rasa) postif mengandung gula monosakarida pereduksi dengan indikator adanya endapan warna merah bata sedangkan f(biskuit oat bits), h(susu ultra), dan k(pocari sweat) tidak mengandung gula monosakarida pereduksi.
Hasil yang sebenarnya susu ultra dan pocari sweat postif mengandung gula monosakarida pereduksi.
Uji barfoed ini merupakan uji karbohidrat yang spesifik mengidentifikasi adanya gula monosakarida pereduksi pada bahan pangan.
Monosakarida dan beberapa disakarida memiliki sifat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida dan gugus keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu+
dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu (Poedjiadi, 2005).
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Gula pereduksi adalah golongan gula (karbohidrat) yang memiliki gugus karbonil bebas yang dapat mereduksi ion logam. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas. Contoh gula pereduksi yaitu semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) dan pati (polisakarida). Sukrosa termasuk gula non pereduksi karena tidak memiliki gugus hidroksi (anonim, 2013).
Dalam praktikum yang pertama masukkan 1 ml larutan karbohidrat + 1,5 ml larutan barfoed ke dalam tabung reaksi. Komposisi larutan barfoed yaitu 13,3 g Cu-asetat dalam 200ml air, ditambah 1,9 ml asam asetat glacial. Yang membuat reaksi ini dalam suasana asam adalah asam asetat glacial. Kemudian dipanaskan selama 15 menit. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat proses reaksi. Waktu pemanasan uji barfoed lebih lama dibandingkan dengan uji benedict karena uji barfoed dilakukan dalam suasana asam yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mereduksi Cu2+
menjadi Cu2O. Lalu amati terbentuknya endapan merah bata. Pereaksi barfoed digunakan untuk membedakan antara
monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida (Poedjiadi, 2005).
Berikut merupakan komposisi dari masing-masing sampel:
Gambar 11. Sampel biskuit oat bits
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Kandungan Jumlah
Energi335 kj80 kkal
Lemak 2,5 gLemak Jenuh 1,5 gKolesterol 0 mgProtein 1 gKarbohidrat 13 gSerat 1 gGula 4 g
Tabel 7. Daftar komposisi biskuit oatbits
Gambar 12. Sampel pocari sweat
Kandungan Jumlah
Energi105 kj25 kkal
Lemak 0 gKolesterol 0 mgProtein 0 gKarbohidrat 6 g
Tabel 8. Daftar komposisi pocari sweat
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Gambar 13. Sampel susu ultra
Tabel 9. Tabel komposisi sampel susu ultra
Gambar. 14. Sampel madu rasa
Kandungan Jumlah
Energi628 kj
150 kkalLemak 8 gLemak Jenuh 4 gProtein 8 gKarbohidrat 13 g
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Tabel 10. Daftar komposisi sampel madu rasa(Fat Secret Indonesia)
Mekanisme terbentuknya endapan merah bata pada uji barfoed adalah gugus karbonil bebas akan mereduksi Cu2+
dalam suasana asam membentuk Cu2O (endapan merah bata).
Larutan barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kupooksida. Dalam suasana ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji ini untuk penunjukkan gula reduksi monosakarida (Sudarmadji, 1996).
Karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus aldehisa pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat (Poedjiadi, 2005).
Kandungan Jumlah
Energi268 kj64 kkal
Lemak 0 gLemak Jenuh 0 gLemak tak Jenuh Ganda
0 g
Lemak tak Jenuh Tunggal
0 g
Kolesterol 0 mgProtein 0,06 gKarbohidrat 17,3 gSerat 0 gGula 17,25 gSodium 1 mgKalium 11 mg
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik), sedangkan pula fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon nomor dua (Winarno, 1984).
Perbedaan uji barfoed dan uji benedict adalah uji barfoed dilakukan dalam suasana asam sedangkan uji benedict dilakukan dalam suasana basa. Waktu pemanasan uji barfoed lebih lama karena waktu yang diperlukan untuk mereduksi Cu2+ lebih lama, uji barfoed hasil nya endapan warna merah bata sedangkan uji benedict endapan merah bata atau senyawa biru kehijauan.
Faktor kesalahan yang terjadi saat praktikum karena ketidaktelitian praktikan saat menambahkan pereaksi atau karena kurang teliti saat melihat endapan yang terbentuk.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
4.1. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan uji barfoed dapat
diketahui bahwa sampel larutan glukosa, susu ultra, pocari sweat, dan madu rasa postif mengandung gula monosakarida pereduksi dengan indikator adanya endapan merah bata.
4.2. SaranSaran dari praktikum percobaan uji barfoed adalah untuk
praktikan disarankan agar lebih bertahti-hati dan teliti dalam menambahkan perekasi ataupun sampel agar tidak terjadi kesalahan pada pengujian.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Gula Pereduksi. id.wikipedia.org. Diakses : 19 Maret 2014.
Anonim. 2014. Fat Secret Indonesia. www.fatsecret.co.id. Diakses: 20 Maret 2014.
Poedjadi, Anna., 2005, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Winarno, FG. 1984. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberty Yogyakarta: Yogyakarta.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
LAMPIRAN HASIL PERCOBAAN YANG BERBEDA
Sampel Uji Molish
Uji Barfoed
Uji Benedict
Uji Selliwanof
A + + + -B + + + +C + - + +D + + + +E + + + +F + - + +G + + + +H + + + -I + + + +J + - - +K + + + +L + - + +M + + + -
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
LAMPIRAN QUIS
1. Apa nama lain maltosa, laktosa, sukrosa?Jawab : Maltosa : gula pada buahLatosa : gula susu
Sukrosa : gula pasir (α-D-glukopiranosil)
2. Sebutkan golongan karbohidrat, berikan contoh !Jawab : - Monosakarida : glukosa, fruktosa, galaktosa- Disakarida : sukrosa, maltosa, laktosa- Polisakarida : pati, pektin, selulosa
3. Jelaskan mekanisme terbentuknya endapan merah bata pada uji barfoed!Jawab :larutan barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kupooksida.
4. Sebutkan gula monosakarida pereduksi, disakarida pereduksi, gula non pereduksi. Apa yang dimaksud dengan gula pereduksi?Jawab : Gula pereduksi adalah golongan gula (karbohidrat) yang memiliki gugus karbonil bebas yang dapat mereduksi ion-ion logam.Gula monosakarida pereduksi : glukosa, fruktosa, galaktosaGula disakarida pereduksi : maltosa, laktosaGula non pereduksi : sukrosa
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gula aldosa dan
ketosa, gambar strukturnya!
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
Jawab :Aldosa (Polihidroksialdehid) : Karbohidrat yang memiliki gugus fungsi aldehid.Ketosa (Polihidroksiketon) : Karbohidrat yang memiliki gugus fungsi keton.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
LAMPIRAN MODUL
Pertanyaan :1. Jelaskan mekanisme terbentuknya endapan merah bata!
Jawab :larutan barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kupooksida.
2. Jelaskan perbedaan reaksi barfoed dan fehling?Jawab :Barfoed : dalam pereaksi ini ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana asam akan diendapkan sebagai Cu2O.Fehling : dalam pereaksi ini ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
3. Dimana letak perbedaan larutan barfoed dan benedict?Jawab : Larutan barfoed bersifat asam sedangkan larutan benedict bersifat basa.
Laboraturium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
LAMPIRAN INTERNET
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa danfruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa,fruktosa,galaktosa) dan disakari-da (laktosa,maltosa),kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid(DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_pereduksi