35
MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL PERBANDINGAN PASAL 4, 14, dan 15 PADA UN MODEL DENGAN TAX TREATY ANTARA INDONESIA DENGAN AMERIKA, SINGAPURA, AUSTRALIA, JEPANG, dan BELANDA Disusun Oleh : Nita Prishela C. Marpaung (0806396374) UNIVERSITAS INDONESIA

60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL

PERBANDINGAN PASAL 4, 14, dan 15 PADA UN MODEL DENGAN TAX TREATY ANTARA INDONESIA DENGAN

AMERIKA, SINGAPURA, AUSTRALIA, JEPANG, dan BELANDA

Disusun Oleh :

Nita Prishela C. Marpaung (0806396374)

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

DEPOK

2011

Page 2: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lainnya tengah memasuki era

globalisasi dimana akan terjadi integrasi ekonomi dunia dan faktor-faktor produksi akan sangat

dibutuhkan. Faktor-faktor produksi tersebut akan mengalir dan didistribusikan dari satu negara

ke negara lainnya. Hal itu akan menyebabkan semakin menyatunya perekonomian dunia

sehingga akan terjadi perkembangan transaksi internasional. Semakin berkembangnya transaksi

internasional dapat membawa dampak positif dan negatif pada suatu bangsa. Dampak positifnya

adalah dapat meningkatnya penerimaan suatu negara, yang antara lain bersumber dari sektor

pajak. Transaksi internasional akan mengakibatkan meningkatnya penerimaan pajak sehingga

akan memberikan kontribusi yang besar untuk menggerakkan perekonomian di dalam negeri.

Dampak negatifnya adalah dapat terjadinya permasalahan di antara negara-negara yang

melakukan transaksi internasional karena adanya perbedaan tarif pajak, perbedaan pemberian

fasilitas perpajakan, dan juga perbedaan perencanaan pajak. Permasalah tersebut antara lain

dapat menimbulkan terjadinya pengenaan pajak berganda atas objek pajak yang sama yang

timbul dari transaksi internasional atau pengenaan pajak berganda terhadap subjek pajak yang

sama. Oleh karena itu, pihak-pihak yang sering melakukan transaksi internasional berupaya

untuk melakukan penghindaran pajak berganda karena apabila tidak segera ditangani, akan

mengakibatkan masalah terhadap perkembangan transaksi internasional atau berkurangnya serta

hilangnya potensi penerimaan negara dari sektor pajak.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan dibuatnya

kesepakatan tax treaty. Tax treaty adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat

dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak.

Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang

timbul dari suatu transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan

berdasarkan ayat-ayat yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi

yang sedang dihadapi. Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih

sama, sebagai bagian dari konvensi internasional di mana setiap negara yang terlibat dalam suatu

tax treaty menyusun treaty-nya masing-masing berdasarkan model-model perjanjian yang diakui

Page 3: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

secara internasional. Di dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam

menyusun suatu treaty yaitu model OECD dan model PBB (UN Model).

Tax treaty juga memiliki makna suatu persetujuan internasional yang disepakati antar

negara dan dibuat sesuai hukum internasional atau merupakan suatu persetujuan antara dua

negara atau lebih dengan membagi hak untuk mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang

berasal dari suatu negara. Melihat definisi tersebut maka inti dari suatu persetujuan penghindaran

pajak berganda (P3B) adalah pembagian hak pemajakan antar negara. P3B tidak menimbulkan

jenis pajak baru dan tidak mengatur tarif pajak. P3B hanya akan mengatur pembagian hak

pemajakan sehingga nantinya atas beberapa jenis penghasilan, hak pemajakan suatu negara akan

dibatasi oleh P3B.

Sebagaimana telah disinggung di atas, adanya P3B dimaksudkan terutama untuk

menghilangkan pajak berganda (double tax). Pajak berganda ini timbul karena dua negara

mengenakan pajak atas penghasilan yang sama. Selain untuk mencegah pengenaan pajak

berganda, P3B juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak (tax

avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion). Jika tujuan-tujuan tersebut tercapai tentu saja

pada akhirnya P3B dapat menghilangkan hambatan dalam lalu lintas perdagangan, modal dan

investasi antar negara sehingga pada akhirnya dapat dicapai kesejahteraan suatu negara karena

sumber daya dialokasikan secara efisien.

