40
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA “PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT” KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Peneliti : 1. Ir. Arie Sudaryanto MP 2. Dra. Carolina M.Sc 3. Fithria Novianti S.Pi 4. Mirwan Ardiansyah Karim S.T 5. Wawan Agustina S.Si INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 KODE JUDUL : I.227

315_doc_13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 315_doc_13

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

“PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

KUPANG NTT”

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Peneliti :

1. Ir. Arie Sudaryanto MP

2. Dra. Carolina M.Sc

3. Fithria Novianti S.Pi

4. Mirwan Ardiansyah Karim S.T

5. Wawan Agustina S.Si

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

2012

KODE JUDUL : I.227

Page 2: 315_doc_13

1

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Penerapan Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut Di Kab. Kupang NTT

2. Kode : I.227

3. Koridor : 5 (NTT)

4. Fokus : Perikanan

5. Lokus : Kupang NTT

6. Biaya Penelitian : Rp 250.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah)

7. Peneliti Pengusul : Ir. Arie Sudaryanto MP

8. Peneliti Anggota : 1. Dra. Carolina M.Sc

2. Fithria Novianti S.Pi

3. Mirwan Ardiansyah Karim S.T

4. Wawan Agustina S.Si

Subang, 31 Agustus 2012

Kepala Balai Besar Pengembangan

Teknologi Tepat Guna - LIPI

Peneliti Kepala

Ir. Adil Jamali, M.Sc. NIP 19550504 198103 1 004

Ir. Arie Sudaryanto MP.

NIP. 19590208 1985031 002

Page 3: 315_doc_13

2

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Pokok Permasalahan

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

D. Metodologi Pelaksanaan

1. Lokus Kegiatan

2. Fokus Kegiatan

3. Ruang Lingkup

4. Bentuk Kegiatan

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1. Perkembangan Kegiatan

2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan

B. Pengelolaan Administrasi Manajerial

1. Perencanaan Anggaran

2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran

3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Pencapaian Target Kinerja

1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian

2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian

B. Potensi Pengembangan Ke Depan

1. Kerangka Pengembangan Ke Depan

2. Strategi Pengembangan Ke Depan

Page 4: 315_doc_13

3

BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

1. Kerangka Sinergi Koordinasi

2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi

B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan

2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan

3. Perkembangan Pemanfaatan

BAB V . PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

2. Metode Pencapaian Target Kinerja

3. Potensi Pengembangan Ke Depan

4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

B. Saran

1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

Page 5: 315_doc_13

4

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim yang memiliki lebih dari 17

ribu pulau. Luas laut Indonesia adalah 5,8 juta kilometer persegi, atau 3 x lebih

luas dari daratan yang „hanya‟ mencakup 1,9 juta kilometer persegi.

Sumberdaya kelautan ternyata masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan, hanya 48%

hasil laut di Indonesia dapat dimanfaatkan, dari potensi sebesar 6,7 juta ton.

Dengan kata lain, kekayaan laut yang luar biasa ini masih berpeluang untuk

didaya-gunakan.

Salah satu wilayah potensial penghasil produk laut di Indonesia adalah

Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kajian “Percepatan Pembangunan dan

Peningkatan Investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur” yang dilakukan oleh

Tim Deputi IV Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2012), perikanan

ditengarai merupakan komoditas unggulan potensial ke-2 sesudah rumput laut.

Hal ini selaras pula dengan fokus strategis pemerintah daerah provinsi Nusa

Tenggara Timur yang menjadikan perikanan sebagai salah satu sektor penting

untuk menjadi penopang pembangunan wilayah. Potensi bahari-nya pula yang

menjadikan Nusa Tenggara secara umum – bersama dengan Bali - diapresisiasi

sebagai gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional.

Tantangannya adalah bagaimana agar supaya potensi ini dapat menjadi

sumber kekuatan ekonomi masyarakat lokal. Meskipun semangat otonomi

daerah yang diamanatkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, secara jelas

menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan di wilayah laut

berupa eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut,

dukungan terhadap implementasi kebijakan ini diperlukan agar supaya mengena

pada sasaran.

Salah satu wilayah potensial di Pulau Timor, adalah Kupang. Secara lebih

spesifik, pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kupang

mengarahkan perhatian, khususnya kepada peningkatan kesejahteraan

masyarakat pesisir dengan menempatkan perekonomian rakyat sebagai salah

satu komponen utama. Sasaran strategis pembangunan sektor kelautan dan

perikanan dirancang baik melalui peningkatan penguasaan teknologi yang terkait

Page 6: 315_doc_13

5

dengan produktivitas hasil tangkapan, maupun pendaya-gunaan potensi pesisir

melalui introduksi teknologi budidaya berbagai komoditas, termasuk rumput laut.

Ikan hasil tangkapan yang merupakan sumber pendapatan penting bagi

keluarga nelayan, pada umumnya dijual dalam bentuk ikan segar. Hanya sedikit

yang memanfaatkan ikan tersebut sebagai bahan baku olahan. Kalaupun ada,

kegiatan proses pengolahan ikan masih dilakukan secara tradisional. Dari

gambaran kegiatan ekonomi berbasis ikan laut di Kupang, terbuka peluang

pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), baik untuk meningkatkan mutu

produk, maupun penganekanaragaman jenis produk. Diharapkan, melalui

penerapan TTG, peluang untuk pengembangan usaha berbasis olahan hasil laut

– khususnya ikan – akan semakin terbuka. Hal ini berarti, terbuka pula peluang

bagi masyarakat lokal untuk ikut serta dalam denyut kegiatan ekonomi yang

berbasis pada kekuatan sumberdaya lokal.

B. Pokok Permasalahan

Kawasan (Kota dan Kabupaten) Kupang merupakan penghasil ikan yang

penting baik bagi Nusa Tenggara Timur maupun Indonesia.. Sebagian besar

ikan hasil tangkapan dijual bentuk segar langsung kepada konsumen, atau pun

pedagang pengumpul yang kemudian memasarkannya ke wilayah lain dalam

bentuk segar untuk diproses lanjut oleh pengolah ikan menjadi ikan asin.

Daya simpan merupakan permasalahan yang dialami, baik oleh penjual

ikan segar, maupun produsen ikan asin. Persoalan ini merupakan tantangan

sekaligus peluang bagi masyarakat lokal untuk mampu mengambil manfaat

optimal dari ketersediaan ikan hasil tangkapan. Salah satu solusi dari masalah

pendeknya daya simpan adalah pengolahan ikan. Saat ini, pengolahan ikan

yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk ikan kering yang

diasinkan. Kalaupun ada proses pengolahan, jumlahnya terbatas dan usaha

yang dilakukan oleh para pengrajin ini masih menggunakan cara sederhana

karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Tingginya tingkat ketersediaan ikan segar sebetulnya merupakan peluang

bagi masyarakat lokal untuk membangun kegiatan ekonomi yang berbasis pada

teknologi pengolahan ikan. Karena selain memberikan nilai tambah signifikan,

beragam teknologi pengolahan ikan membuka peluang usaha bagi lebih banyak

lagi masyarakat lokal.

Page 7: 315_doc_13

6

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

a) Untuk mengkaji potensi usaha pengolahan hasil perikanan laut secara

tradisional (penanganan ikan segar, ikan asin, ikan pindang) yang ada di

Oesapa Kupang

b) Untuk melakukan pemetaan potensi sumberdaya lokal hasil laut dan

pengkajian pemanfaatan teknologi tepat guna serta posisi produk di pasar

dari usaha tersebut

c) Untuk meningkatkan nilai tambah produk pengrajin dan perekonomian

pengrajin pengolahan perikanan laut tradisional dengan penerapan

teknologi tepat guna yang lebih baik dan effisien .

d) Untuk mengkaji hasil evaluasi dan merumuskan strategi yang lebih tepat

bagi pengrajin dalam penanganan dan pengolahan ikan laut secara

tradisional sehingga dapat membantu pengrajin dalam menghadapi

persaingan pasar bebas.

e) Untuk membuat strategi percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat

pesisir berbasis teknologi tepat guna sebagai masukan saran kebijakan

kepada Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang

D. Metodologi Pelaksanaan

Sasaran dan tujuan kegiatan riset terapan ini ditetapkan untuk dapat

dicapai sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia tanpa harus mereduksi

target akhir yakni penguatan 5 (lima) UMKM pengolah hasil laut. Oleh karena

karakter utama dari kegiatan ini adalah ‟penerapan teknologi‟ terhadap usaha

mikro kecil menengah (UMKM), yang ditentukan berdasarkan pertimbangan

sustainability, maka kegiatan ini dikelola dengan pola kaji-tindak. Alih teknologi

tepat guna yang dilakukan melalui pelatihan terhadap kelompok usaha mikro

pengguna teknologi sekaligus menjadi jembatan untuk memperoleh berbagai

informasi relevan terkait dengan teknik produksi mereka. Selain observasi

langsung, digunakan pula instrumen kajian berupa kuesioner untuk memperoleh

data kuantitatif yang dapat menjadi alat ukur perubahan kinerja usaha.

