5.Toksik

Embed Size (px)

Citation preview

4

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSeiring adanya perkembangan dalam kehidupan manusia, aktivitas manusia memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran meliputi pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran yang terjadi karena aktivitas manusia dapat menyebabkan polutan masuk ke lingkungan baikatmosfer, hidrosfer, litosfer maupun biosfer. Beberapa polutan dapat menyebabkan keracunan atau menimbulkan efek toksik terhadap lingkungan maupun manusia. Sebagai contoh polutan yang mengandung logam-logam berat seperti Pb dan Hg, serta gas-gas hasil industri seperti oksida sulfur oksida nitrogen dapat menimbulkan efek toksik terhadap manusia baik secara langsung atau tidak langsung.Selain polutan yang bersifat toksik yang ditimbulkan dari pencemaran akibat aktivitas manusia, adanya senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam bahan pangan juga dapat bersifat racun terhadap manusia, seperti kandungan sianida dalam ketela pohon. Pada dasarnya semua senyawa kimia dapat bersifat racun, namun takaran atau dosis yang dapat membedakan senyawa tersebut dapat bersifat racun atau tidak (Doul dan Bruce dalam Donatus, 2011). Senyawa kimia yang dapat bersifat racun dipelajari dalam cabang ilmu pengetahuan yang disebut dengan Toksikologi. Zat beracun atau yang disebut dengan racun memiliki toksisitas yang berbeda-beda. Racun dapat terpapar ke dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur, dapat melalu inhalasi, oral, subkutan, dan lain sebagainya. Di dalam tubu h manusia racun juga mengalami beberapa proses sehingga dapat menimbulkan efek racun dari yang paling ringan hingga mutagenesis. Aspek kualitatif dan aspek kuantitatif racun juga berpengaruh pada pemaparan racun ke manusia. Hal-hal tersebut akan dijelaskan dalam makalah kimia lingkungan ini yang berjudul Sifat-sifat Racun Bahan Kimia.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dari makalah ini diantaranya:1. Apakah pengertian dari toksikologi dan toksisitas?2. Bagaimanakah jejak dan tabiat racun yang mencemari lingkungan?3. Bagaimanakah aspek kualitatif keracun racun?4. Bagaimanakah aspek kuntitatif keracun racun?5. Zat-zat apa sajakah yang termasuk racun?6. Apa sajakah contoh penelitian toksikologi?

C. TujuanBerdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini untuk mengetahui dan memahami mengenai:1. Pengerian toksikologi dan toksisitas.2. Jejak dan tabiat racun yang mencemari lingkungan.3. Aspek kualitatif keracun racun.4. Aspek kuantitatif keracun racin.5. Zat-zat yang termasuk racun.6. Contoh penelitian toksikologi.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Toksikologi dan ToksisitasToksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang racun atau racun (Beard,2011). Namun definisi tersebut dirasa kurang tepat karena bahan-bahan yang tidak berbahaya pun dapat bersifat toksik jika dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan. Definisi toksikologi berkembang menjadi studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup (Achmad, 2004). Dari definisi tersebut, tokskologi menjelaskan bahwa zat-zat kimia saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada jaringan tubuh manusia, sehingga dapat menimbulkan efek toksik pada tubuh manusia.Ruang lingkup toksikologi dibedakan menjadi toksikologi lingkungan, toksikologi ekonomi dan teknologi kehakiman. Toksikologi lingkungan menjelaskan tentang pemaparan secara tidak sengaja pada jaringan biologi (pada manusia) dengan zat kimia yang pada dasarnya merupakan polutan di lingkungan, makanan, atau air. Toksikologi ekonomi menjelaskan tentang pengaruh berbahaya zat kimia yang dengan sengaja diberikan pada jaringan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat tertentu. Toksikologi kehakiman merupakan cabang toksikologi yang menangani aspek medis dan aspek hukum terhadap pengaruh zat berbahaya pada manusia baik dilakukan dengan pemaparan secara sengaja maupun tidak sengaja (Sulistyowati, 2008).Racun atau toksinatau bahan toksik sendiri didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menyebabkan kematian jika diujikan kedalam konsentrasi rendah (Beard, 2011). Sedangkan Xenobiotik adalah senyawa asing yang terdapat di dalam tubuh meliputi obat-obatan, senyawa kimia yang karsinogenik, dan insektisida tertentu (Qurnianingsih, 2007).Sedangkan Toksisitas merupakan kuantifikasi sifat-sifat toksik suatu zat kimia (Achmad, 2004). Toksisitas berkaitan dengan efek toksik dari suatu racun. Efek toksik tidak akan diasilkan oleh bahan kimianya kecuali mencapai tempat yang tepat pada tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik (Achmad, 2004). Terjadinya efek toksik tergantung pada sifat kimia dan fisika racun, situasi pemaparan dan kerentanan sistem biologis dari subjek (Manahan, 2011). Faktor yang mempengaruhi situasi pemaparan diantaranya jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan (Achmad, 2004). Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan pada subbab berikutnya mengenai jejak dan tabiat racun.

B. Jejak dan Tabiat Racun yang Mencemari LingkunganPada subabb ini dijelaskan mengenai jejak dan tabiat dari racun yang mencemari lingkungan. Jejak racun menjelaskan bagaimana racun atau racun berada di lingkungan dan bagaimana racun terpapar ke dalam tubuh manusia. Tabiat racun atau racun menjelaskan tentang karakteristik racun.1. Karakteristik (tabiat)racunKarakter toksik meliputi faktor utama yang mempengaruhi toksisitas racun dan interaksi racun di dalam tubuh manusia. Efek toksik tergantung pada sifat kimia dan fisika racun, situasi pemaparan, dan kerentanan dari sistem biologis (Achmad, 2004). Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan(Achmad, 2004). a. Jalur masuk ke dalam tubuhRacun yang berada di lingkungan masuk kedalam tubuh melalui jalur utama diantaranya saluran pencernaan (gastrointestinal), ingesti (menelan), saluran pernapasan (inhalasi), kulit (topikal) dan jalur parental lainnya (Achmad, 2004). Urutan efektivitas jalur masuknya racun ke dalam tubuh dimulai dari yang paling tidak efektif yaitu topikal oral intradermal intramuskular subkutan intraperitoneal inhalasi (Achmad, 2004).Berikut dijelaskan mengenai skema perjalanan racun di dalam tubuh manusia secara umum.Gambar 1. Skema pemaparan, metabolisme dan penyimpanan, serta alur distribusi dan eliminasi senyawa toksik di dalam tubuh (Sumber: Manahan, 2000).