Selain itu, sebagai suatu perjanjian, tax treaty adalah kontrak yang mengikat suatu negara

dengan negara lain dalam hal perlakuan perpajakan. Oleh sebab itu, di dalamnya selalu berisi

pasal-pasal dan ayat-ayat yang berkaitan dengan suatu aspek transaksi dan pihak tertentu. Pasal-

pasal atau ayat-ayat yang terdapat dalam sebuah tax treaty pada dasarnya dapat dikelompokkan

menjadi empat bagian besar yaitu bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty, bagian yang

mengatur minimalisasi pengenaan pajak berganda, bagian tentang pencegahan penghindaran

pajak dan bagian yang mencakup hal-hal lainnya. Semua bagian itu cenderung lebih mudah

dipahami dari pada berbagai definisi, istilah dan pengertian yang sering disebutkan dalam suatu

tax treaty. Berbagai definisi, istilah dan pengertian inilah yang menjadi lebih penting untuk

dipahami setiap pihak khususnya berkaitan dengan kepentingan dalam praktek bisnis sehari-hari.

Page 4: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

Oleh karena itu, untuk dapat mempelajarinya lebih lanjut, di dalam makalah ini akan

dijelaskan mengenai Perpajakan Internasional dan mengenai perbedaan antara beberapa pasal

dalam UN Model (Pasal 4 mengenai kependudukan, Pasal 14 mengenai layanan personal yang

independen, Pasal 15 mengenai layananpersonal yang dependen) dengan pasal yang sama

didalam Tax Treaty Indonesia dengan lima negara, yaitu Amerika, Australia, Belanda, Jepang

dan Singapura.

Page 5: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

BAB II

ISI

A. Resident

Di dalam ketentuan UN Model, Penduduk diatur dalam pasal 4.

Pasal 4

RESIDENT

1. Untuk tujuan Konvensi ini, "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti

setiap orang yang, berdasarkan hukum Negara tersebut, dapat dikenakan pajak di dalamnya

berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat pendirian, tempat manajemen atau apapun

kriteria lainnya yang sifatnya serupa, dan juga termasuk Negara dan setiap bagian

ketatanegaraannya atau pemerintah daerahnya. Istilah ini, bagaimanapun, tidak termasuk orang

yang dapat dikenakan pajak di Sate bahwa hanya atas penghasilan dari sumber-sumber di Negara

itu atau modal yang berada di sana.

2. Dimana dengan alasan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di

kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sebagai berikut:

(a). Ia akan dianggap sebagai penduduk hanya dari Negara di mana ia mempunyai tempat tinggal

tetap yang tersedia baginya, jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di

kedua Negara, ia akan dianggap penduduk hanya dari Negara dengan yang hubungan pribadi dan

ekonomi yang lebih erat (pusat kepentingan pokok);

(b). Jika Negara di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau jika ia

tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara, ia akan

dianggap sebagai penduduk hanya Negara di mana ia mempunyai tempat kebiasaan ;

(c). Jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara atau tidak dari mereka, ia

akan dianggap sebagai penduduk hanya Negara yang bersifat nasional;

(d). Jika ia adalah seorang warganegara dari kedua Negara atau tidak dari mereka, pejabat yang

berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan

persetujuan bersama.

Page 6: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain seorang individu

merupakan penduduk dari kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka akan dianggap sebagai

penduduk hanya dari Negara di mana tempat manajemen efektif berada.

-Berikut adalah penjelasan dari Tax Treaty Indonesia dengan ke lima Negara yang membuat

perjanjian:

1. Tax Treaty Indonesia – Amerika

Pasal 4

FISCAL RESIDENCE

1. Dalam Konvensi ini, "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap orang

yang berdasarkan undang-undang Negara tersebut dapat dikenakan pajak disana berdasarkan

domisilinya, tempat kediamannya, tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen ataupun

kriteria lainnya yang serupa alam. Untuk tujuan pajak Amerika Serikat, dalam kasus kemitraan,

perkebunan, atau kepercayaan, istilah tersebut berlaku hanya sejauh bahwa penghasilan yang

diperoleh oleh orang tersebut dikenakan pajak Amerika Serikat sebagai penghasilan penduduk,

baik di tangannya atau di tangan mitra atau penerima manfaat.

2. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di kedua

Negara pihak pada Persetujuan:

(a). Ia akan dianggap sebagai penduduk dari Negara pihak pada Persetujuan di mana ia

mempertahankan rumah permanen itu. Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap di kedua Negara

pihak pada Persetujuan atau tidak dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai

penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan ekonomi yang

terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok);

(b). Jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat

ditentukan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia

memiliki kebiasaan tinggal;

Page 7: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

(c). Jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau

tidak satu pun dari Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara

pihak pada Persetujuan dimana ia adalah seorang warga negara dan

(d). jika ia adalah warga negara dari kedua Negara pihak pada Persetujuan atau sama sekali tidak

Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan

akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama. Untuk tujuan ayat ini, tempat

tinggal tetap adalah tempat di mana seorang berdiam individu dengan keluarganya.