Teknik pengumpulan data dan informasi yang dijadikan pegangan adalah

wawancara mendalam (in-depth interview), sedangkan analisa SWOT

Page 8: 315_doc_13

7

digunakan sebagai alat untuk mengarahkan pada diperolehnya simpulan yang

mendukung tujuan kegiatan. Selanjutnya, pengumpulan data terkait dengan

penanganan masalah pengembangan usaha yang bertumpu pada penguasaan

teknologi tepat guna, akan dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD).

Metode FGD dipilih sebagai strategi yang tepat untuk mendiskusikan

suatu masalah yang terfokus karena FGD adalah cara untuk memperoleh data

dan informasi yang diperlukan melalui penggalian pendapat dan pandangan

peserta. Hasil FGD akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesepakatan

penerapan teknologi tepat guna bagi usaha mikro kecil menengah yang akan

dituliskan dalam sebuah dokumen strategis.

D.1. Lokus Kegiatan

Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai lokus kegiatan, bukan hanya karena

merupakan salah satu wilayah spesifik yang menjadi gerbang Ketahanan

Pangan Nasional, akan tetapi juga karena merupakan wilayah yang –

berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia - berada di posisi ke 32 dari

33 propinsi di Indonesia. Maka kegiatan ini dilaksanakan dengan dasar strategis

guna memicu terwujudnya penguatan ekonomi masyarakat melalui induksi

teknologi tepat guna pada kelompok usaha mikro pengolah ikan di wilayah Kota

Kupang. Harapannya, mereka akan mampu memberikan trickle down effect

kepada komunitas di lingkungannya kelak. Kelompok usaha terpilih berada di

Oesapa, Oebobo, Penfui dan Kupang Kota.

Page 9: 315_doc_13

8

Peta Kab. Kupang

Peta Kota Kupang

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan di Kupang

D.2. Fokus Kegiatan

Masalah pokok yang menjadi fokus untuk dipecahkan melalui kegiatan

implementasi teknologi tepat guna ini adalah rendahnya penguasaan teknologi

pengolahan ikan di kalangan masyarakat Kupang, sementara bahan baku

tersedia di hampir sepanjang tahun. Berdasarkan hal itu, maka Bidang Fokus

Kegiatan diarahkan pada Ketahanan Pangan; dan produk target yang dijadikan

sasaran adalah industri pangan skala mikro – kecil dengan harapan teknologi

tepat guna ini bisa diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Kegiatan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam menangani

produk yang bersifat mudah rusak (perishable), dengan asumsi bahwa

penerapan teknologi tepat guna akan dapat membuka peluang untuk

meningkatkan nilai tambah produk. Dan bagi pengusaha mikro-kecil, akan

membantu meningkatkan produktivitas usahanya. Peningkatan produktivitas

dapat diperoleh melalui peningkatan keanekaan produk olahan, atau pun

perbaikan teknologi proses.

D.3. Ruang Lingkup

Kegiatan ini merupakan sebuah upaya penerapan teknologi tepat guna

kepada kelompok usaha mikro khususnya yang memanfaatkan teknologi

pengolahan ikan sebagai fokus utama. Aplikasi kegiatan ini melingkupi kegiatan

kajian meja (=desk study), laboratorium dan lapangan. Desk study dilakukan

Page 10: 315_doc_13

9

untuk mendapatkan data dan informasi sekunder serta menganalisis data

primer: a) dokumen kebijakan b) data produksi kelompok usaha c) data

laboratorium.

Kegiatan laboratorium dilakukan untuk ujicoba pembuatan produk yang

akan dijadikan sebagai teknologi yang dilatihkan kepada kelompok usaha. Dan

kegiatan lapangan secara khusus adalah alih teknologi melalui pelatihan

terhadap kelompok usaha yang didampingi. Seraya melakukan pelatihan,

pendampingan terhadap kelompok usaha pun dilakukan untuk mengenali

permasalahan dan mengidentifikasi peluang pengembangan usaha mereka.

Kegiatan-kegiatan tersebut dlakukan di 2 lokasi sebagai berikut :

a) Kegiatan Internal di Subang/Jakarta, yang dilakukan dalam bentuk

koordinasi perencanaan kegiatan, pembuatan instrumen pemetaan dan

pengkajian kebutuhan teknologi tepat guna olahan laut di Kupang, analisa

data hasil peta kaji, ujicoba pembuatan produk sampai pada pembuatan

modul paket-paket teknologi olahan hasil laut,

b) Kegiatan Eksternal di Kupang, koordinasi perencanaan kegiatan utama,

survei peta kaji kebutuhan TTG, kegiatan aksi penerapan TTG langsung

kepada mitra kerja/UMKM, bantuan pendampingan perolehan legal

produk BPOM/Dinkes, bantuan desain/pembuatan label kemasan produk,

Focus Group Discussion dengan mitra kerja dan stake holder lokal.

D.4. Bentuk Kegiatan

Untuk mencapai tujuan/pencapaian target output yang telah ditentukan,

kegiatan diselenggarakan dalam lima bentuk yakni :

a) Menyelenggarakan kegiatan pengkajian potensi usaha pengolahan hasil

laut secara tradisional (penanganan ikan segar, ikan asin, ikan pindang)

yang ada di Kupang

b) Melakukan pemetaan potensi sumberdaya lokal hasil laut dan pengkajian

pemanfaatan teknologi tepat guna serta posisi produk di pasar dari usaha

tersebut

c) Mengkaji hasil evaluasi dan merumuskan strategi yang lebih tepat bagi

pengrajin dalam penanganan dan pengolahan ikan laut secara tradisional

Page 11: 315_doc_13

10

sehingga dapat membantu pengrajin dalam menghadapi persaingan pasar

bebas.

d) Melakukan kegiatan aksi dengan penerapan teknologi tepat guan yang

lebih baik dan effisien guna meningkatkan nilai tambah produk pengrajin

dan perekonomian pengrajin pengolahan perikanan laut tradisional.

e) Menyusun strategi percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

berbasis teknologi tepat guna sebagai masukan saran kebijakan kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang

Kelima bentuk kegiatan tersebut merupakan sebuah proses yang terkait

satu dengan lainnya, dan dilakukan tidak harus di waktu yang bersamaan atau

pun berurutan, kecuali bahwa pemetaan potensi dan identifikasi UMKM untuk

kepentingan kinerja penerapan teknologi, dilakukan pada awal kegiatan. Di awal

kegiatan pula dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang diharapkan

dapat menjadi mitra yang mengadopsi ide dan menindak-lanjuti kegiatan agar

berkelanjutan. Intensitas koordinasi dengan para Mitra Kerja semakin

ditingkatkan pada saat kegiatan persiapan penerapan TTG dan sesudahnya

dengan harapan keberlanjutan kegiatan pada saat program dihentikan.

Page 12: 315_doc_13

11

BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN

a) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan penerapan teknologi tepat guna olahan hasil laut di Kupang

dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

a) Kajian potensi lokal SDA dan SDM.melalui Quick Appraisal terhadap

UMKM penerap TTG Olahan Hasil Laut.

b) Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan metode SWOT

yang mengutamakan parameter TTG yakni : kelayakan lingkungan,

ekonomi dan sosial

c) Uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang akan diterapkan

d) Penetapan TTG yang akan diimplementasikan dan uji kelayakan teknis

dari teknologi yang akan diterapkan

e) Introduksi dan pembekalan Teknologi Tepat Guna (kepada kelompok

kerja) melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan teknis, meliputi:

teknologi proses, peralatan, manajemen produksi dan pemasaran.

f) Penyusunan bahan-bahan konsep draft saran kebijakan penerapan TTG

g) Kajian nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan penerapan TTG.

h) Kajian pola penerapan TTG kepada para mitra kerja UMKM

i) Diskusi terfokus untuk mendapatkan informasi dan kebijakan

pmberdayaan ekonomi dengan para stake holders maupun mitra kerja

j) Penulisan Saran kebijakan strategi penerapan teknologi tepat guna olahan

hasil laut di Kupang

k) Penyampaian Saran kebijakan penerapan TTG kepada Pemda setempat

Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan selain dapat menarik

partisipasi masyarakat sebesar-besarnya, juga terbangun jejaring yang

memberikan dukungan bagi pengembangan usaha pengolahan ikan. Disamping

akan memudahkan evaluasi dan monitoring, juga akan memberikan tanggung

jawab kepada masyarakat terhadap kesinambungan kegiatan ini.