Gambar tersebut menjelaskan bahwa racun dapat masuk dalam tubuh melalui ingesti (menelan), inhalasi (pernapasan) dan dermal atau topical (kulit). Pada jalur pertama, melalui saluran pencernaan yang merupakan jalur utama penyerapan nutrient dan air ke dalam tubuh. Kebanyakan senyawa yang diserap melalui saluran pencernaan dengan mudah terserap melalui membran (Beard 2011). Racun yang tertelan akan masuk ke saluran pencernaan (gastrointestinal tract) kemudian keluar berupa feses, maka racun tidak akan memberikan efek bagi tubuh. Namun apabila racun yang tertelan masuk kedalam hati melalui pembuluh darah vena akan mengalami dua proses yang pertama menuju empedu dan masuk kedalam saluran pencernaan dan keluar sebagai feses, maka racun tidak terakumulasi di dalam tubuh, namun proses yang kedua racun yang masuk ke hati akan disalurkan ke darah dan kelenjar limpa kemudian terjadi pengikatan protein, metabolisme racun, dan didistribusi ke ginjal. Proses yang terjadi pada darah dan kelenjar limpa akan berlangsung terus menerus menuju hati dan sebaliknya.Jalur masuk berikutnya melalui pemaparan lewat kulit. Kebanyakan senyawa dapat masuk melalui kulit baik yang bermanfaat atau berbahaya. Jika senyawa tersebut bersifat racun (racun) dan dapat masuk melalui kulit maka dapat menimbulkan efek keracunan dalam tubuh manusia (Beard, 2011). Selain pengeluaran racun melalui kulit berupa keringat, racun juga dapat masuk melalui kulit menuju peredaran darah dan limpa (Manahan, 2000). Kemudian juga terjadi tiga proses yaitu pengikatan protein, metabolisme racun, dan distribusi ke ginjal. Selain itu, racun yang masuk dalam sistem peredaran darah akan menuju sistem peranapasan di paru-paru. Membran pada paru-paru lebih tipis dibandingkan membrane pada kulit maupun saluran pencernaan. Oleh sebab itu, apabila ada senyawa beracun berupa gas di udara maka akan langsung terhirup yang kemudian akan masuk ke sistem peredaran darah (Beard, 2011). Selain itu, racun dapat dikeluarkan melalui proses ekshalasi udara (menghembuskan napas).Hasil dari pengikatan protein akan menuju ke membrane sel dan ditangkap oleh sel reseptor, maka racun akan berpengaruh pada tubuh manusia. Racun yang didistribusi ke ginjal diekskresi menjadi urin maka toksik tidak memberikan efek bagi tubuh. Namun pada metabolisme toksik, hasilnya akan disimpan ke dalam tulang dan lemak, dan ini akan terakumulasi secara terus menerus sehingga memberikan efek bagi manusia.b. Jangka waktuPemaparan bahan-bahan kimia dibagi menjadi empat kategori yaitu: akut, subakut, subkronik dan kronik. Pemaparan akut merupakan pemaparan terhadap suatu bahan kimia selama kurang dari 24 jam (Achmad, 2004). Sebagai contoh seseorang mencoba bunuh diri dengan meminum obat nyamuk cair. Pemaparan subakut merupakan pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu satu bulan atau kurang (Achmad, 2004). Pemaparan subkronik merupakan pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu satu sampai tiga bulan (Achmad, 2004). Pemaparan kronik merupakan pemaran bahan kimia dalam jangka waktu lebih dari tiga bulan (Achmad, 2004).

c. Frekuensi pemaparanDosis racun yang terbagi-bagi akan mengurangi efek yang ditimbulkannya. Efek toksik kronik terjadi bila bahan kimia terakumulasi di dalam sistem biolgis, atau bila menghasilkan efek toksik yang tidak pulih kembali (Achmad, 2004).Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan cara racun bekerja dan tempat racun tersebut bekerja. Klasifikasi berdasarkan dua hal tersebut racun dapat dibedakan menjadi: respiratory toxins, neurotoxins, endocrine system toxins, general metabolic toxins(Beard. 2011).a. Respiratory ToxinsSalah satu jalur pemaparan racun melalui saluran pernapasan. Racun yang masuk berupa gas dan particulat dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru. Jenis racun berupa gas pada saluran pernapasan meliputi gas sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan ozon (Beard, 2011).b. Neurotoxins Neurotoxins merupakan racun yang menyerang sistem saraf (Beard, 2011). Racun yang termasuk neurotoxins dapat menyerang sistem saraf pada hari, paru-paru, otot dan bagian lainnya. Bakteri yang bernama Botulinus merupakan bakteri yang menghasilkan racun yang menghambat sintesis asetilkolin di dalam tubuh (Beard, 2011).c. Endocrine system toxinsEndocrine system toxins merupakan racun yang menyerang sistem endrokin tubuh manusia dimana pada sistem endrokin dihasilkan hormone-hormon yang berperan penting dalam metabolisme tubuh (Beard, 2011). Oleh sebab itu adanya racun pada sistem endokrin menyebabkan terhambatnya pembentukan hormone-hormon dalam tubuh, sehingga metabolisme yang memerlukan hormon-hormon tersebut juga akan terganggu.d. General metabolic toxinsMetabolic toxins merupakan racun yang bekerja dengan mengganggu proses-proses biokimia esensial di dalam tubuh (Beard, 2011). Efek yang ditimbulkan antara lain kematian secara langsung maupun secara perlahan-lahan racun terakumulasi di dalam tubuh sehinga menyebabkan kematian. Contoh racun yang termasuk metabolic toxins diantaranya karbon monoksida, arsen, cadmium, dan lain sebagainya.Seperti yang telah dijelaskan pada jalur masuknya racun, interaksi racun dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme seperti absorpsi, pengikatan protein, dan ekskresi (Achmad, 2004). Jika terdapat dua jenis racun yang diberikan secara bersamaan maka akan menimbulkan berbagai efek di dalam tubuh manusia. Beberapa terminologi dari efek racun yang diberikan secara bersamaan dapat dijelaskan sebagai berikut:a. Efek AditifEfek aditif merupakan situasi dimana efek gabungan dari dua racun yang diberikan sama dengan jumlah dari efek masing-masing racun apabila diberikan sendiri-sendiri (Achmad, 2004). Misalkan efek racun yang pertama bernilai 2 dan racun kedua memberikan efek bernilai 3, maka efek yang ditimbulkan apabila kedua racun diberikan secara bersamaan adalah 2 + 3 = 5.b. Efek SinergetikEfek sinergetik merupakan situasi dimana efek gabungan dari dua racun bila diberikan secara bersamaan jauh melampaui penjumlahan dari tiap-tiap racun apabila diberikan secara sendiri-sendiri (Achmad, 2004). Misalkan efek racun yang pertama bernilai 2 dan racun kedua memberikan efek bernilai 3, maka efek yang ditimbulkan apabila kedua racun diberikan secara bersamaan jauh melampaui penjumlahan efek kedua racun tersebut, yaitu 2 + 3 = 20.c. PotensiasiAchmad (2004) menyatakan bahwa potensiasi merupakan keadaan dimana senyawa kimia tidak mempunyai efek toksik terhadap sistem atau organ tertentu, namun apabila ditambahkan dengan bahan kimia yang lain maka akan membuat bahan kimia tersebut menjadi jauh lebih toksik (misalnya 0 + 3 = 10). Sebagai contoh isopropanol tidak bersifat toksik, namun apabila isopropanol dicampur dengan karbon tetraklotida maka efek toksik karbon tetraklorida akan jauh lebih toksik daripada apabila diberikan secara sendiri.

d. Antagonistis Menurut Achmad (2004) antagonis merupakan situasi dimana dua racun yang diberikan secra bersamaan akan memberikan efek saling meniadakan efek toksik (misalnya 4 + 6 = 1). 2. Jalur penyebaran racun ke lingkungan Suatu senyawa dapat memiliki sifat toksik tergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat tersebut. Sifat fisika zat seperti kelarutan dan volatilitas memberikan pengaruh terhadap penyebaran suatu racun. Racun yang memiliki volatilitas tinggi akan cenderung mdah menyebar melalui udara. Demikian pula, racun akan cenderung tersebar ke lingkungan melalui media air jika memilii kelarutan yang tinggi (Firdaus, 2013). Sifat kimia racun seperti dapat teroksidasi, dan kemudahan untuk bereaksi dengan zat lain menyebabkan racun akan lebih mudah untuk tersebar ke lingkungan. Beberapa bagian lingkungan yang berperan dalam jalur (jejak) penyebaran racun ke lingkungan diantaranya antrosfer, geosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosfer. Menurut Manahan (2000), Hazardous materials almost always originate in the anthrosphere, are often discarded into the geosphere, and are frequently transported through the hydrosphere or the atmosphere.Maksudnya adalah sebagian besar senyawa beracun berasal dari antrosfer dan sebagiab besar dibuang ke geosfer dan tersebar melalui hidrosfer atau atmosfer. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut.Gambar 2. Skema interaksi dari limbah berbahaya di lingkungan.