3. Seorang individu yang dianggap sebagai penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan

dan bukan penduduk Negara pihak lainnya dengan alasan ketentuan-ketentuan ayat 2 akan

dianggap hanya penduduk dari Negara yang disebutkan pertama untuk segala keperluan

Konvensi ini, termasuk Pasal 28 (Ketentuan Umum Pajak).

4. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 perusahaan merupakan penduduk di kedua

Negara pihak pada Persetujuan, ketika akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia

diorganisasikan atau dimasukkan.

2. Tax Treaty Indonesia – Singapura

Pasal 4

FISCAL DOMICILE

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada

Persetujuan" berarti setiap orang yang merupakan penduduk suatu Negara pihak "untuk

tujuan pajak Negara tersebut. Istilah ini tidak termasuk bentuk usaha tetap dari sebuah

perusahaan asing yang diperlakukan sebagai penduduk untuk tujuan pajak.

2. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di

kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sesuai dengan

aturan berikut:

(a) Ia akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana ia mempunyai tempat tinggal

tetap yang tersedia baginya. Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia

baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai

Page 8: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

penduduk Negara pihak pada Persetujuan dengan mana hubungan pribadi dan

ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok);

(b) jika Negara pihak pada Persetujuan di mana pusat tentang kepentingan pokoknya

tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang

tersedia baginya di salah satu Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap

sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia biasanya berdiam;

(c) Jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada

Persetujuan atau tidak dari mereka, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada

Persetujuan akan menyelesaikan masalah ini dengan persetujuan bersama.

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain seorang individu

merupakan penduduk dari kedua Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang

dari Negara pihak pada Persetujuan akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan

persetujuan bersama.

3. Tax Treaty Indonesia – Australia

Pasal 4

FISCAL DOMICILE

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan"

berarti setiap orang yang, di bawah hukum Negara tersebut, dapat dikenakan pajak di dalamnya

dengan alasan dari domisili, tempat tinggal, tempat kedudukan manajemen atau kriteria lainnya

yang serupa alam.

2. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 Pasal ini seorang individu merupakan

penduduk kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka statusnya akan ditentukan sesuai dengan

aturan berikut:

(a). Ia akan dianggap sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana ia mempunyai

tempat tinggal tetap yang tersedia baginya; jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia

baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara

Page 9: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

pihak pada Persetujuan dengan yang pribadi dan hubungan ekonomi yang lebih erat (pusat

kepentingan-kepentingan pokok);

(b). Jika Negara pihak pada Persetujuan dimana ia mempunyai pusat kepentingan-kepentingan

pokok tidak dapat ditentukan, atau jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia

baginya di kedua Negara pihak pada Persetujuan, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara

pihak pada Persetujuan dimana ia menurut kebiasaannya berdiam;

(c). Jika ia mempunyai kebiasaan berdiam di kedua Negara pihak pada Persetujuan atau tidak

satu pun dari mereka, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan akan

menyelesaikan masalah ini melalui persetujuan bersama.

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 Pasal ini seseorang selain orang

pribadi menjadi penduduk pada kedua Negara pihak pada Persetujuan, maka akan dianggap

sebagai penduduk Negara pihak pada Persetujuan di mana tempat manajemen efektif berada.

4. Kenyataan bahwa suatu perusahaan dari Negara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di

Negara pihak lainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada disana akan

tidak merupakan salah satu perusahaan atau bentuk usaha tetap yang merupakan penduduk

Negara lain.

4. Tax Treaty Indonesia – Jepang

Pasal 4

1. Untuk kepentingan persetujuan ini, istilah "penduduk dari suatu negara" berarti setiap

orang atau badan yang menurut perundang-undangan Negara itu dapat dikenakan pajak

berdasarkan tempat tinggal, tempat kediaman, kantor pusat atau kantor besar, tempat

ketatalaksanaan atau patokan lainnya yang serupa.

2. Jika berdasarkan ketentuan ayat 1, seseorang atau suatu badan merupakan penduduk dari

kedua Negara, maka untuk tujuan persetujuan ini pejabat yang berwenang dari masing-

masing Negara, berdasarkan permufakatan kedua belah pihak akan menentukan tempat

kedudukan seseorang atau badan tersebut.