Secara umum, program penerapan teknologi tepat guna yang pada intinya

adalah sebuah upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat diselenggarakan

selaras dengan kebijakan daerah khususnya dengan BP4D (Badan Diklat dan

Litbang Daerah), Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kesehatan, Dinas

Koperasi dan UMKM dan melibatkan unsur masyarakat, lembaga swadaya

Page 13: 315_doc_13

12

masyarakat maupun perguruan tinggi. Kerjasama dan kerja bersama tersebut

diperlukan sebagai upaya strategis yang niscaya, untuk menjamin keberlanjutan

adopsi TTG.

. Kerjasama dan kerja bersama tersebut diperlukan sebagai upaya strategis

yang niscaya, untuk menjamin keberlanjutan adopsi TTG. Secara garis besar

tahapan pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi 4 kegiatan utama, mulai dari

persiapan di Subang, pelaksanaan kegiatan aksi penerapan TTG di Kupang,

Monev dan Pelaporan, seperti dalam Tabel dibawah ini :

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan PKPP Kupang, tahun 2012

No TAHAPAN

KEGIATAN

DESKRIPSI SINGKAT TAHAPAN KEGIATAN ALOKASI

WAKTU

1. Persiapan di

Subang dan

Koordinasi Awal

kegiatan

Eskternal di

Kupang

Koordinasi Internal, Eskternal (Pemda, LSM,

Univ dll), pembuatan instrumen survey

pemetaan dan pengkajian pemanfaatan

TTG

Konsultasi dengan para pakar/nara sumber

konsep saran kebijakan publik

Koordinasi Awal dengan Pemda Prov NTT

dan Kab/Kota Kupang

Penyusunan Laporan Form A, B1-2

Feb-Mar (2

bln)

2 Pelaksananaan

kegiatan di

Subang dan

Kupang

Kegiatan Pemetaan dan Pengkajian TTG di

Kupang

FGD Peta Kaji dengan Stakeholder di

Kupang

Analisis Data dan Rekomendasi Kegiatan

Uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang

akan diterapkan

Kegiatan Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil

Laut (Pengenalan Tek. Proses dan

Peralatan TTG)

Penyusunan Laporan Form B2-4, B3-6

Apr-Agst (5

bln)

3 Monitoring

Evaluasi di

Kupang

Monitoring dan Evaluasi kegiatan aksi

penerapan TTG Olahan Hasil Laut

Penyusunan Draft Rekomendasi Saran

Kebijakan P.E.M Pesisir

FGD Saran Kebijakan dengan Stakeholder

dan Mitra Kerja di Kupang

Penyusunan Saran Kebijakan u Pemda

Penyusunan Laporan Form B3-6, Form C,

Form D, Form E, Form Asset

Sept-Okt

(2bln)

4 Pelaporan Pelaporan Akhir Nov (1 bln)

Page 14: 315_doc_13

13

a) Perkembangan Kegiatan

Telah dilakukan kegiatan aksi penerapan TTG Aneka Olahan hasil laut

(abon, dendeng, ikan asap, kerupuk) kepada 5 usaha kelompok skala rumah

tangga mitra kerja binaan bersama dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Tim

Regional Fisheries Livelihoods Programme dariFood & Agriculture Organization

(RFLP-FAO) Nusa Tenggara Timur.

Semula direncanakan 5 Mitra kerja, namun pada saat kegiatan

berkembang menjadi 7 kelompok usaha karena ada tambahan 2 (dua) kelompok

usaha potensial yang diusulkan oleh Tim RFLP - FAO dan permintaan dari

kelompok yang bersangkutan. Ketua dari ke-7 kelompok tersebut adalah :

1) Wilhelmina M. Manafe di Lasiana

2) Maria Selviana Paa di Oesapa

3) Dortia M. Mbura di Pasir Panjang

4) Dedi Bunyamin Ndun di Penfui

5) Epa Lomiga di Oebobo

6) Solagratia Ratu Edo di Tode Kisar

7) Fenti Sabaat di Penfui

Teknologi, hanyalah satu bagian dari unsur penting di sebuah usaha.

Oleh karena itu, selain memperhatikan teknologi proses, dilakukan pula

pengenalan terhadap kemasan dan pengemasan, serta sertifikasi produk.

Kemasan yang dikenalkan berupa kemasan plastik dan composite can yang

diharapkan mampu melindungi produk dari faktor-faktor eksternal seperti debu,

udara, kelembaban dan lain sebagainya.

Kemasan produk diberi label stiker yang didesain menarik sebagai media

promosi, dan memenuhi standar sebagai media informasi dengan memuat

beberapa hal penting terkait produk seperti: nama produk; merek dagang;

komposisi produk; keterangan sertifikasi (seperti: P-IRT, logo halal, kandungan

nutrisi/gizi); kode produksi; tanggal kadaluarsa; dan pihak produsen atau

distributor. Hal ini sejalan dengan program Pemda setempat untuk

mengembangkan standarproduksi usaha kecil sebagai upaya menjaga kualitas

hasil produksi agar bisa terus menembus pasaran nasional maupun international.

Page 15: 315_doc_13

14

Sejumlah produk usaha kecil masyarakat yang sudah memiliki standarr mutu

baik yang telah menembus pasar luar adalah dendeng dan abon sapi.

Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing produk, disamping

pembekalan teknologi proses kepada para mitra kerja binaan juga telah dibantu

dan didampingi dalam proses perolehan sertifikasi terhadap produk-produk baru

mereka. Jenis sertifikasi produk yang diupayakan adalah sertifikasi jaminan

keamanan dan kesehatan pangan dari BPOM dan Dinas Kesehatan setempat.

Sertifikasi untuk produk usaha kelompok skala rumah tangga ini sebagai salah

satu syarat untuk pemasaran dan penjualan diseluruh wilayah di Indonesia.

Jumlah sertifikat yang diajukan sebanyak 9 jenis sesuai dengan jenis

produk baru unggulan dari para mitra, yakni abon ikan, dendeng ikan, ikan asap,

kerupuk cumi. Proses awal sertifikasi adalah pengujian kelayakan keamanan dan

kesehatan terhadap produk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang. Hasil dari uji sertifikasi kelayakan

keamanan dan kesehatan produk para mitra kerja disajikan dalam Tabel dibawah

Tabel 2. Mitra Kerja Binaan PKPP Ristek dan Perolehan Sertifikat Produk Industri Rumah Tangga (SP-IRT) Tahun 2012

No Nama Usaha Nama Ketua

Kelompok/ Pemilik

Jenis Sertifikat

Produk Keterangan

1. Kelompok

Perempuan

Usaha Kecil

(KPUK) Setia

Kawan

Dortia M. Mbura

1. Dendeng Ikan

202 537 103 217

2. Kerupuk Ikan

202 537 102 217

Produk yang

diperbaiki

teknologi proses

2. Kelompok

Perempuan

Mawar Sejati

Wilhelmina N.

Manafe

1. Ikan Perisa Asap

202 537 106 218

2. Kerupuk Ikan

202 537 102 218

Produk yang

diperbaiki

teknologi proses

dan produk baru

3. Kelompok

Perempuan

Usaha Kecil

(KPUK) Mandiri

Maria Selviana Paa

1. Dendeng Ikan

202 537 102 242

2. Kerupuk Ikan

202 537 101 242

3. Ikan Perisa Asap

202 537 103 242

Produk yang

diperbaiki

teknologi proses

dan produk baru

4. H & L Dedi Bunyamin Dun

1. Ikan Perisa Asap

202 537 102 216

2. Kerupuk Cumi

202 537 306 216

Produk baru yang

dikenalkan

5. TODE Solagratia Ratu Edo Ikan Lele Perisa Asap Produk baru yang

Page 16: 315_doc_13

15

No Nama Usaha Nama Ketua

Kelompok/ Pemilik

Jenis Sertifikat

Produk Keterangan

202 537 101 241 dikenalkan

6 Sisuka Epa Lomiga

Ikan Perisa Asap Belum siap

diusulkan

7. KSM PNPM

Rindu Sejahtera

FenySabaat Ikan Perisa Asap Belum siap

diusulkan

C. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan

Satu jenis produk yaitu abon ikan yang dihasilkan oleh salah satu mitra

binaan ternyata tidak lolos uji formalin, sehingga produk abon gagal

mendapatkan sertifikat kelayakan dari BPOM.. Diduga formalin didapat dari

bahan baku ikan yang dibeli dipasar dan kapal nelayan, karena uji sudah

dilakukan 2x masih gagal. Agak menghawatirkan untuk kesehatan konsumen

bilamana kondisi ini tidak segera dicarikan solusinya. Perlu ada penanganan

tindak lanjut dari instansi berwenang perihal penyalahgunaan formalin sebagai

bahan pengawet ikan laut sebelum kondisi ini semakin berlarut-larut, karena

sesungguhnya NTT masih dikenal sebagai wilayah yang bebas formalin untuk

ikan laut.