Limbah yang berbahaya yang berbentuk gas dan partikulat akan dibuang ke atmosfer, sedangkan limbah berbahaya yang berbentuk cair akan diserap tanah yang merupakan bagian dari geosfer. Adanya penguapan dan erosi angin memungkinkan senyawa-senyawa berbahaya dari penampungan limbah ke atmosfer atau limbah yang berada pada penampungan limbah akan akan terserap oleh tanah dan masuk ke dalam air tanah. Limbah-limbah berbahaya tersebut jika terakumulasi ke lingkungan maka akan bersifat toksik. a. AntrosferThe anthrosphere may be defined as that part of the environment made or modified by humans and used for their activities (Manahan, 2000). Jadi antrosfer merupakan bagian dari lingkungan yang digunakan manusia untuk aktivitas manusia seperti air sungai yang merupakan bagian dari hidrosfer dimanfaatkan manusia untuk transportasi, sehingga dapat menghubungkan suatu pulau ke pulau yang lainnya sehingga perdagangan dapat berlangsung pula. Kegiatan-kegiatan antrosfer ini menghasilkan bahan berbahaya baik dalam bentuk padat, cair maupun gas, yang akan tersebar ke lingkungan, dan jika terakumulasi akan menimbulkan efek toksik di lingkungan dan manusia.b. GeosferThe geosphere, or solid earth, is that part of the earth upon which humans liveand from which they extract most of their food, minerals, and fuels(Manahan, 2000).Geosfer dapat diartikan sebagai bagian bumi yang merupakan tempat hidup manusia dan tempat didapatkan hingga dibuatnya makanan, mineral dan bahan bakar. Kegiatan-kegiatan antrosfer menyumbangkan zat-zat yang berbahaya ke dalam geosfer. Seperti adanya limbah berbahaya dari aktivitas industri yang terserap oleh tanah yang kemudian akan diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dikonsumsi oleh manusia sehingga zat-zat berbahaya akan terakumulatif di dalam tubuh manusia dan dapat bersifat toksik. Sebagai contoh dalam penelitian yang berjudul Rice is a potential dietary source of not only arsenic but also other toxic elements like lead and chromium Penelitian tersebut menjelaskan tentang beras yang diimpor ke Saudi Arabia terkontaminasi oleh logam berat seperti arsen, timbel dan cadmium dikarenakan tercemari oleh air sungai dan tanah yang mengandung logam-logam berat dari tempat asal pengekspor beras tersebut.c. HidrosferHidrosfer merupakan gabungan kata yang berasal dari kata hydro (air) dan sphere (bola/lapisan) maka hidrosfer dapat didefinisikan sebagai lapisan air yang mengelilingi bumi (Wikipedia, 2007). Air merupakan salah satu sarana penyebaran racun ke lingkungan. Zat-zat yang berbahaya dari tanah juga dapat masuk ke dalam air melalui air tanah. Limbah industri maupun rumah tangga juga dapat menjadi polutan bagi air. Terutama zat yang memiliki kelarutan yang tinggi, sehingga zat tersebut dapat larut dengan baik di dalam air.d. Atmosfer The atmosphere consists of the thin layer of mixed gases covering the earths surface(Manahan, 2000).Atmosfer merupakan lapisan tipis dari campuran gas yang menyelubungi permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas campuran berbagai macam gas yang berasal dari penyusun atmosfer itu sendiri maupun dari polutan gas-gas yang berasal dari aktivitas manusia. Selain air (hidrosfer), udara (atmosfer) juga merupakan jalur penyebaran racun ke lingkungan. Polutan gas yang memiliki volatilitas tinggi (mudah menguap) semakin mudah mencemari atmosfer.Polutan yang berasl dari aktivitas manusia seperti gas CO, oksida sulfur, oksida nitrogen dan gas rumah kaca lainnya memiliki sifat toksik terhadap tubuh manusia. e. Biosfer The biosphere is the name given to the part of environment consisting of organisms and living biological materials (Manahan, 2000). Biosfer didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan yang terdiri dari organisme dan zat-zat yang mendukung kelangsungan hidup organisme. Sebagian besar zat yang berada di lingkungan merupakan hasil aktivitas manusia, dan sebagian besar termasuk xenobiotik (senyawa asing yang masuk kedalam tubuh). Senyawa xenobiotik sulit untuk didegradasi seperti alkana terhalogenasi, aril terhalogenasi, fenol, pestisida dan lain sebagainya. Senyawa xenobiotik dapat bersifat toksik. Ketika senyawa xenobiotik tersebut kontak dengan organisme dan terakumulasi kedalam jaringan organisme disebut dengan Bioakumulasi. Sedangkan ketika senyawa xenobiotik atau racun diubah melalui proses biologi menjadi senyawa dengan molekul yang lebih sederhana disebut dengan Biodegradasi. 3. Jalur penyebaran racundi dalam tubuh manusiaAdanya racun di lingkungan menimbulkan dampak terhadap tubuh manusia. Menurut Manahan (2000) di dalam tubuh manusia, racun mengalami dua fase yaitu fase kinetik dan fase dinamik.1) Fase kinetikPada fase kinetik, racun mengalami beberapa proses diantaranya absorpsi, distribusi dan ekskresi. a) AbsorpsiSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jalur utama masuknya racun melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan dan kulit. Pada saluran pencernaan racun masuk bersama makanan, minuman maupun melalui zat kimia tertentu. Lambung merupakan tempat penting, terutama untuk asam-asam lemah yang akan berada dalam bentuk ion-ion yang larut dalam lipid sehingga mudah berdifusi (Achmad, 2004). Asam-asam lemah akan berada dalam bentuk ion yang terlarut dalam plasma darah dan kemudian diangkut, sementara basa lemah akan berada dalam bentuk non-ion dan dapat berdifusi kembali ke lambung (Achmad, 2004). Dalam usus, absorpsi akan terjadi lebih cepat jika waktu kontak saat absorpsi terjadi lebih lama dan tergantung pada luas permukaan vili dan mikrovili usus (Achmad, 2004).Pada saluran pernapasan, tempat absorpsi utama adalah pori-pori pada alveoli. Absorpsi tergantung pada luas permukaan alveoli. Laju absorpi bergantung pada kelarutan gas dalam darah, semakin mudah larut maka semakin cepat absorpsinya (Achmad, 2004). Absorpsi melalui kulit terjadi saat zat kimia diserap lewat folikel rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat (Achmad, 2004). Kemungkinan penyerapan melalui kulit memang kecil sekali hal tersebut dikarenakan kulit relatif impermeabel.b) DistribusiSeperti yang dijelaskan melalui skema gambar 2, setelah racun terserap dan masuk ke dalam pembuluh darah dan memasuki sistem peredaran darah, racun akan segera didistribusikan ke seluruh tubuh. Laju aliran darah, mudah tidaknya toksin melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen alat tubuh terhadap racun berpengaruh dalam distribusi racun ke seluruh tubuh (Achmad, 2004). Racun di dalam tubuh terikat pada protein plasma pada darah, dan terikat pula pada hati dan ginjal. Di dalam hati dan ginjal terdapat protein yang memiliki sifat khusus untuk mengikat racun tertentu secara spesifik. Seperti metalotioncin yang berfungsi untuk mengikat dan mengeluarkan logam kadmium yang masuk ke dalam hati dan ginjal (Firdaus, 2013). Selain itu racun juga tersimpan dalam jaringan lemak. Racun yang tersimpan dalam lemak merupakan jenis racun yang mudah larut dalam lemak. Selain protein plasma, hati, ginjal dan lemak, racun juga dapat tersimpan di tulang. Tulang merupakan tempat ditimbunnya racun logam seperti timbel dan stronsium. Kalsium dengan mudah digantikan oleh timbel atau stronsium karena ukuran dan muatannya hampir sama (Firdaus, 2013).c) EkskresiRacun dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk asal, sebagai metabolit, dan atau sebagai konjugat (Achmad, 2004). Eksresi racun melalui ginjal berupa urin, melalui empedu lewat feses, melalui paru-paru, serta melalui jalur lainnya. Racun yang diekskresi melalui ginjal memiliki berat molekul kurang dari 600 (Achmad, 2004).Ekskresi racun melalui ginjal berupa urin dengan mekanisme yang serupa dengan mekanisme untuk mengekskresi hasil metabolisme faal seperti filtrasi glomerulus, difusi tubuler, dan sekresi tubuler (Achmad, 2004). Racun yang diekskresi di empedu memiliki berat molekul lebih besar dari 300 (Achmad, 2004). Senyawa racun yang sudah berada di dalam empedu tidak akan diserap kembali ke dalam darah namun dikeluarkan lewat feses. Racun yang berbentuk gas pada suhu badan diekskresikan melalui paru-paru. Ekskresi racun melalui paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membran sel.Ekskresi racun melalui jalur lainnya dapat melalui air susu ibu dari ibu kepada bayinya. Selain itu air susu sapi juga merupakan hasil ekskresi racun berupa DDT dari pestisida yang digunakan untuk rumput pakan sapi.