Page 10: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

5. Tax Treaty Indonesia – Belanda

Pasal 4

FISCAL DOMICILE

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "penduduk salah satu Negara" berarti setiap

orang yang, di bawah hukum Negara tersebut dapat dikenakan pajak di dalamnya

berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat kedudukan manajemennya atau

atas dasar lainnya yang sifatnya serupa.

2. Untuk tujuan Persetujuan ini seorang individu, yang merupakan anggota suatu misi

diplomatik atau konsuler dari salah satu Negara di Negara lain atau di suatu Negara

ketiga dan yang merupakan warga negara dari Negara pengirim, akan dianggap sebagai

penduduk dari Negara pengirim jika ia disampaikan di dalamnya untuk kewajiban yang

sama mengenai pajak atas penghasilan adalah penduduk dari Negara tersebut.

3. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 seorang pribadi menjadi penduduk di

kedua Negara, maka hal ini harus ditentukan sesuai dengan aturan berikut:

(a) ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia mempunyai tempat tinggal

tetap yang tersedia baginya. Jika ia mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia

baginya di kedua Negara, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana hubungan

pribadi dan ekonomi yang terdekat (pusat kepentingan-kepentingan pokok);

(b). jika Negara di mana pusat tentang kepentingan pokoknya tidak dapat ditentukan, atau

jika ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap yang tersedia baginya di salah satu Negara,

ia akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana ia biasanya berdiam;

(c). jika ia mempunyai tempat kebiasaan berdiam di kedua Negara atau tidak dari mereka,

pejabat yang berwenang dari kedua Negara akan menyelesaikan masalahnya berdasarkan

persetujuan bersama.

4. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat 1 orang selain individu dan lainnya dari

sebuah perusahaan yang ketentuan Pasal 8 berlaku, merupakan penduduk di kedua

Negara, maka akan dianggap sebagai penduduk Negara di mana tempat manajemen

Page 11: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

efektif berada. Jika pejabat yang berwenang dari kedua Negara menganggap bahwa suatu

tempat kedudukan manajemen yang efektif hadir di kedua Negara, mereka akan

menyelesaikan masalahnya berdasarkan persetujuan bersama.

Penjelasan :

Dalam pasal ini, diatur tentang dua hal yaitu definisi penduduk (berkaitan dengan

personal scope) serta tie breaker rule yaitu ketentuan yang menentukan tidak berlakunya status

residence atas suatu pihak dengan karakteristik tertentu. Definisi penduduk sebagaimana diatur

dalam paragraf pertama klausul ini adalah setiap orang pribadi atau badan yang berdasarkan

ketentuan internal suatu Negara, seperti keberadaan, domisili, tempat kedudukan manajemen

atau sebab-sebab lain yang mempunyai karakteristik yang sama, dapat dikenai pajak di negara

tersebut. Dengan kata lain, penduduk adalah Subjek Pajak dalam negeri suatu negara yang

dikenai pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan lokal yang berlaku di negara

tersebut.

Pasal ini juga menegaskan bahwa orang pribadi atau badan tidak dapat langsung

dianggap sebagai penduduk suatu negara hanya karena mendapatkan penghasilan yang

bersumber dari negara tersebut. Dalam prakteknya, orang pribadi atau badan dapat dianggap

sebagai penduduk dari dua negara berdasarkan azas world wide income yang dianut. Hal ini bisa

terjadi karena setiap negara pada dasarnya berhak mengatur definisi penduduk sesuai dengan

versinya masing-masing.

Diperlakukan sebagai penduduk dari dua negara sekaligus dalam konteks pemajakan

berganda sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Pasalnya, orang pribadi atau perseroan

yang bersangkutan dapat dikenai pajak sesuai ketentuan pajak yang masing-masing berlaku di

kedua negara tersebut. Jika kedua negara sama-sama menganut prinsip world wide income, dapat

dibayangkan betapa berat beban pajak yang harus ditanggung oleh pihak yang bersangkutan.

Apabila kondisi seperti ini tetap dibiarkan, tentunya akan membawa dampak negatif terhadap

kelancaran investasi salah satu negara karena pihak tersebut cenderung tidak berinvestasi guna

menghindari beban pajak yang terlalu besar. Menyadari efek-efek negatif tersebut, artikel

residence selanjutnya mengatur langkah yang dapat digunakan untuk menghilangkan status

kependudukan ganda yang sering disebut dengan tie breaker rule.