Perlu ditambahkan bahwa telah terjadi perubahan sasaran mitra kerja,

semula direncanakan kegiatan akan dilaksanakan bersama dengan beberapa

mitra yakni Fakultas Perikanan Universitas Nusa Cendana, Universitas Kristen

Artha Wacana dan BSM Pelangi Kasih Oesapa, namun tampaknya tidak mudah

menyelaraskan misi sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung.Justru

komunikasi dan kerja bersama baik dapat dilakukan dengan Tim RFLP – FAO

yang berkegiatan di beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur yang

menfokuskan diri pada upaya peningkatan kehidupan keluarga nelayan.

Page 17: 315_doc_13

16

B. Pengelolaan Administrasi Manajerial

B.1 Perencanaan Anggaran

Realisasi Penggunaan Dana Tahap I dan Tahap II : 73,68%

Dana diterima Tahap I dan II = Rp.200.000.000,-

Penggunaan/Pembayaran (termasuk pembayaran Pajak PPn+Pph) :

Uang Honor Tidak Tetap = Rp. 44.140.000,

Belanja Bahan = Rp. 26.039.500,-

Perjalanan Kupang dan Jkt, Bdg = Rp. 46.658.200,-

Belanja Lain-lain = Rp. 6.466.150,-

Pengelolaan dan Pajak = Rp.23.951.038,-

Jumlah Total Penggunaan Tahap I dan II = Rp.147.354.888,-

Sisa Dana s.d.01 September 2012 = Rp.52.645.112,-

RENCANA Penggunaan Anggaran Sisa Tahap II dan Tahap III = Rp. 102.645.112,-

Sisa Dana Tahap II : Rp. 52.645.112,-

Penerimaan Tahap III : Rp. 50.000.000,-

Uang Honor Tidak Tetap = Rp. 45.160.000,-

Belanja Bahan = Rp. 15.19.591,-

Perjalanan Kupang dan kt, Bdg = Rp. 30.341.800,-

Belanja Lain-lain = Rp. .5.033.850,-

Pengelolaan dan Pajak = Rp. 6.389.871,-

Jumlah Total Rencana Penggunaan = Rp.102.645.112,- (100,0%)

Sisa Dana s.d.31 Oktober 2012 = Rp. 0.0,-

B.2 Mekanisme Pengelolaan Anggaran

Mekanisme pengelolaan anggaran PKPP pada Satker Balai Besar

Pengembangan Teknologi Tepat Guna- LIPI dilakukan secara terpusat melalui 2

Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran. Para Peneliti Kepala mengajukan

usulan kegiatan berikut kebutuhan dana kepada PK Satker untuk disetujui oleh

Kepala Satker. Pengadaan bahan akan dilakukan oleh bagian pengadaan

setelah mendapatkan jumlah items berikut dengan spesifikasi barang dari peneliti

Kepala. Sedangkan pengajuan dana perjalanan dinas diajukan oleh Peneliti

Kepala kepada PK Satker dan Kepala Satker untuk mendapatkan persetujuan.

Page 18: 315_doc_13

17

Penggunaan anggaran yang akan diperoleh pada Tahap III berikut sisa

dana Tahap II dirancang untuk digunakan dalam penyelesaikan kegiatan yang h

belum terlaksana pada tahap II. Rancangan pengeluaran anggaran diantaranya

Pembayaran Gaji Upah kepda anggota tim selama 4 bulan terakhir (Rp.45,16

juta), Pembelian bahan ATK, pembuatan kemasan dan label produk (Rp.15,7

juta), Perjalanan dinas ke Kupang perlu dilakukan dalam rangka Monev dan FGD

(3 OK) serta ke Jakarta dan Bandung dalam rangka koordinasi dan konsultasi

program senilai Rp.30,34 juta. Pengeluaran berikut yang direncanakan adalah

untuk belanja lain-lain guna penyelenggaraan FGD, Pencetakan dan pertemuan

teknis senilai Rp.5,03 juta. Terakhir adalah pengeluaran untuk biaya untuk

pengelolaan dan pembayaran pajak-pajak senilai Rp.6,389 juta.

B.3 Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

Tujuh (7) paket teknologi tepat guna olahan hasil laut telah dialihkan

semuanya kepada kelompok usaha pengolah ikan di Kupang, diantaranya

adalah paket olahan abon ikan, dendeng ikan, kerupuk ikan, kerupuk cumi dan

ikan dengan perisa asap cair. Alih teknologi dilakukan melalui kegiatan aksi

dalam bentuk pelatihan teori dan praktek langsung yang diselenggarakan di

tempat usaha mitra kerja binaan yakni 7 kelompok usaha mikro. Dua teknologi

lainnya yang bersifat pendukung proses pengolahan ikan diuji-cobakan di

laboratorium teknologi tepat guna, masih dalam taraf kajian kelayakan untuk

diterapkan.

Tujuh (7) jenis teknologi tepat guna tersebut dirangkum dalam bentuk

modul ringkas berisi informasi yang dapat dijadikan acuan kerja bagi mereka

yang membutuhkan; tidak terbatas pada kelompok kerja binaan di Kupang, akan

tetapi pihak manapun yang membutuhkan terutama UMKM.

Draft saran kebijakan yang masih akan dirancang melalui proses diskusi

terfokus dengan lembaga pendukung inovasi yakni pemerintah daerah, lembaga

litbang, dan UMKM kelak akan disampaikan kepada para pemangku kepentingan

di Pemda NTT. Dokumen strategis tersebut berisi saran kebijakan penerapan

teknologi tepat guna bagi UMKM pengolah hasil laut – khususnya ikan. Dengan

adanya dokumen strategis ini, diharapkan pemerintah daerah dan pihak yang

berkepentingan memiliki referensi dalam mendukung penguatan sistem inovasi

daerah (SIDa).

Page 19: 315_doc_13

18

B.4 Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

Tidak ada masalah berarti yang terkait dengan pengelolaan anggaran.

Namun demikian menurut pendapat kami, ada hal yang mungkin dapat diperbaiki

di kemudian hari adalah dalam hal sistem pajak. Pembayaran Pajak ppn pph

langsung ditarik oleh manajemen pusat, sebesar 11,5%. Sementara dalam

realisasi penggunaan anggaran gaji upah, pengadaan bahan, dan lain2 kami

masih harus membayar pajak lagi sehingga terjadi pembayaran pajak berganda.

Page 20: 315_doc_13

19

BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Proses Pencapaian Target Kinerja

A.1 Kerangka Metode – Proses

Fokus kegiatan adalah pada penerapan teknologi tepat guna olahan ikan

hasil laut terhadap usaha mikro kecil menengah di Kupang – Nusa Tenggara

Timur. Kerangka pikir yang mendasari perancangan kegiatan implementasi TTG

ini adalah seperti tertera di gambar 3. berikut.

Gambar 3. Kerangka Alur Pikir Strategi Penerapan TTG di Kupang

Selaras dengan komoditi yang menjadi prioritas pengembangan wilayah

NTT, maka „ikan‟ adalah hasil laut terpilih yang ditangani. Dalam upaya untuk

mencapai target kinerja, maka akan dilakukan „quick appraisal‟ untuk

mendapatkan peta pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UMKM pengolah ikan

di Kupang. Teknik yang digunakan adalah wawancara dengan memanfaatkan

kuesioner. Berdasarkan data lapangan tersebut, dilakukan kajian terhadap

potensi keberlanjutan dari penerapan teknologi dengan menggunakan kriteria

„teknologi tepat guna‟.

Page 21: 315_doc_13

20

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk UMKM perikanan maka

teknologi menjadi faktor penting yang dapat berperan di berbagai aspek,

diantaranya adalah sebagai instrumen yang memberikan peluang :

Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pengusaha

Meningkatkan kapasitas usaha dan mutu produk yang dihasilkan

Meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk

Meningkatkan daya saing produk

Di semua tahapan kegiatan, koordinasi dan komunikasi dilakukan dengan

lembaga terkait baik pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat

yang memiliki keberpihakan terhadap pengembangan UMKM pengolah ikan.

A.2 Indikator Keberhasilan

Pada tahapan ini, indikator keberhasilan pencapaian target kinerja adalah :

a) Dihasilkannya kuesioner yang layak digunakan sebagai pedoman

monitoring kinerja kelompok usaha binaan

b) Dilaksanakannya penerapan 5 paket TTG ke kelompok usaha terpilih

berdasarkan berbagai kriteria TTG

c) Diterapkannya 5 paket TTG yang dialihkan terhadap kelompok usaha

terpilih

d) Meningkatnya frekuensi dan atau jumlah produk yang dihasilkan oleh

kelompok usaha penerap TTG

e) Diterbitkannya 10 PIRT sebagai pertanda produk layak dipasarkan

Peranan dari lembaga dan dinas terkait sangat penting dalam membantu

bekerja bersama-sama dalam pelaksanaan kegiatan ini. Variabel-variabel

keberlanjutan yang sangat penting untuk dijadikan landasan dalam kegiatan ini

ada 8 aspek yaitu pengguna teknologi, kelompok, jenis teknologi produksi, pasar,

lokasi/lingkungan, ketersediaan bahan baku dan lembaga pendamping. Modul-

modul pelatihan TTG Olahan Hasil Laut akan dibuat sebagai kelengkapan dari

kegiatan ini, agar para pelaku TTG dapat menggunakannya secara benar.