2) Fase dinamikRacun mulai berinteraksi dengan sel, jaringan atau organ di dalam tubuh dan menyebabkan respon keracunan (Manahan, 2000). Fase dinamik dibedakan menjadi:a) Reaksi utamaDalam reaksi utama, racun bereaksi dengan reseptor. Reaksi dapat berlangsung secara reversible dan irreversible. Contoh reaksi reversible yang menyebabkan efek toksik yaitu ikatan antara karbon monoksida dengan hemoglobin yang mengangkut oksigen di dalam darah membentu karboksihemoglobin (Manahan, 2000). Dengan terbentuknya karboksihemoglobin, hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen sehingga transport oksigen ke seluruh tubuh akan terhambat. Berikut ini reaksinya:O2Hb + CO COHb + O2b) Respon biokimiaIkatan antara racun dengan reseptor menyebabkan beberapa respon biokimia diantaranya pelemahan fungsi enzim, perubahan membran sel, gangguan dengan metabolisme karbohidrat, gangguan dengan respirasi, gangguan pada sintesis protein, dan yang berkaitan dengan proses regulasi dari hormone atau enzim (Manahan, 2000).c) Efek yang tampakEfek yang ditunjukkan jika racun sudah terakumulasi dan memberikan gejala toksik seperti kulit yang abnormal (menjadi lebih kering atau berubah warna), menimbulkan bau badan yang tidak normal. Pada saluran pencernaan ditunjukkan dengan rasa mual dan muntah, hingga gangguan pada usus. Sedangkan pada saraf pusat ditunjukkan dengan halusinasi, kelumpuhan dan ataxia. Dampak fisiologis toksik lainnya akan dijelaskpan pada aspek kualitatif keracun racun.

C. Aspek Kualitatif Ketoksikan RacunAspek kualitatif keracun racun meliputi mekanisme kerja toksik, wujud dan sifat efek toksik, dan gejala-gejala yang tampak.1. Mekanisme kerja toksikMekanisme racun dalam memberikan racun ked alam tubuh bergantung pada tahapan kejadian yang terlibat dan sifat reaksinya (Donatus, 2001). Mekanisme kerja toksik dapat digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antaraksi racun, dan berdasarkan resiko akumulasi racun di dalam tubuh (Donatus, 2001). Berdasarkan tempat kejadian, mekanisme kerja toksik dibedakan menjadi mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel merupakan luka sela yang diawali oleh kerja racun di dalam sel (Donatus, 2001). Mekanisme luka intrasel disebut juga mekanisme langsung atau primer. Mekanisme luka ekstrasel merupakan mekanisme yang terjadi apabila racun bekerja di lingkungan luar sel (Donatus, 2001). Mekanisme luka ekstrasel disebut juga mekanisme tidak langsung atau mekanisme sekunder.Berdasarkan sifat antaraksi racun, mekanisme kerja toksik dibedakkan menjadi antaraksi terbalikan dan antaraksi tak terbalikkan antara racun dan tempat racun bekerja. Antaraksi yang terbalikkan merupakan jenis reaksi yang terjadi antara molekul racun dengan tempat dimana racun bekerja (Donatus, 2001). Contoh racun yang menunjukkan aksi toksik melalui antaraksi yang terbalikkan dengan reseptor-neurotransmiter adalah toksin botulinus, alkaloid, pestisida, organofosfat dan karbamat (Ariens dan Simonis dalam Donatus, 2001). Sedangkan antaraksi yang tak terbalikkan merupakan antaraksi yang terjadi dengan cara pembentukan ikatan kovalen antara senyawa pengalkil dan biopolymer yang memiliki gugus SH dan NH2 (Donatus, 2001).Berdasarkan resiko akumulasi racun di dalam tubuh, mekanisme kerja racun menjelaskan bahwa senyawa yang sangat lipofilik dan sulit dimetabolisme di dalam tubuh cenderung akan disimpan di dalam lemak (Donatus, 2001). Sebagai contoh DDT, yang merupakan senyawa lipofilik, sehingga apabila seseorang terpapar racun yang berupa DDT, maka akan terakumulasi di bagian lemak. 2. Wujud dan sifat efek toksikWujud dan sifat efek toksik dibedakan menjadi respon dan perubahan biokimia, respondan perubahan fisiologi, respon histopatologi dan perubahan struktural. Kerja racun atas aksi tertentu akan menimbulkan respon biokimia seperti peningkatan atau pengurangan aktivitas transpor elektron, sintesis protein, dan lain sebagainya (Donatus, 2001).Respon dan perubahan fisiologi atau fungsional dapat terjadi mulai yang ringan hingga yang paling berat seperti halusinasi. Perubahan fungsional dan perubahan biokimia sering kali merupakan tahap awal terjadinya perubahan struktural (Loomis dan Timbrell dalam Donatus, 2001).Respon histopatologi dasar dibedakan menjadi degenerasi, proliferisasi dan inflamasi.3. Gejala-gejala yang tampak.Gejala-gejala yang terlihat apabila seseorang terpapar oleh racun dibedakan menjadi Teratogenesis, Mutagenesis, Karsinogenesis dan efek imun dan sistem reproduksi.Teratogenesis cause birth defect (Manahan, 2000). Jadi teratogenesis dapat menyebabkan cacat lahir seperti adanya sindrom Down, bibir sumbing dan lain sebagainya. Teratogenesis membahayakan sel janin, mutasi dari sel sperma maupun sel telur menyebabkan cacat lahir yaitu sindrom Down (Manahan, 2000).Mutagenesis pada DNA menghasilkan perubahan pada pewarisan sifat (Manahan, 2000). Selain itu mutagenesis juga menyebabkan sel berubah fungsi. Sebagian besar mutagenesis sangat berbahaya bagi manusia, dan sering menyebabkan cacat lahir, kematian sel, kanker dan lain sebagainya.Mutagenesis dapat terjadi karena adanya senyawa xenobiotik. Senyawa xenobiotik menyebabkan terjadinya alkilasi yaitu penangkapan gugus alkil seperi metal, etil atau nitrogen oleh basa nitrogen pada DNA (Manahan, 2000).