Page 12: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

Tie breaker rule dibedakan menjadi dua yaitu yang diterapkan untuk orang pribadi dan

yang diterapkan untuk selain orang pribadi. Tie breaker rule untuk orang pribadi terdiri dari

penentuan permanent home (tempat tinggal tetap), center of economic and social interests (pusat

kepentingan ekonomi dan sosial), habitual abode (tempat kebiasaan untuk tinggal), national

(kewarganegaraan) serta mutual agreement (perjanjian antar otoritas perpajakan).

Langkah-langkah tersebut di atas secra berurutan bersifat prioritas. Artinya, apabila

dengan menggunakan ketentuan pertama masalah kependudukan ganda telah bisa dipecahkan,

maka langkah kedua dan seterusnya tidak perlu digunakan lagi. Sementara itu tie breaker rule

untuk pihak selain orang pribadi hanya ada satu ketentuan yaitu tempat di mana manajemennya

efektif berada.

B. INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

Di dalam ketentuan UN Model, Independent Personal Services diatur dalam pasal 14.

Pasal 14

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa

profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan pajak di

Negara itu kecuali dalam keadaan berikut, ketika pendapatan tersebut dapat juga dikenakan pajak

di Negara pihak lainnya:

(a). Jika ia memiliki suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya di Negara pihak

lainnya untuk tujuan menjalankan kegiatan, dalam hal itu, hanya begitu banyak penghasilan yang

berasal dari tempat tetap dapat dikenakan pajak di Negara tersebut, atau

(b). Jika ia tinggal di Negara pihak lainnya adalah untuk suatu masa atau periode sebesar atau

melebihi 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan yang dimulai atau berakhir dalam tahun

fiskal yang bersangkutan; dalam hal ini, hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari

kegiatannya yang dilakukan di Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lain.

Page 13: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

2. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan,

kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur,

arsitek, dokter gigi dan akuntan.

-Berikut adalah penjelasan dari Tax Treaty Indonesia dengan ke lima Negara yang membuat

perjanjian:

1. Tax Treaty Indonesia – Amerika

Pasal 15

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan jasa

profesional atau kegiatan lainnya yang karakter independen hanya akan dikenakan pajak di

Negara itu kecuali dalam keadaan berikut, ketika pendapatan tersebut dapat juga dikenakan

pajak di Negara pihak lainnya:

(a). Jika ia memiliki suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya di Negara pihak

lainnya untuk tujuan menjalankan kegiatan, dalam hal itu, hanya begitu banyak

penghasilan yang berasal dari tempat tetap dapat dikenakan pajak di Negara pihak

lainnya; atau

(b). Jika ia tinggal di Negara pihak lainnya adalah untuk suatu masa atau periode sebesar atau

melebihi dalam 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dalam hal itu,

hanya begitu banyak penghasilan yang berasal dari kegiatannya yang dilakukan di

Negara lainnya dapat dikenakan pajak di Negara lain.

2. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan,

kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara,

insinyur, arsitek, dokter gigi dan akuntan.

2. Tax Treaty Indonesia – Singapura

Pasal 13

INDEPENDEN PERSONAL SERVICES

Page 14: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan

jasa profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan

pajak di Negara itu kecuali ia berada di Negara pihak lainnya untuk suatu masa atau

periode yang melebihi 90 hari dalam dua belas bulan periode. If he remains in that other

State for the aforesaid period or periods, the income may be taxed in that other State but

only so much of it as is derived in that other State during the aforesaid period or periods.

Jika ia tetap di Negara lain untuk periode tersebut di atas atau periode, pendapatan itu

dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya banyak sebagai berasal di Negara

lain selama periode tersebut di atas atau masa.

2. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan,

kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara,

insinyur, arsitek, dokter gigi dan rekening.

3. Tax Treaty Indonesia – Australia

Pasal 14

INDEPENDEN PERSONAL SERVICES

1. Penghasilan yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara

pihak pada Persetujuan sehubungan jasa profesional atau pekerjaan bebas yang lain dengan

karakter yang sama hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali:

(a). basis tetap yang tersedia secara teratur individu di Negara pihak lainnya untuk tujuan

menjalankan kegiatan individu, dalam hal itu, begitu banyak penghasilan yang terkait dengan

kegiatan yang dilakukan dari basis tetap juga dapat dikenakan pajak di Negara lain ; atau

(b). Orang tersebut berada di Negara lain untuk suatu masa atau periode melebihi 120 hari

dalam jangka waktu 12 bulan, dalam hal itu, begitu banyak penghasilan yang berasal dari

aktivitas individu di Negara lain juga dapat dikenakan pajak di bahwa lain Negara.