Pada tataran pelaksanaan kerja di lapangan tersebut akan dievaluasi dan

dianalisis untuk mendapatkan cara-cara penerapan TTG Olahan Hasil Laut pada

UMKM pengolah ikan agar dapat berkesinambungan. Hasil tesebut akan

Page 22: 315_doc_13

21

dikemas dalam sebuah konsep saran kebijakan yang akan disampaikan kepada

pemerintah daerah setempat.

A.3 Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa

Persiapan – berupa desk study dengan mempelajari dan menganalisis

data sekunder dan wawancara lewat telepon dengan personal/dinas lembaga

terkaitdilakukan oleh tim Sosial dan tim Teknis. Koordinasi eksternal dengan

Pemda NTT pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota Kupang dilakukan lewat

komunikasi telpon. Informasi-informasi yang diperoleh sangat berguna dalam

menentukan rencana dan pelaksanaan kegiatan nantinya.

Penguatan Teknologi terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah Pengolah Ikan

Langkah penguatan teknologi terhadap 7 UMKM diawali dengan identifikasi

UMKM yang potensial untuk menerima beragam teknologi tepat guna

pengolahan ikan. Didampingi oleh petugas lapangan dari Dinas Kelautan dan

Perikanan, diperoleh 12 UMKM yang berkegiatan di wilayah Kupang dan

memanfaatkan ikan sebagai komoditas utama untuk diolah menjadi aneka

produk.

Menggunakan kriteria “teknologi-tepat-guna” dan pola pikir “keberlanjutan”

maka dari 12 UMKM tersebut terpilihlah 5 unit usaha yang dijadikan sasaran.

Tabel berikut adalah identitas pelaku usaha, keunggulan dan tindak serta

teknologi yang diterapkan terhadap mereka.:

Tabel 3. Pelaku Usaha Mitra Kerja UKM dan Jenis Penguatan TTG Diterapkan

No Nama Ketua/

Alamat Merek Produk

Keunggulan dalam peluang TTG

Tindak Teknologi Diterapkan

1 Dortia Sonya Mbora, Perumnas Pasir Panjang Jl. Lontong 37 RT 17/6

Manisee UKM sudah ini berproduksi secara kontinyu namun dalam jumlah yang terbatas. Hal ini disebabkan tidak semua anggota kelompok bekerja. Dengan adanya pendampingan, diharapkan kelompok

Perbaikan teknologi pembuatan dendeng ikan Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik pengemasan produk Pengurusan PIRT 2

Page 23: 315_doc_13

22

No Nama Ketua/

Alamat Merek Produk

Keunggulan dalam peluang TTG

Tindak Teknologi Diterapkan

UKM ini semakin solid dan UKM dapat membantu keuangan keluarga.

produk baru : kerupuk ikan & ikan asap

2 Wilhelmina Mbulu Manafe, Lasiana RT008/ RW03

Mawar Sejati

UKM ini berlokasi di daerah strategis dimana disekitarnya juga terdapat UKM sejenis, dengan adanya pengenalan TTG dan pembinaan UKM ini, diharapkan dapat menjadi contoh bagi UKM-UKM lain di komunitas tersebut.

Perbaikan pembuatan dendeng ikan & pembuatan dendeng rol (atas permintaan mereka sendiri) Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik pengemasan produk Pengurusan PIRT 2 produk baru : kerupuk ikan & ikan asap

3 Maria Selviana Paa Oesapa Barat RT007/ RW 03

Mandiri UMKM ini juga memiliki posisi strategis sebagai percontohan bagi komunitas. Apalagi pemilik merupakan orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan olahan pangan di berbagai instansi.

Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik pengemasan produk Pengurusan PIRT 4 produk baru : kerupuk ikan, ikan asap; dan 2 produk lama yg diperbaiki teknik pembuatannya : abon ikan & dendeng ikan

4 Dedi Benjamin Ndun, Penfui

H & L UKM ini memiliki kemampuan teknologi yang kuat dan memiliki fasilitas produksi yang cukup handal,namun ternyata fasilitas produksi yg dimiliki ada yg tidak sesuai dg peruntukan & ada g belum dimanfaatkan. Pengenalan TTG pembuatan ikan asap telah mampu

Perbaikan teknologi pembuatan kerupuk ikan Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk cumi dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik pengemasan produk Pengurusan PIRT 1 produk baru : ikan asap Motivasi penguatan kelompok

Page 24: 315_doc_13

23

No Nama Ketua/

Alamat Merek Produk

Keunggulan dalam peluang TTG

Tindak Teknologi Diterapkan

memotivasi UMKM ini untuk melakukan diversifikasi produk.

5 Epa Lomiga, Oebobo

Sisuka UKM ini memproduksi ikan asap secara tradisional. Teknologi asap cair yang diperkanalkan oleh tim diharapkan dapat dipergunakan sebagai teknologi produksi ikan asap cair.

Motivasi penguatan usaha Perbaikan kemasan produk

6 Solagratia Ratu Edo

Pembudidaya lele dan mendistribusikan nya ke seluruh wilayah di Kupang. Tinggi minatnya untuk memproduksi lele olahan.

Dikenalkan pembuatan lele berperisa asap. Keteranpilan yang diperolehnya dari pelatihan, dikembangkan terus.

Produk ikan asap, kerupuk ikan, abon ikan dan dendeng ikan dari

beberapa UMKM, sempat dijadikan produk pameran pembangunan dalam

rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus untuk Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Produk olahan mitra binaan yang dipamerkan banyak menarik

minat pengunjung bahkan membuka peluang pasar yang lebih luas dengan

terjadinya transaksi kerjasama yang terwujud karena ketertarikan pihak pemasar.

Jenis produk baru, yakni ikan asap yang diproduksi justru oleh sebuah kelompok

usaha yang didampingi oleh PNPM, yakni Rindu Sejahtera dari Penfui Kupang

menjadi produk populer yang tinggi peminat.

Secara khusus pengenalan teknologi pengolahan ikan dengan

menggunakan asap cair, dilakukan terhadap 3 kelompok usaha. Dan dari tindak

pengenalan itu, ke-3 nya kini sudah mulai melakukan produksi ikan berperisa

asap yang ternyata diterima baik oleh pasar. Kelompok tersebut adalah Tode,

Fajar Menanti dan Rindu Sejahtera.

Kelompok Tode, ketua Sola Gratia Ratu Edo (Adi) di Kampung Tode

Kisar Kupang. Pada dasarnya Adi adalah pembudidaya dan pemasok lele segar

di Kupang, akan tetapi teknologi penggunaan asap cair untuk membuat lele asap

Page 25: 315_doc_13

24

diminati dan serta merta diadopsi oleh mereka. Bahkan produk lele asap –

dengan kemasan baru - sudah diikut-sertakan sebagai produk yang dipamerkan

di Pameran Pangan Lokal. Sebelumnya kelompok ini yang merupakan binaan

FAO sudah banyak menerima pelatihan olahan ikan lele, namun setelah tahu

teknologi asap cair mereka lebih tertarik untuk menerapkannya.

Kelompok Kerja Fajar Menanti pimpinan Ibu Yos Lalumali di Oebobo

Kupang. Kepada mereka, selain dikenalkan cara penggunaan asap cair untuk

membuat ikan asap, juga dilatihkan cara pembuatan kerupuk daging rasa asap.

Kelompok kerja PNPM Mandiri Rindu Sejahtera pimpinan Ibu Fenti Sabaat

di Penfui Timur–Kupang. Kelompok ini beranggotakan 16 orang, dan sejak awal

menunjukkan minat untuk memanfaatkan asap cair untuk perisa ikan dan sangat

membuka diri untuk penggunaannya sebagai perisa komoditas lainnya. Mereka

bahkan sudah mulai melayani pesanan ikan rasa asap dan se‟i daging sapi asap.