Gambar 3. Alkilasi guanine pada DNABeberapa senyawa mutagenesis bertindak sebagai agen pengalkilasi (Manahan, 2000). Kanker merupakan kondisi dimana replikasi dan pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel somatis (Manahan, 2000). Pertumbuhan sel somatis yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh adanya senyawa beracun yang disebut dengan agen karsinogenik. Agen karsinogenik dapat dikategorikan menjadi: agen-agen yang berasal dari bahan-bahan kimia, agen-agen yang berasal dari substansi biologi seperti virus, radiasi ionisasi, dan faktor-faktor genesis (Manahan, 2000). Sistem imun tubuh berfungsi melindungi manusia dari bahan xenobiotik, dan senyawa-senyawa penyebab infeksi. Racun menyebabkan immunosuppresion dimana terjadi pelemahan pada sistem imun tubuh. Xenobiotik dapat menyebabkan sistem imun tubuh kehilangan kemampuan mengontrol proliferasi sel (Manahan, 2000). Efek utama yang ditimbulkan racun terhadap sistem pertahanan tubuh adalah alergi dn hipersensitivitas.

D. Aspek Kuantitatif Keracun Racun1. Dosis ResponsKarakteristik pemaparan dan spectrum efek secra bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal sebagai hubungan dosis-respons. Hubungan tersebut merupakan konsep paling dasar dari toksikologi.Ada beberapa asumsi yang harus dipertimbangkan sebelum hubungan dosis-respons dapat sesuai digunakan sebagai berikut:a. Respons timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan.b. Respons pada kenyataannya berhubungan dengan dosis.c. Dalam penggunaan dosis-respons harus ada metode kuantitatif untuk mengukur dan mengemukakan secaa tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.Respons yang terpilih untuk pengukuran, hubungan antara derajat respons dari system biologis dan jumlah bahan toksik yang diberikan membentuk suatu asumsi bahwa hal ini terjadi secara konsisten dan dipertimbangkan sebagai hal dasar dan klasik yang disebut hubungan dosis-respons. Hal ini yang mendasari adanya dosis lethal (mematikan) sebagai suatu indeks (LD50). LD50 adalah dosis tunggal dari suatu zat yang secara statistic diharapkan dapat menyebabkan kematian sebanyak 50% dari binatang percobaan. Meski penetapan LD50 saat ini menjadi isu masyarakat karena adanya peningkatan perhatian dan perlindungan terhadap binatang percobaan, namun LD50 merupakan hal yang penting untuk mengetahui karakteristik dari suatu bahan kimia dan dengan demikian juga akan dapat menetapkan tingkat bahayanya terhadap manusia.Ukuran pemaparan dimana 50% individu dalam sekelompok populasi menunjukkan efek toksik baku (takaran median), digunakan sebagai tolak ukur potensi ketoksikan. Ukuran ini dilambangkan dengan TD50 dibaca toxic dose bila efek bakunya merupakan salah satu dari perubahan biokimia, fungsional, atau structural, dan LD50 dibaca (lethal dose) bila efek toksik bakunya berupa kematian. Di mana, semakin kecil harga TD50 dan LD50 racun maka semakin besar potensi ketoksikannya. Hal ini disajikan dalam table berikut:Tabel. Kriteria ketoksikan akut xenobiotikaKriteriaLD50 (mg/kg)

1. Luar biasa toksik2. Sangat toksik3. Cukup toksik4. Sedikit toksik5. Praktis tidak toksik6. Relative kurang berbahaya1 atau kurang1-5050-500500-50005000-15000>15000

(Dikutip dari Loomis (1978) dalam Donatus, 2001).

Selain LD50 dan TD50 juga dikenal istilah ED50 (Effective Dose). Hubungan ketiganya dapat dijelaskan melalui grafik berikut ini.Gambar 4. Hubungan ED50, TD50, dan LD50

Median effective dosage (ED50) merupakan dosis efektif suatu bahan kimia jika diberikan kepada manusia memberikan efek klinis yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh dalam obat sakit kepala tertuliskan Anak-anak 2 kali sehari 1 kaplet maksudnya adalah jika anak-anak mengalami sakit kepala, maka diberikan dosis tersebut, maka akan memberikan efek yang tepat dalam tubuh anak-anak.Toxic dosage (TD50) menunjukkan bahwa apabila suatu bahan kimia diberikan pada dosis ini maka akan berakibat toksik atau menimbulkan efek toksik. TD50 melebihi dari jumlah ED50. Sebagai contoh pemberian obat sakit kepala pada anak-anak yang seharusnya 2 kali sehari 1 kaplet, namun diberikan 3 kali sehari 1 kaplet, makan jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan efek toksik pada anak tersebut.Lethal dosage (LD50), seperti yang dijelaskan sebelumnya, LD50 merupakan dosis yang memberikan efek kematian kepada individu. Sebagai contoh, anak yang sakit kepala yang seharusnya diberi obat sakit kepala dengan dosis 2 kali sehari satu kaplet, namun diberikan 4 kali sehari 3 kaplet, maka akan dapat menyebabkan kematian pada anak tersebut.E. Zat-zat yang Termasuk Racun1. Toksik Organika. DioksinDioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan tahan terhadap proses perusakan alamiah selama bertahun-tahun. Karena kestabilan strukturnya ini maka dioksin sangat berbahaya karena tidak mudah terurai, dan dapat terakumulasi di dalam tanah sampai lebih dari 10 tahun. Selain itu dioksin bersifat hidrofobik dan lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam air dan udara tetapi mudah larut dalam lemak, sehingga dapat terakumulasi dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya seperti daging. Akibatnya dioksin akan terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup dan konsentrasinya berlipat ganda pada rantai makanan yang lebih tinggi. Senyawa dioksin yang terbuang ke dalam saluran air akan terbawa ke sungai kemudian ke laut dan menumpuk dalam tubuh hewan-hewan air seperti ikan sehingga konsentrasi dioksin pada ikan 100.000 kali lebih tinggi dibandingkan lingkungannya. Karena sifatnya yang larut dalam lemak dioksin akan tertimbun dalam tubuh ikan sampai akhirnya ikan dikonsumsi manusia. Dioksin juga masuk ke tubuh manusia melalui sumber bahan pangan lainnya seperti daging, sayur, buah dan lainnya.Dioksin merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi. Sebagian besar dioksin berasal dari pembakaran sampah rumah tanggadan industri, terutama yang menggunakan senyawa klor seperti industri kimia, pestisida, plastik, pulp, kertas, dan sebagainya. Hasil penelitian Nakao, et al. (2005) terhadap pembentukan dioksin pada pembakaran sampah rumah tangga menyebutkan bahwa pembakaran sampah plastik yang mengandung klorin menghasilkan peningkatan jumlah total poliklorinated dioksin yang tinggi baik pada asap maupun abunya.tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin yaitu 1-4 pg/kg berat badan, sehingga batas aman dioksin untuk menusia dewasa adalah sekitar 200 pikogram.

b. FenolKeracunan fenol akut dapat menyebabkan kematian setelah satu setengah jam penggunaan. Hal ini mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan pencernaan, fungsi ginjal, kegagalan sistem peredaran darah, edema paru, dan kejang-kejang.Jumlah fenol yang berlebihan dapat diserap melalui kulit. Keracunan fenol kronis akan menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting seperti limpa, pankreas, dan ginjal.c. FormaldehidDampak penggunaan formaldehida secara berkepanjangan dan terus menerus bisa menyebabkan hipersensitivitas.Hipersensitivitas berupa iritasi parah pada selaput lendir dan saluran pencernaan.Individu yang terkena lebih besar dari 1 ppm formalin menyebabkan beberapa dampak termasuk mengantuk, mual, sakit kepala, dan penyakit pernapasan. Formaldehid berpotensi sebagai karsinogenik kronis, bahkan pada dosis rendah akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.