Page 15: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

(c). Istilah "jasa-jasa profesional" termasuk jasa yang dilakukan dalam melaksanakan

kegiatan ilmiah, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau pengajaran independen serta dalam

pelaksanaan kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur, arsitek, dokter gigi dan

akuntan

4. Tax Treaty Indonesia – Jepang

Pasal 14

1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan dengan pekerjaan

bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya akan dikenakan pajak di Negara itu,

kecuali ia mempunyai tempat tertentu yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan

pekerjaannya di Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa

masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim, apabila ia

mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti disebut diatas, maka

pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya bagian pendapatan yang

dianggap berasal dari tempat tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia

berada di Negara lain tersebut.

2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang ilmu pengetahuan,

kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran demikian pula pekerjaan bebas yang

dilakukan oleh dokter, ahli hukum, ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan.

5. Tax Treaty Indonesia – Belanda

Pasal 15

INDEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Penghasilan yang diperoleh penduduk salah satu Negara sehubungan dengan jasa

profesional atau kegiatan lainnya yang bersifat independen hanya akan dikenakan pajak

di Negara itu kecuali ia memiliki suatu tempat tetap yang secara teratur tersedia baginya

di Negara lainnya untuk tujuan melakukan nya kegiatan atau ia berada di Negara lain

untuk suatu masa atau periode melebihi dalam 91 hari dalam periode 12 bulan. Jika ia

mempunyai tempat tetap atau berada di Negara lain untuk periode tersebut di atas atau

Page 16: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

periode, pendapatan itu dapat dikenakan pajak di Negara lainnya tetapi hanya begitu

banyak itu dianggap berasal dari tempat tetap tersebut atau diperoleh di Negara lain

selama periode tersebut di atas atau masa.

2. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan kegiatan ilmiah, kesusasteraan,

kesenian, pendidikan atau pengajaran serta kegiatan independen dari dokter, pengacara,

insinyur, dokter gigi dan akuntan.

Penjelasan :

Pasal ini mengatur tentang pemajakan atas penghasilan yang diterima orang

pribadi yang bersumber dari negara treaty partner sebagai imbalan dari jasa-jasa

profesional yang diberikannya di negara tersebut. Aturan ini pada dasarnya sejalan

dengan aturan permanent establishment dan business profits namun secara khusus

ditujukan untuk orang pribadi yang memberikan jasa-jasa profesional (seperti dokter,

pengacara) untuk dan atas namanya sendiri di negara treaty partner. Negara treaty partner

tempat jasa tersebut dilakukan dapat mengenakan pajak sepanjang orang pribadi tersebut

memiliki pangkalan tetap di sana atau berada di negara treaty partner melebihi batas

waktu yang disepakati bersama.

C . DEPENDENT PERSONAL SERVICES

Di dalam ketentuan UN Model, Dependent Personal Services diatur dalam pasal 15.

Page 17: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

Pasal 15

Dependen Personal Services

1. Tunduk pada ketentuan pasal, gaji 16, 18 dan 19, upah dan imbalan serupa lainnya yang

diperoleh penduduk suatu Negara pihak dalam hal pekerjaan akan dikenakan pajak di Negara itu,

kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di Negara pihak lainnya. Jika pekerjaan tersebut hal

demikian, balas jasa yang diperoleh ada dari dapat dikenakan pajak di Negara lain.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk suatu

Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negara pihak lainnya hanya

akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika:

(a). penerima hadir di negara lain dalam jangka waktu atau periode yang tidak melebihi 183 hari

dalam jangka waktu dua belas bulan yang dimulai atau berakhir dalam tahun fiskal yang

bersangkutan; dan

(b). imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukan penduduk negara

lain; dan

(c). imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki oleh

pemberi kerja di negara lain.

3. menyimpang dari ketentuan sebelumnya dari pasal ini, imbalan yang diperoleh karena

pekerjaan yang dilakukan atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu

lintas internasional, atau naik sebuah perahu yang bergerak di bidang transportasi lintas air, dapat

dikenakan pajak di negara kontrak di mana tempat manajemen yang efektif dari perusahaan itu

berada.

-Berikut adalah penjelasan dari Tax Treaty Indonesia dengan ke lima Negara yang membuat

perjanjian:

1. Tax Treaty Indonesia – Amerika

PASAL 16

Page 18: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Upah, gaji, dan imbalan serupa yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk

salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari kerja atau pelayanan pribadi yang dilakukan

sebagai pegawai, termasuk penghasilan dari jasa yang dilakukan oleh petugas dari sebuah

perusahaan atau perusahaan, dapat dikenakan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan.