B. Potensi Pengembangan Ke Depan

B.1 Kerangka Pengembangan Ke Depan

Rencana Pengembangan ke depan setelah Paket kegiatan PKPP Ristek

selesai dilaksanakan:

a) Meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis olahan ikan

melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak

sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P

Teknologi Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi

b) Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan

dukungan kebijakan;

c) Mendorong terwujudnya kemitraan dengan pihak swasta untuk

mendukung pengembangan usaha, terutama pasar;

d) Membangun kemitraan dengan lembaga penelitian untuk mendukung

pengembangan produk.

e) Membangun kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat untuk

mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok

masyarakat

Page 26: 315_doc_13

25

B.2 Strategi Pengembangan Ke Depan

a) Meningkatkan nilai tambah aneka produk olahan ikan melalui Kegiatan

Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil Laut (Pengenalan Teknologi Proses

dan Bimbingan Teknis TTG).

b) Meningkatkan penguasaan teknologi proses produksi asap cair dengan

melanjutkan proses uji kelayakan teknis pembuatan dan pemanfaatan

asap cair secara ekonomis dan efisien.

c) Mengoptimalkan pemanfaatan data kinerja usaha 5-UMKM sasaran

sehingga diperoleh strategi percepatan pemberdayaan ekonomi industri

mikro kecil menengah (IMKM) berbasis inovasi teknologi olahan ikan

yang terukur.

d) Meningkatkan akselerasi penyerapan inovasi ke masyarakat khususnya

IMKM dengan mengoptimalkan dan mengomunikasikan proses dan

hasil kegiatan kepada pihak terkait.

Page 27: 315_doc_13

26

BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

A.1 Kerangka Sinergi Koordinasi

Kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – Nusa

Tenggara Timur sejak awal dirancang dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan kebijakan pemerintah daerah. Fokus dan lokus kegiatan

diselaraskan dengan arah kebijakan daerah dengan harapan dapat diperoleh

suatu hasil kerja sinergistik yang saling menguatkan. Dengan harapan

terwujudnya keberlanjutan penerapan teknologi tepat guna yang memberikan

nilai tambah signifikan pada masyarakat lokal, koordinasi, sinkronisasi serta

komunikasi dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di ranah yang

sama juga dilakukan. Berikut adalah tabel lembaga pemerintah daerah dan

apresiasi peran strategis mereka sebagai penopang tercapainya sasaran

kegiatan.

Tabel 4. Peran dan Dukungan Dinas/Instansi/Lembaga Mitra Daerah

No Lembaga / Sektor

Daerah

Peran & Dukungan yg diharapkan

1 Badan Pendidikan,

Pelatihan, Penelitian

dan Pengembangan

Daerah (BP4D)

Penentu kebijakan penelitian dan pengembangan

daerah. Mitra untuk penyusunan draft saran

kebijakan pemberdayaan masyarakat pesisir yang

akan dibuat pada akhir kegiatan PKPP 2012

2 BAPPEDA Propinsi

NusaTenggaraTimur

Penyusun kebijakan pembangunan daerah. Mitra

untuk penyusunan draft saran kebijakan teknis

3 Dinas Kelautan dan

Perikanan Propinsi

NTT

Penentu kebijakan pembangunan kelautan dan

perikanan Propinsi. . Mitra untuk penyusunan draft

saran kebijakan teknis

4 Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota

Kupang

Penentu & implementor kebijakan pengembangan

potensi kelautan dan perikanan propinsi ;

pendampingan UMKM perikanan

5 Dinas Kesehatan Prop

NTT dan BPOM

Menetapkan status legal produk terkait dengan

kelayakan keamanan dan kesehatan mutu pangan

Page 28: 315_doc_13

27

No Lembaga / Sektor

Daerah

Peran & Dukungan yg diharapkan

6 Badan Pemberdayaan

Masyarakat Desa

Prov

Pemberdayaan masyarakat melalui penerapan

teknologi tepat guna dan kebijakan penerapannya

7 DisPerInDag Koperasi Menetapkan status legal usaha, mendukung

permodalan dan pemasaran produk serta

kemasan

Dalam upaya meraih efektivitas kegiatan implementasi TTG ini, kami

mengupayakan pula terwujudnya komunikasi dengan lembaga pendidikan lokal

yang memiliki potensi, baik sebagai pencipta teknologi maupun pendamping

masyarakat penerap teknologi tepat guna. Dengan strategi membangun jejaring

kerja melalui komunikasi dan koordinasi di lapangan, diharapkan pemahaman

terhadap kebijakan strategis pemerintah, pengenalan masyarakat dan kebutuhan

teknologi serta keperluan dukungan pendampingan akan lebih mudah dicapai.

Koordinasi-koordinasi yang `dilakukan dengan kelembagaan setempat meliputi:

a) Pemerintah daerah untuk mendapatkan dukungan kebijakan;

b) Pihak swasta untuk mendukung pengembangan usaha, terutama

pasar;

c) Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian untuk mendukung

pengembangan produk;

d) Lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung partisipasi dan

pendampingan kegiatan pada kelompok masyarakat

Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program PKPP

dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sekaligus sebagai

upaya untuk mencapai keberlanjutan upaya penguatan kelompok usaha dalam

menguasai TTG Olah Ikan. Upaya sinergitas pola pikir dan program dilakukan

terhadap :

a) Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian & Pengembangan Daerah

(BP4D) Provinsi NTT.

b) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

(BPMPD) Provinsi NTT

Page 29: 315_doc_13

28

c) BPOM NTT

d) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT

e) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kupang

f) Dinas Koperasi dan KUKM

Selain itu, penyelarasan arah kegiatan dan komunikasi intensif dilakukan dengan

:

g) Tim Rural Fisheries Livelihood Programme dari Food Agriculture

Organization di Kupang

h) LSM Sang Purnama di Kupang

Kedua lembaga tersebut memiliki misi serupa yakni memberdayakan masyarakat

melalui penguatan ekonomi rakyat; dan berkegiatan di Nusa Tenggara Timur,

termasuk wilayah Kupang.

A.2 Indikator Keberhasilan Sinergi

Berdasarkan pertimbangan bahwa sinergisme dengan lembaga-lembaga

pemerintah maupun non pemerintah adalah hal yang mutlak diperoleh, maka

indikator keberhasilan terwujudnya sinergi koordinasi kelembagaan dalam

implementasi progam spesifik ini adalah :

1. Kemudahan dalam memperoleh dukungan fasilitas fisik – non fisik yang

diperlukan, misalnya : data sekunder, informasi penunjang dll

2. Terbukanya akses terhadap kelompok masyarakat yang terkait dengan

kegiatan ekonomi berbasis pengolahan ikan di lokus sasaran

3. Terselenggaranya kegiatan survei pemetaan potensi dan pengkajian

kebutuhan TTG olahan hasl laut

4. Terselenggaranya kegiatan aksi implementasi penerapan TTG olahan

hasil laut

5. Terselenggaranya FGD penyusunan draft saran kebijakan strategi

penerapan TTG Olah Ikan untuk pemberdayaan eknonomi masyarakat di

Kupang

Page 30: 315_doc_13

29

A.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi

Komunikasi dan koordinasi dengan lembaga terkait di Kupang –

khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang dan Badan Pendidikan,

Pelatihan, Penelitian & Pengembangan Daerah (BP4D) Provinsi NTT sudah

dilakukan sejak berlangsungnya survei pemetaan dan pengkajian kebutuhan

TTG olahan hasil laut, pada bulan April sampai pada kegiatan aksi penerapan

TTG pada bulan Juli 2012.

Dengan tujuan penguatan usaha, kegiatan aksi berupa alih teknologi

tepat guna, dilanjutkan dengan pengurusan legal produksi yang membutuhkan

dukungan BPOM dan Dinas Kesehatan. Dengan target menerbitkan 10 PIRT

pertanda produk layak dipasarkan, koordinasi dengan kedua instansi tersebut

menjadi intensif. Hasil yang diperoleh cukup menggembirakan, 9 dari 10 PIRT

telah terbit, artinya 9 produk telah lolos uji dan layak pasar. Keberhasilan ini tidak

lepas dari peran katalis Tim RFLP – FAO Kupang.

Melalui komunikasi intensif dengan beberapa lembaga relevan,

implementasi teknologi dapat direncanakan jauh lebih baik lagi sehingga yang

diharapkan terwujud adalah efek penguatan penguasaan teknologi yang tidak

tumpang tindih atau justru melemahkan. Meskipun belum terhubung secara

formal, namun dapat dikemukakan bahwa pemerintah daerah cq Dinas Kelautan

dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, Badan Pemberdayaan Masyarakat

Desa mempunyai program khusus berupa bantuan teknis dan permodalan

kepada para usaha mikro kecil menengah (UMKM) pengolah ikan dan hasil laut

umumnya.

2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil

Hasil litbangyasa yang diimplementasikan melalui Kegiatan PKPP

Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – NTT ini merupakan teknologi

yang telah diuji kelayakan teknisnya serta ditetapkan berdasarkan berbagai

Page 31: 315_doc_13

30

pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM

calon pengguna.

Pemilihan teknologi hasil litbangyasa yang dialihkan melalui kegiatan aksi

pelatihan didasarkan pada kesesuaiannya dengan kebijakan penguatan UMKM

pengolahan ikan – yang merupakan salah satu unggulan daerah Propinsi Nusa

Tenggara Timur, khususnya wilayah Kota Kupang.