2. Toksik Anorganika. Sulfur dioksida (SO2)Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen penyebab polusi di udara. Gas ini dapat membahayakan pernapasan manusia. Gas tersebut merusak jaringan paru-paru manusia menyebabkan pengeluaran mukus yang berlebih pada jaringan paru-paru dan dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan saat bernapas. Sulfur dioksida dapat bersifat letal jika kandungannya di udara 500ppm. b. Nitrogen dioksida (NO2)Sama seperti sulfur dioksida, gas ini juga dapat menyebabkan peradangan pada jaringan paru-paru. Jika terpapar nitrogen dioksida yang kandungannya di udara 50-100 ppm maka dalam beberapa menit akan menyebabkan peradangan paru-paru 6-8 minggu. Jika terpapar pada tingkat 150-200 ppm akan menyebabkan penyakit yang disebut bronchiolitis fibrosa obliterans, yang dapat menyebabkan kematian dalam 3-5 minggu.c. SianidaKeduanya baik Hidrogen Sianida maupun garam-garam sianida (yang mengandung CN-) merupakan racun yang memiliki efek yang sangat cepat. Hanya dengan dosis 60-90 mg dapat membunuh seseorang. Secara metabolisme, sianida akan berikatan dengan besi (III) dalam enzim oksidase ferritochrome, sehingga dapat mencegah pengurangan zat besi (II) dalam proses fosforilasi oksidatif yang menggunakan O2. Sehingga enzim akan terhambat karena oksidase sitokrom besi yang diperlukan untuk bereaksi dengan O2 tidak terbentuk. Dengan demikian pemanfaatan oksigen dalam sel terhenti dan proses metabolisme berhenti.d. Karbon MonoksidaKarbon monoksida merupakan racun yang tidak berwarna yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna terutama dari kendaraan. Hemoglobin dalam darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengantarkannya keseluruh tubuh lebih mudah mengikat karbon monoksida dibandingkan oksigen. Hb + O2 HbO2HbO2 Hb + O2Daya ikat hemoglobin terhadap karbon monoksida 200 kali lebih besar dibandingkan oksigen. Karbonmonoksida ketika dihirup, melewati paru-paru dan berdifusi langsung ke dalam aliran darah di mana ia bergabung dengan hemoglobin untuk membentuk karboksi hemoglobin (COHb).Hb + CO HbCOPada 100 ppm, karbon monoksida dapat menyebabkan sakit (misalnya pusing) selama beberapa jam. Meskipun setelah 1 jam, jika konsentrasinya bertambah 600-700 ppm maka efeknya akan kembali muncul (misalnya mual dan muntah) . Diatas 1000 ppm, menimbulkan sakit kepala dan dilanjutkan dengan kulit yang berubah menjadi kemerahan seiring bertambahnya konsentrasi gejala lain dapat muncul dan jika mencapai 2000 ppm, bisa menyebabkan kematian, namun paling banyak kematian ditemukan pada konsentrasi 4000 ppm selama 1 jam.3. Logam berata. Mercury adalah suatu agen beracun yang sangat reaktif bahwa sulit untuk mengidentifikasi mekanisme spesifik kerusakan, dan masih banyak yang diketahui tentang mekanisme. Ini merusak sistem saraf pusat, sistem endokrin, ginjal, dan organ lain, dan berdampak negatif mulut, gusi, dan gigi. Paparan selama jangka waktu yang lama atau paparan berat untuk uap merkuri dapat mengakibatkan kerusakan otak dan akhirnya kematian. Merkuri dan senyawanya sangat beracun untuk janin dan bayi. Wanita yang telah terkena merkuri dalam kehamilan kadang-kadang melahirkan anak dengan cacat lahir yang serius (lihat penyakit Minamata). Antidot untuk keracunan merkuri sudah ada, tetapi penanganan harus dilakukan sedini dan secepat mungkin.b. TimbelTimbel merupakan logam yang paling banyak dilingkungan kita. Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaanberupa muntah muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis birupada gusi, konstipasi kronis. Pada sistem syaraf pusat berupa kelumpuhan(biasanya terdapat pada pria dewasa). Sistem sensorishanya sedikit mengalami gangguan. Gejala keracunan ini pada sistem jantung danperedaran darah berupa anemia, basofilia pungtata, retikulosis, berkurangnyatrombosit, hipertensi dan nefritis, artralgia ( rasanyeri pada sendi ). Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan urine (jumlahkoproporfirin III meningkat ). Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yangpaling dianjurkan sebagai screening test pada keracunan timbal. Kadartimbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosis, ketikakadarnya diatas 0,2 mikrogram /liter, dianggap sudah cukup bermakna untukdiagnosis keracunan timbal.Pertolongan pertama yaitu jika menemukan gejala-gejala keracunan timbal, masyarakat dapatmemberi pertolongan pertama untuk sedapat mungkin menekan risiko dandampaknya pada penderita. Untuk keracunan akut melalui saluranpencernaan misalnya, pasien sebaiknya segera dipindahkan agar tidakterpapar lagi dengan timbal. Bilas mulutnya dan berikan rangsangan untuk muntah.c. KadmiumBagi manusia, Cd sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Cd sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya.Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm, tetapi angka tertinggi (1.700 ppm) dijumpai pada permukaan sample tanah yang diambil di dekat pertambangan biji seng (Zn). Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Menurut badan dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 g per orang atau 7 g per kg berat badan.Apabila Cd masuk ke dalam tubuh maka sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan. Kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah.Kadmium adalah senyawa logam yang biasa digunakan dalam baterai. Senyawa ini bisa mengakibatkan penyakit liver dan gangguan ginjal serta tulang.Penyakit itai-itai ( /ouch ouch sickness) adalah kasus massal keracunan kadmium yang didokumentasikan di Prefektur Toyama, Jepang. Keracunan kadmium ini menyebabkan pelunakan tulang pada persendian dan tulang belakang dan gagal ginjal.

d. ArsenPeracunan arsenik dapat terjadi secara akut akibat konsumsi arsen berlebih atau kronis akibat terpapar terus-menerus meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang terkontaminasi arsen melebihi batas ambang aman tertinggi).Masuknya arsenik dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak menyebabkan serangan akut berupa rasa sangat sakit perut akibat sistem pencernaan rusak, muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi arsen, dapat menyebabkan napas berbau, keringat berlebih, otot lunglai, perubahan warna kulit (menjadi gelap), penyakit pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease dan kanker kulit.Tabel berikut adalah beberapa dampak negatif logam-logam toksik terhadap kesehatan manusia.LogamToksisitasSumberDampak

Cadmium, CdSemua senyawanya adalah racunTelur, ikan, jamur, bawang putih, bayam, gandum, beras, jagung, kedelai, kacang-kacanganGangguan pada metabolism tulang, reproduksi, sistem endokrin, perubahan morfologi pada ginjal, kelahiran premature

Timbal, PbLebih beracun dalam bentuk senyawa organik dan sangat mudah diserap oleh saluran pencernaanTelur, bubuk coklat, padi, makanan, anggur, bir, susu, wortel, kismisGangguan pada otak, anemia, kanker

Arsen, AsLebih beracun dalam bentuk anorganikPapaya, beras, tomat, wortel, seafood, sawi, daging ayam, daging sapi, anggur, susu.Hipertensi dan dampak serius pada system kardiovaskular, diabetes mellitus, keguguran pada kehamilan, kerusakan sistem saraf.