Kecuali sebagaimana diatur dalam ayat 2, imbalan tersebut berasal dari sumber di Negara

pihak lainnya dapat juga dikenakan pajak oleh Negara pihak lainnya.

2. Remunerasi yang dijelaskan pada ayat 1 diperoleh oleh individu yang merupakan penduduk

salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada

Persetujuan lainnya jika:

(a) Ia hadir di Negara pihak lainnya untuk masa atau masa yang berjumlah kurang dari 120

hari dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, dan

(b) imbalan itu dibayarkan oleh atau atas nama majikan yang bukan penduduk Negara

lainnya; dan

(c) Imbalan itu tidak ditanggung seperti itu atau diganti oleh bentuk usaha tetap yang

dimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak lainnya.

3. Meskipun ayat 2, imbalan yang diperoleh oleh individu dari kinerja kerja atau pelayanan

pribadi sebagai karyawan naik kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan oleh

penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam jalur lalu lintas internasional akan

dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika individu seperti

adalah anggota biasa melengkapi kapal atau pesawat udara.

2. Tax Treaty Indonesia – Singapura

Pasal 14

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

Page 19: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

1. Tunduk pada ketentuan pasal 15, 17, 18, 19 dan 20, gaji, upah dan imbalan serupa

lainnya yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak dalam hal pekerjaan akan

dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di lainnya pada

Persetujuan. Jika pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang diperoleh dari padanya

dapat dikenakan pajak di Negara lain.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk suatu

Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan di Negara pihak lainnya hanya

akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika:

(a) Penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak

melebihi 183 hari dalam tahun kalender yang bersangkutan; dan

(b) and imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang merupakan

penduduk dari Negara yang disebutkan pertama; dan

(c) imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh pemberi

kerja di Negara lain.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, dan 2 imbalan yang diperoleh sehubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan

dalam jalur lalu lintas internasional oleh suatu perusahaan dari suatu Negara pihak pada

Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut.

3. Tax Treaty Indonesia – Australia

Pasal 15

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Tunduk pada ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19 dan 20, gaji, upah dan imbalan serupa

lainnya yang diperoleh seorang individu yang merupakan penduduk salah satu Negara

Page 20: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

pihak pada Persetujuan dari suatu pekerjaan hanya akan dikenakan pajak di Negara itu

kecuali jika pekerjaan tersebut dilaksanakan di Negara pihak lainnya. Jika pekerjaan

tersebut hal demikian, balas jasa yang berasal dari latihan yang dapat dikenakan pajak di

Negara lain.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh individu yang

merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari pekerjaan yang dilakukan

di Negara pihak lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama jika:

(a) penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak

melebihi dalam 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan; dan

(b) imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukan merupakan

penduduk Negara lainnya; dan

(c) imbalan itu tidak boleh dikurangkan dalam menentukan laba kena pajak bentuk

usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara lainnya;

dan

(d) balas jasa itu, atau atas penerapan Pasal ini akan, dikenakan pajak di Negara yang

disebutkan pertama.

3. Menyimpang dari ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, balas jasa sehubungan dengan

pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam

jalur lalulintas internasional oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan

dapat dikenakan pajak di Negara itu.

4. Tax Treaty Indonesia – Jepang

Pasal 15

1. Tunduk pada ketentuan-ketentuan Pasal 16, 18, 19, 20 dan 21, gaji upah dan jasa lainnya

yang serupa yang diterima oleh seorang penduduk dari suatu Negara berkenaan dengan

pekerjaan dalam hubungan perburuhan hanya akan dikenakan pajak di negara itu, kecuali

jika pekerjaan itu dilakukan di negara lain jika demikian, maka balas jasa yang diterima

dari pekerjaan itu dikenakan pajak di Negara lain itu.

Page 21: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

2. Walaupun ada ketentuan-ketentuan ayat 1, balas jasa yang diperoleh seorang penduduk

disuatu Negara dari pekerjaan yang dilakukan di Negara lain, hanya akan dikenakan

pajak di Negara yang disebut pertama, jika:

(a) si penerima berada di Negara lain itu selama suatu masa atau masa-masa yang

jumlahnya tidak melebihi 183 hari dalam suatu tahun takwim; dan

(b) balas jasa dibayar oleh atau nama majikan yang bukan merupakan penduduk

Negara lainnya itu; dan

(c) balas jasa tidak menjadi beban suatu ayat 1 dan 2, balas jasa yang berkenaan dengan

pekerjaan dalam hubungan perburuhan yang dilakukan di atas kapal atau pesawat

udara yang dioperasikan dalam jalur lalulintas internasional oleh perusahaan dari

suatu Negara, dikenakan pajak di Negara itu.