Sedangkan kelompok usaha atau UMKM pengguna teknologi adalah

UMKM yang berada dalam cakupan pembinaan lembaga terkait; dari sisi wilayah

maupun fokus teknologi yang diterapkan; dengan demikian pendampingan lanjut

dapat diharapkan sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM

yang bersangkutan maupun jangkauan diseminasi teknologi yang lebih luas lagi.

Tahapan kerja yang ditata dengan sistematika pikir alih teknologi terhadap

usaha mikro, akan menjadi bahan bahasan di Focus Group Discussion yang

dirancang untuk memperoleh berbagai masukan terkait dengan penerapan TTG

Olahan Ikan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat.

Hasil yang diperoleh dari FGD kemudian akan dikaji untuk menghasilkan

draft saran kebijakan yang dapat dijadikan acuan pemerintah daerah dalam

mengembangkan dan menguatkan Sistim Inovasi Daerah.

b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil

Secara umum, adanya keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa

ditentukan dari :

a) Penguasaan teknologi tepat guna (TTG) oleh UMKM sasaran

b) Penerapan TTG yang dialihkan kepada UMKM sasaran

c) Partisipasi lembaga terkait dalam proses penerapan TTG di UMKM

sasaran

d) Dukungan lembaga terkait terhadap kelangsungan penerapan TTG

oleh UMKM sasaran

Page 32: 315_doc_13

31

c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil

Penguatan kelompok usaha dilakukan terhadap 7 kelompok. Lima

diantaranya terpilih dari 12 kelompok yang diidentifikasi oleh tim survey awal.

Pemilihan UMKM yang dijadikan kelompok penerap teknologi dilakukan melalui

penilaian terhadap kriteria keTepat-Guna-an. Kriteria pokok tersebut adalah

status teknologi, peluang penerimaan TTG, kecenderungan berkelompok,

kedekatan dengan komunitas supplier, umur usaha keberadaan institusi

pendamping, dan kapasitas dari sisi manajemen keuangan, skill personal,

legalitas, pemasaran).Kemudian dipertimbangkan potensi penguatannya dan

kesesuaian dengan kebijakan daerah dan potensi keberlanjutan.

Proses menuju penguatan kelompok usaha melalui pemanfaatan hasil

litbangyasa diawali dengan komunikasi dan koordinasi dengan lembaga

pemerintah dan LSM yang relevan dengan pencapaian sasaran kegiatan ini yaitu

penguatan terhadap 7 UMKM pengolah ikan dan penyusunan saran kebijakan

penerapan teknologi tepat guna – khususnya bagi UMKM pengolah ikan.

UMKM tersebut merupakan unit-unit usaha yang ada dalam lingkup

pembinaan Dinas Kelautan dan Perikanan serta sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan sejak awal, yakni unit usaha yang menggunakan bahan baku lokal

dan dikelola oleh masyarakat lokal. Lokasi usaha mereka adalah di wilayah

Oesapa dan Lasiana – Kota Kupang.

Tiga (3) dari unit usaha tersebut, yaitu unit usaha kelompok Setia Kawan,

Mawar Sejati dan Mandiri, merupakan usaha rumah tangga dengan produksi

yang belum stabil (masih tergantung musim dan pesanan), namun sangat

potensial untuk berkembang mengingat usaha ini merupakan usaha kelompok

dengan keterlibatan jumlah orang lokal yang dapat berkembang.

Akan tetapi hal ini pula lah yang menyebabkan unit usaha ini belum layak

karena tidak menerapkan sistem produksi yang baik yang dapat memberikan

upah layak serta menekankan pada untung/rugi usaha. Ketua dari ketiga

kelompok ini, yaitu Dortia, Wilhemina dan Maria, merupakan sosok yang

potensial untuk diberi pelatihan manajemen usaha sehingga kedepannya

Page 33: 315_doc_13

32

diharapkan usaha yang dijalankan dapat dijadikan sumber mata pencaharian

utama anggotanya.

Dari hasil monitoring melalui komunikasi internet maupun telpon pada

bulan Agustus 2012, produk yang dihasilkan oleh ke-3 kelompok usaha ini

mendapatkan apresiasi yang baik dari konsumen. Terlibat di pameran

Pembangunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingat Hari

Kemerdekaan RI 17 Agustus 2012 lalu, produk-produk mereka menjadi lebih

dikenal. Bahkan kelompok Mawar Sejati, kini telah mendapatkan peluang untuk

memasarkan produk abon nya ke wilayah yang lebih luas bekerjasama dengan

pihak pemasar profesional.

Progres pola pikir pun ditengarai melalui kemampuan mereka dalam

mengemukakan kebutuhan teknologi tepat guna yang dapat berperan sebagai

pemicu pengembangan usaha. Contoh sederhana adalah ekspresi ketidak-

puasan terhadap mutu kerupuk ikan yang diproduksi sehingga muncul ide untuk

pengadaan alat perajang kerupuk yang membantu meningkatkan kinerja.

Peningkatan produksi yang merupakan tanggapan dari permintaan pasar

tidak terlepas dari peran dikenalkannya kemasan produk yang memenuhi

standar. Dengan label yang khas bagi setiap kelompok usaha, kepercayaan

mereka terhadap kemampuan produksi menunjukkan peningkatan. Analisa

kuantitatif terhadap peningkatan ini akan dilakukan pada waktu monitoring

kegiatan di bulan Oktober 2012.

Untuk mendukung keberhasilan UMKM pengolah ikan lokal ini sedang

disusun 7 modul paket teknologi tepat guna, 4 diantaranya akan dilengkapi

dengan analisis keuangan sederhana yang dapat dijadikan panduan usaha.

Modul-modul tersebut adalah:

1. Produksi asap cair kasar (crude) menggunakan tungku karbonasi

dengan suplai udara menggunakan blower

2. Pemurnian asap cair kasar untuk penggunaannya pada produk olahan

ikan

3. Pembuatan ikan oven berperisa asap dengan menggunakan asap cair

4. Teknologi proses pembuatan kerupuk cumi

Page 34: 315_doc_13

33

5. Teknologi proses pembuatan kerupuk ikan

6. Teknologi proses pembuatan abon ikan

7. Teknologi proses pembuatan dendeng ikan

Modul-modul ini diupayakan sebagai alat untuk penyebaran informasi

teknologi tepat guna bagi mereka yang membutuhkan, baik UMKM maupun

instansi pemerintah. Ini hanyalah strategi untuk mendekatkan informasi TTG

kepada masyarakat.

Pelatihan Pembuatan Olahan Ikan : Dendeng, Kerupuk dan Ikan Asap dengan perisa Asap

Cair. Pelatihan di Kelompok Manise Pasir Panjang Kupang. Juni 2012

Praktek Pembuatan Dendeng Ikan, ada perbaikan proses pemberian bumbu dan lama

perendaman. Rasa Dendeng lebih lunak dan gurih. Proses juga lebih cepat. Kelompok

Mandiri, Dortia Oesapa, Juni 2012

Page 35: 315_doc_13

34

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

A.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

Secara garis besar kegiatan penerapan teknologi ini dilakukan dalam tahapan:

a) Pemetaan potensi bahan baku perikanan dan identifikasi usaha mikro –

kecil yang potensial menjadi pengguna Teknologi Tepat Guna Olahan

Hasil Laut.

b) Analisis terhadap kelayakan pengembangan usaha mikro olahan ikan

serta uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang akan diterapkan.

c) Introduksi dan penerapan TTG (kepada kelompok kerja) melalui kegiatan

pelatihan dan pendampingan teknis, meliputi teknologi proses, peralatan,

manajemen produksi dan pemasaran.

d) Kajian manfaat penerapan TTG dan pola penerapan TTG kepada UMKM.

e) Focus Group Discussion bersama pemangku kepentingan baik pihak

pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat sebagai bahan

dalam rangka pembuatan dokumen Draft Rekomendasi Saran Kebijakan

Strategi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kupang melalui

Penerapan Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut.

Terkait dengan pengelolaan anggaran, satuan kerja telah menugaskan

team khusus yang menangani administrasi dari pemanfaatan anggaran yang

dapat bekerja efektif menunjang kelancaran kerja tim pelaksana kegiatan.

A.2 Metode Pencapaian Target Kinerja

Berikut adalah pencapaian target kinerja yang direncanakan sejak awal.

Diurai berdasarkan hal-hal yang disasar dari penyelenggaraan kegiatan ini.