Raksa, HgMudah diserap tubuh, khususnya dalam bentuk metil merkuriTelur, jamur, seafood, minyak ikanPenyakit Minamata, gangguan pada sistem kardiovaskular, terpapar Hg akut menyebabkan acrodynia

4. Senyawa beracun dalam bahan panganDalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa kimia yang tidak mempunyai nilai nutrisi. Senyawa kimia tersebut terdapat dalam berbagai macam bentuk, dapat berupa garam anorganik sederhana hingga molekul yg kompleks. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan keracunan, mulai yang ringan, akut atau bersifat menahun hingga bersifat mutagen (menimbulkan perubahan sifat pada gen). Senyawa beracun tersebut terbagi dalam 3 bagian: senyawa beracun alamiah, senyawa beracun dari mikroba, dan senyawa beracun oleh residu dan pencemaran.a. Senyawa beracun alamiah, Dalam bahan pangan, sebagian bahan pangan memiliki bahan racun yang secara alami terdapat didalamnya. Bahan pangan nabati yang sudah diketahui masyarakat umum, contohnya singkong (mengandung HCN), biji bengkuang (pakirizida), jengkol (asam jengkolat), dan bpada bahan pangan hewani, senyawa beracun terdapat pada ikan buntal, beberapa jenis kerang, dan udang.Meskipun masyarakat telah mengetahui bahwa bahan pangan tersebut mengandung senyawa yang beracun bisla dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, tapi karena beberapa alasan masyarakat masih tetap mengkonsumsinya. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai racun apa yang terkandung pada makanan mentah dan bagaimana cara mengolahnya dengan benar agar bisa mengurangi efek toksiknya. Berikut ini senyawa-senyawa Beracun yang terdapat dalam bahan pangan nabati1) Hidrogen sianidaGlikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdpat dalam bahan pangan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat mengeluarkan hydrogen sianida. Bila dicerna, hydrogen sianida dapat menyebabkan sakit sampai kematian (dosis yang meatikan 0,5 3,5 mg HCN/ kg berat badan). Glikosida sianogenetik ini terdapat pada tanaman dengan senyawa yang berbeda seperti amigladin pada biji Almonds, apricot dan apel, dhurin pada biji sorghum, dan linamarin pada singkong. Kandungan sianida dalam singkong sangat bervariasi. Kadar sianida rata-rata dalam singkong manis dibawah 50 mg/kg. menurut FAO, singkong dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi. Pengolahan secara tradisional juga dapat mengurangi kadar sianida dalam singkong, seperti kulitnya dikupas sebelum diolah, singkongnya di keringkan, direndam sebelum dimasak, dan difermentasi selama beberapa hari. Dengan cara seperti ini linamarin dalam singkong akan terbuang dan yang tinggal sekitar 10-40 mg/kg. Selain itu hydrogen sianida akan hilang dengan pemanasan. Dengan pemanasan, enzim yang bertanggung jawab dalam pemecahan linamarin akan menjadi inaktif sehingga hydrogen sianida tidak dapat terbentuk.2) Alkaloid dalam kentangAlkaloid merupakan penghambat kerja asetilkolinesterase yang mempengaruhi transmisi impuls syaraf. Kandungan alkaloid dalam kentang (solanin) sangat tergantung varietas, keadaan lingkungan tumbuh serta kondisi penyimpanan. Tetapi biasanya kandungan terbanyak adalah pada bagian dekat kulit, terutama bagian yang telah menjadi hijau karena terkena sinar matahari, dan juga pada kentang yang sedang berkecambah terkandung alkaloid dalam jumlah yang berbahaya. 3) KafeinKafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, coklat, kola dan dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan terhadap pusat susunan syaraf.. Setiap orang berbeda kepekaannya terhadap kafein. Dicurigai bahwa kafein dapat menyebabkan cacat pada bayi jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal ini telah dibuktikan pada hewan yang memberikan bukti nyata bahwa cacat pada bayi tersebut juga Nampak pada hewan percobaan. Sehingga disarankan pada ibu-ibu hamil untuk mengurahi konsumsi kafein sehari-hari. Kadar kafein dalam secangkir teh adalah 30 mg, secangkir kopi 85 mg, dan coca-cola 35 mg/botol.4) Mimosin Mimosin banyak terdapat di dalam biji lamtoro atau petai cina.Mimosin merupakan salah satu senyawa yang menyebabkan kerontokan pada rambut. Senyawa ini nenyebabkan retrogressi sel-sel partikel rambut. Mimosin ini mudah larut dalam air. Cara menghilangkannya atau menurunkannya dapat dilakukan dengan merendam biji petai cina dalam air pada suhu 70oC(24 jam) atau pada suhu 100oC selama 4 menit. Dengan cara ini kandungannya dapat diturunkan sebanyak 4,5% menjadi 0,2% atau penurunan sebanyak 95%.5) Asam jengkolatKandungan zat ini berbeda-beda tergantung varietas dan umur biji jengkol. Racun asam jengkolat ini dapat menganggu kesehatan karena dapat terbentuk Kristal asam jengkolat ini berbeda-beda dan keracunan ini jarang menyebabkan kematian. Jumlahnya dalam biji jengkolat adalah 1-2% dari berat bijinya. Asam jengkolat sangat sukar larut dalam air dan kelarutannya dalam asam dan basa sangat lama. Pembentukan Kristal asam jengkolat dalam air seni tergantung pada pH air seni tersebut, yaitu pada pH urin yang asam.

b. Senyawa beracun dari mikrobaInfeksi adalah suatu istilah yang digunakan bila seseorang setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bakteri pathogen yang menyebabkan gejala-gejala penyakit. Keracunan yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang telah mengandung senyawa beracun yang dihasilkan oleh mikroba disebut intoksikasi. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan intoksikasi adalah bakteri Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas cocovenenans. Sedangkan dari kapang biasanya disebut mikotoksin yaitu Aspergillus flavus, Penicillium sp, dsb.1) Clostridium botulinumBakteri ini menghasilkan senyawa beracun yang disebut botulinin dan keracunan yang ditimbulkan karena keracunan botulini disebut botulisme. Botulinin merupakan senyawa neurotoksin yang sangat berbahaya hingga dapat menyebabkan kematian. Gejala-gejala botulisme akan muncul dalam waktu 12 36 jam, dimulai dengan gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah-muntah, serta pusing, kemudian penglihatan ganda, sulit menelan dan berbicara, lalu diikuti kelumpuhan saluran pernapasan dan jantung, dan kematian akan terjadi karena kesulitan bernapas. 1 mikrogram botulinin sudah dapat membunuh seseorang. Karena botulinin merupakan suatu protein yang bersifat termolabil sehingga dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80oC selama 30 menit. Garam dengan dengan konsentrasi 8% atau lebih serta pH 4,5, dapat menghambat pertumbuhan C.botulinum, sehingga prduksi botulinin dapat dicegah.2) Pseudomonas cocovenenansBakteri ini dapat menghasilkan toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua senyawa ini disebut dalam makanan yang disebut dengan tempe bongkrek, yaitu tempe yang dibuat dari ampas kelapa. Jika tempe bongkrek jadi dengan baik maka tempe tersebut hanya ditumbuhi oleh kapang tempe Rhizopus oligosporus, tetapi jika hasilnya jelek maka bukan hanya Rhizopus oligosporus yang tumbuh tapi jugaPseudomonas cocovenenans. Pertumbuhan bakteri ini dapat dicegah bila pH substrat pada konsentrasi 2,75-3,0%.