5. Tax Treaty Indonesia – Belanda

Pasal 16

DEPENDENT PERSONAL SERVICES

1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17, 19, 20, 21 dan 22 gaji, upah dan imbalan serupa

lainnya yang diperoleh penduduk salah satu dari dua negara dalam hal pekerjaan akan

dikenakan pajak di Negara itu, kecuali pekerjaan tersebut dilakukan di Negara lain. Jika

pekerjaan tersebut hal demikian, balas jasa yang diperoleh dari padanya dapat dikenakan

pajak di Negara lain.

2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1, imbalan yang diperoleh oleh penduduk salah

satu dari dua negara dalam hal pekerjaan yang dilakukan di Negara lainnya hanya akan

dikenakan pajak di Negara yang disebut pertama, jika:

(a) penerima imbalan berada di Negara lainnya untuk masa atau periode yang tidak

melebihi 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan yang dimulai atau berakhir

dalam tahun fiskal yang bersangkutan, dan

(b) imbalan itu dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja yang bukan merupakan

Page 22: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

penduduk Negara lain, dan

(c) imbalan itu tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki

oleh pemberi kerja di Negara lain.

3. Menyimpang dari ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, imbalan yang diperoleh oleh

penduduk salah satu dari dua negara dalam hal pekerjaan yang dilakukan di atas kapal

laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional dapat

dikenakan pajak di Negara di mana perusahaan itu berkedudukan.

Penjelasan :

Pasal ini mengatur tentang pemajakan atas penghasilan yang diterima oleh orang

pribadi sehubungan dengan pemberian jasa yang dilakukannya di negara lain dalam suatu

hubungan kerja. Berbeda dari pemberian jasa oleh independent personal yang dilakukan

untuk dan atas namanya sendiri, jasa yang diberikan oleh orang pribadi yang dimaksud di

sini merupakan jasa yang dilakukan untuk dan atas nama pihak lain yang memiliki

hubungan kerja dengannya.

Di sini diatur bahwa negara tempat orang pribadi tersebut bekerja dapat

mengenakan pajak atas penghasilan yang diterimanya. Namun untuk mengenakan pajak

tersebut ada beberapa syarat kumulatif yang terlebih dahulu harus dipenuhi yaitu:

a. Orang pribadi yang bersangkutan berada di negara lain melebihi time test yang

telah disepakati;

b. Penghasilan yang diterima oleh orang pribadi tersebut dibayarkan oleh pemberi

kerjanya

c. Penghasilan tersebut tidak dibebankan kepada BUT.

Page 23: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

BAB III

KESIMPULAN

Pada dasarnya, Tax treaty muncul karena dua sebab yang mendasar yaitu, keinginan

untuk menghindari pemajakan berganda yang bisa berakibat buruk bagi dunia investasi, dan

keinginan untuk mencegah usaha-usaha penghindaran pajak yang dapat berpengaruh terhadap

penerimaan pajak suatu negara.

Page 24: 60528671 Makalah Pajak Internasional Nita

Setiap tax treaty antara suatu negara dan negara lainnya adalah suatu perjanjian yang

bersifat spesifik yang hanya mengikat negara-negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Namun demikian, secara umum setiap tax treaty mengikuti prinsip-prinsip dasar dari model-

model tax treaty yang ada seperti model OECD atau model PBB (UN Model), yang dijadikan

sebagai acuan pada saat pembuatannya. Memahami prinsip-prinsip dasar tersebut akan

memudahkan setiap pihak dalam memahami berbagai tax treaty yang ada, yaitu antara berbagai

negara umumnya dan antara Indonesia dengan negara-negara lain khususnya.

Menyadari bahwa perkembangan dunia begitu pesat, kebijakan tax treaty Indonesia harus

selaras dengan standar perpajakan internasional dengan tetap memperhatikan kepentingan

Indonesia sebagaimana dituangkan dalam ketentuan UU domestiknya atau National Tax Law

(dalam hal ini Undang-Undang Pajak Penghasilan) dalam mengantisipasi perkembangan dunia

yang begitu pesat dan mengakomodasi kepentingan Indonesia dalam setiap pembuatan tax treaty

dengan negara-negara sahabat.