Perlu ditekankan lagi bahwa upaya ini merupakan langkah awal untuk

menjadikan induksi TTG sebagai pemicu bagi terwujudnya semangat untuk

membentuk dan mengembangkan usaha mikro yang memiliki berbagai

Page 36: 315_doc_13

35

keterbatasan termasuk miskinnya akses terhadap teknologi dan faktor-faktor

usaha lainnya. Usaha mikro dijadikan sasaran, dengan asumsi bahwa usaha

mikro ini merupakan kegiatan ekonomi yang merakyat dan kelenturannya

menjadi unsur signifikan untuk diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Status Teknologi yang dialihkan :

Di periode penerapan teknologi, telah dilakukan upaya perbaikan dan

pengenalan TTG proses pengolahan ikan. Apa yang diajarkan, ternyata sudah

langsung diaplikasikan dalam kegiatan usaha kelompok, yakni :

a) Teknik pembuatan dendeng ikan sehingga mutu dendeng meningkat

b) Teknik pembuatan kerupuk ikan dan abon ikan dengan daya simpan yang

kebih lama

c) Pemanfaatan asap cair untuk membuat ikan asap dan daging asap.

Bahkan, ikan asap yang semula dibuat secara tradisional memanfaatkan

panas dan asap dari bara, telah dibuat dengan menggunakan asap cair dan

menjadi salah satu produk baru yang dipasarkan. Meskipun masih di lingkup

kecil, namun adopsi teknologi baru tersebut relatif cepat terjadi. Pada pameran

pembangunan Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang akan datang, ikan asap akan

menjadi salah satu produk yang dijadikan unggulan mereka.

Selain itu, asap cair pun dimanfaatkan dalam pembuatan dendeng ikan.

Manfaat yang disasar dari asap cair di dendeng ikan adalah fungsi pengawetan

nya. Ide ini di-adopsi oleh mereka setelah diinformasikan bahwa asap cair pun

mempunyai fungsi pengawet. Dari sisi difusi dan adopsi teknologi, fenomena

bahwa asap cair dimanfaatkan atas inisiatif sendiri menggambarkan bahwa

teknologi pemanfaatan asap cair telah diterima dengan baik. Dengan kata lain,

tahapan adopsi telah dicapai.

Dari sisi teknologi, pemanfaatan asap cair untuk membuat ikan asap atau

pun daging asap tidak mengandung kerumitan yang tinggi. Akan tetapi

pemanfaatan asap cair untuk pengolahan ikan adalah langkah signifikan untuk

mereduksi paparan bahan toksik yang menempel pada komoditas yang di-asap

secara tradisional.

Page 37: 315_doc_13

36

Pengemasan dan Sertifikasi

Teknologi, hanyalah satu bagian dari unsur penting di sebuah usaha.

Oleh karena itu, selain memperhatikan teknologi proses, dilakukan pula

pengenalan terhadap kemasan dan pengemasan, serta sertifikasi produk.

Perolehan sertifikasi produk, harus melalui uji produk di Badan

Pengawasan Obat dan Makanan. Proses sertifikasi menjadi jembatan untuk

menginduksikan konsep produk layak pasar. Mereka menjadi kenal drngan

pentingnya menggunakan bahan baku yang layak konsumsi karena BPOM akan

menolak produk yang mengandung formalin. Edukasi yang dilakukan secara

tidak langsung ini justru lebih mengena dan dapat diterima karena ini langsung

terkait dengan permasalahan yang dihadapi.

Dari kegiatan ini, diajukan 10 nomor PIRT untuk 10 produk yang dilatihkan

dan akan menjadi produk baru dari 5 kelompok usaha rumah tangga yang

ditangani. Satu produk dari UMKM Mandiri yakni abon ikan, tidak berhasil

mendapatkan PIRT karena ternyata ditemukan adanya formalin di dalam produk;

sehingga hanya 9 PIRT yang berhasil diterbitkan.

Sertifikasi produk serta pemberian kemasan menarik merupakan strategi

pemasaran yang dikenalkan kepada kelompok usaha yang didampingi, dan

terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri bahkan kemudian menjadi

pemicu bagi lebih dikenalnya produk-produk tersebut di pasar. Indikasi ini

tampak ketika mereka terlibat di even-event pameran yang disponsori oleh

pemerintah daerah.

A.3 Potensi Pengembangan Ke Depan

Potensi pengembangan ke depan setelah paket PKPP selesai dilaksanakan:

a) Meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis olahan ikan

melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak

sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P

Teknologi Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi

b) Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan

dukungan kebijakan;

Page 38: 315_doc_13

37

c) Mendorong terwujudnya kemitraan dengan pihak swasta untuk

mendukung pengembangan usaha, terutama pasar;

d) Membangun kemitraan dengan lembaga penelitian untuk mendukung

pengembangan produk.

e) Membangun kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat untuk

mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok

masyarakat

A.4 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

Kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – Nusa Tenggara

Timur sejak awal dirancang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan

kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah peran dan dukungan yang

diharapkan:

a) Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah

(BP4D) sebagai penentu kebijakan penelitian dan pengembangan daerah,

serta mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan pemberdayaan

masyarakat pesisir yang akan dibuat pada akhir kegiatan PKPP 2012.

b) BAPPEDA Propinsi NusaTenggaraTimur sebagai penyusun kebijakan

pembangunan daerah, serta mitra untuk penyusunan draft saran

kebijakan teknis.

c) Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT sebagai penentu kebijakan

pembangunan kelautan dan perikanan Propinsi, serta mitra untuk

penyusunan draft saran kebijakan teknis.

d) Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang sebagai penentu dan

implementor kebijakan pengembangan potensi kelautan dan perikanan

propinsi, serta pendamping UMKM perikanan.

e) Dinas Kesehatan Prop NTT dan BPOM sebagai dapat menetapkan status

legal produk terkait dengan kelayakan keamanan dan kesehatan mutu

pangan.

f) Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi NTT dalam

pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna dan

kebijakan penerapannya.

Page 39: 315_doc_13

38

g) DisPerInDag Koperasi sebagai dalam menetapkan status legal usaha,

mendukung permodalan dan pemasaran produk serta kemasan.

A.5 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Hasil litbangyasa yang diimplementasikan merupakan teknologi yang telah

diuji kelayakan teknisnya serta ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan

yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM calon pengguna.

Usaha mikro dijadikan sasaran, dengan asumsi bahwa usaha mikro ini

merupakan kegiatan ekonomi yang merakyat dan kelenturannya menjadi unsur

signifikan untuk diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Yang tidak kalah pentingnya bagi dimanfaatkannya hasil litbangyasa

adalah pola penerapan teknologi tepat guna terhadap UMKM yang responsif

terhadap karakter ke-mikro-an mereka. Seperti misalnya, rendahnya

pengetahuan dan keterampilan, dan modal usaha.

Secara umum, keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ditentukan dari :

a) Penguasaan teknologi tepat guna (TTG) oleh UMKM sasaran

b) Penerapan TTG yang dialihkan kepada UMKM sasaran

c) Partisipasi lembaga terkait dalam proses penerapan TTG di UMKM

sasaran

d) Dukungan lembaga terkait terhadap kelangsungan penerapan TTG oleh

UMKM sasaran

B. Saran

B.1 Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

Pemanfaatan hasil kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang

– Nusa Tenggara Timur masih dapat dioptimalkan melalui kegiatan yang

diharapkan mampu:

a) Meningkatkan nilai tambah aneka produk olahan ikan melalui Kegiatan

Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil Laut (Pengenalan Teknologi Proses

dan Bimbingan Teknis TTG).

Page 40: 315_doc_13

39

b) Meningkatkan penguasaan teknologi proses produksi asap cair dengan

melanjutkan proses uji kelayakan teknis pembuatan dan pemanfaatan

asap cair secara ekonomis dan efisien.

c) Mengoptimalkan pemanfaatan data kinerja usaha UMKM sasaran

sehingga diperoleh strategi percepatan pemberdayaan ekonomi industri

mikro kecil menengah (IMKM) berbasis inovasi teknologi olahan ikan

yang terukur.

d) Meningkatkan akselerasi penyerapan inovasi ke masyarakat khususnya

IMKM dengan mengoptimalkan dan mengomunikasikan proses dan

hasil kegiatan kepada pihak terkait.

B.2 Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

Langkah lanjut dari kegiatan ini yang perlu mendapat dukungan dari

program ristek adalah meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis

olahan ikan melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak

sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P Teknologi

Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi dalam kerangka Sistim Inovasi

Daerah.

Kasus penguatan terhadap 7 (tujuh) unit usaha mikro di Kupang ini, dapat

dijadikan pemicu bagi diseminasi teknologi tepat guna lebih luas lagi karena ke-7

kelompok tersebut memiliki jejaring komunitas yang potensial. Penyebaran TTG

ke lingkup yang lebih luas, tidak mustahil dapat diartikan sebagai penguasaan

TTG yang mampu menjadi modal terwujudnya kelompok usaha ekonomi rakyat

yang baru. Dalam kerangka pikir SIDa, dinamika ini merupakan embrio penting

bagi pengembangan ekonomi wilayah.