Bakteri Pseudomonas cocovenenans bila tumbuh pada ampas kelapa akan memproduksi racun toxoflavin dan asam bongkrek. Kedua racun itulah yang mematikan bagi pemakan tempe bongkrek. Asam bongkrek adalah racun yang tidak berwarna. Toksoflavin antibiotik yang berwarna kuning, tampak jelas jika tempe bongkrek terkontaminasi racun itu. Asam bongkrek memiliki daya toksisitasnya yang lebih tinggi dibanding toksoflavin. Diperkirakan bahwa asam bongkrek merupakan penyebab utama dalam keracunan makanan tersebut. Bagi mereka yang mengonsumsi toksin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari empat hari setelah mengonsumsi racun tersebut.Bakteri ini menjadi racun yang mematikan bila bersentuhan dengan asam lemak di dalam tubuh. Bakteri ini menyerang mitokondria, yaitu sumber energi di tingkat sel. Racun itu berdampak pada mekanisme ATP (adenosine triphosphate)-ADP (adenosine diphosphate) translocase, yakni mekanisme perubahan ATP menjadi ADP dan sebaliknya selama proses pernafasan di sel. ATP adalah nukleotida yang multifungsi yang mengantar energi kimia di dalam sel untuk keperluan metabolisme. ATP menghasilkan energi selama proses respirasi di dalam sel dan dikonsumsi oleh banyak enzim untuk keperluan biosintesa sampai pembelahan diri. Untuk menghasilkan energi bagi seluruh sel di dalam tubuh manusia dalam melaksanakan kegiatannya, maka ATP perlu keluar dari mitokondria. Racun bongkrek membuat ATP gagal keluar dari mitokondria, yang pada akhirnya membuat sel-sel tubuh manusia kehilangan sumber tenaganya.3) Staphylococcus aureusSebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar.Bakteri ini menghasilkan senyawa beracun aeroroksin. Sumber penularan S.aureus adalah manusia atau hewan melalui hidung, tenggorokan, kulit, dan luka yang bernanah. Gejala keracunan yang terjadi adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala, berkeringat dingin yang terjadi hanya satu atau dua hari. Sesudah itu penderita akan sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian.

4) MikotoksinMikotoksin merupakan racun metabolit yang diahsilkan oleh jamur/ kapang yang dapat tumbuh pada pakan ternak sehingga mempengaruhi kesehatan hewan. Mikotoksin yang terkenal adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Mikotoksin tidak hanya mempengaruhi kesehatanhewan namun juga manusia berupa kanker hati olehaflatoksin, kanker oesophagus oleh fumonisin, penyakitginjal oleh okratoksin, pubertas dini pada anak-anakoleh zearalenon. Pada keracunan akut oleh aflatoksin, di hati terjadikegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak dansintesa protein, sehingga terjadi penurunan fungsi hatikarena adanya perombakan pembekuan darah dan penurunan sintesis protein serum. Sementara itu,pada keracunan kronik akan menyebabkanimunosupresif yang diakibatkan penurunan akitivitasvitamin K dan penurunan aktivitas fagositas(phagocytic) pada makrofak.

c. Residu dan Pencemaran1) Residu pestisidaInsektisida, fungisida dan rodentisida digunakan orang untuk mengurangi kerusakan pada pangan baik yang masih di lading ataupun dalam penyimpanan agar menghasilkan produk dengan mutu yang bagus. Pestisida yang digunakan tersebut dapat meninggalkan residu pada bahan pangan yang akan dikonsumsi. Sehingga residu yang tinggal, tidak boleh melebihi kadar toleransi yang ditentukan oleh pemerintah. 2) Kontaminasi merkuriKeracunan merkuri juga disebut juga penyakit minamata dengan gejala-gejala: terasa geli dan panas pada anggota badan, mulut, bibir, dan lidah, kelihatan penglihatan, sukar berbicara dan menelan, kehilangan pendengaran, tidak stabil emosinya, coma, dan kematian. Batas maksimum yang disarankan untuk dikonsumsi merkuri adalah 0,3 mg per orang per minggu atau 0,005 mg per kg berat badan dan dari jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 0,2 mg sebagai metil merkuri.

F. Contoh Penelitian Toksikologi1. Pada tahun 2013 Amjad M. Shraim meneliti bahwa Beras yang merupakan salah satu bahan makanan pokok selain dapat terkontaminasi oleh arsen, juga dapat tercemar oleh senyawa toksik lain seperti timbel dan kromium. Dari 84 sampel yang diambil baik beras local maupun beras impor, terdapat 74 sampel beras yang mengandung senyawa toksik, seperti Pb, Cr dan Cd yang terkandung sebanyak 0,2mg/kg.2. Pada tahun 1968, Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata, dan pada tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata. Pada saat terjadi epidemi, kadar Hg pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 g/kg berat basah dan di sungai Agano sebesar 10 g/kg berat basah. Di Irak pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia dan 6000 orang masuk rumah sakit. Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam kandungan (prenatal), bayi, anak-anak, dan orang tua. Gejala yang timbul akibat keracunan Hg dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasacemas dan kadang timbul sifat agresi.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Toksikologi merupakan studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi dibedkan menjadi toksikologi lingkungan, tksikologi ekonomi dan toksikologi hukum. Racun atau toksin atau bahan toksik sendiri didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menyebabkan kematian jika diujikan kedalam konsentrasi rendah Toksisitas merupakan kuantifikasi sifat-sifat toksik suatu zat kimia.2. Jejak dan tabiat racun dalam lingkungan meliputi jalur racun di lingkungan serta jalur racun saat masuk ke dalam tubuh manusia serta tabiat racun menjelaskan karakteristik racun. Jalur atau jejak racun di lingkungan meliputi jejak racun di antrosfer, biosfer, atmosfer, hidrosfer dan geosfer. Racun dapat masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan kulit. Di dalam tubuh, racun mengalami proses absorpsi, distribusi dan sekresi.3. Aspek kualitatif keracun racun meliputi mekanisme kerja toksik, wujud dan sifat efek toksik, dan gejala-gejala yang tampak.4. Aspek kantitatif racun menjelaskan hubungan dosis-respons berkaitan dengan LD50 racun terhadap tubuh manusia.5. Senyawa beracun dibedakan menjadi senyawa organic, senyawa anorganik, logam berat serta senyawa yang berasal dari pangan.6. Contoh penelitian mengenai toksik salah satunya berjudul Rice is A Potential Dietary Source of Not Only Arsenic But Also Other Toxic Elements Like Lead and Chromium yang menjelaskan bahwa beras impor di Saudi Arabia yang tercemar logam berat seperti Arsen, Timbel dan Kromium.

DAFTAR RUJUKAN

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.Bread, James M. 2011. Environmental Chemistry in Society. Florida: CRC Press.Donatus, Imono Argo. 2001. Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Gajah Mada.Firdaus, Mohammad Alex dkk. 2013. Toksikologi. Makalah yang ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah Kimia Lingkungan, Malang, April.Manahan, Stanley E. 2000. Fundamental of Environmental Chemistry 7th Edition. Florida: CRC Press.Shraim, Amjad M. 2014. Rice is A Potential Dietary Source of Not Only Arsenic But Also Other Toxic Elements Like Lead and Chromium. Arabian Journal of Chemistry. (Online), (http://sciencedirect.com), diakses pada 4 April 2014.Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.